Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 5, Mei
2023
ERA PEMBELAJARAN
DARING: KESADARAN AKAN JATI DIRI
�ANAK ASLI PAPUA YANG BERUBAH
Hetwi Marselina Saerang, Herry Sumual, Eli Jeini Usoh , Viktory Nicodemus Joufree Rotty
Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Manado, Indonesia
Email: [email protected] , [email protected]
Abstrak
Selama ini, pendidik di Papua selalu menggunakan metode pembelajaran konvensional, yaitu tatap muka di kelas antara guru dengan murid atau dosen dengan mahasiswa. Proses pembelajaran, diskusi, tanya-jawab, dan bimbingan semua berlangsung tatap muka. Sekarang harus menggali diri kepada metode belajar dalam jaringan atau disingkat daring (online). Lompatan itu bukanlah berarti apa-apa untuk dunia Pendidikan di Tanah Papua, terutama bagi tenaga pengajar yang masih muda-muda, karena mereka memang generasi yang tumbuh pada era digital atau jaringan. Sementara tenaga pengajar yang sudah lanjut usia dipaksa harus berlari menyesuaikan diri dengan cara baru itu. Walaupun tampak kedodoran, mereka harus siap untuk ikut perubahan. Bagaimana dengan pendidikan tingkat dasar, seperti SD dan SMP apalagi di daerah pedalaman? Tentu saja akan seru sekali jadinya karena pembelajaran daring di samping diperlukan kemampuan mengoperasionalkan jaringan dengan perangkatnya, juga harus dibekali pedagogi daring, sebab pedagogi daring sendiri belum menjadi bahan baku pembelajaran selama ini. Untuk tingkat SD masih sedikit tertolong karena orang tua mereka, terutama ibu-ibu, selalu mendampingi anaknya belajar. Walaupun orang tuanya tidak begitu menguasai penggunaan perangkat, mereka masih bisa diajak bekerja sama untuk membimbing anak-anaknya. Akan tetapi, menjadi persoalan tersendiri bagi anak-anak, bahwa ternyata tidak semua ibu bisa menjadi pendamping yang baik bagi anak-anaknya. Bahkan, cara ibunya mengajar membuat mereka tertekan secara psikologis, malah ada yang berontak dengan membuat puisi agar corona cepat berlalu supaya bisa bertemu guru. Sementara itu, guru SMP dan SMA mengeluh karena ada topik-topik tertentu yang sulit didaringkan.
Kata kunci: Anak Asli Papua; Covid 19; Pembelajaran Daring; Kesadaran Jati Diri;
�������������������� Perubahan.
Abstract
So far, educators
in Papua have always used conventional learning methods, namely face-to-face in
class between teachers and students or lecturers with students. The learning
process, discussion, question-and-answer, and guidance all take place
face-to-face. Now you have to dig yourself into the method of learning in the
network or abbreviated online (online). The leap does not mean anything for the
world of education in the Land of Papua, especially for young teaching staff,
because they are indeed a generation that grew up in the digital or network era.
Meanwhile, elderly teachers are forced to run to adjust to the new way. Even if
they seem dodorant, they must be ready to participate
in change. What about elementary education, such as elementary and junior high
schools, especially in rural areas? Of course, it will be very exciting because
online learning in addition to the ability to operationalize the network with
its devices, must also be equipped with online pedagogy, because online
pedagogy itself has not been a raw material for learning so far. For the
elementary level, it is still a little helpful because their parents,
especially mothers, always accompany their children to study. Even though
parents are not very familiar with the use of devices, they can still be
invited to work together to guide their children. However, it is a problem for
children, that it turns out that not all mothers can be good companions for
their children. In fact, the way his mother taught made them psychologically
depressed, some even rebelled by making poems so that corona passed quickly so
that they could meet the teacher. Meanwhile, middle and high school teachers
complain that there are certain topics that are difficult to get online.
Keywords: Indigenous Papuan Children; Covid 19; Online
Learning; Identity Awareness; Change,
Pendahuluan
Mendefinisikan atau mendeskripsikan tentang era digital tidaklah mudah. Namun pada kenyataannya lahirnya sistem digital membuat teknologi informasi dan komunikasi berkembang luar biasa pesat
(Ansori, 2016). Perkembangan amat pesat ini
sadar atau tidak, mau tidak
mau dengan sendirinya berpengaruh pada kesadaran manusia akan jati dirinya
(Saerang, Sumual, Usoh,
& Rotty, 2022). Pada gilirannya pergeseran
kesadaran jati diri manuasia ini
sangat besar pengaruhnya
pada cara berpikir, berperilaku dan bahasanya, serta pilihan-pilihan nilai dalam hidup.
Pergeseran kesadaran ini berpengarung pula pada dunia pendidikan yang semula dari pola konvensional
kepada sistem informasi dan teknologi (Saerang et al., 2022).
Proses
detradisionalisasi salah satu
akibat dari kemajuan pesat teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang luar biasa ini
Semula disebut tradisi sadar atau
tidak dianggap satu-satunya pegangan hidup (Suryani, Purba, Angelina,
& Rasji, 2022). Kalaupun sekarang ini tradisi masih
punya tempat, dia bukanlah satu-satunya melainkan hanya salah satu dari sekian
banyak penafsir kebenaran. Begitu pula pilihan sistem pembelajaran, seminar nasional, internasional dan mereview jurnal secara konvensional
bukan menjadi satu-satunya, melainkan terdapat alternatif lain melalui media daring.
Pola
pergeseran sistem konvensional kepada sistem informasi dan teknologi dapat memudahkan banyak hal dilakukan, namun di sisi lain dapat membatasi relasi secara langsung,
menjadi egosentris (Ulfah, 2020), perbedaan waktu
kuliah maupun seminar antara wilayah Timur dan Barat menjadi
problem tersendiri, mungkin
kebenaran peribahasa� ini masih relevan �berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian�bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian�. Atau sebaliknya �Jika bisa langsung bersenang-senang
untuk apa harus bersakit-sakit?� Sistem pembelajaran daring saat ini mempunyai
banyak informasi yang mudah diakses. Informasi ini akan
dibanding-bandingkan dan dipilih
mana dianggap cocok untuk kehidupan sehari-hari. Sementara itu �cocok� belum
tentu berarti baik dan benar bisa jadi cocok
berarti� menyenangkan
dan gampang.
Akhirnya zaman apapun termasuk di era digital, manusia tetaplah pribadi yang mempunyai hati, bahkan harus
dikatakan pusat pribadi manusia pada hatinya (Anwar, 2019). Tantangan paling besar di era digital ialah menemukan bahasa yang dapat menyentuh hati pribadi-pribadi zaman sekarang ini.
Istilah daring merupakan akronim dari �dalam jaringan�. Istilah ini mejelaskan
suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem daring yang memanfaatkan
internet (Manongga, Kasenda, &
Monintja, 2021). Menurut (Pramesti & Qirana,
2021): �pembelajaran daring merupakan
program penyelenggaraan kelas
pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang masif dan luas�. (Amrizal & Yusriati,
2021)�pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan teknologi multimedia,
kelas virtual, CD ROM, streaming video, pesan suara, email dan telepon konferensi, teks online animasi, dan video
streaming online�. Sementara itu
Rosenberg dalam Alimuddin, (ARIS, 2022) menekankan bahwa
e-learning merujuk pada penggunaan
teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Menurut (Pulau & Danau, n.d.)�daring memberikan metode pembelajaran yang efektif, seperti berlatih dengan adanya umpan balik
terkait, menggabungkan kolaborasi kegiatan dengan belajar mandiri, personalisasi pembelajaran berdasarkan kebutuhan siswa dan menggunakan simulasi dan permainan�. Sementara itu menurut permendikbud
no. 109/2013 pendidikan jarak
jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui
penggunaan berbagai media komunikasi (Alaby, 2020).
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan dan kemajuan diberbagai sektor terutama pada bidang Pendidikan (Akbar & Noviani, 2019). Peranan dari
teknologi informasi dan komunikasi pada bidang pendidikan sangat penting dan mampu memberikan kemudahan kepada guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran daring
ini dapat diselenggarakan dengan cara masif dan dengan peserta didik yang tidak terbatas (Jayul & Irwanto, 2020). Selain itu
penggunaan pembelajaran
daring dapat diakses kapanpun dan dimana pun sehingga tidak adanya batasan waktu dalam penggunaan
materi pembelajaran (Kamayanthy, 2020).
Dari
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring atau e-learning merupakan suatu pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dengan menggunakan internet dimana dalam proses pembelajarannya tidak dilakukan dengan face to face tetapi menggunakan media elektronik yang mampu memudahkan siswa untuk belajar kapanpun
dan dimanapun (Kamayanthy, 2020).
Tung
dalam (ARIS, 2022) menyebutkan karakteristik
dalam pembelajaran daring antara lain: (a) Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik
dan berbagai elemen
multimedia, (b) Komunikasidilakukansecaraserentakdantakserentaksepertivideo
conferencing, chats rooms, atau discussion forums, (c) Digunakan
untuk belajar pada waktu dan tempat maya. (d) Dapat digunakan berbagai elemen belajar berbasis CD-ROM untuk meningkatkan komunikasi belajar, (e) Materi ajar relatif mudah diperbaharui. (f) Meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan fasilitator. (g) Memungkinkan bentuk komunikasi belajar formal dan informal. (g) Dapat
menggunakan ragam sumber belajar yang luas di internet.
Selain itu Rusma dalam
(Herayanti, Habibi, &
Fuaddunazmi, 2017) mengatakan bahwa karaktersitik dalam pembelajaran daring antara lain:
(1) Interactivity (interaktivitas). (2) Independency
(kemandirian). (3) Accessibility (aksesibilitas).
(4) Enrichment (pengayaan).
Pembelajaran daring
harus dilakukan sesuai dengan tata cara pembelajaran jarak jauh. Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(PERMENDIKBUD) nomor 109 tahun
2013 ciri-ciri dari pembelajaran daring adalah: (1) Pendidikan
jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh
melalui penggunaan berbagai mendia komunikasi. (2) Proses pembelajaran
dilakukan secara elektronik (e-learning), dimana memanfaatkan paket informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran yang dapat diakses oleh peserta didik kapan
saja dan dimana saja. (3) Sumber belajar adalah bahan ajar dan berbagai informasi dikembangkan dan dikemas dalam bentuk
yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi serta digunakan dalam proses pembelajaran. (4) Pendidikan
jarak jauh memiliki karakteristik bersifat terbuka, belajar, mandiri, belajar tuntas, menggunakan teknlogi informasi dan komunikasi, menggunakan teknologi pendidikan lainnya, dan berbentuk pembelajaran terpadu perguruan tinggi. (5) Pendidikan jarak jauh bersifat terbuka
yang artinya pembelajaran
yang diselenggarakan secara
fleksibel dalam hal penyampaian, pemilihan dan program studi dan waktu penyelesaian program, jalur dan jenis pendidikan tanpa batas usia, tahun ijazah, latar belakang bidang studi, masa registrasi, tempat dan cara belajar, serta
masa evaluasi hasil belajar.
Dari
penjelasan tentang karakteristik/ciri dari pembelajaran daring maka dapat disimpulkan
bahwa karakteristik/ciri pembelajaran daring yaitu dengan menggunakan
media elektronik, pembelajaran
yang dilaksanakan menggunakan
internet, pembelajaran dapat
dilaksanakan kapanpun dan dimanapun serta pembelajaran daring bersifat terbuka.
Menurut (Zakaria, 2022) menjelaskan beberapa
manfaat dari pembelajaran daring sebagai beikut: (1) Meningkatkanmutupendidikandanpelatihandenganmemanfaatkan
multimedia secara efektif dalam pembelajaran. (2) Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan. Menekan biaya penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan
yang bermutu melalui pemanfaatan sumber daya bersama.
Selain itu, manfaat pembelajaran
daring menurut Bates dan Wulf dalam
Mustofa, (Mustofa, Chodzirin,
Sayekti, & Fauzan, 2019) terdiri atas
4 hal, yaitu: (1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance
interactivity). (2) Memungkinkan terjadinya
interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). (3) Menjangkau
peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience). (4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as
archivable capabilities).
Adapun
manfaat daring yaitu; (1) Adanya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengakses
bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. (2) Peserta didik dapat berkomunikasi
dengan guru setiap saat. Artinya, peserta didik dapat
lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa manfaat dari proses pembelajaran daring��
diantaranya yaitu adanya kemajuan dalam bidang teknologi
yang mampu meningkatkan mutu pendidikan serta mampu meningkatkan
proses pembelajaran dengan meningkatkan interaksi, mempermudah proses pembelajaran karena dapat dilakukan
dimanapun dan kapanpun selain itu mudahnya
mengakses materi pembelajaran dan mampu menjangkau peserta didik dengan cakupan
yang luas.
Kelebihan pembelajaran daring yaitu; (1) Biaya, e-learning mampu mengurangi biaya pelatihan. Pendidikan dapat menghemat biaya karena tidak perlu
mengeluarkan dana untuk peralatan kelas seperti penyediaan papan tulis, proyektor
dan alat tulis. (2) Fleksibilitas waktu e-learning membuat pelajar dapat menyesuaikan waktu belajar, karena dapat mengakses
pelajaran kapanpun sesuai dengan waktu
yang diinginkan. (3) Fleksibilitas
tempat e-learning membuat pelajar dapat mengakses
materi pelajaran dimana saja, selama
komputer terhubung dengan jaringan Internet. (4) Fleksibilitas kecepatan pembelajaran e-learning dapat disesuaikan dengankecepatan belajar masingmasing siswa. (5) Efektivitas pengajaran e-learning merupakan teknologi baru, oleh karena itu pelajar
dapat tertarik untuk mencobanya juga didesain dengan instructional
design mutahir membuat pelajar lebih mengerti
isi pelajaran. (6) Ketersediaan On-demand E-Learning dapat
sewaktu-waktu diakses dari berbagai tempat
yang terjangkau internet, maka
dapat dianggap sebagai �buku saku�
yang membantu menyelesaikan
tugas atau pekerjaan setiap saat.
Adapun
kelebihan pembelajaran
daring/e-learning: (1) Proses log-in yang sederhana memudahkan siswa dalam memulai pembelajaran
berbasis e-learning. (2) Materi
yang ada di e-learning telah
disediakan sehingga mudah diakses oleh pengguna. (3) Proses pengumpulan tugas dan pengerjaan tugas dilakukan secara online melalui google docs
ataupun form sehingga efektif untuk dilakukan
dan dapat menghemat biaya. (4) Pembelajaran dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Kekurangan pembelajaran daring yaitu; (1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar-siswa itu sendiri yang mengakibatkan keterlambatan terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar. (2) Kecenderungan
mengabaikan aspek akademik atau aspek
sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis. (3) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah
pelatihan dari pada pendidikan. (4) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. (5) Tidak semua tempat tersedia
fasilitas internet (mungkin
hal ini berkaitan
dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
Adapun
kekurangan pembelajaran
daring/e-learning yaitu; (1) Tampilan
halaman login yang masih membutuhkan petunjuk lebih dalam. (2) Materi yang diberikan kurang luas dan disajikan dalam bentuk Bahasa inggris sehingga merepotkan dalam mempelajarinya. (3) Adanya pengumpulan tugas yang tidak terjadwal serta tidak adanya pengawasan
secara langsung atau face to face dalam pengerjaan� tugas yang membuat pengumpulan tugas menjadi molor.
(4) Materi pembelajaran menjadi kurang dimengerti saat pembelajaran tidak ditunjang dengan penjelasan dari guru secara langsung.
Metode Penelitian
Pendekatan penelitian ini ialah pendekatan kualitatif.� Pendekatan ini dimaksudkan meneliti objek alamiah, dan peneliti sebagai instrumen kunci. Cara pengambilan sampel sumber data penelitian kualitatif dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Pendekatan ini dapat digunakan untuk mendalami pemaknaan subjektif para subjek dalam melihat
realitas yang mereka alami.
Jenis penelitian ini ialah penelitian fenomenologi. Penelitian ini peneliti menggunakan
penelitian fenomenologis deskriptif. Peneliti menggunakan penelitian tersebut untuk menggali hakekat dan kesadaran murni para subjek tentang pengalaman pembejalaran daring.
Oleh karena itu, proses penelitian ini akan bercorak metode
perjumpaan dengan cara observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi sebagai acuan datanya.
Penelitian ini dilakukan di kalangan siswa-siswi SD YPPK St.
Petrus Ayawasi. Para siswa
SD merupakan �wajah masa depan Papua� dalam berbagai bidang kehidupan di kemudian hari. Penelitian ini melihat perubahan
jati diri dalam pembelajaran daring. Perubahan jati diri menjadi lokus
penelitian ini.
Penelitian ini mengambil informan
dari siswa kelas, III, IV, V, VI. Para informan
diambil dari setiap kelas 2 orang. Untuk menentukan partisipan teknik yang digunakan ialah sampel bertujuan (purposive
sampling). Purposive sampling dimaksudkan untuk menetapkan sampel dengan memilih
beberapa sampel tertentu yang dinilai sesuai dengan masalah
penelitian. Subjek penelitian merupakan para siswa yang dianggap mampu memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya
sesuai dengan bidang yang diteliti, sehingga data yang diperoleh diakui kebenarannya. Metode Pengumpulan Data meliputi;
Observasi
Observasi dipahami sebagai pengamatan yang dilakukan dengan sengaja, sistematis, mengenai fenomena-fenomena pembelajaran
daring dalam hidup siswa-siswi SD YPPK St. Petrus Ayawasi.
Observasi dilakukan untuk mengamati dan memperoleh informasi dari perilaku yang ditampakkan atau dimunculkan oleh narasumber, serta mengamati gerak-gerik subjek dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Dalam observasi ini peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan
apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan demikian, peneliti menggunakan observasi partisipatif, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku yang nampak.
Wawancara
Wawancara sebagai upaya mendekatkan
informasi dengan cara bertanya langsung
kepada informan. Jika tanpa wawancara peneliti akan kehilangan
informasi yang dapat diperoleh secara langsung melalui perjumpaan dengan cara bertanya. Metode wawancara yang dilakukan ialah wawancara tidak berstruktur, di mana metode ini memungkinkan pertanyaan berlangsung luwes, arah pertanyaan
lebih terbuka, tetap fokus, sehingga
informasi yang diperoleh
sangat baik dan pembicaraannya
tidak kaku.
Telaah Dokumen
Telah dokumen adalah
cara peneliti menelusuri data historis yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Data-data kebanyakan tersimpan dalam bentuk dokumen
dan artefak, sehingga penggalian sumber data lewat studi dokumen
menjadi pelengkap. Dengan demikian, tingkat kredibilitas sutau hasil penelitian
kualitatif sedikit banyaknya ditentukan pula oleh penggunaan dan pemanfaatan dokumen yang ada.
Analisa data merupakan suatu tahap mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori
dan satuan uraian dasar agar memudahkan dalam menentukan tema kerja yang sesuai dengan data. Tahap ini dapat
digunakan untuk menganalisa data dengan tujuan menyederhanakan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
Data ini juga dimanfaatkan dengan baik agar dapat menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian. Analisis ini dilakukan
berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman
empiris berdasarkan data
yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi, lalu disusun untuk menarik
kesimpulan.
Oleh karena itu,
analisis data menjadi
proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan observasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, meyusun ke dalam pola,
memilah mana yang penting
dan membuat kesimpulan agar
dapat dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian, tahap analisis data yang akan dilakukan sebagai berikut:
Peneliti telah memperoleh
data dari subjek melalui wawancara dan observasi. Data dimaksud diubah dalam bentuk
tulisan, serta dirangkum dengan hal-hal pokok yang dipilih khususnya yang sangat penting.
Penyajian data kualitatif
disusun berdasarkan kategori atau pengelompokan
data sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Penyajian data kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan atau hubungan antar kategori dan sejenisnya.
Interpretasi data berarti meninjau
kembali data yang telah diperoleh berdasarkan landasan teori sehingga dapat dicocokkan. Interpretasi dibuat peneliti dengan melangkah mundur dan membentuk beberapa makna yang lebih besar tentang
fenomena berdasarkan pandangan pribadi, perbandingan dengan studi masa lalu, atau keduanya.
Data verifikasi telah dibuat dan memiliki kesamaan pada landasan teori, lalu dilanjutkan dengan penulisan hasil penelitiannya, serta membuat peneliti
mengambil kesimpulan. Peneliti menguji keabsahan data menggunakan cara uji kredibilitas, uji dependabilitas, uji transferabilitas,
uji konfirmabilitas. Kredibilitas
dipahami sebagai pengecekan data melalui proses trianggulasi berupa sumbernya, metodenya dan waktunya.
Triangulasi sumber dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sumber dimaksudkan untuk mengecek data pada
orang-orang terdekat subjek,
dan dianalisis. Hasilnya diharapkan suatu kesimpulan yang dimintakan kesepakatan dari subjek. Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan metode
yang berbeda. Data awal diperoleh dari hasil wawancara, akan dicek kembali
dengan metode observasi.
Triangulasi waktu dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan dengan teknik wawancara
dan observasi pada waktu
dan situasi berbeda. Jika didapati hasil data yang berbeda, maka pengecekan
data dilakukan secara berulang hingga ditemukannya kepastian data.
Uji dependabilitas dapat dilakukan melalui kegiatan audit terhadap seluruh proses penelitian. Hasil penelitian tidak dapat dikatakan
dependable jika peneliti tidak dapat membuktikan
bahwa telah dilakukannya rangkaian proses penelitian secara nyata. Mekanisme uji dependabilitas dapat dilakukan melalui audit oleh
auditor independen, atau pembimbing terhadap rangkaian proses penelitian.
Transferabilitas menunjukkan derajat
ketepatan atau sejauh mana dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi
dimana informan tersebut dipilih. Pada penelitian kualitatif, nilai transferabilitas tergantung pada pembaca, sampai sejauh mana hasil penelitian tersebut dapat diterapkan pada konteks dan situasi sosial yang lain.
Konfirmabilitas dalam penelitian
kualitatif lebih diartikan sebagai konsep intersubjektivitas (konsep transparansi), yang merupakan bentuk ketersediaan peneliti dalam mengungkapkan kepada publik mengenai
bagaimana proses dan elemen-elemen
dalam penelitiannya, yang selanjunya memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk melakukan penilaian hasil temuannya sekaligus memperoleh persetujuan diantara pihak tersebut. Konfirmabilitas adalah suatu proses kriteria pemeriksaan, yaitu langkah apa yang dipilih oleh peneliti dalam melakukan konfirmasi hasil temuannya..
Hasil dan Pembahasan
A.
�Paparan Data
Para siswa SD YPPK St.
Petrus Ayawasi mempunyai eksistensi yang dapat menggambarkan dunia hidupnya.
Gambaran hidup merupakan wajah perubahan dalam pembelajaran daring. Mengetahui eksistensi para siswa dapat dilihat
dari identitas, latar belakang mereka, bagaimana mereka mengalami perubahan dalam pembelajaran daring, apa saja perubahan itu, apa saja
tantangan yang dialami dalam pembelajaran daring, apa makna pembelajaran
daring, apa pengalaman hidup yang bisa diambil. Semua eksistensi tersebut dapat mengalir dari bagian per bagian berikut ini:
1.
Identitas
Subjek
Subjek yang dapat diteliti,
diamati dan digali pergumulan hidup mereka tentang kesadaran jati diri yang berubah pada era pembelajaran daring ialah para siswa SD YPPK St. Petrus Ayawasi
Papua. Para siswa SD YPPK St. Petrus menggambarkan sebuah eksistensi diri yang memiliki etnis, budaya, agama dan latar belakangnya tersendiri. Mereka mempunyai dunianya sendiri dalam sebuah realitas,
kenyataan, tidak ada kepalsuan. Mereka menyadari diri sebagai anak
Papua dalam realitas kehidupan dalam dunia pembelajaran daring ialah Magda
dan Arnol siswa kelas 3, tinggal di Kampung Ayawasi, beragama Katolik, suku Maybrat,
Anton dan Maksi siswa kelas 4, tinggal di Kampung Susai, beragama Katolik, suku Maybrat,
Alex dan Maria siswa kelas
5, tinggal di Kampung Ayawasi
Selatan, beragama Katolik, suku Maybrat, Yosepa
dan Regina siswi kelas 6, tinggal di Kampung Ayawasi Timur,
beragama Katolik, suku Maybrat.
Mereka berdelapan berasal
dari suku yang sama di bawah wilayah adat yang sama yaitu wilayah adat Domberai. Hal ini dapat menggambarkan mereka mempunyai sumber adat yang sama. Namun dalam
pergumulan hidup pembelajaran daring, mereka mempunyai pengalaman yang berbeda antara satu dengan yang lain. Pengalaman ini menujukan bagaimana perkembangan pembelajaran daring
yang berdampak pada kehidupan
mereka. Dampak pembelajaran daring membuat mereka bergumul untuk bersaing dengan teman sejawatnya
dalam menggunakan media
daring.
Mereka bergumul bagaimana
bisa bersekolah di masa pandemi covid 19 ini, bagaimana hidup sehat dan bagaimana belajar hidup bersama
suku lain supaya mereka dapat berkembang
dengan baik pula. Dari pergumulan yang dialami tersebut memberi kekuatan untuk hidup bersaing dengan media daring, rekan sejawat dan tungas yang dikerjakannya. Kekuatan yang selalu tampak ialah
semangat ingin tahu dan menerima perubahan di lalui bersama.
Perubahan pembelajaran convensional
menjadi online yang dialami
para siswa memberi pemahaman dan tindakan secara baru dalam
dunia pendidikan. Cara baru
pembelajaran daring yang menekankan
memiliki media daring berupa
handphone anroid, jaringan
internet yang memadai, dan ketekunan
mengikuti pembelajaran secara bertanggungjawab. Perbedaan pola pembelajaran menjadi pergumulan tersendiri, seperti mereka jumpai keterbatasan pengetahuan menggunakan
smartphone. Dengan keterbatasan
itu mereka menyadari bahwa mereka memang sedang
proses perubahan identitas.
Pengalaman pembelajaran
daring yang dilajani menjadikan
mereka sebagai sejarah perjalanan hidupnya di era pembelajaran
daring.
2.
Perangkat Daring
Perangkat daring menjadi dasar utama dalam
mengikuti pembelajaran
daring. Perangkat tersebut membuat mereka merasa harus berubah
dalam aktivitas pembelajarannya, baik dengan diri sendiri
maupun teman sejawatnya. Perubahan yang dapat dilihat ialah
pertama, kesadaran yang lahir dari diri
sendiri dalam menggunakan perangkat pembelajaran daring. Mereka sadar sebagai orang asing menggunakan perangkar daring, belajar menyesuaikan diri, media yang berbeda sehingga harus berjuang menggunakannya secara baik.
Kesadaran tersebut terungkap
dari mereka sendiri, seperti Magda: �saya orang asing menggunakan perangkat daring, jadi saya harus
berjuang dengan perangkat ini, Arnol: �saya harus
belajar menggunakan alat ini, karena
saya tidak tahu menggunakannya�, Anton: �saya baru menggunakan
perangkat ini di masa pandemi 19 dan bingung menggunakannya�, Maksi: �perangkat ini membuat
situasi pembelajaran saya berubah, sebab
saya sudah tidak banyak bermain-main
lagi. Alex: �saya baru menggunakan perangkat ini untuk
belajar, sehingga saya belum merasa
nyaman menggunakannya�,
Maria: saya belajar bersama teman karena
dia mempunyai hanphone sehingga sulit memahi penggunaan
alat daring�, Yosepa: �saya sadar ada
yang berubah karena saya tidak lihat
guru lagi di kelas, tetapi saya lihat
di hanphone saja�, Regina:
�saya tidak bisa memilih untuk
belajar secara offline, sehingg saya ikut
pembelajaran daring dengan
handphone android�.
Di sini menjadi jelas bahwa
dalam kehidupannya, mereka tahu siapa
mereka, apa yang sedang mereka alami
dan dengan apa mereka mengikuti pembelajaran. Mereka menjadikan perangkat android sebagai media pembelajarannya, semua itu terjadi
dalam diri mereka. Kedua, menjalani jadwal harian pembelajaran. Mereka dapat mengontrol
diri dan aktivitasnya dengan membuat jadwal pembelajaran.
Mereka merasa pembuatan
jadwal pribadi menjadi amat penting
seperti apa yang terungkap dari mereka: Magda: �saya punya tempat banyak keterbatasan,
sehingga saya harus membuat jadwal,
kapan saya belajar dan bermain, Arnol: �saya harus
ikut jadwal pembelajaran biar bisa sekolah dengan
baik, Anton: �saya suka bermain, sehingga
untuk mengatasinya saya harus membuat
jadwal pembelajaran�, Maksi: �saya ikut
jadwal daring biar bisa sekolah�, Alex: �saya belajar daring butuh jadwal supaya
saya ikut sekolah�, Maria: saya butuh jadwal supaya
saya bisa ikut sekolah secara
daring�. Jadwa menjadi poin aktivitas mereka baik rumah
maupun di sekolah. Di sini mereka dapat
bertanggungjawab terhadap diri sendiri� masing-masing. Mereka tidak melihat
jadwal sebagai sesuatu yang menghalangi pembelajarannya.
Ketiga, relasi dengan
media daring. Pembelajaran mereka
tidak terlepas dari media yang digunakannya. Mereka merasa bertanggungjawab
terhadap pembelajaran yang sedang dilaluinya. Dengan kesadaran yang telah dimiliki bahwa mereka harus
menggunakan media daring dalam
pembelajaran. Mereka sedang membangun relasi dengan perangkat
daring yang digunakan, seperti
kata mereka: Magda: �saya harus berteman dengan media daring sehingga mudah menggunakannya,�, Arnol: �saya harus
belajar menggunakan perangkat daring, sebab barang ini baru
bagi hidupku�, Anton: �saya baru mengalami
belajar online jadi saya bingung pada awal menggunakannya�, Maksi: �saya menggunakan
perangkat daring membuat sibuk karena terus
belajar�, Alex: �saya sering belajar sendiri menggunakan perangkat daring biar lebih memahaminya�, Maria: saya merasa menggunakan
perangkat daring membuat pusing kepala dan mata�, Yosepa: �saya senang menggunakan
perangkat daring, sebab membuat saya mudah
memahami materi yang disampaikan�, Regina: �saya mata sakit kalau
belajar daring karena HP
yang digunakan kecil�. Di sini bisa dilihat
bahwa relasi dengan daring membutuhkan perjuangan untuk bersahabat dengan medianya.
Keempat, dunia perangkat daring. Mereka menyadari terdapat banyak kesulitan menggunakan perangkat daring, seperti kata mereka Magda: �saya kesulitan menggunakan perangkat daring dari awal hingga sekarang,
dan ada perubahan dalam pembelajaran�. Ungkapan tersebut terungkap juga dari ketujuh teman lainnya.
Perangkat daring mengantar mereka lebih pada relasi pembelajaran, sebab penggunaan perangkat daring bukan sebagai ancaman atas hidup mereka,
melainkan memperkaya mereka untuk belajar
secara maksimal. Di sini menjadi jelas
bahwa perangkat pembelajaran daring yang telah di
alami bukan untuk menindas atau memaksa kehendak
tetapi saling menghargai seorang terhadap yang lain apa adanya.
3.
Perangkat
Daring Membuka Jalan
Dalam pembelajaran daring mereka memiliki rambu-rambu untuk membuka jalan perangkat
daring. Dari hasil wawancara
peneliti menemukan beberapa jawaban yaitu pertama, jawaban yang sama tentang melihat kembali latar belakang
kenapa cara pembelajaran konvensional menuju pembelajaran daring, seperti kata mereka: �kami sekarang sudah berubah dengan tidak bertemu guru dan teman-teman secara langsung untuk sekolah, tetapi kami harus belajar online, jadi kami memulai jalan baru�. Mereka
sadar bahwa cara pembelajaran demikian menunjukkan ada perubahan pada pembelajaran dan dirinya untuk beradaptasi dengan perubahan itu.
Kedua, menaati jadwal
pembelajaran online yang telah
dibuat amat penting untuk menentukan
dinamika pembelajarannya, seperti kata mereka, Magda: �jadwal mengatur langkah perubahan pembelajaran�, Arnol: �jadwal membuka jalan baru hidup
saya dalam pembelajaran�, Anton: �jadwal menyadarkan saya bahwa saya sedang
berubah dari luring menjadi daring�, Maksi: �jadwal media perubahan pembelajaran daring�, Alex: �saya
sadar jadwal daring memudahkan saya menggunakan perangkat daring�,
Maria: �jadwal mengarahkan saya untuk belajar
berubah�, Yosepa: �saya senang memiliki
jadwal untuk mengantur perubahan hidup saya�, Regina: �saya telah berubah
dengan tersedianya jadwal pembelajaran�.
Di sini bisa dilihat bahwa
relasi dengan daring membutuhkan jadwal untuk mengatur pembelajarannya, seperti jam berapa belajar, jam berapa berkomunikasi dengan teman dan guru, kapan kerja tugas
kelompok maupun individu. Bagi mereka perangkat daring membuka jalan baru
untuk cara pembelarannya dengan menggunakan jadwal secara sistematis.� Mereka menyadari jalan baru pembelajaran daring bukan sebagai sesuatu
yang menakutkan, menindas
dan menguasai melainkan untuk memperlancar pembelajarannya.
Ketiga, jalan aktif
pembelajaran. Pembelajaran
daring menempatkan mereka aktif berdiskusi, bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan baik guru maupun teman sejawatnya. Mereka merasa pembelajaran
daring membawa perubahan
pada pola belajarnya, seperti yang terungkap dari mereka, Magda: �belajar dari membuat
saya aktif bertanya�, Arnol: � belajar daring saya tidak mengantuk karena berdiskusi dengan teman-teman dan guru�,
Anton: �saya senang belajar daring karena menyadarkan saya untuk aktif bicara�,
Maksi: �saya tidak bosan belajar
daring karena banyak diskusinya�, Alex: �saya sadar ada perubahan
dalam pola belajar saya, sebab
saya siswa yang suka diam, namun sekarang banyak bicara�, Maria: �saya merasa belajar melalui daring, saya sadar identitas berubah dari biasa
bermain sekarang belajar serius�, Yosepa: �saya senang
belajar melalui daring biar tidak bosan�,
Regina: �saya merasa pembelajaran daring membuka jalan baru bagi
hidup saya�.
Di sini terbangun dinamika intelektual yang melahirkan kesadaran akan suatu perubahan, baik diri para siswa maupun media yang digunakannya. Mereka saling menghargai dalam proses diskusi yang terjadi. Keempat, belajar praktis. Dalam perangkat daring pembelajaran daring mereka dapat terlibat untuk belajar pengetahuan
praktis. Belajar praktis membantu mereka dapat mengerti
perangkat daringnya maupun perubahan identitas yang dialaminya yang terungkap seperti, Magda: �perangkat daring mengajarkan saya untuk belajar
secara praktis�, Arnol: �belajar daring membuat saya mudah
memahami materinya�, Anton:
�saya merasa belajar daring membuat saya bisa mengerti
secara praktis pengetahuannya maupun perangkat pembelajaran yang digunakannya�, Maksi: �saya mudah mengerti
dengan belajar melalui daring�, Alex: �saya mudah memahami materinya melalui belajar daring�, Maria: �saya merasa memahami materi secara praktis,
sebab banyak diskusinya�, Yosepa: �saya senang bisa
mendapat pengetahuan melalui belajar daring�, Regina:
�saya merasa pembelajaran daring membuat aktivitas menjadi lainnya menjadi mudah�. Ungkapan pengalaman pembelajaran daring di
atas menunjukkan bahwa mereka merasa
terbantu dari sisi kepribadian maupun sisi intelektualnya.
Pembelajaran secara daring mereka mempunyai pengetahuan praktis yang cukup dan mudah dipahaminya.
4.
Perangkat
Daring Jalan Terganjal
Perjalanan hidup tidak
terlepas dari ganjalan-ganjalan yang sering dihadapi. Ganjalan pembelajaran daring yang muncul bagi mereka yaitu
pertama, kesulitan dalam penyesuaian diri. Penyesuaian datang dari keluarga,
belajar menggunakan perangkat android, jaringan
internet dan tinggal di pedalaman.
Dari awal pembelajaran daring membingungkan
mereka, seperti kata Magda:
�saya bingung pada awal menggunakan perangkat android untuk belajar online�, Arnol: �saya stress menggunakan perangkat android, sebab saya baru pertama
kali menggunaknnya�, Anton: �saya
emosi karena sulit menggunakan perangkat android, ini bukan dunia saya�, Maksi: �saya harus
dimarahi orangtua sebelum mereka membeli HP android� untuk digunakan belajar secara daring�, Alex: �saya sulit menggunakan
perangkat android selama 2 minggu karena dunia saya bermain, bukan
belajar online�, Maria: �saya
sulit mendapat akses internet karena kampung saya sering hilang
jaringan�, Yosepa: �mata saya sakit
menggunakan perangkat
android untuk belajar secara daring, sehingga saya benar-benar terganggu�, Regina: �saya sering tertidur karena tidak bisa
menahan cahaya layar HP�. Pola pembelajaran
daring membuat ganjalan-ganjalan
perasaan dan tindakan.
Inilah cara mereka
mulai menemukan jalan untuk keluar
dari ganjalan itu dengan menyesuaikan
diri dan familiar dengan
media daring. Kedua, takut menggunakan perangkat android, seperti kata mereka: �kami takut menggunakan perangkat android karena mahal harganya, rusak dan bingung mengoperasikannya�. Di sini membuat mereka
merasa hidup sedang berubah dihapan mereka khusus pola pembelajaran
secara daring.
Ketiga, bahasa, artinya
fitur-fitur perangkat
daring menggunakan bahasa Inggris membuat mereka ragu menggunakannya. Di sini merasa minder nanti ditertawakan oleh teman-teman yang lain ataupun
guru, sehingga mereka mau menggunakan perangkat android menjadi takut, seperti kata mereka: �kami memiliki bahasa daerah kami tetapi ada bahasa
asing, membuat kami kesulitan mengoperasikan perangkat android�. Penggunaan bahasa yang berbeda membuat mereka sendiri takut melangkah
dalam pembelajaran secara daring.
Keempat, memahami perangkat.
Penggunakan perangkat
android membutuhkan pemahaman
yang baik. Mereka memiliki kemampuan berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sehingga mereka memahi perangkat android pun terbatas, seperti kata mereka: �kami memiliki keterbatasan untuk memahami fitur-fitur android, sebab dunia kami bukan belajar IT tetapi dunia kami bermain, memancing, berkebun.� Pembelajaran daring membuat mereka kesulitan memahami perangkatnya, namun mereka harus belajar
untuk menggunakannya.
5.
Memaknai diri
dalam Penggunaan Perangkat Daring
Sistem pembelajaran daring selalu bertujuan untuk menemukan maknanya. Makna pembelajaran daring ialah menemukan nilai-nilai yang membuat para siswa merasa berharga dan mempunyai alasan belajar secara daring. Para narasumber di atas memberi makna tersendiri
atas pembelajaran daring di
Ayawasi Kabupaten Maybrat.
B. Temuan penelitian
Dalam proses menelusuri fenomena pembelajaran daring bagi siswa SD YPPK St. Petrus Ayawasi Kabupaten Maybrat terdapat beberapa hal yang dijumpai. Perjumpaan ini bukan sekedar
terjadi melainkan membutuhkan proses yang terbangun
sehingga dapat menunjukkan kesadaran untuk menemukan apa yang telah terjadi. Kejadian yang dijumpai seperti berikut ini:
1.
Pembelajaran
Daring Tatap Layar
Pola pembelajaran
daring selalu tatap layar. Hampir dari
pagi sampai siang tatapannya hanya pada layar android. Mereka hanya tekun
malakukannya tanpa keluhan apapun. Eksistensi layar membentuk ketekunan mereka untuk menyelesaikan
pembelajaran setiap hari. Jadi, tatapan layar merupakan sebuah perwujudan dari eksistensi para siswa SD YPPK St. Petrus Ayawasi Kabupaten Maybrat.
Tatapan layar membentuk
kesadaran bagi diri sendiri maupun
orang lain untuk berkembang
dengan baik. Dengan kesadaran demikian membawa diri sendiri untuk
tidak menindas atau memaksa kehendak
kepada orang lain tetapi menghargainya dan sebaliknya sesama pun tidak memaksa kehendaknya. Di sini lahirlah pemahaman
akan sebuah penghargaan terhadap pola pembelajaran yang sedang dilakukannya.
Cara demikian menunjukkan sikap bertanggungjawab untuk mengikuti pembelajaran daring.
Para siswa mengatakan bahwa setiap hari
mereka melakukan pola yang sama dalam kehidupannya. Para siswa berelasi dengan layar sebagai
media pembelajarannya. Dengan
demikian, mereka dapat menghargai pola pembelajaran yang sedang berlangsung.
2.
Pembelajaran
Daring Memudahkan
Pembelajaran daring menjadi media yang memudahkan siswa mengikuti pelajaran. Kemudahan merupakan kesadaran yang terarah pada sesuatu sebagai tindakan (act). Tindakan pembelajaran
daring yang memudahkan selalu
berada dalam kebiasaan (habits), termasuk di dalamnya gerak tubuh dan cara berpikir�. Pemikiran ini menunjukkan bahwa pembelajaran daring bisa berguna bagi
para siswa. Dalam situasi kehidupan para siswa SD YPPK St. Petrus Ayawasi mereka saling membantu
dari keterbatasan jaringan internet sehingga memudahkan mereka belajar.
Pembelajaran daring melahirkan rasa solidaritas di antara para siswa, seperti yang tidak mempunyai HP bisa belajar bersama,
tidak ada jaringan internet belajar
Bersama, kesulitan memahami
materi mereka saling membantu. Dampak sosial demikian
dapat membantu teman yang kesulitan, begitu pula sebaliknya ketika mereka senang,
teman lain pun turut senang. Di sini bisa dilihat bahwa
bantuan yang diberikan dan kesenangan yang dialami bersama membawa dampak hakiki bagi
diri sendiri maupun orang lain. Proses ini terjadi karena telah terdapat sikap saling mempercayai
dan menghargai satu sama lain. Bantuan dan kesenangan yang dialami bukan sebuah tindakan
belas kasih tetapi sebuah keharusan
ketika wajah yang lain membutuhkan atau memerintahkan untuk dapat berbuat sesuatu.
3.
Pembelajaran
Daring Belum Merata
Pengalaman pembelajaran daring dapat memudahkan siswa belajar di masa pandemic covid
19. Namun, sistem tersebut tidak bisa dilaksanakan merata pada semua siswa terutama bagi siswa di pelosok,
sebab keterbatasan jaringan, dan kepemilikan telepon seluler masih menjadi kendala
utama. Para siswa mengakui bahwa mereka memang memiliki
kendala, seperti ketersediaan sinyal, pemahaman IT masih belum bisa kami penuhi dan tidak memiliki handphone(Betty, Pungky, &
Handika, n.d.).
Para siswa mengalami keterbatasan tetapi mereka senang
mengikuti pembelajaran
daring di tengah keterbatasannya.
Cara demikian menunjukkan bahwa para siswa memiliki kesadaran pentingnya Pendidikan. Mereka dapat mengikuti pembelajaran daring dengan keterbatasannya menyatakankan bahwa penghormatan atas pola pembelajaran
online yang diwajibkan. Penghormatan
tersebut terjadi dari sebuah dinamika
kehidupan yang dilalui, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan.
Pengalaman demikian mengantar mereka untuk menghargai pola pembelajaran daring yang dijalaninya.
Menghormati pola pembelajaran
daring merupakan sesuatu
yang mendasar dalam hidup seorang siswa.
Para siswa sedang berada pada fase tidak belajar seorang
diri, melainkan ada sesama yang lain. Perjumpaan media daring mengantar
para siswa dapat menghormatinya sebagai proses pembentukan dirinya.
4.
Pembelajaran
Daring Mandiri
Pembelajaran daring mewajibkan para siswa untuk belajar
mandiri di masa pandemi. Keadaan tersebut membuat kebanyakan sekolah memindahkan kegiatan belajar-mengajar ke rumah masing-masing siswa. Para siswa belajar mandiri melalui media daring yang didorong
kemampuan sendiri, pilihan sendiri dan bertanggungjawab sendiri dalam belajar.
Para siswa selama belajar daring telah tertampak kemampuan belajar secara mandiri dengan melakukan tugas belajar tanpa
ketergantungan kepada orang
lain (Saerang et al., 2022). Pada dasarnya pembelajaran daring menempatkan
para siswa untuk mandiri dengan perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah,
mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan
orang lain.
Prinsip pembelajaran daring dapat meningkatkan para siswa untuk mandiri,
seperti mereka terlibat secara aktif, mempunyai pilihan dan sumber belajar, memberi kesempatan untuk memilih dan memutuskan apa yang harus dipelajari. Mereka telah mengikuti pembelajaran daring dengan cara pengelolaan diri, keinginan untuk belajar dan pengendalian diri. Pengelolaan diri meliputi pengelolaan waktu, kedisiplinan, percaya diri. Pembelajaran
mandiri harus didukung oleh guru dengan metode pembelajaran yang dapat membuat peserta
didik mandiri dengan tugas yang diberikan. Guru menggunakan berbagai media pembelajaran yang membuat peserta didik lebih mudah
memahami materi sehingga peserta didik dapat mandiri
dalam pembelajaran.
5.
Pembelajaran
Daring Meningkatkan Kecerdasan
Media pembelajaran
daring dapat meningkatkan kecerdasan siswa, sebab pada dasarnya otak manusia setidaknya
menyimpan sembilan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan kinestetis, kecerdasan logis, kecerdasan matematis, kecerdasan spasial- visual, kecerdasan
linguistic, kecerdasan musik,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan
naturalis, dan kecerdasan
intrapersonal. Pengalaman pembelajaran
daring bagi siswa SD YPPK
St. Petrus menambah kecerdasan
pengetahuan, penggunaan
smartphone, perangkat internet. Jadi, kecerdasan para siswa tidak hanya materinya
tetapi perangkat yang digunakan menjadi pengetahuan baru bagi siswa di pedalaman.
Dari Sembilan jenis kecerdasan yang diungkapkan di atas, kecerdasan interpersonal merupakan salah satu kecerdasan yang berkembang dalam diri seseorang(Azis, Sofa, & Amin,
2022). Kecerdasan interpersonal merupakan
kemampuan seseorang untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang-orang dan benda di sekitarnya sehingga bisa merasakan secara emosional (Oviyanti, 2017), dapat memahami
suasana hati, maksud serta kehendak
orang lain maupun media yang digunakan.
Kecerdasan interpersonal ini
harus ditingkatkan dengan baik agar setiap individu dapat memahami dan bekerjasama dengan individu lain dan sarana pembelajarang secara optimal, karena pada dasarnya manusia tidak dapat
hidup sendiri.
Dewasa ini masih
banyak masyarakat yang beranggapan bahwa anak cerdas ketika
memiliki nilai tinggi pada mata pelajaran tertentu seperti matematika, bahasa Inggris, sains, atau mata
pelajaran yang lainnya.
Para siswa SD merupakan
masa-masa pertumbuhan dan perkembangan
bagi dirinya, salah satunya yaitu perkembangan
psikososial. Perkembangan psikososial anak SD menekankan pada proses-proses sadar
yang dialami anak ketika berinterkasi sosial. Pada umumnya, anak usia sekolah
dasar memiliki karakteristik; (a) senang bergerak, (b) senang bermain, (c) senang melakukan sesuatu secara langsung, dan (d) senang bekerja dalam kelompok. Jadi, ada peningkatan kecerdasan interpersonal anak melalui pendekatan sosial.
Kesimpulan
Aplikasi pembelajaran daring menjadi ruang belajar baru
bagi para tenaga pengajar dan para siswa yang menjadikan mereka lebih maksimal menguasai gaya komunikasi dan interaksi berbasis media. Pengakuan mereka juga dipublikasikan melalui media sosial terkait kerinduan ingin bertemu langsung
dengan para guru dan rekan sejawatnya di ruang pembelajaran. Para tenaga pengajar tetap dalam koridor pencapaian
pembelajaran berbasis tiga ranah pendidikan;
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik, sering kali para peserta didik dibekali dengan penugasan yang mengasah produktivitas mereka untuk tetap
berkarya di masa yang berbatas
ini.
Respon beberapa unsur ini mengindikasikan bahwa perubahan itu adalah keniscayaan,
setiap individu harus dapat menyiapkan
diri untuk menghadapi perubahan. Perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi ini adalah wujud
transformasi tidak terduga dan selanjutnya akan mewarnai perkembangan
dinamika pembelajaran pada seluruh jenjang di masa mendatang saat badai Covid 19 telah berlalu. Pada akhirnya, setiap individu akan terbiasa dengan
kondisi ini dan bahkan menjadikan momentum pandemi ini sebagai
titik permulaan untuk membudayakan kebiasaan baru dan bernilai positif dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Bentuk pendidikan di lingkungan keluarga lebih bermakna dari kondisi
bermakna sebelumnya karena setiap anggota
inti keluarga dapat memediasi kebutuhan belajar dan interaksi personal,
intrapersonal dan interpersonal lebih terwujud dalam suasana pendidikan keluarga.
Kondisi pembelajaran pada masa pandemi harus dapat dimanfaatkan
dengan perubahan pola berpikir, pola belajar, pola
inteksi ilmiah yang lebih bermakna sehingga kekakuan dalam menyikapi masa Covid 19 dapat dimaksimalkan dengan produktivitas yang mencirikan kebermaknaan. Perasaan pobia diminimalisir dengan optimis bahwa seluruh
aktivitas tetap berlangsung dengan protokol kesehatan tatanan baru (new normal), khususnya dalam segmen penyelenggaraan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah hingga pendidikan tinggi. Setiap individu harus tanggap terhadap
keterbatasan di masa pandemi
untuk tetap produktif dalam bidangnya dan memaknai kondisi pandemi ini sebagai bagian
dari perubahan yang tetap harus mengedepankan
sikap dan perilaku representatif pada tatanan baru untuk menciptakan
ruang belajar bervariasi. Pada akhirnya, kajian ini menegaskan
bahwa setiap perubahan dalam sistem pembelajaran dapat mendesain kondisi baru dan memiliki distingsi dengan kondisi sebelum dan yang akan datang maka setiap
unsur terkait harus dapat menyesuaikan
dengan perubahan tersebut untuk mewujudkan keberhasilan pembelajaran secara komprehensif.
BIBLIOGRAFI
Akbar, Amin, & Noviani, Nia. (2019). Tantangan dan
solusi dalam perkembangan teknologi pendidikan di Indoneasia. Prosiding
Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang.
Alaby,
Muhammad Awin. (2020). Media sosial whatsapp sebagai media pembelajaran jarak
jauh mata kuliah ilmu sosial budaya dasar (ISBD). Ganaya: Jurnal Ilmu Sosial
Dan Humaniora, 3(2), 273�289.
Amrizal,
Dedi, & Yusriati, Yusriati. (2021). The Effectiveness Of Online Learning
For Islamic-Based Higher Education Towards A New Normal Era In Kota Medan. Proceeding
International Seminar of Islamic Studies, 2(1), 876�881.
Ansori,
Aan. (2016). Digitalisasi ekonomi syariah. ISLAMICONOMIC: Jurnal Ekonomi
Islam, 7(1).
Anwar,
Shabri Shaleh. (2019). Tantangan Keluarga Era Digital. Magnum Pustaka
Utama.
ARIS,
MUNANDAR. (2022). ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS DARING DI
SMA NEGERI 1 KETAPANG. IKIP PGRI PONTIANAK.
Azis,
Ahmad Bahrudin, Sofa, Mochamad Lutfan, & Amin, Alfauzan. (2022).
Implementasi Inovasi Pembelajaran PAI Berbasis Multiple Intellegences. Jurnal
Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(5), 1790�1802.
Betty,
Ariani, Pungky, Dharma S., & Handika, Dhany. (n.d.). Gagasan Inovasi
Pendidikan.
Herayanti,
Lovy, Habibi, Habibi, & Fuaddunazmi, M. (2017). Pengembangan media
pembelajaran berbasis moodle pada matakuliah fisika dasar. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 36(2), 210�219.
Jayul,
Achmad, & Irwanto, Edi. (2020). Model pembelajaran daring sebagai alternatif
proses kegiatan belajar pendidikan jasmani di tengah pandemi covid-19. Jurnal
Pendidikan Kesehatan Rekreasi, 6(2), 190�199.
Kamayanthy,
Devi Yulia. (2020). Analisis pembelajaran menggunakan edmodo pada mata
pelajaran kewirausahaan kelas XII DPIB di SMKN 1 majalengka tahun ajaran
2020-2021. FKIP UNPAS.
Manongga,
Kezia Aprilia, Kasenda, Ventje, & Monintja, Donald K. (2021). Kebijakan
Pemerintah Daerah Dalam Penerapan Pembelajaran Daring Di Kabupaten Kepulauan
Talaud. GOVERNANCE, 1(2).
Mustofa,
Mokhamad Iklil, Chodzirin, Muhammad, Sayekti, Lina, & Fauzan, Roman.
(2019). Formulasi model perkuliahan daring sebagai upaya menekan disparitas
kualitas perguruan tinggi. Walisongo Journal of Information Technology, 1(2),
151�160.
Oviyanti,
Fitri. (2017). Urgensi kecerdasan interpersonal bagi guru. Tadrib, 3(1),
75�97.
Pramesti,
Anisya Ardia, & Qirana, Alifa. (2021). Penerapan Portal Rumah Belajar
sebagai Media Pembelajaran Siswa Selama Pandemi. Praktik Gerakan Sekolah
Menyenangkan, 125.
Pulau,
Guru Madrasah Ibtidaiyah Koto Tuo, & Danau, Tengah Kecamatan Keliling.
(n.d.). PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN
DARING MELALUI MEDIA ZOOM MEETING DI MADRASAH IBTIDAIYAH KOTO TUO PULAU TENGAH
KABUPATEN KERINCI.
Saerang,
Hetwi Marselina, Sumual, Herry, Usoh, Elni Jeini, & Rotty, Viktory
Nicodemus Joufree. (2022). Perubahan Paradigma: Era Pembelajaran Daring Siswa
SD YPPK ST. Petrus Ayawasi Maybrat. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK),
4(5), 5447�5458.
Suryani,
Ela, Purba, Evaline Suhunan, Angelina, Made Aubrey Josephine, & Rasji,
Rasji. (2022). Analisis Gugatan Perkara No. 36/PUU-XX/2022 terhadap Penolakan
Permasalahan Pencemaran Nama Baik yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Jurnal
Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(5), 5447�5458.
Ulfah,
Maulidya. (2020). DIGITAL PARENTING: Bagaimana Orang Tua Melindungi
Anak-anak dari Bahaya Digital? Edu Publisher.
Zakaria,
Aryuningsih I. Abd Rahman. (2022). Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi
Belajar IPA Melalui Pembelajaran Daring Berbasis Whatsapp Group Pada Siswa
Kelas IX SMP Negeri 1 Buntulia Semester 2 Tahun Pelajaran 2020/2021. Aksara:
Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 8(1), 502�591.
������������������������������������������������
Copyright holder: Hetwi Marselina Saerang,
Herry Sumual, Eli Jeini Usoh , Viktory Nicodemus Joufree Rotty (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |