Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November
2022
Malikal Mulki Octadyla, Iffatur Rohmah, Maya Panorama
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat Pendidikan, Jumlah Tenaga Kerja serta implikasinya terhadap Poverty Gap Index melalui tingkat Pengangguran di Sumatera Selatan Tahun 2016-2021. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data sekunder dan mengambil data dari Badan Pusat Statistika Sumatera Selatan terdiri dari 17 Kabupaten serta menggunakan alat bantuan statistika E-Views 12. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan, Jumlah Tenaga Kerja, dan Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Poverty Gap Index.. Pendidika dan Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengangguran. Pengangguran� mampu memediasi pengaruh Pendidikan terhadap Poverty Gap Index. Sedangkan Pengangguran tidak mampu memediasi Jumlah Tenaga Kerja terhadap Poverty Gap Index. Implikasi dari penelitian ini adalah peningkatan di bidang pendidikan sangat penting karena pendidikan adalah kunci utama dalam pembangunan ekonomi.
Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Jumlah Tenaga Kerja, Poverty Gap Index, Tingkat�� Pengangguran, Implikasi
Abstract (12pt
Bold)
This study aims to determine the effect of
education level, the number of workers and the implications for the Poverty Gap
Index through the unemployment rate in South Sumatra in 2016-2021. This study
uses quantitative methods using secondary data and retrieves data from the
Central Bureau of Statistics of South Sumatra, consisting of 17 districts,
using the statistical tool E-Views 12. The results of this study indicate that
education, the number of workers, and unemployment have a positive and
significant effect on Poverty Gap Index. Education and Total Workforce have a
positive and significant effect on Unemployment. Unemployment can mediate the
influence of Education on the Poverty Gap Index. Meanwhile, unemployment cannot
mediate the number of workers against the Poverty Gap Index. This research
implies that improvement in education is very important because education is
the main key to economic development.
Keywords: Education Level, Total Workforce, Poverty Gap
Index, Unemployment Rate, Implications
Pendahuluan
Kemiskinan� merupakan�
salah� satu� masalah�
yang selalu� dihadapi� oleh�
manusia.� Masalah kemiskinan� itu�
sama� dengan� usia�
kemanusiaan� itu� sendiri�
dan� implikasi� permasalahannya dapat�� melibatkan��
keseluruhan�� aspek�� kehidupan��
manusia,�� walaupun�� seringkali�
tidak�� disadari kehadirannya� sebagai�
masalah� oleh� manusia�
yang� bersangkutan. Bagi� mereka�
yang� tergolong miskin,� kemiskinan�
adalah� sesuatu� yang�
nyata� ada� dalam�
kehidupan� mereka� sehari-hari,�
karena mereka� itu� merasakan�
dan� menjalani� sendiri�
bagaimana� hidup� dalam�
kemiskinan,� walaupun
demikian� belum� tentu�
mereka� itu� sadar�
akan� kemiskinan� yang�
mereka� jalani,� kesadaran�
akan kemiskinan itu yang mereka jalani baru akan terasa pada waktu
mereka membandingkan kehidupan yang�
mereka� jalani� dengan�
kehidupan� orang� lain�
yang� tergolong� mempunyai�
tingkat� kehidupan social� ekonomi�
yang� lebih� tinggi. (Lendentariang, Engka, &
Tolosang, 2019)
Permasalahan
kemiskinan tidak hanya berfokus pada bagaimana cara untuk mengurangi jumlah
penduduk miskin, tetapi ado faktor lain yang harus diperhatikan yaitu tingkat
indeks kedalaman kemiskinan atau poverty gap index. Semakin tinggi indeks
kedalaman kemiskinan maka akan semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari
garis kemiskinan. Salah satu pulau di Indonesia yaitu pulau Sumatera adalah
pulau dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia. Berdasarkan proteksi
penduduk tahun 2020, jumlah penduduk di pulau Sumatera mencapai 21.89 persen
dari jumlah penduduk Indonesia. Sementara di tahun 2019 jumlah penduduk miskin
di pulau sumatera sebesar 10,54 persen dari total jumlah penduduk miskin yang
ada di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah perlu memperhatikan angka
kemiskinan yang terjadi di pulau Sumatera, tidak terbatas hanya pulau jawa dan
daerah terpencil saja. (Meimela, 2020)
Permasalahan
mengenai kemiskinan sudah menjadi pembicaraan global. Pencarian solusi untuk
mengurangi tingkat kemiskinan terus dilakukan para pemimpin negara atau
perangkat negara yang mempunyai kebijakan dan kewenangan dalam mengatur
pemerintahan dan rakyat. Banyak upaya telah dilakukan, seperti pada Pendidikan
yaitu adanya dana BOS dimana anak-anak yang ingin bersekolah tapi tidak
mempunyai cukup dana bisa tetap melanjutkan sekolah karena pada dasarnya
sekarang ini, sudah banyak sekolah negeri yang tidak meminta uang pembayaran
sekolah agar keluarga yang memiliki kekurangan ekonomi tetap bisa menyekolahkan
anak-anaknya sampai di batas waktu pendidikan yaitu minimal 12 tahun. Rendahnya
tingkat Pendidikan di negara berkembang menyebabkan salah satu permasalahan
dunia yaitu kemiskinan. Juergen dalam penelitiannya yang dikutip dari rizal
(2008) membuktikan bahwa sumber dari poverty traps di Indonesia adalah
Pendidikan, kesehatan, kondisi geografis, total asset dan social capital.(Manoppo, Engka, &
Tumangkeng, 2018)
Tingkat
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran
dan kemiskinan dalam suatu negara. Ahmad, Syaparuddin dan Hardiani menyebutkan
dalam penelitiannya bahwa Pendidikan adalah salah satu modal dasar yang
dimiliki manusia yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan pembangunan yang
berkelanjutan. Semakin tinggi tingkat Pendidikan seseorang maka semakin tinggi
pula kemampuan kerjanya. Kondisi persaingan yang semakin ketat dan diiringi
dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih tentu membuthkan seumber daya
manusia yang berkualitas. Semakin tinggi Pendidikan seseorang maka keahlian
yang dimiliki juga semakin meningkat sehingga dapat memberikan dorongan dan
dapat menghasilkan produktivitas kerja yang semakin baik. (Alwi, Syaparuddin, &
Hardiani, 2021)
Masalah
pendidikan selalu dikaitkan dengan permasalahan ekonomi secara langsung maupun
tidak langsung. Peran pendidikan dalam pertumbuhan pembangunan ekonomi harus
diakui. Pendidikan masyarakat harus dilihat sebagai sebuah �modal� dalam
pembangunan ekonomi jangka panjang karena peran pendidikan dapat dirasakan.
Sebuah konsep pendidikan sebagai investasi sudah berkembang dengan cepat dan
diyakini oleh banyak negara bahwa kunci dari pertumbuhan ekonomi. Semakin
berkembangnya sector pendidikan yang ada di suatu negara maka akan semakin
berkembang juga perekonomian negara tesebut karena adanya human capital
investment (Widiansyah, 2017).
Pembangunan
nasional mempunyai visi yaitu meningkatkan perekonomian agar mampu menciptakan
lapangan kerja dan menciptakan kehidupan yang layak bagi rakyat. Misi
pembangunan yaitu mewujudkan Indonesia yang sejahtera dengan salah satu tujuan
yang harus dicapai yaitu menurunkan tingkat kemiskinan. Mengetahui sukses atau
tidaknya suatu negara dilihat dari angka kemiskinan yang ada di negara
tersebut. Semakin kecil angka kemiskinan berarti negara tersebut telah sukses
menata dan menciptakan kesejahteraan untuk rakyatnya. Pembangunan yang
dilakukan di suatu negara harus dilihat apakah pembangunan tersebut dapat
mengurangi tingkat kemiskinan atau tidak berdampak apapun. Penanggulangan
kemiskinan telah banyak diupayakan oleh pemerintah akan tetapi hasilnya belum
optimal.� (Muhammad, dkk 2020)
Tujuan
pembangunan nasional Indonesia telah tertera pada Undang-Undang 1945 yaitu
memajukan kesejahteraan umum. menurut BPS pada tahun 2016 kesejahteraan umum
yang dimaksud adalah kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan material, spiritual
dan social penduduk negara agar bisa hidup dengan layak dan mengembangkan diri
sehingga bisa melaksanakan fungsi social dan ekonomi. Kesejahteraan umum di
Indonesia dapat dilihat berdasarkan tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia.
Adanya hubungan yang tidak signifikan antara tingkat kemiskinan di Indonesia
seperti semakin rendah tingkat kemiskinan maka semakin tinggi kesejahteraan
rakyatnya.(Bintang & Woyanti, 2018)
Menurut
data Badan Pusat Statistik, angka kemiskinan pada tahun 2022 Sumatera Selatan
naik sebesar 0,05 persen poin dari 11,90 persen menjadi 11,95 persen. Sedangkan
jumlah penduduk miskinnya juga naik sebanyak 10,30 ribu orang dari 1.044,69
ribu orang menjadi 1.054,99 ribu orang. Persentase penduduk miskin di daerah
perkotaan pada September 2021 sebesar 11,99 persen turun menjadi 11,23 persen
pada Maret 2022 d naik menjadi 11,37 persen pada September 2022. (Statistik, Incicx, Model,
& Consulinclo, 2021).
Sumber: Badan Pusat
Statistika, 2023
Berdasarkan grafik 1 di atas
menyatakan bahwa dari data Badan Pusat Statistika jumlah penduduk miskin
berdasarkan provinsi, peneliti mengambil 5 provinsi saja yaitu Sumatera
Selatan, Riau, Bengkulu, Jambi, dan Bangka Belitung. Terdapat angka paling
tertinggi ada di Sumatera Selatan pada tahun 2021 sebesar 1114 ribu jiwa
penduduk miskin, sedangkan Riau sebesar 501 ribu jiwa, Bengkulu sebesar 306
ribu jiwa, Jambi sebesar 294 ribu jiwa, dan Bangka Belitung sebesar 73 ribu
jiwa. (Statistik
et al., 2021).
Masyarakat sekarang tidak bisa
mengikuti keadaan yang mengakibatkan pengangguran serta konsekuensi dari banyak
jumlah penduduk yang menganggur terjadi karena rendahnya pendidikan seseorang.
Di zaman modern sekarang pendidikan berkaitan dengan fenomena kemiskinan,
semakin tinggi pendidikan seseorang sekarang banyak menganggur serta
menyebabkan masalah serius bagi masyarakat sekitar. Pengangguran� yang disebabkan� oleh�
lulusan pendidikan tinggi tersebut tidak memanfaatkan� sumber��
daya�� manusia�� dengan��
baik. Pemerintah bertanggung�
jawab� untuk� mengatasi�
masalah� tersebut.
Sistem� pendidikan�
diamati� tidak� sesuai�
dengan� keterampilan� dan�
pendidikan� yang diperlukan di
lapangan pekerjaan. Fenomena� ini� akan�
mendorong� proses� kenaikan�
kesejahteraan� masyarakat� serta turunnya� angka�
kemiskinan. Maka� dari itu peluang
kesempatan� kerja� yang terbuka�
bagi masyarakat miskin wajib diperhatikan dalam rangka mempertahankan
daya beli sehingga setiap� terjadi� peningkatan�
pendapatan� akan� lebih�
berarti� untuk� mencukupi�
kebutuhan dasar� atau� dalam�
hal� meningkatkan� kualitas�
hidup.(Alwi et al., 2021)
Pemerintah mengeluarkan
kebijakan� pemerintah seperti telah
menetapkan� suatu� kebijakan�
untuk� membeli� barang�
dan� jasa,� pengeluaran�
pemerintah� mencerminkan
biaya� yang� harus�
dikeluarkan� oleh� pemerintah�
untuk� melaksanakan� kebijakan�
tersebut.� Pemerintah tentu� saja�
tidak� hanya� melakukan�
pengeluaran,� tetapi� juga�
memperoleh� penerimaan.� Penerimaan�
dan pengeluaran� pemerintah� dimasukkan�
dalam� suatu� konsep�
terpadu� mengenai� pendapatan�
dan� belanja negara. Peranan ini
dapat dilakukan dalam bentuk intervensi secara laungsung maupun tidak langsung.
Pemerintah�� melakukan��
banyak�� sekali�� pengeluaran��
untuk membiayai�
kegiatan-kegiatannya.�
Pengeluaran-pengeluaran� itu� bukan�
saja� untuk� menjalankan�
roda pemerintah sehari-hari, akan tetapi juga membiayai kegiatan
perekonomian. Bukan berarti pemerintah turut�
berbisnis,� melainkan� dalam�
arti� pemerintah� harus�
menggerakan� dan� merangsang�
kegiatan ekonomi�� secara�� umum.��
Pemerintah�� yang�� baik��
harus�� senantiasa�� berusaha��
menghindari�� dan memperbaiki
kegagalan pasar demi tercapainya efisiensi.
(Agustina, Syechalad, &
Hamzah, 2018)dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa tingkat pengangguran dan tingkat pendidikan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kemiskinan sedangkan jumlah penduduk tidak berpengaruh
signifikan terhadap kemiskinan. Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh (Alwi et al., 2021)menyebutkan bahwa tidak adanya
pengaruh signifikan dari pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan terhadap
pengangguran. Pengaruh yang signifikan berada pada pertumbuhan ekonomi terhadap
kemiskinan. Tingkat pendidikan terhadap tingkat kemiskinan tidak berpengaruh
signifikan. Adanya pengaruh siginifikan dari pengangguran terhadap kemiskinan.
Pengangguran merupakan variabel intervening antara pertumbuhan ekonomi terhadap
kemiskinan karena variabel pengangguran menambah pengaruh terhadap kemiskinan,
pengangguran bukan variabel intervening karena tidak menambah pengaruh antara
tingkat pendidikan terhadap kemiskinan.
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Human Development Theory, adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
UNDP pada tahun 2019 untuk memperbaiki konsep analisis sumber daya manusia
sebelumnya yang berlandaskan produk domestic bruto atau rata-rata pendapatan
perkapita.(afid,2019). Menurut UNDP dalam afid, pedapatan rata-rata tidak
secara detail menggambarkan kondisi sumber daya manusia di suatu wilayah. Hal
ini karena kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin cenderung tinggi,
sehingga penduduk yang pada dasarnya miskin akan terdata memiliki kesejahteraan
lebih tinggi. Menurut badan pusat statistik, 2021, Poverty gap index atau biasa
disebut dengan indeks kedalaman kemiskinan merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, maka akan semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Kenaikan dan penurunan pertumbuhan
ekonomi serta kemiskinan, tidak terlepas dari beberapa faktor yang ada antara
lain, tingkat pengangguran dan tenaga kerja. (gabriella, dkk. 2022)
Menurut Badan Pusat Statistik
(2021), tingkat pengangguran didefinisikan sebagai rasio jumlah pengangguran
terhadap jumalh total karyawan, dan pengangguran itu sendiri mengacu pada
mereka yang sedang tidak bekerja. Pengangguran memiliki definisi perkumpulan
yang sedang mencari pekerjaan atau orang-orang yang sedang bersiap-siap untuk
Gerakan bisnis, atau yang merasa sulit untuk mencari lapangan pekerjaan baru,
atau sudah bekerja namun belum memulai menurut Padli, 2021 melalui Gabriella,
2022. Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2021, Angkatan kerja adalah
jumlah pendnduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai suatu pekerjaan
tapi sebentar saja menganggur dan menganggur.
Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis besarnya Tingkat Pendidikan, Jumlah Tenaga Kerja Serta
Implikasinya Terhadap Poverty Gap Index Melalui Tingkat Pengangguran Di
Sumatera Selatan Tahun 2016-2021.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan aplikasi Eviews
12. Eviews adalah program komputasi statistik yang menawarkan para peneliti
atau akademisi, perusahaan, agen-agen pemerintah, dan siswa atau mahasiswa
untuk mengakses alat perhitungan statistik, peramalan dan permodelan yang luar
biasa hebat melalui tampilan antarmuka (user interface) yang berorientasi objek
serta inovatif dan mudah digunakan. (Hidayat & Sadewa, 2020)
Metode
Kuantitatif merupakan penelitian untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel umumnya diambil secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau
statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis.
Sumber
data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil melalui
website resmi Badan Pusat Statistika dengan data laporan mengenai tingkat
pendidikan, jumlah tenaga kerja, kemiskinan dan tingkat pengangguran. Data yang
digunakan adalah data panel. Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian
yakni seluruh Kabupaten yang ada di Sumatera Selatan. Jumlah dari keseluruhan
Kabupaten ada 17 Kabupaten pada website Badan Pusat Statistika dari data jumlah
pengangguran, jumlah kemiskinan, jumlah tenaga kerja dan jumlah tingkat
pendidikan di provinsi Sumatera Selatan tahun 2016-2021. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi data panel dan sobel test.
Gambar 1
Model
Konseptual
Sumber: diolah peneliti, 2023
Hasil dan
Pembahasan
Pemilihan Metode
Berdasarkan hasil Uji Struktural I dengan metode Uji Chow Struktural I dan hasil Uji Chow lihat dari cross-section chi square sebesar 0.000 < 0.05 artinya menggunakan model Fixed Effect Model (FEM). Sedangkan Uji Hausman Struktural I dilihat dari cross-section random sebesar 0.227 > 0.05 artinya metode terbaik menggunakan metode Random Effect Model (REM). Dan nilai Uji Lagrange Multipier Struktural I dilihat dari Breus ch-pagan pada cross-section sebesar 0.000 < 0.05 maka metode yang baik digunakan adalah metode Random Effect Modal (REM).
Pemilihan Uji Struktural II hasil Uji Chow dapat lihat dari cross-section chi square sebesar 0.000 < 0.05 artinya menggunakan model Fixed Effect Model (FEM). Sedangkan Uji Hausman Struktural II dapat dilihat dari cross-section random sebesar 0.080 > 0.05 artinya metode terbaik menggunakan Random Effect Model (REM). Dan hasil Uji� Lagrange Multiplier (LM) Struktural II dapat dilihat dari Breus ch-pagan pada cross-section sebesar 0.000 < 0.05 maka metode yang baik digunakan adalah metode Random Effect Model (REM).
�� Model
ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling
berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random Effect Model perbedaan intersep diakomodasi oleh error
terms masing-masing perusahaan. Keuntungan menggunakan Random Effect Model ini yaitu perlu lagi uji asumsi klasik. Model ini
disebut juga dengan Error Component Model (ECM). Metode yang tepat untuk
mengakomodasi model random effect ini adalah Generalized Least Square
(GLS). (Gujarati, Porter, 2009)
Tabel 1
Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan, Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Poverty
Gap Index
Sumber: Data diolah, 2023
Hasil ouput menyatakan bahwa Pendidikan berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap poverty gap index dan memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000 >
0.05 yang artinya Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti
hipotesis ini diterima, bahwa Pendidikan memiliki pengaruh terhadap poverty gap index. Maka dapat disimpulkan bahwa� dari� adanya peningkatan pendidikan
akan
mengurangi terjadinya poverty
gap index. Selain itu penelitian ini juga menyatakan bahwa semakin
tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh, maka kemiskin menurun. Kebijakan yang terkait dengan peningkatan
kapasitas manusia (human capital development) sangat diperlukan untuk
membebaskan mereka dari belenggu kemiskinan kronis. Salah satunya melalui
pendidikan, dimana pendidikan merupakan investasi jangka panjang mereka agar
dapat secara permanen keluar dari kemiskinan.
Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap poverty
gap index dan
memperoleh nilai probabilitas sebesar 0,019 > 0.05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti hipotesis ini diterima, bahwa jumlah tenaga kerja memiliki
pengaruh terhadap poverty gap index. Maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan jumlah tenaga kerja akan menurunkan kemiskinan. Hal ini diperkuat
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dessy Chayani Elisabeth(Sitanggang, 2020) yang menyatakan bahwa Jumlah Tenaga Kerja
berpengaruh positif terhadap kemiskinan.
Pengangguran berpengaruh positif dan
signifikan terhadap poverty gap index dan memperoleh nilai probabilitas
sebesar 0,025 > 0.05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
hipotesis ini diterima. Maka dapat disimpulkan apabila kita akan keliru bila
berasumsi bahwa setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin
sedangkan mereka yang bekerja paruh waktu relatif mempunyai penghasilan yang
cukup baik. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aini,
Safrida, dan Fajri (2023) yang menyatakan bahwa pengangguran
berpengaruh terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan.
Tabel 2
Pengaruh Pendidikan, Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Pengangguran
Sumber: Data diolah, 2023
Pendidikan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Pengangguran dan memperoleh nilai probabilitas sebesar
0,000 < 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti hipotesis
ini diterima.� Maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan berperan dalam membentuk kemampuan untuk mampu menyerap
teknologi modern dan untuk mengembangkan kemampuan seseorang agar dapat menciptakan
kondisi pertumbuhan dan pembangunan yang terus menerus. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Syurifto (Prawira, 2018)menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh
terhadap pengangguran.
Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Pengangguran dan memperoleh nilai probabilitas
sebesar 0,001 < 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
hipotesis ini diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin meningkat jumlah
tenaga kerja maka tingkat pengangguran menurun. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Fandi Chandra (Hidayat &
Sadewa, 2020)yang menyatakan bahwa tenaga kerja
berpengaruh terhadap pengangguran.
Tabel 3
Sobel Test
Variabel |
Sobel Test
Statistic |
One Tailed
Probability |
Two Tailed
Probability |
X1 |
2.1037 |
0.0177 |
0.0354 |
X2 |
-1.6947 |
0.0450 |
0.0901 |
Sumber: Data diolah,2023
Berdasarkan hasil uji Sobel
Test Statistic sebesar nilai 2,1037, One Tailed Probability sebesar
0,0177 < 0,05 dan Two Tailed Probability 0,0354 < 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa Pengangguran� mampu
memediasi pengaruh Pendidikan terhadap Poverty Gap Index. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Rizky Agung (Chrisnandi, 2019)yang menyatakan bahwa pendidikan dan
pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan.
Sedangkan uji Sobel Test Statistic
sebesar nilai -1,6947, One Tailed Probability sebesar 0,0450 < 0,05
dan Two Tailed Probability 0,0901 < 0,05. Maka dapat disimpulkan
bahwa variabel Pengangguran tidak mampu memediasi Jumlah Tenaga Kerja terhadap Poverty
Gap Index. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadan(Pasaribu,
Batubara, & Rahmani, 2022), Maryam Batubara, dan Nur Ahmadi Bi
Rahmani (2022) yang menyatakan bahwa tenaga kerja
berpengaruh negatif terhadap kemiskinan
Kesimpulan
Berdasarkan
kesimpulan dari analisis penelitian ini adalah bahwa Pendidikan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Poverty Gap Index. Jumlah Tenaga Kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Poverty Gap Index. Pengangguran
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Poverty Gap Index. Pendidikan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengangguran. Jumlah Tenaga Kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengangguran. Pengangguran� mampu memediasi pengaruh Pendidikan terhadap
Poverty Gap Index. Sedangkan Pengangguran tidak mampu memediasi Jumlah Tenaga
Kerja terhadap Poverty Gap Index. Keterbatasan dalam penelitian ini karena
menggunakan data sekunder sehingga peneliti tidak terjun ke lapangan terkait
kemiskinan yang ada di Sumatera Selatan sehingga diharapkan kepada peneliti
selanjutnya untuk menggunakan analisis data primer yang dimana bisa melihat
kondisi lapangan terkait kemiskinan yang ada di Sumatera Selatan.
Berdasarkan
kesimpulan diatas memberikan implikasi bahwa pendidikan penting dalam
pembangunan ekonomi. Begitupun dengan pengangguran, semakin banyak pengangguran
maka akan semakin menurun tingkat perekonomian. Maka hendaknya pemerintah untuk
lebih memperhatikan di bidang pendidikan karena pendidikan adalah kunci utama
untuk merubah perekonomian. Pendidikan adalah sebuah dasar dari tujuan
pembangunan ekonomi negara. Dengan pendidikan yang tinggi, negara akan
mempunyai sumber daya manusia yang lebih memadai yang nantinya bisa menyerap
dan mengambangkan teknologi yang ada. Pendidikan yang tinggi akan meningkatkan
kemampuan sehingga akan tercipatanya pertumbuhan dan pembangunan yang
berkelanjutan. Banyaknya angka pengangguran terjadi karena banyak usia yang sudah
siap kerja tetapi lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan
kemampuan seseorang. Oleh karena itu lapangan pekerjaan yang tersedia tidak
semua bisa dilamar oleh calon pekerja. Adanya pelatihan khusus mengenai
peningkatan skill perlu dilakukan dan diselenggarakan oleh pemerintah dengan
dana yang tentu saja ramah di kantong masyarakat menengah kebawah. Dan juga
perlu adanya kesadaran masyarakat mengenai pendidikan agar masyarakat tidak
memandang sebelah mata bahwa pendidikan sebenarnya adalah kunci utama dari
pembangunan ekonomi negara.
BIBLIOGRAFI
Agustina, Eka, Syechalad, Mohd Nur, & Hamzah,
Abubakar. (2018). Pengaruh jumlah penduduk, tingkat pengangguran dan tingkat
pendidikan terhadap kemiskinan di Provinsi Aceh. Jurnal Perspektif Ekonomi
Darussalam (Darussalam Journal of Economic Perspec, 4(2), 265�283.
Alwi, Ahmad Afwan, Syaparuddin, Syaparuddin, &
Hardiani, Hardiani. (2021). Pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan
terhadap kemiskinan dengan pengangguran sebagai variabel intervening di
Provinsi Jambi 2004-2018. E-Jurnal Perspektif Ekonomi Dan Pembangunan Daerah,
10(2), 83�92.
Apriliani, Aini Rizqa. (2023). Pengaruh
Pengangguran Terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan di Provinsi Aceh (
Unemployment Effect of Poverty Gap Index in Aceh Province ). 8,
73�81.
Bintang, Aria Bhaswara Mohammad, & Woyanti, Nenik.
(2018). Pengaruh PDRB, Pendidikan, Kesehatan, Dan Pengangguran Terhadap Tingkat
Kemiskinan Di Jawa Tengah (2011-2015). Media Ekonomi Dan Manajemen, 33(1).
Chrisnandi, Yuddy. (2019). Dari Kyiv Menulis
Indonesia. Madani Institute.
Hidayat, Angga, & Sadewa, Prima. (2020). Pengaruh
Penggunaan Aplikasi Eviews Terhadap Sikap Belajar dan Kemampuan Pemecahan
Masalah Statistik. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 4(1), 321�328.
Lendentariang, Deysy, Engka, Daisy S. M., &
Tolosang, Krest D. (2019). Pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran
dan jumlah penduduk terhadap kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi, 19(02).
Manoppo, Juergen J. E., Engka, Daisy S. M., &
Tumangkeng, Steeva Y. L. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kemiskinan Di Kota Manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 18(2).
Meimela, Aida. (2020). Model Hubungan Jumlah
Pengangguran dan Indeks Kedalaman Kemiskinan di Pulau Sumatera Tahun 2019
Menggunakan Regresi Nonparametrik Splines. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan
Pembangunan, 20(2), 97�104.
Pasaribu, Ramadan, Batubara, Maryam, & Rahmani,
Nur Ahmadi Bi. (2022). Pengaruh Tenaga Kerja, Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Padang Lawas. Jurnal Akuntansi Dan
Pajak, 22(22), 1�13.
Prawira, Syurifto. (2018). Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Upah Minimum Provinsi, Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pengangguran
Terbuka Di Indonesia. Jurnal Ecogen, 1(4), 162.
https://doi.org/10.24036/jmpe.v1i1.4735
Sitanggang, Dessy Chayani Elisabeth. (2020). Analisis
Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Dan Tenga Kerja Terhadap Kemiskinan Di
Provinsi Sumatera Utara. CERMIN: Jurnal Penelitian, 4(2), 225.
https://doi.org/10.36841/cermin_unars.v4i2.615
Statistik, Badan Pusat, Incicx, Consumer Price, Model,
Maintcixincc, & Consulinclo, Mitra Pacific. (2021). Brs. Profil
Kemiskinan Di Indonesia Maret, 202.
Widiansyah, Apriyanti. (2017). Peran ekonomi dalam
pendidikan dan pendidikan dalam pembangunan ekonomi. Cakrawala: Jurnal
Humaniora Bina Sarana Informatika, 17(2), 207�215.
������
Copyright holder: Malikal Mulki Octadyla, Iffatur
Rohmah, Maya Panorama (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |