Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober
2022
ANALISIS TINGKAT
LAYANAN SAAT DAN PASCA PANDEMI COVID-19 TERHADAP PENGGUNAAN BUS AKAP DAN KERETA
API
�
Abrar Putra Harjanto, Ismiyati, Mudjiastuti Handajani
Magister Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Pada tahun 2020, wabah penyakit covid-19 telah mengakibatkan dampak yang signifikan di seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu bidang kehidupan manusia yang mengalami penurunan kinerja adalah industri transportasi darat contohnya bus AKAP. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pelaku bus AKAP mengenai karakteristik sosial ekonomi, perjalanan, tingkat layanan bus AKAP saat dan pasca pandemi serta faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi untuk perjalanan antara angkutan bus AKAP dan kereta api Surakarta-Surabaya menggunakan generalized cost yang kemudian diolah menggunakan analisa model logit biner nisbah. Berdasarkan hasil analisis karakteristik pelaku perjalanan masyarakat yang melakukan perjalanan dari Surakarta-Surabaya bahwa mayoritas yang melakukan perjalanan sebanyak 17% adalah laki-laki dengan kelompok usia 26-35 tahun, dimana hasil survei yang dilakukan responden di dominasi pada usia ini termasuk usia yang produktif dan melakukan pergerakan menggunakan transportasi umum bus pasca pandemi dan mayoritas masuk dalam kelompok choice users. Kebanyakan pelaku perjalanan ini melakukan perjalanan dengan maksud untuk mengunjungi kerabat dan waktu tempuh rata-rata selama 3-4 jam dan model pemilihan moda logit biner nisbah dengan hasil uji sensitifitas yang dilakukan, persentase tertinggi terhadap pemilihan moda bus AKAP sebesar 90% pada variabel waktu tempuh perjalanan dan menghasilkan CBUS 0,75xCKA dimana peluang pemilihan moda sebesar 50% bus AKAP dan 50% kereta api.
Kata kunci: Pandemi COVID-19, Pemilihan Moda, Bus AKAP.
Abstract
In 2020, the covid-19
disease outbreak had a significant impact in all countries, including
Indonesia. One area of human life that has experienced a decline in performance
is the land transportation industry, for example, the AKAP bus. This study aims
to identify the characteristics of AKAP bus operators regarding socio-economic
characteristics, travel, AKAP bus service levels during and after the pandemic
as well as factors that influence the choice of mode of transportation for
travel between AKAP bus transportation and the Surakarta- Surabaya train using
generalized cost. Then it is processed using a binary logit analysis model of
the ratio. Based on the results of an analysis of the characteristics of
community travelers who travel from Surakarta-Surabaya that the majority of
those who travel, as much as 17%, are men in the age group of 26-35 years,
where the results of a the survey conducted by respondents are dominated at
this age including productive age and carry out movements using public bus
transportation after the pandemic and the majority are included in the selected
user group. Most of these travelers intend to visit relatives; the average
travel time is 3-4 hours. In the binary logit mode selection model with the
results of the sensitivity test conducted, the highest proportion of AKAP bus
mode selection is 90% in the travel time variable trips and generates CBUS
0,75xCKA where the mode selection opportunity is 50% for
AKAP buses and 50% for trains.
Keywords: COVID-19 Pandemic,
Mode Choice, Bus.
Pendahuluan
Di awal tahun 2020, Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan
bahwa Penyakit Coronavirus Disease
2019 (Covid-19) berubah menjadi wabah global yang menewaskan 5.501.000 orang di
seluruh dunia. Per tanggal 23 Maret 2022, virus tersebut telah membunuh 154.221
orang di seluruh dunia di Indonesia (https://Covid19.go.id). Karena pandemi
Covid-19, pemerintah di seluruh dunia harus membatasi transportasi dan
mobilitas dengan cara yang belum pernah terlihat sebelumnya (Jenelius &
Cebecauer, 2020). Negara-negara di dunia menerapkan berbagai langkah dan
peraturan untuk menghentikan penyebaran pandemi, yang secara signifikan
menurunkan permintaan transportasi (Zhou et al., 2021).
Awal Maret 2020, kasus Covid-19 dilaporkan di Indonesia
dengan tingkat mobilitas masyarakat perkotaan baik di dalam maupun di luar kota
berdampak pada seberapa cepat penyebaran wabah Covid-19 (Ghiffari, 2020). Akibat meningkatnya jumlah kasus Covid-19, pemerintah
Indonesia membuat kebijakan yang disebut Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) yang mulai berlaku pada 17 April 2020 dan akan berlaku hingga 20
Februari 2021. ketika aturan baru bernama Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan mempersulit orang untuk beraktivitas. Bekerja
dari rumah (WFH), menutup pusat perbelanjaan dan tempat wisata, serta
mengurangi jumlah pekerja di sektor industri adalah cara-cara pembatasan
mobilitas yang ketat diberlakukan. Untuk menghentikan penyebaran virus, bisnis
seperti toko dan restoran terus mengubah jam buka mereka dan menawarkan layanan
dan pengiriman online. Hal ini membuat orang semakin sulit untuk bekerja. Selama
pandemi, kebijakan pembatasan wilayah telah merugikan perekonomian dan
mempersulit orang untuk bekerja (Jalil et al., 2020).
Sebagai akibat dari tindakan preventif seperti social distancing dan pembatasan
perjalanan, terjadi perubahan pola aktivitas sehari-hari, penurunan aktivitas
di luar rumah, dan berkurangnya kesempatan bepergian. mengakibatkan penurunan
permintaan perjalanan yang sifnifikan (Pawar et al., 2020). Beck dan Hensher (2020) pada penelitiannya mengkonfirmasikan
bahwa semua kategori perjalanan (mis., terkait pekerjaan atau sekolah, belanja
umum, sosial atau rekreasi, bisnis pribadi) mengalami penurunan yang signifikan
selama penyebaran Covid-19. Tidak seperti masa awal wabah covid-19 terjadi
peningkatan frekuensi belanja rutin (Fatmi, 2020).
Menurut sebuah studi oleh Musselwhite et al., (2020)
transportasi umum dianggap sebagai lingkungan berisiko tinggi untuk penularan
Covid-19 karena terbatasnya ruang fisik yang tersedia, jumlah permukaan yang
membantu penyebaran virus, dan pengujian terbatas terhadap awak dan penumpang.
Selaras dengan penelitian tersebut berdasarkan studi tentang efek Covid -19 yang
dilakukan Abdullah et al., (2021),
diketahui bahwa orang cenderung tidak ingin menggunakan moda transportasi umum
di mana mereka mungkin bertemu orang saat bepergian.
Bus Antarkota Antarprovinsi (AKAP) merupakan moda
transportasi umum yang diminati masyarakat untuk melakukan perjalanan jauh.
Namun meluasnya dampak pandemi Covid-19 dan pembatasan kebebasan bergerak
masyarakat telah mengubah kebiasaan dan selera masyarakat dalam
bertransportasi. Terminal Tirtonadi di Surakarta, Jawa Tengah, merupakan salah
satu terminal bus terbesar di daerah tersebut. Ada banyak rute bus AKAP yang
menghubungkan Surakarta dengan kota-kota lain di Indonesia. Terminal tersebut juga
mendapatkan imbas akibat pandemi Covid-19. Berdasarkan informasi dari Korsatpel
Tirtonadi tahun 2020 dan 2021, jumlah masyarakat yang menggunakan angkutan
jenis AKAP untuk datang dan pergi sudah berkurang. Gambar 1 menunjukkan
informasinya.
Gambar 1
Grafik Perbandingan Jumlah Penumpang
Kedatangan dan Keberangkatan
Program nasional yang dimulai pada Januari 2021 merupakan
salah satu langkah yang diambil pemerintah untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat, meningkatkan hasil, dan membantu perekonomian kembali berjalan.
Program ini dimaksudkan sebagai langkah untuk mengembalikan transportasi umum
seperti sebelum pandemi. Seiring dengan percepatan dan perluasan cakupan serta
penerimaan protokol kesehatan yang ketat sebagai norma
baru, pemerintah mulai melonggarkan aturan sosial. Surat Edaran Nomor SE 23 Tahun 2022
Tentang Pelaksanaan Perjalanan Domestik Dengan Angkutan Darat pada Masa Pandemi
Covid-19, Penumpang Bus Dalam Negeri (PPDN) tidak perlu melakukan tes antigen
selama mengikuti protokol kesehatan dan memiliki bukti vaksin dosis kedua atau booster. Setelah pandemi usai, masyarakat
mulai terbiasa dengan kebiasaan baru, seperti naik angkutan umum yang mengubah cara penggunaan bus AKAP. Analisis tingkat layanan bus AKAP
di Terminal Tirtonadi selama dan setelah pandemi Covid-19 dapat memberi tahu
kita tentang perubahan cara orang menggunakan bus, kebutuhan dan keinginan
masyarakat, serta kualitas layanan yang diharapkan pengguna bus AKAP.
Sehubungan dengan hal tersebut, bus AKAP telah melakukan
penyesuaiaan layanan melalui penerapan protokol kesehatan secara konsisten
dengan menyiapkan hand sanitizer,
adanya fasilitas pembersihan armada bus dan terminal secara rutin, pengecekan
suhu tubuh menggunakan thermal scanner,
mewajibkan seluruh penumpang menggunakan masker, penyanitasi tangan, dan
menyediakan transaksi non tunai.
Dengan melihat bagaimana perubahan layanan yang ditawarkan
bus AKAP, penting untuk mengetahui bagaimana masyarakat melihat tingkat layanan
selama dan setelah pandemi. Selain itu, Kota Surakarta memiliki akses jalan Tol
Trans Jawa. Artinya, waktu tempuh dari Surakarta ke kota
besar seperti Surabaya dengan bus hampir sama dengan kereta api. Jadi,
masyarakat yang menggunakan transportasi umum memiliki pilihan dalam memilih
jenis transportasi apa yang ingin mereka gunakan.
Model pemilihan moda logit biner nisbah dapat
digunakan untuk menggambarkan bagaimana masyarakat memilih antara transportasi
bus dan kereta api. Variabel yang digunakan adalah tarif,
waktu tunggu dan waktu tempuh untuk setiap alat transportasi, yang tergabung
dalam generalized cost.
Berdasarkan latar belakang pada penelitian ini penulis
mencoba untuk mendeskripsikan karakteristik sosial ekonomi dan pola pergerakan dari
pengguna bus AKAP pasca Covid-19, mengidentifikasi dan menganalisis persepsi responden terhadap tingkat
layanan bus AKAP saat dan pasca pandemi Covid-19, serta mengidentifikasi dan menganalisis pemilihan moda antara
bus AKAP dengan kereta api
rute Surakarta-Surabaya.
Metode Penelitian
Lokasi dalam penelitian berada di Kota Surakarta dengan
wilayah kajian adalah Terminal Tipe A Terminal
Tirtonadi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan model pemilihan moda Logit
Biner Nisbah guna menggambarkan perilaku pengguna jasa dalam memilih moda yang
akan digunakan untuk menggambarkan perilaku dalam memilih antara angkutan bus
dan kereta api. Variabel yang digunakan adalah vabiabel kuantitatif berupa
tarif, waktu tunggu dan waktu tempuh perjalanan untuk masing-masing moda yang
tergabung dalam generalized cost.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data
primer dan data sekunder dari hasil pengamatan di lapangan. Diawali dengan
observasi untuk mengetahui kondisi pelayanan angkutan umum pada kedua jenis
moda yang diamati. Wawancara menggunakan teknik Stated Preference. Stated
Preference sendiri merupakan
teknik mengetahui pilihan
responden terhadap situasi yang berbeda (Resturianti & Dirgahayani, 2021).
Penelitian
ini dilakukan dengan melakukan wawancara serta menyebarkan kuesioner kepada 100
sampel/responden berdasarkan formula Slovin dengan nilai 𝛼
yaitu 10% yang sebelumnya telah dilakukan untuk dijadikan sampel. Sampel merupakan
sebagian dari individu yang membentuk populasi, dan sampel yang diambil harus
mewakili populasi secara keseluruhan (Sugiyono ,2016). Dalam penelitian ini, pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode nonprobability
jenis purposive sampling untuk mencapai tujuan tertentu (Rahman, 2021) dengan kriteria
responden pengguna jasa Bus AKAP Surakarta-Surabaya dan pernah menggunakan
Kereta Api saat dan pasca pandemi Covid-19 Surakarta-Surabaya.
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik Pelaku Perjalan
Berdasarkan hasil dari penyebaran kuisioner terhadap pengguna
jasa Bus AKAP Surakarta-Surabaya menunjukan jenis kelamin diperoleh bahwa
pelaku perjalanan mayoritas didominasi oleh 62% laki-laki yaitu sebanyak 62
orang dan 38 % perempuan yaitu sebanyak 38 orang. Kemudian jika dilihat
berdasarkan kelompok usia terbanyak dari pelaku perjalan diperoleh kelompok
usia yang paling banyak yaitu dengan rentang usia 16 � 25 tahun sebanyak 24%
dan kelompok usia yang terkecil yaitu dari kelompok usia lebih dari 55 tahun. Kemudian
untuk jenis pelaku perjalanan dari Bus AKAP Surakarta-Surabaya terbesar memiliki
pekerjaan sebagai pegawai swasta yang berjumlah 19 orang dengan persentase
sebesar 19%, kemudian diikuti oleh pelajar/mahasiswa sebesar 15%, sedangkan
jenis pekerjaan terkecil adalah tukang sebesar 1% dengan jumlah 1 orang. Untuk
Tingkat pendapatan yang terbesar pada rentang pendapatan 2 � 4 juta
dengan sebanyak 60 orang, sedangkan tingkat pendapatan terkecil pada rentang
lebih dari 8 juta sebanyak 4 orang. Berdasarkan data untuk kepemilikan SIM dari
setiap respon bahwa sebanyak 94% responeden memiliki SIM dan mayoritas
responden memiliki sepeda motor.
Berdasarkan hasil survei diperoleh bahwa kebanyakan para pelaku perjalanan memiliki maksud dan tujuan perjalanan setiap orang itu didominasi dengan tujuan perjalanan untuk mengunjungi kerabat 37% dengan moda feeder yang digunakan yaitu trasnportasi Onliner sebesar 26%. Untuk waktu perjalanan diperoleh bahwa kebayakan dari mereka membutuhkan waktu selama 3-4 jam untuk tiba di tujuan mereka dan rata-rata biaya yang mereka harus keluarkan rata-rata dengan rentang Rp. 130.000 � Rp. 200.000 yaitu dengan persentase sebanyak 44%.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengguna bus AKAP dalam mayoritas masuk dalam kelompok choice users, dimana mereka memiliki pilihan moda transportasi lain selain menggunakan bus AKAP dan kereta api.
Persepsi Terhadap Layanan Bus AKAP Saat
Pandemi
Banyak hal yang mempengaruhi keputusan responden dalam menggunakan bus AKAP pada saat pandemi, antara lain berhubungan dengan layanan yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis, responden menyatakan layanan saat pandemi sangat baik dan untuk pengaturan physical distancing dan pelaksanaan mengenai aturan protokol kesehatan lainnya juga dinyatakan sangat baik. Hasil Survei dapat dilihat sebagaimana Gambar 2.
Gambar 2
Tingkat Layanan Saat Pandemi
Persepsi Terhadap Layanan Bus AKAP Pasca Pandemi
Di pasca pandemi, responden tetap memilih naik bus AKAP karena banyak hal, termasuk layanan yang ditawarkannya. Berdasarkan hasil penelitian, orang yang menjawab pertanyaan mengatakan bahwa pelayanan di pasca pandemi sangat baik. Gambar 3 menunjukkan atas informasi tersebut.
Gambar 3
Tingkat Layanan Pasca Pandemi
Model Logit Binomial Nisbah
1.
Nilai
Waktu/ Value Of Time (VOT)
Nilai waktu dihitung dengan membagi rata-rata gaji bulanan responden di bagi waktu penggunaakn moda yang dinyatakan dalam saturan rupiah (Rp) per menit (Nugroho & Wibowo, 2021). Nilai waktu yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan rata-rata penghasilan responden degan perhitungan sebagai berikut:
Hari kerja/bulan �������������� = 20 hari
Standart jam kerja/hari���� = 8 jam/hari
1 Jam ������������������������������ = 60 menit
Standart jam kerja/bulan� = 160 jam/bulan = 9600 menit/bulan
Nilai waktu (Value Of Time)������� = Rata-rata pendapatan/Standar jam kerja
Nilai Waktu (Value Of Time)������ =
Nilai Waktu (Value Of Time)������ = Rp350/menit
2.
Generalized Cost
Berdasarkan nilai waktu yang telah dihitung diperoleh sebesar Rp. 350/ menit, maka diperoleh total biaya gabungan bus AKAP serta Kereta Api pada setiap kombinasi format pertanyaan stated preference. Berikut ini contoh perhitungan biaya gabungan pada kondisi pertama.
Kondisi 1: Tarif Rp. 65.000, - Waktu Tunggu (OVT) 20 Menit, Waktu didalam Kendaraan (IVT) 7 jam.
Generalized Cost = (IVT x VOT) + (2 x OVT x VOT) + Tarif
= (420 x 350) + (2 x 15 x 350) + 65000 = Rp222.500,-
Perhitungan diatas digunakan untuk menghitung semua alternatif kondisi yang sudah ditentukan pada setiap skenario seperti pada Tabel 1.
Tabel
1
Nisbah
Biaya Gabungan (Wi)
Berdasarkan tabel diatas ini dapat diketahui
nisbah biaya gabungan yang terbesar adalah pada kondisi tiga dengan nilai
rasionya 0,968 dan yang terkecil pada kondisi tujuh dengan nilai rasio
perbandingannya adalah 0,566. Nilai dari nisbah biaya gabungan atau rasio
perbandingan biaya gabungan semakin mendekati satu semakin bagus.
3. Nisbah
Proporsi Bus AKAP
Nisbah proporsi pilihan diperoleh dari hasil perbandingan antara proporsi pengguna angkutan bus AKAP dengan pengguna Kereta Api dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2
Nisbah
Proporsi Bus AKAP
4.
Analisis Persamaan
Regresi
Pembentukan
model logit binomial nisbah menggunakan metode penaksiran regresi linier untuk
mengestimasi parameter dari koefisien intersep atau A dan koefisin regresi atau
B. Kedua nilai tersebut selanjutnya akan dijadikan dasar dalam pembentukan
nilai α dan 𝛽 yang ditujukan pada Tabel 3.
Tabel
3
Data
Input Regresi Linier
Setelah diketahui nilai (Yi) dan (Xi) dari perhitungan tabel di atas maka pada tahap selanjutnya dapat dilakukan analisis regresi untuk mencari nilai A dan B. Adapun hasil analisis regresi dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.
Gambar 4
Hasil SPSS
Berdasarkan pada Gambar 4 diatas maka dapat diketahui bahwa hasil dari model regresi linear sebagai berikut Y = 3,3134x + 0,127. Koefisien Determinasi (R square) menghasilkan nilai 0,7166 yang menunjukkan hubungan moderat antara kedua variabel. Nilai 0,7166 berarti 71,66% proporsi pemilihan bus AKAP dipengaruhi oleh nisbah biaya gabungan atau Generalized Cost.
5.
Hasil Uji Parsial
(Uji t-test)
Imam Ghozali (2018) menyatakan bahwa uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi memiliki pengaruh pribadi terhadap variabel dependen berdasarkan asumsi sebagai berikut:
Jika nilai sig < 0,05 atau t-hitung> t-tabel maka terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Jika nilai sig > 0,05 atau t-hitung < t-tabel maka tidak terdapat pengaruh variabel X terhadap Y.
Berdasarkan data dari
Statistik t tabel maka dapat diketahui sebagai berikut:
a.
Berdasarkan nilai signifikansi dari tabel koefisien diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0.008< 0.05. Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa
variable X berpengaruh terhadap variabel Y.
b.
Berdasarkan nilai t diketahui bahwa nilai thitung adalah sebesar
3,893 > ttabel 2,497, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X
berpengaruh terhadap variabel Y.
6.
Model Logit
Binomial Nisbah
Berdasarkan hasil kalibrasi nilai parameter α dan 𝛽 yang telah diketahui seperti diatas dengan proses analisis regresi linier, dengan itu maka model logit biner nisbah adalah sebagai berikut:
Pbus =
Analisis pembentukan model logit binomial nisbah untuk menggambarkan perilaku pengguna jasa dalam memilih moda angkutan umum dapat diperoleh seberapa besar proporsi pemilihan moda tersebut disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4
Proporsi Penggunaan Moda Angkutan Umum dan
Kereta Api
7.
Validasi
Model/Uji Statistik Chi-Kuadrat
Berdasarkan nilai signifikansi dari tabel
koefisien diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.138< 14.017. Dari data
tersebut bisa disimpulkan bahwa variable X berpengaruh terhadap variabel Y dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5
Hasil Uji Statistik Chi-Kuadrat
8. Uji
Sensitivitas Model
Sensitivitas model dimaksudkan untuk mengetahui
perubahan nilai probabilitas pemilihan moda angkutan umum apabila dilakukan
perubahan nilai pada salah satu indikator yang mempengaruhi perjalanan.
Sensitivitas model dilakukan dengan merubah salah satu indikator perjalanan
dengan membiarkan indikator lainnya tetap. Perhitungan sensitivitas model dengan
melakukan penurunan sebesar 35% pada tiap indikator yang akan diuji.
Berdasarkan hasil uji ini diperoleh:
a.
Tarif
berpengaruh terhadap pemilihan moda sebesar 69%.
b.
Waktu tunggu
kendaraan (OVT) berpengaruh terhadap pemilihan moda sebesar 84%.
c.
Waktu tempuh
(IVT) berpengaruh terhadap pemilihan moda sebesar 90%.
9.
Kombinasi Proposi Moda
Bus AKAP dan Kereta Api
Dari hasil analisis dapat digambarkan
grafik dalam bentuk kurva dimana pada sumbu Y adalah proporsi pemilihan Bus
AKAP dan Kereta Api yang dinyatakan dalam satuan persentase dan sumbu X adalah
Nisbah Generalized Cost yang digambarkan
pada Gambar 5 berikut:
Gambar 5
Gambar
Kurva Diversi Pemilihan Moda Bus AKAP dan Kereta Api
Berdasarakan hasil dari generalized cost angkutan Bus AKAP dan generalized cost Kereta Api mempunyai nilai yang sama (CBUS/CKA = 1) maka diperoleh kondisi 43% pengguna jasa yang akan menggunakan moda bus AKAP dan 57% pengguna jasa akan menggunakan moda Kereta Api untuk melakukan perjalanan dari Surakarta-Surabaya.
Bila kondisi generalized cost angkutan Bus
AKAP dan generalized cost Kereta Api
mempunyai nilai CBUS 0,75xCKA maka baru diperoleh kondisi
50% pengguna jasa yang akan menggunakan moda bus AKAP dan 50% pengguna jasa
akan menggunakan moda Kereta Api untuk melakukan perjalanan dari
Surakarta-Surabaya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap karakteristik
responden dengan melihat dapat disimpulkan bahwa analisis deskriptif ini dapat
dijadikan dasar pengambilan kebijakan bagi operator terkait. Kebijakan tersebut
dilakukan untuk ketahanan transportasi umum pasca pandemi dilihat dari
perspektif keputusan pelaku pergerakan untuk maksud perjalanan responden. Dalam
penelitian ini responden yang tetap menggunakan angkutan bus AKAP didominasi
oleh kelompok pendapatan Rp. 2.000.000,- sampai Rp.
4.000.000,- dan responden mayoritas memiliki lebih dari satu sepeda motor. Hal
tersebuh menunjukan bahwa mayoritas responden merupakan choice user yang tetap menggunakan transportasi umum saat pasca
pandemi hal ini menunjukan kebijakan dan adapatasi transportasi umum dapat
diterima dan mendapat kepercayaan masyarakat.
Berdasarkan persepsi tetap penggunaan bus AKAP, diperoleh
hasil bahwa mayoritas responden setuju untuk menggunakan bus AKAP dengan
persentase 97,20%. Adapun faktor yang paling banyak
diharapkan responden dalam penggunaan bus AKAP adalah kesesuaian waktu tunggu
dan keamanan. Sedangkan penerapan physical distancing merupakan salah satu
bagian dari tatanan baru penggunaan transportasi umum selama masa pandemi.
Dengan nilai persentase yang masuk dalam skala rating sangat baik, maka
penerapan physical distancing dan
protokol kesehatan lain yang dilakukan oleh bus AKAP sudah sesuai dengan
kebijakan Pemerintah.
Faktor yang memberikan pengaruh pemilihan moda transportasi
untuk perjalanan dari Surakarta menuju Surabaya berdasarkan hasil uji
sensitifitas yang dilakukan, persentase tertinggi pada instrumen atau indikator
terjadi pada waktu tempuh perjalanan pada moda bus AKAP sebesar 90%. Untuk
analisa model logit biner nisbah generalized cost berdasarkan kurva disveri
pemilihan moda menginterprestasikan (CBUS/CKA = 1),
sekitar 43% pengguna jasa memilih moda bus AKAP sementara sekitar 57% memilih
opsi kereta api dan pada CBUS 0,75xCKA, pengguna jasa
akan memilih moda antara bus AKAP dan kereta api akan sama sebesar 50%. Selain
dari nilai generalized cost berdasarkan
hasil wawancara atribut/variabel tambahan untuk bus AKAP menjadi pilihan
pengguna karena kelebihan di jam keberangkatan yang lebih fleksibel dan tempat
untuk naik turun penumpang yang tidak harus di terminal.
BIBLIOGRAFI
Abdullah,
M., Ali, N., Hussain, S. A., Aslam, A. B., & Javid, M. A. (2021). Measuring
changes in travel behavior pattern due to COVID-19 in a developing country: A
case study of Pakistan. Transport Policy, 108(May), 21�33.
https://doi.org/10.1016/j.tranpol.2021.04.023
Beck, M. J., & Hensher, D. A.
(2020). Since January 2020 Elsevier has created a COVID-19 resource centre
with free information in English and Mandarin on the novel coronavirus COVID-
19 . The COVID-19 resource centre is hosted on Elsevier Connect , the company �
s public news and information . January.
Fatmi, M. R. (2020). COVID-19
impact on urban mobility. Journal of Urban Management, 9(3),
270�275. https://doi.org/10.1016/j.jum.2020.08.002
Ghiffari, R. A. (2020). Dampak
Populasi Dan Mobilitas Perkotaan Terhadap Penyebaran Pandemi Covid-19 Di
Jakarta. Jurnal Tunas Geografi, 09(01), 2020.
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tgeo
Ghozali, I. (2018). Aplikasi
Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Jalil, A., M, F., & Kasnelly,
S. (2020). Meningkatnya Angka Pengangguran Di Tengah Pandemi (Covid-19).
2(pengangguran akibat covid 19), 45�60.
Jenelius, E., & Cebecauer, M.
(2020). Transportation Research Interdisciplinary Perspectives Impacts of
COVID-19 on public transport ridership in Sweden : Analysis of ticket
validations , sales and passenger counts. Transportation Research
Interdisciplinary Perspectives, 8(June), 100242.
https://doi.org/10.1016/j.trip.2020.100242
Surat Edaran Nomor SE 23 Tahun 2022
tentang Petunjuk Pelaksaan Perjalanan Orang Dalam Negeri Dengan Transportsi
Darat Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), 1 (2022).
Musselwhite, C., Avineri, E., &
Susilo, Y. (2020). Editorial JTH 16 �The Coronavirus Disease COVID-19 and
implications for transport and health. Journal of Transport and Health, 16(April).
https://doi.org/10.1016/j.jth.2020.100853
Nugroho, B. K., & Wibowo, N. M.
(2021). Perencanaan AngkutanPemadu Moda di Bandara H. Asan Kabupaten
Kotawaringin Timur. 2(1), 1�10.
Pawar, D. S., Yadav, A. K.,
Akolekar, N., & Velaga, N. R. (2020). Impact of physical distancing due to
novel coronavirus (SARS-CoV-2) on daily travel for work during transition to
lockdown. Transportation Research Interdisciplinary Perspectives, 7,
100203. https://doi.org/10.1016/j.trip.2020.100203
Rahman, Z. (2021). Metodologi
Penelitian Kualitatif Berbasis Blended Learning (M. Winarno (ed.)). Wineka
Media.
Resturianti, R., & Dirgahayani,
P. (2021). Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Penggunaan MRT, Persepsi Terhadap
Layanan MRT, dan Pola Pergerakan. Jurnal Perencanan Wilayah Dan Kota, 1.
Sugiyono. (2016). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Zhou, H., Wang, Y., Huscroft, J.
R., & Bai, K. (2021). Impacts of COVID-19 and anti-pandemic policies on
urban transport�an empirical study in China. Transport Policy, 110(May),
135�149. https://doi.org/10.1016/j.tranpol.2021.05.030
Copyright holder: Abrar Putra
Harjanto, Ismiyati Ismiyati, Mudjiastuti Handajani (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |