Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 5, Mei 2023

 

PENGARUH KEGIATAN PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN KUNINGAN

 

Muhammad Fajar Amanullah, Intan Azahra Ramadhani, Sefda Hadil

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Pembangunan di negara berkembang berfokus pada pembangunan ekonomi dengan memanfaatkan sektor unggulan, salah satunya melalui kegiatan pariwisata. Kabupaten Kuningan yang memiliki bentang alam yang mendukung untuk dikembangkannya wisata alam sehingga menggunakan kegiatan pariwisata sebagai salah satu penggerak perekonomian wilayahnya. Hal itu juga didukung dengan kebijakan pada tingkat nasional maupun provinsi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kegiatan pariwisata terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder dan dianalisis dengan beberapa metode seperti analisis location quotient, dynamic location quotient, multiplier effect/penggandaan basis, dan analisis ICOR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pariwisata memiliki kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Kuningan. Kegiatan pariwisata juga dikatakan memiliki kontribusi terhadap investasi di Kabupaten Kuningan. Nilai kontribusi sektor terkait kegiatan pariwisata hampir setengahnya dari total realisasi investasi di Kabupaten Kuningan. Dengan adanya kegiatan pariwisata diharapkan akan merangsang pertumbuhan pada sektor lainnya dan memberikan multiplier effect terhadap kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi.

 

Kata Kunci: Pariwisata, Kontribusi, Perekonomian, Investasi.

 

Abstract

Development in developing countries focuses on economic development by utilizing basis sectors, one of which is through tourism activities. Kabupaten Kuningan, which has a landscape that supports the development of nature tourism, uses tourism activities as one of the drivers of its regional economy. It is also supported by policies at the national and provincial levels. The purpose of this research is to analyze the influence of tourism activities on the regional development of Kabupaten Kuningan. This research uses secondary data collection method and analyzed with several methods such as location quotient analysis, dynamic location quotient, multiplier effect/base multiplication, and ICOR analysis. The results showed that tourism activities have contributed to the economy of Kabupaten Kuningan. Tourism activities are also said to have a contribution to investment in Kabupaten Kuningan. The contribution value of sectors related to tourism activities is almost half of the total investment realization in Kabupaten Kuningan. Tourism activities are expected to stimulate growth in other sectors and provide a multiplier effect on welfare and economic growth.

 

Keywords:� Tourism, Contribution, Economy, Investment.

 

Pendahuluan

Pada negara berkembang, pembangunan difokuskan pada pembangunan ekonomi (Hajeri dkk, 2015). Terminologi pembangunan ekonomi tidak sekedar merujuk pada peningkatan PDB per tahun, tetapi lebih bersifat multidimensi sehingga mencakup berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat yang berdampak pada peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat (Arsyad, 2017). Untuk menghasilkan dampak yang besar, maka salah satu cara pembangunan dapat melalui kegiatan pariwisata yang beberapa dekade terakhir ini menjadi fokus perhatian di seluruh dunia. Pariwisata merupakan salah satu kegiatan ekonomi terbesar dan berpotensi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang signifikan (Neto, 2003). Peranan pariwisata terhadap perekonomian sudah tidak diragukan oleh semua pihak dan keberadaannya sangat diperlukan untuk menopang perekonomian masyarakat (Ashoer, 2021; Hakim, 2010).

Pariwisata merupakan kegiatan yang tidak berdiri sendiri (Hermawan, 2021), tetapi dalam PDRB pariwisata ini masuk kedalam 3 sektor, yakni transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta jasa lainnya. Hal ini didasarkan pada komponen pariwisata yakni amenitas, aksesibilitas, dan atraksi. destinasi pariwisata terdiri dari berbagai macam kegiatan, yang meliputi akomodasi, transportasi, dan layanan makanan, serta layanan ritel, hiburan, pendidikan, budaya, atau lingkungan (Rom�o, 2018). Saat ini, di Indonesia sedang gencar memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk kegiatan pariwisata. Perkembangan dari komponen pariwisata tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam pengembangannya, tentunya membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak� termasuk pemerintah, masyarakat, dan stakeholders lainnya untuk mencapai peningkatan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan daerah untuk menggali dan mengembangkan sektor unggulan yang diharapkan dapat menjadi penggerak perekonomian daerahnya. Bahkan, sektor unggulan mampu menimbulkan efek pengganda (multiplier effect) sehingga diharapkan� dapat� mendorong� dan� menarik� sektor lain� untuk� bersama-sama dalam meningkatkan perekonomian daerah (Adisasmita,� 2005; Arianti, 2014). Salah satu kegiatan yang dapat diandalkan yakni kegiatan pariwisata.

Kabupaten Kuningan yang memiliki bentang alam sehingga mendukung untuk dikembangkannya wisata alam, terlebih, sebagian wilayah Kabupaten Kuningan tercakup dalam Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Persebaran objek wisata alam di Kabupaten Kuningan cukup menyebar yang mayoritas beraglomerasi di bagian barat dan utara atau lebih tepatnya di kaki Gunung Ciremai. Selain wisata alam, Kabupaten Kuningan memiliki wisata buatan dan budaya dengan persebaran sebagai berikut.

 

 

Gambar 1

Peta Persebaran Objek Wisata Kabupaten Kuningan

Sumber: Hasil Analisis, 2022

 

Potensi wisata tersebut tentunya mampu menarik wisatawan mancanegara maupun domestik untuk berkunjung ke Kabupaten Kuningan. Berikut merupakan grafik perkembangan jumlah wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.

 

Gambar 2

Grafik Jumlah Wisatawan Nusantara ke Kabupaten Kuningan Tahun 2010-2020

Diagram

Sumber: Hasil Analisis, 2022

 

 

Gambar 3

Grafik Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Kabupaten Kuningan

Diagram

Sumber: Hasil Analisis, 2022

 

Jumlah wisatawan yang berwisata ke objek wisata di Kabupaten Kuningan mengalami fluktuasi. Peningkatan tertinggi khusus untuk wisatawan nusantara berada di antara rentang tahun 2014 sampai dengan tahun 2017, sedangkan untuk peningkatan tertinggi wisatawan mancanegara berada di antara rentang tahun 2014 sampai dengan 2018. Penurunan jumlah kunjungan ke objek wisata di Kabupaten Kuningan untuk wisatawan nusantara berada di tahun 2020, hal tersebut berlaku untuk wisatawan mancanegara yang mengalami penurunan kunjungan mulai dari tahun 2019 sampai dengan 2020. Terjadinya penurunan kunjungan ke objek wisata di Kabupaten Kuningan disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19, hal ini dikarenakan objek wisata di Kabupaten Kuningan selama masa pembatasan sosial ditutup sementara.

Selain berdasarkan potensi yang ada, Kabupaten Kuningan juga didukung berdasarkan kebijakan pada tingkat nasional maupun provinsi yakni memiliki arahan pembangunan kepada kegiatan pariwisata. Berdasarkan penjelasan yang sudah diuraikan, penelitian ini akan menganalisis pengaruh kegiatan pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Kuningan. Penelitian ini akan menjawab bagaimana potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kabupaten Kuningan akan berdampak pada perekonomian di wilayahnya.

Pariwisata

Pariwisata merupakan perpindahan sementara orang ke tujuan di luar tempat kerja dan tempat tinggal mereka, kegiatan tersebut dilakukan selama mereka berada di tujuan tersebut dan fasilitas yang tersedia ditujukan untuk memenuhi kebutuhan mereka (Hall dkk, 2008). Sementara menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, pariwisata yakni berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Menurut Wahab (1992), pariwisata terdiri dari tiga unsur, yakni:

  1. Manusia, sebagai aktor atau pelaku kegiatan pariwisata.
  2. Tempat, sebagai unsur fisik yang tercakup oleh kegiatan itu sendiri. Tempat sebagai destinasi wisata sering disebut juga sebagai objek wisata.
  3. Waktu, sebagai tempo yang dihabiskan dalam perjalanan dan selama berdiam di suatu tempat.

Peran Pariwisata dalam Perekonomian

Pariwisata dianggap sebagai jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat (Pendit, 1990). Dengan kata lain, pariwisata disebut sebagai mesin penggerak perekonomian yang terbukti memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah daerah (Utama, 2017). Lebih lanjut, Utama menyebutkan bahwa keberhasilan pariwisata yakni dapat dilihat dari penerimaan pemerintah dari sektor yang berkaitan dengan pariwisata. Selain itu, kegiatan pariwisata memiliki daya ungkit atau efek pengganda (multiplier effect) yang besar serta bertambahnya jumlah kedatangan wisatawan dari waktu ke waktu. Kedatangan wisatawan akan mengundang investor karena dianggap memiliki peluang untuk mendapatkan profit (Zebua, 2016). Menurut J. Rom�o (2018), data berdasarkan UNWTO, untuk tahun 2017 menunjukkan bahwa 10% dari PDB dunia, 7% dari ekspor internasional, dan 30% dari ekspor jasa secara global terkait dengan kegiatan pariwisata, sementara kegiatan pariwisata juga mempekerjakan 10% pekerja di dunia. Pariwisata mampu memberikan dampak terhadap perekonomian dan sebagai stimulus atas peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai sektor yang terkait dengan pariwisata, hal ini berdasarkan berbagai penelitian di berbagai negara atau wilayah yang mengungkapkan bahwa pariwisata memberikan kontribusi bagi pertumbuhan wilayah khususnya pada kontribusi ekonomi (Rom�o, 2018).

 

Metode Penelitian����

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni menggunakan metode pengumpulan data sekunder. Data yang digunakan berasal dari data Badan Pusat Statistik (BPS) dan badan/dinas yang terkait dengan topik penelitian.

Metodologi Analisis Data

Analisis Location Quotient

Menurut Muta�ali (2015), analisis Location Quotient (LQ) merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan sektor apa saja yang merupakan sektor basis yang dapat mengekspor (ke luar daerah) dalam perekonomian wilayah. Cara untuk melakukan analisis LQ yaitu membandingkan antara peranan relatif sektor atau subsektor wilayah (PDRB sektoral) terhadap nilai tambah total wilayah (PDRB) dengan peranan relatif sektor atau subsektor yang sama pada wilayah yang lebih luas. Analisis LQ juga dapat disesuaikan dengan kepentingan penelitian dan sumber data yang tersedia. Jika penelitian dimaksudkan untuk mencari sektor yang kegiatan ekonominya dapat memberikan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya maka yang dipakai sebagai dasar ukuran adalah jumlah tenaga kerja sedangkan bila keperluannya untuk menaikan pendapatan daerah, maka pendapatan merupakan dasar ukuran yang tepat sedangkan jika hasil produksi maka hasil jumlah hasil produksi yang dipilih (Rustiadi, 2018). Berikut merupakan formula dari analisis LQ.

Keterangan:

ei = output (tenaga kerja) lokal dalam sektor i

e� =� total output (tenaga kerja) lokal

Ei =� output (tenaga kerja) nasional dalam sektor i

E� =� total output (tenaga kerja) nasional

Berdasarkan formula di atas, semakin tinggi nilai LQ suatu sektor, maka semakin tinggi pula comparative advantage daerah yang bersangkutan dalam mengembangkan sektor tersebut (Lutfi, 2015). Jika nilai LQ > 1 maka diartikan bahwa sektor tersebut teridentifikasi sebagai sektor basis dan unggulan yang lebih terspesialisasi dibandingkan sektor pada wilayah acuan yang lebih luas, nilai LQ<1 menunjukan sektor tersebut sebagai sektor non basis dan non unggulan serta tidak terspesialisasi terhadap sektor di wilayah acuan yang lebih luasnya, sedangkan nilai LQ=1 menunjukan sektor seimbang� dengan wilayah acuan yang lebih luas.

Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)

Muta�ali (2015) menyatakan bahwa munculnya analisis DLQ dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan metode LQ� yang bersifat statis yang hanya memberikan gambaran� pada satu waktu tertentu, sekaligus menyempurnakannya, sehingga dapat diketahui perubahan sektoral. Secara prinsip, analisis DLQ sama dengan LQ, yakni digunakan untuk menganalisis sektor unggulan. Berikut formula dari analisis DLQ.

DLQ = []

Keterangan:

DLQ��� = Dynamic Location Quotient

gij ������ = Laju pertumbuhan sektor i di wil. Studi

gj ������� = Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektor di wil. studi

Gi ������ = Laju pertumbuhan sektor i di wil. referensi

G ������� = Rata-rata laju pertumbuhan PDRB di wilayah referensi

t ��������� = Jumlah tahun untuk analisis

Penafsiran nilai DLQ pada dasarnya sama dengan LQ. Kriteria pengukuran DLQ adalah sebagai berikut.

  1. DLQ > 1 berarti proporsi laju pertumbuhan subsektor i terhadap laju pertumbuhan PDRB� kabupaten/kota lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan subsektor tersebut terhadap PDB Provinsi (Nasional). Sektor tersebut dikatakan prospektif dan masih dapat diharapkan untuk menjadi basis ekonomi di masa yang akan datang.
  2. DLQ < 1 berarti proporsi laju pertumbuhan subsektor i terhadap laju pertumbuhan PDRB� kabupaten/kota lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan subsektor tersebut terhadap PDB Provinsi (Nasional). Sektor tersebut dikatakan tidak prospektif sehingga sulit diharapkan untuk menjadi basis ekonomi di masa yang akan datang.
  3. Bila DLQ = 1 berarti laju pertumbuhan subsektor i terhadap laju pertumbuhan PDRB� kabupaten/kota sebanding dengan laju pertumbuhan subsektor tersebut terhadap PDB Provinsi (Nasional).

Analisis Multiplier Effect/Penggandaan Basis

Muta�ali (2015) mengungkapkan bahwa untuk mempercepat perkembangan pembangunan wilayah harus diberikan penekanan pada sektor unggulan� yang dapat memberikan dampak lebih luas terhadap kesejahteraan serta memberikan efek pengganda (multiplier effect) pada sektor lain. Semakin banyak efek pengganda yang terkandung di suatu wilayah, semakin kuat dampaknya terhadap wilayah tersebut sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi kumulatif (Domanski & Gwozdz, 2010). Dalam teori basis ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dan basis ekonomi dari wilayah tersebut. Permintaan ekspor yang besar akan memberikan dampak pengganda yang besar (multiplier effect) diantaranya menaikkan produksi dan investasi serta meningkatkan nilai tambah, yang menyebabkan bertambahnya kesempatan dan lapangan kerja, sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan pajak bagi negara, dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Rumus pengganda basis umumnya menggunakan data pendapatan atau data ketenagakerjaan, baik data sesaat maupun data series (perubahan) sebagai berikut.

Keterangan:

PB ����� = Pengganda Basis

PT ������ = Pengganda Total (PDRB)

PSB ��� = Pendapatan Sektor Basis (PDRB sektor basis)

Atau untuk data series

Keterangan:

PB������ = Pengganda Basis

PT�� ���� = Perubahan Pendapatan Total (PDRB) dua waktu �dan �

PSB���� = Pendapatan Sektor Basis (PDRB sektor basis) dua waktu �dan �

Analisis ICOR

Menurut Muta�ali (2015), Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan atau menambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output. ICOR dapat merefleksikan besarnya produktivitas kapital yang pada akhirnya menyangkut besarnya pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Berikut formulasi untuk ICOR. ICOR = KY

Keterangan:

K ������� = Investasi, atau penambahan barang modal baru/kapasitas terpasang

Y ������� = Pertambahan output

Hasil dan Pembahasan �

Kontribusi Kegiatan Pariwisata Terhadap Perekonomian Wilayah Kabupaten Kuningan

Kegiatan pariwisata di Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kegiatan utama yang menjadi penggerak perekonomian, pastinya kegiatan pariwisata memiliki peran vital dalam pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan yang ditinjau dari berbagai sisi berdasarkan analisis terkait kegiatan pariwisata yang telah dilakukan. Kegiatan pariwisata dapat dilihat dari banyaknya objek wisata di Kabupaten Kuningan. Objek wisata alam sebanyak 109 titik, objek wisata buatan sebanyak 26 titik, dan objek wisata budaya sebanyak 14 titik. Objek wisata alam lebih banyak beraglomerasi di kaki gunung Ciremai, serta di sepanjang bukit barisan. Jika dilihat dari PDRB, memang sektor pariwisata tidak langsung disebutkan diantara 17 sektor yang ada di PDRB, namun telah ditinjau beberapa sektor yang terkait dengan kegiatan pariwisata, seperti sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi makan dan minum, dan sektor jasa lainnya. Jika dilihat berdasarkan nilai PDRB Kabupaten Kuningan tahun 2021, sektor terkait kegiatan pariwisata kontribusi terhadap nilai PDRB sebesar 18,5%. Berikut merupakan grafik distribusi PDRB sektor terkait kegiatan pariwisata.

 

Gambar 4

Distribusi Sektor terkait Kegiatan Pariwisata Kabupaten Kuningan Tahun 2021

Diagram

Sumber: Hasil Analisis, 2022

 

Sektor terkait kegiatan pariwisata memiliki nilai pertumbuhan yang baik, bahkan sektor terkait kegiatan pariwisata, yakni sektor jasa lainnya memiliki pertumbuhan diatas LPE dan rata-rata pertumbuhan sektor lain. Untuk sektor terkait kegiatan pariwisata lainnya juga sama, tapi pertumbuhan dan posisi nya tidak sebaik sektor jasa lainnya.� Berikut merupakan grafik pertumbuhan sektor terkait kegiatan pariwisata dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan rata-rata pertumbuhan sektor lainnya pada PDRB Kabupaten Kuningan.

 

 

Gambar 5

Pertumbuhan Sektor terkait Kegiatan Pariwisata Kabupaten Kuningan

Tahun 2011-2021

ei = output (tenaga kerja) lokal dalam sektor i

e� =� total output (tenaga kerja) lokal

Ei =� output (tenaga kerja) nasional dalam sektor i

E� =� total output (tenaga kerja) nasional

Sumber: Hasil Analisis, 2022

 

Untuk melihat adanya pengaruh antara jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Kuningan, dengan nilai PDRB sektor terkait kegiatan pariwisata, diperbandingkan kedua nilai tersebut. Nilai PDRB terkait kegiatan pariwisata, tampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Kuningan. Jika wisatawan menurun, tidak berpengaruh terhadap penurunan PDRB sektor terkait kegiatan pariwisata, malah nilai PDRB tersebut meningkat dari tahun ke tahun.

 

Gambar 6

Grafik Perbandingan Jumlah Wisatawan dengan PDRB Sektor terkait Kegiatan Pariwisata

� ��������� Sumber: Hasil Analisis, 2022

 

Analisis location quotient (LQ) dilakukan untuk melihat sektor basis atau unggulan dan sektor yang terspesialisasi di Kabupaten Kuningan. sektor yang memiliki nilai LQ > 1, maka sektor tersebut teridentifikasi sebagai sektor basis dan unggulan Kabupaten Kuningan yang lebih terspesialisasi dibandingkan sektor di wilayah yang lebih luas yakni Jawa Barat. Sementara sektor yang memiliki nilai LQ<1, maka sektor tersebut sebagai sektor non basis dan non unggulan serta tidak terspesialisasi terhadap sektor di wilayah yang lebih luas yakni Jawa Barat. Berdasarkan analisis location quotient (LQ), sektor akomodasi makan dan minum bukan menjadi sektor basis/unggulan, namun sektor transportasi dan pergudangan dan jasa lainnya termasuk sektor unggulan, inilah yang menyebabkan kegiatan pariwisata di Kabupaten Kuningan termasuk sektor utama sebagai penggerak perekonomian. Hal ini juga telah tercantum di berbagai kebijakan rencana pengembangan wilayah di Kabupaten Kuningan, seperti RTRW Kabupaten Kuningan dan RPJMD Kabupaten Kuningan. Jika dilihat dari pertumbuhan nilai location quotient (LQ) untuk sektor terkait kegiatan pariwisata cenderung stagnan atau bahkan menurun dari tahun 2010 sampai dengan 2021. Nilai location quotient (LQ) yang cukup stabil yakni sektor jasa lainnya di angka 1,70. Berikut merupakan hasil analisis location quotient (LQ) Kabupaten Kuningan beserta pertumbuhan� location quotient (LQ) sektor terkait kegiatan pariwisata.

 

Gambar 7

Nilai LQ Kabupaten Kuningan Tahun 2021

Diagram

Sumber: Hasil Analisis, 2022

 

Gambar 8

Pertumbuhan Nilai LQ Sektor terkait Kegiatan Pariwisata Kabupaten Kuningan Tahun 2010-2021

Diagram

Sumber: Hasil Analisis, 2022

 

Analisis dynamic location quotient (DLQ), dilakukan untuk melihat sektor yang prospektif untuk dikembangkan. Sektor prospektif merupakan sektor yang memiliki potensi untuk menjadi sektor basis perekonomian pada wilayah tersebut di masa mendatang. Sektor prospektif ditandai dengan memiliki nilai DLQ besar dari satu (DLQ > 1), sedangkan sektor tidak prospektif ditandai dari nilai DLQ kecil dari 1 (DLQ < 1). Pada tahun 2011 sektor terkait kegiatan pariwisata yang menjadi sektor yang prospektif dikembangkan yakni sektor sektor penyediaan akomodasi makan dan minum, dan sektor jasa lainnya. Sedangkan pada tahun 2021, seluruh sektor terkait kegiatan pariwisata yang menjadi sektor yang prospektif dikembangkan. Berikut merupakan hasil analisis dynamic location quotient (DLQ).

 

Gambar 9

Nilai DLQ Kabupaten Kuningan Tahun 2011

Diagram

Sumber: Hasil Analisis, 2022

 

Gambar 10

Nilai DLQ Kabupaten Kuningan Tahun 2021

Diagram

Sumber: Hasil Analisis, 2022

 

Untuk melihat seberapa besar efek pengganda yang akan dihasilkan oleh suatu kegiatan atau sektor, dilakukan analisis multiplier effect. Analisis ini akan melihat dampak pengganda yang besar (multiplier effect) yang nantinya diharapkan dapat menaikkan produksi dan investasi serta meningkatkan nilai tambah, yang menyebabkan bertambahnya kesempatan dan lapangan kerja, sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan pajak, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Analisis multiplier effect akan menggunakan data secara time series tahun 2010 sampai dengan 2021. Sektor terkait kegiatan pariwisata dirasa memiliki efek pengganda yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis, untuk sektor transportasi dan pergudangan memiliki efek pengganda sebesar 7,58, sektor penyediaan akomodasi makan dan minum memiliki efek pengganda sebesar 55,43, dan sektor jasa lainnya memiliki efek pengganda sebesar 21,37. Sektor terkait kegiatan pariwisata memiliki multiplier effect yang cukup besar, maka memiliki daya yang lebih besar untuk peningkatan pendapatan, lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi.

Kontribusi Kegiatan Pariwisata Terhadap Investasi di Kabupaten Kuningan

Investasi menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), merupakan penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk memperoleh keuntungan. Investasi dalam ekonomi wilayah dapat diartikan sebagai penanaman modal ke suatu wilayah yang dapat memberikan pengaruh positif, dalam hal peningkatan pendapatan daerah, pembukaan lapangan pekerjaan, dan dampak terhadap perekonomian wilayah lainnya. Di Kabupaten Kuningan, banyak investor yang telah menanamkan modalnya. Pada tahun sebelumnya, yakni 2019, realisasi investasi terbesar berada pada sektor jasa lainnya yang merupakan sektor terkait kegiatan pariwisata. Hal ini mengindikasikan adanya perubahan minat investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Kuningan. Sektor terkait pariwisata pada tahun 2019, berkontribusi sebesar 45,2% terhadap investasi di Kabupaten Kuningan. Hal ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Kuningan memiliki daya tarik bagi para investor pada kegiatan pariwisata. Dilihat secara time series, investasi pada sektor terkait kegiatan pariwisata cenderung berfluktuatif, sempat mengalami kenaikan yang cukup besar di tahun 2012, 2014, 2016, 2018, dan 2019, pertumbuhan ini terjadi cukup besar pada sektor jasa lainnya. Berikut merupakan grafik distribusi investasi terkait kegiatan pariwisata di Kabupaten Kuningan beserta pertumbuhan investasi pada kegiatan pariwisata.

 

Gambar 1

Kontribusi Investasi Kegiatan Pariwisata Kabupaten Kuningan Tahun 2019

Diagram

Sumber: Hasil Analisis, 2022

Gambar 1

Pertumbuhan Investasi Sektor terkait Kegiatan Pariwisata Kabupaten Kuningan Tahun 2011-2020

Diagram

Sumber: Hasil Analisis, 2022

 

Analisis incremental capital output ratio (ICOR) digunakan untuk mengukur kebutuhan investasi dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sektor dengan nilai incremental capital output ratio (ICOR) rendah maka dapat dikatakan dengan satu satuan investasi tertentu dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi maka dikatakan sektor tersebut efisien, sedangkan jika nilai nya tinggi dapat dikatakan dengan satu satuan investasi tertentu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi rendah maka dikatakan sektor tersebut tidak efisien. Nilai incremental capital output ratio (ICOR) untuk sektor terkait kegiatan pariwisata Kabupaten Kuningan dinilai sebagai sektor yang efisien dan akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis dengan menggunakan data tahun 2019, untuk sektor transportasi dan pergudangan memiliki incremental capital output ratio (ICOR) sebesar 0,53, sektor penyediaan akomodasi makan dan minum memiliki incremental capital output ratio (ICOR) sebesar 0,65, dan sektor jasa lainnya memiliki incremental capital output ratio (ICOR) sebesar 5,56. Berikut merupakan nilai incremental capital output ratio (ICOR) sektor terkait kegiatan pariwisata Kabupaten Kuningan tahun 2012-2019.

 

Table 1

Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Sektor Terkait Kegiatan Pariwisata Kabupaten Kuningan Tahun 2012-2019

Tahun

Sektor Lapangan Usaha

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Jasa lainnya

2012

0,27

2,26

13,82

2013

0,23

0,28

2,01

2014

0,30

1,55

0,79

2015

0,08

0,18

1,68

2016

0,19

0,16

3,42

2017

0,03

0,14

1,08

2018

0,04

0,12

4,89

2019

0,53

0,65

5,56

Sumber: Hasil Analisis, 2022

 

Kesimpulan

Setiap wilayah memiliki potensi dan keunggulan pada sektor atau kegiatan tertentu. Salah satu kegiatan yang menjadi penggerak perekonomian di suatu daerah yakni kegiatan pariwisata. Salah satu daerah yang mempunyai potensi pariwisata yaitu Kabupaten Kuningan, karena memiliki keindahan alam yang menjadi daya tarik wisata pada daerah tersebut. Dalam berbagai kebijakan, Kabupaten Kuningan dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Dilihat dari kontribusi terhadap ekonomi wilayah, kegiatan pariwisata dikatakan memiliki kontribusi terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Kuningan, yang didasari oleh kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Kuningan. Hal ini dilihat dari distribusi kegiatan pariwisata pada PDRB Kabupaten Kuningan. Sektor terkait kegiatan pariwisata merupakan sektor basis atau unggulan dan terspesialisasi. Jika dilihat secara jangka panjang untuk pengembangan, sektor terkait kegiatan pariwisata merupakan sektor yang prospektif dikembangkan. Efek pengganda sektor terkait kegiatan pariwisata memiliki daya yang lebih besar untuk meningkatkan pendapatan, lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi. Selain secara ekonomi wilayah dalam lingkup internal, kegiatan pariwisata dikatakan memiliki kontribusi terhadap investasi di Kabupaten Kuningan. Nilai kontribusi sektor terkait kegiatan pariwisata hampir setengahnya dari total realisasi investasi di Kabupaten Kuningan. Sektor terkait kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang efisien serta akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan demikian, kegiatan pariwisata memiliki daya tarik investasi yang baik di Kabupaten Kuningan. Untuk mengupayakan peningkatan pengaruh kegiatan pariwisata terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan maka diperlukan peningkatan daya tarik pariwisata Kabupaten Kuningan dengan cara promosi pariwisata, inovasi, pembuatan event pariwisata, dan lain-lain.



BIBLIOGRAFI

Adisasmita, Rahardjo. (2005). Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu

 

Arianti, D. (2014). Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian dan Keruangan Kota Bukittinggi (Pendekatan Analisis Input Output). Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 2(3), 183-196.

 

Arsyad, L. (2017). Ekonomi pembangunan dan pembangunan ekonomi. Tersedia secara online di: http://www. pustaka. ut. ac. id/lib/wpcontent/uploads/pdfmk/ESPA4324-M1. pdf [diakses di Lembang, Jawa Barat, Indonesia: 2 Oktober 2018].

 

Ashoer, M dkk. (2021). Ekonomi Pariwisata. Medan: Yayasan Kita Menulis.

 

Domański, Bolesław� dan Gwosdz, Krzysztof. (2010). Multiplier Effects In Local And Regional Development. Poland: Institute of Geography and Spatial Management, Jagiellonian University.

 

Hajeri dkk. (2015). Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian di Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan, Vol. 4, No. 2, 253-269.

 

Hakim, L. (2012). Industri Pariwisata dan Pembangunan Nasional. Among Makarti, 3(1).

 

Hall, C. M., M�ller, D. K., & Saarinen, J. (2008). Nordic tourism: Issues and cases (Vol. 36). Channel View Publications.

 

Hermawan, B. (2012). Analisis Kontribusi transaksi pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) sektor pariwisata. Media Wisata, 7(1).

 

Muta�ali, Lutfi. (2015). Teknik Analisis Regional (Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang dan Lingkungan). Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Geografi-UGM.

 

Neto, Frederico. (2003). A New Approach to Sustainable Tourism Development: Moving Beyond Environmental Protection. Desa Discussion Paper, no. 29, United Nations.

 

Pendit, N. S., & Pariwisata, I. (1990). Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita.

 

Rom�o, J. (2018). Tourism, territory and sustainable development: Theoretical foundations and empirical applications in Japan and Europe (Vol. 28). Springer.

 

Rustiadi, Ernan, dkk. (2018). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

 

Utama, I. G. B. R. (2017). Pemasaran pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.

 

Wahab, S. (1992). Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita: Jakarta

 

Zebua, M. (2016). Inspirasi pengembangan pariwisata daerah. Yogyakarta: Deepublish.

 

Copyright holder:

Muhammad Fajar Amanullah, Intan Azahra Ramadhani, Sefda Hadil (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: