Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 5, Mei 2023

 

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DENPASAR BALI MENGENAI PENCEGAHAN DAN TATALAKSANA RABIES

 

Agatha Gracecia Nindra Clarissa, Shirly Gunawan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta

Email: [email protected]

 

Abstrak

Rabies merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama di Bali. Menurut sebuah studi pada tahun 2019 oleh Kemenkes RI menunjukan bahwa Bali mendapatkan peringkat pertama sebagai wilayah dengan kasus GHPR (Gigitan Hewan Penular Rabies) tertinggi dengan Kabupaten Denpasar dan Badung sebagai kabupaten dengan insiden tertinggi. Kurangnya pengetahuan masyarakat Denpasar Bali terhadap bahaya rabies menjadi penyebab tinggi-nya kasus GHPR di Bali. Dengan peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pencegahan dan tatalaksana rabies di harapkan dapat mengatasi masalah rabies. Untuk itu, penelitian ini ber-tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat Denpasar Bali mengenai pencegahan dan tatalaksana rabies untuk mewujudkan tercapainya Indonesia bebas rabies 2030. Penelitian kemudian dilakukan dengan pengambilan data berbentuk kuisioner secara daring dengan jumlah responden sebanyak 120 orang. Hasil dari penelitian pada 120 responden didapatkan responden dengan tingkat pengetahuan kategorik baik 17 orang, kategorik cukup 71 orang, dan kategorik pengetahuan kurang sebanyak 32 orang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Denpasar Bali masih harus lebih ditingkatkan.

 

Kata kunci : Rabies; Denpasar; GHPR; Pengetahuan; Tatalaksana

 

Abstract

Rabies is an infectious disease that is still a public health problem in Indonesia, especially in Bali. According to a 2019 study by the Indonesian Ministry of Health, Bali was ranked first as the area with the highest GHPR (Rabies-Transmitting Animal Bite) cases with Denpasar and Badung regencies being the districts with the highest incidence. Lack of knowledge by the society about the dangers of rabies is the cause of the high number of GHPR cases in Bali. By increasing the knowledge and understanding of the public about the prevention and management of rabies, it is hoped that the problem of rabies can be overcome. For this reason, this study aims to describe the level of knowledge of the people of Denpasar Bali regarding the prevention and management of rabies to achieve a rabies- free Indonesia in 2030. The research was then carried out by collecting data in the form of an online questionnaire with a total of 120 respondents. The results of the research on 120 respondents obtained respondents with a good level of knowledge categorical 17 people, categorical enough 71 people, and categorical knowledge less as many as 32 people. This shows that the level of knowledge of the people of Denpasar Bali still needs to be improved.

 

Keywords : Rabies; Denpasar; Knowledge, Prevention

 

Pendahuluan

Rabies merupakan infeksi virus (famili Rhabdoviridae, genus Lyssavirus) menginfeksi dengan cara menyerang susunan saraf pusat (Shepard et al., 2016). Penularan virus rabies dapat melalui hewan ke hewan atau hewan ke manusia melalui gigitan maupun cakaran (Permenkes, 2015). Terdapat beberapa hewan penular rabies antara lain anjing, kera, kelelawar, musang, kucing dan serigala (Simani et al., 2012). Selain itu, penularan juga dapat melalui kontaminasi luka (Rana et al., 2021).Tercatat sekitar 95% kasus rabies pada manusia disebabkan oleh gigitan anjing, pada daerah endemik angkanya dapat mencapai 99% (Manro & Yovani, 2018). Di Asia, korban rabies diperkirakan mencapai 55.000 orang dengan total kematian sebanyak 31.000 sedangkan di Afrika sebanyak 24.000.

Sampai dengan tahun 2019, tercatat 8 provinsi bebas rabies sementara itu, provinsi yang masih tercatat sebagai endemik rabies sebanyak 26 provinsi salah satunya yaitu provinsi Bali. Provinsi bebas rabies yaitu Kepulauan Riau, Papua, Papua Barat, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selama periode 2015-2019, kasus gigitan hewan penular rabies dilaporkan berjumlah 404.306 kasus dengan 544 kematian. Saat ini ada 5 provinsi dengan jumlah kematian tertinggi antara lain Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan kejadian luar biasa (KLB) rabies tahun 2019 terakhir dilaporkan terjadi di Nusa Tenggara Barat (Kemenkes, 2019).

Berdasarkan laporan data Ditjen P2P, Kemenkes RI 2020 kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) tertinggi sepanjang tahun 2019 terdapat di Bali yaitu sebanyak

38.187 kasus, diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebanyak 13.599 kasus, dan Sulawesi Utara sebanyak 8.163 kasus (Amelia et al., 2019). Kasus rabies di Bali tersebar di seluruh pulau dengan insiden tertinggi di 2 kabupaten, yaitu Denpasar dan Badung pada tahun 2019 (Putra et al., 2013). Menurut Infodatin 2016, faktor penyebab kasus GHPR terus terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam tatacara pemeliharaan hewan pemberian vaksin pada hewan peliharaan. Selain itu factor lainnya yaitu, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya rabies, serta rendahnya kesadaran untuk segera ke pelayanan kesehatan setelah tergigit hewan penular rabies dan ��melaporkan kasus rabies ke fasilitas Kesehatan (Kemenkes, 2016).

Dalam rangka peringatan hari rabies sedunia tahun 2021 yang diperingati tanggal 28 September 2021, pemerintah menyusun program yang menargetkan Indonesia bebas rabies pada tahun 2030, sejalan dengan target dunia yang diprakarsai World Health Organization (WHO), World Organisation for Animal Health (OIE), Food and Agriculture Organization (FAO) dan Global Alliance for Rabies Control (GARC) (Almaidah et al., 2021). Berbagai program pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan rabies pun menjadi tanggung jawab bersama terutama instansi yang menangani aspek kesehatan, instansi yang menangani kesehatan hewan dan pemerintah daerah yang mengkoordinir masyarakat. Program tersebut perlu di fokuskan khususnya pada daerah dengan prevalensi kasus GHPR yang masih tinggi yaitu Denpasar Bali (Ida Untari, 2021). Salah satu faktor penentu keberhasilan pengendalian dan pemberantasan rabies melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pencegahan dan tatalaksana penyakit rabies. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat Denpasar Bali tentang rabies dalam rangka turut mendukung upaya mewujudkan Indonesia bebas rabies 2030.

 

Metode Penelitian

Jenis peneIitian yang digunakan daIam peneIitian ini adaIah jenis peneIitian deskrptif dengan menggunakan desain peneIitian cross-sectionaI. Penelitian dilakukan di Bali dari bulan Januari sampai dengan bulan April. Pengambilan data menggunakan kuesioner berbentuk google form. Responden yang dibutukan sebanyak 97 orang. Populasi target pada peneIitian ini adaIah masyarakat Denpasar. Sedangkan untuk populasi terjangkau masyarakat Kabupaten Denpasar yang memiliki hewan peliharaan yang berpotensi menyebabkan rabies (misal anjing, kucing, kera, musang) maupun yang tidak memiliki hewan peliharaan.

 

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1

Karakteristik Responden

 


Keterangan���������������� Jumlah (n = 120)�������������������� Persentase (%)

�����������

��� Jenis Kelamin

��� - Laki � laki����������������������� 4��������������������������������������������� 3,34 %

��� - Perempuan����������������������������������� 116����������������������������� ����������� 96,6 %

��� Pekerjaan

��� - Pelajar����������������������������������������� 90������������������������������������������� 75 %

��� - Pekerja����������������������������������������� 30������������������������������������������� 25 %

 


Pada penelitian ini karakteristik responden� terdapat 2 karakteristik yaitu jenis kelamin dan pekerjaan. Dimana jumlah responden laki � laki sebanyak 4 orang dengan persentase 3,34% dan responden perempuan sebanyak 116 dengan persentase 96,6%. Pekerjaan responden terbagi menjadi 2 kelompok yaitu pelajar (usia 15-23 tahun) sebanyak 90 orang dengan persentase 75% dan pekerja (usia 24-35 tahun) sebanyak 30 orang dengan persentase 25%.

 

 

Deskripsi Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Rabies

Tingkat pengetahuan responden secara umum sesuai dengan pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

 

Tabel 2

Tingkat Pengetahuan Responden

 

���������������

Dapat dilihat pada tabel tingkat pengetahuan responden didapatkan hasil� responden pelajar dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 26,� pengetahuan� cukup sebanyak 55 orang, dan pengetahuan baik sebanyak 9 orang. Lalu untuk responden pekerja dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 orang, pengetahuan cukup sebanyak 16 orang, dan pengetahuan baik sebanyak 8 orang.�

 

Tabel 3

Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan Kuesioner

 

No

Pertanyaan

Jawaban

Benar

Persentase (%)

Salah

Persentase (%)

1

Cara penularan virus rabies dari hewan ke manusia ?

119

97,50%

3

2,50%

2

Hewan apa saja yang dapat menularkan virus rabies ke manusia?

120

100%

0

0

3

Salah satu ciri khas hewan yang terkena virus rabies, kecuali ?

66

55%

54

45%

4

Gejala awal seseorang yang terkena virus rabies?

42

35%

78

65%

5

Penanganan pertama jika digigit hewan penular rabies?

102

85%

18

15%

6

VAR (Vaksin Anti Rabies) dan SAR(Serum Anti Rabies) memiliki fungsi dan kandungan yang sama?

9

2,50%

111

97,50%

7

Ada berapakh tipe rabies pada hewan?

69

57,50%

51

42,50%

8

Faktor yang mempengaruhi masa inkubasi?

48

40%

72

60%

9

Berikut ini merupakan faktor kasus GHPR (Gigitan Hewan Penular rabies) terus terjadi, kecuali?

60

0,50%

60

0,50%

10

Sistem tubuh yang terserang pertama ketika seseorang terkena gigitan hewan rabies?

110

91,67%

10

8,30%

 

Tingkat pengetahuan responden mengenai cara penularan rabies yang terkandung pada pertanyaan nomor 1, 2, 8, dan 10 didapatkan jawaban benar dengan total 395 jawaban benar (82,29%) dan jawaban salah sebanyak 85 (17,71%) yang berarti responden termasuk kedalam kategori pengetahuan baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Herlinae et al., 2013) di Kalimantan Tengah dan juga penelitian yang dilakukan oleh Putra pada tahun 2009 dengan judul penelitian Sikap Masyarakat tentang Rabies dengan Perilaku Pencegahan Rabies di Desa Mekar Bhuana.16 Dimana kedua penelitian menunjukkan hasil pengetahuan masyarakat mengenai cara penularan rabies dalam kategori baik.

Tingkat pengetahuan responden mengenai tanda dan gejala anjing rabies yang terkandung pada pertanyaan nomor 3, dan 7 didapatkan jawaban benar dengan total 135 (56,25%) dan jawaban salah sebanyak 105 (43,75%) yang berarti responden termasuk kedalam kategori pengetahuan cukup. Sedangkan untuk tingkat pengetahuan responden mengenai tanda dan gejala rabies pada manusia terkandung pada pertanyaan nomor 4 didapatkan jawaban benar dengan total 78 (65%) dan jawaban salah sebanyak 42 (35%) yang berarti responden termasuk kedalam kategori pengetahuan cukup dalam memahami tanda dan gejala rabies pada manusia. Hasil serupa juga didapatkan pada penelitian (Herlinae et al., 2013) di Kalimantan Tengah dengan judul penelitian Hubungan Pengetahuan Masyarakat Pemelihara Anjing Tentang Bahaya Rabies Terhadap Partisipasi Pencegahan.15

Tingkat pengetahuan responden mengenai tatalaksana dan pertolongan pertama pada rabies terkandung pada pertanyaan nomor 5,6, dan 9 didapatkan jawaban benar dengan total 171 (47,5%) dan jawaban salah sebanyak 189 (52,5%) yang berarti tingkat pengetahuan responden mengenai tatalaksana dan pertolongan pertama rabies dalam kategori cukup. Terdapat perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sarjana et al., 2018) dan (Rustam, 2022) dengan hasil tingkat pengetahuan rendah mengenai tatalaksana dan pertolngan pertama rabies.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan 120 responden, 17 responden memiliki pengetahuan baik mengenai rabies, 71 responden dengan pengetahuan cukup, dan 32 responden dengan pengetahuan kurang.

Pada penelitian ini penulis mengalami keterbatasan yaitu dalam proses penyebaran dan pengisian kuesioner. Dimana pengisian kuesioner berupa google form sehingga tidak diawasi secara langsung sehingga didapatkan data yang tidak seimbang pada responden dengan jenis kelamin laki � laki dan perempuan. Selain itu juga hasil penelitian masih tidak merata anatara responden yang memiliki hewan peliharaan dan tidak.

 

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 120 responden masyarakat Denpasar Bali, Hanya 17 responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai rabies, 71 responden dengan pengetahuan cukup, dan 32 responden dengan pengetahuan kurang.

 

 

BLIBLIOGRAFI

 

Almaidah, F., Khairunnisa, S., Sari, I. P., Chrisna, C. D., Firdaus, A., Kamiliya, Z. H., Williantari, N. P., Akbar, A. N. M., Pratiwi, L. P. A., & Nurhasanah, K. (2021). Survei Faktor Penyebab Perokok Remaja Mempertahankan Perilaku Merokok. Jurnal Farmasi Komunitas, 8(1), 20�26.

 

Amelia, R., Fajriyah, U. N., & Octaviani, D. A. (2019). Evaluasi pelaksanaan program deteksi dini kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (iva) dan deteksi dini kanker payudara dengan metode clinical breast examination (cbe). Jurnal Kebidanan, 9(1), 56�69.

 

Herlinae, H., Yemima, Y., & Roda�i, J. (2013). Hubungan Pengetahuan Masyarakat Pemelihara Anjing Tentang Bahaya Rabies Terhadap Partisipasi Pencegahan. JURNAL ILMU HEWANI TROPIKA (JOURNAL OF TROPICAL ANIMAL SCIENCE), 2(2), 57�63.

 

Ida Untari, I. (2021). 7 Pilar Utama Ilmu Kesehatan Masyarakat. Thema publishing.

 

Kemenkes, R. I. (2016). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta Selatan. Google book. Diakses tanggal.

 

Kemenkes, R. I. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan RI No 43 tahun 2019 tentang Puskesmas. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas, Nomor, 65(879), 2004�2006.

 

Manro, N. M., & Yovani, N. (2018). Menuju Indonesia bebas rabies 2020: problem institusi dalam implementasi kebijakan kesehatan publik di Bali. J. Kebijak. Kesehat. Indones. JKKI, 7(4).

 

Permenkes, R. I. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kemenkes RI.

 

Putra, A. A. G., Hampson, K., Girardi, J., Hiby, E., Darryn Knobel, I., Mardiana, W., Townsend, S., & Scott-Orr, H. (2013). Response to a rabies epidemic, Bali, Indonesia, 2008�2011. Emerging Infectious Diseases, 19(4), 648.

 

Rana, M. S., Jahan, A. A., Kaisar, S. M. G., Siddiqi, U. R., Sarker, S., Begum, M. I. A., Ghosh, S., Sarker, S., Ahmed, B.-N., & Shamsuzzaman, A. K. M. (2021). Knowledge, attitudes and perceptions about rabies among the people in the community, healthcare professionals and veterinary practitioners in Bangladesh. One Health, 13, 100308.

 

Rustam, H. K. (2022). Peninjauan Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit Rabies di Soppeng. Infokes: Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan Informatika Kesehatan, 12(2), 52�60.

 

Sarjana, N. K. A. S., Prasetyawati, A. E., & Budiani, D. R. (2018). Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan penyakit rabies pada warga di wilayah puskesmas Kuta II. Smart Medical Journal, 1(1), 18�25.

 

Shepard, D. S., Undurraga, E. A., Halasa, Y. A., & Stanaway, J. D. (2016). The global economic burden of dengue: a systematic analysis. The Lancet Infectious Diseases, 16(8), 935�941.

 

Simani, S., Fayaz, A., Rahimi, P., Eslami, N., Howeizi, N., & Biglari, P. (2012). Six fatal cases of classical rabies virus without biting incidents, Iran 1990�2010. Journal of Clinical Virology, 54(3), 251�254.

 

Copyright holder:

Agatha Gracecia Nindra Clarissa, Shirly Gunawan (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: