Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 11, November 2022
KAJIAN CREATIVE
TOURISM MELALUI PROSES CO-CREATION
PADA AKTIVITAS VOLUNTOURISM DI KAMPUNG WISATA CISANGKAL
Rachmat Syam, Zendra Haris Prasetya�
Prodi Studi
Destinasi Pariwisata, Politeknik Pariwisata NHI Bandung, Indonesia�
Email : [email protected], �[email protected]�
�
Abstract
Aktivitas voluntourism yang dilaksanakan pada Kampung Wisata Cisangkal belum
menghasilkan penciptaan kreatif berupa produk tangible atau pengetahuan yang dapat terus di kembangkan oleh
masyarakat setempat. Selain itu, penelitian dan pengembangan terkait topik creative tourism belum banyak membahas
terkait hubungan atau potensi irisan dari creative
tourism dengan voluntourism.
Melalui kajian deskriptif dengan pendekatan kualitatif penelitian ini bertujuan
menggali proses Cocreation yang ada
pada aktivitas, serta menghasilkan
kerangka konseptual sederhana proses Co-creation
pada aktivitas Voluntourism di
Kampung Wisata Cisangkal. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tiap stakeholder
berperan aktif dalam proses co-creation
pada aktivitas voluntourism.
Wisatawan berperan sebagai center of
experience dengan didukung oleh penyedia jasa dan masyarakat lokal. Dimensi
dalam proses Co-creation tidak dapat
berdiri sendiri dan saling berhubungan. Co-creation
berpengaruh pada pembentukan pengalaman yang memiliki nilai tambah kreatif,
unik dan terbarukan bagi tiap stakeholder
yang terlibat.
Kata Kunci: Co-creation;
creative experience; creative tourism; Voluntourism.
�
Abstract
Voluntourism activities carried out in Cisangkal Tourism
Village have not produced creative creations in the form of tangible products
or knowledge that can continue to be developed by the local community. In
addition, research and development related to the topic of creative tourism has
not discussed much related to the relationship or potential intersection of
creative tourism with voluntourism. Through a descriptive study with a
qualitative approach, this research aims to explore the Cocreation process that
exists in activities, as well as produce a simple conceptual framework for the
Co-creation process in Voluntourism activities in Cisangkal Tourism Village.
The results of this study show that each stakeholder plays an active role in
the co-creation process in voluntourism activities. Tourists act as a center of experience supported by service providers
and local communities. Dimensions in the Co-creation process cannot stand alone
and are interconnected. Co-creation has an effect on the formation of
experiences that have creative, unique and renewable added value for each
stakeholder involved.
Keywords: Co-creation; creative experience; creative tourism; Voluntourism.
Kreativitas secara konkrit
mulai digunakan sebagai development tool
dalam lingkup penyelesaian masalah ekonomi dan sosial (Richards, 2011). Berdasarkan fakta tersebut kreatifitas
dipertimbangkan oleh pembuat kebijakan sebagai pemecahan dan perwujudan
pelaksanaan pariwisata berkelanjutan. Creative
tourism pun merupakan salah satu strategi kemenparekraf dalam mendorong
pengembangan pariwisata Indonesia yang berkelanjutan. Hal tersebut ditunjukkan
Kemenparekraf dengan mensinergikan industri pariwisata dan industri kreatif. Pariwisata
kreatif Indonesia didefinisikan dalam bentuk program berkelanjutan yang
bermanfaat bagi masyarakat lokal dan mengoptimalkan sumber daya kreatif dalam
17 sub sektor ekonomi terutama kuliner, kriya dan fesyen (Harjawati, 2020).
Creative
tourism juga cukup sering dibahas dalam kajian-kajian akademis, terdapat 72.000
artikel ilmiah yang dipublikasi dari tahun 2018 hingga 2023 (Rahman et al., 2021). Menurut Richards Greg (Richards, 2011, 2014; Richards & Palmer, 2012), menyimpulkan
bahwa Participation, Co-creation, dan
edutainment merupakan kata kunci
dalam memahami creative tourism.
Creative
tourism sangat dekat dengan manfaat dan keberlanjutannya, begitu pula
dengan pariwisata berbentuk kegiatan kegiatan prososial, salah satunya adalah Volunteer tourism (VT) atau Voluntourism yang kombinasi terintegrasi
antara leisure travel dan kegiatan
kerelawanan (Milne & Ladner, 2018). Kampung Wisata Cisangkal
menyajikan konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat (CBT) yang dikemas dengan
kegiatan Agroeduwisata dan Voluntourism
(Afina et al., 2022). Aktivitas Voluntourism
yang pernah dilakukan pada Kampung Wisata Cisangkal adalah aktivitas dengan
nama �Socpacker ke-9 dengan komposisi 50% aktivitas prososial dan 50% berwisata
(Yuliawati et al., 2022). Terdapat dua aktivitas
utama pada Socpacker ke-9 yaitu susur hutan cisangkal dan aktivitas prososial fun learning bersama anak-anak setempat
dimana wisatawan berperan sebagai pengajar untuk memberikan materi tentang arah
mata angin.�
Mempertimbangkan
keberlanjutan dan kebermanfaatan sebagai dasar bagi adanya aktivitas wisata di
Kampung Wisata Cisangkal, fun learning
yang dilakukan belum mengembangkan kreativitas anak-anak setempat dan wisatawan
kearah penciptaan kreatif berupa produk tangible
atau pengetahuan yang dapat terus di kembangkan oleh masyarakat setempat.
Berdasarkan hal tersebut perlu ada nilai tambah kreatif yang dapat digali dari
proses Co-creation yang terindikasi
pada aktivitas Voluntourism di
Kampung Wisata Cisangkal untuk dapat memberikan manfaat secara optimal bagi
tiap stakeholder terutama bagi masyarakat local dan wisatawan.
�Aktivitas voluntourism
di Kampung Wisata Cisangkal menitikberatkan pengalaman wisatawan pada peran
mereka sebagai relawan yang mengindikasikan adanya proses cocreation dalam aktivitas bersama penyedia jasa dan masyarakat
local. Oleh karena itu Kajian creative
tourism melalui Co-creation of
tourist experience (Galvagno & Giaccone, 2019). Pada aktivitas Voluntourism di Kampung Wisata Cisangkal
oleh Social Traveling Indonesia menjadi sangat menarik dan diperlukan guna
mengeksplorasi dan menggali lebih dalam potensi terjadinya proses Co-creation. Selain itu, penelitian ini
didorong oleh urgensi akademis dimana penelitian dan pengembangan terkait topik
creative tourism belum banyak
membahas terkait hubungan atau potensi adanya irisan dari creative tourism dengan konsep/model pariwisata berbasis kegiatan
prososial dengan bentuk aktivitas volunteering
atau volunteer tourism. Proses Co-creation sebagai salah satu inti dari
konsep creative tourism (Richards & Palmer, 2012) membuat penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan kerangka konseptual sederhana dengan Cocreation
sebagai added value yang dapat berguna untuk mengembangkan creative tourism experience dari aktivitas Voluntourism di Kampung
Wisata Cisangkal.�
Creative
tourism menggeser perspektif pariwisata yang berfokus pada produk
pariwisata atau pengalaman yang ditawarkan oleh provider atau masyarakat lokal
(desa wisata) kepada wisatawan, menjadi produk pariwisata yang mendorong dan
memberikan keleluasaan wisatawan untuk berpartisipasi aktif dengan seluruh stakeholder yang ada dalam membentuk
pengalaman berwisata mereka (Cabe�a, 2020). Greg Richard (2011, 2014; 2012), beliau menyimpulkan bahwa Participation, Co-creation,
dan edutainment merupakan kata kunci
dalam memahami creative tourism.�
Co-creation sendiri
merupakan proses menyingkirkan prefabricated experience pada suatu
produk(Binkhorst, 2009). Mariana Carvalho (2021) menjelaskan dimensi paling representatif dari
pengalaman Co-creation pada
pariwisata, yaitu Interaction,
Participation, Engagement, dan Personalization.�
Dalam pembentukan
pengalaman, interaction dapat terjadi
pada konteks sosial, fisik, bahkan visual (Neuhofer et al., 2012). Interaksi sosial, fisik
dan teknologi merupakan inti dari pengalaman wisatawan, interaksi berperan
sebagai kunci pembentukan pengalaman berwisata dari sudut pandang wisatawan.
Kepuasan menyeluruh dari wisatawan merupakan konsekuensi dari interaksi
wisatawan dengan berbagai aspek yang ada di daya tarik wisata (Carvalho et al., 2021).�
Participation dari wisatawan
didorong dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk bertanggung jawab dalam
membentuk pengalaman berwisata mereka sendiri (Kennedy, 2022). Partisipasi psikologis yang bisa wisatawan lakukan
dapat berbentuk keterlibatan kognitif dalam menstimulasi pertukaran pengetahuan
pada proses pembelajaran, (Campos et al., 2015) (Minkiewicz et al., 2014) (Carvalho et al., 2021) selain itu partisipasi
aktif wisatawan juga berkontribusi dalam perluasan pengetahuan, serta
kemampuan, dan dengan demikian hal itu akan memberikan mereka educational experiences yang unik.
Engagement berkaitan dengan
penyelaman serta pemahaman koginitif dan emosional dari suatu pengalaman (Minkiewicz et al., 2014). Cognitive engagement terkait dengan rasa refleksi pribadi pada
pengalaman serta hasil pembelajaran yang meliputi keinginan untuk mengetahui
lebih banyak, melibatkan pertanyaan tentang prekonsepsi dan sikap terhadap
suatu pengalaman tersebut, sedangkan emotional
engagement merupakan keterlibatan yang timbul dari koneksi dan perasaan
relevansi pribadi terhadap pengalaman (Minkiewicz et al., 2014).
Personalization
dapat
diartikan sebagai proses wisatawan menciptakan pengalaman mereka dalam memenuhi
kebutuhan melalui kustomisasi personal pada pengalaman yang dibutuhkan,
interaksi dengan penyedia layanan, serta teknologi yang mereka gunakan (Minkiewicz et al., 2014).
Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif (Nassaji, 2015). Dengan pendekatan kualitatif (Creswell & Creswell, 2018). Data yang digunakan adalah
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara
dengan narasumber yang dipilih berdasar kan purposive
sampling terdiri atas, Tim Social traveling yang dapat diwawancarai
berjumlah 3 orang dengan peran project
leader, documenter, dan liaison
officer, wisatawan yang dapat diwawancarai berjumlah 4 orang, serta
masyarakat lokal 4 orang yang terdiri atas pengelola Kampung Wisata Cisangkal
dan Local Savior. Sedangkan, data sekunder diperoleh melalui materi audio
visual digital yang dapat berupa foto, videotape, halaman utama situs web,
email, pesan teks, teks media sosial, atau segala bentuk suara (Creswell & Creswell, 2018). Analisis dilakukan melalui
langkah - langkah sekuensial dari lingkup spesifik sampai general dan
menggunakan berbagai level analisis (Creswell & Creswell, 2018) yang terdiri atas: 1)
Pengorganisasian dan mempersiapkan data; 2) Pembacaan data; 3) Pengkodean; 4)
Pembuatan deskripsi dan topik; 5) Interpretasi deskripsi dan topik. Triangulasi
data (Creswell & Creswell, 2018).� digunakan untuk menguji kabsahan data yang
diperoleh dari penelitian.
Terletak di Dusun Mekarmulya
Desa Bangunkarya Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran Jawa Barat, daya
tarik utama KWC adalah Hutan Cisangkal yang merupakan Hutan adat. Hutan ini
dijaga oleh masyarakat secara turun temurun sebagai sumber mata air penangkal kekeringan
panjang (Afina et al., 2022). Kampung Wisata Cisangkal menawarkan kosep Pariwisata
Berbasis Masyarakat (CBT) yang dikemas dengan kegiatan agroeduwisata,
agroforestri dan Voluntourism (Afina et al., 2022). Voluntourism
diterapkan karena menghasilkan pertukaran edukasi antara wisatawan dan
masyarakat, begitupun sebaliknya sehingga lama tinggal wisatawan lebih
bermanfaat (Afina et al., 2022). Menurut pengelola, Voluntourism sesuai dengan nilai dasar didirikannya KWC yaitu
melakukan dan mengembangkan apapun yang dapat bermanfaat bagi masyarakat desa
secara berkelanjutan. Salah satu aktivitas voluntourism
yang dilakukan pada KWC adalah �Socpacker� yang merupakan kolaborasi antara
Social Traveling Indonesia (Tim Soctrav)�
dengan masyarakat local (Pengelola atau yang disebut oleh Tim Soctrav
sebagai Local Savior). Aktivitas terdiri atas kegiatan wisata berupa Susur
Hutan Cisangkal dan fun learning Bersama
anak-anak setempat.
Dimensi interaction pada proses Co-creation
dapat ditemukan dalam bentuk interaksi fisik, interaksi sosial pada aktivitas
susur hutan, interaksi sosial pada aktivitas fun learning, serta interaksi
sosial pada kondisi selain kedua aktivitas tersebut termasuk interaksi yang
berkaitan dengan teknologi. Penyedia jasa (Tim Soctrav dan Local Savior)
berperan sebagai perancang aktivitas yang memberikan ruang bagi wisatawan untuk
berinteraksi dengan alam melalui susur hutan, serta memicu interaksi sosial
aktif antar wisatawan dan masyarakat lokal selama aktivitas berlangsung,
melalui aktivitas tambahan �malam akrab� dan aktivitas fun learning.�
Wisatawan berperan aktif
dengan menunjukkan antusiasme mereka dalam menjalankan kegiatan Socpacker di
Kampung Wisata Cisangkal. Antusiasme ditunjukkan dalam interaksi fisik dengan
alam dengan melihat, dan menyentuh tumbuhan yang ada di hutan serta melalui
pertanyaan-pertanyaan pada penyedia jasa. Pada awal aktivitas antusiasme tidak
ditunjukkan oleh tiap wisatawan, namun antusiasme dari salah satu wisatawan memicu
wisatawan untuk juga aktif berinteraksi. Interaksi juga ditunjukkan wisatawan
percakapan-percakapan ringan seputar hal-hal unik yang terjadi saat menyusuri
hutan, dalam bentuk komentar serta lelucon yang akhirnya membentuk suasana
susur hutan yang mengasyikkan bagi wisatawan. Interaksi sosial lebih intens
ditunjukkan wisatawan pada aktivitas fun
learning bersama anak-anak setempat dimana wisatawan melakukan pendekatan
pada anak-anak setempat, penyampaian pengajaran yang menarik untuk anak-anak
setempat, serta berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan metode penyampaian
materi.
Pada
pelaksanaan aktivitas voluntourism di
KWC, wisatawan menunjukkan partisipasi baik secara fisik maupun psikologis atau
kognitif serta partisipasi yang berkaitan dengan teknologi. Penyedia jasa (Tim
Soctrav & Local Savior) berpartisipasi pada konteks pemberian arahan dan
pengkondisian, sedangkan wisatawan berpartisipasi dalam mengeksplorasi alam dan
melakukan pengajaran. Peran wisatawan dalam berpartisipasi pada tiap aktivitas
adalah penggunaan kemampuan fisik maupun kognitif mereka
Wisatawan
menggunakan keterampilan fisiknya untuk dapat menikmati alam hutan cisangkal
serta mengeksplorasi hutan tersebut. Secara kognitif wisatawan berpartisipasi
melalui penggalian informasi lebih dalam dari apa yang mereka amati di Hutan
Cisangkal serta penjelasan oleh Local Savior. Penggalian informasi lebih dalam
dilakukan melalui pertanyaanpertanyaan yang diajukan pada Local Savior serta inisatif
untuk menggunakan internet sebagai sumber infromasi sekunder mereka.
Partisipasi
kognitif yang lebih aktif lagi ditunjukkan wisatawan pada aktivitas fun learning. Wisatawan berimprovisasi
untuk menentukan dan menyesuaikan metode ajar yang mereka gunakan pada
anak-anak setempat. Improvisasi dilakukan melalui proses diskusi dalam kelompok
ajar yang terdiri atas tiga wisatawan dan beberapa anak-anak. Metode ajar yang
digunakan oleh wisatawan disesuaikan dengan karakteristik anak-anak pada
kelompok ajar serta kemampuan personal wisatawan. Hal tersebut menghasilkan
metode yang beragam dan unik bagi tiap kelompok ajar.
Melalui aktivitas yang
dilakukan (susur hutan dan fun learning) tiap
stakeholder aktif terlibat secara emosional serta kognitif. Penyedia jasa dan
wisatawan memiliki peran setara pada keterlibatan emosional, yang ditunjukkan
melalui munculnya perasaan sama antara wisatawan Tim Soctrav maupun Local
Savior, perasaan yang timbul dan terbagi adalah perasaan takjub dan bangga atas
penuangan kemampuan mereka pada aktivitas.�
Cognitive
engagement ditunjukkan oleh tiap stakeholder
dengan menyadari hal-hal yang mereka dapatkan dari pengalaman beraktivitas.
Melalui wawancara wisatawan, Tim Soctrav dan Local Savior menyatakan bahwa
mereka memperoleh inspirasi, peningkatan kemampuan serta yang penambahan
pengetahuan dan wawasan. Terjadi peningkatan kemampuan yang dirasakan oleh
wisatawan terutama pada kemampuan komunikasi, pengajaran dan kerja sama melalui
aktivitas fun learning. Tim Soctrav dan Local Savior pun merasakan peningkatan
kemampuan komunikasi dan manajerial dari koordinasi diantara mereka sebagai
penyedia jasa.
Pada Socpacker Ke-9 di
Kampung Wisata Cisangkal, wiatawan menunjukkan personalisasi terhadap
pengalaman mereka melalui komunikasi dengan penyedia jasa secara sosial,
sedangkan personalisasi melalui teknologi tidak dapat di temukan.�
Wisatawan diberikan ruang
eksplorasi dan improvisasi dalam aktivitas oleh penyedia jasa untuk
mempersonalisasikan pengalaman aktivitas mereka. Namun ruang tersebut tidak
banyak diberikan oleh penyedia jasa dalam konteks personalisasi pada
perencanaan aktivitas yang
�akan� dilakukan
wisatawan. Aktivitas yang dilakukan wisatawan pada Kampung Wisata Cisangkal
sudah dirancang sebelumnya, dan wisatawan hanya diberikan ruang personalisasi
sangat kecil untuk ikut serta merancang�
dari keseluruhan aktivitas. Wisatawan hanya diberikan ruang dalam bentuk
diskusi dalam penentuan keputusan jika terjadi hal darurat serta umpan balik
pada aktivitas.
Proses co-creation dapat
ditemukan pada aktivitas voluntourism
di KWC. Interaksi dapat dikatakan sebagai gerbang dari proses co-creation (Jenal et al., 2015). Pada pada aktivitas voluntourism di KWC penyedia jasa berperan sebagai pemicu dan
pelengkap dalam interaksi, sedangkan wisatawan berperan sebagai center of experience (Cabe�a,
2020) dalam susur hutan dan fun
learning di kampung wisata cisangkal. Melalui hal tersebut aktivitas tidak
berpusat pada penyedia jasa atau produk namun pada wisatawan itu sendiri (Cabe�a, 2020).�
Melalui aktivitas susur
hutan dan fun learning, penyedia jasa
(Tim Soctrav dan Local Savior) memberikan ruang improvisasi dan eksplorasi pada
wisatawan untuk menggunakan kemampuan dan pengetahuan mereka. Ruang imrpovisasi
dan eksplorasi tersebut merupakan kesempatan bagi wisatawan untuk bertanggung
jawab dalam membentuk pengalaman berwisata mereka sendiri (Susanto, 2018). Dapat dikatakan bahwa proses penuangan pengetahuan
dan kemampuan yang dilakukan oleh wisatawan dan juga penyedia jasa membentuk educational experience yang unik (Carvalho et al., 2021) dari partisipasi aktif
dalam proses do & learn (Santos et al., 2015) yang mempertegas peran
mereka sebagai experience creator
pada aktivitas voluntourism yang dilakukan.�
Tiap pihak pada aktivitas
scopacker ke-9 di Kampung Wisata Cisangkal menunjukkan bahwa mereka mendalami pengalaman memahami
lebih lanjut serta merelevansi pengalaman tersebut terhadap diri mereka (Minkiewicz et al., 2014). Melalui aktivitas yang dilakukan
wisatawan dan penyedia jasa saling berbagi perasaan takjub dan bangga secara
personal dan kolektif yang timbul dari koneksi dan perasaan relevansi pribadi
terhadap pengalaman (Minkiewicz et al., 2014).
. Selain itu wisatawan dan
penyedia jasa menyadari bahwa mereka bertukar inspirasi dan meningkatkan
kemampuan sebagai bentuk cognitive
engagement yang merupakan rasa refleksi pribadi wisatawan pada pengalaman
serta hasil pembelajaran yang meliputi keinginan untuk mengetahui lebih banyak,
melibatkan pertanyaan tentang prekonsepsi dan sikap terhadap suatu pengalaman
tersebut (Minkiewicz et al., 2014). Cognitive & emotional engagement merupakan poin paling krusial
dari Co-creation karena sangat mempengaruhi
pengembangan pribadi (Mathis et al., 2016). Serta pembentukan kepuasan
pengalaman subjektif bagi wisatawan jauh lebih dalam. (Carvalho et al., 2021).�
Proses personalisasi dapat
dikatakan sebagai proses wisatawan yang �menjahit� pengalaman mereka sendiri (Minkiewicz et al., 2014) dengan interaction, participation dan engagement
penyedia jasa wisata, serta melakukan kostumasi langung pada pengalaman (Minkiewicz et al., 2014). Namun, wisatawan tidak
dapat menyesuaikan aktivitas yang dilakukan pada tahap perencanaan aktivitas.
Idealnya aktivitas dapat di sesuaikan berdasarkan keragaman latar belakang
sosial dan kultural wisatawan (Sugathan & Ranjan, 2019). Penyesuaian ini
memungkinkan jika wisatawan turut serta dilibatkan dalam perencanaan aktivitas,
ikut sertanya wisatawan dalam proses perancangan aktivitas dapat memenuhi
kebutuhan wisatawan akan kustomisasi personal pada pengalaman yang dibutuhkan,
melalui interaksi dengan penyedia layanan, serta teknologi yang mereka gunakan (Minkiewicz et al., 2014). Personalisasi pada
aktivitas sangat mempengaruhi kualitas pengalaman Co-creation yang didapatkan, karena pengalaman yang bersifat sangat
subjektif atau personal sangat mudah dikenang (Kim et al., 2012) serta memiliki nilai tambah pada keunikan dan
keterbaruan.
Hubungan antar
dimensi dalam proses Co-creation�
Sebagai suatu proses, maka
bagian-bagian dari Co-creation saling
berhubungan satu sama lain. Interaksi aktif yang ditunjukkan oleh wisatawan
didorong oleh antusiasme wisatawan dalam membentuk pengalaman mereka sendiri (Carvalho et al., 2021). Interaksi membentuk
suasana aktivitas, dan berdampak pada pada kondisi psikologis dan proses
kognitif (Ana Cl�udia Campos, 2015) yang mempengaruhi ketertarikan dan
kontribusi wisatawan dalam penuangan kemampuan dan pengetahuan sebagai bentuk
partisipasi pada proses do &
learn� (Ana Cl�udia Campos, 2015). Engagement
yang ditunjukkan oleh wisatawan didorong oleh interaksi dan partisipasi
aktif mereka yang menghasilkan kondisi kedekatan emosional dan kognitif
tertentu (Ana Cl�udia Campos, 2015) dalam aktivitas yang memudahkan terjadinya
pertukaran inspirasi, peningkatan kemampuan serta yang penambahan pengetahuan
dan wawasan. interaction, participation dan
engagement yang ditunjukkan merupakan
bagian dari proses wisatawan mem-personalisasi pengalaman mereka (Minkiewicz et al., 2014).� saat melakukan aktivitas voluntourism.
Hubungan antar
dimensi dalam proses Co-creation�
Telah dijelaskan sebelumnya
bahwa tiap dimensi dalam proses co-creation
saling berhubungan dan mempengaruhi atau mendorong satu sama lain. Melalui
hubungan serta faktor pendorong tiap dimensi tersebut proses Co-creation pada aktivitas voluntourism dapat di visualisasikan
dalam bentuk kerangka konseptual. Kerangka konseptual yang dipaparkan
dihasilkan dari analisis pada temuan penelitian serta mengaitkannya dengan
proses Co-creation dan experiencescape berdasarkan (Carvalho et al., 2021) untuk membentuk pengalaman Cocreation dari aktivitas (Santos et al., 2015). Kerangka konseptual
ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.
Gambar 1
Kerangka
Konseptual Proses Co-Creation Pada
Aktivitas Voluntourism di
Kampung Wisata
Cisangkal
Sumber: Olahan Peneliti, 2023
Kerangka konseptual diatas
menunjukkan bagaimana proses Co-creation
terjadi pada aktivitas Voluntourism
di Kampung Wisata Cisangkal. Stakeholder-yang
terlibat pada aktivitas menunjukkan kemampuan, pengetahuan, inspirasi, dan
budayanya sebagai bagian dari antusiasme mereka pada aktivitas dan menuangkan
hal tersebut sebagai peran aktif mereka dalam aktivitas.
kemampuan, pengetahuan,
inspirasi, dan budaya, serta antusiasme dan peran aktif ditunjukkan oleh tiap stakeholder dalam interaksi mereka baik
secara fisik maupun sosial.
Interaksi
tersebut merupakan awalan dari partisipasi yang akan ditunjukkan, interaksi
aktif mendorong keleluasaan stakeholder
untuk menuangkan kemampuan, pengetahuan, inspirasi, dan budayanya pada
partisipasi. Pengalaman interaksi dan partisipasi yang terjadi pada aktivitas
mempengaruhi bagaimana tiap stakeholder
memahami apa yang mereka dapatkan selama beraktivitas yang berkaitan dengan
perasaan (emotional) dan pengembangan
diri mereka (cognitive). Interaksi
dalam aktivitas mempengaruhi bagaimana wisatawan melakukan personalisasi pada
aktivitas yang mereka lakukan, melalui interaksi aktif wisatawan berperan aktif
dalam berpartisipasi dan engage pada
aktivitas, yang merupakan proses wisatawan menciptakan pengalaman unik personal
mereka terhadap aktivitas yang mereka lakukan.�
Keseluruhan proses Co-creation yang terjadi pada aktivitas Voluntourism di Kampung Wisata Cisangkal
dapat mempengaruhi pembentukan pengalaman. Untuk dapat membentuk nilai kreatif,
unik, dan terbarukan dari pengalaman aktivitas wisatawan, wisatawan harus
menjadi center of experience dari
aktivitas melalui proses co-creation yang berkesinambungan dimana interaksi,
partisipasi, engagement, dan
personalisasi sebagai bagian yang tidak dapat berdiri sendiri.
Aktivitas voluntourism di
kampung Wisata Cisangakal dapat menghasilkan nilai tambah kreatif dan unik
melalui pengalaman kreatif dari aktivitas voluntourism.
Hal tiu memungkinkan karena keseluruhan proses Co-creation yang terjadi pada aktivitas Voluntourism di Kampung Wisata Cisangkal dapat mempengaruhi
pembentukan pengalaman. Untuk dapat membentuk nilai kreatif, unik, dan
terbarukan dari pengalaman aktivitas wisatawan, wisatawan harus menjadi center of experience dari aktivitas
melalui proses co-creation yang berkesinambungan dimana interaksi, partisipasi,
engagement, dan personalisasi sebagai
bagian yang tidak dapat berdiri sendiri.�
������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������ �
Afina, R.,
Qatrunnada, H., Kirani, H. A., Kencana, W. H., Budilaksono, S., Febrianty, F.,
& Gantina, D. (2022). Strategi Marketing Desa Wisata Berbasis Informasi dan
Teknologi. IKRAITH-Teknologi, 6(3), 7�17.
Cabe�a, S. M.
(2020). Community-based tourism, a means towards cultural heritage
preservation: The case of Cante Alentejano (Alentejo, Portugal). In The
Routledge Handbook of Community-Based Tourism Management (pp. 91�103).
Routledge.
Campos, G. S.,
Bandeira, A. C., & Sardi, S. I. (2015). Zika virus outbreak, bahia, brazil.
Emerging Infectious Diseases, 21(10), 1885.
Carvalho, M.,
Kastenholz, E., & Carneiro, M. J. (2021). Interaction as a central element
of co-creative wine tourism experiences�Evidence from Bairrada, a Portuguese
wine-producing region. Sustainability, 13(16), 9374.
Creswell, W. J.,
& Creswell, J. D. (2018). Research Design: Qualitative, Quantitative and
Mixed Methods Approaches (5th ed.). Sage Publications Inc.
Galvagno, M.,
& Giaccone, S. C. (2019). Mapping creative tourism research: Reviewing the
field and outlining future directions. Journal of Hospitality & Tourism
Research, 43(8), 1256�1280.
Harjawati, T.
(2020). Model Pengembangan Industri Kreatif Berbasis Syariah di Provinsi
Banten. Al Maal: Journal of Islamic Economics and Banking, 1(2),
187�206.
Jenal, R.,
Mukhtar, M., Yahya, Y., Hanawi, S. A., Mohamed, H., Elias, N. F., & Nor, N.
M. (2015). Model Kepuasan Pengguna mySMS Berdasarkan Nilai Cipta-Sama. Sains
Humanika, 4(1).
Kennedy, P. S. J.
(2022). Diskusi dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) mengenai Pengembangan
Usaha Kuliner Tuak di Desa Wisata Bagot, Kawasan Danau Toba, Desa Parlondut
Kabupaten Samosir. AMMA: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(11),
1483�1491.
Kim, S. M., Kang,
S.-W., Kwon, O.-N., Chung, D., & Pan, C.-H. (2012). Fucoxanthin as a major
carotenoid in Isochrysis aff. galbana: Characterization of extraction for
commercial application. Journal of the Korean Society for Applied Biological
Chemistry, 55(4), 477�483.
Mathis, E. F.,
Kim, H. L., Uysal, M., Sirgy, J. M., & Prebensen, N. K. (2016). The effect
of co-creation experience on outcome variable. Annals of Tourism Research,
57, 62�75.
Milne, L. R.,
& Ladner, R. E. (2018). Blocks4All: overcoming accessibility barriers to
blocks programming for children with visual impairments. Proceedings of the
2018 CHI Conference on Human Factors in Computing Systems, 1�10.
Minkiewicz, J.,
Evans, J., & Bridson, K. (2014). How do consumers co-create their
experiences? An exploration in the heritage sector. Journal of Marketing
Management, 30(1�2), 30�59.
Nassaji, H.
(2015). Qualitative and descriptive research: Data type versus data analysis.
In Language teaching research (Vol. 19, Issue 2, pp. 129�132). Sage
Publications Sage UK: London, England.
Neuhofer, B.,
Buhalis, D., & Ladkin, A. (2012). Conceptualising technology enhanced
destination experiences. Journal of Destination Marketing & Management,
1(1�2), 36�46.
Rahman, N. K.,
Utami, S. B., & Pancasilawan, R. (2021). Kolaborasi Pengembangan Destinasi
Pariwisata Kreatif di Kota Bandung Studi Pada Bandung Creative Belt Sektor
Cigadung. JANE (Jurnal Administrasi Negara), 13(1), 74�88.
Richards, G.
(2011). Creativity and tourism: The state of the art. Annals of Tourism
Research, 38(4), 1225�1253.
Richards, G.
(2014). Creativity and tourism in the city. Current Issues in Tourism, 17(2),
119�144.
Richards, G.,
& Palmer, R. (2012). Eventful cities. Routledge.
Santos, O. M.,
Campos, A. C., Santos, J. P., Santos, P. O. M., Caldas, E. L. C., Santos, A. D.
F., Nascimento, E. R., Castro, R. S., & Azevedo, E. O. (2015). Agalaxia
contagiosa em ovinos e caprinos do Estado de Sergipe: dados preliminares. Scientia
Plena, 11(4).
Sugathan, P.,
& Ranjan, K. R. (2019). Co-creating the tourism experience. Journal of Business
Research, 100, 207�217.
Susanto, A.
(2018). Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia Di Unit Rekam Medis Pku Muhammadiyah
Surakarta. Jurnal INFOKES Universitas Duta Bangsa Surakarta, 8(2).
Yuliawati, A. K.,
Wulung, S. R. P., Haniifah, N., Simbolon, M. T. O., & Saputra, G. K. O.
(2022). Peningkatan Kapasitas Komunitas Desa Wisata Tentang Geoproduk dan
Geowisata di Desa Bangunkarya Kabupaten Pangandaran. BERNAS: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(4), 1070�1077.
Copyright holder: Rachmat Syam, Zendra
Haris Prasetya (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |