Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
5,
Mei 2023
Muhammad Fajar
Amanullah, Intan
Azahra Ramadhani,
Sefda Hadil
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan
Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email:
[email protected]
Kata Kunci: Pariwisata, Kontribusi, Perekonomian, Investasi.
Abstract
Keywords:� Tourism,
Contribution, Economy, Investment.
Pada negara berkembang,
pembangunan difokuskan pada pembangunan ekonomi (Hajeri
dkk, 2015).
Terminologi pembangunan ekonomi tidak sekedar merujuk pada peningkatan PDB per
tahun, tetapi lebih bersifat multidimensi sehingga mencakup berbagai aspek
dalam kehidupan masyarakat yang berdampak pada peningkatan kegiatan ekonomi dan
taraf kesejahteraan masyarakat (Arsyad,
2017).
Untuk menghasilkan dampak yang besar, maka salah satu cara pembangunan dapat
melalui kegiatan pariwisata yang beberapa dekade terakhir ini menjadi fokus
perhatian di seluruh dunia. Pariwisata merupakan salah satu kegiatan ekonomi
terbesar dan berpotensi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang signifikan (Neto,
2003).
Peranan pariwisata terhadap perekonomian sudah tidak diragukan oleh semua pihak
dan keberadaannya sangat diperlukan untuk menopang perekonomian masyarakat (Ashoer,
2021; Hakim, 2010).
Pariwisata merupakan
kegiatan yang tidak berdiri sendiri (Hermawan,
2021),
tetapi dalam PDRB pariwisata ini masuk kedalam 3 sektor, yakni transportasi dan
pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta jasa lainnya. Hal ini
didasarkan pada komponen pariwisata yakni amenitas, aksesibilitas, dan atraksi.
destinasi pariwisata terdiri dari berbagai macam kegiatan, yang meliputi
akomodasi, transportasi, dan layanan makanan, serta layanan ritel, hiburan,
pendidikan, budaya, atau lingkungan (Rom�o,
2018).
Saat ini, di Indonesia sedang gencar memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk
kegiatan pariwisata. Perkembangan dari komponen pariwisata tersebut akan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam pengembangannya, tentunya membutuhkan
kerjasama dari berbagai pihak� termasuk
pemerintah, masyarakat, dan stakeholders lainnya untuk mencapai peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Oleh karena itu, diperlukan
kemampuan daerah untuk menggali dan mengembangkan sektor unggulan yang
diharapkan dapat menjadi penggerak perekonomian daerahnya. Bahkan, sektor
unggulan mampu menimbulkan efek pengganda (multiplier effect) sehingga
diharapkan� dapat� mendorong�
dan� menarik� sektor lain�
untuk� bersama-sama dalam meningkatkan
perekonomian daerah (Adisasmita,� 2005; Arianti, 2014).
Salah satu kegiatan yang dapat diandalkan yakni kegiatan pariwisata.
Kabupaten Kuningan yang
memiliki bentang alam sehingga mendukung untuk dikembangkannya wisata alam, terlebih,
sebagian wilayah Kabupaten Kuningan tercakup dalam Taman Nasional Gunung
Ciremai (TNGC). Persebaran objek wisata alam di Kabupaten Kuningan cukup
menyebar yang mayoritas beraglomerasi di bagian barat dan utara atau lebih
tepatnya di kaki Gunung Ciremai. Selain wisata alam, Kabupaten Kuningan
memiliki wisata buatan dan budaya dengan persebaran sebagai berikut.
Gambar 1
Peta Persebaran Objek Wisata Kabupaten Kuningan
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Potensi wisata tersebut
tentunya mampu menarik wisatawan mancanegara maupun domestik untuk berkunjung
ke Kabupaten Kuningan. Berikut merupakan grafik perkembangan jumlah wisatawan
baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Gambar 2
Grafik Jumlah Wisatawan Nusantara ke Kabupaten
Kuningan Tahun 2010-2020
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Gambar 3
Grafik Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Kabupaten
Kuningan
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Jumlah wisatawan yang
berwisata ke objek wisata di Kabupaten Kuningan mengalami fluktuasi.
Peningkatan tertinggi khusus untuk wisatawan nusantara berada di antara rentang
tahun 2014 sampai dengan tahun 2017, sedangkan untuk peningkatan tertinggi
wisatawan mancanegara berada di antara rentang tahun 2014 sampai dengan 2018.
Penurunan jumlah kunjungan ke objek wisata di Kabupaten Kuningan untuk
wisatawan nusantara berada di tahun 2020, hal tersebut berlaku untuk wisatawan
mancanegara yang mengalami penurunan kunjungan mulai dari tahun 2019 sampai
dengan 2020. Terjadinya penurunan kunjungan ke objek wisata di Kabupaten
Kuningan disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19, hal ini dikarenakan objek
wisata di Kabupaten Kuningan selama masa pembatasan sosial ditutup sementara.
Selain berdasarkan
potensi yang ada, Kabupaten Kuningan juga didukung berdasarkan kebijakan pada
tingkat nasional maupun provinsi yakni memiliki arahan pembangunan kepada
kegiatan pariwisata. Berdasarkan penjelasan yang sudah diuraikan, penelitian
ini akan menganalisis pengaruh kegiatan pariwisata terhadap perekonomian
Kabupaten Kuningan. Penelitian ini akan menjawab bagaimana potensi pariwisata
yang dimiliki oleh Kabupaten Kuningan akan berdampak pada perekonomian di
wilayahnya.
Pariwisata merupakan
perpindahan sementara orang ke tujuan di luar tempat kerja dan tempat tinggal
mereka, kegiatan tersebut dilakukan selama mereka berada di tujuan tersebut dan
fasilitas yang tersedia ditujukan untuk memenuhi kebutuhan mereka (Hall
dkk, 2008).
Sementara menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,
pariwisata yakni berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah. Menurut Wahab (1992),
pariwisata terdiri dari tiga unsur, yakni:
Peran
Pariwisata dalam Perekonomian
Pariwisata dianggap
sebagai jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
cepat (Pendit,
1990).
Dengan kata lain, pariwisata disebut sebagai mesin penggerak perekonomian yang
terbukti memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah daerah (Utama,
2017).
Lebih lanjut, Utama menyebutkan bahwa keberhasilan pariwisata yakni dapat
dilihat dari penerimaan pemerintah dari sektor yang berkaitan dengan
pariwisata. Selain itu, kegiatan pariwisata memiliki daya ungkit atau efek
pengganda (multiplier effect) yang besar serta bertambahnya jumlah kedatangan
wisatawan dari waktu ke waktu. Kedatangan wisatawan akan mengundang investor
karena dianggap memiliki peluang untuk mendapatkan profit (Zebua,
2016).
Menurut J. Rom�o (2018),
data berdasarkan UNWTO, untuk tahun 2017 menunjukkan bahwa 10% dari PDB dunia,
7% dari ekspor internasional, dan 30% dari ekspor jasa secara global terkait
dengan kegiatan pariwisata, sementara kegiatan pariwisata juga mempekerjakan
10% pekerja di dunia. Pariwisata mampu memberikan dampak terhadap perekonomian
dan sebagai stimulus atas peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai
sektor yang terkait dengan pariwisata, hal ini berdasarkan berbagai penelitian
di berbagai negara atau wilayah yang mengungkapkan bahwa pariwisata memberikan
kontribusi bagi pertumbuhan wilayah khususnya pada kontribusi ekonomi (Rom�o,
2018).
Metode
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini, yakni menggunakan metode pengumpulan data sekunder. Data yang
digunakan berasal dari data Badan Pusat Statistik (BPS) dan badan/dinas yang
terkait dengan topik penelitian.
Metodologi
Analisis Data
Analisis
Location Quotient
Menurut Muta�ali (2015),
analisis Location Quotient (LQ) merupakan analisis yang digunakan untuk
menentukan sektor apa saja yang merupakan sektor basis yang dapat mengekspor
(ke luar daerah) dalam perekonomian wilayah. Cara untuk melakukan analisis LQ
yaitu membandingkan antara peranan relatif sektor atau subsektor wilayah (PDRB
sektoral) terhadap nilai tambah total wilayah (PDRB) dengan peranan relatif
sektor atau subsektor yang sama pada wilayah yang lebih luas. Analisis LQ juga
dapat disesuaikan dengan kepentingan penelitian dan sumber data yang tersedia.
Jika penelitian dimaksudkan untuk mencari sektor yang kegiatan ekonominya dapat
memberikan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya maka yang dipakai sebagai dasar
ukuran adalah jumlah tenaga kerja sedangkan bila keperluannya untuk menaikan
pendapatan daerah, maka pendapatan merupakan dasar ukuran yang tepat sedangkan
jika hasil produksi maka hasil jumlah hasil produksi yang dipilih (Rustiadi,
2018).
Berikut merupakan formula dari analisis LQ.
Keterangan:
ei = output
(tenaga kerja) lokal dalam sektor i
e� =�
total output (tenaga kerja) lokal
Ei =� output (tenaga kerja) nasional dalam sektor i
E� =�
total output (tenaga kerja) nasional
Berdasarkan formula di
atas, semakin tinggi nilai LQ suatu sektor, maka semakin tinggi pula comparative advantage daerah yang
bersangkutan dalam mengembangkan sektor tersebut (Lutfi,
2015).
Jika nilai LQ > 1 maka diartikan bahwa sektor tersebut teridentifikasi
sebagai sektor basis dan unggulan yang lebih terspesialisasi dibandingkan
sektor pada wilayah acuan yang lebih luas, nilai LQ<1 menunjukan sektor
tersebut sebagai sektor non basis dan non unggulan serta tidak terspesialisasi
terhadap sektor di wilayah acuan yang lebih luasnya, sedangkan nilai LQ=1
menunjukan sektor seimbang� dengan
wilayah acuan yang lebih luas.
Analisis
Dynamic Location Quotient (DLQ)
Muta�ali (2015)
menyatakan bahwa munculnya analisis DLQ dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan
metode LQ� yang bersifat statis yang
hanya memberikan gambaran� pada satu
waktu tertentu, sekaligus menyempurnakannya, sehingga dapat diketahui perubahan
sektoral. Secara prinsip, analisis DLQ sama dengan LQ, yakni digunakan untuk
menganalisis sektor unggulan. Berikut formula dari analisis DLQ.
DLQ
= []
Keterangan:
DLQ��� = Dynamic Location Quotient
gij ������ = Laju pertumbuhan sektor i di wil. Studi
gj ������� = Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektor
di wil. studi
Gi ������ = Laju pertumbuhan sektor i di wil.
referensi
G ������� = Rata-rata laju pertumbuhan PDRB di wilayah referensi
t ��������� = Jumlah tahun untuk analisis
Penafsiran nilai DLQ pada
dasarnya sama dengan LQ. Kriteria pengukuran DLQ adalah sebagai berikut.
Analisis
Multiplier Effect/Penggandaan Basis
Muta�ali (2015)
mengungkapkan bahwa untuk mempercepat perkembangan pembangunan wilayah harus
diberikan penekanan pada sektor unggulan�
yang dapat memberikan dampak lebih luas terhadap kesejahteraan serta
memberikan efek pengganda (multiplier effect) pada sektor lain. Semakin banyak
efek pengganda yang terkandung di suatu wilayah, semakin kuat dampaknya
terhadap wilayah tersebut sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi kumulatif (Domanski
& Gwozdz, 2010).
Dalam teori basis ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan
oleh besarnya peningkatan ekspor dan basis ekonomi dari wilayah tersebut.
Permintaan ekspor yang besar akan memberikan dampak pengganda yang besar
(multiplier effect) diantaranya menaikkan produksi dan investasi serta
meningkatkan nilai tambah, yang menyebabkan bertambahnya kesempatan dan
lapangan kerja, sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan pajak bagi
negara, dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Rumus pengganda
basis umumnya menggunakan data pendapatan atau data ketenagakerjaan, baik data
sesaat maupun data series (perubahan) sebagai berikut.
Keterangan:
PB ����� = Pengganda Basis
PT ������ = Pengganda Total (PDRB)
PSB ��� = Pendapatan Sektor Basis (PDRB sektor
basis)
Atau untuk data series
Keterangan:
PB������ =
Pengganda Basis
PT��
���� = Perubahan Pendapatan Total
(PDRB) dua waktu �dan �
PSB���� =
Pendapatan Sektor Basis (PDRB sektor basis) dua waktu �dan �
Analisis
ICOR
Menurut Muta�ali (2015),
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah suatu besaran yang menunjukkan
besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan atau
menambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya
tambahan kapital dengan tambahan output. ICOR dapat merefleksikan besarnya
produktivitas kapital yang pada akhirnya menyangkut besarnya pertumbuhan
ekonomi yang bisa dicapai. Berikut formulasi untuk ICOR. ICOR = KY
Keterangan:
K ������� = Investasi, atau penambahan barang modal baru/kapasitas
terpasang
Y ������� = Pertambahan output
Kontribusi
Kegiatan Pariwisata Terhadap Perekonomian Wilayah Kabupaten Kuningan
Kegiatan pariwisata di
Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kegiatan utama yang menjadi penggerak
perekonomian, pastinya kegiatan pariwisata memiliki peran vital dalam
pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan yang ditinjau dari berbagai sisi
berdasarkan analisis terkait kegiatan pariwisata yang telah dilakukan. Kegiatan
pariwisata dapat dilihat dari banyaknya objek wisata di Kabupaten Kuningan.
Objek wisata alam sebanyak 109 titik, objek wisata buatan sebanyak 26 titik,
dan objek wisata budaya sebanyak 14 titik. Objek wisata alam lebih banyak
beraglomerasi di kaki gunung Ciremai, serta di sepanjang bukit barisan. Jika
dilihat dari PDRB, memang sektor pariwisata tidak langsung disebutkan diantara
17 sektor yang ada di PDRB, namun telah ditinjau beberapa sektor yang terkait
dengan kegiatan pariwisata, seperti sektor transportasi dan pergudangan, sektor
penyediaan akomodasi makan dan minum, dan sektor jasa lainnya. Jika dilihat
berdasarkan nilai PDRB Kabupaten Kuningan tahun 2021, sektor terkait kegiatan
pariwisata kontribusi terhadap nilai PDRB sebesar 18,5%. Berikut merupakan
grafik distribusi PDRB sektor terkait kegiatan pariwisata.
Gambar 4
Distribusi Sektor terkait Kegiatan Pariwisata
Kabupaten Kuningan Tahun 2021
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Sektor terkait kegiatan
pariwisata memiliki nilai pertumbuhan yang baik, bahkan sektor terkait kegiatan
pariwisata, yakni sektor jasa lainnya memiliki pertumbuhan diatas LPE dan
rata-rata pertumbuhan sektor lain. Untuk sektor terkait kegiatan pariwisata
lainnya juga sama, tapi pertumbuhan dan posisi nya tidak sebaik sektor jasa
lainnya.� Berikut merupakan grafik
pertumbuhan sektor terkait kegiatan pariwisata dibandingkan dengan laju
pertumbuhan ekonomi dan rata-rata pertumbuhan sektor lainnya pada PDRB
Kabupaten Kuningan.
Gambar 5
Pertumbuhan Sektor terkait Kegiatan Pariwisata
Kabupaten Kuningan
Tahun 2011-2021
ei = output (tenaga kerja) lokal
dalam sektor i
e�
=� total output (tenaga kerja)
lokal
Ei =�
output (tenaga kerja) nasional dalam sektor i
E�
=� total output (tenaga kerja)
nasional
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Untuk melihat adanya
pengaruh antara jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Kuningan, dengan
nilai PDRB sektor terkait kegiatan pariwisata, diperbandingkan kedua nilai
tersebut. Nilai PDRB terkait kegiatan pariwisata, tampaknya tidak terlalu terpengaruh
oleh jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Kuningan. Jika wisatawan
menurun, tidak berpengaruh terhadap penurunan PDRB sektor terkait kegiatan
pariwisata, malah nilai PDRB tersebut meningkat dari tahun ke tahun.
Gambar 6
Grafik Perbandingan Jumlah Wisatawan dengan PDRB
Sektor terkait Kegiatan Pariwisata
� ��������� Sumber:
Hasil Analisis, 2022
Analisis location
quotient (LQ) dilakukan untuk melihat sektor basis atau unggulan dan sektor
yang terspesialisasi di Kabupaten Kuningan. sektor yang memiliki nilai LQ >
1, maka sektor tersebut teridentifikasi sebagai sektor basis dan unggulan
Kabupaten Kuningan yang lebih terspesialisasi dibandingkan sektor di wilayah
yang lebih luas yakni Jawa Barat. Sementara sektor yang memiliki nilai LQ<1,
maka sektor tersebut sebagai sektor non basis dan non unggulan serta tidak
terspesialisasi terhadap sektor di wilayah yang lebih luas yakni Jawa Barat.
Berdasarkan analisis location quotient (LQ), sektor akomodasi makan dan minum
bukan menjadi sektor basis/unggulan, namun sektor transportasi dan pergudangan
dan jasa lainnya termasuk sektor unggulan, inilah yang menyebabkan kegiatan
pariwisata di Kabupaten Kuningan termasuk sektor utama sebagai penggerak
perekonomian. Hal ini juga telah tercantum di berbagai kebijakan rencana
pengembangan wilayah di Kabupaten Kuningan, seperti RTRW Kabupaten Kuningan dan
RPJMD Kabupaten Kuningan. Jika dilihat dari pertumbuhan nilai location quotient
(LQ) untuk sektor terkait kegiatan pariwisata cenderung stagnan atau bahkan menurun
dari tahun 2010 sampai dengan 2021. Nilai location quotient (LQ) yang cukup
stabil yakni sektor jasa lainnya di angka 1,70. Berikut merupakan hasil
analisis location quotient (LQ) Kabupaten Kuningan beserta pertumbuhan� location quotient (LQ) sektor terkait
kegiatan pariwisata.
Gambar 7
Nilai LQ Kabupaten Kuningan Tahun 2021
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Gambar 8
Pertumbuhan Nilai LQ Sektor terkait Kegiatan
Pariwisata Kabupaten Kuningan Tahun 2010-2021
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Analisis dynamic location
quotient (DLQ), dilakukan untuk melihat sektor yang prospektif untuk
dikembangkan. Sektor prospektif merupakan sektor yang memiliki potensi untuk
menjadi sektor basis perekonomian pada wilayah tersebut di masa mendatang.
Sektor prospektif ditandai dengan memiliki nilai DLQ besar dari satu (DLQ >
1), sedangkan sektor tidak prospektif ditandai dari nilai DLQ kecil dari 1 (DLQ
< 1). Pada tahun 2011 sektor terkait kegiatan pariwisata yang menjadi sektor
yang prospektif dikembangkan yakni sektor sektor penyediaan akomodasi makan dan
minum, dan sektor jasa lainnya. Sedangkan pada tahun 2021, seluruh sektor
terkait kegiatan pariwisata yang menjadi sektor yang prospektif dikembangkan.
Berikut merupakan hasil analisis dynamic location quotient (DLQ).
Gambar 9
Nilai DLQ Kabupaten Kuningan Tahun 2011
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Gambar 10
Nilai DLQ Kabupaten Kuningan Tahun 2021
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Untuk melihat seberapa
besar efek pengganda yang akan dihasilkan oleh suatu kegiatan atau sektor,
dilakukan analisis multiplier effect. Analisis ini akan melihat dampak
pengganda yang besar (multiplier effect) yang nantinya diharapkan dapat
menaikkan produksi dan investasi serta meningkatkan nilai tambah, yang
menyebabkan bertambahnya kesempatan dan lapangan kerja, sehingga meningkatkan
pendapatan masyarakat dan pajak, yang pada akhirnya akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Analisis multiplier effect akan menggunakan data secara
time series tahun 2010 sampai dengan 2021. Sektor terkait kegiatan pariwisata
dirasa memiliki efek pengganda yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari
hasil analisis, untuk sektor transportasi dan pergudangan memiliki efek pengganda
sebesar 7,58, sektor penyediaan akomodasi makan dan minum memiliki efek
pengganda sebesar 55,43, dan sektor jasa lainnya memiliki efek pengganda
sebesar 21,37. Sektor terkait kegiatan pariwisata memiliki multiplier effect
yang cukup besar, maka memiliki daya yang lebih besar untuk peningkatan
pendapatan, lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi.
Kontribusi
Kegiatan Pariwisata Terhadap Investasi di Kabupaten Kuningan
Investasi menurut kamus
besar bahasa Indonesia (KBBI), merupakan penanaman uang atau modal dalam suatu
perusahaan atau proyek untuk memperoleh keuntungan. Investasi dalam ekonomi
wilayah dapat diartikan sebagai penanaman modal ke suatu wilayah yang dapat
memberikan pengaruh positif, dalam hal peningkatan pendapatan daerah, pembukaan
lapangan pekerjaan, dan dampak terhadap perekonomian wilayah lainnya. Di
Kabupaten Kuningan, banyak investor yang telah menanamkan modalnya. Pada tahun
sebelumnya, yakni 2019, realisasi investasi terbesar berada pada sektor jasa
lainnya yang merupakan sektor terkait kegiatan pariwisata. Hal ini
mengindikasikan adanya perubahan minat investor untuk menanamkan modalnya di
Kabupaten Kuningan. Sektor terkait pariwisata pada tahun 2019, berkontribusi
sebesar 45,2% terhadap investasi di Kabupaten Kuningan. Hal ini mengindikasikan
bahwa Kabupaten Kuningan memiliki daya tarik bagi para investor pada kegiatan
pariwisata. Dilihat secara time series, investasi pada sektor terkait kegiatan
pariwisata cenderung berfluktuatif, sempat mengalami kenaikan yang cukup besar
di tahun 2012, 2014, 2016, 2018, dan 2019, pertumbuhan ini terjadi cukup besar
pada sektor jasa lainnya. Berikut merupakan grafik distribusi investasi terkait
kegiatan pariwisata di Kabupaten Kuningan beserta pertumbuhan investasi pada
kegiatan pariwisata.
Gambar 1
Kontribusi Investasi Kegiatan Pariwisata Kabupaten
Kuningan Tahun 2019
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Gambar 1
Pertumbuhan Investasi Sektor terkait Kegiatan
Pariwisata Kabupaten Kuningan Tahun 2011-2020
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Analisis incremental capital output ratio
(ICOR) digunakan untuk mengukur kebutuhan investasi dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sektor dengan nilai incremental capital
output ratio (ICOR) rendah maka dapat dikatakan dengan satu satuan investasi
tertentu dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi maka dikatakan sektor
tersebut efisien, sedangkan jika nilai nya tinggi dapat dikatakan dengan satu
satuan investasi tertentu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi rendah maka
dikatakan sektor tersebut tidak efisien. Nilai incremental capital output ratio
(ICOR) untuk sektor terkait kegiatan pariwisata Kabupaten Kuningan dinilai
sebagai sektor yang efisien dan akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis dengan menggunakan data tahun
2019, untuk sektor transportasi dan pergudangan memiliki incremental capital
output ratio (ICOR) sebesar 0,53, sektor penyediaan akomodasi makan dan minum
memiliki incremental capital output ratio (ICOR) sebesar 0,65, dan sektor jasa
lainnya memiliki incremental capital output ratio (ICOR) sebesar 5,56. Berikut
merupakan nilai incremental capital output ratio (ICOR) sektor terkait kegiatan
pariwisata Kabupaten Kuningan tahun 2012-2019.
Table 1
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Sektor Terkait Kegiatan Pariwisata Kabupaten Kuningan Tahun 2012-2019
Tahun |
Sektor Lapangan Usaha |
||
Transportasi dan Pergudangan |
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum |
Jasa lainnya |
|
2012 |
0,27 |
2,26 |
13,82 |
2013 |
0,23 |
0,28 |
2,01 |
2014 |
0,30 |
1,55 |
0,79 |
2015 |
0,08 |
0,18 |
1,68 |
2016 |
0,19 |
0,16 |
3,42 |
2017 |
0,03 |
0,14 |
1,08 |
2018 |
0,04 |
0,12 |
4,89 |
2019 |
0,53 |
0,65 |
5,56 |
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Setiap wilayah
memiliki potensi dan keunggulan pada sektor atau kegiatan tertentu. Salah satu kegiatan yang menjadi penggerak perekonomian di suatu daerah yakni kegiatan
pariwisata. Salah satu daerah yang mempunyai potensi pariwisata yaitu Kabupaten Kuningan, karena memiliki keindahan alam yang menjadi daya tarik wisata
pada daerah tersebut. Dalam berbagai kebijakan, Kabupaten Kuningan dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata.
Dilihat dari kontribusi terhadap ekonomi wilayah, kegiatan pariwisata dikatakan memiliki kontribusi terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Kuningan, yang didasari oleh kontribusi
terhadap PDRB Kabupaten Kuningan. Hal ini dilihat dari distribusi
kegiatan pariwisata pada PDRB Kabupaten Kuningan. Sektor terkait kegiatan pariwisata merupakan sektor basis atau unggulan dan terspesialisasi. Jika dilihat secara
jangka panjang untuk pengembangan, sektor terkait kegiatan pariwisata merupakan sektor yang prospektif dikembangkan. Efek pengganda sektor terkait kegiatan pariwisata memiliki daya yang lebih besar untuk
meningkatkan pendapatan, lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi. Selain secara ekonomi wilayah dalam lingkup
internal, kegiatan pariwisata
dikatakan memiliki kontribusi terhadap investasi di Kabupaten Kuningan. Nilai kontribusi sektor terkait kegiatan pariwisata hampir setengahnya dari total realisasi investasi di Kabupaten Kuningan. Sektor terkait kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang efisien serta akan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan demikian, kegiatan pariwisata memiliki daya tarik investasi
yang baik di Kabupaten Kuningan. Untuk mengupayakan peningkatan pengaruh kegiatan pariwisata terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan maka diperlukan peningkatan daya tarik pariwisata Kabupaten Kuningan dengan cara promosi pariwisata,
inovasi, pembuatan event pariwisata, dan lain-lain.
Copyright holder: Muhammad
Fajar Amanullah, Intan Azahra Ramadhani, Sefda Hadil (2023) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |