Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 11, November 2022

 

TINGKAT PENDIDIKAN, JUMLAH TENAGA KERJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP POVERTY GAP INDEX MELALUI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016-2021

 

Malikal Mulki Octadyla, Iffatur Rohmah, Maya Panorama

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat Pendidikan, Jumlah Tenaga Kerja serta implikasinya terhadap Poverty Gap Index melalui tingkat Pengangguran di Sumatera Selatan Tahun 2016-2021. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data sekunder dan mengambil data dari Badan Pusat Statistika Sumatera Selatan terdiri dari 17 Kabupaten serta menggunakan alat bantuan statistika E-Views 12. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan, Jumlah Tenaga Kerja, dan Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Poverty Gap Index.. Pendidika dan Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengangguran. Pengangguranmampu memediasi pengaruh Pendidikan terhadap Poverty Gap Index. Sedangkan Pengangguran tidak mampu memediasi Jumlah Tenaga Kerja terhadap Poverty Gap Index. Implikasi dari penelitian ini adalah peningkatan di bidang pendidikan sangat penting karena pendidikan adalah kunci utama dalam pembangunan ekonomi.

 

Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Jumlah Tenaga Kerja, Poverty Gap Index, Tingkat�� Pengangguran, Implikasi

 

Abstract (12pt Bold)

This study aims to determine the effect of education level, the number of workers and the implications for the Poverty Gap Index through the unemployment rate in South Sumatra in 2016-2021. This study uses quantitative methods using secondary data and retrieves data from the Central Bureau of Statistics of South Sumatra, consisting of 17 districts, using the statistical tool E-Views 12. The results of this study indicate that education, the number of workers, and unemployment have a positive and significant effect on Poverty Gap Index. Education and Total Workforce have a positive and significant effect on Unemployment. Unemployment can mediate the influence of Education on the Poverty Gap Index. Meanwhile, unemployment cannot mediate the number of workers against the Poverty Gap Index. This research implies that improvement in education is very important because education is the main key to economic development.

 

Keywords: Education Level, Total Workforce, Poverty Gap Index, Unemployment Rate, Implications

Pendahuluan

Kemiskinanmerupakansalahsatumasalahyang selaludihadapiolehmanusia.Masalah kemiskinanitusamadenganusiakemanusiaanitusendiridanimplikasipermasalahannya dapat�� melibatkan�� keseluruhan�� aspek�� kehidupan�� manusia,�� walaupun�� seringkalitidak�� disadari kehadirannyasebagaimasalaholehmanusiayangbersangkutan. Bagimerekayangtergolong miskin,kemiskinanadalahsesuatuyangnyataadadalamkehidupanmerekasehari-hari,karena merekaitumerasakandanmenjalanisendiribagaimanahidupdalamkemiskinan,walaupun demikianbelumtentumerekaitusadarakankemiskinanyangmerekajalani,kesadaranakan kemiskinan itu yang mereka jalani baru akan terasa pada waktu mereka membandingkan kehidupan yangmerekajalanidengankehidupanoranglainyangtergolongmempunyaitingkatkehidupan socialekonomiyanglebihtinggi. (Lendentariang, Engka, & Tolosang, 2019)

Permasalahan kemiskinan tidak hanya berfokus pada bagaimana cara untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, tetapi ado faktor lain yang harus diperhatikan yaitu tingkat indeks kedalaman kemiskinan atau poverty gap index. Semakin tinggi indeks kedalaman kemiskinan maka akan semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Salah satu pulau di Indonesia yaitu pulau Sumatera adalah pulau dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia. Berdasarkan proteksi penduduk tahun 2020, jumlah penduduk di pulau Sumatera mencapai 21.89 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sementara di tahun 2019 jumlah penduduk miskin di pulau sumatera sebesar 10,54 persen dari total jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah perlu memperhatikan angka kemiskinan yang terjadi di pulau Sumatera, tidak terbatas hanya pulau jawa dan daerah terpencil saja. (Meimela, 2020)

Permasalahan mengenai kemiskinan sudah menjadi pembicaraan global. Pencarian solusi untuk mengurangi tingkat kemiskinan terus dilakukan para pemimpin negara atau perangkat negara yang mempunyai kebijakan dan kewenangan dalam mengatur pemerintahan dan rakyat. Banyak upaya telah dilakukan, seperti pada Pendidikan yaitu adanya dana BOS dimana anak-anak yang ingin bersekolah tapi tidak mempunyai cukup dana bisa tetap melanjutkan sekolah karena pada dasarnya sekarang ini, sudah banyak sekolah negeri yang tidak meminta uang pembayaran sekolah agar keluarga yang memiliki kekurangan ekonomi tetap bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai di batas waktu pendidikan yaitu minimal 12 tahun. Rendahnya tingkat Pendidikan di negara berkembang menyebabkan salah satu permasalahan dunia yaitu kemiskinan. Juergen dalam penelitiannya yang dikutip dari rizal (2008) membuktikan bahwa sumber dari poverty traps di Indonesia adalah Pendidikan, kesehatan, kondisi geografis, total asset dan social capital.(Manoppo, Engka, & Tumangkeng, 2018)

Tingkat Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran dan kemiskinan dalam suatu negara. Ahmad, Syaparuddin dan Hardiani menyebutkan dalam penelitiannya bahwa Pendidikan adalah salah satu modal dasar yang dimiliki manusia yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Semakin tinggi tingkat Pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan kerjanya. Kondisi persaingan yang semakin ketat dan diiringi dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih tentu membuthkan seumber daya manusia yang berkualitas. Semakin tinggi Pendidikan seseorang maka keahlian yang dimiliki juga semakin meningkat sehingga dapat memberikan dorongan dan dapat menghasilkan produktivitas kerja yang semakin baik. (Alwi, Syaparuddin, & Hardiani, 2021)

Masalah pendidikan selalu dikaitkan dengan permasalahan ekonomi secara langsung maupun tidak langsung. Peran pendidikan dalam pertumbuhan pembangunan ekonomi harus diakui. Pendidikan masyarakat harus dilihat sebagai sebuah �modal� dalam pembangunan ekonomi jangka panjang karena peran pendidikan dapat dirasakan. Sebuah konsep pendidikan sebagai investasi sudah berkembang dengan cepat dan diyakini oleh banyak negara bahwa kunci dari pertumbuhan ekonomi. Semakin berkembangnya sector pendidikan yang ada di suatu negara maka akan semakin berkembang juga perekonomian negara tesebut karena adanya human capital investment (Widiansyah, 2017).

Pembangunan nasional mempunyai visi yaitu meningkatkan perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menciptakan kehidupan yang layak bagi rakyat. Misi pembangunan yaitu mewujudkan Indonesia yang sejahtera dengan salah satu tujuan yang harus dicapai yaitu menurunkan tingkat kemiskinan. Mengetahui sukses atau tidaknya suatu negara dilihat dari angka kemiskinan yang ada di negara tersebut. Semakin kecil angka kemiskinan berarti negara tersebut telah sukses menata dan menciptakan kesejahteraan untuk rakyatnya. Pembangunan yang dilakukan di suatu negara harus dilihat apakah pembangunan tersebut dapat mengurangi tingkat kemiskinan atau tidak berdampak apapun. Penanggulangan kemiskinan telah banyak diupayakan oleh pemerintah akan tetapi hasilnya belum optimal.(Muhammad, dkk 2020)

Tujuan pembangunan nasional Indonesia telah tertera pada Undang-Undang 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum. menurut BPS pada tahun 2016 kesejahteraan umum yang dimaksud adalah kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan social penduduk negara agar bisa hidup dengan layak dan mengembangkan diri sehingga bisa melaksanakan fungsi social dan ekonomi. Kesejahteraan umum di Indonesia dapat dilihat berdasarkan tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia. Adanya hubungan yang tidak signifikan antara tingkat kemiskinan di Indonesia seperti semakin rendah tingkat kemiskinan maka semakin tinggi kesejahteraan rakyatnya.(Bintang & Woyanti, 2018)

Menurut data Badan Pusat Statistik, angka kemiskinan pada tahun 2022 Sumatera Selatan naik sebesar 0,05 persen poin dari 11,90 persen menjadi 11,95 persen. Sedangkan jumlah penduduk miskinnya juga naik sebanyak 10,30 ribu orang dari 1.044,69 ribu orang menjadi 1.054,99 ribu orang. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2021 sebesar 11,99 persen turun menjadi 11,23 persen pada Maret 2022 d naik menjadi 11,37 persen pada September 2022. (Statistik, Incicx, Model, & Consulinclo, 2021).


Sumber: Badan Pusat Statistika, 2023

 

Berdasarkan grafik 1 di atas menyatakan bahwa dari data Badan Pusat Statistika jumlah penduduk miskin berdasarkan provinsi, peneliti mengambil 5 provinsi saja yaitu Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Jambi, dan Bangka Belitung. Terdapat angka paling tertinggi ada di Sumatera Selatan pada tahun 2021 sebesar 1114 ribu jiwa penduduk miskin, sedangkan Riau sebesar 501 ribu jiwa, Bengkulu sebesar 306 ribu jiwa, Jambi sebesar 294 ribu jiwa, dan Bangka Belitung sebesar 73 ribu jiwa. (Statistik et al., 2021).

Masyarakat sekarang tidak bisa mengikuti keadaan yang mengakibatkan pengangguran serta konsekuensi dari banyak jumlah penduduk yang menganggur terjadi karena rendahnya pendidikan seseorang. Di zaman modern sekarang pendidikan berkaitan dengan fenomena kemiskinan, semakin tinggi pendidikan seseorang sekarang banyak menganggur serta menyebabkan masalah serius bagi masyarakat sekitar. Pengangguranyang disebabkanolehlulusan pendidikan tinggi tersebut tidak memanfaatkansumber�� daya�� manusia�� dengan�� baik. Pemerintah bertanggungjawabuntukmengatasimasalahtersebut.

Sistempendidikandiamatitidaksesuaidenganketerampilandanpendidikanyang diperlukan di lapangan pekerjaan. Fenomenainiakanmendorongproseskenaikankesejahteraanmasyarakatserta turunnyaangkakemiskinan. Makadari itu peluang kesempatankerjayang terbukabagi masyarakat miskin wajib diperhatikan dalam rangka mempertahankan daya beli sehingga setiapterjadipeningkatanpendapatanakanlebihberartiuntukmencukupikebutuhan dasarataudalamhalmeningkatkankualitashidup.(Alwi et al., 2021)

Pemerintah mengeluarkan kebijakanpemerintah seperti telah menetapkansuatukebijakanuntukmembelibarangdanjasa,pengeluaranpemerintahmencerminkan biayayangharusdikeluarkanolehpemerintahuntukmelaksanakankebijakantersebut.Pemerintah tentusajatidakhanyamelakukanpengeluaran,tetapijugamemperolehpenerimaan.Penerimaandan pengeluaranpemerintahdimasukkandalamsuatukonsepterpadumengenaipendapatandanbelanja negara. Peranan ini dapat dilakukan dalam bentuk intervensi secara laungsung maupun tidak langsung.

Pemerintah�� melakukan�� banyak�� sekali�� pengeluaran�� untuk membiayaikegiatan-kegiatannya.Pengeluaran-pengeluaranitubukansajauntukmenjalankanroda pemerintah sehari-hari, akan tetapi juga membiayai kegiatan perekonomian. Bukan berarti pemerintah turutberbisnis,melainkandalamartipemerintahharusmenggerakandanmerangsangkegiatan ekonomi�� secara�� umum.�� Pemerintah�� yang�� baik�� harus�� senantiasa�� berusaha�� menghindari�� dan memperbaiki kegagalan pasar demi tercapainya efisiensi.

(Agustina, Syechalad, & Hamzah, 2018)dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tingkat pengangguran dan tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan sedangkan jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh (Alwi et al., 2021)menyebutkan bahwa tidak adanya pengaruh signifikan dari pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan terhadap pengangguran. Pengaruh yang signifikan berada pada pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan. Tingkat pendidikan terhadap tingkat kemiskinan tidak berpengaruh signifikan. Adanya pengaruh siginifikan dari pengangguran terhadap kemiskinan. Pengangguran merupakan variabel intervening antara pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan karena variabel pengangguran menambah pengaruh terhadap kemiskinan, pengangguran bukan variabel intervening karena tidak menambah pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap kemiskinan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Human Development Theory, adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh UNDP pada tahun 2019 untuk memperbaiki konsep analisis sumber daya manusia sebelumnya yang berlandaskan produk domestic bruto atau rata-rata pendapatan perkapita.(afid,2019). Menurut UNDP dalam afid, pedapatan rata-rata tidak secara detail menggambarkan kondisi sumber daya manusia di suatu wilayah. Hal ini karena kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin cenderung tinggi, sehingga penduduk yang pada dasarnya miskin akan terdata memiliki kesejahteraan lebih tinggi. Menurut badan pusat statistik, 2021, Poverty gap index atau biasa disebut dengan indeks kedalaman kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, maka akan semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Kenaikan dan penurunan pertumbuhan ekonomi serta kemiskinan, tidak terlepas dari beberapa faktor yang ada antara lain, tingkat pengangguran dan tenaga kerja. (gabriella, dkk. 2022)

Menurut Badan Pusat Statistik (2021), tingkat pengangguran didefinisikan sebagai rasio jumlah pengangguran terhadap jumalh total karyawan, dan pengangguran itu sendiri mengacu pada mereka yang sedang tidak bekerja. Pengangguran memiliki definisi perkumpulan yang sedang mencari pekerjaan atau orang-orang yang sedang bersiap-siap untuk Gerakan bisnis, atau yang merasa sulit untuk mencari lapangan pekerjaan baru, atau sudah bekerja namun belum memulai menurut Padli, 2021 melalui Gabriella, 2022. Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2021, Angkatan kerja adalah jumlah pendnduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai suatu pekerjaan tapi sebentar saja menganggur dan menganggur.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis besarnya Tingkat Pendidikan, Jumlah Tenaga Kerja Serta Implikasinya Terhadap Poverty Gap Index Melalui Tingkat Pengangguran Di Sumatera Selatan Tahun 2016-2021.

 

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan aplikasi Eviews 12. Eviews adalah program komputasi statistik yang menawarkan para peneliti atau akademisi, perusahaan, agen-agen pemerintah, dan siswa atau mahasiswa untuk mengakses alat perhitungan statistik, peramalan dan permodelan yang luar biasa hebat melalui tampilan antarmuka (user interface) yang berorientasi objek serta inovatif dan mudah digunakan. (Hidayat & Sadewa, 2020)

Metode Kuantitatif merupakan penelitian untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel umumnya diambil secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis.

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil melalui website resmi Badan Pusat Statistika dengan data laporan mengenai tingkat pendidikan, jumlah tenaga kerja, kemiskinan dan tingkat pengangguran. Data yang digunakan adalah data panel. Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian yakni seluruh Kabupaten yang ada di Sumatera Selatan. Jumlah dari keseluruhan Kabupaten ada 17 Kabupaten pada website Badan Pusat Statistika dari data jumlah pengangguran, jumlah kemiskinan, jumlah tenaga kerja dan jumlah tingkat pendidikan di provinsi Sumatera Selatan tahun 2016-2021. Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dan sobel test.

 

Oval: PendidikanGambar 1

Model Konseptual

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Sumber: diolah peneliti, 2023

 

 

Hasil dan Pembahasan

Pemilihan Metode

Berdasarkan hasil Uji Struktural I dengan metode Uji Chow Struktural I dan hasil Uji Chow lihat dari cross-section chi square sebesar 0.000 < 0.05 artinya menggunakan model Fixed Effect Model (FEM). Sedangkan Uji Hausman Struktural I dilihat dari cross-section random sebesar 0.227 > 0.05 artinya metode terbaik menggunakan metode Random Effect Model (REM). Dan nilai Uji Lagrange Multipier Struktural I dilihat dari Breus ch-pagan pada cross-section sebesar 0.000 < 0.05 maka metode yang baik digunakan adalah metode Random Effect Modal (REM).

Pemilihan Uji Struktural II hasil Uji Chow dapat lihat dari cross-section chi square sebesar 0.000 < 0.05 artinya menggunakan model Fixed Effect Model (FEM). Sedangkan Uji Hausman Struktural II dapat dilihat dari cross-section random sebesar 0.080 > 0.05 artinya metode terbaik menggunakan Random Effect Model (REM). Dan hasil UjiLagrange Multiplier (LM) Struktural II dapat dilihat dari Breus ch-pagan pada cross-section sebesar 0.000 < 0.05 maka metode yang baik digunakan adalah metode Random Effect Model (REM).

�� Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random Effect Model perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing perusahaan. Keuntungan menggunakan Random Effect Model ini yaitu perlu lagi uji asumsi klasik. Model ini disebut juga dengan Error Component Model (ECM). Metode yang tepat untuk mengakomodasi model random effect ini adalah Generalized Least Square (GLS). (Gujarati, Porter, 2009)

 

Tabel 1

Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan, Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Poverty Gap Index

 

Sumber: Data diolah, 2023

 

Hasil ouput menyatakan bahwa Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap poverty gap index dan memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000 > 0.05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti hipotesis ini diterima, bahwa Pendidikan memiliki pengaruh terhadap poverty gap index. Maka dapat disimpulkan bahwadariadanya peningkatan pendidikan akan mengurangi terjadinya poverty gap index. Selain itu penelitian ini juga menyatakan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh, maka kemiskin menurun. Kebijakan yang terkait dengan peningkatan kapasitas manusia (human capital development) sangat diperlukan untuk membebaskan mereka dari belenggu kemiskinan kronis. Salah satunya melalui pendidikan, dimana pendidikan merupakan investasi jangka panjang mereka agar dapat secara permanen keluar dari kemiskinan.

Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap poverty gap index dan memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,019 > 0.05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti hipotesis ini diterima, bahwa jumlah tenaga kerja memiliki pengaruh terhadap poverty gap index. Maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan jumlah tenaga kerja akan menurunkan kemiskinan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dessy Chayani Elisabeth(Sitanggang, 2020) yang menyatakan bahwa Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap kemiskinan.

Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap poverty gap index dan memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,025 > 0.05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti hipotesis ini diterima. Maka dapat disimpulkan apabila kita akan keliru bila berasumsi bahwa setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin sedangkan mereka yang bekerja paruh waktu relatif mempunyai penghasilan yang cukup baik. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aini, Safrida, dan Fajri (2023) yang menyatakan bahwa pengangguran berpengaruh terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan.

 

Tabel 2
Pengaruh Pendidikan, Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Pengangguran

Sumber: Data diolah, 2023

 

Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengangguran dan memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti hipotesis ini diterima.Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan berperan dalam membentuk kemampuan untuk mampu menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kemampuan seseorang agar dapat menciptakan kondisi pertumbuhan dan pembangunan yang terus menerus. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syurifto (Prawira, 2018)menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap pengangguran.

Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengangguran dan memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,001 < 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti hipotesis ini diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin meningkat jumlah tenaga kerja maka tingkat pengangguran menurun. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fandi Chandra (Hidayat & Sadewa, 2020)yang menyatakan bahwa tenaga kerja berpengaruh terhadap pengangguran.

 

Tabel 3

Sobel Test

Variabel

Sobel Test Statistic

One Tailed Probability

Two Tailed Probability

X1

2.1037

0.0177

0.0354

X2

-1.6947

0.0450

0.0901

Sumber: Data diolah,2023

 

Berdasarkan hasil uji Sobel Test Statistic sebesar nilai 2,1037, One Tailed Probability sebesar 0,0177 < 0,05 dan Two Tailed Probability 0,0354 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Pengangguranmampu memediasi pengaruh Pendidikan terhadap Poverty Gap Index. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizky Agung (Chrisnandi, 2019)yang menyatakan bahwa pendidikan dan pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan.

Sedangkan uji Sobel Test Statistic sebesar nilai -1,6947, One Tailed Probability sebesar 0,0450 < 0,05 dan Two Tailed Probability 0,0901 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Pengangguran tidak mampu memediasi Jumlah Tenaga Kerja terhadap Poverty Gap Index. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadan(Pasaribu, Batubara, & Rahmani, 2022), Maryam Batubara, dan Nur Ahmadi Bi Rahmani (2022) yang menyatakan bahwa tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap kemiskinan

 

Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan dari analisis penelitian ini adalah bahwa Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Poverty Gap Index. Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Poverty Gap Index. Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Poverty Gap Index. Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengangguran. Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengangguran. Pengangguranmampu memediasi pengaruh Pendidikan terhadap Poverty Gap Index. Sedangkan Pengangguran tidak mampu memediasi Jumlah Tenaga Kerja terhadap Poverty Gap Index. Keterbatasan dalam penelitian ini karena menggunakan data sekunder sehingga peneliti tidak terjun ke lapangan terkait kemiskinan yang ada di Sumatera Selatan sehingga diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan analisis data primer yang dimana bisa melihat kondisi lapangan terkait kemiskinan yang ada di Sumatera Selatan.

Berdasarkan kesimpulan diatas memberikan implikasi bahwa pendidikan penting dalam pembangunan ekonomi. Begitupun dengan pengangguran, semakin banyak pengangguran maka akan semakin menurun tingkat perekonomian. Maka hendaknya pemerintah untuk lebih memperhatikan di bidang pendidikan karena pendidikan adalah kunci utama untuk merubah perekonomian. Pendidikan adalah sebuah dasar dari tujuan pembangunan ekonomi negara. Dengan pendidikan yang tinggi, negara akan mempunyai sumber daya manusia yang lebih memadai yang nantinya bisa menyerap dan mengambangkan teknologi yang ada. Pendidikan yang tinggi akan meningkatkan kemampuan sehingga akan tercipatanya pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan. Banyaknya angka pengangguran terjadi karena banyak usia yang sudah siap kerja tetapi lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan kemampuan seseorang. Oleh karena itu lapangan pekerjaan yang tersedia tidak semua bisa dilamar oleh calon pekerja. Adanya pelatihan khusus mengenai peningkatan skill perlu dilakukan dan diselenggarakan oleh pemerintah dengan dana yang tentu saja ramah di kantong masyarakat menengah kebawah. Dan juga perlu adanya kesadaran masyarakat mengenai pendidikan agar masyarakat tidak memandang sebelah mata bahwa pendidikan sebenarnya adalah kunci utama dari pembangunan ekonomi negara.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Agustina, Eka, Syechalad, Mohd Nur, & Hamzah, Abubakar. (2018). Pengaruh jumlah penduduk, tingkat pengangguran dan tingkat pendidikan terhadap kemiskinan di Provinsi Aceh. Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam (Darussalam Journal of Economic Perspec, 4(2), 265�283.

 

Alwi, Ahmad Afwan, Syaparuddin, Syaparuddin, & Hardiani, Hardiani. (2021). Pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan terhadap kemiskinan dengan pengangguran sebagai variabel intervening di Provinsi Jambi 2004-2018. E-Jurnal Perspektif Ekonomi Dan Pembangunan Daerah, 10(2), 83�92.

 

Apriliani, Aini Rizqa. (2023). Pengaruh Pengangguran Terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan di Provinsi Aceh ( Unemployment Effect of Poverty Gap Index in Aceh Province ). 8, 73�81.

 

Bintang, Aria Bhaswara Mohammad, & Woyanti, Nenik. (2018). Pengaruh PDRB, Pendidikan, Kesehatan, Dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengah (2011-2015). Media Ekonomi Dan Manajemen, 33(1).

 

Chrisnandi, Yuddy. (2019). Dari Kyiv Menulis Indonesia. Madani Institute.

 

Hidayat, Angga, & Sadewa, Prima. (2020). Pengaruh Penggunaan Aplikasi Eviews Terhadap Sikap Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Statistik. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 4(1), 321�328.

 

Lendentariang, Deysy, Engka, Daisy S. M., & Tolosang, Krest D. (2019). Pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran dan jumlah penduduk terhadap kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 19(02).

 

Manoppo, Juergen J. E., Engka, Daisy S. M., & Tumangkeng, Steeva Y. L. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Kota Manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 18(2).

 

Meimela, Aida. (2020). Model Hubungan Jumlah Pengangguran dan Indeks Kedalaman Kemiskinan di Pulau Sumatera Tahun 2019 Menggunakan Regresi Nonparametrik Splines. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Pembangunan, 20(2), 97�104.

 

Pasaribu, Ramadan, Batubara, Maryam, & Rahmani, Nur Ahmadi Bi. (2022). Pengaruh Tenaga Kerja, Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Padang Lawas. Jurnal Akuntansi Dan Pajak, 22(22), 1�13.

 

Prawira, Syurifto. (2018). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Provinsi, Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pengangguran Terbuka Di Indonesia. Jurnal Ecogen, 1(4), 162. https://doi.org/10.24036/jmpe.v1i1.4735

 

Sitanggang, Dessy Chayani Elisabeth. (2020). Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Dan Tenga Kerja Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Sumatera Utara. CERMIN: Jurnal Penelitian, 4(2), 225. https://doi.org/10.36841/cermin_unars.v4i2.615

 

Statistik, Badan Pusat, Incicx, Consumer Price, Model, Maintcixincc, & Consulinclo, Mitra Pacific. (2021). Brs. Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret, 202.

 

Widiansyah, Apriyanti. (2017). Peran ekonomi dalam pendidikan dan pendidikan dalam pembangunan ekonomi. Cakrawala: Jurnal Humaniora Bina Sarana Informatika, 17(2), 207�215.

������

Copyright holder:

Malikal Mulki Octadyla, Iffatur Rohmah, Maya Panorama (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: