Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 5, Mei 2023

 

ERA PEMBELAJARAN DARING: KESADARAN AKAN JATI DIRI

�ANAK ASLI PAPUA YANG BERUBAH

 

Hetwi Marselina Saerang, Herry Sumual, Eli Jeini Usoh , Viktory Nicodemus Joufree Rotty

Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Manado, Indonesia

Email: [email protected] , [email protected]

 

Abstrak

Selama ini, pendidik di Papua selalu menggunakan metode pembelajaran konvensional, yaitu tatap muka di kelas antara guru dengan murid atau dosen dengan mahasiswa. Proses pembelajaran, diskusi, tanya-jawab, dan bimbingan semua berlangsung tatap muka. Sekarang harus menggali diri kepada metode belajar dalam jaringan atau disingkat daring (online). Lompatan itu bukanlah berarti apa-apa untuk dunia Pendidikan di Tanah Papua, terutama bagi tenaga pengajar yang masih muda-muda, karena mereka memang generasi yang tumbuh pada era digital atau jaringan. Sementara tenaga pengajar yang sudah lanjut usia dipaksa harus berlari menyesuaikan diri dengan cara baru itu. Walaupun tampak kedodoran, mereka harus siap untuk ikut perubahan. Bagaimana dengan pendidikan tingkat dasar, seperti SD dan SMP apalagi di daerah pedalaman? Tentu saja akan seru sekali jadinya karena pembelajaran daring di samping diperlukan kemampuan mengoperasionalkan jaringan dengan perangkatnya, juga harus dibekali pedagogi daring, sebab pedagogi daring sendiri belum menjadi bahan baku pembelajaran selama ini. Untuk tingkat SD masih sedikit tertolong karena orang tua mereka, terutama ibu-ibu, selalu mendampingi anaknya belajar. Walaupun orang tuanya tidak begitu menguasai penggunaan perangkat, mereka masih bisa diajak bekerja sama untuk membimbing anak-anaknya. Akan tetapi, menjadi persoalan tersendiri bagi anak-anak, bahwa ternyata tidak semua ibu bisa menjadi pendamping yang baik bagi anak-anaknya. Bahkan, cara ibunya mengajar membuat mereka tertekan secara psikologis, malah ada yang berontak dengan membuat puisi agar corona cepat berlalu supaya bisa bertemu guru. Sementara itu, guru SMP dan SMA mengeluh karena ada topik-topik tertentu yang sulit didaringkan.

 

Kata kunci: Anak Asli Papua; Covid 19; Pembelajaran Daring; Kesadaran Jati Diri;

�������������������� Perubahan.

 

Abstract

So far, educators in Papua have always used conventional learning methods, namely face-to-face in class between teachers and students or lecturers with students. The learning process, discussion, question-and-answer, and guidance all take place face-to-face. Now you have to dig yourself into the method of learning in the network or abbreviated online (online). The leap does not mean anything for the world of education in the Land of Papua, especially for young teaching staff, because they are indeed a generation that grew up in the digital or network era. Meanwhile, elderly teachers are forced to run to adjust to the new way. Even if they seem dodorant, they must be ready to participate in change. What about elementary education, such as elementary and junior high schools, especially in rural areas? Of course, it will be very exciting because online learning in addition to the ability to operationalize the network with its devices, must also be equipped with online pedagogy, because online pedagogy itself has not been a raw material for learning so far. For the elementary level, it is still a little helpful because their parents, especially mothers, always accompany their children to study. Even though parents are not very familiar with the use of devices, they can still be invited to work together to guide their children. However, it is a problem for children, that it turns out that not all mothers can be good companions for their children. In fact, the way his mother taught made them psychologically depressed, some even rebelled by making poems so that corona passed quickly so that they could meet the teacher. Meanwhile, middle and high school teachers complain that there are certain topics that are difficult to get online.

 

Keywords: Indigenous Papuan Children; Covid 19; Online Learning; Identity Awareness; Change,

 

Pendahuluan

Mendefinisikan atau mendeskripsikan tentang era digital tidaklah mudah. Namun pada kenyataannya lahirnya sistem digital membuat teknologi informasi dan komunikasi berkembang luar biasa pesat (Ansori, 2016). Perkembangan amat pesat ini sadar atau tidak, mau tidak mau dengan sendirinya berpengaruh pada kesadaran manusia akan jati dirinya (Saerang, Sumual, Usoh, & Rotty, 2022). Pada gilirannya pergeseran kesadaran jati diri manuasia ini sangat besar pengaruhnya pada cara berpikir, berperilaku dan bahasanya, serta pilihan-pilihan nilai dalam hidup. Pergeseran kesadaran ini berpengarung pula pada dunia pendidikan yang semula dari pola konvensional kepada sistem informasi dan teknologi (Saerang et al., 2022).

Proses detradisionalisasi salah satu akibat dari kemajuan pesat teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang luar biasa ini Semula disebut tradisi sadar atau tidak dianggap satu-satunya pegangan hidup (Suryani, Purba, Angelina, & Rasji, 2022). Kalaupun sekarang ini tradisi masih punya tempat, dia bukanlah satu-satunya melainkan hanya salah satu dari sekian banyak penafsir kebenaran. Begitu pula pilihan sistem pembelajaran, seminar nasional, internasional dan mereview jurnal secara konvensional bukan menjadi satu-satunya, melainkan terdapat alternatif lain melalui media daring.

Pola pergeseran sistem konvensional kepada sistem informasi dan teknologi dapat memudahkan banyak hal dilakukan, namun di sisi lain dapat membatasi relasi secara langsung, menjadi egosentris (Ulfah, 2020), perbedaan waktu kuliah maupun seminar antara wilayah Timur dan Barat menjadi problem tersendiri, mungkin kebenaran peribahasa� ini masih relevan �berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian�bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian�. Atau sebaliknya �Jika bisa langsung bersenang-senang untuk apa harus bersakit-sakit?� Sistem pembelajaran daring saat ini mempunyai banyak informasi yang mudah diakses. Informasi ini akan dibanding-bandingkan dan dipilih mana dianggap cocok untuk kehidupan sehari-hari. Sementara itu �cocok� belum tentu berarti baik dan benar bisa jadi cocok berarti� menyenangkan dan gampang.

Akhirnya zaman apapun termasuk di era digital, manusia tetaplah pribadi yang mempunyai hati, bahkan harus dikatakan pusat pribadi manusia pada hatinya (Anwar, 2019). Tantangan paling besar di era digital ialah menemukan bahasa yang dapat menyentuh hati pribadi-pribadi zaman sekarang ini.

Istilah daring merupakan akronim dari �dalam jaringan�. Istilah ini mejelaskan suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem daring yang memanfaatkan internet (Manongga, Kasenda, & Monintja, 2021). Menurut (Pramesti & Qirana, 2021): �pembelajaran daring merupakan program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang masif dan luas�. (Amrizal & Yusriati, 2021)�pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan teknologi multimedia, kelas virtual, CD ROM, streaming video, pesan suara, email dan telepon konferensi, teks online animasi, dan video streaming online�. Sementara itu Rosenberg dalam Alimuddin, (ARIS, 2022) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

Menurut (Pulau & Danau, n.d.)�daring memberikan metode pembelajaran yang efektif, seperti berlatih dengan adanya umpan balik terkait, menggabungkan kolaborasi kegiatan dengan belajar mandiri, personalisasi pembelajaran berdasarkan kebutuhan siswa dan menggunakan simulasi dan permainan�. Sementara itu menurut permendikbud no. 109/2013 pendidikan jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi (Alaby, 2020).

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan dan kemajuan diberbagai sektor terutama pada bidang Pendidikan (Akbar & Noviani, 2019). Peranan dari teknologi informasi dan komunikasi pada bidang pendidikan sangat penting dan mampu memberikan kemudahan kepada guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran daring ini dapat diselenggarakan dengan cara masif dan dengan peserta didik yang tidak terbatas (Jayul & Irwanto, 2020). Selain itu penggunaan pembelajaran daring dapat diakses kapanpun dan dimana pun sehingga tidak adanya batasan waktu dalam penggunaan materi pembelajaran (Kamayanthy, 2020).

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring atau e-learning merupakan suatu pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dengan menggunakan internet dimana dalam proses pembelajarannya tidak dilakukan dengan face to face tetapi menggunakan media elektronik yang mampu memudahkan siswa untuk belajar kapanpun dan dimanapun (Kamayanthy, 2020).

Tung dalam (ARIS, 2022) menyebutkan karakteristik dalam pembelajaran daring antara lain: (a) Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik dan berbagai elemen multimedia, (b) Komunikasidilakukansecaraserentakdantakserentaksepertivideo

conferencing, chats rooms, atau discussion forums, (c) Digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya. (d) Dapat digunakan berbagai elemen belajar berbasis CD-ROM untuk meningkatkan komunikasi belajar, (e) Materi ajar relatif mudah diperbaharui. (f) Meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan fasilitator. (g) Memungkinkan bentuk komunikasi belajar formal dan informal. (g) Dapat menggunakan ragam sumber belajar yang luas di internet.

Selain itu Rusma dalam (Herayanti, Habibi, & Fuaddunazmi, 2017) mengatakan bahwa karaktersitik dalam pembelajaran daring antara lain: (1) Interactivity (interaktivitas). (2) Independency (kemandirian). (3) Accessibility (aksesibilitas). (4) Enrichment (pengayaan).

Pembelajaran daring harus dilakukan sesuai dengan tata cara pembelajaran jarak jauh. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD) nomor 109 tahun 2013 ciri-ciri dari pembelajaran daring adalah: (1) Pendidikan jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai mendia komunikasi. (2) Proses pembelajaran dilakukan secara elektronik (e-learning), dimana memanfaatkan paket informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran yang dapat diakses oleh peserta didik kapan saja dan dimana saja. (3) Sumber belajar adalah bahan ajar dan berbagai informasi dikembangkan dan dikemas dalam bentuk yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi serta digunakan dalam proses pembelajaran. (4) Pendidikan jarak jauh memiliki karakteristik bersifat terbuka, belajar, mandiri, belajar tuntas, menggunakan teknlogi informasi dan komunikasi, menggunakan teknologi pendidikan lainnya, dan berbentuk pembelajaran terpadu perguruan tinggi. (5) Pendidikan jarak jauh bersifat terbuka yang artinya pembelajaran yang diselenggarakan secara fleksibel dalam hal penyampaian, pemilihan dan program studi dan waktu penyelesaian program, jalur dan jenis pendidikan tanpa batas usia, tahun ijazah, latar belakang bidang studi, masa registrasi, tempat dan cara belajar, serta masa evaluasi hasil belajar.

Dari penjelasan tentang karakteristik/ciri dari pembelajaran daring maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik/ciri pembelajaran daring yaitu dengan menggunakan media elektronik, pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan internet, pembelajaran dapat dilaksanakan kapanpun dan dimanapun serta pembelajaran daring bersifat terbuka.

Menurut (Zakaria, 2022) menjelaskan beberapa manfaat dari pembelajaran daring sebagai beikut: (1) Meningkatkanmutupendidikandanpelatihandenganmemanfaatkan multimedia secara efektif dalam pembelajaran. (2) Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan. Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui pemanfaatan sumber daya bersama.

Selain itu, manfaat pembelajaran daring menurut Bates dan Wulf dalam Mustofa, (Mustofa, Chodzirin, Sayekti, & Fauzan, 2019) terdiri atas 4 hal, yaitu: (1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity). (2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). (3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience). (4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).

Adapun manfaat daring yaitu; (1) Adanya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. (2) Peserta didik dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat. Artinya, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa manfaat dari proses pembelajaran daring�� diantaranya yaitu adanya kemajuan dalam bidang teknologi yang mampu meningkatkan mutu pendidikan serta mampu meningkatkan proses pembelajaran dengan meningkatkan interaksi, mempermudah proses pembelajaran karena dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun selain itu mudahnya mengakses materi pembelajaran dan mampu menjangkau peserta didik dengan cakupan yang luas.

Kelebihan pembelajaran daring yaitu; (1) Biaya, e-learning mampu mengurangi biaya pelatihan. Pendidikan dapat menghemat biaya karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk peralatan kelas seperti penyediaan papan tulis, proyektor dan alat tulis. (2) Fleksibilitas waktu e-learning membuat pelajar dapat menyesuaikan waktu belajar, karena dapat mengakses pelajaran kapanpun sesuai dengan waktu yang diinginkan. (3) Fleksibilitas tempat e-learning membuat pelajar dapat mengakses materi pelajaran dimana saja, selama komputer terhubung dengan jaringan Internet. (4) Fleksibilitas kecepatan pembelajaran e-learning dapat disesuaikan dengankecepatan belajar masingmasing siswa. (5) Efektivitas pengajaran e-learning merupakan teknologi baru, oleh karena itu pelajar dapat tertarik untuk mencobanya juga didesain dengan instructional design mutahir membuat pelajar lebih mengerti isi pelajaran. (6) Ketersediaan On-demand E-Learning dapat sewaktu-waktu diakses dari berbagai tempat yang terjangkau internet, maka dapat dianggap sebagai �buku saku� yang membantu menyelesaikan tugas atau pekerjaan setiap saat.

Adapun kelebihan pembelajaran daring/e-learning: (1) Proses log-in yang sederhana memudahkan siswa dalam memulai pembelajaran berbasis e-learning. (2) Materi yang ada di e-learning telah disediakan sehingga mudah diakses oleh pengguna. (3) Proses pengumpulan tugas dan pengerjaan tugas dilakukan secara online melalui google docs ataupun form sehingga efektif untuk dilakukan dan dapat menghemat biaya. (4) Pembelajaran dilakukan dimana saja dan kapan saja.

Kekurangan pembelajaran daring yaitu; (1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar-siswa itu sendiri yang mengakibatkan keterlambatan terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar. (2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis. (3) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan. (4) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. (5) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).

Adapun kekurangan pembelajaran daring/e-learning yaitu; (1) Tampilan halaman login yang masih membutuhkan petunjuk lebih dalam. (2) Materi yang diberikan kurang luas dan disajikan dalam bentuk Bahasa inggris sehingga merepotkan dalam mempelajarinya. (3) Adanya pengumpulan tugas yang tidak terjadwal serta tidak adanya pengawasan secara langsung atau face to face dalam pengerjaan� tugas yang membuat pengumpulan tugas menjadi molor. (4) Materi pembelajaran menjadi kurang dimengerti saat pembelajaran tidak ditunjang dengan penjelasan dari guru secara langsung.

 

Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini ialah pendekatan kualitatif.� Pendekatan ini dimaksudkan meneliti objek alamiah, dan peneliti sebagai instrumen kunci. Cara pengambilan sampel sumber data penelitian kualitatif dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Pendekatan ini dapat digunakan untuk mendalami pemaknaan subjektif para subjek dalam melihat realitas yang mereka alami.

Jenis penelitian ini ialah penelitian fenomenologi. Penelitian ini peneliti menggunakan penelitian fenomenologis deskriptif. Peneliti menggunakan penelitian tersebut untuk menggali hakekat dan kesadaran murni para subjek tentang pengalaman pembejalaran daring. Oleh karena itu, proses penelitian ini akan bercorak metode perjumpaan dengan cara observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi sebagai acuan datanya.

Penelitian ini dilakukan di kalangan siswa-siswi SD YPPK St. Petrus Ayawasi. Para siswa SD merupakan �wajah masa depan Papua� dalam berbagai bidang kehidupan di kemudian hari. Penelitian ini melihat perubahan jati diri dalam pembelajaran daring. Perubahan jati diri menjadi lokus penelitian ini.

Penelitian ini mengambil informan dari siswa kelas, III, IV, V, VI. Para informan diambil dari setiap kelas 2 orang. Untuk menentukan partisipan teknik yang digunakan ialah sampel bertujuan (purposive sampling). Purposive sampling dimaksudkan untuk menetapkan sampel dengan memilih beberapa sampel tertentu yang dinilai sesuai dengan masalah penelitian. Subjek penelitian merupakan para siswa yang dianggap mampu memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya sesuai dengan bidang yang diteliti, sehingga data yang diperoleh diakui kebenarannya. Metode Pengumpulan Data meliputi;

Observasi

Observasi dipahami sebagai pengamatan yang dilakukan dengan sengaja, sistematis, mengenai fenomena-fenomena pembelajaran daring dalam hidup siswa-siswi SD YPPK St. Petrus Ayawasi. Observasi dilakukan untuk mengamati dan memperoleh informasi dari perilaku yang ditampakkan atau dimunculkan oleh narasumber, serta mengamati gerak-gerik subjek dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan demikian, peneliti menggunakan observasi partisipatif, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

 

Wawancara

Wawancara sebagai upaya mendekatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan. Jika tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang dapat diperoleh secara langsung melalui perjumpaan dengan cara bertanya. Metode wawancara yang dilakukan ialah wawancara tidak berstruktur, di mana metode ini memungkinkan pertanyaan berlangsung luwes, arah pertanyaan lebih terbuka, tetap fokus, sehingga informasi yang diperoleh sangat baik dan pembicaraannya tidak kaku.

 

Telaah Dokumen

Telah dokumen adalah cara peneliti menelusuri data historis yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Data-data kebanyakan tersimpan dalam bentuk dokumen dan artefak, sehingga penggalian sumber data lewat studi dokumen menjadi pelengkap. Dengan demikian, tingkat kredibilitas sutau hasil penelitian kualitatif sedikit banyaknya ditentukan pula oleh penggunaan dan pemanfaatan dokumen yang ada.

Analisa data merupakan suatu tahap mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar agar memudahkan dalam menentukan tema kerja yang sesuai dengan data. Tahap ini dapat digunakan untuk menganalisa data dengan tujuan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data ini juga dimanfaatkan dengan baik agar dapat menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian. Analisis ini dilakukan berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman empiris berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi, lalu disusun untuk menarik kesimpulan.

Oleh karena itu, analisis data menjadi proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan observasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, meyusun ke dalam pola, memilah mana yang penting dan membuat kesimpulan agar dapat dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian, tahap analisis data yang akan dilakukan sebagai berikut:

Peneliti telah memperoleh data dari subjek melalui wawancara dan observasi. Data dimaksud diubah dalam bentuk tulisan, serta dirangkum dengan hal-hal pokok yang dipilih khususnya yang sangat penting. Penyajian data kualitatif disusun berdasarkan kategori atau pengelompokan data sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Penyajian data kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan atau hubungan antar kategori dan sejenisnya.

Interpretasi data berarti meninjau kembali data yang telah diperoleh berdasarkan landasan teori sehingga dapat dicocokkan. Interpretasi dibuat peneliti dengan melangkah mundur dan membentuk beberapa makna yang lebih besar tentang fenomena berdasarkan pandangan pribadi, perbandingan dengan studi masa lalu, atau keduanya.

Data verifikasi telah dibuat dan memiliki kesamaan pada landasan teori, lalu dilanjutkan dengan penulisan hasil penelitiannya, serta membuat peneliti mengambil kesimpulan. Peneliti menguji keabsahan data menggunakan cara uji kredibilitas, uji dependabilitas, uji transferabilitas, uji konfirmabilitas. Kredibilitas dipahami sebagai pengecekan data melalui proses trianggulasi berupa sumbernya, metodenya dan waktunya.

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sumber dimaksudkan untuk mengecek data pada orang-orang terdekat subjek, dan dianalisis. Hasilnya diharapkan suatu kesimpulan yang dimintakan kesepakatan dari subjek. Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan metode yang berbeda. Data awal diperoleh dari hasil wawancara, akan dicek kembali dengan metode observasi.

Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan teknik wawancara dan observasi pada waktu dan situasi berbeda. Jika didapati hasil data yang berbeda, maka pengecekan data dilakukan secara berulang hingga ditemukannya kepastian data.

Uji dependabilitas dapat dilakukan melalui kegiatan audit terhadap seluruh proses penelitian. Hasil penelitian tidak dapat dikatakan dependable jika peneliti tidak dapat membuktikan bahwa telah dilakukannya rangkaian proses penelitian secara nyata. Mekanisme uji dependabilitas dapat dilakukan melalui audit oleh auditor independen, atau pembimbing terhadap rangkaian proses penelitian.

Transferabilitas menunjukkan derajat ketepatan atau sejauh mana dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana informan tersebut dipilih. Pada penelitian kualitatif, nilai transferabilitas tergantung pada pembaca, sampai sejauh mana hasil penelitian tersebut dapat diterapkan pada konteks dan situasi sosial yang lain.

Konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif lebih diartikan sebagai konsep intersubjektivitas (konsep transparansi), yang merupakan bentuk ketersediaan peneliti dalam mengungkapkan kepada publik mengenai bagaimana proses dan elemen-elemen dalam penelitiannya, yang selanjunya memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk melakukan penilaian hasil temuannya sekaligus memperoleh persetujuan diantara pihak tersebut. Konfirmabilitas adalah suatu proses kriteria pemeriksaan, yaitu langkah apa yang dipilih oleh peneliti dalam melakukan konfirmasi hasil temuannya..

 

Hasil dan Pembahasan

A.    �Paparan Data

Para siswa SD YPPK St. Petrus Ayawasi mempunyai eksistensi yang dapat menggambarkan dunia hidupnya. Gambaran hidup merupakan wajah perubahan dalam pembelajaran daring. Mengetahui eksistensi para siswa dapat dilihat dari identitas, latar belakang mereka, bagaimana mereka mengalami perubahan dalam pembelajaran daring, apa saja perubahan itu, apa saja tantangan yang dialami dalam pembelajaran daring, apa makna pembelajaran daring, apa pengalaman hidup yang bisa diambil. Semua eksistensi tersebut dapat mengalir dari bagian per bagian berikut ini:

 

 

 

1.      Identitas Subjek

Subjek yang dapat diteliti, diamati dan digali pergumulan hidup mereka tentang kesadaran jati diri yang berubah pada era pembelajaran daring ialah para siswa SD YPPK St. Petrus Ayawasi Papua. Para siswa SD YPPK St. Petrus menggambarkan sebuah eksistensi diri yang memiliki etnis, budaya, agama dan latar belakangnya tersendiri. Mereka mempunyai dunianya sendiri dalam sebuah realitas, kenyataan, tidak ada kepalsuan. Mereka menyadari diri sebagai anak Papua dalam realitas kehidupan dalam dunia pembelajaran daring ialah Magda dan Arnol siswa kelas 3, tinggal di Kampung Ayawasi, beragama Katolik, suku Maybrat, Anton dan Maksi siswa kelas 4, tinggal di Kampung Susai, beragama Katolik, suku Maybrat, Alex dan Maria siswa kelas 5, tinggal di Kampung Ayawasi Selatan, beragama Katolik, suku Maybrat, Yosepa dan Regina siswi kelas 6, tinggal di Kampung Ayawasi Timur, beragama Katolik, suku Maybrat.

Mereka berdelapan berasal dari suku yang sama di bawah wilayah adat yang sama yaitu wilayah adat Domberai. Hal ini dapat menggambarkan mereka mempunyai sumber adat yang sama. Namun dalam pergumulan hidup pembelajaran daring, mereka mempunyai pengalaman yang berbeda antara satu dengan yang lain. Pengalaman ini menujukan bagaimana perkembangan pembelajaran daring yang berdampak pada kehidupan mereka. Dampak pembelajaran daring membuat mereka bergumul untuk bersaing dengan teman sejawatnya dalam menggunakan media daring.

Mereka bergumul bagaimana bisa bersekolah di masa pandemi covid 19 ini, bagaimana hidup sehat dan bagaimana belajar hidup bersama suku lain supaya mereka dapat berkembang dengan baik pula. Dari pergumulan yang dialami tersebut memberi kekuatan untuk hidup bersaing dengan media daring, rekan sejawat dan tungas yang dikerjakannya. Kekuatan yang selalu tampak ialah semangat ingin tahu dan menerima perubahan di lalui bersama.

Perubahan pembelajaran convensional menjadi online yang dialami para siswa memberi pemahaman dan tindakan secara baru dalam dunia pendidikan. Cara baru pembelajaran daring yang menekankan memiliki media daring berupa handphone anroid, jaringan internet yang memadai, dan ketekunan mengikuti pembelajaran secara bertanggungjawab. Perbedaan pola pembelajaran menjadi pergumulan tersendiri, seperti mereka jumpai keterbatasan pengetahuan menggunakan smartphone. Dengan keterbatasan itu mereka menyadari bahwa mereka memang sedang proses perubahan identitas. Pengalaman pembelajaran daring yang dilajani menjadikan mereka sebagai sejarah perjalanan hidupnya di era pembelajaran daring.

 

2.      Perangkat Daring

Perangkat daring menjadi dasar utama dalam mengikuti pembelajaran daring. Perangkat tersebut membuat mereka merasa harus berubah dalam aktivitas pembelajarannya, baik dengan diri sendiri maupun teman sejawatnya. Perubahan yang dapat dilihat ialah pertama, kesadaran yang lahir dari diri sendiri dalam menggunakan perangkat pembelajaran daring. Mereka sadar sebagai orang asing menggunakan perangkar daring, belajar menyesuaikan diri, media yang berbeda sehingga harus berjuang menggunakannya secara baik.

Kesadaran tersebut terungkap dari mereka sendiri, seperti Magda: �saya orang asing menggunakan perangkat daring, jadi saya harus berjuang dengan perangkat ini, Arnol: �saya harus belajar menggunakan alat ini, karena saya tidak tahu menggunakannya�, Anton: �saya baru menggunakan perangkat ini di masa pandemi 19 dan bingung menggunakannya�, Maksi: �perangkat ini membuat situasi pembelajaran saya berubah, sebab saya sudah tidak banyak bermain-main lagi. Alex: �saya baru menggunakan perangkat ini untuk belajar, sehingga saya belum merasa nyaman menggunakannya�, Maria: saya belajar bersama teman karena dia mempunyai hanphone sehingga sulit memahi penggunaan alat daring�, Yosepa: �saya sadar ada yang berubah karena saya tidak lihat guru lagi di kelas, tetapi saya lihat di hanphone saja�, Regina: �saya tidak bisa memilih untuk belajar secara offline, sehingg saya ikut pembelajaran daring dengan handphone android�.

Di sini menjadi jelas bahwa dalam kehidupannya, mereka tahu siapa mereka, apa yang sedang mereka alami dan dengan apa mereka mengikuti pembelajaran. Mereka menjadikan perangkat android sebagai media pembelajarannya, semua itu terjadi dalam diri mereka. Kedua, menjalani jadwal harian pembelajaran. Mereka dapat mengontrol diri dan aktivitasnya dengan membuat jadwal pembelajaran.

Mereka merasa pembuatan jadwal pribadi menjadi amat penting seperti apa yang terungkap dari mereka: Magda: �saya punya tempat banyak keterbatasan, sehingga saya harus membuat jadwal, kapan saya belajar dan bermain, Arnol: �saya harus ikut jadwal pembelajaran biar bisa sekolah dengan baik, Anton: �saya suka bermain, sehingga untuk mengatasinya saya harus membuat jadwal pembelajaran�, Maksi: �saya ikut jadwal daring biar bisa sekolah�, Alex: �saya belajar daring butuh jadwal supaya saya ikut sekolah�, Maria: saya butuh jadwal supaya saya bisa ikut sekolah secara daring�. Jadwa menjadi poin aktivitas mereka baik rumah maupun di sekolah. Di sini mereka dapat bertanggungjawab terhadap diri sendiri� masing-masing. Mereka tidak melihat jadwal sebagai sesuatu yang menghalangi pembelajarannya.

Ketiga, relasi dengan media daring. Pembelajaran mereka tidak terlepas dari media yang digunakannya. Mereka merasa bertanggungjawab terhadap pembelajaran yang sedang dilaluinya. Dengan kesadaran yang telah dimiliki bahwa mereka harus menggunakan media daring dalam pembelajaran. Mereka sedang membangun relasi dengan perangkat daring yang digunakan, seperti kata mereka: Magda: �saya harus berteman dengan media daring sehingga mudah menggunakannya,�, Arnol: �saya harus belajar menggunakan perangkat daring, sebab barang ini baru bagi hidupku�, Anton: �saya baru mengalami belajar online jadi saya bingung pada awal menggunakannya�, Maksi: �saya menggunakan perangkat daring membuat sibuk karena terus belajar�, Alex: �saya sering belajar sendiri menggunakan perangkat daring biar lebih memahaminya�, Maria: saya merasa menggunakan perangkat daring membuat pusing kepala dan mata�, Yosepa: �saya senang menggunakan perangkat daring, sebab membuat saya mudah memahami materi yang disampaikan�, Regina: �saya mata sakit kalau belajar daring karena HP yang digunakan kecil�. Di sini bisa dilihat bahwa relasi dengan daring membutuhkan perjuangan untuk bersahabat dengan medianya.

Keempat, dunia perangkat daring. Mereka menyadari terdapat banyak kesulitan menggunakan perangkat daring, seperti kata mereka Magda: �saya kesulitan menggunakan perangkat daring dari awal hingga sekarang, dan ada perubahan dalam pembelajaran�. Ungkapan tersebut terungkap juga dari ketujuh teman lainnya. Perangkat daring mengantar mereka lebih pada relasi pembelajaran, sebab penggunaan perangkat daring bukan sebagai ancaman atas hidup mereka, melainkan memperkaya mereka untuk belajar secara maksimal. Di sini menjadi jelas bahwa perangkat pembelajaran daring yang telah di alami bukan untuk menindas atau memaksa kehendak tetapi saling menghargai seorang terhadap yang lain apa adanya.

 

3.      Perangkat Daring Membuka Jalan

Dalam pembelajaran daring mereka memiliki rambu-rambu untuk membuka jalan perangkat daring. Dari hasil wawancara peneliti menemukan beberapa jawaban yaitu pertama, jawaban yang sama tentang melihat kembali latar belakang kenapa cara pembelajaran konvensional menuju pembelajaran daring, seperti kata mereka: �kami sekarang sudah berubah dengan tidak bertemu guru dan teman-teman secara langsung untuk sekolah, tetapi kami harus belajar online, jadi kami memulai jalan baru�. Mereka sadar bahwa cara pembelajaran demikian menunjukkan ada perubahan pada pembelajaran dan dirinya untuk beradaptasi dengan perubahan itu.

Kedua, menaati jadwal pembelajaran online yang telah dibuat amat penting untuk menentukan dinamika pembelajarannya, seperti kata mereka, Magda: �jadwal mengatur langkah perubahan pembelajaran�, Arnol: �jadwal membuka jalan baru hidup saya dalam pembelajaran�, Anton: �jadwal menyadarkan saya bahwa saya sedang berubah dari luring menjadi daring�, Maksi: �jadwal media perubahan pembelajaran daring�, Alex: �saya sadar jadwal daring memudahkan saya menggunakan perangkat daring�, Maria: �jadwal mengarahkan saya untuk belajar berubah�, Yosepa: �saya senang memiliki jadwal untuk mengantur perubahan hidup saya�, Regina: �saya telah berubah dengan tersedianya jadwal pembelajaran�.

Di sini bisa dilihat bahwa relasi dengan daring membutuhkan jadwal untuk mengatur pembelajarannya, seperti jam berapa belajar, jam berapa berkomunikasi dengan teman dan guru, kapan kerja tugas kelompok maupun individu. Bagi mereka perangkat daring membuka jalan baru untuk cara pembelarannya dengan menggunakan jadwal secara sistematis.� Mereka menyadari jalan baru pembelajaran daring bukan sebagai sesuatu yang menakutkan, menindas dan menguasai melainkan untuk memperlancar pembelajarannya.

Ketiga, jalan aktif pembelajaran. Pembelajaran daring menempatkan mereka aktif berdiskusi, bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan baik guru maupun teman sejawatnya. Mereka merasa pembelajaran daring membawa perubahan pada pola belajarnya, seperti yang terungkap dari mereka, Magda: �belajar dari membuat saya aktif bertanya�, Arnol: � belajar daring saya tidak mengantuk karena berdiskusi dengan teman-teman dan guru�, Anton: �saya senang belajar daring karena menyadarkan saya untuk aktif bicara�, Maksi: �saya tidak bosan belajar daring karena banyak diskusinya�, Alex: �saya sadar ada perubahan dalam pola belajar saya, sebab saya siswa yang suka diam, namun sekarang banyak bicara�, Maria: �saya merasa belajar melalui daring, saya sadar identitas berubah dari biasa bermain sekarang belajar serius�, Yosepa: �saya senang belajar melalui daring biar tidak bosan�, Regina: �saya merasa pembelajaran daring membuka jalan baru bagi hidup saya�.

Di sini terbangun dinamika intelektual yang melahirkan kesadaran akan suatu perubahan, baik diri para siswa maupun media yang digunakannya. Mereka saling menghargai dalam proses diskusi yang terjadi. Keempat, belajar praktis. Dalam perangkat daring pembelajaran daring mereka dapat terlibat untuk belajar pengetahuan praktis. Belajar praktis membantu mereka dapat mengerti perangkat daringnya maupun perubahan identitas yang dialaminya yang terungkap seperti, Magda: �perangkat daring mengajarkan saya untuk belajar secara praktis�, Arnol: �belajar daring membuat saya mudah memahami materinya�, Anton: �saya merasa belajar daring membuat saya bisa mengerti secara praktis pengetahuannya maupun perangkat pembelajaran yang digunakannya�, Maksi: �saya mudah mengerti dengan belajar melalui daring�, Alex: �saya mudah memahami materinya melalui belajar daring�, Maria: �saya merasa memahami materi secara praktis, sebab banyak diskusinya�, Yosepa: �saya senang bisa mendapat pengetahuan melalui belajar daring�, Regina: �saya merasa pembelajaran daring membuat aktivitas menjadi lainnya menjadi mudah�. Ungkapan pengalaman pembelajaran daring di atas menunjukkan bahwa mereka merasa terbantu dari sisi kepribadian maupun sisi intelektualnya. Pembelajaran secara daring mereka mempunyai pengetahuan praktis yang cukup dan mudah dipahaminya.

 

4.      Perangkat Daring Jalan Terganjal

Perjalanan hidup tidak terlepas dari ganjalan-ganjalan yang sering dihadapi. Ganjalan pembelajaran daring yang muncul bagi mereka yaitu pertama, kesulitan dalam penyesuaian diri. Penyesuaian datang dari keluarga, belajar menggunakan perangkat android, jaringan internet dan tinggal di pedalaman.

Dari awal pembelajaran daring membingungkan mereka, seperti kata Magda: �saya bingung pada awal menggunakan perangkat android untuk belajar online�, Arnol: �saya stress menggunakan perangkat android, sebab saya baru pertama kali menggunaknnya�, Anton: �saya emosi karena sulit menggunakan perangkat android, ini bukan dunia saya�, Maksi: �saya harus dimarahi orangtua sebelum mereka membeli HP android� untuk digunakan belajar secara daring�, Alex: �saya sulit menggunakan perangkat android selama 2 minggu karena dunia saya bermain, bukan belajar online�, Maria: �saya sulit mendapat akses internet karena kampung saya sering hilang jaringan�, Yosepa: �mata saya sakit menggunakan perangkat android untuk belajar secara daring, sehingga saya benar-benar terganggu�, Regina: �saya sering tertidur karena tidak bisa menahan cahaya layar HP�. Pola pembelajaran daring membuat ganjalan-ganjalan perasaan dan tindakan.

Inilah cara mereka mulai menemukan jalan untuk keluar dari ganjalan itu dengan menyesuaikan diri dan familiar dengan media daring. Kedua, takut menggunakan perangkat android, seperti kata mereka: �kami takut menggunakan perangkat android karena mahal harganya, rusak dan bingung mengoperasikannya�. Di sini membuat mereka merasa hidup sedang berubah dihapan mereka khusus pola pembelajaran secara daring.

Ketiga, bahasa, artinya fitur-fitur perangkat daring menggunakan bahasa Inggris membuat mereka ragu menggunakannya. Di sini merasa minder nanti ditertawakan oleh teman-teman yang lain ataupun guru, sehingga mereka mau menggunakan perangkat android menjadi takut, seperti kata mereka: �kami memiliki bahasa daerah kami tetapi ada bahasa asing, membuat kami kesulitan mengoperasikan perangkat android�. Penggunaan bahasa yang berbeda membuat mereka sendiri takut melangkah dalam pembelajaran secara daring.

Keempat, memahami perangkat. Penggunakan perangkat android membutuhkan pemahaman yang baik. Mereka memiliki kemampuan berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sehingga mereka memahi perangkat android pun terbatas, seperti kata mereka: �kami memiliki keterbatasan untuk memahami fitur-fitur android, sebab dunia kami bukan belajar IT tetapi dunia kami bermain, memancing, berkebun.� Pembelajaran daring membuat mereka kesulitan memahami perangkatnya, namun mereka harus belajar untuk menggunakannya.

 

5.      Memaknai diri dalam Penggunaan Perangkat Daring

Sistem pembelajaran daring selalu bertujuan untuk menemukan maknanya. Makna pembelajaran daring ialah menemukan nilai-nilai yang membuat para siswa merasa berharga dan mempunyai alasan belajar secara daring. Para narasumber di atas memberi makna tersendiri atas pembelajaran daring di Ayawasi Kabupaten Maybrat.

 

B.     Temuan penelitian

Dalam proses menelusuri fenomena pembelajaran daring bagi siswa SD YPPK St. Petrus Ayawasi Kabupaten Maybrat terdapat beberapa hal yang dijumpai. Perjumpaan ini bukan sekedar terjadi melainkan membutuhkan proses yang terbangun sehingga dapat menunjukkan kesadaran untuk menemukan apa yang telah terjadi. Kejadian yang dijumpai seperti berikut ini:

1.      Pembelajaran Daring Tatap Layar

Pola pembelajaran daring selalu tatap layar. Hampir dari pagi sampai siang tatapannya hanya pada layar android. Mereka hanya tekun malakukannya tanpa keluhan apapun. Eksistensi layar membentuk ketekunan mereka untuk menyelesaikan pembelajaran setiap hari. Jadi, tatapan layar merupakan sebuah perwujudan dari eksistensi para siswa SD YPPK St. Petrus Ayawasi Kabupaten Maybrat.

Tatapan layar membentuk kesadaran bagi diri sendiri maupun orang lain untuk berkembang dengan baik. Dengan kesadaran demikian membawa diri sendiri untuk tidak menindas atau memaksa kehendak kepada orang lain tetapi menghargainya dan sebaliknya sesama pun tidak memaksa kehendaknya. Di sini lahirlah pemahaman akan sebuah penghargaan terhadap pola pembelajaran yang sedang dilakukannya.

Cara demikian menunjukkan sikap bertanggungjawab untuk mengikuti pembelajaran daring. Para siswa mengatakan bahwa setiap hari mereka melakukan pola yang sama dalam kehidupannya. Para siswa berelasi dengan layar sebagai media pembelajarannya. Dengan demikian, mereka dapat menghargai pola pembelajaran yang sedang berlangsung.

 

2.      Pembelajaran Daring Memudahkan

Pembelajaran daring menjadi media yang memudahkan siswa mengikuti pelajaran. Kemudahan merupakan kesadaran yang terarah pada sesuatu sebagai tindakan (act). Tindakan pembelajaran daring yang memudahkan selalu berada dalam kebiasaan (habits), termasuk di dalamnya gerak tubuh dan cara berpikir�. Pemikiran ini menunjukkan bahwa pembelajaran daring bisa berguna bagi para siswa. Dalam situasi kehidupan para siswa SD YPPK St. Petrus Ayawasi mereka saling membantu dari keterbatasan jaringan internet sehingga memudahkan mereka belajar.

Pembelajaran daring melahirkan rasa solidaritas di antara para siswa, seperti yang tidak mempunyai HP bisa belajar bersama, tidak ada jaringan internet belajar Bersama, kesulitan memahami materi mereka saling membantu. Dampak sosial demikian dapat membantu teman yang kesulitan, begitu pula sebaliknya ketika mereka senang, teman lain pun turut senang. Di sini bisa dilihat bahwa bantuan yang diberikan dan kesenangan yang dialami bersama membawa dampak hakiki bagi diri sendiri maupun orang lain. Proses ini terjadi karena telah terdapat sikap saling mempercayai dan menghargai satu sama lain. Bantuan dan kesenangan yang dialami bukan sebuah tindakan belas kasih tetapi sebuah keharusan ketika wajah yang lain membutuhkan atau memerintahkan untuk dapat berbuat sesuatu.

 

3.      Pembelajaran Daring Belum Merata

Pengalaman pembelajaran daring dapat memudahkan siswa belajar di masa pandemic covid 19. Namun, sistem tersebut tidak bisa dilaksanakan merata pada semua siswa terutama bagi siswa di pelosok, sebab keterbatasan jaringan, dan kepemilikan telepon seluler masih menjadi kendala utama. Para siswa mengakui bahwa mereka memang memiliki kendala, seperti ketersediaan sinyal, pemahaman IT masih belum bisa kami penuhi dan tidak memiliki handphone(Betty, Pungky, & Handika, n.d.).

Para siswa mengalami keterbatasan tetapi mereka senang mengikuti pembelajaran daring di tengah keterbatasannya. Cara demikian menunjukkan bahwa para siswa memiliki kesadaran pentingnya Pendidikan. Mereka dapat mengikuti pembelajaran daring dengan keterbatasannya menyatakankan bahwa penghormatan atas pola pembelajaran online yang diwajibkan. Penghormatan tersebut terjadi dari sebuah dinamika kehidupan yang dilalui, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Pengalaman demikian mengantar mereka untuk menghargai pola pembelajaran daring yang dijalaninya.

Menghormati pola pembelajaran daring merupakan sesuatu yang mendasar dalam hidup seorang siswa. Para siswa sedang berada pada fase tidak belajar seorang diri, melainkan ada sesama yang lain. Perjumpaan media daring mengantar para siswa dapat menghormatinya sebagai proses pembentukan dirinya.

 

4.      Pembelajaran Daring Mandiri

Pembelajaran daring mewajibkan para siswa untuk belajar mandiri di masa pandemi. Keadaan tersebut membuat kebanyakan sekolah memindahkan kegiatan belajar-mengajar ke rumah masing-masing siswa. Para siswa belajar mandiri melalui media daring yang didorong kemampuan sendiri, pilihan sendiri dan bertanggungjawab sendiri dalam belajar.

Para siswa selama belajar daring telah tertampak kemampuan belajar secara mandiri dengan melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan kepada orang lain (Saerang et al., 2022). Pada dasarnya pembelajaran daring menempatkan para siswa untuk mandiri dengan perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.

Prinsip pembelajaran daring dapat meningkatkan para siswa untuk mandiri, seperti mereka terlibat secara aktif, mempunyai pilihan dan sumber belajar, memberi kesempatan untuk memilih dan memutuskan apa yang harus dipelajari. Mereka telah mengikuti pembelajaran daring dengan cara pengelolaan diri, keinginan untuk belajar dan pengendalian diri. Pengelolaan diri meliputi pengelolaan waktu, kedisiplinan, percaya diri. Pembelajaran mandiri harus didukung oleh guru dengan metode pembelajaran yang dapat membuat peserta didik mandiri dengan tugas yang diberikan. Guru menggunakan berbagai media pembelajaran yang membuat peserta didik lebih mudah memahami materi sehingga peserta didik dapat mandiri dalam pembelajaran.

 

5.      Pembelajaran Daring Meningkatkan Kecerdasan

Media pembelajaran daring dapat meningkatkan kecerdasan siswa, sebab pada dasarnya otak manusia setidaknya menyimpan sembilan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan kinestetis, kecerdasan logis, kecerdasan matematis, kecerdasan spasial- visual, kecerdasan linguistic, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan intrapersonal. Pengalaman pembelajaran daring bagi siswa SD YPPK St. Petrus menambah kecerdasan pengetahuan, penggunaan smartphone, perangkat internet. Jadi, kecerdasan para siswa tidak hanya materinya tetapi perangkat yang digunakan menjadi pengetahuan baru bagi siswa di pedalaman.

Dari Sembilan jenis kecerdasan yang diungkapkan di atas, kecerdasan interpersonal merupakan salah satu kecerdasan yang berkembang dalam diri seseorang(Azis, Sofa, & Amin, 2022). Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang-orang dan benda di sekitarnya sehingga bisa merasakan secara emosional (Oviyanti, 2017), dapat memahami suasana hati, maksud serta kehendak orang lain maupun media yang digunakan. Kecerdasan interpersonal ini harus ditingkatkan dengan baik agar setiap individu dapat memahami dan bekerjasama dengan individu lain dan sarana pembelajarang secara optimal, karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri.

Dewasa ini masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa anak cerdas ketika memiliki nilai tinggi pada mata pelajaran tertentu seperti matematika, bahasa Inggris, sains, atau mata pelajaran yang lainnya. Para siswa SD merupakan masa-masa pertumbuhan dan perkembangan bagi dirinya, salah satunya yaitu perkembangan psikososial. Perkembangan psikososial anak SD menekankan pada proses-proses sadar yang dialami anak ketika berinterkasi sosial. Pada umumnya, anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik; (a) senang bergerak, (b) senang bermain, (c) senang melakukan sesuatu secara langsung, dan (d) senang bekerja dalam kelompok. Jadi, ada peningkatan kecerdasan interpersonal anak melalui pendekatan sosial.

 

Kesimpulan

Aplikasi pembelajaran daring menjadi ruang belajar baru bagi para tenaga pengajar dan para siswa yang menjadikan mereka lebih maksimal menguasai gaya komunikasi dan interaksi berbasis media. Pengakuan mereka juga dipublikasikan melalui media sosial terkait kerinduan ingin bertemu langsung dengan para guru dan rekan sejawatnya di ruang pembelajaran. Para tenaga pengajar tetap dalam koridor pencapaian pembelajaran berbasis tiga ranah pendidikan; yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik, sering kali para peserta didik dibekali dengan penugasan yang mengasah produktivitas mereka untuk tetap berkarya di masa yang berbatas ini.

Respon beberapa unsur ini mengindikasikan bahwa perubahan itu adalah keniscayaan, setiap individu harus dapat menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan. Perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi ini adalah wujud transformasi tidak terduga dan selanjutnya akan mewarnai perkembangan dinamika pembelajaran pada seluruh jenjang di masa mendatang saat badai Covid 19 telah berlalu. Pada akhirnya, setiap individu akan terbiasa dengan kondisi ini dan bahkan menjadikan momentum pandemi ini sebagai titik permulaan untuk membudayakan kebiasaan baru dan bernilai positif dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Bentuk pendidikan di lingkungan keluarga lebih bermakna dari kondisi bermakna sebelumnya karena setiap anggota inti keluarga dapat memediasi kebutuhan belajar dan interaksi personal, intrapersonal dan interpersonal lebih terwujud dalam suasana pendidikan keluarga.

Kondisi pembelajaran pada masa pandemi harus dapat dimanfaatkan dengan perubahan pola berpikir, pola belajar, pola inteksi ilmiah yang lebih bermakna sehingga kekakuan dalam menyikapi masa Covid 19 dapat dimaksimalkan dengan produktivitas yang mencirikan kebermaknaan. Perasaan pobia diminimalisir dengan optimis bahwa seluruh aktivitas tetap berlangsung dengan protokol kesehatan tatanan baru (new normal), khususnya dalam segmen penyelenggaraan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah hingga pendidikan tinggi. Setiap individu harus tanggap terhadap keterbatasan di masa pandemi untuk tetap produktif dalam bidangnya dan memaknai kondisi pandemi ini sebagai bagian dari perubahan yang tetap harus mengedepankan sikap dan perilaku representatif pada tatanan baru untuk menciptakan ruang belajar bervariasi. Pada akhirnya, kajian ini menegaskan bahwa setiap perubahan dalam sistem pembelajaran dapat mendesain kondisi baru dan memiliki distingsi dengan kondisi sebelum dan yang akan datang maka setiap unsur terkait harus dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut untuk mewujudkan keberhasilan pembelajaran secara komprehensif.

 

BIBLIOGRAFI

Akbar, Amin, & Noviani, Nia. (2019). Tantangan dan solusi dalam perkembangan teknologi pendidikan di Indoneasia. Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang.

 

Alaby, Muhammad Awin. (2020). Media sosial whatsapp sebagai media pembelajaran jarak jauh mata kuliah ilmu sosial budaya dasar (ISBD). Ganaya: Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 3(2), 273�289.

 

Amrizal, Dedi, & Yusriati, Yusriati. (2021). The Effectiveness Of Online Learning For Islamic-Based Higher Education Towards A New Normal Era In Kota Medan. Proceeding International Seminar of Islamic Studies, 2(1), 876�881.

 

Ansori, Aan. (2016). Digitalisasi ekonomi syariah. ISLAMICONOMIC: Jurnal Ekonomi Islam, 7(1).

 

Anwar, Shabri Shaleh. (2019). Tantangan Keluarga Era Digital. Magnum Pustaka Utama.

 

ARIS, MUNANDAR. (2022). ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS DARING DI SMA NEGERI 1 KETAPANG. IKIP PGRI PONTIANAK.

 

Azis, Ahmad Bahrudin, Sofa, Mochamad Lutfan, & Amin, Alfauzan. (2022). Implementasi Inovasi Pembelajaran PAI Berbasis Multiple Intellegences. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(5), 1790�1802.

 

Betty, Ariani, Pungky, Dharma S., & Handika, Dhany. (n.d.). Gagasan Inovasi Pendidikan.

 

Herayanti, Lovy, Habibi, Habibi, & Fuaddunazmi, M. (2017). Pengembangan media pembelajaran berbasis moodle pada matakuliah fisika dasar. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 36(2), 210�219.

 

Jayul, Achmad, & Irwanto, Edi. (2020). Model pembelajaran daring sebagai alternatif proses kegiatan belajar pendidikan jasmani di tengah pandemi covid-19. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, 6(2), 190�199.

 

Kamayanthy, Devi Yulia. (2020). Analisis pembelajaran menggunakan edmodo pada mata pelajaran kewirausahaan kelas XII DPIB di SMKN 1 majalengka tahun ajaran 2020-2021. FKIP UNPAS.

 

Manongga, Kezia Aprilia, Kasenda, Ventje, & Monintja, Donald K. (2021). Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Penerapan Pembelajaran Daring Di Kabupaten Kepulauan Talaud. GOVERNANCE, 1(2).

 

Mustofa, Mokhamad Iklil, Chodzirin, Muhammad, Sayekti, Lina, & Fauzan, Roman. (2019). Formulasi model perkuliahan daring sebagai upaya menekan disparitas kualitas perguruan tinggi. Walisongo Journal of Information Technology, 1(2), 151�160.

 

Oviyanti, Fitri. (2017). Urgensi kecerdasan interpersonal bagi guru. Tadrib, 3(1), 75�97.

Pramesti, Anisya Ardia, & Qirana, Alifa. (2021). Penerapan Portal Rumah Belajar sebagai Media Pembelajaran Siswa Selama Pandemi. Praktik Gerakan Sekolah Menyenangkan, 125.

 

Pulau, Guru Madrasah Ibtidaiyah Koto Tuo, & Danau, Tengah Kecamatan Keliling. (n.d.). PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN DARING MELALUI MEDIA ZOOM MEETING DI MADRASAH IBTIDAIYAH KOTO TUO PULAU TENGAH KABUPATEN KERINCI.

 

Saerang, Hetwi Marselina, Sumual, Herry, Usoh, Elni Jeini, & Rotty, Viktory Nicodemus Joufree. (2022). Perubahan Paradigma: Era Pembelajaran Daring Siswa SD YPPK ST. Petrus Ayawasi Maybrat. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(5), 5447�5458.

 

Suryani, Ela, Purba, Evaline Suhunan, Angelina, Made Aubrey Josephine, & Rasji, Rasji. (2022). Analisis Gugatan Perkara No. 36/PUU-XX/2022 terhadap Penolakan Permasalahan Pencemaran Nama Baik yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(5), 5447�5458.

 

Ulfah, Maulidya. (2020). DIGITAL PARENTING: Bagaimana Orang Tua Melindungi Anak-anak dari Bahaya Digital? Edu Publisher.

 

Zakaria, Aryuningsih I. Abd Rahman. (2022). Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar IPA Melalui Pembelajaran Daring Berbasis Whatsapp Group Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Buntulia Semester 2 Tahun Pelajaran 2020/2021. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 8(1), 502�591.

 

������������������������������������������������

Copyright holder:

Hetwi Marselina Saerang, Herry Sumual, Eli Jeini Usoh , Viktory Nicodemus Joufree Rotty (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: