Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 6, Juni 2023

 

 

DAKWAH BIL HAL AISYIYAH CABANG MEDAN AREA DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

 

Nini Oktavia, Abdullah

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang: Strategi komunikasi dakwah bil halAisyiyah dalam pemberdayaan perempuan, yang menganalisis faktor penghambat dan pendukung dakwah bil halAisyiyah dalam membentuk pribadi yang islami. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan bertujuan mengungkapkan fenomena secara holistik, kontekstual melalui pengumpulan data dan latar alami dan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci, Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan observasi.Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengurus Aisyiyah Medan Area melakukan: 1) menyantuni anak yatim, dhuafa di setiap tahunnya, 2) melakukan gotong royong, 3) setiap anggota berkewajiban menyantuni dan disantuni, 4) membina anak Nasyiatul Aisyah, 5) serta memberikan sumbangan dalam bentuk pengelolaan organisasi, 6) membina dan melaksanakan peningkatan kualitas hidup perempuan dan perlindungan hak perempuan.

 

Kata kunci: Aisyiyah; Dakwah; Bil Hal.

 

Abstract

This study aims to explain about: Communication strategy of da'wah bil hal 'Aisyiyah in women's empowerment, which analyzes the inhibiting and supporting factors of da'wah bil hal 'Aisyiyah in forming an Islamic person. This research uses a qualitative approach, which is a type of research whose findings are not obtained through statistical procedures or other forms of calculation and aims to reveal phenomena holistically, contextually through data collection and natural settings and utilizing researchers as key instruments, This research data is obtained through interviews and observations.The results of the study revealed that the management of Aisyiyah Medan Area conducts: 1) caring for orphans, the poor every year, 2) doing mutual assistance, 3) each member is obliged to care for and be cared for, 4) fostering Nasyiatul Aisyah's children, 5) and contributing in the form of organizational management, 6) fostering and implementing the improvement of women's quality of life and protection of women's rights.

 

Keywords: Aishiyah; Da'wah; Num Hal

 

Pendahuluan

Dakwah Bil hal merupakan istilah yang dimunculkan di Indonesia sama halnya dengan istilah halal bihalal. Kedua istilah tersebut tidak dikenal di Arab Saudi juga di negara-negara Islam lainnya diperkirakan istilah dakwah bil hal dimunculkan sekitar tahun 70-an namun belum ditemukan rujukan yang menjelaskan siapa sebenarnya penggagas pertama istilah tersebut (Abdullah, 2019).

Menurut H.S Projokusumo bahwa majelis ulama Indonesia atau MUI mulai mempopulerkan istilah dakwah bil hal pada musyawarah Nasional atau Munas pada tahun 1985. Kemudian di tahun 1987 telah memasukkan dakwah bil hal menjadi salah satu program dalam rapat kerja nasionalnya diketahui bahwa dalam perspektif MUI tujuan dakwah Bil Hal antara lain untuk meningkatkan harkat dan martabat umat terutama kaum duafa atau mereka yang berpenghasilan rendah.

Sedangkan di Malaysia istilah dakwah bil hal diucapkan oleh mahatir Muhammad pada tahun 1996 ketika memberikan kata sambutan di perhimpunan agung riseap ke-9 di Kuala lumpur, Malaysia pada 6 September 1996. Mahathir ketika itu juga mengatakan bahwa dakwah Bil Hal merupakan pendekatan baru dalam kegiatan dakwah.

Dakwah bil hal hampir semakna dengan istilah lisanul hal dan lisanul huswah dakwah bil hal diartikan dengan dakwah dengan keadaan. M Natsir menggunakan secara bergantian istilah lisanul hal dan lisanul uswah sebagai pengganti istilah dakwah bil hal misalnya menurut Natsir adalah bahasa contoh perbuatan yang nyata.

Dakwah secara lisan dan tulisan berorientasi kepada upaya memperkenalkan islam kepada umat agar mereka dapat memahami islam secara holistik dan menatap segala aspek kehidupannya secara islami sedangkan dakwah bil hal menekankan pada pengamalan atau aktualisasi ajaran Islam dalam kehidupan pribadi keluarga dan masyarakat serta membantu pengembangan masyarakat muslim sesuai dengan cita-cita sosial ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan hadis (Amin, 2008).

Dakwah bil hal Aisyiyah dalam pemberdayaan perempuan adanya kesenjangan gender dan diskriminasi terhadap perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, baik di indonesia maupun di berbagai negara di dunia. perempuan seringkali mengalami keterbatasan akses terhadap pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan partisipasi politik, yang membatasi kemampuan mereka untuk berkembang dan berkontribusi dalam masyarakat (Elda Rizky, 2023). Pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (lsm) telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kesenjangan gender dan diskriminasi terhadap perempuan. namun, upaya ini tidak selalu berhasil karena masih banyaknya faktor sosial dan budaya yang membatasi peran dan hak perempuan.

Dalam konteks ini, Dakwah bil hal Aisyiyah dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi kesenjangan gender dan diskriminasi terhadap perempuan. Dakwah Bil Hal Aisyiyah menekankan pentingnya melakukan tindakan nyata dan mengatasi masalah sosial, ekonomi, dan budaya dalam masyarakat. Pemberdayaan perempuan melalui dakwah bil hal Aisyiyah memiliki potensi yang besar untuk mengatasi kesenjangan gender dan diskriminasi terhadap perempuan (Febriantie, 2022). Dakwah bil hal Aisyiyah dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, memberikan pelatihan keterampilan dan pendampingan kepada perempuan, serta mempromosikan hak-hak perempuan dalam masyarakat.

Dengan demikian, dakwah bil hal Aisyiyah dapat menjadi salah satu cara untuk mendorong perempuan untuk mengambil peran aktif dalam masyarakat, meningkatkan kemandirian ekonomi, serta memperkuat posisi dan hak-hak perempuan (Panjaitan, 2021). Hal ini akan berdampak positif pada pembangunan sosial dan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh anggota masyarakat.

Dakwah bil hal Aisyiyah adalah upaya dakwah yang berfokus pada kegiatan nyata atau aksi nyata dalam rangka menyelesaikan masalah sosial, ekonomi, dan budaya yang terjadi dalam masyarakat (Puspitasaria & Ritongab, 2020). Pemberdayaan perempuan adalah salah satu isu sosial yang sangat penting untuk dibahas dalam dakwah bil hal Aisyiyah. Pemberdayaan perempuan bertujuan untuk memberikan kesempatan, pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri kepada perempuan agar dapat berpartisipasi secara aktif dan setara dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik (Sururi, 2015). Hal ini sangat penting dilakukan karena perempuan seringkali mengalami diskriminasi dan marginalisasi dalam berbagai aspek kehidupan.

Dalam konteks dakwah bil hal Aisyiyah, upaya pemberdayaan perempuan dapat dilakukan dengan cara mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memberikan kesempatan dan dukungan kepada perempuan untuk berkembang dan berkontribusi dalam masyarakat (Hulu, 2020). Selain itu, dapat juga dilakukan dengan memberikan pelatihan dan keterampilan kepada perempuan agar dapat mengembangkan potensi dan kemampuan mereka. Pemberdayaan perempuan juga dapat dilakukan dengan mempromosikan hak-hak perempuan dalam masyarakat. Misalnya, dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dalam pendidikan, pekerjaan, dan akses terhadap sumber daya lainnya.

Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan seminar, diskusi, atau kampanye sosial yang bertujuan untuk mempromosikan hak-hak perempuan dalam masyarakat. Dalam dakwah bil hal Aisyiyah, pemberdayaan perempuan juga dapat dilakukan dengan mengembangkan potensi perempuan dalam bidang ekonomi. Misalnya, dengan memberikan pelatihan keterampilan dan pendampingan kepada perempuan untuk membuka usaha kecil-kecilan atau mengembangkan usaha yang sudah ada. Hal ini dapat membantu perempuan untuk mandiri secara ekonomi dan mengurangi ketergantungan mereka pada pihak lain.

Dalam kesimpulannya, dakwah bil hal Aisyiyah sangat penting dalam upaya pemberdayaan perempuan. Upaya ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memberikan kesempatan dan dukungan kepada perempuan, memberikan pelatihan dan keterampilan, mempromosikan hak-hak perempuan, hingga mengembangkan potensi perempuan dalam bidang ekonomi.

 

 

Metode Penelitian

Peneliti melakukan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan bertujuan mengungkapkan gejala secara holistik kontekstual melalui pengumpulan data dan latar alami dan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci Jenis proses yang digunakan oleh peneliti adalah proses penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu untuk menentukan penyebaran dan kaitan antara gejala yang satu dengan yang lainnya dalam suatu masyarakat (Arikunto, 2016).

Data dalam penelitian kualitatif adalah data deskriptif yang umumnya berbentuk kata-kata, gambar-gambar atau rekaman, kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap tetapi data yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap tersebut.

Dengan melakukan pendekatan kualitatif deskriptif, peneliti berupaya untuk menghimpun data, mengolah data dan menganalisis data demi untuk mencapai tujuan penelitian tentang starategi dakwah dan faktorfaktor pendukung maupun penghambat dalam proses dakwah Aisyiyah Medan Area dalam membentuk pribadi muslimah yang Islami.

 

Hasil dan Pembahasan

Strategi dakwah bil hal Aisyiyah cabang Medan Area dalam pemberdayaan perempuan sudah berdiri sejak 1997. Dalam Membentuk Pribadi Yang Islami Setiap organisasi, komunitas atau semacamnya, biasanya dibentuk atas dasar cita-cita dan tujuan yang mereka harapkan diperlukan, sebagaimana yang dilakukan wawancara langsung kepada sekretaris PDA (Ferizal, 2022). Perumusan masalah sebuah metode dan strategi yang strategis agar semua yang dilakukan tidak berlawanan dengan segala macam hukum aturan yang telah di terapkan. Hal ini biasa dilakukan untuk menghindari konflik, meskipun sebenarnya konflik tersebut tidak akan bisa dihilangkan. Dalam konteks dakwah, strategi juga sangat dibutuhkan terutama bagi organisasi Aisyiyah yang merupakan gerakan perempuan muslim berkemajuan.

Adapun tahap strategi dakwah yang dilakukan bermusyawarah, membuat konsep dan menyeleksi strategi yang pantas untuk digunakan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah (Cangara, 2013). Adapun majelis kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dakwah bil hal Aisyiyah cabang medan area dalam pemberdayaan perempuan Dalam Membentuk Pribadi Yang Islami memiliki konsep dakwah bil hal yaitu:

Program Kegiatan PimpinanAisyiyah Medan Area Untuk meningkatkan eksistensi pengurus dan pengolahan potensi, maka terdapat beberapa program kerja yang dilakukan setiap tahun setelah dilakukannya musyawarah kerja internal Aisyiyah Medan Area. Adapun rincian program kerja Majelis dan Tujuan Pimpinan Aisyiyah Medan Area dalam kemuslimahan yaitu:

1. Majelis tabligh sehingga bertujuan terbangunnya kualitas aqidah, akhlak, ibadah, dan mu�amalah duniawiyyah di kalangan ummat yang berlandaskan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur�an dan As-sunnah Maqbulah melalui pesan-pesan yang bersifat pencerahan, berorientasi, dan pembebasan, pemberdayaan, dan berkemajuan.

2. Majelis pengkaderan meningkatnya kualitas kader yang memiliki integritas, komitmen, militansi, ghirah, solidaritas/ ukhuwah, daya juang, wawasan, profesionalitas berbasis idiologi gerakan yang menjiwai seluruh perilaku anggota, kader, pimpinan Aisyiyah.

3. Majelis pendidikan meningkatnya kualitas dan keunggulan pendidikan Aisyiyah sebagai strategi pembentukan manusia yang utuh, berilmu, dan berkarakter sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

4. Majelis kesehatan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang berkeadilan, bagi perempuan, bayi dan anak yang berbasis pelayanan kesehatan dan komunitas berdasarkan spirit al-ma�un.

5. Majelis lingkungan hidup terbangunnya kesadaran dan perilaku ramah lingkungan bagi anggota, kader, dan pimpinan di seluruh tingkatan Organisasi dan Amal Usaha yang mampu mengembangkan gerakan pelestarian lingkungan.

6. Majelis kesejahteraan sosial berkembangnya/ meningkatnya pemberdayaan, pelayanan dan penyantunan masyarakat dhu�afa dan berbagai kelompok yang termarjinalkan, berbasis gerakan al-Ma�un.

7. Majelis ekonomi dan ketenagakerja terbangunnya kesadaran dan perilaku ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan warga, Umat, dan masyarakat.

 

A.    Strategi Dakwah Pimpinan Daerah �Aisyiyah Medan Area Dalam Membentuk Pribadi Yang Islami

Setiap organisasi, komunitas atau semacamnya, biasanya dibentuk atas dasar cita-cita dan tujuan yang mereka harapkan diperlukan perumusan masalah sebuah metode dan strategi yang strategis agar semua yang dilakukan tidak berlawanan dengan segala macam hukum aturan yang telah di terapkan (Septhiani, 2018). Hal ini biasa dilakukan untuk menghindari konflik, meskipun sebenarnya konflik tersebut tidak akan bisa dihilangkan. Dalam konteks dakwah, strategi juga sangat dibutuhkan terutama bagi organisasi Aisyiyah yang merupakan gerakan perempuan muslim berkemajuan.

Adapun tahap strategi dakwah yang dilakukan ialah bermusyawarah, membuat konsep dan menyeleksi strategi yang pantas untuk digunakan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah. Adapun majelis kegiatan yang berkaitan dengan penelitian strategi dakwah Aisyiyah Dalam Membentuk Pribadi Yang Islami yakni:

1.      Majelis Tabligh (penyiaran agama Islam)

Bahwa mengadakan pengajian rutin bulanan, yang diikuti oleh pengurus daerah, cabang, ranting, dari rumah ke rumah. Dalam kegiatan ini di isi dengan ceramah agama, tadarus Al-qur�an, tentang keperempuanan, dan pembekalan keluarga sakinan dengan menghadirkan penceramah, ibu-ibu Aisyiyah, atau dari penceramah di luar Aisyiyah yang memilki latar belakang pendakwah. Seperti yang dipaparkan oleh informan bahwa Pengajian Aisyiyah ini bertujuan:

Meningkatkan kualitas iman, ibadah, silaturahmi dan memahami kesadaran berorganisasi�.

. Majelis pengajian sangat memperhatikan bagaimana hubungan dengan para anggota pengajian, tentang bagaimana mereka tidak membatasi sosialisasi antara ketua, pengurus maupun anggota, seperti yang dikatakan oleh sekretaris (Yunarrya, 2021).

�Kami selalu melakukan interaksi atau melakukan pendekatan secara langsung dengan mad�u. Dan sebagai langkah sosialisasi dakwah dalam kegiatan pengajian ditempatkan dari rumah ke rumah ibu majelis juga sebagai langkah strategi kami Jika ada masalah pribadi yang dialami oleh mad�u maka masalah bisa dikonsultasi secara pribadi kepada saya atau pengurus PDA lainnya dan dicarikan solusi bersama, dengan juga memanfaatkan telekomunikasi jika tidak bertatap muka langsung.

Dari hasil wawancara yang dikatakan oleh informan bahwa tujuan pengajian rutin Aisyiyah yakni meningkatkan kuaitas iman, ibadah, silaturahmi serta mendorong kesadaran orang lain dalam beroganisasi khususnya di Aisyiyah dengan kegiatan di isi dengan cerama agama, tadarus al-qur�an, mengajarkan al-qur�an, selain dari pada itu hubungan para anggotan dengan pengurus tidak sampai di majelis pengajian tapi pada pendekatan di luar majelis.

Jadi dapat disimpulkan majelis tablig dalam kegiatan pengajian rutin dari rumah ke rumah ini bertujuan menguatkan kualitas ibadah, iman, silaturahmi, dan memahamkan kesadaran berorganisasi yang diisi dengan di isi dengan ceramah agama, tadarus Al-qur�an , yang diselipkan juga materi pembinaan keluarga sakinah dengan menghadirkan penceramah yang berlatar belakang pendakwah.

2.      Majelis Sosial

Program kerja ini sama dengan bakti sosial seperti tiap tahunnya menyantuni anak yarim dan dhuafa, dalam hal ini muslimah Aisyiyah ikut dalam berbagai kegiatan yang bersifat sosial seperti saling membantu di daerah atau lokasi yang membutuhkan. Kegiatan ini apabila terjadi hal-hal yang insidentil. Contoh; gempa, tsunami, kemalangan. Hal ini sepeti yang dikatakan oleh informan:

Setiap ada bencana pasti ada gerakan Aisyiyah, itu juga sebagai bentuk strategi dakwah kami. Dengan begitu orang mengenal Aisyiyah�.

Kegiatan sosial ini merupakan startegi dakwah Aisyiyah sebagai gerakan amal ma�ruf dengan bentuk kepedulian sesama. Dengan melalui gerakan ini juga memperkenalkan Aisyiyah kepada masyarakat luas dan semata-mata untuk memperluas wilayah dakwah Aisyiyah.

 

 

 

 

B.     Faktor pendukung dan penghambat Adapun beberapa faktor yang menjadi penghambat dan pendukung dakwah Aisyiyah Medan Area.

1.      Faktor Pendukung Dakwah

Adapun yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan majelis dakwah Aisyiyah, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan dakwah, diantaranya: Pertama adanya tanggung jawab dan loyalitas dari para pengurus dan ustadz-ustadz Pimpinan Aisyiyah, atau dari ormas lain untuk tetap berdakwah di masyarakat dengan kegiatan Aisyiyah seperti mengisi ceramah agama dalam majelis pengajian rutin, dan mengisi dalam kegiatan pembinaan kader (Faishol, 2018).

Berdasarkan apa yang dipaparkan oleh informan, dapat diketahui bahwa Aisyiyah tidak menutup diri untuk kerja sama dengan ormas lain untuk mewujudkan penanaman nilai-nilai Islam sesuai apa yang dibutuhkan. Sehingga dari pernyataan itu dapat disimpulkan bahwa telah bersikap loyal terhadap ormas lain dengan menindak lanjuti atau menjalankan tanggung jawab dengan sebaik mungkin.

Kedua adanya partisipasi yang diberikan oleh berbagai kalangan yakni masyarakat sekitar maupun orangtua dan masyarakat Aisyiyah untuk tetap aktif dalam kegiatan majelis seperti membantu dalam gerakan sosial, tetap aktif dalam kegiatan majelis pengajian dan kegiatan lainya yang diselenggarakan oleh Pimpinan Aisyiyah Medan Area. Ini dapat dilihat dari pastisipasi yang diberikan oleh anggota untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Aisyiyah, seperti kegiatan pengajian atau kegiatan sosialisasi lainya yang melibatkan para anggota. Ketiga para pengurus baik wilayah maupun pusat Aisyiyah yang sangat memperjuangkan Islam dengan cara mengiatkan aktivitas-aktivitas dakwah, dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam agar mencapai tujuan yang dikehendaki.

 

2.      Faktor Penghambat Dakwah

Adapun faktor penghambat dalam pelaksaan kegiatan majelis dakwah Pimpinan Aisyiyah diantaranya: Yang pertama adalah kurangnya kesadaran berorganisasi dari pengurus, pengurus mempunyai kesibukan dengan pekerjaan masing-masing menjadikan alasan sehingga terkendala dalam berorganisasi, apalagi mereka adalah ibu-ibu dari kader Aisyiyah ini diantaranya sudah berkeluarga, sehingga selalu menjadi kendala dalam meningkatkan kualitas dakwah.

 

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan dari hasil dan pembahasan sebelumnya dapat simpulkan sebagai berikut: Strategi dakwah Aisyiyah dalam membentuk pribadi yang Islami,yaitu (1) pengajian rutin bulanan yang dikelola oleh majelis tabligh, (2) pembinaan keluarga sakinah, (3) membuka kewirausahaan yang di kelola oleh majelis ekonomi dan tenaga kerja, (4) pelestarian lingkungan yang dikelola oleh majelis lingkungan hidup, (5) lomba kesenian yang dikelola oleh majelis kebudayaan, (6) bakti sosial yang dikelola oleh majelis sosial, (7) pemerataan penanganan kesehatan yang dikelola oleh majelis kesehatan, (8) membangun amal usaha pendidikan yang dikelola oleh majelis pendidikan, dan (9) baitul arqam yang dikelola oleh majelis kader.

BIBLIOGRAFI

Abdullah, A. (2019). Ilmu dakwah: kajian ontologi, epistemologi, aksiologi dan aplikasi dakwah.

 

Amin, M. (2008). Samsul. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah.

 

Arikunto, S. (2016). Proses Penelitian Suatu Pendekatan. Cet. XIII.

 

Cangara, H. (2013). Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

 

Elda Rizky, F. (2023). PERANAN ORGANISASI AISYIYAH DALAM PEMBERDAYAAN KAUM PEREMPUAN DI DUSUN WATUKEBO KECAMATAN AMBULU TAHUN 1985-1998. UIN Kiai Achmad Siddiq Jember.

 

Faishol, A. (2018). Dakwah KH Khoiron Zaini di kalangan remaja: studi metode dakwah persuasif Komunitas Majelis Pemuda Bersholawat (MPB) At Taufiq. Uin Sunan Ampel Surabaya.

 

Febriantie, E. R. (2022). PERANAN ORGANISASI AISYIYAH DALAM PEMBERDAYAAN KAUM PEREMPUAN DI DUSUN WATUKEBO KECAMATAN AMBULU TAHUN 1985-1998. UIN Kiai Achmad Siddiq Jember.

 

Ferizal, D. A. (2022). ANALISIS FUNGSI PARTAI POLITIK ISLAM DALAM MENERIMA ASPIRASI MASYARAKAT MUSLIM (Studi Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan Pembangunan di Kabupaten Purbalingga). UIN Prof. KH Saifuddin Zuhri.

 

Hulu, Y. (2020). Strategi Komunikasi Muslimat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Sumatera Utara Dalam Pemberdayaan Masyarakat Muslim Kota Medan.

 

Panjaitan, H. (2021). Peran Aisyiyah Dalam Pendidikan Kaum Muslimah DI Kota Medan (Studi Kasus Tahun 2010-2016). Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

 

Puspitasaria, E. E., & Ritongab, U. S. (2020). Pola Komunikasi Dakwah Bil Hal Muhammadiyah pada Masyarakat Agraris. CHANNEL: Jurnal Komunikasi, 8.

 

Septhiani, R. (2018). Strategi Dakwah Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (Bmoiwi) Dalam Pembinaan Akhlak Muslimah Di Masjid Istiqlal.

 

Sururi, A. (2015). Pemberdayaan masyarakat melalui program pembangunan infrastruktur perdesaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak. Sawala: Jurnal Administrasi Negara, 3(2).

 

Yunarrya, D. (2021). Manajemen Dakwah Di Kelompok Pengajian Desa Tedunan. IAIN BENGKULU.

Copyright holder:

Nini Oktavia, Abdullah (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: