Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 6, Juni 2023
COLLABORATIVE ENTREPRENEURSHIP SEBAGAI STRATEGI PT. X DALAM MENGHADAPI KRISIS DI MASA
PANDEMI COVID-19
Annisa Merniawanda, Noviaty Kresna Darmasetiawan
Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
PT. X memiliki tiga layanan yaitu pengendalian hama, perawatan taman, dan perdagangan umum. Pada saat pandemi COVID-19 hanya layanan perdagangan umum yang berjalan secara normal.� PT. X melihat peluang terhadap kebutuhan peralatan pendukung kesehatan dan kebersihan meningkat akibat dari pandemi COVID-19. Namun, ketika PT. X mendapatkan proyek mengenai pengadaan hand sanitizer dan sabun cuci tangan menyadari bahwa belum sepenuhnya mampu menangani proyek secara utuh dikarenakan kekurangan sumber daya. PT. X� melakukan kolaborasi dengan perusahaan mitra yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam pembuatan peralatan pendukung kesehatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui alasan PT. X beralih pada collaborative entrepreneurship, cara menjalankan collaborative entrepreneurship, dan peranan serta implementasi teori modal sosial pada pembangunan trust dalam proses penciptaan collaborative entrepreneurship sebagai strategi mengatasi krisis akibat masa pandemi COVID-19. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan �data primer� yang didapat dari wawancara kepada informan dari PT. X dan data sekunder didapat dari mengamati keadaan yang sedang dihadapi oleh PT. X. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa PT. X berhasil untuk bertahan pada pandemi COVID-19 ini.� Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang strategi kolaboratif yang diadopsi oleh PT. X dalam mengatasi krisis akibat pandemi COVID-19, serta penerapan teori modal sosial dalam membangun kepercayaan dalam kerjasama dengan mitra bisnis.
Kata kunci: Collaborative Entrepreneurship; Strategi; Covid-19.
Abstract
PT. X has three services, namely pest control, garden maintenance, and
general trade. During the COVID-19
pandemic, only the general trade service operated normally. PT. X identified an
opportunity due to the increased demand for health and hygiene support
equipment as a result of the COVID-19 pandemic. However, when PT. X obtained a
project for the procurement of hand sanitizers and handwashing soap, they
realized that they were not fully capable of handling the project entirely due
to resource constraints. PT. X decided to collaborate with a partner company
that had expertise and experience in the production of health support
equipment. The research aims to identify the reasons why PT. X turned to
collaborative entrepreneurship, how to operate collaborative entrepreneurship,
and the role and implementation of social capital theory in building trust in
the process of creating collaborative entrepreneurship as a strategy to
overcome the crisis caused by the COVID-19 pandemic. The research uses a
qualitative method with primary data obtained from interviews with informants
from PT. X and secondary data obtained by observing the situation faced by PT.
X. The results of this study indicate that PT. X successfully survived this
COVID-19 pandemic. This research is expected to provide insights into the
collaborative strategies adopted by PT. X in overcoming the crisis caused by
the COVID-19 pandemic, as well as the application of social capital theory in
building trust in cooperation with business partners.
Keywords: Collaborative Entrepreneurship; Strategic; Covid-19.
Pendahuluan
Pada
pertengahan maret 2020, 146 negara telah melaporkan adanya kasus COVID-19 (Putra & Kasmiarno,
2020). Hal ini menyebabkan pemerintah di seluruh dunia menerapkan batasan
ekonomi dan menerapkan pembatasan fisik yang serius. Pandemi COVID-19 yang
telah terjadi di dunia saat ini mengakibatkan gangguan pada aktivitas ekonomi
secara global (Bank, 2020). Seperti proses produksi, supply chain global, dan transportasi (McKibbin & Fernando,
2020). Sehingga sebuah bisnis memerlukan suatu penanganan manajemen khusus
yang dapat memelihara keberlangsungan suatu usaha yaitu strategi antisipasi
untuk memastikan bisnis dapat terus berjalan (Ulya, 2020).
Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Kraus et
al.(2020), mengungkapkan bahwa pada saat ini secara umum perusahaan akan
menghadapi dua permasalahan besar, yaitu peringatan akan bahaya kesehatan bagi
seluruh pelaku ekonomi dan kebijakan-kebijakan baru yang diciptakan oleh
pemerintah untuk mengatasi bencana Pandemi COVID-19 (Rianto & Wijaya, 2022). Survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center (KIC)
kepada 206 UMKM yang terdapat di Jabodetabek, sebanyak 82,9% UMKM terkena
dampak negatif dari Pandemi COVID-19 ini dan hanya 5,9% UMKM yang mengalami
pertumbuhan positif selama pademi ini. Dari UMKM yang di survei oleh KIC
terdapat 63,9% dari UMKM yang terkena dampak mengalami penurunan omzet lebih
dari 30% (Ramadhani, 2022). Sedangkan, survei yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan World
Bank menunjukan bahwa pada pandemi ini banyak UMKM yang kesulitan dalam
melunasi pinjaman, membayar tagihan listrik, membayar tagihan gas, dan
membayarkan upah pekerja (Statistik, 2017).
Menurut
Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Kementerian ketenagakerjaan Kerjaan Di Indonesia sendiri pada Agustus 2021
terdapat 538.305 pekerja yang mengalami PHK (Sunarno et al., 2019). Pemutusan hubungan kerja pun terpaksa dilakukan karena
sulitnya membayarkan upah pekerja dan kesulitan dalam memperoleh bahan baku,
permodalan, jumlah pelanggan yang cenderung menurun, sulitnya distribusi, dan
produksi yang terhambat (Rochma & Anshori, 2021). Akibat pandemi ini juga merubah perilaku konsumen yang
cenderung lebih banyak beraktivitas di rumah dengan memanfaatkan teknologi
digital.
Menurut
data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, di Indonesia terdapat 3
sektor teratas persentase perusahaan yang terdampak Covid adalah sektor
akomodasi dan makanan, Jasa, dan transportasi dan pergudangan (Statistik, 2018). Akibat dari terdampaknya sektor akomodasi dan makanan hal
ini berimbas juga kepada perusahaan pengendalian hama. Hal ini dapat
dikarenakan Peraturan Menteri PUPR No. 24 tahun 2008 tentang Pedoman
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung yang merupakan turunan dari
Undang-Undang No. 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung (Perdana et al., 2020). Untuk memastikan Kesehatan dan keandalan bagunan gedung,
Pengendalian hama merupakan salah satu kegiatan wajib yang dilakukan didalam
gedung. Perusahaan pengendalian hama ikut terimbas pandemi ini dikarenakan
banyaknya hotel, restoran dan cafe yang melakukan efisiensi (Hamsal & Abdinagoro,
2021).
Pada
lingkungan bisnis yang cenderung kompleks dan terus berubah terlebih lagi pada
saat masa pandemi COVID-19, Inovasi berkelanjutan dapat dianggap menjadi
strategi yang penting. Hal ini dilakukan untuk dapat mencapai keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan dan kemampuan untuk terus menerapkan inisiatif
inovatif yang diperlukan untuk pertumbuhan jangka panjang perusahaan (Ribeiro-Soriano &
Urbano, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Koch, Martin & Nash (2013) mengidentifikasi kolaborasi yang dilakukan secara regional
dapat secara efektif membantu mengembangkan identitas merek dan meningkatkan
bisnis.
Salah
satu karakteristik dari Collaborative entrepreneurship adalah kemampuan
perusahaan dalam berkolaborasi dengan perusahaan lain khususnya berkolaborasi
pada tiga dimensi dasar dari Collaborative entrepreneurship, yaitu strategi,
struktur, dan filsafat manajemen (Ribeiro-Soriano &
Urbano, 2009; Yan & Sorenson, 2003). Strategi merupakan pendekatan secara menyeluruh pada
collaborative entrepreneurship mengarah pada pelaksanaan, perencanaan, dan
eksekusi proyek bersama diantara para mitra kolaborasi. Hal lain yang mendukung
lahirnya Collaborative entrepreneurship adalah sikap kewirausahaan, pengalaman,
kepercayaan sosial dan hubungan kolaboratif yang mengedepankan berbagi sumber
daya (Andresen et al., 2014).
Dalam
penelitian Tandelilin (2020), disajikan data faktual mengenai pengaruh strategi
kolaborasi dan komitmen kelompok UMKM di Desa Bogo Kabupaten Bojonegoro
terhadap kelangsungan dan pertumbuhan UMK di wilayah tersebut. Penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan pendekatan collaborative entrepreneurship,
penggabungan keterampilan individu ke dalam aktivitas kelompok dapat
meningkatkan proses inovasi secara signifikan. Strategi kolaborasi dan komitmen
kelompok menjadi solusi efektif dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh
UMKM di Desa Bogo Kabupaten Bojonegoro. Upaya dilakukan untuk mendorong
kolaborasi dan meningkatkan komitmen anggota kelompok. Di tingkat kelembagaan,
collaborative entrepreneurship dibangun melalui kerja sama dengan pemerintah,
termasuk dinas kehutanan, dinas pertanian, koperasi, Dinas Mikro, Kecil, dan
Menengah, dinas kesehatan, serta perguruan tinggi.
Situasi serupa juga dialami oleh PT. X, sebuah
perusahaan pengendalian hama yang berbasis di Jakarta. Selain layanan
pengendalian hama, perusahaan ini juga menyediakan dua layanan lainnya, yaitu
perawatan taman dan perdagangan umum. Dalam layanan pengendalian hama, PT. X
menawarkan jasa untuk mengendalikan berbagai jenis hama seperti rayap,
serangga, dan tikus di berbagai jenis bangunan seperti gedung perkantoran,
apartemen, kondominium, pusat perbelanjaan/mall, hotel, dan sebagainya. Di
bidang perawatan taman, PT. X menyediakan jasa perawatan taman untuk berbagai
jenis properti seperti gedung perkantoran, apartemen, kondominium, pusat perbelanjaan
atau mall, hotel, rumah sakit, pabrik, gudang, supermarket, swalayan,
perumahan, dan lain-lain. Sementara dalam layanan perdagangan umum, PT. X
memiliki fokus khusus pada pengadaan perlengkapan lapangan bagi instansi
pemerintah tertentu. Perusahaan ini menyediakan berbagai produk yang
diperlukan, seperti sabun mandi cair, lotion anti serangga, semir sepatu, dan
perlengkapan lainnya.
Dua dari tiga layanan yang dimiliki oleh PT. X,
yaitu pengendalian hama dan perawatan taman, terdampak oleh pandemi COVID-19.
Sebagian besar pelanggan PT. X, seperti perusahaan, gedung perkantoran, dan
pusat perbelanjaan, mengurangi jumlah tenaga kerja mereka akibat dampak pandemi
ini. Hal ini berdampak signifikan pada operasional bisnis dan pembayaran bagi
PT. X. Kondisi ekonomi yang tidak stabil menyebabkan beberapa klien meminta
penundaan pembayaran atau skema pembayaran yang lebih fleksibel. Permintaan ini
menjadi tantangan bagi PT. X dalam mengelola arus kas perusahaan dan menjaga
stabilitas keuangan. PT. X harus menyesuaikan perencanaan keuangan dan
memastikan kelancaran arus kas untuk memenuhi kewajiban finansial serta menjaga
kelangsungan operasional perusahaan.
Meskipun hanya satu layanan yang berjalan normal, PT. X fokus pada peluang yang muncul akibat peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan kebersihan selama pandemi COVID-19. Permintaan akan peralatan pendukung kesehatan dan kebersihan, seperti hand sanitizer dan sabun cuci tangan, meningkat secara signifikan di tempat umum. PT. X berusaha mencari proyek dalam bidang ini. Namun, ketika mendapatkan proyek pengadaan hand sanitizer dan sabun cuci tangan, PT. X menyadari bahwa mereka tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menangani proyek-proyek tersebut secara penuh. Oleh karena itu, PT. X memutuskan untuk berkolaborasi dengan perusahaan mitra yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam pembuatan peralatan pendukung kesehatan. Kolaborasi ini memungkinkan pertukaran informasi dan pengetahuan antara PT. X dan perusahaan mitra, menciptakan nilai ekonomi berdasarkan ide-ide baru yang dihasilkan bersama-sama.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan dua jenis data
yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder didapat dari mengamati
keadaan yang sedang dihadapi oleh PT. X. Sedangkan data primer didapat dari
wawancara (in depth interview) kepada informan yang berasal dari PT. X. Metode
wawancara yang akan dilakukan adalah semi structured interview. Proses
wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara wawancara tatap
muka atau dengan cara wawancara online melalui aplikasi video konferensi
digital seperti Zoom, Skype dan Google meet.
Analisis
data pada penelitian ini dilakukan dengan mentranskripsikan kata per kata
dengan mengabaikan kata-kata pengisi dan hanya berfokus pada inti dari
wawancara. Hasil dari transkripsi ini berupa teks yang kemudian akan digunakan
untuk menganalisis lebih lanjut digabungkan dengan menggunakan data catatan
mengenai reaksi dan ekspresi responden selama wawancara berlangsung (Neuman, 2013). Pada proses analisis data akan dibantu dengan menggunakan
program Nvivo. Metode coding juga akan dilakukan untuk menganalisis data pada
penelitian kualitatif ini. Menurut Neuman (2013), coding data pada penelitian kualitatif adalah mengatur
data mentah menjadi suatu kategori-kategori konseptual yang dapat menghasilkan
suatu tema atau konsep. Metode coding ini terdiri dari 3 Jenis, yaitu open
coding, axial coding, dan selective coding.
Penentuan
narasumber pada penelitian ini dipilih berdasarkan peranan penting di dalam
perusahaan dan mengetahui sistem yang berjalan di perusahaan. Wawancara pada
penelitian ini dilakukan sebanyak 5 informan dari PT. X yang terdiri dari 1
direktur perusahaan, 1 manajer umum, 1 kepala divisi strategi bisnis, dan 2
manajer divisi lainnya dalam perusahaan tersebut. Setelah melakukan wawancara
kepada narasumber, hasil wawancara tersebut diuji dengan menggunakan metode
triangulasi.
Triangulasi
data merupakan salah satu cara untuk menguji dan memperkuat validitas dan
reliabilitas dari hasil pengumpulan data metode kualitatif ini. Menurut
Soeherman (2019) dan Neuman (2013), menjelaskan bahwa triangulasi data dapat dilakukan dengan
empat macam teknik yaitu triangulation of measure, triangulation of observer,
triangulation of methods, dan triangulation of theory. Pada penelitian ini
menggunakan teknik triangulation of observer karena pada penelitian kali ini
memiliki lebih dari satu narasumber atau informan yang mampu memberikan
tambahan alternatif perspektif.
Hasil dan Pembahasan �������
Hasil
penelitian ini menyatakan terdapat beberapa alasan PT. X beralih pada collaborative entrepreneurship sebagai
strategi bertahan dalam masa sulit akibat krisis ekonomi selama pandemi
Covid-19. Beberapa alasannya yaitu dampak pandemi menyebabkan beberapa proyek
PT. X mengalami penundaan atau bahkan pembatalan. Pembatasan dan tantangan
operasional selama pandemi membuat beberapa proyek harus ditunda karena
keterbatasan sumber daya atau ketidakpastian pasar. Selain itu, beberapa proyek
juga terpaksa dibatalkan karena perubahan kebutuhan dan situasi yang tidak
dapat diprediksi. Selain proyek yang sudah berjalan mengalami pembatalan,
beberapa proyek yang sedang melalui proses tender pun mengalami penundaan. Hal
ini dapat dikarenakan perusahaan pemilik tender tidak luput dari keadaan krisis
yang disebabkan oleh Pandemi COVID-19 ini. Dampak pandemi juga dirasakan dalam
hal pembayaran. Beberapa klien PT. X meminta penundaan pembayaran atau skema
pembayaran yang lebih fleksibel karena kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Selain itu, PT. X juga sedang menghadapi kesulitan dalam menagih pembayaran
kepada klein. Hal ini memberikan tantangan bagi PT. X dalam mengelola arus kas
dan menjaga stabilitas keuangan perusahaan serta dapat mempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk membayar gaji karyawan sesuai jadwal yang ditetapkan.
PT.
X memiliki tiga layanan yang ditawarkan, tetapi hanya layanan perdagangan umum
yang memiliki keuntungan yang baik. PT. X perlu mengambil langkah-langkah
strategis untuk mengembangkan klien pada layanan perdagangan umum. PT. X telah
melihat adanya peluang baru dalam menghadapi fokus masyarakat terhadap kesehatan
dan kebersihan. Kebutuhan akan peralatan pendukung kesehatan dan kebersihan,
seperti hand sanitizer dan sabun cuci tangan, mengalami peningkatan yang
signifikan. PT. X memutuskan untuk layanan perdagangan umum melakukan usaha
dalam pencarian proyek mengenai hand sanitizer dan sabun cuci tangan. Dari
usaha pencarian tersebut PT. X mendapatkan proyek baru dari instansi A dengan
kontrak kerja selama satu tahun dalam setiap bulannya harus menyediakan
sebanyak 150.000 botol hand sanitizer dan 200.000 botol sabun cuci tangan.
Namun, terdapat kendala bagi PT. X yaitu jumlah permintaan yang tinggi tidak
sebanding dengan sumber daya yang dimiliki oleh PT. X. Meskipun pekerja yang
menganggur pada layanan lainnya sudah dipindahkan namun, PT. X menyadari bahwa mereka
belum sepenuhnya mampu menangani proyek-proyek tersebut secara utuh. PT. X
memutuskan untuk melakukan kolaborasi dengan perusahaan mitra yang memiliki
keahlian dan pengalaman dalam pembuatan peralatan pendukung kesehatan. Mitra
yang akan dipilih merupakan mitra yang memiliki pengalaman di bidang hand
sanitizer dan sabun cuci tangan.
Hasil
penelitian ini juga menyatakan bagaiman cara PT. X dalam menjalankan
collaborative entrepreneurship sebagai strategi dengan berbagai pemangku
kepentingan. Pertama, PT. X melakukan pencarian mitra yang memiliki keahlian
dan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan proyek. Kemudian, dilakukan
pencocokan informasi yang dibutuhkan antara PT. X dan mitra untuk memastikan
saling pemahaman. PT. X juga melakukan serangkaian diskusi yang melibatkan
berbagai aspek proyek, termasuk target, batasan, dan kebutuhan yang harus
dipenuhi. Tujuan dari diskusi ini adalah untuk memastikan bahwa mitra memiliki
kemampuan dan sumber daya yang tepat untuk mengerjakan proyek dengan baik dan
tepat waktu. PT. X dan mitra kerja bekerja sama dalam mencari cara terbaik
untuk menyelesaikan proyek tersebut, dengan mempertimbangkan aspek-aspek
seperti ketersediaan sumber daya, waktu yang diperlukan, dan efisiensi dalam pelaksanaan.
PT.
X memiliki 5 kandidat tetapi dipilih 2 kandidat terbaik yaitu perusahaan B
untuk memproduksi hand sanitizer
sejumlah 50.000 botol dan perusahaan C untuk memproduksi sabun cuci tangan
sejumlah 50.000 botol dengan standar dan komposisi yang telah ditetapkan. Untuk
memastikan pemahaman yang jelas antara PT. X dan mitra-mitra, sebuah kontrak
kerja sama telah disusun. Kontrak ini mencakup prosedur kerja, nilai kontrak,
jangka waktu pelaksanaan proyek, dan standar kualitas produk. Dengan kontrak
ini, PT. X memastikan pemahaman yang jelas mengenai
harapan dan tanggung jawab semua pihak.
Kerjasama
dengan mitra-mitra ini merupakan langkah penting dalam mencapai kesuksesan
proyek PT. X. Hal ini sejalan dengan prinsip collaborative entrepreneurship,
terutama dalam elemen joint combinatory efforts yang melibatkan upaya kombinasi
bersama dan diatur melalui kontrak kerja sama. PT. X juga menjelaskan bahwa
kolaborasi antara PT. X, perusahaan B, dan perusahaan C dapat memenuhi produksi
dengan standar dan spesifikasi tertentu serta memberikan keuntungan yang sangat
berarti dalam mengatasi kerugian yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Hal
ini tentu membangun kepercayaan dengan mitra dan dapat mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki. Melalui kerjasama yang saling
menguntungkan, PT. X dapat memperluas jangkauan bisnisnya dan memenuhi
kebutuhan pelanggan dengan lebih efektif. Strategi ini memberikan landasan yang
kuat bagi PT. X dan mitra untuk bekerja secara sinergis dan menghasilkan nilai
tambah yang signifikan dalam proyek-proyek yang dilaksanakan. Oleh karena itu,
PT. X menyadari bahwa kolaborasi menjadi kunci untuk memperoleh keuntungan yang
dapat menutupi kerugian yang terjadi. PT. X juga membuat keputusan untuk
mencari proyek baru di sektor swasta yang berkaitan dengan produk-produk
kesehatan seperti sabun cuci tangan dan hand sanitizer. Saat ini PT. X memiliki
2 klien lain dari sektor swasta yang berkolaborasi dengan perusahaan B dan
perusahaan C.
Pada
penelitian ini juga menjelaskan terkait adaptasi peranan dan implementasi teori
modal sosial pada pembangunan trust dalam proses penciptaan collaborative
entrepreneurship sebagai strategi yang dibutuhkan untuk mengatasi akibat krisis
masa pandemi COVID-19 pada PT X. Collaborative
entrepreneurship memungkinkan PT. X untuk mengembangkan inovasi dan
melampaui batasan perusahaan. PT. X dan mitra perusahaan bekerja sama dalam
merencanakan dan melaksanakan proyek pembuatan hand sanitizer, sabun cuci
tangan, dan produk dengan kemasan khusus sesuai permintaan pasar.
Peran
teori modal sosial sangat penting dalam membangun kepercayaan dalam proses
penciptaan collaborative entrepreneurship. Teori modal sosial menekankan
pentingnya hubungan sosial dan interaksi antara individu atau organisasi dalam
menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan. Dalam konteks collaborative
entrepreneurship di PT. X, teori modal sosial membantu membentuk dasar
kepercayaan antara PT. X dan mitra. Kepercayaan ini menjadi dasar yang kuat
dalam membangun hubungan kerja sama yang harmonis dan produktif. Dengan adanya
kepercayaan, kedua belah pihak merasa nyaman dan yakin untuk berbagi informasi,
sumber daya, dan pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama.
Teori
modal sosial melibatkan langkah-langkah seperti mencari mitra yang memiliki
reputasi baik dan kredibilitas tinggi, pertukaran informasi yang transparan,
dan adanya ketergantungan yang seimbang antara PT. X dan mitra. Selain itu,
penting juga untuk membangun komunikasi yang efektif dan menghormati
kesepakatan yang telah dibuat. Semua langkah ini bertujuan untuk membangun
kepercayaan yang kuat dan memperkuat kerja sama antara PT. X dan mitra.
Selain
itu, teori modal sosial juga membantu mengatasi konflik yang mungkin timbul
dalam proses penciptaan collaborative entrepreneurship. Dengan kepercayaan yang
terbentuk, PT. X dan mitra akan lebih mudah menyelesaikan perbedaan dan mencari
solusi yang saling menguntungkan. Mereka akan berkomunikasi dengan jujur dan
terbuka, serta berusaha memahami perspektif dan kepentingan masing-masing
pihak. Secara keseluruhan, peran teori modal sosial dalam membangun kepercayaan
dalam proses penciptaan collaborative entrepreneurship sangat signifikan. Teori
ini memberikan kerangka kerja yang membantu PT. X dan mitra membangun kerja
sama yang saling menguntungkan, produktif, dan berkelanjutan. Dengan
kepercayaan yang kuat, mereka dapat menjalin kolaborasi yang efektif, berbagi
sumber daya, dan menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang terlibat.
Penerapan
teori modal sosial dalam membangun kepercayaan dalam proses pembentukan
collaborative entrepreneurship di PT. X dapat dilihat melalui beberapa langkah
konkret. Salah satunya adalah melalui praktik transparansi. PT. X melibatkan
setiap mitra dalam penyusunan rancangan kontrak kerja sama. Kontrak tersebut
mencakup standarisasi prosedur kerja, nilai kontrak, jangka waktu proyek, dan
standar kualitas produk. Dengan demikian, PT. X memastikan bahwa semua pihak
yang terlibat
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang strategi kolaboratif yang
diadopsi oleh PT. X dalam mengatasi krisis akibat pandemi COVID-19,
serta penerapan teori modal sosial dalam membangun kepercayaan dalam kerjasama
dengan mitra bisnis.
Kesimpulan
PT. X menggunakan kolaborasi
sebagai strategi untuk memperluas bisnisnya di bidang peralatan pendukung kesehatan dan kebersihan. Melalui kolaborasi ini,
PT. X dapat mengoptimalkan sumber daya dan keahlian yang dimiliki bersama mitra
perusahaan. Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan pelanggan dan meraih kesuksesan
di pasar yang sedang berkembang.
Kolaborasi PT. X dengan mitra membawa manfaat besar dalam menghadapi dampak negatif pandemi COVID-19. Tanpa kolaborasi ini, PT. X akan kesulitan memenuhi permintaan klien dan mungkin mengalami kesulitan finansial. Oleh karena itu, PT. X menyadari bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mendapatkan keuntungan dan mengatasi kerugian yang terjadi.
�
Andresen, M., Bergdolt, F., Margenfeld, J., &
Dickmann, M. (2014). Addressing international mobility confusion�developing
definitions and differentiations for self-initiated and assigned expatriates as
well as migrants. The International Journal of Human Resource Management,
25(16), 2295�2318.
Bank, W. (2020). Global economic prospects, June
2020. The World Bank.
Galebach, P. H., Soeherman, J. K., Wittrig, A. M.,
Lanci, M. P., & Huber, G. W. (2019). Supercritical methanol
depolymerization and hydrodeoxygenation of maple wood and biomass-derived oxygenates
into renewable alcohols in a continuous flow reactor. ACS Sustainable
Chemistry & Engineering, 7(18), 15361�15372.
Hamsal, M., & Abdinagoro, S. B. (2021). Sustainable
Tourism Pariwisata Wisata di Era Normal Baru. Scopindo Media Pustaka.
Koch, J., Martin, A., & Nash, R. (2013). Overview
of perceptions of German wine tourism from the winery perspective. International
Journal of Wine Business Research.
McKibbin, W. J., & Fernando, R. (2020). Global
macroeconomic scenarios of the COVID-19 pandemic.
Neuman, D. J. (2013). Building type basics for
college and university facilities (Vol. 22). John Wiley & Sons.
Perdana, L. B., Lenggogeni, L., & Pihantono, P.
(2020). Kesesuaian antara pelaksanaan pemeliharaan fasilitas pada terminal
terpadu pulo gebang sesuai dengan SOP peraturan menteri PU no. 24 PRT/M/2008. Menara:
Jurnal Teknik Sipil, 15(2), 44�52.
Putra, M. W. P., & Kasmiarno, K. S. (2020).
Pengaruh Covid-19 Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia: Sektor Pendidikan,
Ekonomi Dan Spiritual Keagamaan. POROS ONIM: Jurnal Sosial Keagamaan, 1(2),
144�159.
Ramadhani, M. I. (2022). Peran Pemerintah Kota
Surabaya Dalam Pemulihan Ekonomi UMKM Pada Masa Pandemi COVID 19 (Studi Kasus:
Dinas Koperasi Kota Surabaya). Seminar Nasional Ilmu Terapan, 6(1),
E28�E28.
Rianto, S., & Wijaya, L. I. (2022). Praktik
Manajemen Strategis Pada Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus PT X Pelaksana
Konstruksi Swasta. Jurnal Aplikasi Bisnis Dan Manajemen (JABM), 8(2),
481�490.
Ribeiro-Soriano, D., & Urbano, D. (2009). Overview
of collaborative entrepreneurship: an integrated approach between business
decisions and negotiations. Group Decision and Negotiation, 18,
419�430.
Rochma, E. D. N., & Anshori, I. (2021). Ekonomi
Buruh Industri Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmu Ekonomi & Sosial,
12(1), 26�40.
Statistik, B. P. (2017). Badan pusat statistik. Badan
Pusat Statistik.
Statistik, B. P. (2018). Statistik Indonesia 2018. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
Sunarno, H., Rosyidi, K., Setiawan, A., & Hambali,
H. (2019). Resolusi Konflik Hubungan Industrial Dalam Sistem Penyelenggaraan
Ketenagakerjaan di Kabupaten Pasuruan. Media Mahardhika, 18(1),
146�152.
Tandelilin, E., Rani, K. C., Jayani, N. I. E., &
Darmasetiawan, N. K. (2020). Collaborative entrepreneurship and group
commitment as a strategy for survival in the pandemic Covid 19: A case study of
SMEs in Bogo Village-Bojonegoro Regency-East Java. International Joint
Conference on Arts and Humanities (IJCAH 2020), 1161�1165.
Ulya, H. N. (2020). Alternatif strategi penanganan
dampak ekonomi covid-19 pemerintah daerah Jawa Timur pada kawasan agropolitan. El
Barka: Journal of Islamic Economics and Business, 3(1), 80�109.
Yan, J., & Sorenson, R. L. (2003). Collective
entrepreneurship in family firms: The influence of leader attitudes and
behaviors. New England Journal of Entrepreneurship.
������������������������������������������������
Copyright holder: Annisa Merniawanda, Noviaty Kresna
Darmasetiawan (2023) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |