Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 5, Mei
2023
PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Elly Agustin Fitriana1, Rahmat
Mulyono2
1MTsN 4 Gunungkidul, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa2
Email: [email protected]
Abstrak
Sikap kemandirian dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tingkah laku. Dengan adanya perubahan tingkah laku maka siswa juga memiliki peningkatan dalam berfikir, menganggap bahwa dalam belajar harus bisa mandiri tanpa mengandalkan bantuan dari orang lain terus dan juga tidak menggantungkan belajar dari guru saja, tapi belajar juga bisa dari media cetak, elektronik dan alam. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan jumlah subyek penelitian adalah 32 anak dengan tujuan penelitian untuk Untuk mengetahui layanan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling di Mts Negeri 9 Gunungkidul. Untuk mengetahui kemandirian belajar siswa di MTs Negeri 9 Gunungkidul. Untuk mengetahui hasil Kemandirian Belajar melalui layanan bimbingan Kelompok di kelas 8 C MTs Negeri 9 Gunungkidul Yogyakarta. Hasil penelitian kenaikan kemandirian belajar anak pada siklus yang kedua di kelompok pertama sebesar 22,1 %. Dengan nilai rata- rata sudah 82,05 hal ini berarti kemandirian anak sudah sangat baik, dimana 5 anak nilai berkisar antara 70-80 termasuk katagori sedang dan 6 anak udah diatas nilia 80 yang termasuk dalam katagori kemandirian belajar yang tinggi. kenaikan kemandirian belajar anak pada siklus yang kedua di kelompok kedua sebesar 25,1 %. Dengan nilai rata- rata sudah 85,45 hal ini berarti kemandirian anak sudah sangat baik, dimana 4 anak nilai berkisar antara 70-80 termasuk katagori sedang dan 7 anak udah diatas nilia 80 yang termasuk dalam katagori kemandirian belajar yang tinggi. kenaikan kemandirian belajar anak pada siklus yang kedua di kelompok ketiga sebesar 21,7 %. Dengan nilai rata- rata sudah 88 hal ini berarti kemandirian anak sudah sangat baik, dimana 10 anak sudah diatasn nilai 80 yang termasuk dalam katagori kemandirian belajar yang tinggi.
Kata Kunci: Kemandirian Belajar; Bimbingan Kelompok.
Abstract
An attitude of independence can be shown by
the ability to solve problems faced with behavior. With changes in behavior,
students also have an increase in thinking, assuming that learning must be able
to be independent without relying on help from others continuously and also do
not depend on learning from teachers alone, but learning can also be from
print, electronic and natural media. This type of research is a classroom action research with the number of research
subjects is 32 children with the aim of research to find out group guidance
services carried out by Guidance Counseling teachers at Mts Negeri 9 Gunungkidul. To find out the independence of student
learning at MTs Negeri 9 Gunungkidul. To find out the
results of Learning Independence through Group guidance services in grade 8 C
MTs Negeri 9 Gunungkidul Yogyakarta. The results of
the study increased children's learning independence in the second cycle in the
first group by 22.1%. With an average score of 82.05, this means that
children's independence is very good, where 5 children score between 70-80
including the medium category and 6 children above 80 who are included in the
high learning independence category. The increase in children's learning
independence in the second cycle in the second group was 25.1%. With an average
score of 85.45, this means that children's independence is very good, where 4
children score between 70-80 including the medium category and 7 children above
80 who are included in the high learning independence category. The increase in
children's learning independence in the second cycle in the third group was
21.7%. With an average score of 88, this means that children's independence is
very good, where 10 children have been above the value of 80 which is included
in the category of high learning independence.
Keywords: mHealth; Noncommunicable diseases (NCDs);
West Papua Province.
Pendahuluan
Pendidikan
mempunyai peran yang sangat
penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa (Aidha & Pratiwi, 2013). Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensipotensinya agar mencapai pribadi yang bermutu. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mengemban tugas yang cukup berat diantaranya
sebagai fasilitator bagi siswa untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal (Hakim, 2021). Hal ini merupakan
usaha yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensinya
(bakat, minat dan kemampuan). Pendidikan menjadi aspek penting yang diperhatikan di Indonesia.
Hal
ini terbukti dengan digalakkannya program wajib belajar dan jam belajar masyarakat. Kesadaran masyarakat akan pendidikan membuat pemerintah harus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia (Baktiningtyas, 2011);(Herawati et al., 2020). Untuk mencapai
kemajuan dalam pendidikan, kegiatan belajar di sekolah menjadi salah satu faktor penting (Mahmud, 2012). Kegiatan pembelajaran
inilah yang menjadi sumber belajar yang pokok untuk siswa
dalam mengembangkan kemampuan dan bakatnya.
Kegiatan pembelajaran diberbagai bidang ilmu perlu
diperbaiki guna memfasilitasi semua siswa yang berbeda latar belakang dan karakter (Rohani, 2020). Berdasarkan hasil
pengamatan MTs Negeri 9 Gunungkidul
prestasi belajar anak di beberapa kelas kurang memuaskan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah kemandirian belajar yang kurang baik. Anak masih harus disuruh
belajar apabila akan menempuh ujian
atau ulangan lainnya. Selain itu, kemandirian belajar siswa juga masih kurang. Siswa
sering kali menunggu penjelasan dari guru untuk menerangkan suatu konsep maupun
dalam menyelesaikan soal. Beberapa siswa bertanya pada temannya tentang penyelesaian soal sebelum mencoba mencoba mengerjakan sendiri.
Dari
pengamatan saat pembelajaran, hanya beberapa siswa yang mempunyai inisiatif untuk mengutarakan pendapatnya sedangkan siswa yang lain menunggu saat ditunjuk untuk
mengutarakan pendapatnya (Setyaningtyas, 2012). Siswa seharusnya
mempunyai inisiatif untuk mempelajari materi dan tidak tergantung orang lain. Aktifitas siswa yang kurang ini menyebabkan siswa kurang fokus
saat pembelajaran. Siswa kurang bisa
menghubungkan suatu komponen permasalahan dengan komponen lain untuk menyelesaikan masalah itu (Dinni, 2018). Dari kedua permasalah
di atas, perlu adanya upaya untuk
meningkatkan kemandirian belajar.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana
layanan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh guru
Bimbingan Konseling di MTs
Negeri 9 Gunungkidul ? Bagaimana kemandirian
belajar siswa di MTs Negeri
9 Gunungkidul? Bagaimana hasil Kemandirian Belajar melalui layanan bimbingan Kelompok di kelas 8 C MTs Negeri
9 Gunungkidul Yogyakarta?
Tujuan penelitian untuk mengetahui layanan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling di Mts Negeri 9 Gunungkidul.
Manfaat Penelitian penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan, khususnya bagi pengembangan layanan bimbingan kelompok dalam peningkatkan kemandirian belajar siswa.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), dengan jumlah subyek penelitian adalah 32 anak dengan tujuan penelitian
untuk mengetahui layanan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh guru
Bimbingan Konseling di Mts
Negeri 9 Gunungkidul. Untuk
mengetahui kemandirian belajar siswa di MTs Negeri 9 Gunungkidul. Untuk mengetahui hasil Kemandirian Belajar melalui layanan bimbingan Kelompok di kelas 8 C MTs Negeri 9 Gunungkidul
Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan
data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan ketiganya yaitu triangulasi (Rahmatunnisa et al., 2020).
Menurut Sugiyono �(2018) terdapat dua hal
utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data atau disebut dengan
teknik pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
pada penelitian ini yaitu;
Observasi dilakukan dengan
teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal yang akan diamati atau
diteliti. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi untuk mengamati perilaku siswa dan guru pada saat pembelajaran berlangsung.
Data yang berhasil dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan catatan lapangan dianalisis dengan menggunakan metode analisis dari Miles dan Huberman (P. D. Sugiyono, 2018). Reduksi data adalah proses merangkum, memilih, dan memfokuskan data
pada hal-hal yang penting, sehingga memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data. Setelah dilaksanakan reduksi data, maka selanjutnya barulah dilakukan penyajian data. Penyajian data adalah proses untuk menyusun, mengorganisasikan data supaya lebih mudah untuk
dipahami (Dewi & Nuraeni, 2022). Penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk uraian
singkat, bagan, dan sejenisnya.
Untuk keabsahan data dalam penelitian ini digunakan teknik
triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada (D. Sugiyono, 2010). Peneliti menggunakan
teknik triangulasi sumber data dan metode dalam penelitian tindakan kelas ini, karena teknik
ini merupakan pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding data tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Pada awal pertemuan peneliti melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan
topik tugas motivasi belajar dan tanggung jawab. Kegiatan layanan bimbingan
kelompok ini diawali dengan ucapan salam dan sapaan kepada anggota kelompok
dan� dilanjutkan dengan� menjelaskan�
pengertian,� tuujuan,� azas,�
serta� manfaat layanan bimbingan
kelompok. Pada pertemuan pertama pemimpin kelompok menekankan pada tahap
permulaan dengan saling memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan mengenai
kegiatan bimbingan kelompok. Pada tahap awal ini� pemimpin�
kelompok� dan� anggota kelompok saling memberikan pertanyaan
untuk saling mengenal satu sama
lain. Dalam tahap kegiatan topik yang dibahas adalah �motivasi belajar�.
Pemberian topik tersebut
bertujuan untuk menumbuhkan semangat belajar dalam diri
siswa serta mengetahui seberapa besar semangat belajar anggota kelompok dan cara menumbuhkannya. Selama kegiatan berlangsung anggota kelompok masih belum bisa
mengikuti dengan baik, karena anggota
kelompok belum memahami tentang proses layanan bimbingan kelompok dengan jelas.
Pada pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yang pertama, dinamika kelompok belum tercipta dengan baik. Pemahaman
anggota kelompok tentang topik yang dibahas juga dirasa masih kurang. Anggota
kelompok merasa sangat tertarik untuk melakukan kegiatan bimbingan kelompok selanjutnya. Pada pertemuan kedua ini peneliti
melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan topik tugas
kemandirian belajar dan tanggung jawab. Kegiatan ini diawali
dengan ucapan salam dan sapaan kepada para anggota kelompok dan dilanjutkan dengan menjelaskan pengertian, tujuan, manfaat serta asas-asas
layanan bimbingan kelompok kemudian memberikan permainan tebak gambar agar anggota kelompok merasa senang dan tidak tegang selama
mengikuti layanan bimbingan kelompok ini. Pemberian permainan tersebut bertujuan untuk memunculkan dinamika kelompok, agar anggota kelompok menunjukkan keakraban.
Dalam tahap kegiatan
pemimpin kelompok memberitahukan pada anggota kelompok topik yang akan dibahas pada pertemuan kali ini adalah kemandirian belajar. Selama kegiatan berlangsung anggota kelompok sudah lebih baik
dari sebelumnya dalam mengikuti jalannya bimbingan kelompok. Ada beberapa anggota kelompok yang sudah mulai mau
mengemukakan pendapatnya.
Pada pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yang kedua, dinamika kelompok tercipta� lebih� baik� dari� sebelumnya� namun �dirasa� masih� kurang Pemahaman anggota kelompok tentang topik yang dibahas juga dirasa lebih baik dari
sebelumnya (Am, 2011). Namun masih
ada siswa yang malu dalam berpendapat.
Anggota kelompok merasa sangat tertarik untuk melakukan kegiatan bimbingan kelompok selanjutnya.
Dalam tahap pengakhiran
pemimpin kelompok menyampaikan hasil kesimpulan dari�� tahap�� kegiatanyang� telah�� dilakukan�� dan�� meminta�� anggota kelompok mengisi laiseg serta menginformasikan pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok lanjutan yang akan segera dilaksanakan.
Pada pertemuan ketiga ini peneliti
melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan topik tugas
Kepercayaan Diri Belajar. Pada tahap permulaan, pemimpin kelompok masih menjelaskan pengertian, tujuan, manfaat serta asas-asas layanan bimbingan kelompok. Hal ini bertujuan agar anggota kelompok semakin paham mengenai kegiatan layanan bimbingan kelompok.
Pemimpin kelompok melakukan
variasi sebelum ke tahap peralihan,
yaitu dengan memberikan permainan kebolehanku. Setelah dirasa suasana kelompok menjadi kondusif untuk melakukan layanan bimbingan kelompok maka pemimpin kelompok
mengarahkan anggota kelompok supaya fokus pada kegiatan. Pada tahap peralihan, pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk masuk pada tahap kegiatan.���������
Pada tahap kegiatan, topik yang dibahas yaitu kepercayaan
diri belajar. Proses pelaksanaan layanan bimbingan kelompok pada pertemuan ketiga, semua anggota sudah
aktif dan lebih terbuka dalam berpendapat,
dinamika kelompok yang diharapkan sudah muncul� cukup� baik (Sari et al., 2020). Pemahaman anggota
kelompok mengenai kepercayaan diri belajar sudah cukup,
terlihat dari kesimpulan yang dikemukakan anggota kelompok.
Tahap pengamatan dilakukan
oleh peneliti dan observer untuk
mengetahui sejauh mana tindakan layanan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan baik dan mengamati perubahan yang terjadi pada anggota kelompok (Wahyuni, 2022). Tahap ini
dilakukan oleh peneliti sebagai tindak lanjut dari proses layanan bimbingan kelompok yang telah selesai dilakukan.
Pada tahap ini,
peneliti melakukan pengamatan terhadap anggota kelompok selama proses layanan bimbingan kelompok secara keseluruhan. Pengamatan terhadap anggota kelompok pada saat layanan bimbingan
kelompok dilakukan oleh peneliti dan kolabolator. Adapun hasil pengamatan perkembangan kemandirian belajar dapat dilihat
dalam hasil pengamatan perkembangan tingkat kemandirian belajar siswa kelas
VIIIc MTsN 9� Gunungkidul
pada proses layanan bimbingan� kelompok. Kenaikan kemandirian belajar pada siklus 1 kelompok 1 sebesar 9,1 %.� Adapun berdasarkan diagaram adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Kemandirian anak siklus 1
Dalam Siklus
II peneliti bersama kolaborator merencanakan pemberian tindakan berupa layanan bimbingan kelompok pada siklus II dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil layanan kelompok khususnya layanan bimbingan kelompok. Pengamatan proses dan hasil layanan bimbingan kelompok berjalan� dengan� baik dan sesuai dengan prosedur
yang telah direncanakan
pada awal pertemuan.
Sebagian anggota kelompok mengalami peningkatan pada indikator. Perencanaan ini bertujuan agar proses pelaksanaan tindakan berjalan dengan lancar dan sesuai harapan.
Dapat diambil
kesimpulan bahwa kenaikan kemandirian belajar anak pada siklus yang kedua di kelompok pertama sebesar 22,1 %. Dengan nilai rata- rata sudah 82,05 hal ini berarti
kemandirian anak sudah sangat baik, dimana 5 anak nilai
berkisar antara 70-80 termasuk katagori sedang dan 6 anak udah diatas nilai
80 yang termasuk dalam katagori kemandirian belajar yang tinggi. Kenaikan kemandirian belajar anak pada siklus yang kedua kelompok kedua sebesar 21,7 %. Dengan nilai rata- rata sudah 88 hal ini berarti
kemandirian anak sudah sangat baik, dimana 10 anak sudah diatas nilai
80 yang termasuk dalam katagori kemandirian belajar yang tinggi. Secara diagram dapat dilihat diagram dibawah ini:
Gambar 2 Kemandirian anak siklus II
Kemandirian belajar
anak kelas 8c tahun pelajaran 2018/2019 di MTs
Negeri 9 gunungkidul melalui
kegiatan layanan kelompok yang dilakukan oleh guru
bimbingan konseling semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat
dari sebelum pelaksanaan rendah setelah dilakukan pendampingan kelompok oleh peneliti samapi pada siklus kedua sudah
tidak ada siswa yang memiliki kategori kemandirian belajar yang rendah. Adapun setiap aspek kemandirian
yang berkembang antara sebelum dan sesudah layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:�
Tabel 1
Peningkatan setiap aspek kemandirian belajar
Kelompok |
Aspek |
||||
Percaya diri |
Tanggung
jawab |
Motivasi |
Kontrol diri |
Tdk
bergantung |
|
1 |
21,8 |
19,1 |
22,8 |
24,3 |
24,7 |
2 |
27,1 |
26,2 |
24,8 |
25,3 |
22,5 |
3 |
27,1 |
25,0 |
18,6 |
21,2 |
19,2 |
Gambar 3 Peningkatan setiap
aspek kemandirian belajar
Berdasarkan tabel
dan diagram diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aspek kemandirian
yang menonjol pertama adalah kepercayaan diri dimana kelompok� 1 -3 sebesar
21.8%, 27,1% dan 27,1%. Aspek kemandirian
belajara yang berkembang selanjutnya adalah kontrol diri dimana
kelompok 1-3 sebesar 24,3%,
25,3% dan 21,2 %. Aspek selanjutnya
adalah tanggung jawab dimana hasil
kelompk 1-3 sebesar 19,1%,
26,2 %dan 25 %. Aspek yang keempat
yang berkembang adalah tidak bergantung pada orang laian dengan hasil
kelompok 1-3 sebesar 24,7%,
22,5% dan 19,2 %. Aspek terakhir
yang berkembang adalah motivasi belajar sebesar 22,8%, 24,4 %dan 18,6 %
Kesimpulan
Kemandirian belajar anak
kelas 8c di MTs Negeri 9 Gunungkidul
tahun pelajaran 2018/2019 sebelum dilakukan kegiatan pembimbingan kelompok� yang termasuk
dalam katagori kemandirian tinggi sebanyak 9 anak, 11 anak termasuk dalam
katagori kemandirian belajar sedang dan sisanya 12 anak termasuk dalam katagori kemandirian belajar yang lemah.
Pelaksanaan layanan kelompok
dilakukan melalui dua siklus setiap siklus
terdiri dari 3 pertemuan dan setiap pertemuan dilaksanakan melalui perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada pertemuan pertama materi layanan kemandirian belajar ( motivasi
belajar ). pertemuan kedua� materi layanan tidak bergantung� dan tanggung jawab pertemuan ketiga materi layanan
kepercayaan diri belajar dan kontrol diri.
Hasil penelitian kenaikan kemandirian belajar anak pada siklus yang kedua di kelompok pertama sebesar 22,1 %. Dengan nilai rata- rata sudah 82,05 hal ini berarti
kemandirian anak sudah sangat baik, dimana 5 anak nilai
berkisar antara 70-80 termasuk katagori sedang dan 6 anak udah diatas nilia
80 yang termasuk dalam katagori kemandirian belajar yang tinggi. kenaikan kemandirian belajar anak pada siklus yang kedua di kelompok kedua sebesar 25,1 %. Dengan nilai rata- rata sudah 85,45 hal ini berarti
kemandirian anak sudah sangat baik, dimana 4 anak nilai
berkisar antara 70-80 termasuk katagori sedang dan 7 anak udah diatas nilia
80 yang termasuk dalam katagori kemandirian belajar yang tinggi. kenaikan kemandirian belajar anak pada siklus yang kedua di kelompok ketiga sebesar 21,7 %. Dengan nilai rata- rata sudah 88 hal ini berarti
kemandirian anak sudah sangat baik, dimana 10 anak sudah diatas nilai� 80 yang termasuk
dalam katagori kemandirian belajar yang tinggi.
BIBLIOGRAFI
Aidha, N. H. P., & Pratiwi, T. I. (2013).
Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Ngariboyo. Jurnal BK Unesa,
3(1).
Am, S. (2011). Interaksi dan motivasi
belajar mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Baktiningtyas,
R. S. (2011). studi kasus tentang motivasi belajar rendah pada siswa kelas IX
melalui konseling individual dengan pendekatan realitas di SMP N 2 Rembang
Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Dewi,
M. W. K., & Nuraeni, R. (2022). Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP
ditinjau dari Self-Efficacy pada Materi Perbandingan di Desa Karangpawitan. Plusminus:
Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 151�164.
Dinni,
H. N. (2018). HOTS (High Order Thinking Skills) dan kaitannya dengan kemampuan
literasi matematika. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 1,
170�176.
Hakim,
A. R. (2021). Pengaruh Kompetensi Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
dalam Mengelola Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar Siswa. Matriks: Jurnal
Sosial Dan Sains, 2(2), 58�69.
Herawati,
E. S. B., Suryadi, S., Warlizasusi, J., & Aliyyah, R. R. (2020). Kinerja
Dewan Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Tadbir: Jurnal Studi
Manajemen Pendidikan, 4(1), 87�100.
Mahmud,
H. (2012). Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Berbantuan Media
Audiovisual Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP
Muhammadiyah 1 Kudus. Tesis: UNNES.
Rahmatunnisa,
S., Mujtaba, I., & Alfiyanti, A. R. (2020). Strategi pendidik anak usia
dini dalam pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 pada kelompok B KB/TK
Al-Ikhlas. Prosiding Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ, 2020.
Rohani, R. (2020). Media pembelajaran.
Sari,
Y. Y., Mayasari, S., & Andriyanto, R. E. (2020). Peningkatan Motivasi
Belajar dengan Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19
Bandar Lampung. ALIBKIN (Jurnal Bimbingan Konseling), 8(2).
Setyaningtyas,
H. R. (2012). Meningkatkan Motivasi Belajar Rendah pada Siswa Kelas IX F
melalui Konseling Rasional Etimotif di MTs Negeri Lasem Tahun Pelajaran
2011/2012. Skripsi: UNNES.
Sugiyono, D. (2010). Metode penelitian
kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 26�33.
Sugiyono,
P. D. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
CV. ALFABETA.
Wahyuni,
I. S. (2022). Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas IX Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok Di SMPN 8 Madiun Tahun Ajaran 2019/2020. Jurnal Profesi
Dan Keahlian Guru (JPKG), 3(2), 33�39.
Copyright holder: Elly Agustin Fitriana, Rahmat Mulyono (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |