Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia� p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 11, November 2022

 

PENGETAHUAN, SIKAP, ZAT PENGAWET, PEWARNA BERBAHAYA TERHADAP TINDAKAN SISWA DALAM PEMILIHAN JAJANAN DI SMP

 

Chatrine Virginia Tamara, Febriantika

Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 


Abstrak

Jajanan anak sekolah sangat beragam jenisnya, dapat berupa makanan dan minuman. Kebiasaan orang tua yang tidak menyediakan bekal dan memberi uang jajan kepada anak-anaknya sudah berlangsung sejak lama. Meskipun di sekolah ada kantin sekolah, banyak anak-anak sekolah yang jajan sembarangan dan membeli makanan dan minuman jajanan dari pedagang pangan jajanan yang menjajakan dagangannya di sekitar sekolahnya. Sampai saat ini tingkat keamanan jajanan anak sekolah memprihatinkan. Penyalahgunaan bahan kimia berbahaya seperti formalin, boraks, rhodamin B, dan methanil yellow. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya terhadap tindakan siswa kelas VIII dalam pemilihan makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa, 2016. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain cross sectional dan teknik sampel yang digunakan dalam penelitian dengan jumlah sampel sebanyak 51 siswa yang dipilih dengan cara systematic sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakakan meliputi analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan pengetahuan tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya terhadap tindakan siswa kelas VIII dalam pemilihan makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa, 2016 dengan nilai p 0,024 dan adanya sikap tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya terhadap tindakan siswa kelas VIII dalam pemilihan makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa, 2016 dengan nilai p 0,002.

 

Kata Kunci: Jajanan; Pengetahuan; Sikap; Siswa; Tindakan.

 

Abstract

School children's snacks come in various kinds like food and beverages. Parents� habit, not providing home made food and pockey money to their children, has been going for a long time. Although school cafeteria is available, but many school children carelessly buy food and beverage snacks from the hawkers out side the school. The safety level of the snack sold outside the school was still low because of its dangerous chemical contents such as formalin, borax, rhodamin B, and methanil yellow. The purpose of this study was to determine the the correlation of knowledge and attitude about the hazardous food additive and coloring towards the student behavior in selecting snack in SMP Methodist Tanjung Morawa in 2016. This research used observational method with cross sectional design and the samples were taken by systematic sampling technique researching 51 students. The data were collected through interviews and questionnaires. The data were analysed withunivariate and bivariate analysis using Chi Square test. The result of this research showed that there was a correlation between the knowledge about dangerous food preservative and coloring to the action of VIII grader students when selection the snak at SMP Methodist Tanjung Morawa, p value= 0,024 and the attitude showed the valus of p = 0,002.

 

Keywords: Snack; Knowledge; Attitude; Student; Behaviour.

 

Pendahuluan

Pangan jajanan merupakan salah satu jenis makanan yang sangat dikenal dan umum di masyarakat, terutama anak usia sekolah. Anak sekolah biasanya membeli pangan jajanan pada penjaja pangan jajanan di sekitar sekolah atau di kantin sekolah. Oleh karena itu, penjaja berperan penting dalam penyediaan pangan jajanan yang sehat dan bergizi serta terjamin keamanannya (Pratiwi et al., 2020). Anak-anak yang memakan jajanan akan mempunyai konstribusi energi 31%. Jadi 1/3 energinya ketika berada di sekolah didukung oleh makanan yang tidak sehat (Dini et al., 2017).

Ternyata makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Akan, tetapi keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan (Priawantiputri et al., 2019). Kebiasaan jajan makanan yang dijual bebas atau tersedia di kantin-kantin sekolah belum tentu memenuhi kebutuhan gizi seorang anak, dan bisa saja makanan yang dijual bebas tersebut belum tentu higienis atau bebas dari penyakit atau terdapat bahan-bahan pengawet makanan (Ratnawaty et al., 2022).

Anak sekolah yang mempunyai kebiasaan makan makanan jajanan, cenderung menjadi budaya dalam keluarga, dalam hal ini berarti kebiasaan anak yang suka jajan makanan salah satu faktor dari keluarga yang mungkin membiasakan atau secara tak langsung mengajarkan anaknya sendiri gemar jajan karena pemberian uang jajan yang berlebihan (Wahyuningsih & Nurhidayah, 2021). Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pemilihan makanan jajanan meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup pengetahuan khususnya pengetahuan gizi, kecerdasan, persepsi, emosi sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan, kebudayaan dan motivasi dari luar (Anjani et al., 2021).

Jajanan anak sekolah sangat beragam jenisnya, dapat berupa makanan dan minuman. Kebiasaan orang tua yang tidak menyediakan bekal dan memberi uang jajan kepada anak-anaknya sudah berlangsung sejak lama. Meskipun di sekolah ada kantin sekolah, banyak anak-anak sekolah yang jajan sembarangan dan membeli makanan dan minuman jajanan dari pedagang pangan jajanan yang menjajakan dagangannya di sekitar sekolahnya. Sampai saat ini tingkat keamanan pangan jajanan anak sekolah memprihatinkan. Penyalahgunaan bahan kimia berbahaya seperti formalin dan rhodamin B (Makanan, 2008).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 239/MENKES/PER/V/1985 menyatakan bahwa zat pewarna seperti: rhodamin B, dengan nomor indeks warna 45170 dan methanil yellow dinyatakan sebagai bahan berbahaya (Permatahati & Yanti, 2021). Pemerintah sudah mengeluarkan larangan penggunaan bahan-bahan tertentu dalam makanan, seperti pewarna tekstil rodamin, pengawet boraks, formalin, atau melamin.� Lalu pemanis buatan siklamat dan sakarin atau bahan pengawet yang melebihi ambang batas juga dilarang. Peraturan Pemerintah yang memuat tentang bahan tambahan pangan antara lain: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan� Pangan� dalam� peraturan tersebut dijelaskan mengenai 27 jenis bahan tambahan pangan yang diperbolehkan dan peraturan ini� juga� disebutkan� bahan-bahan� yang dilarang� pemakaiannya� dalam� makanan (Nainggolan, 2018).

Pada bulan November 2005, Badan POM menguji makanan jajanan pada 195 sekolah dasar di 18 provinsi. Dari sampel yang diuji yakni: es sirup/ es cendol, minuman ringan, kue, makanan gorengan, kerupuk, dan saus ternyata mengandung rhodamin B (Yuliarti, 2007).

Sementara tahun 2007, Badan POM beserta ke 26 balai POM seluruh provinsi kembali melakukan survei, dari 2000 makanan yang disurvei di lingkungan sekolah, 45% tercemar bahaya pangan yakni: formalin, boraks, dan pewarna tekstil. Wujud fisik makanan berbahaya yang ditemukan disekolah umumnya bentuk bakso, sosis, sirup, kerupuk, dan makanan ringan (Sary et al., 2020).

Terdapat adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku anak memilih jajanan di SDN Sambikerep II/480 Surabaya. Sedangkan, di SMP Islam kota Malang pengetahuan siswa SMP tentang bahaya akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung zat pengawet dan pewarna berbahaya paling banyak berpengetahuan sangat baik yaitu 70%. Pada penelitian (Susiyawati, 2013)

SMP Methodist Tanjung Morawa merupakan Sekolah Menengah Pertama yang terletak di pusat kota Tanjung Morawa, sehingga akses terhadap makanan jajanan sangat mudah. SMP Methodist juga menerapkan kedisiplinan pada murid-muridnya antara lain: tidak boleh terlambat datang ke sekolah, selama proses belajar mengajar murid dilarang keluar kelas kecuali olahraga dan ke kamar mandi, murid dilarang jajan di luar pagar sekolah melainkan jajan dikantin atau membawa bekal sendiri, dan murid diperbolehkan jajan diluar pagar sekolah ketika jam proses belajar telah selesai (pulang sekolah). Berdasarkan survei yang dilakukan pada tanggal 13 September 2016 dan 03 Oktober 2016 di SMP Methodist Tanjung Morawa bahwa sekolah tersebut menjual makanan yang sehat dikantin seperti: nasi goreng + telur dadar, lontong sayur, nasi gurih + sambal tempe dan teri, rujak, dan aqua. Sedangkan diluar pagar sekolah, terdapat 4 orang pedagang menjual makanan jajanan dan minuman jajanan yang tidak sehat antara lain, bakso bakar, sosis tanpa merek dan saus tanpa merek, permen, makanan kemasan (snack), minuman tanpa merek, dan gorengan. Makanan jajanan tersebut dikatakan tidak sehat karena umumnya makanan jajanan yang dijual di sekolah tersebut tidak ada label, sehingga dikhawatirkan mengandung bahan yang dapat berbahaya bagi kesehatan.�

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pada zat pengawet dan pewarna berbahaya terhadap tindakan siswa kelas VIII dalam pemilihan makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa, 2016.

Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya terhadap tindakan siswa kelas VIII dalam pemilihan makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa, 2016. Memberikan informasi kepada guru dan orangtua tentang tindakan siswa dalam pemilih makanan dan minuman jajanan.

�

Metode Penelitian

Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan observasional dan menggunakan desain cross sectional dimana variabel bebas (pengetahuan dan sikap tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya pada pemilihan makanan) dan variabel terikat (tindakan siswa dalam pemilihan makanan jajanan sehat dan tidak sehat) dikumpulkan pada waktu bersamaan. Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Methodist Tanjung Morawa. Alasannya, berdasarkan survei pendahuluan banyak dijumpai penjual makanan jajanan yang tidak sehat di luar pagar sekolah dan menjual makanan yang sehat didalam kantin sekolah. Penjajakan lokasi dilakukan pada bulan September 2016 dan penelitian dilakukan dari bulan November 2016 � Juli 2017. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas VIII di SMP Methodist Tanjung Morawa yang berjumlah 104 siswa.

 

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMP Swasta Methodist Tanjung Morawa didirikan pada tahun 1993 dengan luas tanah sebesar � 4.500 M� yang jumlah siswa keseluruhan terdiri dari: laki-laki sebanyak 166 orang dan perempuan sebanyak 139 orang. SMP Swasta Methodist Tanjung Morawa merupakan Sekolah Menengah Pertama yang terletak di pusat kota Tanjung Morawa yang berada di Jl. Irian No. 239, Bandar Labuhan, Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, sehingga akses terhadap makanan jajanan sangat mudah.

SMP Swasta Methodist Tanjung Morawa menjual makanan yang sehat dikantin seperti: nasi goreng + telur dadar, lontong sayur, nasi gurih + sambal tempe dan teri, rujak, dan aqua. Sedangkan diluar pagar sekolah, terdapat pedagang yang menjual makanan jajanan dan minuman jajanan yang tidak sehat antara lain, bakso bakar, sosis tanpa merek dan saus tanpa merek, permen, makanan kemasan (snack), minuman tanpa merek, dan gorengan. Makanan jajanan tersebut dikatakan tidak sehat karena umumnya makanan jajanan yang dijual di luar pagar sekolah tersebut tidak ada label, sehingga dikhawatirkan mengandung bahan yang dapat berbahaya bagi kesehatan (Lampiran 10).

 

 

Karakteristik Siswa dan Orangtua

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya terhadap tindakan siswa kelas VIII dalam pemilihan makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa, 2016 didapatkan karakteristik umum subyek penelitian yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

 

Tabel 1

Karakteristik Sampel

Karakteristik

Kategori

Jumlah

%

Jenis Kelamin

Laki-Laki

30

58,8

 

Perempuan

21

41,2

 

Total

51

100

Umur

13 tahun

27

52,9

 

14 tahun

22

43,1

 

15 tahun

2

3,9

 

Total

51

100

Pekerjaan Orangtua

Ibu Rumah Tangga

5

9,8

 

Karyawan Swasta

8

15,7

 

Petani

3

5,9

 

PNS

8

15,7

 

POLRI

4

7,8

 

Wiraswasta

23

45,1

 

Total

51

100

 

Berdasarkan tabel 1, diketahui sebanyak 52,9% berusia 13 tahun dan hanya 3,9% yang bersusia 15 tahun. Dari tabel tersebut, siswa/i sampel laki-laki berjumlah 58,8% sedangkan perempuan berjumlah 41,2% dan pekerjaan orangtua yang paling banyak adalah wiraswasta (45,1%) dan yang paling sedikit adalah petani (5,9%).

 

Pengetahuan Dalam Pemilihan Makanan Jajanan

Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden, maka pengetahuan dikategorikan kedalam 2 kategori yakni kategori pengetahuan baik, dan kurang. Hasil pengukuran kategori dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

 

Tabel 2

Kategori Pengetahuan Responden SMP Methodist Tanjung Morawa Tentang Zat Pengawet Dan Zat Pewarna Berbahaya Dalam Pemilihan Makanan Jajanan

No

Kategori Pengetahuan

Jumlah Responden

n�

%

1

Baik

12

23,5

2

Kurang

39

76,5

Total

51

100

Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari dua per tiga (76,5%) siswa memiliki kategori pengetahuan kurang tentang zat pengawet dan zat pewarna berbahaya dalam pemilihan makanan jajanan. Salah satu contoh yaitu kebanyakan siswa menjawab bahwa zat pengawet adalah zat untuk mempercepat kerusakan pada bahan makanan.

 

Sikap Dalam Pemilihan Makanan Jajanan

Tabel 3. Kategori Sikap Responden SMP Methodist Tanjung Morawa Tentang Zat Pengawet Dan Zat Pewarna Berbahaya Dalam Pemilihan Makanan Jajanan Berdasarkan hasil wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan alat bantu kuisioner, maka sikap dikelompokkan menjadi baik dan kurang.

 

Tabel 3

Kategori Sikap Responden SMP Methodist Tanjung Morawa Tentang Zat Pengawet Dan Zat Pewarna Berbahaya Dalam Pemilihan Makanan Jajanan

No

Katagori Sikap

Jumlah Responden

N

%

1

Baik

21

41,2

2

Kurang

30

58,8

Total

51

100

 

Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih dari setengah (58,8%) memiliki kategori sikap kurang tentang zat pengawet dan zat pewarna berbahaya dalam pemilihan makanan jajanan. Dimana sikap siswa setuju dalam memilih makanan jajanan yang warnanya mencolok, walaupun siswa tersebut mengetahui makanan yang warnanya sangat mencolok bisa saja mengandung zat pewarna berbahaya.

 

Tindakan Dalam Pemilihan Makanan Jajanan

 

Tabel 4

Kategori Tindakan Responden SMP Methodist Tanjung Morawa Dalam Pemilihan Makanan Jajanan

No

Kategori Tindakan

Jumlah Responden

n�

%

1

Baik

9

17,6

3

Kurang

42

82,4

Total

51

100

 

Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas (82,4%) siswa Methodist Tanjung Morawa� memiliki tindakan yang kurang dalam pemilihan makanan jajanan. Siswa lebih banyak memiliki tindakan kurang, karena siswa lebih suka membeli makanan jajanan seperti, seperti bakso bakar yang menggunakan saus dibandingkan dengan makanan yang mereka bawa sendiri dari rumah (bekal).

Hubungan Pengetahuan Tentang Zat Pengawet Dan Pewarna Berbahaya Dengan Tindakan Siswa Kelas VIII Dalam Pemilihan Makanan Jajanan Di SMP Methodist Tanjung Morawa.

 

Hasil analisis hubungan pengetahuan tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya dengan tindakan siswa kelas VIII dalam pemilihan makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

 

Tabel 5

Hubungan Pengetahuan Tentang Zat Pengawet Dan Pewarna Berbahaya Dengan Tindakan Siswa Kelas VIII Dalam Pemilihan Makanan Jajanan Di SMP Methodist Tanjung Morawa.

Pengetahuan

Tindakan

Total

p value

Baik

Kurang

n

%

n

%

n

%

Baik

2

41,7

10

58,3

12

100

0,024

Kurang

7

10,3

32

89,7

39

100

Total

9

17,6

42

82,4

51

100

 

 

Tabel 5 menggambarkan hubungan antara pengetahuan dan tindakan dalam pemilihan makanan jajanan. Siswa yang pengetahuannya kurang (89,7%) memiliki tindakan yang kurang dalam pemilihan makanan jajanan. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang pengetahuannya baik (58,3%) yang tindakannya kurang. Hasil ini menggambarkan apabila seseorang berpengetahuan kurang akan mengakibatkan tindakan yang kurang pula dalam pemilihan makanan jajanan.

Hasil statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna (nilai p 0,024) antara pengetahuan tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya terhadap tindakan siswa kelas VIII dalam pemilihan makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa, 2016. Artinya, siswa yang memiliki pengetahuan kurang lebih cenderung membeli makanan jajanan yang mengandung zat pengawet dan pewarna berbahaya.

 

Hubungan Sikap Tentang Zat Pengawet Dan Pewarna Berbahaya Dengan Tindakan Siswa Kelas VIII Dalam Pemilihan Makanan Jajanan Di SMP Methodist Tanjung Morawa.

Hasil analisis hubungan sikap tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya dengan tindakan siswa kelas VIII dalam pemilihan makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini:

 

 

 

Tabel 6

Hubungan Sikap Tentang Zat Pengawet Dan Pewarna Berbahaya Dengan Tindakan Siswa Kelas VIII Dalam Pemilihan Makanan Jajanan Di SMP Methodist Tanjung Morawa.

Sikap

Tindakan

Total

p value

Baik

Kurang

n

%

n

%

n�

%

Baik

4

38,1

17

61,9

21

100

0,002

Kurang

5

3,3

25

96,7

30

100

Total

9

17,6

42

82,4

51

100

 

 

Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa sikap yang kurang lebih banyak dibandingkan sikap yang baik dalam memilih makanan jajanan yang mengandung zat pengawet dan pewarna berbahaya. Siswa yang sikapnya kurang memiliki tindakan pemilihan makanan jajanan yang kurang (96,7%) lebih banyak, dibandingkan siswa yang sikapnya kurang memiliki tindakan pemilihan makanan jajanan yang baik (3,3%). Responden yang bersikap baik belum tentu mempunyai perilaku yang baik dalam memilih makanan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square pada (Lampiran 4), nilai p 0,002.� Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan sikap tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya terhadap tindakan siswa kelas VIII dalam pemilihan makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa, 2016. Artinya, siswa memiliki sikap setuju bahwa ciri-ciri jajanan yang mengandung bahan pewarna yang berbahaya adalah warnanya mencolok, meskipun mereka setuju terhadap sikap tersebut, siswa tetap saja membeli makanan jajanan tersebut.

�

Pembahasan

Hubungan Pengetahuan Tentang Zat Pengawet Dan Pewarna Berbahaya Dengan Tindakan Siswa Kelas VIII Dalam Pemilihan Makanan Jajanan Di SMP Methodist Tanjung Morawa.

Hasil penelitian ini menunjukkan semakin rendah pengetahuan terhadap zat pengawet dan zat pewarna berbahaya, akan membuat siswa cenderung membeli makanan jajanan yang mengandung zat pengawet dan pewarna berbahaya. Keadaan seperti ini saya temukan di SMP Methodist Tanjung Morawa dari pengetahuan siswa yang kurang (76,5%), 32 siswa diantaranya (89,7%) memiliki tindakan pemilihan makanan jajanan yang kurang. Artinya, siswa yang memiliki pengetahuan kurang lebih cenderung membeli makanan jajanan yang mengandung zat pengawet dan pewarna berbahaya.

Tingkat pengetahuan gizi siswa SMP Negeri 1 Palu kelas VIII sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik sebanyak 97,14% dan sebanyak 2,85%� memiliki tingkat pengetahuan gizi yang sedang, dan 0% yang� pengetahuan� gizinya� kurang atau� tidak� ada� siswa yang pengetahuan gizinya kurang (Laenggeng & Lumalang, 2015). Hal ini disebabkan oleh kuesioner pengetahuan tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya dalam memilih makanan jajanan di SMP Negeri 1 Palu lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan kuesioner pengetahuan tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya dalam memilih makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa.

Faktor lain yang dapat menambah pengetahuan anak memilih makanan jajanan adalah tayangan pada media massa. Makanan jajanan yang sering masuk iklan itulah yang diketahui anak baik� untuk dikonsumsi. Makanan yang sering ditayangkan di media massa lebih populer di kalangan anak-anak dan membuat anak tertarik meskipun makanan tersebut tidak sehat (Akbar et al., 2021).

Penelitian makanan jajanan sekolah di Jakarta dan Sukabumi menemukan sekitar 74,1% penjaja yang diteliti melakukan praktik keamanan pangan yang rendah, termasuk penggunaan bahan tambahan pangan yang berbahaya. Terdapat 107 sampel makanan yang diuji. Jenis makanan jajanan yang diduga mengandung bahan kimia berbahaya yang paling banyak dijajakan adalah jenis bakso (bakso, bakso tusuk, bakso goreng) yaitu sejumlah 22,4% dari seluruh sampel jajanan. Di antara 98 sampel yang diuji kandungan boraks dan formalinnya, 15 sampel (15,3%) positif mengandung boraks dan 25 sampel (25,5%) positif mengandung formalin. Di antara 15 sampel yang diuji kandungan rhodamin-B-nya, 7 sampel (46,7%) positif mengandung rhodamin-B (Kristianto et al., 2013).

Persentase responden yang berperilaku memilih makanan secara baik sebesar 42,9% berasal dari responden yang berpengetahuan baik. Angka persentase ini lebih rendah, tetapi selisihnya tidak jauh dibandingkan dengan yang berpengetahuan tidak baik yaitu sebesar 50% (Akbar et al., 2021).

Pengetahuan anak mengenai pemilihan makanan jajanan� di SMP Methodist Tanjung Morawa sebagian besar adalah kurang. Karena, banyak siswa yang tidak mengetahui bahaya dari zat pengawet dan zat pewarna pada makanan. Pengetahuan anak dapat diperoleh baik secara internal maupun eksternal. Pengetahuan secara internal yaitu pengetahuan yang berasal dari dirinya sendiri. Pengetahuan secara eksternal yaitu pengetahuan yang diperoleh dari orang lain termasuk keluarga dan guru. Pengetahuan baik yang diperoleh secara internal maupun eksternal akan menambah pengetahuan anak tentang gizi (Kristianto et al., 2013).

 

Hubungan Sikap Tentang Zat Pengawet Dan Pewarna Berbahaya Dengan Tindakan Siswa Kelas VIII Dalam Pemilihan Makanan Jajanan Di SMP Methodist Tanjung Morawa

Hasil penelitian ini diketahui bahwa sikap yang kurang diikuti dengan tindakan untuk memilih makanan jajanan yang mengandung zat pengawet dan pewarna berbahaya. Siswa yang sikapnya kurang memiliki tindakan pemilihan makanan jajanan yang kurang (96,7%) lebih banyak, dibandingkan siswa yang sikapnya kurang memiliki tindakan pemilihan makanan jajanan yang baik (3,3%). Responden yang bersikap baik belum tentu mempunyai perilaku yang baik dalam memilih makanan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square pada (Lampiran 4), nilai p 0,002. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hubungan sikap tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya terhadap tindakan siswa kelas VIII dalam pemilihan makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa, 2016. Artinya, siswa memiliki sikap setuju bahwa ciri-ciri jajanan yang mengandung bahan pewarna yang berbahaya adalah warnanya mencolok, meskipun mereka setuju terhadap sikap tersebut, siswa tetap saja membeli makanan jajanan tersebut.

Sikap anak tentang pemilihan makanan jajanan, sebagian besar mempunyai sikap mendukung yaitu sebanyak 60,3% dan yang mempunyai sikap tidak mendukung sebanyak 39,7% (Akbar et al., 2021). Berbeda dengan sikap di SMP Methodist Tanjung Morawa lebih dari setengah siswa memiliki sikap yang kurang (58,8%) terhadap zat pengawet dan pewarna berbahaya dalam pemilihan makanan jajanan. Hal ini disebabkan anak yang mempunyai sikap terpengaruh oleh lingkungan terutama teman sebayanya. Sikapnya mendukung dalam pemilihan makanan jajanan tetapi timbul keinginan ingin mencicipi makanan yang di makan temannya. Perilaku yang muncul adalah meniru teman meskipun tidak sesuai dengan sikap yang dimilkinya.

 

Kesimpulan

Tingkat pengetahuan siswa/siswi kelas VIII SMP Methodist Tanjung Morawa tentang zat pengawet dan zat pewarna berbahaya dalam pemilihan makanan jajanan terdapat pada kategori baik 12 orang (23,5%), dan kategori kurang 39 orang (76,5%). Untuk sikap siswa/siswi kelas VIII SMP Methodist Tanjung Morawa tentang zat pengawet dan zat pewarna berbahaya dalam pemilihan makanan jajanan yang dikelompokkan baik 21 orang (41,2%), dan kurang 30 orang (58,8%). Tindakan siswa/siswi kelas VIII SMP Methodist Tanjung Morawa tentang zat pengawet dan zat pewarna berbahaya dalam pemilihan makanan jajanan terdapat pada kategori baik 9 orang (17,6%), dan kurang� 42 orang (82,4%). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya terhadap tindakan siswa kelas VIII dalam pemilihan makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa, 2016 dengan. Ada hubungan yang signifikan antara sikap tentang zat pengawet dan pewarna berbahaya terhadap tindakan siswa kelas VIII dalam pemilihan makanan jajanan di SMP Methodist Tanjung Morawa, 2016 dengan nilai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Akbar, H., Alexander, N., Paundanan, M., & Agustin, A. (2021). Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Orang Tua dalam Memilih Jajanan Sehat pada Siswa di SDN 1 Upai Kecamatan Kotamobagu Utara. Promotif : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1), 24�29. https://doi.org/10.56338/pjkm.v11i1.1514

 

Anjani, A. D., Aulia, D. L. N., & Suryanti. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan. Pena Persada, 1(69), 1�150.

 

Dini, N., Pradigdo, S., & Suyatno, S. (2017). Hubungan Konsumsi Makanan Jajanan Terhadap Status Gizi (Kadar Lemak Tubuh Dan Imt/U) Pada Siswa Sekolah Dasar (Studi Di Sekolah Dasar Negeri 01 Sumurboto Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(1), 301�306.

 

Kristianto, Y., Riyadi, B. D., & Mustafa, A. (2013). Faktor determinan pemilihan makanan jajanan pada siswa sekolah dasar. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 7(11), 489�494.

 

Laenggeng, A. H., & Lumalang, Y. (2015). Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Sikap Memilih Makanan Jajanan Dengan Status Gizi Siswa Smp Negeri 1 Palu Pendahuluan Remaja golongan usia 13-18 tahun terjadi pertumbuhan yang sangat cepat sehingga kebutuhan gizi untuk pertumbuhan dan aktivitas meningkat , g. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol.1 No.1, 1, 49�57.

 

Makanan, B. P. O. D. (2008). Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Serta Upaya Penanggula-ngannya. Info POM, 9(6).

 

Nainggolan, I. (2018). Tanggung Jawab Pidana Bagi Pelaku Usaha Yang Menggunakan Bahan Tambahan Pangan ( Btp ) Berbahaya Pada Produk Pangan. EduTech, 4(2), 81�90. file:///C:/Users/user/Downloads/Documents/2429-4074-1-PB.pdf

 

Permatahati, D. M., & Yanti, L. P. D. (2021). Metode Identifikasi Rhodamine B pada Makanan dan Kosmetik. Bima Nursing Journal, 2(1), 62. https://doi.org/10.32807/bnj.v2i1.712

 

Pratiwi, R. H., Sulistyaninngsih, E., & Budiarso, I. (2020). Pembinaan Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah Melalui Konseling Dan Pemberian Softskill Bahan Tambahan Pangan. JMM (Jurnal Masyarakat �, 4(4), 6�9. http://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm/article/view/2239

 

Priawantiputri, W., Rahmat, M., & Purnawan, A. I. (2019). Efektivitas Pendidikan Gizi dengan Media Kartu Edukasi Gizi terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Makanan Jajanan Anak Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan, 10(3), 374. https://doi.org/10.26630/jk.v10i3.1469

 

Ratnawaty, G. J., Indrawati, R., & Kamila, L. (2022). Penyuluhan dan aplikasi penggunaan zat pewarna karotenoid sebagai pewarna makanan dari buah mentawak (artocarpus anisophyllus) di desa binaan poltekkes pontianak. Budimas: JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT, 5(1).

 

Sary, A. N., Harmawati, H., & Azmir, B. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keamanan Pangan dengan Tindakan Hygiene Penjaja Makanan Jajanan Anak Sekolah Dasar. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 5(3), 550�556.

 

Susiyawati, Y. (2013). Pengetahuan siswa tentang makanan yang mengandung zat pengawet dan pewarna berbahaya di SMP Islam Kota Malang. Jurnal Keperawatan, 4(1).

 

Wahyuningsih, S., & Nurhidayah, N. (2021). Analisis Kandungan Zat Pengawet Natrium Benzoat Pada Sambal Tradisional Khas Bima �Mbohi Dungga� Sambal Jeruk Yang Difermentasi. Sebatik, 25(2), 311�317. https://doi.org/10.46984/sebatik.v25i2.1576

 

Yuliarti, N. (2007). Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan.

 

Copyright holder:

Chatrine Virginia Tamara, Febriantika (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: