Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November 2022
EVALUASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS USAHA KOPI DENGAN PENDEKATAN TRIPPLE
LAYERED BUSSINESS MODEL CANVAS (TLBMC)
Widya
Weullas, M. Adib Sultan, Chairul Furqon
Universitas Pendidikan
Indonesia, Indonesia
E-mail: Widyaweullas@upi.edu
Abstrak
Penelitian ini ditujukan untuk (1)
mengetahui gambaran umum perusahaan Java Frinsa Estate (2) merumuskan strategi
menggunakan SWOT analysis , (3) membuat usulan� pengembangan model bisnis menggunakan tripple
layer bussiness model canvas. Jenis
penelitan ini adalah penelitian
kualitatif. Dalam penelitian ini, sumber data primer berasal dari hasil
observasi dan informan dengan para pemangku
kepentingan di Java Frinsa Estate. Data
sekunder diperoleh dari berbagai
literatur dan hasil penelitian terkait. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan
ada di posisi kuadran I yang mana progressive untuk melakukan
pengembangan usaha. Hasil dari Tripple layer bussiness model canvas
yakni menciptakan pengembangan model bisnis wisata berbasis edukasi mengacu
kedalam enviroment dan social layer.
Kata Kunci : economic; environment; social.
Abstract
This research
is intended to (1) find out the general description of the Java Frinsa Estate
company (2) formulate strategies using SWOT analysis, (3) make proposals for
business model development using the tripple layer business model canvas. This
type of research is qualitative research. In this study, primary data sources
came from observations and informants with stakeholders in Java Frinsa Estate.
Secondary data are obtained from various literature and related research
results. Data collection techniques are carried out by observation, interviews
and documentation. The results showed that the company is in quadrant I
position which is progressive for business development. The result of the
Tripple layer business model canvas is to create an education-based tourism
business model development referring to the environment and social layer.
Keywords: economic; environment; social.
Pendahuluan
Total
konsumsi kopi di Indonesia hampir 300.0000.000 kilogram dan jumlah peningkatan
konsumsi kopi di Indonesia mengalami peningkatan yang tinggi dengan Compound
Annual Growth Rate (CAGR) sebanyak 2.7 persen dalam periode tahun 2014
sampai dengan 2019 (ICO,
2020). Saat ini, kopi menjadi salah satu
komoditas unggulan pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup nyata dalam
perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan
petani, penghasil bahan baku industri, penciptaan lapangan kerja dan
pengembangan wilayah (Furqon, Sultan, Wijaya, 2019)
Pada
dasarnya, industri usaha mengalami perubahan yang dramatis (Anwar & Saputra, 2018; Remane et al., 2017). Pada era globalisasi ini ditandai dengan
adanya perubahan lingkungan yang dinamis, pertumbuhan teknologi informasi dan dorongan global yang berkembang pesat menciptakan persaingan
yang semakin kompetitif (Rafiki, 2019). Cara agar suatu usaha atau bisnis dapat berkembang
adalah dengan cara merancang model bisnis baru. Maka dari itu, perusahaan perlu
membuat model bisnis yang unik dan
baru untuk memenuhi persyaratan kinerja harga yang bersaing dan
kompetitif di pasar ini (Winterhalter et al., 2015). Model bisnis mengacu pada logika perusahaan melalui
operasi dan penciptaan nilai di berbagai stakeholder (Shafer et al., 2005).
Hasil
dari BMC berguna untuk melakukan analisis SWOT dengan fungsi perbandingan antar
kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman yang akan dialami perusahaan.
Kombinasi antara analisis SWOT dan BMC menjadikan penilaian yang fokus serta
evaluasi pada model bisnis perusahaan (Tjitradi,
2015). Sementara hasil yang didapatkan
dari analisis SWOT menjadi acuan untuk merubah bisnis model yang diterapkan
sekarang.
Adapun
pengembangan dari BMC adalah Triple Layer Bussiness Model Canvas adalah
sebuah alat untuk memadukan kepedulian ekonomi, sosial dan lingkungan secara
bersamaan dalam sebuah strategi inovasi bisnis yang berkelanjutan.. Elkington (2001) mengadopsi pendekatan Triple
Bottom Line untuk keberlanjutan suatu organisasi dalam Tripple Layer
Bussines Model Canvas. Tripple Layer Bussines Model Canvas juga
dapat membantu
perusahaan memvisualisasikan organisasi untuk lebih mengacu pada model bisnis
berkelanjutan (Mu et
al., 2016).
Berdasarkan
paparan di atas, Tripple Layer Bussines Model Canvas diharapkan akan
menjadi sebuah solusi yang akan memperbaiki masalah-masalah lingkungan sekitar
perusahaan dengan berbagai inovasi yang mungkin akan membuat keuntungan yang
baik bagi perusahaan. Penelitian ini akan menggambarkan bagaimana model bisnis Java
Frinsa Estate dan pengembangan model bisnis dengan menggunakan Tripple Layer Bussines Model
Canvas di Java Frinsa Estate.
Literatur
Bisnis Model
Status perubahan lingkungan tersebut membuat pengusaha untuk
memodifikasi dengan cara sederhana dalam operasi dan struktur usahanya. Dengan
demikian, perlunya merancang model bisnis yang fleksibel yang memungkinkan
perusahaan untuk merancang ulang secara efisien bentuk pilihan strategis yang
menjabarkan logika bisnis sesuai dengan harapan pasar (Trimi &
Berbegal-mirabent, 2012).
Secara
sederhana Bisnis model adalah kegiatan bagaimana perusahaan menghasilkan uang (how
plan to make money) dari kegiatan-kegiatan usahanya (Kasali, 2017). Bisnis
model sebagai penentu bagaimana cara dan penambahan nilai guna menawarkan
produk. Bisnis model didefinisikan sebagai perancang terhadap produk barang,
produk jasa, dan sumber-sumber pendapatan dar penyedia (supplier) dan pengguna (customers)
(Dudin et al., 2015).
Bisnis
model merupakan cerminan hipotesis manajemen tentang keinginan pelanggan,
bagaimana mereka menginginkannya,sesuatu yang akan mereka bayar dan bagaimana
perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan (Teece, 2010). Pada perspektif lain
mendeskripsikan tentang bagaimana sebuah perusahaan mengatur dirinya sendiri
untuk membuat dan mendistribusikan nilai dengan cara yang menguntungkan
(Baden-fuller & Morgan, 2010).
Tripple Layer Bussiness Model Canvas
Gambar 1
Tripple Layer Bussiness Model Canvas
|
|
|
Tripple
Layer Bussines Model Canvas pertama kali diusulkan oleh Joyce
& Paquin (2016) yang dalam penelitiannya mengatakan Tripple
Layer Bussines Model CanvaS memiliki potensi untuk mendukung mereka yang
mencari cara untuk mengubah organisasi berkelanjutan. Didalam penelitian ini
terdapat model bisnis yang berkelanjutan dengan menyediakan alat atau kerangka
kerja dalam bentuk Triple Layered Business Model Canvas untuk
mengaktifkan perspektif triple bottom line untuk keberlanjutan dari
dampak ekonomi, lingkungan dan sosial yang dapat diterapkan pada model bisnis. Tripple Layer
Bussines Model Canvas mengikuti pendekatan triple-bottom-line untuk
keberlanjutan organisasi (Elkington, 2001), secara eksplisit menangani dan
mengintergrasikan penciptaan nilai ekonomi, lingkungan dan sosial sebagai inti
dari model bisnis perusahaan. Secara khusus memanfaatkan analisis siklus hidup
dan perspektif manajemen stakeholder dalam kanvas lingkungan dan sosial yang
baru dibuat untuk membuat konsep dan menghubungkan berbagai jenis penciptaan
nilai dalam perspektif model bisnis. Sebagai alat, Tripple Layer Bussines
Model Canvas menjembatani inovasi model bisnis (Spieth
et al., 2014; Zott et al., 2011) dan pengembangan dari model bisnis
berkelanjutan (Boons
& L�deke-Freund, 2013) untuk mendukung individu dan
organisasi dalam mencari persaingan secara kreatif untuk mencari persaingan
perubahan berorientasi berkelanjutan sebagai cara untuk mengatasi tantangan
yang kita hadapi saat ini (Azapagic,
2003; Shrivastava & Statler, 2012).
SWOT Analysis
Wheelen
& Hunger (2012) analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor dalam
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang merupakan faktor penting dalam
mengidentifikasi perusahaan.
Tabel 1
Faktor Penting
Faktor Eksternal |
Bobot |
Rating |
Skor |
Komentar |
Peluang |
||||
Ancaman |
|
|
|
|
Total |
|
|
|
|
Sumber: (Wheelen & Hunger, 2012)
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode Tripple Layer Bussines Model Canvas dengan memanfaatkan analisis strength,
weakness, opportunity, dan threats (SWOT) yang didapatkan dari wawancara
dengan pemilik. Tujuan pengunaan metode analisis SWOT adalah untuk
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, menentukan strategi
berdasarkan faktor eksternal dan internal. Penentuan strategi dilandasi dengan
perhitungan dari matriks internal factor evaluation (IFE) dan external
factor evaluation (EFE) yang didapatkan dari pemberian kuesioner kepada 3 orang ahli yang kemudian dinormalisasikan.
Hasil dari matriks IFE dan EFE kemudian dimasukan ke dalam matriks untuk
mendapatkan posisi perusahaan dan strategi yang tepat untuk perusahaan. Setelah
itu menggunakan Tripple Layer Bussines Model Canvas untuk menelusuri
lebih detail yang akan menjadi usulan pengembangan model bisnis.
Sumber Data
Penelitian
ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif untuk memberikan gambaran
inovasi model bisnis pada Usaha Kopi di Java Frinsa Estate. Data yang digunakan pada penelitian
ini adalah jenis data primer. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara dan pembagian kuesioner kepada ahli. Observasi dilakukan secara langsung dan wawancara serta brainstorming
dilakukan kepada owner. Pemberian kuesioner kepada ahli dilakukan untuk
menentukan nilai bobot pada SWOT. Hasil pengolahan data berupa usulan strategi
yang dapat
diimplementasikan ke dalam TRIPPLE LAYER BUSSINES MODEL CANVAS.
Hasil dan Pembahasan
Java Frinsa Estate adalah sebuah brand yang dibuat
oleh Java Frinsa Estate. Lebih dikenal dengan nama Frinsa untuk brand kopi specialtynya.
�Visi �Best Coffee from
Best Practices� adalah komitmen Frinsa untuk memproduksi kopi specialty dengan kualitas dan standar mutu yang tinggi
dan konsisten tentunya dengan menggunakan
praktik perkebunan dan sustainable dalam
berbagai aspeknya sehingga tidak
merugikan lingkungan maupun masyarakat di sekitar lokasi perkebunan dan produksinya.
Frinsa didirikan oleh bapak Wildan Mustofa dan
Ibu Atieq Mustikaningtyas, sepasang suami istri yang berkomitmen dalam mengembangkan usaha kopi. Frinsa
didirikan pada tahun 2012 dengan penanaman kopi perdananya. Frinsa merupakan
sebuah perusahaan keluarga yang bergerak di bisnis produksi kopi, mulai dari
pembibitan, penanaman, pengolahan hingga menjadi biji kopi, bahkan pemuliaan
varietas kopi. Berfokus produksi untuk mengahsilkan biji kopi dengan kualitas
yang tinggi dan menghasilkan cita rasa yang beragam menjadikan Frinsa unggul
dalam dunia kopi specialty. Penghargaan demi penghargaan diraih dalam berbagai
kejuaraan nasional maupun internasional, seperti Kopi Java Frinsa Estate
digunakan oleh juara 1 Hungarian Barista Championship 2019. Juara ke-3 kategori
Best Filter Coffee di Helsinki Coffee Festival 2018, Finlandia. Runner-up Indonesian
Portrait Country Selection Coffee di Atlanta, tahun 2016. Runner up Coffee
Auction S.I.A.L. Interfood di Jakarta, tahun 2015. Dan salah satunya yang
terbaru adalah memenangkan juara 3 dalam ajang kopi internasional yakni Cup Of
Excellence 2022 dengan pengahargaan Best Farmer of The Year. Java Frinsa Estate
beralamat di Pangalengan, Kawasan Dataran Tinggi Bandung. Salah satu kebun Java
Frinsa Estate berlokasi di Desa Weninggalih, Sindangkerta. Memiliki ketinggian
1.350-1.450 mdpl dengan tanah vulkanik yang subur memberikan suhu dan
nutrisi yang ideal untuk perkebunan kopi.
Matriks IFAS � EFAS
Matrik IFAS � EFAS didapat dari teknik wawancara
secara langsung kepada dua owner Java Frinsa Estate dan juga kepada
manajer operasional, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan
topik pembahasan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam (indepth interview).
Berikut matriks SWOT yang dihasilkan dari indepth interview. �
Tabel 2
Analisis SWOT 1
Kekuatan (Strengths) S1.
Berhubungan baik dengan organisasi
terkait kopi S2.� Berhubungan baik dengan banyak mitra petani
dan pengepul S3.��� Berhubungan baik dengan masyarakat
sekitar kebun S4.��� Berhubungan baik dengan konsumen dalam
negeri S5.��� Berhubungan baik dengan konsumen luar
negeri S6.
���Aktif dalam berbagai kegiatan
kopi S7.��� Memiliki value yang tinggi pada
perusahaannya S8.
Memiliki value produk yang baik S9.��� Memiliki pengelolaan sustainable
dalam pengelolaan kebun S10.� Pengembangan produk biji kopi specialty yang
unik dan bercitarasa tinggi S11.
Mengikuti standar kopi specialty |
Kelemahan (Weaknesses) W1.�� Penggunaan sosial media yang kurang
optimal W2.��� SDM double job W3.��� Sistematis perkejaan sudah tertata namun
belum konsisten W4.� Tidak adanya prosedur operasi standar yang
utuh pada setiap bidang W5.� Sistem pencatatan inventory belum tertata W6.� Kurangnya monitoring dan kontrol |
|
Peluang (Opportunities) O1.� Pengembangan Wisata berbasis edukasi O2.�� Pengembangan sarana Informasi dan promosi
produk melalui platform sosial media lain O3.�� Sekolah Ekspor O4.�� Mengembangkan usaha kuliner O5.�� Mengembangkan Niche Market O6.�� Pengembangan usaha roastery house O7.��� Pengembangan usaha Kopi bubuk O8.��� Meningkatkan Sarana dan Prasarana |
Strategi SO 1.Membuat
pengembangan produk ekowisata (S1,S2, S3, S4, S7 S8, O1, O2, O3) 2.Membuat
program edukasi diluar kopi (S5, S6, S9, S11, O2, O5) 3.Pengembanagn
usaha diluar kopi (S6, S8, S10, O4, O5, O6, O7) |
Strategi WO 1.Meningkatkan
manajemen media 2.Penambahan
SDM sesuai dengan bidang yang dibutuhkan (W2, W6, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7) 3.Membuat
rencana tahuanan dengan sistem pembagian kerja dan penangungJavab dalam
setiap jobdesk (W3, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7) 4.Membuat
pedoman dan panduan kerja pada setiap bidang atau KPI� (W4, W5, O1, O2, O3, O4, O5, O6) 5.Peningkatan
sistem monitoring dan kontrol (W6, O1, O6) |
Ancaman (Threats) T1.Harga
Kopi Dunia T2.
Pesaing yang lebih innovative T3.
Climate change issues T4.
Kegagalan Produksi |
Strategi ST 1.Selalu
terbuka kepada konsumen mengenai harga dan kondisi saat pengolahan kopi (S3,
S4, S5, T1,T3,T4) 2.Pengembangan
produk baik berupa barang maupun jasa yang sesuai dengan resource yang ada (S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9,
S10, T2) |
Strategi WT 1.Mengedukasi
tentang harga dan kondisi pengolahan kepada konsumen (W1, T1, T3, T4) 2.
Pengembangan produk dan penamabahan SDM sesuai dengan kapasitasnya (W2,W3,
T2) |
Tabel 3
Analisis SWOT 2
Kekuatan (Strength) |
Bobot |
Rating |
Skor |
S1. Berhubungan baik dengan organisasi
terkait kopi |
0,10 |
3,67 |
0,37 |
S2. Berhubungan baik dengan banyak mitra
petani dan pengepul |
0,10 |
4,00 |
0,40 |
|
|
|
|
S3. Berhubungan baik dengan masyarakat
sekitar kebun |
0,10 |
4,00 |
0,40 |
S4. Berhubungan baik dengan konsumen dalam
negeri |
0,10 |
4,33 |
0,43 |
S5. Berhubungan baik dengan konsumen luar
negeri |
0,12 |
4,33 |
0,52 |
S6. Aktif dalam berbagai kegiatan kopi |
0,05 |
4,33 |
0,22 |
S7. Memiliki value yang tinggi pada
perusahaannya |
0,10 |
5,00 |
0,50 |
S8. Memiliki value produk yang baik |
0,10 |
5,00 |
0,50 |
S9. Memiliki pengelolaan sustainable dalam
pengelolaan kebun |
0,10 |
4,33 |
0,43 |
S10. Pengembangan produk biji kopi specialty
yang unik dan bercitarasa tinggi |
0,05 |
4,67 |
0,23 |
S11. Mengikuti standar kopi specialty |
0,08 |
4,67 |
0,37 |
TOTAL |
1,00 |
48,33 |
4,38 |
|
|||
Kelemahan (Weakness) |
Bobot |
Rating |
Skor |
W1. Penggunaan sosial media yang kurang
optimal |
0,20 |
4,33 |
0,87 |
W2. SDM double job |
0,15 |
4,00 |
0,60 |
W3. Sistematis perkejaan sudah tertata
namun belum konsisten |
0,15 |
3,60 |
0,54 |
W4. Tidak adanya prosedur operasi standar
yang utuh pada setiap bidang |
0,20 |
4,00 |
0,80 |
W5. Sistem pencatatan inventory belum tertata |
0,10 |
4,00 |
0,40 |
W6. Kurangnya monitoring dan kontrol |
0,20 |
4,33 |
0,87 |
TOTAL |
1,00 |
24,26 |
4,07 |
Tabel 3
Analisis SWOT 3
Peluang (Opportunities) |
Bobot |
Rating |
Skor |
Pengembangan Wisata berbasis edukasi |
0,25 |
5,00 |
1,25 |
Pengembangan sarana Informasi dan promosi
produk melalui platform sosial media lain |
0,15 |
4,33 |
0,65 |
Sekolah Ekspor |
0,20 |
4,33 |
0,87 |
Mengembangkan usaha kuliner |
0,05 |
3,00 |
0,15 |
Mengembangkan Niche Market |
0,10 |
4,67 |
0,47 |
Pengembangan usaha roastery house |
0,05 |
4,33 |
0,22 |
Pengembangan� usaha Kopi bubuk |
0,15 |
4,33 |
0,65 |
Meningkatkan Sarana dan Prasarana |
0,05 |
4,33 |
0,22 |
|
1,00 |
34,32 |
4,47 |
|
|
|
|
Ancaman (Threat) |
Bobot |
Rating |
Skor |
Harga Kopi Dunia |
0,25 |
4,37 |
1,09 |
Pesaing yang lebih innovative |
0,25 |
4,00 |
1,00 |
Climate change issues |
0,35 |
4,33 |
1,52 |
Kegagalan Produksi |
0,15 |
4,67 |
0,70 |
TOTAL |
1,00 |
17,37 |
4,31 |
Posisi perusahaan yang berada pada kuadran I sangat
menguntungkan, karena perusahaan dapat memaksimalkan peluang yang ada dengan
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki. Perusahaan yang berada pada kuadran I
memiliki posisi yang strategis. Strategi yang sesuai bagi perusahaan yang
berada pada kuadran I adalah strategi pengembangan usaha.
Gambar
2
Posisi
Perusahaan Dalam Kuadran SWOT
Triple Layer Business Model Canvas atau
bisnis model canvas dengan tiga lapisan dapat dijadikan sebagai alat yang
praktis untuk mengintegrasikan kepedulian ekonomi, lingkungan dan sosial secara
berkoordinasi menjadi pandangan holistik dari model bisnis suatu organisasi. Tripple
Layer Bussines Model Canvas dibangun dari bisnis model canvas original milik
(Osterwalder, Pigneur, Smith, & Movement, 2010) alat populer yang banyak
diadopsi untuk mendukung inovasi model bisnis dengan secara eksplisit
mengintegrasikan dampak lingkungan dan sosial melalui lapisan bisnis model
tambahan yang sejajar dengan canvas bisnis model original yang berorientasi
ekonomi.
Selanjutnya terdapat economic layer yang hasilnya
adalah pada dasarnya Java Frinsa Estate telah menjalankan bisnis yang sudah ada
dengan baik, dalam posisi sekarang Java Frinsa Estate sangat memungkinkan untuk
mengembangkan bisnis diluar bisnis utamanya yaitu penjualan greenbean. Key
Partners yang sudah terjalin dengan Java Frinsa Estate sudah sesuai. Key
Activities yang dilakukan oleh Java Frinsa Estate diantaranya yakni budidaya
kopi, penjualan bibit kopi, penjualan greenbean dan agribisnis kentang.
Key Resiource yanhg didapatkan oleh Java Frinsa Estate yakni dari kebun sendiri
dan juga dari beberapa mitra yang sudah disesuaikan dengan standar yang frinsa
butuhkan. Value Preposition Java Frinsa Estate adalah best coffee
from best practices yang menjadi suatu visi yang bernilai dalam setiap
pengolahan greenbean yang akan dijual dan juga single varietas yang
ditawarkan menjadi produk yang sngat dinantikan dengan value yang ada di
dalamnya. Customer Relationship yang dilakukan adalah dengan menawarkan
produk dengan harga khusus dan juga kunjungan-kunjungan pada loyal customer.
Costumer Segment Java Frinsa Estate adalah orang-orang yang terjuan dalam
bisnis kopi terutama kopi specialty. Penyaluran yang dilakukan oleh Java
Frinsa Estate adalah dengan bekerja sama dengan beberapa jasa pengiriman dan
juga dapat disalurkan langsung oleh kurir apabila jarak tempuhnya dekat,
tentunya permodalan yang dilakukan oleh Java Frinsa Estate didapatkan dari
bank, modal sendiri dan juga investor.
Gambar
3
Economic Bussiness
Model Layer
Dalam lapisan kedua yakni berfokus pada Lingkungan
yang ada di Java Frinsa Estate. Dapat dilihat dalam lapisan lingkungan bahwa Java
Frinsa Estate sudah berusaha menjaga lingkungannya agar tetap hijau. Java
Frinsa Estate berdiri karena berawal dari keprihatinan Bapak Wildan Mustofa
selaku owner melihat banyak sekali bencana longsor terjadi di daerah yang
banyak menjadi lahan perkebunan sayur, maka dari itu menanam kopi adalah sebuah
solusi yang dapat dijalankan untuk mengurangi erosi yang terjadi. Value yang
diciptakan oleh Java Frinsa Estate tentunya menjadi nilai tambah dalam bisnis
usahanya.
Gambar
3
Enviromental Life Cycle
Bussiness Model Canvas
Lapisan ketiga dalam Tripple
Layered Bussiness Model Canvas yakni adalah lapisan yang berfokus pada
sosial masyarakat sekitar dan para pemangku kepentingan. Java Frinsa Estate
selalu berusaha menjalin hubungan yang baik dengan sosial budaya masyarakat
sekitar dikarenakan lokasi perkebuanan dan juga pabrik pengolahan tidak jauh
dengan pemukiman masyarakat. Masyarakat disekitar frisa menjadi bagian dari
frinsa dengan menawarkan lapangan pekerjaan bagi mereka.
Gambar
4
Social Stakeholder
Bussiness Model Canvas Layer
Kesimpulan
Pada penelitian ini terdapat beberapa yang dapat diperhatikan dalam matriks
EFAS � IFAS terdapat kekuatan (strength) sebanyak 11 poin, kelemahan (weakness)
sebanyak 6 poin, Kesempatan (opportunity) sebanyak 8 poin, dan ancaman (threath)
sebanyak 4 poin. Java Frinsa Estate dalam pembobotan terdapat di kuadran 1
yakni progressive �dan memiliki
peluang yang besar untuk terus mengembangkan produk selain penjualan barang
berupa grenbean. Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi
beberapa ancaman, Jawa Frinsa Estate tetap memiliki peluang-peluang yang bisa
dikembangkan. �Pada dasarnya pada tiap bottom
line yang telah ditelaah menggunakan tripple leyered bussiness model
canvas Java Frisa Estate sudah sangat baik dalam mengembangkan bisnisnya, dalam
artian sudah terpetakan dengan baik dalam proses pengelolaan bahan mentah yaitu
greenbean sampai dengan melakukan customer relationship yang baik
bagi para pelanggan. Dalam Economic layer, Enviromental Layer dan
juga Social Layer terdapat keunggulan yang sangat menonjol yaitu terkait value
produk yang ingin dicapai dan dipertahankan oleh Java Frinsa Estate. Dalam
hal tersebut ini dapat menjadi point yang unggul untuk pengembangan
usaha wisata berbasis edukasi yang mengerucut ke tema kopi.
BIBLIOGRAFI
Anwar, K., & Saputra, M. Y.
(2018). Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Pada Industri
Kecil di Kabupaten Aceh Utara. 01, 65�70.
Azapagic, A. (2003). Systems Approach To Corporate Sustainability. 81(September).
Boons, F., & L�deke-Freund, F. (2013). Business models for sustainable
innovation: state-of-the-art and steps towards a research agenda. Journal of
Cleaner Production, 45, 9�19.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2012.07.007
ICO. (2020). Annual Review Overcoming The Pandemic : A Year
Unlike Any Other.
Joyce, A., & Paquin, R. L. (2016). The triple layered business model
canvas : A tool to design more sustainable business models. Journal of
Cleaner Production, 135, 1474�1486.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2016.06.067
Mu, M. S., Anggara, Y. P., & Maulana, R. B. (2016). Identifikasi
Pengembangan Industri Tembakau Di Jawa Timur : Pendekatan Model Dinamis
Dan Penerapan The Triple Layered Business Model Canvas. 575�591.
Rafiki, A. (2019). Business success factors of Muslim women
entrepreneurs in Indonesia. https://doi.org/10.1108/JEC-04-2019-0034
Remane, G., Hanelt, A., Nickerson, R. C., Kolbe, L. M., Remane, G.,
Hanelt, A., Nickerson, R. C., & Kolbe, L. M. (2017). Discovering digital
business models in traditional industries. https://doi.org/10.1108/JBS-10-2016-0127
Shafer, S. M., Smith, H. J., & Linder, J. C. (2005). The power of
business models B. https://doi.org/10.1016/j.bushor.2004.10.014
Shrivastava, P., & Statler, M. (2012). Learning From the Global
Financial Crisis: Creatively, Reliably, and Sustainably. JSTOR.
Spieth, P., Schneckenberg, D., & Ricart, J. E. (2014). Business
model innovation � state of the art and future challenges for the field.
237�247.
Tjitradi, E. C. (2015). Evaluasi dan perancangan Model Bisnis Berdasarkan
Business Model Canvas. Agora, 3(1), 8�16.
Wheelen, T. L., & Hunger, D. J. (2012). Strategic Management And
Business Policy. In Sally Yagan (Ed.), Journal of Mathematical Sciences
(United States). https://doi.org/10.1007/s10958-016-2909-8
Winterhalter, S., Zeschky, M. B., & Gassmann, O. (2015). Managing
dual business models in emerging markets : an ambidexterity perspective.
Zott, C., Amit, R., & Massa, L. (2011). The Business Model :
Recent Developments and Future Research. 37(4), 1019�1042. https://doi.org/10.1177/0149206311406265
Copyright holder: Widya Weullas,
M. Adib Sultan, Chairul Furqon (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |