Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 11, November 2022

 

EVALUSI PROGRAM PELATIHAN INTERNET OF THINGS DENGAN MODEL CIPP DI BLK SAMBAS

 

Utari Hesti Lestari, Indri Astuti

Magister FKIP Universitas Tanjungpura, Indonesia

E-mail: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap program pelatihan Internet of Things (IoT) dengan menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product) di Balai Latihan Kerja (BLK) Sambas. IoT menjadi topik yang semakin penting dalam era digital, dan pelatihan IoT di BLK Sambas dianggap sebagai langkah yang tepat untuk mempersiapkan peserta pelatihan dalam menghadapi tantangan teknologi masa depan. Metode evaluasi yang digunakan adalah model CIPP yang terdiri dari empat elemen utama, yaitu konteks, input, proses, dan produk. Evaluasi dilakukan dengan mengumpulkan data melalui observasi langsung, wawancara dengan peserta pelatihan dan instruktur, serta analisis dokumen terkait pelatihan IoT di BLK Sambas. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa program pelatihan IoT di BLK Sambas memiliki konteks yang relevan dengan kebutuhan peserta pelatihan dan potensi pasar kerja di bidang IoT. Input program, seperti kurikulum pelatihan, materi pelatihan, dan fasilitas, juga dinilai memadai dalam mendukung tujuan pelatihan. Proses pelatihan yang dilakukan di BLK Sambas mencakup kombinasi antara teori dan praktek, dengan menggunakan alat dan perangkat IoT yang relevan. Instruktur pelatihan dianggap berkualitas dan mampu memberikan bimbingan yang baik kepada peserta pelatihan. Produk dari program pelatihan IoT diukur melalui penilaian kemampuan peserta pelatihan dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama pelatihan.

 

Kata Kunci: Evaluasi program pelatihan, Internet of Things (IoT), Model CIPP.

 

Abstract

This study aims to evaluate the Internet of Things (IoT) training program using the CIPP (Context, Input, Process, Product) model at the Sambas Job Training Center (BLK). IoT is becoming an increasingly important topic in the digital era, and IoT training at BLK Sambas is considered the right step to prepare trainees to face future technological challenges. The evaluation method used is the CIPP model which consists of four main elements, namely context, input, process, and product. The evaluation was carried out by collecting data through direct observation, interviews with trainees and instructors, and document analysis related to IoT training at BLK Sambas. The evaluation results show that the IoT training program at BLK Sambas has a context that is relevant to the needs of trainees and the potential of the job market in the IoT field. Program inputs, such as training curriculum, training materials, and facilities, are also considered adequate in supporting training objectives. The training process carried out at BLK Sambas includes a combination of theory and practice, using relevant IoT tools and devices. Training instructors are considered qualified and able to provide good guidance to trainees. The product of an IoT training program is measured through an assessment of trainees' ability to apply the knowledge and skills acquired during training.

 

Keywords: Training program evaluation, Internet of Things (IoT), CIPP Model.

 


Pendahuluan

Berita Resmi Statistik edisi Januari 2023 tentang Keadaan Ketenagakerjaan Kabupaten Sambas menuliskan terjadi kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,08 persen, lebih tinggi dibanding Agustus 2021 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sambas 2022). Artinya sebanyak 15.143 orang menjadi pengangguran dari total penduduk usia kerja 402.146 orang. Hal ini layak menjadi perhatian khusus. Ditambah saat ini Indonesia sedang memasuki era bonus demografi (2020-2030) yaitu jumlah usia produktif lebih besar dibanding usia non produktif (Maryati, Handra, and Muslim 2021).

Momen ini harus digunakan sebaik mungkin untuk mencapai seratus tahun Indonesia merdeka pada 2045 nanti, yang mana jumlah usia produktif bisa mencapai 70 persen dari total penduduk Indonesia (Achmad Nur Sutikno 2020). Ini merupakan tantangan bagi Kementerian ketenagakerjaan sebagai leading sector pembangunan di bidang ketenagakerjaan mengkoordinasikan kepada dinas tenaga kerja terkait untuk berkontribusi nyata dalam menghadapi segala prediksi yang terjadi akibat bonus demografi tersebut (Riyanda, Dula, and Pembangunan 2020).

Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Sambas (UPTD BLK Sambas) adalah tempat diselenggarakannya proses pelatihan kerja bagi peserta pelatihan sehingga mampu dan menguasai suatu jenis dan tingkat kompetensi kerja tertentu untuk membekali dirinya dalam memasuki pasar kerja dan/ atau usaha mandiri maupun sebagai tempat pelatihan untuk meningkatkan pproduktivitas kerjanya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya (Menteri Ketenagakerjaan 2017).

Peraturan Bupati Sambas pasal 5, BLK Sambas memiliki tugas fungsi melaksanakan pelatihan kerja (Bupati Sambas 2018). Pelatihan kerja juga menjadi salah satu program kerja unggulan Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas periode 2021-2024 dengan mengusung program Pemuda Siap Kerja (Kabupaten Sambas 2022).

Pelatihan kerja ditulis dalam buku (Seda 2018), diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan keejahteraan. BLK Sambas melaksanakan pelatihan kerja dengan beragam kejuruan, salahsatunya internet of things (IoT). Mengingat data penduduk bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama bidang manufaktur atau industry hanya 10,20 persen, lebih rendah dari sektor jasa dan pertanian (BPS Kabupaten Sambas 2023). Peneliti tertarik dengan pelatihan program internet of things. Pelatihan IoT sangat relevan dengan kondisi saat ini karena IoT merupakan salah satu teknologi yang sedang berkembang pesat dan memiliki potensi besar yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas di berbagai sektor (Raza, Sabaruddin, and Komala 2020).

Misalnya dalam pengelolaan lahan sawit di Kabupaten Sambas, di tahun 2022 menjadi 101,32 ribu hektar dibanding tahun 2021 (95,87 ribu hektar). Penggunaan Iot digunakan untuk pengawasan lahan, pembibitan, pemupukan dan lainnya (Wahyuni, Hafiz, and Susianti 2023). Pada sektor pertanian, Iot digunakan sebagai sensor cuaca dan kondisi tanah, automasi kelembaban, pengendalian hama sehingga membantu petani dalam membuat keputusan tepat dan tidak membuang biaya dan tenaga (B., Nurpilihan. A. 2020). Bahkan dalam kegiatan keseharian kita, IoT digunakan untuk mengatur alat elektronik, keamanan rumah (Sungkar et al. 2020), penyiram otomatis, speaker pintar, dan lainnya �Dengan kata lain, pelatihan IoT dapat meningkatkan keterampilan dan daya saing tenaga kerja dalam menghadapi era industri 4.0. (Wardina, U. V., Jalinus, N., & Asnur 2019). Lulusan pelatihan diharapkan memiliki kompetensi yang mix and match dengan kebutuhan pasar kerja serta menguasai inovasi teknologi yang menjadi bekal life skill untuk berwirausaha (Karim et al. 2022).

Untuk mengetahui kebermanfaatan dalam program pelatihan yang telah diselenggarakan, maka perlu dilakukan evaluasi program sehingga dapat memperbaiki berbagai kendala yang muncul (Hasanah, Purwito, and Ishaq 2018). Hal ini pun sesuai dengan tujuan evaluasi yang dikemukakan oleh Mukhlisin et al. (2023) mengungkapkan bahwa evaluasi program adalah rentetan proses yang dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu program. Banyak model evaluasi yang bisa digunakan untuk mendapatkan tujuan tersebut. Misalnya evaluasi model Provus, Stake, CIPP, Kirkpatrick, Brinkerhoff, Logik dan lainnya (Suryadin 2022). Jika kita sering mendengar kata evaluasi, maka perlu kejelian untuk mengartikan evaluasi adalah proses yang berujung dengan proses pengambilan keputusan atau kebijakan tertentu.

Menurut Suharsimi (2018) ada empat jenis kebijakan yang bisa diambil setelah proses evaluasi yaitu : 1) program dilanjutkan; 2) program diulangi; 3) program dimodifikasi; 4) program dihentikan. Menurut Weiss (1972) dalam Mudjiyanto (2018) menyebutkan tujuan evaluasi program dilakukan, yaitu : 1) mengarah penggunaan metode atau model evaluasi tertentu; 2) memberatkan pada hasil suatu program; 3) menggunakan kriteria dalam penilaian; 4) peran dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dan perbaikan program di waktu mendatang. Berdasarkan pernyataan diatas, jika kita akan melakukan evaluasi program hendaknya menggunakan model evaluasi tertentu sebagai panduan yang kompatibel dengan program tersebut sehingga mampu menilai kualitas dan efektifitas pelaksanaan program tersebut (Ritonga, Saepudin, and Wahyudin 2019).

Dalam persiapan dan pelaksanaan pelatihan IoT, tentunya pihak-pihak yang terlibat menghadapi kendala atau ketidaksesuaian. Kendala bisa muncul dari internal dan eksternal sebuah system (N.,Riyadi 2023). Hal ini sebaiknya segera ditangani agar kualitas dan tujuan pelatihan dapat tercapai dan tetap sesuai standar pelatihan yang telah ditetapkan. Dari hasil observasi dan wawancara di awal, peneliti mendapatkan beberapa permasalahan yang terjadi saat sebelum, selama pelatihan dan setelah pelatihan dilaksanakan seperti Instruktur. Tertuang dalam Permen Naker RI nomor 8 tahun 2017 (Menteri Ketenagakerjaan 2017) Instruktur adalah seseorang yang memiliki kompetensi teknis dan metodologis serta diberikan tugas dan wewenang untuk melaksanakan pelatihan. Sepanjang observasi dan wawancara kepada instruktur peneliti menemukan bahwa tidak adanya buku materi pelatihan IoT yang lengkap dan relevan; kurangnya jumlah instruktur; pengadaan bahan dan alat yang tidak sesuai; kurangnya fasilitas dan infrastruktur yang memadai, kurangnya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Menurut Novitasari and Listyaningrum (2022), Pembelajaran yang baik adalah berfokus kepada peserta bukan sesuai keinginan instrukturnya. Berdasarkan pengamatan dan wawancara kepada peserta, peneliti melihat bahwa kurangnya pengetahuan dan keterampilan dasar dalam bidang IoT; ekspektasi yang keliru terhadap materi pelatihan; kurangnya motivasi dan minat peserta dalam mengikuti pelatihan IoT; kurangnya kedisplinan; kurangnya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Penyelenggara pelatihan, menurut Rahmawati, Hardika, and Sopingi (2017) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penyelenggara pelatihan juga merupakan subjek evaluasi. Dalam proses pelatihan yang berlangsung peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap kinerja penyelenggara tanpa menganggu aktivitas mereka. Didapatkan bahwa penyelenggara mengalami kesulitan menseleksi calon pendaftar, kesulitan menyediakan alat dan bahan pelatihan, fasilitas dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pelaksanaan pelatihan IoT; Adanya peserta yang mengundurkan diri sebelum pelatihan selesai.

Penelitian evaluasi ini bertujuan untuk menilai apakah penyelenggaraan pelatihan IoT di BLK Sambas sesuai dengan rencana dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Model evaluasi yang digunakan model CIPP (Context, Input, Process and Product).

 

Metode Penelitian

Penelitian evaluasi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yang menyajikan data berdasarkan hasil pengumpulan data di lokasi penelitian yaitu BLK Sambas yang berada di Jalan Sukaramai Desa Dalam Kaum Kecamatan Sambas Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat. Tahapan analisis data dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, penyimpulan, verifikasi, dan simpulan akhir. Sampel penelitian yaitu peserta sebanyak 32 orang, instruktur sebanyak 1 orang dan penyelenggara pelatihan sebanyak 6 orang, total sampel sebanyak 40 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Tentunya instrument pengumpulan data yang digunakan sudah tervalidasi oleh ahli terkait. Penelitian evaluasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas program pelatihan yang telah dilaksanakan dan memberikan rekomendasi perihal kondisi yang terjadi. Sebagai panduan, peneliti menggunakan model evaluasi CIPP yaitu Context, Input, Process, Product.

 

Hasil dan Pembahasan

A.    Model Evaluasi CIPP


Daniel. L. Stuffelebeam merupakan tokoh yang mengembangangkan model evaluasi CIPP. Dalam bukunya menyebutkan bahwa evaluasi merupakan tanggung jawab pribadi maupun organisasi (Daniel L. Stufflebeam 2014), Stuffelebeam menyebutkan bahwa evaluasi adalah proses untuk memberikan pengesahan pada hal-hal seperti keandalan, efektivitas, efektivitas biaya, efisiensi, keamanan, kemudahan penggunaan, dan kejujuran. CIPP sebagai panduan yang tepat untuk diterapkan mendeteksi pencapaian pelaksanaan program. Evaluasi model� CIPP berfokus� pada� penilaiaan� program pelatihan IoT di BLK Sambas dan� penyajian� data� untuk� membuatkan� sebuah� keputusan (Arni et al. 2021).�

 

Gambar 1. Model Evaluasi CIPP

 

Model evaluasi CIPP terdiri dari empat aspek yaitu Context, Input, Process dan Product. Evaluasi merupakan proses menggambarkan, menghasilkan dan menyediakan informasi yang bermanfaat untuk menetapkan keputusan (Mufid 2020). Model CIPP banyak digunakan karena memiliki tujuan meningkatkan (to improve) bukan membuktikan (to prove) (Endrizal 2021). Dengan kata lain model CIPP dipilih peneliti untuk mendukung pengembangan program pelatihan Iot di BLK Sambas sehingga dapat mengatasi kebutuhan daerah Kabupaten Sambas dan standar Kementerian Ketenagakerjaan RI. Dalam pelaksanaan model evaluasi CIPP terdiri dari empat aspek yaitu :

1.    Evaluasi konteks dilakukan dengan menilai misi dan tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan program tersebut, menilai kebutuhan, masalah, aset dan peluang yang akan muncul. Komponen tersebut sangat vital dalam merencanakan program yang baik dan harus ditinjau mendalam dalam TNA (Training Needs Analysis).

2.    Apakah analisis kebutuhan program (Training Needs Analysis) dilakukan sebelum program dilaksanakan? Apakah TNA bertujuan mengetahui permasalahan dan faktor penyebabnya? Apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar atau peraturan yang berlaku?

3.    Evaluasi masukan dilakukan dengan menilai perencanaan penyelenggaraan program tersebut. Apakah program tersebut didasarkan atas standar atau regulasi terkait? Apakah pendanaan, waktu dan tempat penyelenggaraan program memadai? Apakah peserta program memiliki kemampuan yang sesuai?

4.    Evaluasi proses dilakukan dengan menilai aktifitas dalam program yang memfasilitasi peserta dalam mencapai tujuan serta hasil capaian program tersebut. Apakah strategi sesuai dengan dasar penyelenggaraan program? Apakah metode penyelenggaraan efektif dan sesuai aturan? Apakah proses program berjalan kondusif?

5.    Evaluasi produk dilakukan dengan menilai kontribusi atau hasil program setelah penyelenggaraan. Apakah dengan penyelenggaraan program tersebut mampu mengatasi masalah yang muncul? Apakah peserta program mendapatkan apa yag diharapkan?

B.     Berikut hasil penelitian evaluasi dengan model CIPP :

1.      Evaluasi Context (Konteks)

Hasil penelitian dalam evaluasi konteks terbagi dalam evaluasi relevansi dan kebutuhan yang mendasari pelatihan. BLK Sambas menggunakan pedoman dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 31 tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional. Disebutkan didalamnya bahwa prinsip dasar pelatihan kerja berorientasi pada kebutuhan pasar kerja dan pengembangan SDM. Hal ini membuktikan relevansi antara regulasi dan tujuan nasional serta menjadi dasar pelaksanaan pelatihan IoT. Sementara untuk mengidentifikasi kebutuhan, BLK Sambas melakukan analisis kebutuhan pelatihan (Training Need Analysis) yang disesuaikan dengan kondisi ketenagakerjaan dan masyarakat di Kabupaten Sambas sebelum mengusulkan program ke BBPVP Serang.

2.      Evalusi Input (Masukan)

Hasil penelitian dalam evaluasi masukan terbagi dalam evaluasi instruktur, peserta dan penyelenggara pelatihan, evaluasi kurikulum dan materi pelatihan, sarana dan prasarana pelatihan serta pendanaan pelatihan. Instruktur memiliki kualifikasi yang sesuai. Selain telah menyelesaikan pendidikan strata satu dan magister sesuai dengan kejuruan yang dilatih, instruktur juga memiliki sertifikat kompetensi yang relevan. Persyaratan dasar untuk calon pendaftar pelatihan IoT harusnya dievaluasi kembali. Khususnya untuk item pengetahuan dasar atau background lulusan. Sebagai penyelenggara, peneliti mendapati bahwa tidak memiliki sertifikat TOT (Training of Trainer) sebagai penyelenggara dan pengelola pelatihan dan belum pernah mengikuti pelatihan serupa.

Dari aspek fasilitas yang disediakan berupa seperangkat komputer dan internet, memang mebantu saat praktik. Namun seharusnya menyediakan meja tambahan peletakan bahan dan alat praktik. Alat dan bahan yang disediakan penyelenggara tidak sesuai dengan materi sehingga ada beberapa alat dan bahan yang tidak digunakan dan ada praktik yang terpaksa dilewati karena alat dan bahan tidak ada. Pihak penyelenggara tidak melakukan wawancara saat seleksi calon peserta, sehingga informasi tentang pelatihan dan aturan tidak tersampaikan kepada peserta.

Dari aspek kurikulum dan materi, sudah sesuai SKKNI kategori Informasi dan Komunikasi Golongan Pokok Telekomunikasi bidang IoT mengikuti Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 300 Tahun 2020. Hanya saja untuk buku materi instruktur berusaha mencari sebagai sumber informasi dari internet sesuai silabus pelatihan. Ini menyebabkan pelatihan terlaksana tidak sesuai standar yang ditetapkan oleh Kementerian dan dikhawatirkan menghasilkan perbedaan kualitas luaran pelatihan. Aspek terakhir yang diamati peneliti adalah pendanaan pelatihan. Dari hasil wawancara dan dokumentasi, pendanaan pelatihan berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sejumlah satu paket pelatihan dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran 2022. Penjabaran ini menjawab tujuan penelitian evaluasi poin kedua.

3.      Evalusi Process (Proses)

Hasil penelitian dalam evaluasi proses terbagi atas proses transfer pengetahuan dan keterampilan serta sikap kerja dari instruktur ke peserta, kesesuaian harapan dan sikap peserta dalam proses belajar. Dari hasil observasi instruktur terlihat kewalahan untuk mendampingi peserta keseluruhan. Jadi secara inisiatif, beberapa peserta membentuk kelompok kecil agar bisa saling berbagi dan mengoreksi saat praktik. Apalagi bahan dan alat pelatihan menggunakan komponen yang relatif kecil sehingga diperlukan ketelitian. Cara penyampaian materi dan arahan praktik sudah cukup baik. Mudah dimengerti meski agak terburu-buru. Instruktur juga kurang memperhatikan K3 saat praktik. Instruktur tidak menggunakan jobsheet sehingga membuat peserta kebingungan untuk tahapan praktik.

Membuat suasana kelas tidak kondusif (terjadi keributan). Antusias peserta terlihat beragam. Ada yang sangat antusias namun ada juga yang tertinggal tahapan saat praktik. Karena memang pelatihan IoT ini mengandalkan logika dan koordinasi gerak motorik halus. Beberapa peserta terlihat lambat mencerna pengarahan instruktur. Menurutnya, materi ini belum pernah didapatkan saat sekolah atau kuliah. Ini menyebabkan keterlambatan dalam penyerapan materi dan keefektifan praktik. Ada juga peserta yang mengira pelatihan IoT ini adalah membuat robot, ini artinya peserta tidak mendapatkan informasi tentang unit-unit kompetensi yang akan dipelajari selama pelatihan. Dalam pelatihan, peneliti menemukan beberapa peserta yang sering datang terlambat dan berpakaian tidak sesuai aturan yang berlaku.Jika ada komponen yang rusak, peserta boleh mengganti dengan komponen baru yang telah disiapkan penyelenggara. Dimana penyelenggara telah menyiapkan cadangan untuk tiap komponen sebanyak 3 buah untuk tiap-tiap komponen. Selama praktik, karena instruktur kurang memperhatikan K3, ada peserta yang mengalami luka kecil dan terkejut karena tersengat listrik meski tidak berakibat fatal. Evaluasi ini menjawab tujuan poin ketiga.

4.      Evalusi Product (Produk)

Hasil penelitian dalam evaluasi produk terdiri atas evaluasi terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta sikap kerja peserta setelah melaksanakan pelatihan serta dampak positif dari pelatihan terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggara menunjukkan rekap hasil penilaian untuk tiap unit kompetensi. Peneliti melihat peserta sudah lebih cepat dalam menerima arahan dari insruktur. Suasana pembelajaran lebih seru karena peserta lebih aktif bertanya dan tingkat kecelakaan selama praktik menurun drastis.

Dari 32 peserta, semua memiliki nilai akhir diatas standar kelulusan pelatihan dan dinyatakan lulus dan berhak mendapatkan sertifikat dari BLK Sambas. Setelah pelatihan berakhir, instruktur mengirimkan dokumentasi peserta yang berhasil membuat alarm IoT dengan menggunakan bahan alat yang telah didapat dari pelatihan. Ada peserta yang berhasil membuat running text masjid, dan lainnya. Hal ini membuktikan bahwa pelatihan IoT juga memberikan manfaat jangka panjang bagi peserta. Begitupun dengan peserta lain yang masih mencoba membuat perangkat IoT baru sesuai keinginan. Melihat hasil pelatihan ini, penyelenggara merasa senang karena program pelatihan memberikan dampak positif dan sesuai tujuan.

 

Kesimpulan

Pelatihan kerja bagi peserta pelatihan bertujuan mampu dan menguasai suatu jenis dan tingkat kompetensi kerja tertentu untuk membekali dirinya dalam memasuki pasar kerja dan/ atau usaha mandiri maupun sebagai tempat pelatihan untuk meningkatkan pproduktivitas kerjanya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. BLK Sambas memiliki tugas fungsi melaksanakan pelatihan kerja bagi pencari kerja dan masyarakat usia produktif. Secara fakta di lapangan, BLK Sambas sudah banyak menghasilkan lulusan pelatihan kerja dengan berbagai kejuruan. Hal ini bisa dijasikan sebagai indikator keberhasilan lembaga, dan tidak hanya itu kesejahteraan masyarakat dan lifeskill pun meningkat. Evaluasi yang telah dilakukan untuk menmbantu BLK Sambas dalam mengambil kesimpaulan atau memperbaiki proses dan tujuan pelatihan ke arah yang lebih baik. Semua ahapan telah mengikuti empat aspek dalam model evaluasi CIPP yaitu context, input, process dan product.

 

BIBLIOGRAFI

 

Achmad Nur Sutikno. 2020. �Bonus Demografi Di Indonesia.� VISIONER : Jurnal Pemerintahan Daerah Di Indonesia 12(2):421�39. doi: 10.54783/jv.v12i2.285.

 

Arni, Irada Haira, Gunawan Gunawan, Bunga Fatwa, and Ilham Sentoso. 2021. �Kegunaan Model CIPP Dalam Evaluasi Pendidikan Inklusi.� Masaliq 1(3):164�75. doi: 10.58578/masaliq.v1i3.60.

 

B., Nurpilihan. A., Irfan. 2020. Smart Farming Berbasis Internet Of Things Dalam Greenhouse. I. edited by Tomy Perdana. Bandung: Unpad Press.

 

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sambas. 2022. �Berita Resmi Statistik.� Berita Resmi Statistik 03/01/6101(I).

 

BPS Kabupaten Sambas. 2023. �Keadaan Ketenagakerjaan Kabupaten Sambas Agustus 2022.� Berita Resmi Statistik 03/01/6101(II):1�7.

 

Bupati Sambas. 2018. �Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2018.� 1�19.

 

Daniel L. Stufflebeam, Chris L. S. Coryn. 2014. Evaluation Theory, Models, and Applications,. 2nd Editio.

 

Endrizal, Endrizal. 2021. �Evaluasi Program Pembelajaran Pemeliharaan Kelistrikan Sepeda Motor Menggunakan Model CIPP.� Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran 5(1):17. doi: 10.23887/jipp.v5i1.30786.

 

Hasanah, S. N. A., L. Purwito, and M. Ishaq. 2018. �Prosedur Mobile Training Unit Bordir UPT Pelatihan Kerja Pasuruan Di Desa Wonokoyo Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan.� Jurnal Pendidikan Nonformal 12(2):92�101. doi: http://dx.doi.org/10.17977/um041v12i2p92-101.

 

Kabupaten Sambas, Pemerintah Daerah. 2022. �Program Unggulan.� Website Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas. Retrieved May 23, 2023 (https://sambas.go.id/program-unggulan#).

 

Karim, Abdul, Mhd Bobbi, Kurniawan Nasution, and Sudi Suryadi. 2022. �Pelatihan Digital Marketing Dalam Meningkatkan Kompetensi Siswa SMK Negeri 1 Rantauprapat.� Journal of Social Responsibility Projects by Higher Education Forum 3(2):115�19. doi: 10.47065/jrespro.v3i2.2759.

 

Maryati, Sri, Hefrizal Handra, and Irwan Muslim. 2021. �Penyerapan Tenaga Kerja Dan Pertumbuhan Ekonomi Menuju Era Bonus Demografi Di Sumatra Barat Labor Absorption and Economic Growth Towards the Demographic Bonus Era in West Sumatra.� Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan Indonesia 21(Januari):95�107. doi: 10.21002/jepi.2021.07.

 

Menteri Ketenagakerjaan. 2017. Permen Naker Nomor 8 Tahun 2017. JDIH Kemnaker.go.id.

 

Mudjiyanto, Bambang. 2018. �Metode Penelitian Evaluasi Komunikasi Research Method on Communication Evaluation.� Promedia (1):76�102.

 

Mufid, Muhammad. 2020. �Evaluasi Model Context, Input, Process and Product (CIPP) Program Baca Tulis Al-Qur�an Di Institut Agama Islam Negeri Pekalongan.� Quality 8(1):1. doi: 10.21043/quality.v8i1.6908.

 

Mukhlisin, Lucky, Dwi Siska Martiana, M. Dida Armandio, Wiwin Herwina, and Universitas Siliwangi. 2023. �Penerapan Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) Pada Program Pelatihan Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) Amanah Kota Tasikmalaya.� Cermin : Jurnal Penelitian 7(1):11�21. doi: https://doi.org/10.36841/cermin_unars.v7i1.2802 .

 

N.,Riyadi, Azhar. 2023. �Analisis Faktor Kendala Dalam Pelaksanaan Contact Tracing COVID-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Poncol.� Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia 6(4):614�20. doi: https://doi.org/10.56338/mppki.v6i4.3154.

 

Novitasari, Nindi, and R. Anggia Listyaningrum. 2022. �Proses Pembelajaran Andragogis Dalam Meningkatkan Kompetensi Peserta Didik Di Lembaga Kursus Menjahit.� Jurnal Pendidikan Nonformal 17(2):86�96. doi: 10.17977/um041vxxixx2021p86-96.

 

Rahmawati, Eli, Hardika Hardika, and Sopingi Sopingi. 2017. �Tanggapan Peserta Pelatihan Tentang Pelaksanaan Pelatihan Information Technology Dasar.� Jurnal Pendidikan Nonformal 10(2):123�38.

 

Raza, Erwin, La Ode Sabaruddin, and Aziza Leila Komala. 2020. �Manfaat Dan Dampak Digitalisasi Logistik Di Era Industri 4.0.� Jurnal Logistik Indonesia 4(1):49�63. doi: 10.31334/logistik.v4i1.873.

 

Ritonga, Ramayana, Asep Saepudin, and Uyu Wahyudin. 2019. �Penerapan Model Evaluasi Kirkpatrick Empat Level Dalam Mengevaluasi Program Diklat Di Balai Besar Pelatihan Pertanian (Bbpp) Lembang.� Jurnal Pendidikan Nonformal 14(1):12. doi: 10.17977/um041v14i1p12-21.

 

Riyanda, Riko, Atanasius Dula, and Perencanaan Pembangunan. 2020. �Kompetensi Tenaga Kerja Pada Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).� Jurnal Penelitian Dan Kajian Ilmiah Menara Ilmu Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat XIV(02):83�93.

 

Seda, Bala dkk. 2018. Undang-Undang Ketenagakerjaan + Perpres Penggunaan Tenaga Kerja Asing. MediaPressindo.

 

Suharsimi, Arikunto. 2018. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. III. edited by Restu Damayanti. Jakarta: Bumi Aksara.

 

Sungkar, Muchamad Sobri, Teknik Elektronika, Politeknik Harapan, and Bersama Tegal. 2020. �Sistem Keamanan Rumah Berbasis Internet of Things.� Jurnal Politeknik Harapan Bersama Tegal 9(2):1�3.

 

Suryadin, Asyraf dkk. 2022. Evaluasi Program Model CIPP (Context,Input,Process, and Product) Antara Teori Dan Praktiknya. I. edited by Alviana C. Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru.

 

Wahyuni, Retno Tri, Muhammad Hafiz, and Elva Susianti. 2023. �Sistem Pengumpul Data Parameter Kondisi Pohon Sawit Berbasis Internet Of Thing ( IoT ) Oil Palm Condition Parameter Data Collection System Based Internet Of Thing ( IoT ).� Jurnal Computer Science and Information Technology ( CoSciTech ) 4(1):56�63.

 

Wardina, U. V., Jalinus, N., & Asnur, L. 2019. �Kurikulum Pendidikan Vokasi Pada Era Revolusi Industri 4.0.� Jurnal Pendidikan 20(1):82�90.

 

Copyright holder:

Utari Hesti Lestari, Indri Astuti (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: