Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 6, Juni 2023

 

IMPLEMENTASI REKAM MEDIS ELEKTRONIK DENGAN PENDEKATAN METODE TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL

 

Jean Francis Melanny Kassiuw, Budi Hidayat, Puput Oktamianti

Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pandemi COVID-19 mendorong transformasi di bidang kesehatan, salah satunya adalah penerapan rekam medis elektronik. Rekam medis elektronik merupakan pencatatan yang dibuat melalui sistem elektronik mengenai identitas pasien, riwayat pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diberikan kepada pasien. Salah satu manfaat yang diharapkan dari implementasi rekam medik elektronik adalah integrasi data kesehatan sehingga terjadi peningkatan mutu dalam layanan kesehatan. Oleh karena itu, kesuksesan implementasi rekam medis elektronik menjadi sangat penting. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature review dengan tujuan melihat hubungan technology acceptance model, baik dari faktor manfaat maupun faktor kemudahan penggunaan, terhadap niat perilaku profesional kesehatan untuk mengadopsi dan menggunakan rekam medis elektronik. Berbagai manfaat dan tantangan yang dihadapi dalam proses implementasi rekam medis elektronik. �Persepsi manfaat penggunaan dan kemudahan penggunaan sistem rekam medis elektronik menjadi faktor yang sangat mempengaruhi niat penerimaan dan penggunaan rekam medis elektronik. Penerapan rekam medis elektronik dianggap sebagai solusi bagi keterbatasan yang timbul dari rekam medis tradisional, sehingga perlu difokuskan penyelesaian terhadap berbagai tantangan dalam implementasi rekam medis elektronik, dan penguatan terhadap manfaat-manfaat yang ditimbulkan dari implementasi rekam medis elektronik tersebut.

 

Kata kunci: Electronic medical record, Medical Record, Technology Acceptance Model.

 

Abstract

The development of science and technology and the COVID-19 pandemic have encouraged transformation in the health sector, one of which is the application of electronic medical records. Electronic medical records are records made through electronic systems regarding patient identity, examination history, treatment, actions and other services provided to patients. One of the expected benefits of implementing electronic medical records is the integration of health data so that there is an improvement in quality in health services. Therefore, the successful implementation of electronic medical records is very important. The method used in writing this article is a literature review with the aim of seeing the relationship of technology acceptance models, both from benefit factors and ease of use factors, to the behavioral intentions of health professionals to adopt and use electronic medical records. Various benefits and challenges encountered in the process of implementing electronic medical records. Perceived benefits of using and ease of use of electronic medical record systems are factors that greatly influence the intention to accept and use electronic medical records. The implementation of electronic medical records is considered as a solution to the limitations arising from traditional medical records, so it is necessary to focus on solving various challenges in implementing electronic medical records, and strengthening the benefits arising from the implementation of electronic medical records.

 

Keywords: Electronic medical record, Medical Record ,Technology Acceptance Model.

 

Pendahuluan

Globalisasi mendorong terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang, tak terkecuali bidang kesehatan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa peradaban baru dalam kehidupan manusia. Bagi negara yang sedang berkembang, perkembangan ini justru dapat menjadi tantangan yang sangat dilematik. Di satu sisi ada tuntutan agar dapat menyesuaikan diri dan mengikuti perkembangan dunia, namun di sisi lain yang dapat menjadi pertanyaan adalah apakah struktur budaya serta sumber daya manusia mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut (Simarmata et al., 2020). Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan menyadari akan pentingnya mengikuti persaingan yang terjadi, sehingga mengeluarkan kebijakan berupa transformasi kesehatan yang terdiri dari 6 pilar, salah satunya adalah transformasi teknologi kesehatan (Kemenkes RI, 2021).

Sejak tahun 2005 World Health Organization telah menjadikan e-Health sebagai prioritas. e-Health merupakan salah satu bentuk dari perkembangan teknologi digitalisasi, yang dipercaya dapat menjadi solusi untuk penghematan biaya dan penggunaan teknologi informasi komunikasi yang aman. Oleh karena itu WHO mendorong percepatan bagi pelaksaan e-Health secara global, dan sejak tahun 2005 hingga 2016 terdapat 58% negara yang telah memiliki strategi e-Health (World Health Organization, 2016). Pandemi COVID-19 dapat dianggap sebagai salah satu pemicu dalam perkembangan transformasi digital kesehatan di Indonesia. Kementerian Kesehatan melihat peluang dan pentingnya integrasi data kesehatan, sehingga pelayanan kesehatan dapat dioptimalkan (Kemenkes RI, 2021). Rekam medis elektronik adalah salah satu poin penting dari transformasi digital kesehatan, yang saat ini sedang menjadi fokus transisi dari berbagai fasilitas layanan kesehatan. Hal ini sejalan dengan yang tertuang pada PMK No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis, yang menargetkan implementasi rekam medis elektronik oleh semua fasilitas layanan kesehatan selambat-selambatnya tanggal 31 Desember 2023 (Kemenkes RI, 2022).

Rekam medis yang didefinisikan dalam Pasal 1 PMK No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis, adalah �dokumen yang berisikan data identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien�. Sedangkan Rekam Medis Elektronik (RME) atau Electronic Medical Record (EMR) adalah �Rekam Medis yang dibuat dengan menggunakan sistem elektronik yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan Rekam Medis� (Kemenkes RI, 2022). Pengisian rekam medis adalah suatu kewajiban bagi dokter/dokter gigi yang melakukan praktek kedokteran, sehingga pengaturan mengenai rekam medis menjadi sangat penting dilakukan, terutama karena rekam medis elektronik memiliki tujuan untuk integrasi data. Pemerintah Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam hal ini, misalnya seperti hasil pemetaan sementara terdapat lebih dari 400 aplikasi kesehatan yang dikembangkan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah, serta tidak tersentuhnya teknologi digital pada lebih dari 80% fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Tantangan selanjutnya yang perlu diselesaikan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia kesehatan (SDMK) melalui peningkatan kemampuan dan penggunaan teknologi informasi dalam bidang kesehatan (Kemenkes RI, 2021)

Technology Acceptance Model (TAM) adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Fred D. Davis (1980-an). Metode ini digunakan untuk memprediksi penggunaan dan penerimaan suatu sistem informasi dan teknologi oleh pengguna individu, yang akan berpengaruh pada kesuksesan maupun kegagalan dari penerapan sistem informasi yang baru. Dua faktor utama dari Technology Acceptance Model adalah persepsi kegunaan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan (perceived ease of use). Sehingga tujuan utama dari metode Technology Acceptance Model ini adalah untuk dapat lebih memahami mengapa pengguna menerima ataupun menolak teknologi tertentu, dan bagaimana penerimaan pengguna dapat ditingkatkan melalui desain teknologi (Scott et al., 2019). Davis mendefinisikan persepsi kegunaan sebagai penilaian subyektif dari pengguna mengenai kemungkinan penggunaan teknologi tertentu akan meningkatkan kinerja pekerjaan ataupun kehidupannya. Sedangkan persepsi kemudahan didefinisikan sebagai sejauh mana pengguna mengharapkan penggunaan teknologi tersebut tidak memerlukan usaha keras dari pengguna. Kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh variabel eksternal, seperti faktor sosial, budaya dan politik (Surendran, 2012).

Seperti penggunaan teknologi pada umumnya, implementasi RME ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu data yang terintegrasi dan peningkatan dalam mutu pelayanan kesehatan, oleh karena itu perlu dipertimbangkan aspek kemudahan bagi penggunanya agar manfaatnya dapat dirasakan secara meluas, tidak hanya terbatas pada mereka yang �melek� teknologi (Rika Andriani et al., 2022).

Artikel ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peran metode Technology Acceptance Model dalam upaya penerimaan dan penerapan rekam medis elektronik.

 

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah literature review, yaitu sebuah metode yang dilakukan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hasil penelitian dan pemikiran yang telah dihasilkan oleh praktisi dan peneliti. Artikel penelitian yang digunakan diperoleh melalui pencarian literatur� dengan menggunakan online database, yaitu Scopus. Pada tahap awal pencarian artikel atau jurnal melalui Scopus, dengan menggunakan kata kunci �Electronic Medical Record� OR � Medical Record� AND �Technology Acceptance Model�, diperoleh 258 artikel. Kemudian dilakukan pembatasan tahun dari tahun 2019 hingga 2023 diperoleh 84 artikel. Selanjutnya dilakukan pembatasan lagi pada artikel yang Open Access dan yang berbahasa Inggris, sehingga diperoleh tersisa 58 dokumen. Dan setelah penulis melakukan telaah dengan membaca judul dan abstrak tersisa 12 artikel yang sesuai dengan tujuan penulisan artikel ini. Informasi yang diharapkan dapat diperoleh dari artikel-artikel tersebut membahas mengenai pengaruh dari manfaat penggunaan (perceived usefulness) maupun kemudahan penggunaan (perceived ease of use) teknologi terhadap implementasi rekam medis elektronik. Adapun beberapa artikel membahas mengenai penerimaan electronic health record, meskipun ada perbedaan definisi antara electronic health record� dengan RME, namun artikel tersebut tetap penulis gunakan sebagai data pendukung dari penerimaan teknologi.

 

Hasil dan Pembahasan

 

Tabel 1

Penelitian Terdahulu

No

Peneliti

Hasil

1.

(Moukoumbi Lipenguet et al., 2022)

Model terintegrasi menunjukkan bahwa niat untuk menggunakan EMR secara signifikan terkait dengan manfaat yang dirasakan, standar subjektif, dan pengalaman. Tidak ada variabel sosio-demografi yang menjelaskan niat untuk menggunakan EMR. Persepsi kemudahan, familiar dengan komputer, dan motivasi tidak berhubungan dengan niat menggunakan EMR. �

2.

(Yoo et al., 2022)

Kemudahan penggunaan dan dukungan organisasi berdampak besar pada perilaku penggunaan sistem EHR. Informasi dan kualitas layanan tampaknya berpengaruh pada kemudahan penggunaan sistem. Manfaat utama yang dilaporkan dari adopsi perilaku sistem EHR adalah kemampuan untuk menemukan informasi dengan cepat, mampu bekerja secara efisien, dan mengakses informasi pasien melalui aplikasi seluler, yang memberikan lebih banyak waktu untuk perawatan yang lebih baik. Kelemahan utama, di sisi lain, adalah ketergantungan yang tidak sehat pada sistem EHR. 

3.

(El-Yafouri et al., 2022)

Sebanyak 382 tanggapan dikumpulkan, dan data dianalisis melalui regresi linier untuk mengungkap pengaruh 12 variabel terhadap niat untuk mengadopsi sistem EMR. Pengujian model regresi menemukan bahwa kebijakan pemerintah dan faktor sosial lainnya memiliki pengaruh yang kecil atau dapat diabaikan terhadap niat dokter untuk mengadopsi suatu inovasi. Sebaliknya, dokter secara langsung didorong oleh sikap dan kemampuan mereka untuk mengontrol, dan secara tidak langsung dimotivasi oleh pengetahuan mereka tentang inovasi dan manfaat holistik penggunaan EMR untuk industri kesehatan. 

4.

(Almarzouqi et al., 2022)

Pengumpulan data melalui desain cross-sectional dan kuesioner survei sebagai alat untuk pengumpulan data di antara 259 peserta dari 15 fasilitas kesehatan di Dubai. Data penelitian membuktikan bahwa niat menggunakan sistem EMR adalah yang paling berpengaruh dan prediktor dari penggunaan sistem yang sebenarnya. Niat perilaku individu terkait EMR juga terbukti berpengaruh positif terhadap penggunaan sistem EMR. perceived ease of use oleh dokter memiliki pengaruh langsung pada perceived usefulness mereka terhadap EMR seluler sehingga keduanya mempengaruhi penggunaan EMR. 

5.

(Luyten & Marneffe, 2021)

Model yang dirumuskan menjelaskan hingga 80% varian sikap staf rumah sakit terhadap Electronic Health Records (EHR). Sejauh mana EHR berperan dalam penyederhanaan fungsi administrasi sehingga menjadi variable unggulan dalam penerimaan teknologi. Selanjutnya, peran signifikan dari faktor implementasi (yaitu kualitas komunikasi dan pelatihan) dan pengalaman penggunaan teknologi informasi sebelumnya turut mempengaruhi penerimaan EHR. Terjadi pertukaran penting antara ekspektasi upaya dan ekspektasi kinerja, artinya ekspektasi upaya adalah penentu terpenting dari sikap staf rumah sakit terhadap EHR, tetapi begitu EHR diterapkan, ekspektasi kinerja menjadi lebih penting. 

6.

(Zaman et al., 2021)

Penelitian ini mengkaji bagaimana keterampilan komputer umum, pelatihan, dan self-efficacy perawat mempengaruhi persepsi mereka dalam menggunakan sistem dokumentasi elektronik. Sampel dari 248 perawat disurvei untuk memeriksa sejauh mana keterampilan komputer perawat, self-efficacy, dan pelatihan dalam mempengaruhi penggunaan sistem dokumentasi elektronik di rumah sakit. Data tersebut mendukung model termediasi di mana keterampilan komputer umum, self-efficacy, dan pelatihan memengaruhi kegunaan yang dirasakan melalui kemudahan penggunaan yang dirasakan. 

7.

(Saare et al., 2021)

Penelitian ini menjelaskan mengenai penggunaan dan penerimaan pengguna teknologi berdasarkan model penerimaan teknologi (TAM). Digunakan pendekatan metode kuantitatif untuk pengumpulan data menggunakan survei dari staf yang bekerja di rumah sakit utama di Dhi-Qar. Hasil menunjukkan hubungan yang signifikan antara kemudahan penggunaan, kegunaan, sikap, dan niat penggunaan EHR. 

8.

(Singh et al., 2020)

Penerimaan dokter terhadap rekam medis elektronik dapat ditingkatkan dengan berfokus pada empat faktor yang teridentifikasi, yaitu : sikap positif terhadap rekam medis elektronik, keandalan rekam medis elektronik, tingkat kesulitan penggunaan, dan adaptasi rekam medis elektronik . 

9

(Kalayou et al., 2020)

Temuan dari model persamaan struktural menunjukkan bahwa kegunaan yang dirasakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap (β =0.298, P<0.01) dan niat untuk menggunakan eHealth (β =0.387, P<0.01). Kemudahan penggunaan yang dirasakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kegunaan yang dirasakan (β=0.385, P<0.05) dan sikap (β=0.347, P<0.05) dan niat untuk menggunakan eHealth (β=0.339, P<0.01). Infrastruktur teknis berpengaruh signifikan terhadap sikap (β =0.412, P<0.01) dan niat untuk menggunakan eHealth (β =0.355, P<0.01). Pengalaman TI staf memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kegunaan yang dirasakan (β =0.595, P<0.01) dan sikap (β =0.267, P<0.05), tetapi pengaruh pengalaman teknologi informasi terhadap niat untuk menggunakan eHealth tidak signifikan. Di antara semuanya, sikap profesional kesehatan terhadap eHealth menunjukkan efek terkuat pada niat untuk menggunakan sistem eHealth (β = 0,52, P<0,01). 

10.

(Hwang et al., 2019)

Hasil the partial least squares (PLS) regression menunjukkan bahwa ada tiga faktor yang secara signifikan mempengaruhi niat dokter menggunakan EMR, yaitu manfaat yang dirasakan, insentif keuangan, dan sikap terhadap penggunaan EMR. Tetapi mengenai persepsi kemudahan penggunaan (PEOU) tidak signifikan berpengaruh terhadap penggunaan EMR. 

11.

(Aqleh et al., 2019)

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan dan kegunaan EMR yang dirasakan memainkan peran penting dalam menentukan niat para dokter di Bahrain untuk menggunakan dan mengadopsi sistem tersebut dalam praktik klinis mereka. 

12.

(Abdekhoda et al., 2019)

Temuan membuktikan bahwa kemudahan penggunaan yang dirasakan, kegunaan yang dirasakan, faktor teknologi, faktor organisasi dan faktor lingkungan berpengaruh signifikan terhadap adopsi EMR. 

 

Manfaat dan Tantangan dalam Penerapan Rekam Medis Elektronik

Rekam medis telah ada sejak awal praktek kedokteran, dan telah mengalami beberapa kali evolusi. Beberapa catatan medis pertama berasal dari Hippocrates (abad ke-5 SM) dan dokter pada abad pertengahan. Rekam medis formal muncul pada abad ke-19 di Rumah Sakit Pendidikan di Eropa, dan dengan cepat diadopsi di seluruh dunia. Rekam medis elektronik pertama kali dikembangkan pada tahun 1972 oleh Regenstreif Institute in the United States, dan kemudian disambut sebagai sebuah kemajuan besar dalam praktik medis. Rekam medis elektronik dianggap mampu menjadi solusi atas permasalahan yang timbul dari rekam medis tradisional yang masih menggunakan kertas, seperti kurangnya standarisasi antara dokter dan fasilitas kesehatan, serta sistem pencarian yang sulit dan penyimpanan yang terbatas, serta hilangnya informasi. (Honavar, 2020). Aqleh et al (2019), Singh et al (2020) dan Zaman et al (2021) menjelaskan dampak positif lainnya dari penggunaan sistem dokumentasi elektronik seperti RME memiliki manfaat, seperti :

1.      Peningkatan dalam produktivitas, kecepatan, dan efisiensi dalam bekerja yang mana sangat bermanfaat dalam pelayanan pasien

2.      Dapat membantu mengurangi dan meminimalkan kesalahan pengobatan,�sehingga dapat meningkatkan kualitas layanan yang menguntungkan pasien dan dokter

3.      Keamanan perawatan medis dengan memberikan informasi yang benar untuk�merawat pasien secara tepat waktu

4.      Mengurangi kesalahan transkripsi yang umum terjadi pada rekam medis tulisan tangan

5.      Menghilangkan kemungkinan�kehilangan berkas medis

6.      Lingkungan rekam digital menghemat ruang, yang selalu menjadi kendala besar di rumah sakit

7.      Diagnosis yang lebih baik dan dibantu oleh sistem pengiriman obat untuk manajemen pasien dan kualitas perawatan yang lebih baik

8.      Meminimalkan biaya operasional dengan menghilangkan biaya tenaga kerja lembur yang tidak perlu.

Namun demikian, RME tidak begitu saja dapat diterima dan diterapkan. Banyak tantangan yang dihadapi, seperti permasalahan biaya awal yang tinggi dan manfaat keuangan atau keuntungan yang tidak pasti, teknologi yang sulit digunakan, serta dukungan yang tidak memadai masih menjadi penghambat dalam implementasi rekam medis elektronik (Honavar, 2020; Singh et al., 2020). Tantangan lainnya adalah resistensi perubahan terhadap hal yang baru (Aqleh et al., 2019), faktor kecemasan terhadap inovasi, self-efficacy, dan kepercayaan juga turut mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap penggunaan teknologi, dalam hal ini rekam medis elektronik(Almarzouqi et al., 2022).

 
Technology Acceptance Model (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM) adalah salah satu model yang populer, yang membantu menjelaskan bagaimana orang menerima dan memanfaatkan teknologi baru. Model ini berfokus pada faktor-faktor yang menentukan niat perilaku untuk menggunakan teknologi baru dari perspektif pengguna. TAM terdiri dari variabel inti motivasi pengguna: kemudahan penggunaan yang dirasakan, kegunaan yang dirasakan, dan sikap terhadap teknologi. Dari elemen-elemen ini, kegunaan yang dirasakan atau perceived usefulness (PU) dan kemudahan penggunaan yang dirasakan perceived ease of use (PEOU) dianggap sebagai penentu utama yang secara langsung atau tidak langsung menjelaskan niat perilaku untuk menggunakan (�penerimaan�) teknologi baru (Kalayou et al., 2020). Hwang et al (2019) mengidentifikasi tiga faktor yang relevan dan secara positif mempengaruhi niat dokter untuk menggunakan RME, yaitu manfaat penggunaan, insentif keuangan, dan sikap terhadap penggunaan RME. Fasilitas layanan kesehatan perlu mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan sikap dokter terhadap penerimaan RME karena hal tersebut juga merupakan salah satu faktor kunci, yang berarti jika sikap dokter positif terhadap penggunaan RME, kemungkinan adopsi RME akan lebih baik (Singh et al., 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Almarzouqi et al (2022) �menjelaskan bahwa niat dan motivasi pengguna merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan dari implementasi RME. Penegasan terhadap hal tersebut di atas dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu oleh�Aqleh et al (2019), mengenai penerimaan RME. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa kemudahan penggunaan yang dirasakan dan manfaat yang dirasakan dari penerapan rekam medis elektronik memainkan peran penting dalam menentukan niat para dokter di Bahrain untuk menggunakan dan mengadopsi sistem tersebut di klinik mereka. Hasil temuan lain yang juga mendukung hal tersebut berasal dari Abdekhoda et al (2019), dalam penelitiannya ditemukan bahwa manfaat penggunaan (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan(perceived ease of use) berpengaruh positif dan signifikan terhadap adopsi RME (β = 0,71, P ≤ 0,01; β = 0,49, P ≤ 0,01). Niat untuk menggunakan RME sangat terkait dengan kegunaan yang dirasakan dan penilaian subyektif dari profesional kesehatan.

 

Faktor Lain dalam Penerapan Rekam Medis Elektronik

Lebih lanjut, hal lain yang menjadi hasil temuan dari Abdekhoda et al (2019) juga menunjukkan bahwa kompetensi organisasi berpengaruh langsung dan signifikan terhadap kemudahan penggunaan (β = 0,21, P ≤ 0,01); sedangkan dukungan manajemen berpengaruh langsung dan signifikan terhadap manfaat penggunaan dan kemudahan penggunaan �(β = 0,31, P ≤ 0,01; β = 0,27, P ≤ 0,01). Menggunakan RME tampaknya tidak mudah bagi sebagian orang. Kesulitan penggunaan ini dapat dijelaskan dengan kurangnya pelatihan penggunaan rekam medis elektronik di fasilitas kesehatan. Hal ini dapat menjadi hambatan yang potensial dalam implementasi RME (Moukoumbi Lipenguet et al., 2022). Faktor pelatihan dan pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kemudahan penggunaan sedangkan tidak ditemukan pengaruh signifikan terhadap manfaat penggunaan. Pengetahuan dan manfaat yang dirasakan, dibutuhkan oleh dokter untuk membentuk sikap positif terhadap suatu inovasi. Kedua hal tersebut dapat memfasilitasi dan mempercepat adopsi dari RME itu sendiri. Sehingga terdapat suatu kebutuhan untuk meningkatkan pendidikan atau pelatihan tentang sistem, peran, manfaat dan nilai dari rekam medis elektronik untuk kepentingan perawatan kesehatan di masa yang akan datang(El-Yafouri et al., 2022). �Selain itu, insentif keuangan untuk dokter yang memiliki pemanfaatan RME yang tinggi dapat memotivasi perubahan sikap dan perilaku dalam penggunaan RME oleh dokter (Singh et al., 2020). Sementara mengenai kebijakan atau peraturan pemerintah, yang pada awalnya diperkirakan akan memberikan tekanan sosial dan akan sangat mempengaruhi niat untuk mengadopsi RME, namun dalam penelitian yang dilakukan oleh El-Yafouri et al (2022) �kebijakan dan mandat pemerintah memiliki pengaruh yang lemah terhadap niat penggunaan RME (β = 0,14).

 

Kesimpulan

Rekam medis elektronik diharapkan dapat menjadi jawaban bagi permasalahan ataupun keterbatasan yang timbul dari rekam medis tradisional, yang masih menggunakan kertas. Penerapan dari RME dipercaya memiliki manfaat yang besar dalam dunia kesehatan, namun di samping itu juga memiliki tantangan-tantangan yang dapat menjadi faktor yang berpotensi menghambat penerapan rekam medis elektronik itu sendiri. Niat professional kesehatan dalam menerima dan menggunakan suatu teknologi sangat dipengaruhi oleh manfaat dari penggunaan yang dirasakan dan kemudahan penggunaan. Faktor lain seperti dukungan manajemen,� insentif keuangan, dan pendidikan mengenai sistem, peran, manfaat dan nilai�dari RME turut mempengaruhi niat pengguna. Meskipun dikatakan bahwa kebijakan pemerintah tidak terlalu mempengaruhi niat pengguna, namun kebijakan tersebut dapat berperan untuk memotivasi dan memfasilitasi agar penerapan RME dapat terselenggara, serta harapan untuk data yang terintegrasi dengan baik dapat tercapai.

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Abdekhoda, M., Dehnad, A., & Zarei, J. (2019). Determinant factors in applying electronic medical records in healthcare. Eastern Mediterranean Health Journal, 25(1), 24�33. Scopus. https://doi.org/10.26719/emhj.18.007

 

Almarzouqi, A., Aburayya, A., & Salloum, S. A. (2022). Determinants predicting the electronic medical record adoption in healthcare: A SEM-Artificial Neural Network approach. PLOS ONE, 17(8), e0272735. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0272735

 

Aqleh, M. M., AL-Hashimi, M. S., Hamdan, A., & Razzaque, A. (2019). Acceptance and usability of medical informatics among physicians in Bahrain. 51�58. Scopus. https://doi.org/10.33965/eh2019_201910l007

 

El-Yafouri, R., Klieb, L., & Sabatier, V. (2022). Psychological, social and technical factors influencing electronic medical records systems adoption by United States physicians: A systematic model. Health Research Policy and Systems, 20(1). Scopus. https://doi.org/10.1186/s12961-022-00851-0

 

Honavar, S. G. (2020). Electronic medical records � The good, the bad and the ugly. Indian Journal of Ophthalmology, 68(3), 417�418. https://doi.org/10.4103/ijo.IJO_278_20

 

Hwang, H.-G., Dutta, B., & Chang, H.-C. (2019). The Differing Effect of Gender and Clinical Specialty on Physicians� Intention to Use Electronic Medical Record. Methods of Information in Medicine, 58(1), E58�E71. Scopus. https://doi.org/10.1055/s-0039-1695718

 

Kalayou, M. H., Endehabtu, B. F., & Tilahun, B. (2020). The applicability of the modified technology acceptance model (Tam) on the sustainable adoption of ehealth systems in resource-limited settings. Journal of Multidisciplinary Healthcare, 13, 1827�1837. Scopus. https://doi.org/10.2147/JMDH.S284973

 

Kemenkes RI. (2021). Strategi Transformasi Digital Kesehatan. https://dto.kemkes.go.id/Digital-Transformation-Strategy-2024.pdf

 

Kemenkes RI. (2022). Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.

 

Luyten, J., & Marneffe, W. (2021). Examining the acceptance of an integrated Electronic Health Records system: Insights from a repeated cross-sectional design. International Journal of Medical Informatics, 150. Scopus. https://doi.org/10.1016/j.ijmedinf.2021.104450

 

Moukoumbi Lipenguet, G., Ngoungou, E.-B., Roberts, T., Ibinga, E., Amani Gnamien, P., Engohang-Ndong, J., & Wittwer, J. (2022). Evaluation of the intention to use the electronic medical record (EMR) by health professionals in healthcare facilities of Libreville and Owendo in Gabon. JAMIA Open, 5(4), ooac096. https://doi.org/10.1093/jamiaopen/ooac096

 

Rika Andriani, Wulandari, D. S., & Margianti, R. S. (2022). Rekam Medis Elektronik sebagai Pendukung Manajemen Pelayanan Pasien di RS Universitas Gadjah Mada. Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda (JIPIKI), 7(1), 96�107. https://doi.org/10.52943/jipiki.v7i1.599

 

Saare, M. A., Mahdi, A. A., Lashari, S. A., Sari, S. A., & Hamid, N. A. (2021). Measuring prevailing practices of healthcare professional on electronic health record through the lens of iraq. Bulletin of Electrical Engineering and Informatics, 10(2), 970�977. Scopus. https://doi.org/10.11591/eei.v10i2.2408

 

Scott, P., Keizer, N. de, & Georgiou, A. (2019). Applied Interdisciplinary Theory in Health Informatics: A Knowledge Base for Practitioners. IOS Press.

 

Simarmata, J., Chaerul, M., Mukti, R. C., Purba, D. W., Tamrin, A. F., Jamaludin, J., Suhelayanti, S., Watrianthos, R., Sahabuddin, A. A., & Meganingratna, A. (2020). Teknologi Informasi: Aplikasi dan Penerapannya. Yayasan Kita Menulis.

 

Singh, A., Jadhav, S., & Roopashree, M. R. (2020). Factors to overcoming barriers affecting electronic medical record usage by physicians. Indian Journal of Community Medicine, 45(2), 168�171. Scopus. https://doi.org/10.4103/ijcm.IJCM_478_19

 

Surendran, P. (2012). Technology Acceptance Model: A Survey of Literature. International Journal of Business and Social Research.

 

World Health Organization. (2016). Global diffusion of eHealth: Making universal health coverage achievable: report of the third global survey on eHealth. World Health Organization. https://apps.who.int/iris/handle/10665/252529

 

Yoo, S., Lim, K., Jung, S. Y., Lee, K., Lee, D., Kim, S., Lee, H.-Y., & Hwang, H. (2022). Examining the adoption and implementation of behavioral electronic health records by healthcare professionals based on the clinical adoption framework. BMC Medical Informatics and Decision Making, 22(1). Scopus. https://doi.org/10.1186/s12911-022-01959-7

 

Zaman, N., Goldberg, D. M., Kelly, S., Russell, R. S., & Drye, S. L. (2021). The relationship between nurses� training and perceptions of electronic documentation systems. Nursing Reports, 11(1), 12�27. Scopus. https://doi.org/10.3390/nursrep11010002

���������

Copyright holder:

Jean Francis Melanny Kassiuw, Budi Hidayat, Puput Oktamianti (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: