Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 5, Mei 2023

 

GAMBARAN EFEKTIVITAS TUTOR PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) �ONLINE FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

 

Patricia Monique Yolande, Enny Irawaty

Fakultas Kedokteran, Universitas Tarumanagara

Email : [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Pandemi Coronavirus Disease (COVID-19) mendorong pembelajaran mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK UNTAR) diselenggarakan secara jarak jauh (online). Hal ini berdampak pada seluruh kegiatan pembelajaran seperti perkuliahan, diskusi problem-based learning (PBL), dan pembelajaran keterampilan klinis dasar yang seharusnya dilakukan secara tatap muka, menjadi online. Kegiatan diskusi PBL di FK UNTAR yang diselenggarakan secara online tentu berbeda dengan diskusi PBL secara tatap muka. Berbagai faktor dapat memengaruhi keberhasilan PBL, antara lain kasus pemicu yang diberikan, proses tutorial kelompok, dan peran tutor. Peran tutor sangat penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif untuk mahasiswa, salah satunya dengan menstimulasi proses pembelajaran yang aktif, mandiri, kontekstual, dan kolaboratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas tutor PBL online FK UNTAR menstimulasi mahasiswa dalam pembelajaran aktif, mandiri, kontekstual, dan kolaboratif, serta perilaku intrapersonal sebagai seorang tutor. Subjek penelitian ini adalah 480 mahasiswa FK UNTAR angakatan 2019, 2022, dan 2021 yang mengikuti kegiatan tutorial PBL blok yang sedang dijalani secara penuh (semua langkah seven jumps). Metode pengumpulan data dilakukan secara daring dengan penyebaran kuesioner menggunakan Google form. Hasil analisis menyatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa tutor PBL online menstimulasi mahasiswa dalam pembelajaran aktif (51,2%-56,0% responden), pembelajaran mandiri (52,3%-53,5% responden), pembelajaran kontekstual (55,4%-56,3% responden), pembelajaran kolaboratif (46,5%-48,3% responden), serta perilaku intrapersonal tutor (46,7%-54,2% responden).

 

Kata kunci: tutor PBL, pembelajaran aktif, pembelajaran mandiri, pembelajaran kontekstual, pembelajaran kolaboratif, perilaku intrapersonal

 

Abstract

The Coronavirus Disease (COVID-19) pandemic had resulted in the learning of students of Faculty of Medicine Tarumanagara University (FK UNTAR) be held online. This had caused all learning activities such as lectures, problem-based learning (PBL) discussions, and basic clinical skills learnings that should have been done face-to-face, to be done online. PBL discussions at FK UNTAR which are held online are certainly different from face-to-face PBL discussions. Various factors may influence the success of PBL, including the PBL cases, the group�s tutorial process, and the tutors� role. The tutors� role is very important in creating a conducive learning environment for the students by stimulating an active, self-directed, contextual, and collaborative learning process. This study aims to describe the effectiveness of online PBL tutors in FK UNTAR at stimulating the students in an active, self-directed, contextual, and collaborative learning, as well as their intrapersonal behavior as a tutor. The subjects of this study were 480 FK UNTAR students of the 2019, 2022, and 2021 classes who fully participated in their current blocks� PBL tutorial activities (including all seven-jumps steps). The data collection method was done online by distributing questionnaires using the Google form. The results of the analysis stated that the majority of respondents agreed that online PBL tutors stimulate them in active learning (51.2%-56.0% of respondents), self-directed learning (52.3%-53.5% of respondents), contextual learning (55.4%-56.3% of respondents), collaborative learning (46.5%-48.3% of respondents), as well as the tutor's intrapersonal behavior (46.7%-54.2% of respondents).

 

Keywords: PBL tutor, active learning, self-directed learning, contextual learning, collaborative learning, intrapersonal behavior

 

Pendahuluan

Pandemi Coronavirus Disease (COVID-19) mendorong pembelajaran diselenggarakan secara jarak jauh (online). Berdasarkan Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) di Perguruan Tinggi dan Surat Edaran Rektor Universitas Tarumanagara Nomor 769-R/2386/UNTAR/III/2020 tentang Pelaksanaan Pembelajaran dan Bekerja Terkait Antisipasi Pencegahan Risiko Dampak Pandemi Virus Corona (COVID-19) (KEBUDAYAAN & Indonesia, 2020), pembelajaran di Universitas Tarumanagara, khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran juga diselenggarakan secara online (daring). Hal ini berdampak pada metode pembelajaran yang seharusnya dilakukan secara tatap muka, menjadi online.

Seluruh kegiatan pembelajaran seperti perkuliahan, diskusi PBL, dan pembelajaran keterampilan klinis dasar dilakukan secara daring. Pembelajaran online merupakan metode pembelajaran yang disampaikan melalui teknologi informasi dan komunikasi dengan menggunakan berbagai macam bentuk, termasuk pembelajaran asynchronous serta pembelajaran synchronous yang dilakukan secara real time. Melalui pembelajaran online, pengajar berinteraksi dan menyampaikan informasi kepada mahasiswa menggunakan fasilitas internet (Forero et al., 2018).

Kegiatan diskusi PBL di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK UNTAR) yang diselenggarakan secara daring tentu berbeda dengan diskusi PBL secara tatap muka. Salah satu hal yang membedakan diskusi PBL online dengan diskusi tatap muka di FK UNTAR, yaitu jumlah mahasiswa yang difasilitasi oleh tutor. Pada diskusi PBL tatap muka di FK UNTAR, seorang tutor memfasilitasi satu kelompok yang berjumlah 11-12 orang, sedangkan pada PBL online, seorang tutor memfasilitasi dua kelompok yang masing-masing terdiri atas 8-9 mahasiswa (Van Berkel & Dolmans, 2006; Widjaja & Irawaty, 2022).

Pada pendekatan PBL, mahasiswa diberikan kasus pemicu yang menyerupai berbagai kasus klinis yang nyata. Kasus tersebut bertujuan memicu mahasiswa mengidentifikasi dan melakukan penalaran klinis untuk mencapai sasaran pembelajaran yang diharapkan.5 Berbagai faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan PBL, antara lain kasus pemicu yang diberikan, proses tutorial kelompok, dan peran para tutor. Berbagai faktor tersebut saling berkontribusi dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kuat, positif dan kondusif. Peran serta tutor menjadi sangat penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif untuk mahasiswa, salah satunya dengan menstimulasi proses pembelajaran yang aktif, mandiri, kontekstual, dan kolaboratif (L. C. Chan, 2008; Swanwick, 2018).

Kehadiran tutor dalam diskusi PBL bukan bertujuan untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan secara langsung kepada mahasiswa, namun sebaliknya, memfasilitasi pembelajaran atau diskusi mahasiswa dengan memberikan pertanyaan, mengawasi jalannya diskusi sehingga learning issues yang diharapkan dapat tercapai, serta memberikan umpan balik konstruktif kepada mahasiswa terkait pembelajaran yang sudah dilakukan (Chng et al., 2011; Yadav et al., 2018).

Seorang tutor berkualifikasi baik apabila ia memiliki pengetahuan yang cukup untuk memahami kasus pemicu sehingga dapat mengidentifikasi kesenjangan atau kesalahan dalam diskusi, mampu mengawasi diskusi agar berjalan lancar dan terarah (Akbar & Widjaja, 2019; Hammar Chiriac et al., 2021), menjaga dinamika kelompok (Nunes et al., 2017), serta memastikan mahasiswa mencapai dan memahami learning issues yang diharapkan (Nunes et al., 2017) Selain perlu memiliki keterampilan memfasilitasi pembelajaran, tutor yang baik juga diharapkan dapat membantu menyelesaikan konflik yang terjadi dalam grup, serta memberikan umpan balik dan penilaian terkait kinerja mahasiswa dalam berdiskusi (Esema et al., 2012). Dalam meningkatkan kualitas tutor PBL yang baik, diperlukan pelatihan tutor, berbagi pengalaman dalam memfasilitasi diskusi serta meminta saran dari sesama tutor terkait masalah yang ditemukan dalam berdiskusi (Edelbring et al., 2020; Habib et al., 2022).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa efektivitas diskusi PBL bergantung pada peran tutor (L.-C. Chan, 2009; Martinus et al., 2012). Penelitian Yadav et al. menilai bahwa tutor berperan dalam meningkatkan aktivitas pembelajaran mahasiswa dan menstimulasi mahasiswa untuk menggunakan berbagai sumber informasi untuk pembelajaran, serta memiliki peranan penting dalam pencapaian learning issues (Martinus et al., 2012). Penelitian Edelbring et al. menunjukkan bahwa kelompok responden dengan tutor yang hadir langsung pada saat tutorial (tatap muka maupun online) memiliki nilai skor Tutorial Group Effectiveness Instrument (TGEI) yang lebih tinggi dibandingkan kelompok responden tanpa kehadiran tutor secara langsung saat diskusi, terutama pada aspek kognitif, motivasional, dan keaktifan grup (Dolmans & Ginns, 2005).

Penelitian Chng et al. menunjukkan bahwa perilaku tutor memiliki dampak positif yang signifikan terhadap pencapaian akademik mahasiswa. Perilaku dari aspek social congruence memiliki pengaruh yang signifikan pada setiap langkah PBL. Social congruence ini merujuk pada kualitas interpersonal tutor seperti kemampuan berkomunikasi, berempati pada mahasiswa, dan memberikan saran terkait pembelajaran (K�nings et al., 2018). Penelitian Chiriac et al. menunjukkan bahwa gaya fasilitasi tutor secara signifikan memengaruhi perkembangan dinamika kelompok PBL dengan anggota kelompok dari berbagai latar belakang pendidikan kesehatan, seperti kedokteran, keperawatan, fisioterapi, terapi okupasional, dan terapi bicara (K�nings et al., 2018).

Penelitian efektivitas diskusi PBL di FK UNTAR sudah pernah dilakukan oleh Akbar et al. dan didapatkan bahwa kinerja tutor dalam memfasilitasi diskusi PBL dengan menggunakan kuesioner TGEI dinilai baik oleh sebagian besar responden.15 Meskipun demikian, penelitian lebih mendalam mengenai efektivitas dan kinerja tutor FK UNTAR dalam memfasilitasi PBL, khususnya PBL secara online belum pernah dilakukan. Hal ini mendorong dilakukan penelitian mengenai gambaran efektivitas tutor dalam PBL online di FK UNTAR.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli 2022 bertempat di Universitas Tarumanagara, Jakarta Barat. Populasi target dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Kedokteran. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Sampel yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari mahasiswa/i Fakultas Kedokteran angkatan 2019-2021 yang bersedia menjadi responden berdasarkan kriteria inklusi.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

n ������������������������ = Jumlah subjek responden.

Alpha (����������� = Kesalahan generalisasi, ditetapkan sebesar 5%.

Z��������������������� = Nilai standar alpha 5%, yaitu 1,96.

S ������������������������ = Simpang baku nilai rerata dalam populasi yang didapatkan dari� penelitian Martinus et al21, yaitu 7,37.

d ������������������������ = Tingkat ketepatan absolut rata-rata efektivitas tutor yang masih dapat diterima, ditetapkan sebesar 1.

Berdasarkan rumus tersebut dengan ketentuan yang tertera di keterangan, didapatkan hasil 208,66 atau jumlah penelitian sampel sekitar 209 orang. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel penelitian deskriptif untuk consecutive sampling, dengan kriteria sebagai berikut :

1.      Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Angkatan 2019-2021

2.      Berstatus kuliah aktif

3.      Mengikuti kegiatan tutorial blok yang sedang dijalani secara penuh

4.      Bersedia menjadi responden

Metode pengerjaan penelitian ini dimulai dengan dilakukannya studi literatur, pembuatan proposal dan penyusunan kuesioner. Kuesioner yang telah disusun disebarkan dalam bentuk google form untuk pengambilan data validasi kuesioner, yang kemudian akan diuji validitasnya. Kuesioner yang telah tervalidasi akan disebarkan lagi untuk diisi oleh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara yang memenuhi kriteria inklusi. Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden dengan memilih salah satu opsi pertanyaan dalam google form yang dibagikan. Selanjutnya, dengan data yang telah terkumpulkan, akan dilakukan pengolahan data dan penulisan laporan. Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah efektivitas tutor.

Definisi Operasional

Efektivitas Tutor

Definisi����������������� : �� Kinerja dosen Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara dalam memfasilitasi diskusi PBL secara online melalui aplikasi zoom meeting

Alat ukur �������������� :��� Kuesioner

Cara ukur ������������� : Responden mengisi kuesioner �Short Tutor Evaluation Questionnaire, Maastricht Medical School (2002-2003)� yang diambil dari jurnal �A short questionnaire to evaluate the effectiveness of tutors in PBL: validity and reliability�22, yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan divalidasi. Kuesioner berisi 11 pertanyaan yang dijawab dengan 5-point skala Likert dengan jawaban Sangat Tidak Setuju (nilai 1), Tidak Setuju (nilai 2), Netral (nilai 3), Setuju (nilai 4), dan Sangat Setuju (nilai 5). Kuesioner berisi 5 subtopik, meliputi pembelajaran aktif yang diwakili oleh nomor 1-3, pembelajaran mandiri yang diwakili oleh nomor 4-5, pembelajaran kontekstual yang diwakili oleh nomor 6-7, pembelajaran kolaboratif yang diwakili oleh nomor 8-9, serta perilaku intrapersonal sebagai tutor yang diwakili oleh nomor 10-11. Setiap skor per nomor akan dirata-ratakan kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan rerata skor kinerja tutor per subtopik.

Hasil Ukur ����������� : 1. Skor tutor dalam pembelajaran aktif: nilai 1-5

2. Skor tutor dalam pembelajaran mandiri: nilai 1-5

3. Skor tutor dalam pembelajaran kontekstual: nilai 1-5

4. Skor tutor dalam pembelajaran kolaboratif: nilai 1-5

5. Skor tutor dalam perilaku intrapersonal: nilai 1-5

Skala ukur������������� : Rasio

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner. Kuesioner diambil dari jurnal yang ditulis oleh Dolmans et al.22 dengan judul �Short Tutor Evaluation Questionnaire, Maastricht Medical School (2002-2003)� yang diterjemahkan kemudian divalidasi kembali dengan menyebarkan kuesioner yang telah diterjemahkan tersebut melalui google form kepada 36 responden. Data yang terkumpulkan diolah untuk dilakukan validasi menggunakan progam komputer dengan bantuan aplikasi statistik. Hasil pengolahan data didapatkan nilai reliabilitas Cronbach�s Alpha sebesar 0,914 dan setiap item kuesioner valid dengan nilai > 0,436.

Data yang dikumpulkan berupa data primer, yaitu data yang diambil langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini, data penelitian yang diperoleh dianalisis secara univariat dengan menggunakan program komputer dengan bantuan aplikasi statistik.

Alur Penelitian

Text Box: Pembuatan proposal dan penyusunan kuesioner�����������������������������������������������������������������������������������������

�����������

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 1

Alur Penelitian

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Pengambilan data dilakukan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK UNTAR) angkatan 2019, 2020, dan 2021 pada tanggal 7 - 31 Maret 2022 secara daring dengan menggunakan Google form. Jumlah mahasiswa yang bersedia mengisi kuesioner adalah sebanyak 482 mahasiswa dan semua responden telah mengisi data dengan lengkap. Sebanyak 2 responden tidak memenuhi kriteria inklusi karena tidak mengikuti proses tutorial dari awal hingga akhir pada diskusi tutorial 1-2 atau tidak mengikuti semua langkah seven jumps, sehingga total responden pada penelitian ini adalah sebanyak 480 mahasiswa.

Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, rentang usia responden berkisar antara 17-30 tahun, dengan rerata usia 19,55 tahun. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (72,7%), dengan mayoritas responden merupakan mahasiswa FK UNTAR angkatan 2021 (40,2%) yang sedang menjalani blok IKM-IKK (40,2%). Karakteristik responden secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.

 

Tabel 1.

Karakteristik Responden

Karakteristik

Frekuensi (%)

Median

(Min, Max)

Usia

 

19 (17, 30) tahun

Jenis Kelamin

 

 

Perempuan

349 (72,7%)

 

Laki-Laki

131 (27,3%)

 

Angkatan

 

 

2019

161 (33,5%)

 

2020

126 (26,3%)

 

2021

193 (40,2%)

 

Blok yang sedang Dijalani

 

 

Urogenital

146 (30,4%)

 

SMS

141 (29,4%)

 

IKM-IKK

193 (40,2%)

 

 

Karakteristik Dosen Tutor Problem-Based Learning (PBL) Online

Sebanyak 39 dosen dinilai kinerjanya dalam memfasilitasi diskusi PBL secara online oleh 480 responden. Dosen tersebut merupakan tutor yang memfasilitasi pemicu terakhir dari diskusi PBL yang diikuti. Mayoritas dosen tutor PBL online berjenis kelamin perempuan (64,1%) dan sebagian besar bukan merupakan narasumber dari pemicu PBL terakhir yang diikuti responden (87,2%). Sebanyak 7,7% dosen tutor dinilai kinerjanya dalam memfasilitasi pemicu di dua blok berbeda, yang pada salah satu blok merupakan narasumber sedangkan pada blok lain bukan merupakan narasumber. Karakteristik dosen tutor PBL online secara lengkap dapat dilihat di Tabel 2.

 

Tabel 2

Karakteristik Dosen Tutor Problem-Based Learning (PBL) Online

Karakteristik

Frekuensi (%)

Jenis Kelamin

 

Perempuan

25 (64,1%)

Laki-Laki

14 (35,9%)

Narasumber Pemicu PBL yang Difasilitasi

 

Ya

2 (5,1%)

Tidak

34 (87,2%)

Ya dan Tidak

3 (7,7%)

 

Kinerja Dosen Tutor Problem-Based Learning (PBL) Online

Kinerja tutor dinilai berdasarkan 11 pernyataan dalam kuesioner, yang diberi jawaban �Sangat Tidak Setuju �(STS), �Tidak Setuju� (TS), �Netral� (N), �Setuju� (S), dan �Sangat Setuju� (SS). Setiap pernyataan diberi skor 1-5, dengan jawaban STS diberi skor 1 dan jawaban SS diberi skor 5. Sebanyak 11 pernyataan tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 5 subtopik, yang meliputi kinerja dosen tutor dalam pembelajaran aktif, pembelajaran mandiri, pembelajaran kontekstual, dan pembelajaran kolaboratif, serta perilaku intrapersonal tutor. Kinerja tutor dalam pembelajaran aktif diwakili dengan pernyataan nomor 1-3, dalam pembelajaran mandiri diwakili dengan pernyataan nomor 4-5, dalam pembelajaraan kontekstual diwakili dengan pernyataan nomor 6-7, dan dalam pembelajaran kolaboratif diwakili dengan pernyataan nomor 8-9. Perilaku intrapersonal tutor diwakili dengan pernyataan nomor 10-11.

Mayoritas responden memberikan jawaban �Setuju� terkait kinerja tutor yang mendorong pembelajaran aktif, pembelajaran mandiri, pembelajaran kontekstual, dan pembelajaran kolaboratif serta perilaku intrapersonal dari tutor tersebut, dengan persentase responden 46,5%-56,3%. Kinerja lain dari tutor dalam memfasilitasi kegiatan diskusi PBL dengan tepat waktu dan memberikan feedback yang konstruktif juga ditanyakan ke responden. Mayoritas responden memberikan jawaban �Setuju� terkait kinerja lain tersebut, masing-masing 53,1% dan 50,4%. Distribusi kinerja tutor dalam memfasilitasi PBL online dapat dilihat pada Tabel 3.

 

Tabel 3.

Distribusi Kinerja Tutor Problem-Based Learning (PBL)

Pernyataan

STS

Frekuensi

(%)

TS

Frekuensi

(%)

N

Frekuensi

(%)

S

Frekuensi

(%)

SS

Frekuensi

(%)

Pembelajaran Aktif

 

 

 

 

 

Tutor menstimulasi Anda untuk menyimpulkan apa yang telah dipelajari atau didiskusikan dengan menggunakan kata-kata sendiri

1

(0,2%)

1

(0,2%)

50

(10,4%)

257

(53,5%)

171

(35,6%)

Tutor menstimulasi Anda untuk mencari hubungan antar masalah atau learning issues dalam suatu pemicu yang didiskusikan dalam kelompok tutorial

1

(0,2%)

1

(0,2%)

30

(6,3%)

269

(56,0%)

179

(37,3%)

Tutor menstimulasi Anda untuk mengerti teori-teori dasar yang berkaitan dengan berbagai masalah dalam suatu pemicu

1

(0,2%)

1

(0,2%)

45

(9,4%)

246

(51,2%)

187

(39,0%)

Pembelajaran Mandiri

 

 

 

 

 

Tutor menstimulasi Anda secara mandiri untuk menghasilkan atau menyusun learning issues yang jelas

0

(0,0%)

2

(0,4%)

49

(10,2%)

251

(52,3%)

178

(37,1%)

Tutor menstimulasi Anda secara mandiri dalam mencari berbagai sumber referensi

0

(0,0%)

6

(1,3%)

54

(11,3%)

257

(53,5%)

163

(34%)

Pembelajaran Kontekstual

 

 

 

 

 

Tutor menstimulasi Anda untuk menerapkan pengetahuan Anda terhadap masalah yang sedang didiskusikan

0

(0,0%)

2

(0,4%)

42

(8,8%)

270

(56,3%)

166

(34,6%)

Tutor menstimulasi Anda untuk menerapkan pengetahuan Anda terhadap masalah atau situasi lain yang nyata dan sesuai konteks pembelajaran

1

(0,2%)

1

(0,2%)

60

(12,5%)

266

(55,4%)

152

(31,7%)

Pembelajaran Kolaboratif

 

 

 

 

 

Tutor menstimulasi Anda untuk memberikan feedback konstruktif terhadap kinerja kelompok diskusi

2

(0,4%)

10

(2,1%)

104

(21,7%)

232

(48,3%)

132

(27,5%)

Tutor menstimulasi Anda untuk mengevaluasi kinerja kelompok secara rutin

3

(0,6%)

16

(3,3%)

128

(26,7%)

223

(46,5%)

110

(22,9%)

Perilaku Intrapersonal

 

 

 

 

 

Tutor memiliki gambaran jelas tentang kekuatan dan kekurangan mereka sebagai seorang tutor

1

(0,2%)

11

(2,3%)

148

(30,8%)

224

(46,7%)

96

(20%)

Tutor termotivasi untuk menjalankan atau memenuhi perannya sebagai seorang tutor

0

(0,0%)

2

(0,4%)

61

(12,7%)

260

(54,2%)

157

(32,7%)

Kinerja lain

 

 

 

 

 

Tutor memfasilitasi kegiatan diskusi sesuai dengan jadwal pembelajaran dan tepat waktu

1

(0,2%)

11

(2,3%)

51

(10,6%)

255

(53,1%)

162

(33,8%)

Tutor memberikan feedback yang konstruktif terhadap anggota kelompok pada akhir setiap diskusi

2

(0,4%)

13

(2,7%)

80

(16,7%)

242

(50,4%)

143

(29,8%)

Keterangan: STS = Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, N = Netral, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

 

Tabel 4.

Rerata Skor Kinerja Dosen Tutor Problem-Based Learning (PBL)

Pernyataan

Mean (SD)

Pembelajaran Aktif

4,28 (0,64)

P1: Tutor menstimulasi Anda untuk menyimpulkan apa yang telah dipelajari atau didiskusikan dengan menggunakan kata-kata sendiri

4,24 (0,66)

P2: Tutor menstimulasi Anda untuk mencari hubungan antar masalah atau learning issues dalam suatu pemicu yang didiskusikan dalam kelompok tutorial

4,30 (0,61)

P3: Tutor menstimulasi Anda untuk mengerti teori-teori dasar yang berkaitan dengan berbagai masalah dalam suatu pemicu

4,29 (0,66)

Pembelajaran Mandiri

4,23 (0,67)

P4: Tutor menstimulasi Anda secara mandiri untuk menghasilkan atau menyusun learning issues yang jelas

4,26 (0,65)

P5: Tutor menstimulasi Anda secara mandiri dalam mencari berbagai sumber referensi

4,20 (0,68)

Pembelajaran Kontekstual

4,22 (0,64)

P6: Tutor menstimulasi Anda untuk menerapkan pengetahuan Anda terhadap masalah yang sedang didiskusikan

4,25 (0,62)

P7: Tutor menstimulasi Anda untuk menerapkan pengetahuan Anda terhadap masalah atau situasi lain yang nyata dan sesuai konteks pembelajaran

4,18 (0,66)

Pembelajaran Kolaboratif

3,94 (0,80)

P8: Tutor menstimulasi Anda untuk memberikan feedback konstruktif terhadap kinerja kelompok diskusi

4,00 (0,78)

P9: Tutor menstimulasi Anda untuk mengevaluasi kinerja kelompok secara rutin

3,88 (0,82)

Perilaku Intrapersonal

4,02 (0,74)

P10: Tutor memiliki gambaran jelas tentang kekuatan dan kekurangan mereka sebagai seorang tutor

3,84 (0,77)

P11: Tutor termotivasi untuk menjalankan atau memenuhi perannya sebagai seorang tutor

4,19 (0,66)

P12: Tutor memfasilitasi kegiatan diskusi sesuai dengan jadwal pembelajaran dan tepat waktu

4,18 (0,72)

P13: Tutor memberikan feedback yang konstruktif terhadap anggota kelompok pada akhir setiap diskusi

4,06 (0,78)

Global Rating Kinerja Tutor (1-10)

8,66 (1,08)

 

Kinerja tutor dalam memfasilitasi pembelajaran secara aktif mendapatkan rerata skor tertinggi yaitu sebesar 4,28 (0,64). Kinerja tutor dalam pembelajaran kolaboratif mendapatkan skor yang terendah yaitu sebesar 3,94 (0,80). Rerata skor kinerja tutor dalam memfasilitasi kegiatan diskusi sesuai dengan jadwal pembelajaran dan tepat waktu sebesar 4,18 (0,72) dan dalam memberikan feedback yang konstruktif terhadap anggota kelompok sebesar 4,06 (0,78). Kinerja tutor PBL online secara keseluruhan (global rating) didapatkan rerata skor 8,66 (1,08). Rerata skor kinerja tutor secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.

 

Pembahasan

Kinerja Tutor Problem-Based Learning (PBL) Online dalam Pembelajaran Aktif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan jawaban �Setuju� terkait kinerja tutor PBL online Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK UNTAR) dalam mendorong pembelajaran aktif, dengan rerata kinerja sebesar 4,28 (SD = 0,64). Kinerja tutor dalam pembelajaran aktif ini meliputi kinerja dalam menstimulasi mahasiswa untuk menyimpulkan materi yang telah didiskusikan dengan kata-kata sendiri (53,5%), mencari hubungan antar learning issues dalam pemicu yang didiskusikan (56%), serta mengerti teori-teori dasar yang berkaitan dengan masalah dalam pemicu tersebut (51,2%).

Penelitian Yadav et al. terhadap 113 mahasiswa kedokteran di Nepal menunjukkan hasil yang serupa yaitu mayoritas responden juga setuju bahwa tutor PBL mendorong pembelajaran aktif (Tshitenge et al., 2017). Pada penelitian tersebut, sebanyak 89,4% responden setuju tutor dapat menstimulasi mahasiswa menyimpulkan materi yang telah didiskusikan dengan kata-kata sendiri, 84% responden setuju tutor menstimulasi mahasiswa menyimpulkan materi yang telah didiskusikan dengan kata-kata sendiri, dan 75,2% responden setuju tutor menstimulasi mahasiswa untuk mencari hubungan antara learning issues yang didiskusikan. Persentase pada penelitian Yadav et al. lebih tinggi dari persentase pada penelitian di FK UNTAR, dikarenakan Yadav et al. menggabungkan jawaban �Sangat Setuju� dan �Setuju� menjadi satu kategori (Olesen, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh K�nings et al. terhadap 19 peserta kursus public health leadership dari universitas di Belanda, Austria, dan Lithunia juga mengevaluasi performa tutor pada salah satu kegiatan kursus dengan metode PBL (Galib, 2016). Para peserta menilai performa tutor PBL dengan menggunakan kuesioner yang sama dengan penelitian di FK UNTAR (short tutor evaluation questionnaire from Maastricht Medical School). Rerata skor yang didapatkan sebesar 3,75 (SD = 0,95) untuk performa dalam menstimulasi pembelajaran secara konstruktif (aktif). Hal ini mengindikasikan bahwa peserta memiliki perspekstif yang netral sampai positif terhadap performa tutor PBL tersebut.

Rerata skor untuk performa tutor PBL dalam pembelajaran aktif pada penelitian K�nings et al. lebih rendah daripada penelitian di FK UNTAR, mungkin dikarenakan peserta kursus berasal dari program studi doktoral dan magister dengan tingkat maturitas atau kedewasaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa program studi sarjana kedokteran FK UNTAR. Hal tersebut dapat menjadi faktor penyebab peserta kursus lebih aktif dalam pembelajaran tanpa perlu didorong lebih lanjut oleh seorang tutor. Selain itu, karakteristik budaya juga berperan dalam proses pembelajaran. Individu dari negara Barat cenderung lebih aktif dan kritis dalam proses pembelajaran dibandingkan individu dari negara Asia (Galib, 2016). Oleh sebab itu, peran tutor dalam pembelajaran berbasis masalah (PBL) menjadi krusial dalam menstimulasi pembelajaran aktif, terutama pada kelompok mahasiswa dengan tingkat keaktifan yang rendah.

Kinerja Tutor Problem-Based Learning (PBL) Online dalam Pembelajaran Mandiri

Kinerja tutor dalam mendorong pembelajaran mandiri mencakup kinerja dalam menstimulasi mahasiswa untuk menyusun learning issues dan mencari berbagai sumber referensi secara mandiri. Rerata kinerja tutor pada penelitian ini sebesar 4,23 (SD = 0,67), yang berarti bahwa mayoritas responden setuju terhadap kinerja tutor dalam mendorong pembelajaran mandiri. Sebanyak 52,3% responden setuju bahwa tutor menstimulasi mahasiswa dalam menyusun learning issues yang jelas dan 53,5% setuju bahwa tutor menstimulasi mahasiswa mencari berbagai sumber referensi secara mandiri.

Penelitian Tshitenge et al. terhadap 72 mahasiswa kepaniteraan di salah satu universitas di Botswana menunjukkan hasil yang serupa dengan penelitian di FK UNTAR, yaitu mayoritas responden juga setuju bahwa tutor PBL menstimulasi pembelajaran mandiri. Kinerja tutor diberi nilai 1 sampai 5, dengan nilai 1 berarti sangat tidak setuju, sedangkan nilai 5 berarti sangat setuju. Mayoritas responden setuju terkait kinerja tutor dalam mendorong mahasiswa menyusun learning issues secara mandiri dengan nilai median 4 (IQR = 4-5). Kinerja tutor dalam mendorong mahasiswa mencari berbagai sumber referensi secara mandiri juga memiliki nilai median yang sama yaitu 4 (IQR = 4-5) (Rimal et al., 2015).

Penelitian Martinus et al. pada 368 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) menunjukkan bahwa kegiatan belajar mandiri mahasiswa cukup baik dengan rerata skor sebesar 3,73 (SD = 0,47). Kegiatan belajar mandiri tersebut berkaitan erat dengan kinerja tutor dalam diskusi PBL. Semakin tinggi rerata skor kinerja tutor, maka semakin baik skor rerata kegiatan belajar mandiri mahasiswa. Pada kelompok kinerja tutor tinggi, rerata skor kegiatan belajar mandiri sebesar 3,77 (SD = 0,43), sedangkan pada kelompok kinerja tutor rendah, rerata skor kegiatan belajar mandiri sebesar 3,12 (SD = 0,80). Hal ini disimpulkan bahwa tutor sangat berperan dalam menstimulasi kegiatan belajar mandiri pada mahasiswa (Paudel et al., 2021).

Penelitian Oktafany terhadap 375 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung juga melaporkan hasil yang sama dengan penelitian Martinus et al.26 Kinerja tutor berhubungan secara statistik dengan kinerja belajar mandiri dengan p value < 0,001. Mahasiswa yang menilai kinerja tutornya tinggi didapatkan 4,88 kali melakukan kegiatan belajar mandiri dan pelaporan hasil kegiatannya lebih baik dibandingkan mahasiswa yang menilai kurang pada kinerja tutornya (Gerhardt-Szep et al., 2016).

Kinerja Tutor Problem-Based Learning (PBL) Online dalam Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu kinerja tutor dalam mendorong mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan mereka terhadap masalah yang sedang didiskusikan maupun masalah lain yang nyata dan sesuai dengan konteks pembelajaran. Hasil penelitian di FK UNTAR menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan jawaban �Setuju� terkait kinerja tutor PBL online dalam mendorong pembelajaran kontekstual, dengan rerata kinerja sebesar 4,22 (SD = 0,64). Sebanyak 56,3% responden setuju bahwa tutor menstimulasi mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan terhadap masalah yang sedang didiskusikan dan 55,4% setuju bahwa tutor menstimulasi mahasiswa menerapkan pengetahuan mereka terhadap masalah nyata lain yang sesuai dengan konteks pembelajaran. Hasil penelitian yang sama ditemukan pada penelitian Yadav et al, Tshitenge et al, dan Rimal et al (Rimal et al., 2015; Tshitenge et al., 2017; Yadav et al., 2018).

Penelitian Yadav et al. menunjukkan bahwa mayoritas responden setuju tutor menstimulasi pembelajaran kontekstual. Sebanyak 85,8% responden berpendapat bahwa tutor menstimulasi mereka untuk menerapkan pengetahuannya terhadap masalah yang didiskusikan. Sebanyak 78,8% responden berpendapat bahwa tutor menstimulasi mereka dalam menerapkan pengetahuannya terhadap masalah nyata lain yang sesuai dengan konteks pembelajaran.11 Penelitian Tshitenge et al. menunjukkan bahwa peran tutor dalam pembelajaran kontekstual dinilai positif pada kedua komponen pembelajaran dengan nilai median masing-masing 4 (IQR = 4-5) (Gerhardt-Szep et al., 2016).

Penelitian Rimal et al. terhadap 37 mahasiswa dari program studi pembedahan gigi di salah satu universitas di Nepal juga berkesimpulan bahwa tutor sangat berperan dalam menstimulasi pembelajaran kontekstual. Semua responden setuju tutor mendorong mahasiswa menerapkan pengetahuan mereka terhadap masalah dalam pemicu. Sebanyak 34 responden (91,9%) setuju terkait kinerja tutor mendorong mereka dalam menerapkan pengetahuan terhadap masalah lain yang nyata dan sesuai konteks pembelajaran (Paudel et al., 2021).

Penelitian K�nings et al. mendapatkan hasil bahwa kinerja tutor dalam menstimulasi pembelajaran kontekstual didapatkan rerata 3,00 (SD = 0,80) pada Universitas Maastricht, rerata 3,10 (SD = 0,82) pada Universitas Kaunas, dan rerata 4,33 (SD = 0,52) pada Universitas Graz.23 Pada penelitian tersebut, responden dari Universitas Graz menilai kinerja tutor lebih positif dibandingkan responden dari kedua universitas lainnya.

Penilaian kinerja tutor yang lebih positif mungkin dikarenakan pengalaman pembelajaran dengan metode PBL yang intens.23 Pembelajaran dengan metode PBL di FK UNTAR sudah berlangsung sejak 2007 dengan tutor atau fasilitator yang sudah terlatih dan mahasiswa juga sudah terpapar dengan metode PBL sejak awal pendidikannya (Chung et al., 2011). Hal ini yang mungkin menyebabkan sebagian besar responden menilai baik terhadap kinerja tutor dalam pembelajaran kontekstual.

Kinerja Tutor Problem-Based Learning (PBL) Online dalam Pembelajaran Kolaboratif

Hasil penelitian di FK UNTAR ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan jawaban �Setuju� terkait kinerja tutor PBL online dalam mendorong pembelajaran kolaboratif, dengan rerata kinerja sebesar 3,94 (SD = 0,80). Pembelajaran kolaboratif yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu kinerja tutor PBL dalam menstimulasi mahasiswa dalam memberikan feedback konstruktif (48,3%) dan mengevaluasi kinerja kelompok diskusi masing-masing (46,5%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Rimal et al, Paudel et al, dan Gerhardt-Szep et al (Dolmans & Ginns, 2005; Gerhardt-Szep et al., 2016; Rimal et al., 2015).

Penelitian Rimal et al. menunjukkan bahwa sebanyak 32 responden (86,5%) menilai setuju bahwa tutor mendorong mahasiswa memberikan feedback konstruktif terhadap kinerja kelompok dan sebanyak 34 responden (91,9%) setuju bahwa tutor mendorong mahasiswa untuk mengevaluasi kerjasama kelompok diskusi masing-masing (KEBUDAYAAN & Indonesia, 2020). Penelitian Paudel et al. terhadap 22 mahasiswa kedokteran bedah gigi di Gandaki Medical College, Nepal juga memperlihatkan bahwa sebanyak 86,4% responden setuju tutor mendukung pembelajaran kolaboratif dalam mendorong mahasiswa memberikan feedback konstruktif terhadap kinerja kelompok. Sebanyak 68% responden setuju tutor mendukung mahasiswa mengevaluasi kerjasama dalam kelompok (Chung et al., 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Gerhardt-Szep et al. pada 106 mahasiswa kedokteran gigi di Jerman juga menilai setuju terhadap peran tutor dalam memfasilitasi pembelajaran kolaboratif dengan rerata 4,15 (SD = 0,78).29 Penelitian K�nings et al. mendapatkan hasil bahwa kinerja tutor dalam menstimulasi pembelajaran kolaboratif didapatkan rerata 2,31 (SD = 1,16) pada Universitas Maastricht, rerata 3,40 (SD = 0,55) pada Universitas Kaunas, dan rerata 3,92 (SD = 0,80) pada Universitas Graz.23 Penelitian tersebut memaparkan bahwa perbedaan penilaian kinerja tutor di ketiga universitas disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu ekspektasi peserta, pengalaman pembelajaran sebelumnya, dan konteks pembelajaran.

Kinerja tutor dalam mendorong pembelajaran kolaboratif di FK UNTAR memiliki nilai rerata terendah dibandingkan dengan kinerja tutor dalam mendorong pembelajaran aktif, mandiri, dan kontekstual. Hal ini mungkin disebabkan pandangan tutor dan ekspektasi responden terkait pemberian feedback konstruktif dan evaluasi kinerja kelompok. Tutor mungkin lebih beranggapan bahwa mereka yang harus memberikan feedback konstruktif dan evaluasi terhadap kinerja kelompok dibandingkan mendorong mahasiswa untuk melakukan hal tersebut. Mahasiswa FK UNTAR juga lebih mengharapkan feedback konstruktif dan evaluasi terhadap kinerja kelompok diberikan oleh tutor dibandingkan oleh mahasiswa sesama anggota kelompok.

Kinerja Tutor Problem-Based Learning (PBL) Online dalam Perilaku Intrapersonal

Perilaku intrapersonal yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu tutor PBL memiliki gambaran yang jelas mengenai kekuatan dan kekurangan, serta termotivasi untuk menjalankan perannya sebagai seorang tutor. Rerata kinerja tutor pada penelitian ini sebesar 4,02 (SD = 0,74), dengan sebanyak 46,7% responden setuju bahwa tutor memiliki gambaran jelas mengenai kekuatan dan kekurangan mereka, dan 54,2% setuju bahwa tutor termotivasi untuk menjalankan peran mereka sebagai seorang tutor. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yadav et al, Tshitenge et al, Gerhadrt-Szep et al, dan Chung et al (Chung et al., 2011; Gerhardt-Szep et al., 2016; Tshitenge et al., 2017; Yadav et al., 2018).

Pada penelitian Yadav et al., sebanyak 71,8% responden setuju tutor memiliki gambaran jelas mengenai kekuatan dan kekurangan mereka sebagai tutor, dan 77,9% responden setuju tutor termotivasi menjalankan perannya sebagai seorang tutor (Van Berkel & Dolmans, 2006). Penelitian Tshitenge et al. menunjukkan mayoritas responden setuju bahwa tutor memiliki gambaran jelas mengenai kekuatan dan kekurangan mereka serta termotivasi untuk menjalankan peran sebagai seorang tutor, dengan masing-masing nilai median 4 (IQR = 4-5) (Akbar & Widjaja, 2019). Penelitian Gerhardt-Szep juga menunjukkan bahwa mayoritas responden menilai setuju terkait kinerja tutor dalam perilaku intrapersonal dengan rerata 4,15 (SD = 0,80) (Van Berkel & Dolmans, 2006).

Penelitian Chung et al. yang melibatkan 150 mahasiswa kedokteran di Chonnam National University Medical School, Korea Selatan, dalam menilai 86 tutor, memberikan hasil bahwa mahasiswa setuju tutor memiliki gambaran jelas terkait kekuatan dan kekurangan mereka dengan rerata 4,17 (SD = 0,47), dan termotivasi menjalankan peran mereka sebagai seorang tutor dengan rerata 4,16 (SD = 0,43) (Edelbring et al., 2020).

Penelitian Chng et al. terhadap 223 mahasiswa di Science Faculty, Singapura, menunjukkan bahwa perilaku tutor, terutama dalam aspek social congruence memiliki peranan paling berpengaruh dalam proses pembelajaran mahasiswa. Social congruence sendiri merujuk kepada perilaku intrapersonal tutor seperti kemampuan tutor dalam berkomunikasi serta berempati dengan mahasiswa, sehingga dapat membentuk suatu lingkungan pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk saling bertukar pikiran secara terbuka. Social congruence memiliki hubungan yang bermakna dengan banyaknya konsep yang dapat diingat oleh mahasiswa pada akhir tahap analisis masalah, tahap pembelajaran mandiri, dan tahap pelaporan (Edelbring et al., 2020).

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu data penelitian yang dikumpulkan mengandalkan informasi yang dilaporkan oleh responden sendiri sehingga penilaian kinerja tutor dapat bersifat subjektif. Responden cenderung memberikan nilai tinggi pada dosen tutor yang disukai dan memberikan nilai rendah pada dosen tutor yang kurang disukai. Dalam penelitian ini juga terdapat kemungkinan responden kurang dapat mengingat dengan jelas mengenai kinerja tutor yang memfasilitasi diskusi pemicu terakhir mereka. Keterbatasan tersebut diatasi dengan melakukan pengambilan data penelitian pada pleno pemicu PBL yang terakhir diikuti responden sehingga jarak waktu antara pengambilan data dengan diskusi pemicu tidak terlalu jauh.

 

Kesimpulan

Penelitian mengenai gambaran efektivitas tutor Problem-Based Learning (PBL) Online Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK UNTAR) dapat disimpulkan bahwa dosen tutor PBL FK UNTAR dalam memfasilitasi kegiatan tutorial PBL online mendapatkan rerata nilai 4,28 (SD = 0,64) dalam mendorong pembelajaran aktif, rerata nilai 4,23 (SD = 0,67) dalam mendorong pembelajaran mandiri, rerata nilai 4,22 (SD = 0,64) dalam mendorong pembelajaran kontekstual, rerata nilai 3,94 (SD = 0,80) dalam mendorong pembelajaran kolaboratif, serta rerata nilai 4,02 (SD = 0,74) dalam aspek perilaku intrapersonal tutor. Kinerja tutor PBL online FK UNTAR secara keseluruhan (global rating) mendapatkan rerata nilai 8,66 (SD = 1,08).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Akbar, R., & Widjaja, Y. (2019). Efektivitas diskusi problem based learning di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Tarumanagara Medical Journal, 1(3), 627�633.

 

Chan, L.-C. (2009). Factors affecting the quality of problem-based learning in a hybrid medical curriculum. The Kaohsiung Journal of Medical Sciences, 25(5), 254�257.

 

Chan, L. C. (2008). The role of a PBL tutor: a personal perspective. The Kaohsiung Journal of Medical Sciences, 24, S34�S38.

 

Chng, E., Yew, E. H. J., & Schmidt, H. G. (2011). Effects of tutor-related behaviours on the process of problem-based learning. Advances in Health Sciences Education, 16, 491�503.

 

Chung, E.-K., Hitchcock, M. A., Oh, S.-A., Han, E.-R., & Woo, Y.-J. (2011). The relationship between student perceptions of tutor performance and tutors� background in problem-based learning in South Korea. International Journal of Medical Education, 2, 7.

 

Dolmans, D. H. J. M., & Ginns, P. (2005). A short questionnaire to evaluate the effectiveness of tutors in PBL: validity and reliability. Medical Teacher, 27(6), 534�538.

 

Edelbring, S., Alehagen, S., M�relius, E., Johansson, A., & Rytterstr�m, P. (2020). Should the PBL tutor be present? A cross-sectional study of group effectiveness in synchronous and asynchronous settings. BMC Medical Education, 20, 1�6.

 

Esema, D., Susari, E., & Kurniawan, D. (2012). Problem-Based Learning. Satya Widya, 28(2), 167�174.

 

Forero, R., Nahidi, S., De Costa, J., Mohsin, M., Fitzgerald, G., Gibson, N., McCarthy, S., & Aboagye-Sarfo, P. (2018). Application of four-dimension criteria to assess rigour of qualitative research in emergency medicine. BMC Health Services Research, 18(1), 1�11.

 

Galib, O. E. (2016). Hubungan Kinerja Tutor Dengan Kegiatan Belajar Mandiri Dan Pelaporan Hasil Belajar Mandiri Dalam Diskusi Problem Based Learning Di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Fakultas kedokteran.

 

Gerhardt-Szep, S., Kunkel, F., Moeltner, A., Hansen, M., B�ckers, A., R�ttermann, S., & Ochsendorf, F. (2016). Evaluating differently tutored groups in problem-based learning in a German dental curriculum: a mixed methods study. BMC Medical Education, 16, 1�12.

 

Habib, A. N., Indria, D. M., & Firmansyah, M. (2022). Pengaruh Proses Pembelajaran Mandiri dan Kolaboratif dalam Problem Based Learning (PBL) Terhadap Performa Akademik Berbentuk Indeks Prestasi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Jurnal Kedokteran Komunitas (Journal of Community Medicine), 10(1).

 

Hammar Chiriac, E., Sj�vold, E., & Bj�rnstjerna Hjelm, A. (2021). The effect of group-dynamics, collaboration and tutor style on the perception of profession-based stereotypes: a quasi-experimental pre-post-design on interdisciplinary tutorial groups. BMC Medical Education, 21(1), 1�12.

 

KEBUDAYAAN, M., & Indonesia, R. (2020). Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19). Khomariyah, KN, & Afia, UN (2020). Digitalisasi Dalam Proses Pembelajaran Sebagai Dampak Era Keberlimpahan. ISoLEC Proceedings, 4(1), 72�76.

 

K�nings, K. D., de Jong, N., Lohrmann, C., Sumskas, L., Smith, T., O�Connor, S. J., Spanjers, I. A. E., Van Merri�nboer, J. J. G., & Czabanowska, K. (2018). Is blended learning and problem-based learning course design suited to develop future public health leaders? An explorative European study. Public Health Reviews, 39(1), 1�12.

 

Martinus, M., Rahayu, G. R., & Emilia, O. (2012). Pengaruh kinerja tutor terhadap kemandirian belajar mahasiswa dalam problem based learning di Fakultas Kedokteran UISU. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia: The Indonesian Journal of Medical Education, 1(3), 193�199.

 

Nunes, S., Oliveira, T. A., & Oliveira, A. (2017). Problem Based Learning�a brief review. AIP Conference Proceedings, 1863(1), 550001.

 

Olesen, H. S. (2011). Is there an Asian and an European way of Learning?: If so will the Difference sustain?

 

Paudel, S., Subedi, N., Sapkota, S., Shrestha, B., & Shrestha, S. (2021). Perception of Problem Based Learning by Undergraduate Dental Students in Basic Medical Science. Journal of Nepal Health Research Council, 19(2), 384�389.

 

Rimal, J., Paudel, B. H., & Shrestha, A. (2015). Introduction of problem-based learning in undergraduate dentistry program in Nepal. International Journal of Applied and Basic Medical Research, 5(Suppl 1), S45.

 

Swanwick, T. (2018). Understanding medical education. Understanding Medical Education: Evidence, Theory, and Practice, 1�6.

 

Tshitenge, S. T., Ndhlovu, C. E., & Ogundipe, R. (2017). Evaluation of problem-based learning curriculum implementation in a clerkship rotation of a newly established African medical training institution: lessons from the University of Botswana. The Pan African Medical Journal, 27.

 

Van Berkel, H. J. M., & Dolmans, D. H. J. M. (2006). The influence of tutoring competencies on problems, group functioning and student achievement in problem‐based learning. Medical Education, 40(8), 730�736.

 

Widjaja, E. M., & Irawaty, E. (2022). Hubungan Empati Dengan Hasil Ujian Keterampilan Komunikasi Dokter-Pasien Dan Breaking Bad News. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 6(2), 161�170.

 

Yadav, R. L., Piryani, R. M., Deo, G. P., Shah, D. K., Yadav, L. K., & Islam, M. N. (2018). Attitude and perception of undergraduate medical students toward the problem-based learning in Chitwan Medical College, Nepal. Advances in Medical Education and Practice, 317�322.

 

Copyright holder:

Patricia Monique Yolande (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: