Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
8, No. 6, Juni 2023
DAMPAK
PENGUATAN LAYANAN KESEHATAN PRIMER NEGARA THAILAND: LITERATUR REVIEW
Wulansari, Budi Hidayat
Faculty of Public Health, Universitas
Indonesia, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran aspek penguatan layanan
kesehatan primer di negara Thailand serta menganalisis implikasi penguatan
jangka pendek dan jangka panjang. Penelitian ini menggunakan metode literature
review dengan mengumpulkan berbagai jurnal dan artikel terkait penguatan
layanan kesehatan primer pada mesin pencarian PubMed, ProQuest, dan Google
Scholar dari rentang waktu tahun 2012-2022. Kata kunci yang digunakan adalah �Penguatan
Layanan Kesehatan Primer, Dampak dan Thailand�. Hasil penelitian ini adalah
Strategi penguatan layanan kesehatan primer di Thailand dilakukan melalui aspek
pemberian layanan yang berkualitas, pengembangan sumber daya manusia,
pembiayaan, intervensi yang melibatkan masyarakat, serta pemanfaatan inovasi
berbasis teknologi. Negara dengan struktur layanan kesehatan primer yang kuat
memiliki pengeluaran kesehatan yang lebih tinggi di awal dan peningkatan umur
harapan hidup serta penurunan angka kematian bayi dan balita. Upaya penguatan
layanan kesehatan primer berdampak terhadap peningkatan pengeluaran kesehatan
serta perbaikan indikator kinerja pembangunan kesehatan.
�
Kata Kunci: Penguatan, Kesehatan, Primer, Dampak, Thailand.
Abstract
The
concept of strengthening primary health care has been introduced long ago and
countries around the world are committed to strengthening primary health care.
This strengthening is important as it forms the foundation of health systems
and the cornerstone of sustainable development. This review aims to provide an
overview of aspects of primary healthcare strengthening in Thailand and analyze
the short- and long-term implications of strengthening. This study used the
literature review method by collecting journals and articles related to primary
healthcare strengthening from PubMed, Proquest, and Google Scholar from
2012-2022. The keywords used were "Strengthening Primary Health Care,
Impact and Thailand". The findings of the study show that strategies to
strengthen primary healthcare in Thailand are carried out through aspects of
quality service delivery, human resource development, financing,
community-engaged interventions, and utilization of technology-based
innovations. A country with a strong primary healthcare structure has higher
health expenditure at baseline as it allocates around 50% of its health
expenditure to primary care and increased life expectancy and decreased infant
and under-five mortality.
Keywords:
Strengthening, Health, Primary, Impact, Thailand.
Pendahuluan
Layanan Kesehatan Primer (Primary Health
Care) merupakan pendekatan kesehatan yang menyeluruh kepada masyarakat yang
bertujuan untuk memastikan tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang setinggi
mungkin serta pemerataannya dengan berfokus pada kebutuhan masyarakat dan
sedini mungkin di sepanjang siklus hidup mulai dari promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit hingga pengobatan, rehabilitasi dan perawatan paliatif, serta
sedekat mungkin dengan lingkungan sehari-hari masyarakat (WHO,
2021b). Konsep
layanan kesehatan primer dideklarasikan secara resmi melalui Deklarasi Alma Ata pada tahun 1978 yang kemudian
menjadi titik awal konsep penguatan layanan kesehatan primer di seluruh dunia (OECD,
2020). Tujuan utama layanan kesehatan primer adalah untuk memastikan
pemerataan akses layanan Kesehatan bagi semua individu, tanpa kecuali. Salah
satu kekuatan dari layanan ini terletak pada penyampaian promosi kesehatan dan
perawatan pencegahan yang diberikan bersamaan dengan perawatan klinis langsung (Haque
et al., 2020).
Pada pertemuan Universal Health Coverage tingkat tinggi PBB
tahun 2019, negara-negara berkomitmen untuk memperkuat layanan kesehatan primer
(WHO,
2021b). Hal ini cukup beralasan karena layanan kesehatan primer
membentuk fondasi sistem kesehatan dan layanan kesehatan primer yang kuat
merupakan landasan pembangunan berkelanjutan (Veillard,
2019). Penguatan layanan kesehatan primer semakin banyak digunakan oleh para pengambil kebijakan
sebagai strategi untuk mengatasi berbagai
tantangan dalam sistem perawatan kesehatan seperti ketidaksetaraan kesehatan,
banyaknya populasi lansia (aging population), kebutuhan perawatan yang semakin
kompleks, tingginya pengeluaran perawatan kesehatan (Out of Pocket), perubahan
teknologi serta kurangnya sumber daya manusia (D.
Kringos et al., 2013).
Penguatan layanan kesehatan primer merupakan
pergeseran mendasar dari layanan kesehatan yang berfokus pada pengobatan
penyakit ke arah sistem kesehatan yang memenuhi kebutuhan kesehatan khusus
pasien dan masyarakat secara komprehensif dan perawatan yang berkesinambungan (Van
Weel & Kidd, 2018). Ketersediaan
fungsi gate keeper dan koordinasi untuk mengintegrasikan proses perawatan pasien di seluruh
sistem perawatan kesehatan (D.
Kringos et al., 2013).
Penguatan layanan kesehatan primer berpotensi
meningkatkan kesehatan penduduk melalui integrasi layanan perawatan primer
dengan kesehatan masyarakat, sehingga menurunkan pengeluaran perawatan
kesehatan secara keseluruhan dari waktu ke waktu, meningkatkan kinerja sistem
perawatan kesehatan dan mengurangi ketidakadilan dengan pemerataan dan akses
yang lebih baik untuk semua orang (Van
Weel & Kidd, 2018). Penguatan layanan kesehatan primer menjadi
salah satu komponen inti dalam mewujudkan cakupan kesehatan semesta (UHC) (Palagyi
et al., 2019 at Asgari-Jirhandeh et al., 2021). Hasil tinjauan Mainul Haque et al (2020)
bahwa memperkuat layanan kesehatan primer membantu mencegah dan mengendalikan
penyakit tidak menular (kronis) jangka panjang melalui pendekatan sistem yang
menyeluruh, komprehensif yang memusatkan layanan kesehatan primer sebagai
penghubung dan koordinator layanan serta memberikan perawatan kesehatan
berkualitas
Penguatan layanan kesehatan primer di Eropa
telah memberikan dampak positif yang didokumentasikan dalam beberapa literatur.
Berdasarkan hasil penelitian di Eropa, Kanada dan Amerika Serikat dampak dari
penguatan layanan kesehatan primer antara lain hasil kesehatan penduduk yang
lebih baik, biaya kesehatan yang lebih rendah, kepuasan pasien yang lebih
tinggi, lebih sedikit jumlah pasien rawat inap yang tidak perlu, tingkat
skrining dan tindak lanjut yang lebih baik untuk penyakit kronis dan pasien dengan
multimorbiditas, kesetaraan sosio-ekonomi yang lebih besar serta peluang yang
lebih baik untuk pengendalian biaya (Van
Weel & Kidd, 2018).
Berbagai studi terdahulu sebenarnya telah
membahas strategi, manfaat, tantangan penguatan layanan kesehatan primer di
banyak negara. Beberapa studi ini telah dilakukan baik di negara maju maupun
negara berkembang seperti Penguatan Layanan Kesehatan Primer di Eropa (D. Kringos
et al, 2013; Van Weel&MR Kidd, 2018; Park Sophie et al, 2020) dan Asia (Jirhandeh
Nima A et al, 2021, Kumar Pratyush, 2016). Namun yang membedakan tinjauan ini
dengan yang sebelumnya adalah pembahasan penguatan layanan kesehatan primer di
negara terpilih secara komprehensif dimulai dari strategi penguatan, manfaat
yang diperoleh serta implikasi terhadap pengeluaran kesehatan dan kinerja
pembangunan kesehatan. Tinjauan sistematis ini perlu dilakukan untuk memberikan
rekomendasi terkait layanan kesehatan primer yang perlu ditingkatkan, serta
gambaran hasil yang akan diperoleh jika layanan kesehatan primer diperkuat. Oleh
karena itu tujuan dari penyusunan literatur ini adalah untuk memberikan
gambaran aspek penguatan layanan kesehatan primer disuatu negara serta menganalisis
dampak penguatan jangka pendek (terhadap pengeluaran kesehatan) dan jangka panjang
(terhadap indikator kinerja pembangunan kesehatan).
Metode Penelitian
Tinjauan literatur ini disusun dengan
mengumpulkan berbagai jurnal dan artikel berbahasa Indonesia maupun berbahasa
Inggris terkait penguatan layanan kesehatan primer pada beberapa mesin
pencarian dan website seperti PubMed, ProQuest, Google Scholar, Elsevier, ResearchGate
dengan rentang waktu tahun 2012 s.d 2022. Selain itu menggunakan mesin
pencarian Google untuk memperoleh informasi tentang pembiayaan dan dampak
penguatan layanan kesehatan primer di negara terpilih. Penelusuran menggunakan
kata kunci yakni �Strengthening Primary Health Care�,�Strengthening Primary
Care�, �Strengthening Primary Health Care in Thailand�, �Impact of
Strengthening Primary Health Care�, �Total Health Expenditure Thailand� sebagai
panduan. Hampir sebagian besar jurnal dan buku yang ditemukan berbahasa
Inggris. Selanjutnya dilakukan pemilihan terhadap artikel/jurnal yang diperoleh
berdasarkan kesesuaian konten dengan topik yang dipilih.�
Hasil
dan Pembahasan
Meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan,
sebagian besar penelitian berfokus pada negara-negara OECD yang berpendapatan
lebih tinggi. Sementara penelitian tentang upaya penguatan layanan primer dan
dampaknya di negara berpendapatan menengah keatas dan menengah kebawah masih
terbatas. Berdasarkan hasil kajian literatur, terdapat beragam aspek penguatan
layanan kesehatan primer di beberapa negara diantaranya aspek model penyampaian
layanan (services), pengembangan tenaga kerja, alat bantu manajemen pasien, penjangkauan
dan keterlibatan masyarakat, pembiayaan (Dodd
et al., 2019).
Negara Thailand merupakan salah satu negara
di Kawasan Asia Tenggara yang mewakili negara berpendapatan menengah keatas dan
telah mencapai cakupan kesehatan semesta sejak tahun 2002. Thailand telah
berinvestasi besar untuk memperkuat sistem perawatan kesehatan primer dalam
mencapai cakupan kesehatan universal dengan mengurangi tingkat ketidaksetaraan
yang tinggi antar kelompok pendapatan serta antara penduduk pedesaan dan perkotaan.
Upaya penguatan layanan kesehatan primer ditinjau dari aspek penyampaian
layanan antara lain:
1. Pembangunan setidaknya satu
pusat layanan kesehatan primer di semua kecamatan (total 9762) serta rumah
sakit komunitas di lebih dari 90% kabupaten (WHO, 2017)
2. Dibawah skema cakupan kesehatan
semesta, layanan kesehatan primer disampaikan melalui unit kontrak untuk
perawatan primer (Contracting Units of Primary care). Setiap CUP dapat terdiri
dari beberapa puskesmas ditambah satu rumah sakit, atau sekelompok puskesmas/ klinik
swasta (PHCPI, 2022).
3. Pemerintah Thailand melalui
Kementerian Kesehatan Masyarakat menerapkan 3 model tata kelola baru yaitu (a) Sistem
pelayanan kesehatan berbasis wilayah, (b) sistem kesehatan kabupaten (DHS) (c) Klaster
perawatan primer.
4. Dokter Keluarga
Klaster perawatan primer dipimpin
oleh seorang dokter keluarga dan bekerja dengan tim multidisiplin. Tahun 2020,
Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand mengumumkan kebijakan 'tiga dokter
per keluarga', yang mencakup satu VHV, satu tenaga kesehatan profesional dan
satu dokter pengobatan keluarga (Tuangratananon et al., 2021b).
5. Program Skrining Penyakit
Kronis dan Skrining Kanker Serviks
Layanan kesehatan primer
menyediakan berbagai skrining dan pengobatan berkelanjutan untuk hipertensi dan
diabetes yang terkontrol dengan baik. VHV sebagai salah satu aktor kunci dalam
mengidentifikasi pasien penyakit tidak menular di masyarakat dengan memberikan
pelatihan serta membekali alat tekanan darah digital dan strip darah untuk
memantau tekanan darah dan kadar gula pasien PTM secara teratur (Tuangratananon et al., 2021b).
Kementerian Kesehatan
Masyarakat meluncurkan Program Skrining Kanker Serviks Nasional pada tahun
2005. Skrining kanker serviks termasuk salah satu program yang sukses dan
berkelanjutan. Sejak tahun 2020, tes HPV diperkenalkan sebagai tes skrining
utama untuk semua wanita Thailand (Ploysawang et al., 2021).
6. Inovasi yang terbaru untuk
meningkatkan layanan perawatan primer di negara Thailand adalah pengembangan
model untuk memfasilitasi layanan perawatan primer pasien lanjut usia dengan menggunakan
jaringan penyedia perawatan rumah yang inovatif (WinCare). WinCare menyediakan
pengukuran dan penimbangan tekanan darah rutin untuk pasien di rumah seminggu
sekali, dan kemudian mencatat hasil pengukuran di aplikasi WinCare. Aplikasi
WinCare akan memberikan umpan balik hasil tekanan darah kepada pasien dan
petugas kesehatan di unit perawatan primer (Sakboonyarat et al., 2022).
Upaya penguatan layanan primer ditinjau dari
aspek pengembangan sumber daya manusia antara lain:
1. Proyek Kolaboratif untuk
Meningkatkan Dokter Pedesaan (CPIRD)
Program ini memberikan
peningkatan kesempatan pendidikan kedokteran bagi warga di pedesaan (PHCPI, 2022).
2. Memperkenalkan relawan
kesehatan desa (Village Health Volunteer)
Warga desa dilatih untuk
memberikan perawatan lini pertama dengan fokus pada promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit menular. Relawan ini melakukan kunjungan rumah untuk
memberikan perawatan lanjutan dan berfungsi sebagai penghubung antara perawatan
klinis dan masyarakat (WHO, 2017)
3. Tim kesehatan multidisiplin
terdiri dari berbagai macam tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat,
apoteker, tenaga profesional lainnya, petugas kesehatan masyarakat (ASEAN, 2019).
4. Pemberian insentif kepada
dokter yang bekerja di rumah sakit pedesaan
Pemerintah membuat skema
keuangan dengan menambah penghasilan dokter di daerah pedesaan melalui
tunjangan bulanan sebesar 10-15% lebih banyak dibandingkan dengan dokter baru
di perkotaan, rumah sakit non swasta (WHO, 2017).
5. Pelatihan terhadap apoteker
komunitas
Di Thailand, apoteker
komunitas berhasil dilatih untuk mengidentifikasi dan merujuk orang dengan
diabetes dan hipertensi berisiko tinggi, menggabungkan intervensi pelatihan
dengan upaya untuk memperkuat jalur perawatan (Dodd et al., 2019). Program skrining apoteker
komunitas menghasilkan tingkat deteksi dan rujukan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan layanan yang disediakan oleh unit layanan kesehatan primer �(Sookaneknun et al. 2010 at Hermansyah et al., 2016).
Sistem perawatan kesehatan Thailand secara
tradisional dibiayai oleh berbagai sumber pembiayaan kesehatan, termasuk pajak
umum, kontribusi asuransi sosial, premi asuransi swasta, dan pembayaran
langsung dari saku. Setelah penerapan cakupan kesehatan semesta tercapai tahun
2002 terjadi perubahan skema dimana publik mendominasi porsi pembiayaan
perawatan primer, sebaliknya pembayaran rumah tangga menurun drastis.
Selanjutnya terdapat 3 skema asuransi publik
utama yang menyediakan pertanggungan asuransi kesehatan untuk seluruh penduduk (WHO,
2017):
a) Skema Tunjangan Kesehatan
Pegawai Negeri Sipil (yang mencakup pegawai pemerintah dan tanggungannya serta
pensiunan)
b) Skema Asuransi Kesehatan
Sosial (mencakup karyawan di sektor formal untuk pengeluaran perawatan
kesehatan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan)
c) Skema Cakupan Universal,
yang mencakup seluruh populasi (menggantikan semua skema asuransi kesehatan
bersubsidi pemerintah sebelumnya)
Upaya lain dalam memperkuat layanan kesehatan
primer mengadopsi Kerangka Kerja Kualitas dan Hasil di Inggris, dari aspek pembiayaan
yaitu remunerasi (Pay for Performance) yang bertujuan meningkatkan kualitas
layanan dengan memberikan penghargaan kepada penyedia layanan kesehatan yang
mencapai kriteria kualitas yang telah ditentukan.
Penguatan Layanan Kesehatan Primer Berbasis Komunitas
Berdasarkan
hasil studi (Dodd
et al., 2019) tentang
pengorganisasian sistem perawatan primer,
intervensi yang dinilai berhasil untuk meningkatkan cakupan, kualitas,
efisiensi, dan pemerataan di layanan kesehatan primer di Thailand adalah pencegahan
diabetes dan hipertensi. Intervensi yang terbukti efektif dan digunakan dalam
pencegahan penyakit diabetes adalah intervensi perubahan perilaku berbasis
komunitas melalui kerjasama antara relawan kesehatan dan personel unit
perawatan primer, serta menentukan peran perawat keluarga yang memberikan
perawatan diabetes. Kunci keberhasilan intervensi ini adalah desain
partisipatif yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Untuk
layanan skrining diabetes dan hipertensi di Thailand yang dinilai lebih efisien
untuk layanan kesehatan
primer dilakukan dengan pendekatan berbasis komunitas dengan pengalihan tugas.
Seperti yang telah diuraikan diatas, skrining diabetes dan hipertensi dilakukan
oleh apoteker komunitas. Kunci keberhasilan program ini adalah praktisi
berbasis komunitas beroperasi dalam tim terpadu serta didukung oleh sistem kesehatan
(Dodd
et al., 2019).
Dampak Penguatan Layanan Kesehatan Primer terhadap Kesehatan
Penduduk
Kekuatan layanan kesehatan primer terletak
pada karakteristik aksesibilitas, kontinuitas, koordinasi, dan kelengkapannya.
Ketika keempat dimensi diatas diperkuat, layanan primer terbukti meningkatkan kesehatan
pasien dengan sistem kesehatan yang efisien dan berbiaya lebih rendah dari
spesialisasi (Kanitsorn et al., 2019). Starfield et al. (2005) menjelaskan mekanisme
hubungan positif antara penguatan layanan kesehatan primer dengan kesehatan
penduduk: (1) akses yang lebih baik ke layanan kesehatan; (2) peningkatan
kualitas perawatan; (3) penekanan pada pencegahan; (4) identifikasi dan
pengelolaan awal kondisi; (5) dampak gabungan dari banyak karakteristik sistem
perawatan primer yang solid; (6) pengurangan perawatan spesialis yang tidak
perlu (Shi,
2012).
Layanan kesehatan primer yang kuat dapat menunda
timbulnya penyakit kronis dan mengurangi tingkat kematian. Layanan ini di
Thailand berkontribusi pada pencegahan dan pengendalian PTM. Fokus penguatan
layanan kesehatan primer (PHC) untuk pengendalian PTM yang efektif, menekankan
pada diagnosis dini, pengobatan dan pengelolaan komplikasi. Kolaborasi antara
rumah sakit provinsi dan kabupaten dalam menyediakan sumber daya dan dukungan
teknis meningkatkan kapasitas pusat layanan primer untuk menyediakan layanan PTM
(Tuangratananon
et al., 2021a).
Penguatan layanan kesehatan primer di Thailand telah
menunjukkan hasil kesehatan yang positif melalui integrasi PTM di tingkat
layanan kesehatan primer, dan penurunan angka rawat inap di rumah sakit. Bukti
ini diperoleh dari studi terhadap Model Klinik Penyakit Kronis untuk diabetes
dan hipertensi di tingkat layanan kesehatan primer yang telah secara signifikan
mengalihkan perawatan pasien PTM dari rumah sakit ke pusat layanan kesehatan primer sehingga mengurangi hambatan sebesar 25% di
rumah sakit sambil mencapai hasil klinis yang baik (Tuangratananon
et al., 2021a).
Implikasi Penguatan Layanan
Kesehatan Primer terhadap Pengeluaran Kesehatan
Mengutip data seri pengeluaran kesehatan WHO,
total pengeluaran kesehatan Thailand tahun 2020 sekitar 4,36% dari produk
domestic bruto (PDB) atau sebesar 305,09 US$ per kapita. Tren pengeluaran kesehatan
yang mencakup pengeluaran kesehatan pemerintah, belanja out of pocket,
dan produk domestic bruto dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2020 disajikan
pada gambar 1.1 dan gambar 1.2. Berdasarkan sumber asal, total pengeluaran kesehatan
70% berasal dari pemerintah dan 30% berasal dari swasta (private). Sedangkan
untuk total pengeluaran layanan kesehatan primer di Thailand berdasarkan
sumber, berasal dari pemerintah sebesar 75% dan swasta 25%. Jika dilihat dari
tren indikator pengeluaran layanan kesehatan primer dibandingkan dengan
pengeluaran kesehatan saat ini (periode tahun 2016 sampai dengan 2020) persentasenya
cenderung menurun, namun pengeluaran layanan primer per kapita dari tahun 2016
sd 2020 cenderung meningkat (gambar 1.3) (WHO,
2022).
Gambar 1 & Gambar 2
Sumber: Global Health
Expenditure Database (WHO, 2022)
PHC as % Current
Health Expenditure (Thailand) |
||
Year |
PHC % CHE |
PHC per capita US$ |
2016 |
61,35 |
141.49 |
2017 |
60,48 |
149.99 |
2018 |
57,96 |
159.79 |
2019 |
57,8 |
170.21 |
2020 |
59,76 |
182.32 |
�����������������
Gambar 3
Sumber
Global Health Expenditure Database (WHO, 2022)
Jika dibandingkan dengan negara tetangga di
Asia Tenggara yang layanan kesehatan primernya belum sekuat Thailand, seperti
Indonesia tampak perbedaan dalam total pengeluaran kesehatan tahun 2020 (132.96
US$ per kapita), persentase layanan kesehatan primer dibandingkan pengeluaran kesehatan
saat ini 33,43% atau setara dengan 44.33 US$ per kapita. Lain halnya dengan negara-negara
di Eropa dengan layanan kesehatan primer yang kuat seperti Inggris, pemerintahnya
pada tahun 2020 mengalokasikan 11,98% dari PDB untuk pengeluaran kesehatan atau
setara dengan 4,926.63 US$ per kapita, persentase layanan kesehatan primer
dibandingkan pengeluaran kesehatan sekitar 37,45 % atau setara dengan 1.845.09
US$ per kapita; Negara-negara di Eropa memiliki pola alokasi untuk pengeluaran kesehatan
diatas 10% dari PDB dan proporsi pengeluaran untuk layanan kesehatan primer diatas
30% dari pengeluaran Kesehatan saat ini (WHO,
2022).
Sejalan dengan informasi diatas, temuan berbagai
studi mengungkapkan bahwa negara-negara dengan sistem layanan kesehatan primer
yang lebih kuat memiliki (1) total pengeluaran perawatan kesehatan yang lebih
tinggi sebagai titik awal, (2) tingkat rawat inap yang berpotensi dihindari
yang lebih rendah; (3) penurunan tingkat pertumbuhan dalam pengeluaran
perawatan kesehatan (Hou
et al., 2022; D. S. Kringos et al., 2013). Hal ini cukup beralasan karena
mempertahankan struktur perawatan primer yang kuat memerlukan biaya besar guna
mendukung inovasi dan tampaknya ini menjadi pendorong biaya (D.
S. Kringos et al., 2013). Pembuat kebijakan mempertimbangkan untuk meningkatkan
pengeluaran layanan kesehatan primer dalam upaya meningkatkan kesehatan
penduduk dan mengurangi pengeluaran secara keseluruhan (Hou
et al., 2022).
Dampak Penguatan Layanan
Kesehatan Primer terhadap Kinerja Pembangunan Kesehatan
Berbagai intervensi dan program penguatan
layanan kesehatan primer di Thailand telah menampakkan hasil yang nyata. Sejak
pencapaian cakupan kesehatan semesta pada tahun 2002, Thailand memiliki kinerja
yang lebih tinggi dibandingkan negara mitranya dan telah inovatif dalam
menerapkan kebijakan kesehatan kontemporer ke dalam praktik. Negara ini
menduduki peringkat pertama di antara sepuluh besar pencapaian tujuan
pembangunan milenium (MDGs) untuk MDG 4 (Mengurangi Kematian Anak) (Balabanova
et al., 2011 at Tejativaddhana et al., 2018).
Pencapaian Thailand lainnya pada dua dekade
berjalan yaitu peningkatan umur harapan hidup, penurunan angka kematian bayi dan
angka kematian balita yang berhasil ditekan dengan reduksi sebesar 75%-76%
(antara tahun 1990 sd 2019). Untuk angka kematian ibu, terjadi penurunan yang
relatif lambat dalam kurun waktu dua dekade. Sementara untuk indikator nutrisi wasting
(peningkatan yang relatif sedikit) dan persentase balita stunting cenderung turun
seperti yang dirangkum pada tabel 1.1 (WHO,
2021a). Walaupun kontribusi layanan kesehatan
primer dalam pengendalian PTM diupayakan dari berbagai aspek penguatan, namun
hal tersebut belum mampu menekan prevalensi PTM terutama untuk mencapai target
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 3.4 (Tuangratananon
et al., 2021a).
Tabel 1
Indikator Kinerja Pembangunan
Kesehatan
No. |
Indikator Kinerja Pembangunan
Kesehatan |
Sebelum UHC dan Penguatan PHC (1990) |
Dekade Pertama (2002-2011) |
Dekade kedua (2011-2021) |
1. |
Angka Harapan
Hidup |
70,3 menjadi
71,8 tahun |
71,8 menjadi
74,2 tahun |
74,2 menjadi
77,38 tahun |
2. |
Angka
Kematian Bayi |
19 per 1000
KH |
11 per 1000
KH |
4,9 per 1000
KH |
3. |
Angka
kematian balita (<5 tahun) |
37 per 1000
KH |
14 per 1000
KH |
9 per 1000 KH
(sd 2019) |
4. |
Angka
Kematian Ibu |
40 per
100.000 KH |
42 per
100.000 KH |
37 per
100.000 KH (sd 2017) |
5. |
Wasting pada
balita (<5 tahun) Stunting pada balita |
7,3% 22,5% |
7,4% 16% |
8,2% 13,4% |
6. |
PTM: a. Prevalensi tekanan darah tinggi
pada populasi ≥15 tahun b. Prevalensi diabetes pada
populasi ≥ 15 tahun c. Prevalensi merokok
populasi ≥ 15 tahun |
|
21,4% (*2009) 6,9% (baseline
2009) 24% (2011) |
25,4% (2021) 9,5% (2021) 17% (2021) |
Sumber: Thailand SRMNCAH Factsheet December 2020 (WHO, 2021a)
Kesimpulan
Pada tinjauan literatur diatas, upaya
penguatan layanan kesehatan primer serta dampak penguatan jangka pendek dan
jangka panjang di Thailand dikaji. Hasil temuan menunjukkan bahwa Thailand
sudah memperkuat layanan primer pada aspek pemberian/ penyampaian layanan
kesehatan, pengembangan sumber daya manusia, dari segi pembiayaan serta
mengembangkan berbagai inovasi dan intervensi berbasis komunitas.
Berbagai upaya penguatan layanan kesehatan
primer yang dilakukan, berimplikasi terhadap total pengeluaran/ belanja
kesehatan negara. Negara dengan struktur layanan kesehatan primer yang kuat
memiliki pengeluaran yang lebih tinggi karena mengalokasikan sekitar 50% dari
pengeluaran kesehatan saat ini (CHE) untuk layanan primer. Dampak penguatan
layanan kesehatan primer diantaranya adalah meningkatnya status kesehatan
penduduk dan menurunnya angka rawat inap di rumah sakit. Dampak lain dari
penguatan ini terhadap perbaikan indikator
kinerja pembangunan kesehatan di Thailand diantaranya peningkatan umur harapan
hidup dan penurunan angka
kematian bayi dan anak.
Dalam
memperkuat layanan kesehatan primer dibutuhkan komitmen tinggi serta dukungan
kebijakan yang kuat. Jika hanya beberapa aspek yang diuraikan di atas yang
diperkenalkan, tujuan untuk memperkuat layanan primer akan sulit dicapai.
Penguatan layanan kesehatan primer memerlukan pendekatan holistik yang benar
untuk mengatasi berbagai hambatan.
BIBLIOGRAFI
ASEAN.
(2019). Strengthening health systems and acces to care best practices in
ASEAN.
https://asean.org/wp-content/uploads/2017/02/FINAL-PRINTED_-STRENGTHENING-HEALTH-SYSTEMS-AND-ACCESS-TO-CARE.pdf
Asgari-Jirhandeh, N., Zapata, T., &
Jhalani, M. (2021). Strengthening Primary Health Care as a Means to Achieve
Universal Health Coverage: Experience from India. Journal of Health
Management, 23(1), 20�30. https://doi.org/10.1177/0972063421995004
Dodd, R., Palagyi, A., Jan, S., Abdel-All,
M., Nambiar, D., Madhira, P., Balane, C., Tian, M., Joshi, R., Abimbola, S.,
Peiris, D. (2019). Organisation of primary health care systems in low- and
middle-income countries: Review of evidence on what works and why in the
Asia-Pacific region. BMJ Global Health, 4(Suppl 8).
https://doi.org/10.1136/bmjgh-2019-001487
Haque, M., Islam, T., Rahman, N. A. A.,
McKimm, J., Abdullah, A., & Dhingra, S. (2020). Strengthening primary
health-care services to help prevent and control long-term (Chronic)
non-communicable diseases in low- and middle-income countries. Risk
Management and Healthcare Policy, 13, 409�426.
https://doi.org/10.2147/RMHP.S239074
Hermansyah, A., Sainsbury, E., &
Krass, I. (2016). Community pharmacy and emerging public health initiatives in
developing Southeast Asian countries: A systematic review. Health &
Social Care in the Community, 24(5), e11�e22.
https://doi.org/10.1111/hsc.12289
Hou, X., Liu, L., & Cain, J. (2022).
Can higher spending on primary healthcare mitigate the impact of ageing and
non-communicable diseases on health expenditure? BMJ Global Health, 7(12),
e010513. https://doi.org/10.1136/bmjgh-2022-010513
Kringos, D. S., Boerma, W., van der Zee,
J., & Groenewegen, P. (2013). Europe�s Strong Primary Care Systems Are
Linked To Better Population Health But Also To Higher Health Spending. Health
Affairs, 32(4), 686�694.
Kumar, P. (2016). How to strengthen
primary health care. Journal of Family Medicine and Primary Care, 5(3),
543. https://doi.org/10.4103/2249-4863.197263
OECD. (2020, May 30). Realising the
Potential of Primary Health Care, OECD Health Policy Studies.
https://doi.org/10.1787/a92adee4-en
PHCPI. (2022). Thailand: Access | PHCPI.
https://www.improvingphc.org/thailand-access-0
Ploysawang, P., Rojanamatin, J.,
Prapakorn, S., Jamsri, P., Pangmuang, P., Seeda, K., & Sangrajrang, S.
(2021). National Cervical Cancer Screening in Thailand. Asian Pacific
Journal of Cancer Prevention : APJCP, 22(1), 25�30.
https://doi.org/10.31557/APJCP.2021.22.1.25
Sakboonyarat, B., Mungthin, M.,
Hatthachote, P., Srichan, Y., & Rangsin, R. (2022). Model development to
improve primary care services using an innovative network of homecare providers
(WinCare) to promote blood pressure control among elderly patients with
noncommunicable diseases in Thailand: A prospective cohort study. BMC
Primary Care, 23(1), 40. https://doi.org/10.1186/s12875-022-01648-4
Shi, L. (2012). The Impact of Primary
Care: A Focused Review. Scientifica, 2012, e432892.
https://doi.org/10.6064/2012/432892
Tejativaddhana, P., Briggs, D., Singhadej,
O., & Hinoguin, R. (2018). Developing primary health care in Thailand:
Innovation in the use of socio-economic determinants, Sustainable Development
Goals and the district health strategy. Public Administration and Policy,
21(1), 36�49. https://doi.org/10.1108/PAP-06-2018-005
Tuangratananon, T., Julchoo, S.,
Phaiyarom, M., Panichkriangkrai, W., Pudpong, N., Patcharanarumol, W., &
Tangcharoensathien, V. (2021a). Integrating NCD into Primary Health Care in
Thailand: A Mix Method Study [Preprint]. In Review.
https://doi.org/10.21203/rs.3.rs-208297/v1
Van Weel, C., & Kidd, M. R. (2018).
Why strengthening primary health care is essential to achieving universal
health coverage. CMAJ, 190(15), E463�E466. https://doi.org/10.1503/cmaj.170784
Veillard, J. (2019, May 20). Strengthening
primary health care is the smartest way to reduce health inequalities.
World Bank Blogs Investing in Health.
https://blogs.worldbank.org/health/strengthening-primary-health-care-smartest-way-reduce-health-inequalities
WHO. (2017). PRIMARY HEALTH CARE
SYSTEMS (PRIMASYS) Case Study from Thailand. 2017.
https://apps.who.int/iris/rest/bitstreams/1344396/retrieve
WHO. (2021a). Progressing towards SDG
Targets SRMNCAH SEAR 2020. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/347423/9789290228660-eng.pdf?sequence=1
WHO. (2021b, April 1). Primary health
care. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/primary-health-care
WHO. (2022). Global Health Expenditure
Database. https://apps.who.int/nha/database/PHC_Country_profile/Index/en
Copyright holder: Wulansari,
Budi Hidayat (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |