Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia� p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol.
6, No. 12, Desember 2022
ANALISIS DIGITAL
LEADERSHIP DAN TRANSFORMASI DIGITAL DALAM PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK
Ade Setiadi
Universitas Tujuh belas
Agustus, Indonesia
E-mail:� [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
bagaimana peran kepemimpinan digital (digital leadership) dalam mewujudkan
transformasi digital pada sektor pemerintahan guna meningkatkan kualitas
pelayanan publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
menggunakan metode literature review. Studi ini dilakukanan untuk meneliti
peran kempimpinan digital di sektor pemerintah dalam mewujudkan transformasi
digital. Data dikumpulkan melalui literatur sebelumnya yang berasal dari studi
sebelumnya, jurnal, dan buku yang berkaitan dengan masalah penelitian. Setelah
melakukan eksplorasi dari beragam literatur, data, dokumen dan pembahasan dalam
Focus Group Discusion, implementasi digital leadership memberikan kekuatan pada
kebijakan pimpinan dalam mengatur pemanfaatan teknologi informasi untuk
memecahkan permasalahan secara kolaboratif dan dengan komunikasi yang efektif
antara pimpinan dan anggotanya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
hambatan-hambatan dan kendala yang ditemui dalam pelayanan perlu segera diatasi
dengan pengembangan program transformasi digital untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik. Karena perkembangan teknologi digital sangat cepat, perlu
diantisipasi dalam mengembangan kapasitas kompetensi digital bagi para
coordinator dan anggota secara terprogram, terencana, dan terukur.
Kata Kunci: Digital Leadership, Transformasi Digital, Pelayanan
Publik.
Abstract
The purpose of
this study is to analyze how the role of digital leadership in realizing
digital transformation in the government sector to improve the quality of
public services. This research uses a qualitative approach, using the
literature review method. This study was conducted to examine the role of
digital leadership in the government sector in realizing digital
transformation. Data were collected through previous literature derived from previous
studies, journals, and books related to the research problem. After exploring a
variety of literature, data, documents and discussions in Focus Group
Discusion, the implementation of digital leadership gives strength to
leadership policies in regulating the use of information technology to solve
problems collaboratively and with effective communication between leaders and
members. This study concludes that the obstacles and obstacles encountered in
services need to be overcome immediately by developing digital transformation
programs to improve the quality of public services. Because the development of
digital technology is very fast, it needs to be anticipated in developing
digital competency capacity for coordinators and members in a programmatic, planned,
and measurable manner.
Keywords: Digital
Leadership, Digital Transformation, Public Service.
Pendahuluan
Meningkatnya
pemakaian teknologi data, spesialnya internet, sudah bawa tiap orang bisa
melakukan bermacam kegiatan dengan lebih akurat, bermutu, serta pas waktu. Tiap
organisasi bisa menggunakan internet serta jaringan teknologi data buat
melaksanakan bermacam aktivitasnya secara elektronis. Para manajer saat ini ini
dituntut keahlian mereka buat bisa menggunakan data yang membanjiri organisasi
serta membuat keputusan secara tepatberdasarkan data tersebut. Tercantum pula
dalam organisasi publik, kasus utama dalam organisasi publik merupakan
permasalahan pelayanan public (Saggaf, Said,& Saggaf, 2018).
Pelayanan
publik ialah sesuatu aktivitas yang wajib mendahulukan kepentingan universal,
memudahkan urusan publik, mempersingkat waktu pelayanan serta membagikan
kepuasan kepada public( Sandiasa& Agustana, 2018). Pemenuhan hak orang
lain( warga) ialah tujuan danri guna pelayanan publik yang butuh terus
ditingkatkan baik dari mutu ataupun kuantitas. Dari aspek kuantitas bisa dicoba
dengan perbanyak jumlah warga yang dilayani serta menaikkan waktu pelayanan,
mepersingkat prosedur, sedangkan dari sisi mutu bisa meminimalisir kesalahan
dalam melakukanpelayanan, memesatkan pelayanan serta kemudahan dalam pelayanan.
Kepemimpinan
mempunyai kedudukan yang sangat besar dalam bawa organisasi publik mengarah
serta membawakan kepada pencapaian tujuan organisasinya( Cahyarini, 2021a).
Kepeminpinan senantiasa berhubungan dengan keahlian mengendalikan organisasi,
sehingga kepemimpinan tidak bisa terlepas dari manajemen organisasi( Putra,
2019). Pemimpin pula diharapkan bisa membagikan pengaruh positif terhadap orang
ataupun sesuatu kelompok yang dipimpinnya. Kepemimpinan di masa modern berbeda
dengan kepemimpinan di masa lebih dahulu, dikala ini pemimpin wajib bisa
menyesuaiakan dengan suasana serta keadaan yang terus menjadi tumbuh(
Katharina, 2021).
Pemanfaatan
teknologi data diberbagai bidang pastinya sangat menolong organisasi buat
mendapatkan tujuan yang diharapkan. Bersamaan dengan perkembangannya revolusi
industry 4. 0 serta revolusi pemerintahan 4. 0 jadi mendasar dalam transformasi
dalam pemerintahan dalam mengadopsi pengunaaan teknologi. Diharapkan dengan
terdapatnya dorongan teknologi data hendak memudahkan serta memesatkan dalam
pemberian pelayanan( Islah, 2018). Revolusi industry 4. 0 mendesak system
otomatisasi di seluruh tahapan pelayanan publik lewat sistem data yang
mencampurkan sumber energi, teknologi data, serta ikatan data( Hadi,
Asworo,& Taqwa, 2020). Reformasi tersebut menciptakan keberhasilan
pemasangan infrastruktur pemerintahan digital yang lumayan maju. Telah diterima
secara umum kalau teknologi digital tingkatkan akuntabilitas, efisiensi, serta
transparansi administrasi, menolong kurangi pengeluaran, serta menciptakan tata
kelola yang lebih baik ( Ningtyas, 2017).
Kedudukan
kepemimpinan dalam penerapan transformasi digital di zona pemerintahan pastinya
jadi suatu keniscayaan. Kepemimpinan jadi sentral dalam mengadopsi pemanfaatan
teknologi di masa industry 4. 0. Di masa digital, para pemimpin butuh
dilengkapi dengan baik dengan digital serta emosional kelincahan dalam
beroperasi di area yang tidak tentu serta lingkungan. Hari ini, dalam
pengambilan keputusan proses serta inovasi, pemimpin yang efektif bekerja dalam
siklus pendidikan yang kilat (Huriyah, 2016).
Masa digital
yang kita lakukan mengganti anggapan orang tentang kehidupan serta pekerjaan
pada tingkatan yang menyaingi pengaruh revolusi industri. Sesi sosial dari
proses digitalisasi diisyarati dengan tingkatan konektivitas yang belum sempat
nampak lebih dahulu, baik di tingkatan individu ataupun handal. Dikala ini,
transfer informasi digunakan buat berbicara tidak cuma antara manusia, namun
pula antara hal- hal dalam kehidupan biasa, semacam menghubungkan segala rumah
ke teknologi Wi- Fi baru. Kepememimpinan digital merupakan suatu campuran
antara style kepemimpinan dan pemanfaatan teknologi digital dalam mewujudkan
transformasi digital. Seseorang pemimpin digital wajib mempunyai ciri serta
sikap yang memungkinkannya menggapai tujuan transformasi digital(
Mwita& Joanthan, 2019).
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis bagaimana peran kepemimpinan digital (digital leadership)
dalam mewujudkan transformasi digital pada sektor pemerintahan guna
meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan metode literature
review. Studi ini dilakukanan untuk meneliti peran kempimpinan digital di
sektor pemerintah dalam mewujudkan transformasi digital. Data dikumpulkan
melalui literatur sebelumnya yang berasal dari studi sebelumnya, jurnal, dan buku
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Menurut
Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama menentukan
topik dan permasalahan, kedua melakukan pencarian literatur melalui google
scholar dengan menggunakan kata kunci transfomasi digital, kepemimpinan,
pemerintahan. Ketiga melakukan analisis dan interpretasi terhadap data atau
literatur yang ditemukan.
Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif, yaitu mendeskripsikan data dan menginterpretasikan data yang
diperoleh melalui literarature review kemudian dianalisis sedemikian rupa
sehingga diharapkan akan diperoleh gambaran yang dapat mengungkapkan jawaban
atas pertanyaan peran kepemimpinan digital dalam transformasi digital pada
sektor publik.
Hasil dan Pembahasan
1. Digital Leadership sebagai Upaya Peningkatan
Pelayanan Publik
Dalam rangka mencapai tujuan
organisasi pada era digital seperti saat ini, banyak aspek dalam pemenuhannya,
di antaranya adalah unsur kepemimpinan atau pemimpin yang berpikiran digital.
Karena kesuksesan suatu organisasi tidak hanya diukur pada kinerja para staf
atau personilnya saja, yang terpenting pada faktor kompetensi pemimpin
organisasi. Diperlukan gaya kepemimpinan baru yang memiliki keterampilan
kewirausahaan (Kazim, 2019), bahkan diperlukan sifat kepemimpinan digital yang
dinamis untuk mendorong transformasi digital (Oberer,B,& Erkollar, 2018).
Selain keahlian teknis, keahlian soft skill sangat diperlukan dalam
kepemimpinan digital yang dirumuskan kedalam tujuh pilar pendukung digital
leadership sebagai berikut:
Gambar 1. Tujuh Pilar Pendukung
Digital Leadership
Dari 7 pilar tersebut di atas,
tergambar gimana soft skill mendominasi ciri kepemimpinan digital. Seseorang
digital leadership butuh melangkah lebih jauh serta berpandangan lebih luas,
dan sanggup bawa pemikiran personil yang dipimpinnya bersama- sama melintas
batasan bangsa, negeri, geografis, budaya, serta batas yang lain dengan
menggunakan teknologi data serta komunikasi buat menggapai tujuan organisasi,
kinerja organisasi, serta pelayanan publik yang lebih baik.
Ciri yang dibutuhkan pemimpin
digital ataupun digital leadership bagi Klein( 2020): 1. Characteristics-
Digital Business, ialah seseorang digital leadership wajib memiliki ciri
Innovative visionary yang tidak lumayan cuma pemikiran jauh ke depan, namun
pula memiliki inovasi. Ciri berarti yang lain merupakan networking
intelligence, seseorang digital leader wajib sanggup mengoordinasikan antara
pengetahuan, skill, serta sumber energi regu. Tidak kalah berarti kalau
seseorang digital leader wajib berperan selaku digital talent scout. Diharapkan
pula memiliki ciri complexity master, ialah seseorang digital leader wajib
dapat menguasai suasana yang rumit serta dapat membongkar permasalahan pada
suasana yang susah. Di samping itu ada ciri yang berarti yang lain, ialah
business intelligence dalam rangka membangun model bisnis baru.
1.
Characteristic- Social Attitude,
ialah seseorang digital leader berperan selaku motivating coach, selaku
motivator serta jadi seseorang role model untuk anggota regu ataupun
personilnya. Perihal lain buat ciri digital leadership merupakan style
democratic delegative, merancang organisasinya dengan hierarki serta birokrasi
yang minimalis sehingga seseorang digital leadership berorientasi pada personil
serta fokus pada pertumbuhan serta kemajuan personilnya. Tidak kalah berartinya
merupakan ciri openness yang memiliki watak transparansi.
2.
Characteristics- General Mindset,
tidak hanya ciri di atas ada ciri universal, ialah agile gampang menyesuaikan
diri dengan model bisnis baru serta sanggup membuat strategi transformation
strategies. Perihal menarik dari ciri digital leader merupakan keahlian buat
learning by errors serta belajar dari kesalahan ialah perihal yang berarti buat
melangkah lebih baik. Ciri berarti yang lain dari seseorang digital leader
merupakan memiliki knowledge- oriented serta life- long learner, kemauan terus
belajar
Lebih lanjut keahlian yang
dibutuhkan untuk seseorang digital leader, bagi Kevin Olp dari Digital
Workplace Group mengutip( Sullivan, 2017):
1.
Digital Literacy, ialah pengetahuan
serta kecakapan memakai media digital serta teknologi data dan internet. Tidak
cuma memerlukan keahlian teknis, tetapi pula keahlian kognitif, kritis, serta
kreatif.
2.
Digital Vision, keahlian buat
memprediksi serta meyakinkan orang lain hendak kesempatan jangka panjang dari
teknologi baru serta meyiapkan strategi digital.
3.
Defense, ialah keahlian pemimpin
digital buat memastikan keadaan yang diperlukan oleh organisasi. Pertahanan
hendak memotivasi SDM buat mengarah visi digital. Komitmen pemimpin buat
tingkatkan literasinya sendiri mendesak orang lain buat mengikutinya.
4.
Presence, ialah kedatangan pemimpin
ialah wujud anjuran yang nyata serta bisa dipraktikkan. Pemimpin bisa mempunyai
visi digital yang jelas serta bisa menarangkan dengan baik namun, bila tidak
nampak oleh stafnya, tidak terdapat yang hendak mengikutinya.
5.
Communication, ialah metode
komunikasi pemimpin dalam menunjang kekuatan pesan yang di informasikan.
Berarti buat memikirkan gimana metode komunikasi yang bisa menunjang visi
digital.
6.
Adaptability, ialah aspek menyesuaikan
diri yang sangat menantang untuk para pemimpin merupakan membagikan toleransi
terhadap inovasi.
7.
Self- Awareness, ialah pendekatan
pemimpin serta proses pengaruhi orang lain wajib berlangsung secara natural
serta berkepanjangan.
8.
Cultural Awareness, ialah pemahaman
budaya merupakan gambaran dari visi digital. Para pemimpin wajib menguasai
serta menegaskan hendak perbandingan budaya yang bisa jadi mencuat dengan
mengingat kepekaan metode kerja digital dalam proses komunikasi serta
partisipasi.
2.
Transformasi Digital sebagai Upaya Peningkatan Pelayanan Publik
Bagi (Susanty&
Yuningsih, 2021a), transformasi bisa dimaksud selaku proses menggunakan
teknologi digital yang terdapat semacam teknologi virtualisasi, komputasi
bergerak( mobile computing), komputasi awan( cloud computing), integrasi
seluruh sistem yang terdapat di organisasi serta lain sebagainya.( Karso,
2022a) mengemukakkan transformasi digital merupakan campuran inovasi digital
yang dihasilkan sehingga memunculkan pergantian terhadap struktur, nilai,
proses, posisi maupun ekosistem di dalam organisasi ataupun area luar
organisasi.( Khan, 2021a) berkata kalau transformasi digital merupakan suatu
proses evolusi yang bertumpu pada keahlian yang dipunyai serta teknologi
digital buat menghasilkan ataupun mengganti proses bisnis, proses operasional
serta pengalaman pelanggan sehingga memunculkan nilai yang baru.
Dari
penafsiran tersebut bisa disimpulkan kalau transformasi digital merupakan suatu
proses yang radikal/ luar biasa dimana proses tersebut mengaitkan sumber energi
yang dipunyai tercantum menggunakan teknologi digital yang terdapat dikala itu
buat menciptakan luaran dari organisasi buat membagikan pengalaman baru.
Pengalaman baru ini dapat berwujud selaku suatu nilai baru yang didapatkan oleh
konsumen semacam kemudahan bertransaksi, berbelanja, berbicara, serta lain
sebagainya.
a). Aspek Pendorong
Transformasi Digital
Dikala
suasana berganti jadi suasana yang lebih menitik beratkan pada pemanfaatan
teknologi digital, hingga transformasi digital/ Digital Transformation( DT)
ialah suatu fenomena yang tidak bisa dihindari. Siap ataupun tidak, organisasi
wajib menyambut transformasi digital dengan baik supaya bisa bertahan serta
bersaing.
Bagi (Wirawan, 2020a) Terdapat
4 aspek pendorong terbentuknya transformasi digitial. Faktor- faktor tersebut
merupakan( a) pergantian regulasi;( b) pergantian lanskap persaingan;( c)
perpindahan/ pergantian ke wujud digital dari industri;( d) pergantian sikap
serta harapan konsumen. Keadaan dikala ini apabila dinilai dari aspek pendorong
terbentuknya transformasi digital, bisa dikatergorikan dalam jenis aspek awal,
pergantian regulasi. Timbulnya pandemi covid- 19 menimbulkan pemerintah
menghasilkan regulasi baru kalau sepanjang masa pandemi seluruh dikerjakan
lewat media digital/ dalam jaringan sehingga ingin tidak ingin seluruh wajib
menjajaki regulasi tersebut.
Kemudahan
yang diperoleh konsumen serta pengalaman yang mengasyikkan dari layanan yang
diberikan menimbulkan pergantian lanskap persaingan, serta pergantian ataupun
perpindahan usaha yang dulu dicoba secara tradisional jadi ke wujud digital.
Dengan kata lain, transformasi digital hendak senantiasa terjalin tanpa
terdapatnya pandemi sebab ekosistem/ area usaha serta pemerintahan mulai
menggunakan teknologi terkini yang mempermudah banyak orang. Hadirnya pandemi
cuma memesatkan proses transformasi digital yang, bisa jadi, lagi direncanakan
ataupun berlangsung.
Tidak
hanya 4 aspek yang telah disebutkan, (Tulungen,
Saerang,& Maramis, 2022a) Perihal lain tersebut merupakan (1) keahlian digital
serta (2)
teknologi digital. Iktikad dari keahlian digital( digital capabilities)
merupakan apabila suatu organisasi mau bertransformasi digital, hingga
organisasi tersebut wajib mempunyai kemampuan, pola pikir, serta budaya
berbasis digital. 3 perihal ini hendak menguncup mengarah pada teknologi
digital( digital technologies) yang digunakan oleh organisasi. Teknologi
digital hendak digunakan secara baik oleh organisasi apabila, sumber energi
manusia dari organisasi tersebut mempunyai kemampuan buat menggunakan teknologi
digital tersebut. Menguasai metode gunakan dan sanggup menyelaraskannya dengan
proses yang terdapat di dalam organisasi sehingga jadi bagian tidak terpisahkan
dari aktivitas tiap hari organisasi tersebut. Teknologi digital ialah salah
satu faktor timbulnya kesempatan yang bisa dimanfaatkan oleh organisasi.
Kesempatan tersebut dapat jadi suatu yang hendak mengganti salah satu ataupun
sebagian aspek( model bisnis, model operasional, pengalaman konsumen, dll.)
dari organisasi jadi suatu keuntungan semacam penciptaan nilai baru (value creation).
Gambar 1. Model 4 Kuadran Westerman
Sumber : westerman, et.al 2014
Kapabilitas
digital dan kapabilitas kepemimpinan merupakan unsur kunci yang menentukan
keberhasilan sebuah transformasi digital. Karena itu, setiap perusahaan harus
berlomba-lomba membangunnya. Keunggulan perusahaan dalam membangun dua
kapabilitas tersebut juga mencerminkan tingkat kecakapan digital (digital
mastery) dari perusahaan tersebut. Dengan menggunakan dimensi tersebut ada
empat level digital mastery yaitu Beginners, Fashionistas, Conservatives
dan Digital Master seperti digambarkan dalam gambar 1 diatas.
b). Tujuan Transformasi Digital
Bagi (Khan, 2021; Susanty& Yuningsih, 2021)
Tujuan utama melaksanakan transformasi digital oleh organisasi merupakan
berelasi dengan kesiapan digital dari organisasi tersebut. Maksudnya,
organisasi yang mau membenarkan kalau dirinya siap merambah dunia digital serta
siap buat berganti apabila sewaktu- waktu diperlukan.
Sebagian perihal yang bisa dilihat selaku fakta
kesiapan digital dari organisasi merupakan menciptakan inovasi produk yang
lebih baik, mengeksplorasi serta meningkatkan model bisnis baru yang bertabiat
disruptif supaya senantiasa bisa bersaing serta menciptakan keuntungan.
Supaya organisasi terus tumbuh, mereka wajib menyusun
serta mempraktikkan strategi bisnis yang selaras dengan pergantian besar yang
diakibatkan oleh kekuatan- kekuatan ini. Transformasi digital jadi perihal yang
absolut wajib dicoba oleh organisasi bila tidak mau tergerus di masa digital.
Transformasi digital mengacu pada transformasi aktivitas bisnis serta
organisasi yang membolehkan organisasi memakai serta menggunakan teknologi
digital buat tingkatkan proses serta hasil bisnis.
Apabila organisasi memutuskan hendak melaksanakan
transformasi digital, hingga organisasi wajib mempersiapkan diri serta strategi
dalam mengalami akibat positif ataupun negatifnya. Strategi utama organisasi
wajib disesuaikan, sumber energi manusia wajib ditingkatkan kemampuannya,
infrastruktur yang dipunyai wajib disesuaikan dengan pergantian yang terjalin.
Keahlian digital serta teknologi digital wajib dipersiapkan dengan baik supaya
proses transformasi digital berjalan dengan lancar
Bagi (PERSADA, n. d.), ada 5 pilar buat keberhasilan
transformasi digital, ialah digital mindset, memastikan tujuan digital,
melaksanakan investasi kapabilitas teknologi digital, membiasakan keahlian
serta mana�jemen talent serta mengembangkan organisasi.
3. Relevansi dan Korelasi Digital Leadership dan
Transformasi Digital dalam Upaya Peningkatan Pelayanan Publik
��������� Laju
perubahan dalam bidang teknologi informasi saat tidak dapat dibendung.
Perubahan ini semakin cepat dengan berubah secara eksponensial. Tren utama
perubahan selama 10 tahun terakhir dalam teknologi telah mengubah masyarakat
dalam memanfaatkan fungsi teknologi di organisasi maupun perkantor. Sementara
itu, teknologi telah berkembang dengan memberikan kemudahan dalam memberikan
pelayanan yang murah dan cepat. Implementasi teknologi informasi di sektor
pemerintahan menjadi sebuah kewajiban untuk beradaptasi dengan laju
perkembangan teknologi. Karena laju perubahan terus meningkat dan kita beralih
ke masyarakat digital, kemungkinan akan melihat bagian belakang gedung
perkantoran sebagai realitas virtual dan augmented yang akan menyediakan
lingkungan kolaboratif. Adopsi kecerdasan buatan akan membantu para pemimpin
dalam sektor pemerintahan dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah.
Kemepimpinan digital singkatnya dapat dilihat pada gambar 2, dimana para
pemimpin digital masa depan akan a) membangun organisasi digital, b)
mengintegrasikan dan memanfaatkan tren teknologi dan c) mengembangkan pemahaman
yang mendalam tentang orang yang terlibat (diri sendiri, tim mereka dan
pemangku kepentingan) dan pelanggan mereka
Gambar 2. Tiga Komponen Kepemimpinan
Digital Masa Depan
��������� Transformasi
di dunia digital di masa dikala ini merupakan suatu keniscayaan serta peristiwa
ini ialah wujud evolusi. Apalagi dalam program yang diluncurkan oleh
Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) pada tahun 2015 yang diucap Sustainable
Development Goals( SDGs) menekankan teknologi serta konektivitas. Dari segi
teknologi serta konektivitas, secara tidak langsung hendak menuju pada
penggunakan teknologi internet oleh banyak orang. Memakai teknologi Internet
bisa dimengerti selaku wujud perahlian dari manual bergeser ke pemakaian
digital. Banyak perihal yang butuh disesuaikan supaya cocok dengan etos yang
diucap digital, salah satunya merupakan menguasai terlebih dulu makna dari
digital itu sendiri serta isu- isu yang terpaut. Keahlian e- leadership
didefinisikan selaku metode para pemimpin memakai teknologi data buat menggapai
tujuan pemerintah. Tiap pemerintahan tergantung pada tingkatan e- government
yang dimilikinya, serta mutu e- government berbeda- beda. Transformasi digital
yang berhasil berarti bawa metode kerja yang sangat berbeda dalam suatu
organisasi. Pemanfaatan teknologi data dalam mempermudah layanan jadi bagian
yang sangat berarti dalam suatu organisasi pemerintah di bidang pelayanan
publik. Buat mewujudkan perihal tersebut pastinya butuh seseorang pemimpin yang
mempunyai keahlian dalam mengetuai serta menggunakan teknologi digital dalam
kenaikan kinerja organisasi( Evita& Mukhaer, 2022; Karso, 2022;
Wirawan, 2020)
��������� Tujuan
transformasi digital untuk industri ataupun organisasi merupakan jelas buat
melaksanakan pengehamtan duit dengan membuat layanan digital yang baik buat
digunakan banyak orang buat memakainya. Orientasi pelayanan kepada konsumen
yang dicoba oleh Amazon serta Netflix dimana mereka tidak tidak butuh melatih
orang buat memakai layanan yang mereka mengadakan, menjadikan kedua industri
ini secara aktif menjadwa kebutuhan pengguna layanan mereka( Kolopita, 2022;
Mukhlisah, 2021). Implementasi digital dalam zona pemerintahan hendak
membagikan khasiat yang sangat besar. Digitalisasi hendak mempermudah dan
memesatkan dalam proses layanan publik ataupun pengambilan keputusan.
Implementasi merupakan salah satunya metode buat menerjemahkan cita- cita
kebijakan ke dalam kenyataan kebijakan serta tujuan kebijakan jadi khasiat
kebijakan. Kenyataan kalau sesuatu kebijakan terbuat tidak berarti kalau
kebijakan itu dilaksanakan secara otomatis; terdapat jurang pemisah antara
keduanya( Pariq, 2021). Oleh sebab itu, implementasi kompetensi merupakan
keahlian buat mengimplementasikan kebijakan serta menggapai tujuan yang sudah
diresmikan.
��������� Keberhasilan
mengimplementasi e- government tidak lepas dari betapa berartinya kedudukannya
seseorang pemimpin. Transformasi digital di zona pemerintahan bisa terwujud
bila terdapatnya kemauan yang besar oleh pemimpinnya buat melaksanaknnya. Bagi
Herlambang (Tulungen, Saerang,& Maramis, 2022) terdapat sebagian
komponen yang bisa dicoba buat mewujudkan keberhasilan e- government ialah (1)
Kepemimpinan yang kokoh pengaruhi keberhasilan e- government, (2) Visi serta
misi Pengaruhi Keberhasilan E- Government, (3) Komitmen Pengaruhi Keberhasilan
E- Government, 4) Menyelaraskan sasaran teknologi data serta strategi pengaruhi
keberhasilan e- government serta (5) Guna kepemimpinan pengaruhi keberhasilan
E- Government.
��������� Pertumbuhan
pergantian dalam bidang teknologi infrmasi sangat kilat serta tidak bisa
dibendung. Pergantian ini terus menjadi kilat serta berganti secara
eksponensial. Teknologi sudah mengubahmasyarakat dalam menggunakan guna
teknologi di dalam organisasi, metode kerja serta metode berpikir. Teknologi
terus menjadi tumbuh dengan membagikan banyak kemudahan dalam membagikan
pelayanan di bermacam aspek kehidupan dengan murah serta kilat. Pelaksanaan
teknologi data absolut dibutuhkan di kantor pemerintahan serta wajib
menyesuaikan diri dengan laju pertumbuhan teknologi. Teknologi hendak menolong
para pemimpin zona pemerintahan dalam pengambilan keputusan buat pemecahan
permasalahan serta penyediaan pelayanan publik yang kilat, efisien, efisen
serta bermutu dan membolehkan buat bisa diakses dimanapun.
��������� Kepemimpinan
digital hendak lebih reaksi terhadap pergantian serta pertumbuhan digital yang
diaplikasikan secara komprehensif di dalam zona pemerintahan yang dipimpinnya.
Para pemimpin digital hendak: a) membangun organisasi digital, b)
mengintegrasikan serta menggunakan tren teknologi serta c) meningkatkan uraian
yang mendalam tentang orang yang ikut serta diri sendiri, regu mereka serta
pemamngku kepentingan) dan pelangan mereka (bila di dalam zona publik merupakan
penggguna jasa) (Cahyarini, 2021). Sebagian kriteria serta watak pempimpin yang
diharapkan bisa bawa pergantian dalam konsep E- Leadership ini antara lain:
1. Pemimpin yang menggemari serta sanggup mengalami bermacam
tantangan. Tantangan dapat muncul daridalam ataupun dari luar organisasi, serta
wajib dialami dengan optimis supaya bisa beruah kemandirian serta kemajuan;
2. Pemimpin yang memiliki rasa mau ketahui terhadap bermacam perihal.
Watak ini hendak merangsang kreativitas, inovasi, serta pergantian pada
organisasi yang dipimpinnya. Keahlian berbicara, bertanya, serta menggali data
dari bermacam sumber sangat diperlukan guna menunjang rasa mau ketahui
seseorang pemimpin.
3. Ketiga, pemimpin yang sanggup membangun budaya kerja serta
organisasi yang mapan, kondusif, serta handal. Budaya di mari dapat dimaknai
selaku budaya disiplin, budaya kompetisi sehat, silih menghargai, serta
mengakomodasi keragam budaya bawahannya;
4. Keempat, pemimpin yang sanggup membangun komunikasi antar bermacam
lini. Pemimpin dalam perihal ini membangun komunikasinya lewat 2 arah bukan
satu arah. Siap menarangkan serta mengantarkan dan siap pula mendengar bermacam
suara dari sumber manapun. Pemimpin pula wajib mempunyai watak tersambung pada
pihak manapun serta dari latar apa juga;
5. Kelima, pemimpin yang memiliki komitmen hendak kemajuan,
kesejahteraan, serta keunggulan bersama. Tanpa komitmen tersebut sangat susah
sesuatu organisasi dalam mengalami kemajuan teknologi serta bisa melangkah
lebih jauh. Globalisasi bisa membagikan akibat positif serta negatif terhadap
organisasi baik yang bergerak di bidang profit ataupun non- profit. Dengan
globalisasi menyebabkan terbentuknya pergantian tatanan pada tiap aspek
kehidupan baik ekonomi, politik, sosial serta budaya, serta lain- lain. Oleh
sebab itu, pemimpin dituntut bisa menjalan kedudukan serta gunanya dengan sikap
kepemimpinannya yang sanggup pengaruhi serta menggerakkan bawahan dalam
mengestimasi serta mengalami tantangan globalisasi.
��������� Dengan
sikap serta style kepemimpinan yang pas bisa menanggapi tantangan globalisasi,
sehingga tujuan organisasi bisa dicapai. Sikap kepemimpinan serta style
kepemimpinan transformasional leadership serta kepemimpinan servant leadership
yang ditatap cocok serta sanggup menanggapi tantangan globalisasi. Sebab
kepemimpinan transformasional sebagaimana dipaparkan oleh (PURWOKO, ROKHMAN,&
TOBIRIN, 2022), mempunyai keahlian mengetuai dalam mengganti area, motivasi,
pola, serta nilai- nilai kerja bawahan serta bawahan lebih sanggup
memaksimalkan kinerja buat menggapai tujuan organisasi. Dengan kepemimpinan
transformasional terjalin proses transformasi ikatan kepemimpinan manakala
pemimpin membangun pemahaman bawahan tentangnilai kerja, ekspansi serta
kenaikan kebutuhan yang melampaui atensi individu dan mendesak pergantian
tersebut ke arah kepentingan bersama tercantum kepentingan organisasi.
��������� Dengan
kepemimpinan transformasional, pemimpin serta bawahan secara bersama- sama siap
mengalami bermacam pergantian yang dialami organisasi, tercantum pergantian
selaku akibat globalisasi. Sebaliknya kepemimpinan servant leadership di sisi
lain meningkatkan perilaku bawahan supaya mempunyai komitmen ataupun tanggung
jawab dengan ciri pemimpin selaku pelayan ataupun mengabdi, semacam: humanity,
relational power, autonomy, moral development of followers, emulation of
leader� s service orientation, listening, empathy, healing, awareness,
persuasion, conceptualization, foresight, stewardship, commitment to the growth
of people, community building, serta calling.
��������� Lewat
pengaruh sempurna, pemimpin menggerakkan serta memusatkan bawahan dengan metode
membagikan contoh ataupun teladan yang baik. Pemimpin mempunyai kapasitas serta
kapabilitas, kompetensi, tidak berubah- ubah dengan nilai- nilai, mempunyai
intensitas, serta berani mengambil efek jadi contoh yang baik serta hendak
diteladani oleh bawahan, sehingga meningkatkan keyakinan kepada pemimpin. Tidak
cuma sebatas menanamkan serta meningkatkan kepercayaan serta keyakinan kepada
pemimpin, pengaruh sempurna hendak sanggup menanamkan benih- benih komitmen
ataupun tanggung jawab bawahan, sehingga bawahan tergerak buat melaksanakan
semacam yang diperintahkan pemimpin.
��������� Kepemimpinan
transformasional berikutnya lewat komponen stimulasi intelektual yang berperan
buat mengaitkan bawahan buat turut berkomitmen terhadap visi, misi, serta
tujuan organisasi melebihi dari apa yang diharapkan. Oleh sebab itu, pemimpin
lewat jenis stimulasi intelektual ini pengaruhi serta menggerakkan bawahan
dengan metode membagikan inspirasi supaya bawahan tertantang bisa membongkar
permasalahan- kasus dengan lebih kreatif, sanggup meningkatkan kapasitas lewat
pembelajaran serta pelatihan, serta sanggup berpikir inovatif. Pemimpin
membagikan inspirasi selaku tantangan terhadap bawahan supaya bisa melaksanakan
perubahan- perubahan yang bertabiat kreatif serta inovatif. Bawahan wajib berani
keluar dari kotak yang membelenggu metode serta Kerutinan mereka bekerja
sepanjang ini. Bawahan wajib sanggup mencari serta menciptakan cara- metode
baru dalam melakukan serta melaksanakan program- program yang lebih kreatif
serta inovatif.
Kesimpulan
Setelah melakukan eksplorasi dari beragam literatur,
data, dokumen dan pembahasan dalam Focus Group Discusion, implementasi digital
leadership memberikan kekuatan pada kebijakan pimpinan dalam mengatur
pemanfaatan teknologi informasi untuk memecahkan permasalahan secara
kolaboratif dan dengan komunikasi yang efektif antara pimpinan dan anggotanya.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa hambatan-hambatan dan kendala yang ditemui
dalam pelayanan perlu segera diatasi dengan pengembangan program transformasi digital
untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Karena perkembangan teknologi
digital sangat cepat, perlu diantisipasi dalam mengembangan kapasitas
kompetensi digital bagi para coordinator dan anggota secara terprogram,
terencana, dan terukur. Selain hal tersebut, tidak kalah pentingnya adalah
adanya pemahaman literasi digital yang matang dari pimpinan dan para
koordinator serta menghasilkan pengembangan program transformasi digital untuk
meningkatkan pelayanan publik spektrum frekuensi radio terwujud walaupun masih
dalam tahap awal. Penerapan strategi mengembangkan kapasitas kompetensi digital
bagi para koordinator dan anggota secara terprogram, terencana, dan terukur
menjadi sangat penting. Di samping itu perlu meningkatkan internalisasi
manajemen dalam rangka pemahaman prosedur, persyaratan yang bersifat teknis
bagi koordinator dan petugas pelayanan publik.
BIBLIOGRAFI
Cahyarini, Farida Dwi. (2021a).
Implementasi Digital Leadership dalam Pengembangan Kompetensi Digital pada
Pelayanan Publik. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 25(1),
47�60.
Evita, Nona, & Mukhaer, Afkar
Aristoteles. (2022). Evaluasi Komunikasi dan Literasi Digital Warga Jakarta
dalam Implementasi Society 5.0. Jurnal Riset Komunikasi, 5(2),
172�186.
Hadi, Krishno, Asworo, Listiana,
& Taqwa, Iradhad. (2020). Inovasi Dialogis: Menuju Transformasi Pelayanan
Publik Yang Partisipatif (Kajian Sistem Pelayanan Malang Online). Journal
of Government and Civil Society, 4(1), 115�129.
Huriyah, Lilik. (2016). Penerapan
Total Quality Management (TQM) Dalam Peningkatan Mutu Layanan Publik UIN Sunan
Ampel Surabaya. JOIES (Journal of Islamic Education Studies), 1(2),
303�332.
INDRIYANI, Lusi. (n.d.). Sistem
Penyimpanan Dokumen Pertanggungjawaban Kesatkeran (SIDOKAR) di Direktorat
PPHN: Laporan Aksi Perubahan Kinerja Pelayanan Publik.
Islah, Khikmatul. (2018). Peluang
dan tantangan pemanfaatan teknologi big data untuk mengintegrasikan pelayanan
publik pemerintah. Jurnal Reformasi Administrasi: Jurnal Ilmiah Untuk
Mewujudkan Masyarakat Madani, 5(2), 130�138.
Karso, A. Junaedi. (2022a). Perencanaan
Strategik dalam Menyiapkan Sumber Daya Aparatur Pemerintahan Daerah yang
Profesional dalam Mendukung Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Era
Digital 4.0.
Karso, A. Junaedi. (2022b). Perencanaan
Strategik dalam Menyiapkan Sumber Daya Aparatur Pemerintahan Daerah yang
Profesional dalam Mendukung Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Era
Digital 4.0.
Katharina, Riris. (2021). Pelayanan
publik & pemerintahan digital Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Khan, Ayub. (2021a). Optimalisasi
Pelayanan Publik Bagi Pemimpin di Era Digitalisasi di Provinsi Riau. Jurnal
Niara, 14(2), 9�14.
Kolopita, Debby. (2022). Implementasi
Evaluasi Pasca Pelatihan Pada Balai Diklat Keagamaan Manado. Transformasi,
4(2), 251�269.
Mukhlisah, Fauziah. (2021).
Pelatihan Kepemimpinan Smart Governance: Adaptasi Era VUCA. Jurnal Analis
Kebijakan, 5(2), 166�185.
Ningtyas, Trimurti. (2017). New
Public Service: Pelayanan Publik Berbasis Humanistik untuk Kesuksesan
Reformasi Birokrasi. Jurnal Ilmiah Manajemen Publik Dan Kebijakan Sosial,
1(1).
Pariq, Said. (2021). Penguatan
Peran Widyaiswara Dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Menuju Konsep
Smart ASN 4.0. Prajaiswara.
PERSADA, Haris Dharma. (n.d.). Sistem
Informasi Pelayanan Tamu Digital (SI-PETA) di Bawaslu Provinsi DKI Jakarta:
Laporan Aksi Perubahan Kinerja Pelayanan Publik.
PURWOKO, Sigit, ROKHMAN, Ali, &
TOBIRIN, Tobirin. (2022). E-Leadership: Konsep Dan Pengaruh Kepemimpinan
Digital Dalam Transformasi Digital Di Sektor Pemerintahan.
Putra, Teddy Minahasa. (2019). Pelayanan
Publik, Good Governance, dan Ketahanan Nasional. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Saggaf, Said, Said, Muhammad Mario,
& Saggaf, Widiawati Said. (2018). Reformasi Pelayanan Publik di Negara
Berkembang (Vol. 1). SAH MEDIA.
Sandiasa, Gede, & Agustana,
Putu. (2018). Reformasi Administrasi dan Birokrasi Pemerintahan Daerah Dalam
Menigkatkan Kualitas Layanan Publik di Daerah. Public Inspiration: Jurnal
Administrasi Publik, 3(1), 1�8.
Susanty, Yunni, & Yuningsih,
Yuyu. (2021a). Implementasi Electronic Government: Studi Kasus pada Aplikasi
SILPa KAMI di Pemerintah Kota Cimahi. Jurnal Wacana Kinerja, 24(2).
Susanty, Yunni, & Yuningsih,
Yuyu. (2021b). Implementasi Electronic Government: Studi Kasus pada Aplikasi
SILPa KAMI di Pemerintah Kota Cimahi. Jurnal Wacana Kinerja, 24(2).
Tulungen, Evans E. W., Saerang,
David P. E., & Maramis, Joubert B. (2022a). Transformasi Digital: Peran
Kepemimpinan Digital. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis
Dan Akuntansi, 10(2).
Wirawan, Vani. (2020a). Penerapan
E-Government dalam Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0 Kontemporer di
Indonesia. Jurnal Penegakan Hukum Dan Keadilan, 1(1), 1�16.
Copyright holder: Adi Setiadi (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |