Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober
2022
ANALISIS PEMBELAJARAN
MUSIK TABU GONG REDE GEDA DALAM KONTEKS PEWARISAN BUDAYA DI DESA RIANGKOTEK, NUSA
TENGGARA TIMUR
Antonius Harun Ruron, Udi Utomo, Suharto
Pendidikan Seni, Universitas Negeri Semarang
E-mail: [email protected]
Abstrak
Musik
Tabu gong rede geda merupakan bagian kebudayaan masyarakat desa
Riangkotek dan merupakan warisan dari satu generasi ke generasi lainya. Pewarisan
musik tabu gong rede geda menggunakan sistem pewarisan miring (Diagonal
Transmission) yaitu sistem pewarisan kesenian yang menitikberatkan pada
edukasi pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis ciri-ciri
pembelajaran musik tabu gong rede geda, Komponen-komponen pembelajaran
musik tabu gong rede geda, dan tahapan pembelajaran musik tabu gong
rede geda. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
observasi, wawancara, dan studi dokumen. Analisis data penelitian menggunakan
teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pewarisan
musik tabu gong rede geda melalui pembelajaran informail.
Komponen-Kompone Pembelajaran musik tabu gong rede geda terdiri peserta
belajar, instruktur, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan metode
pembelajaran. Proses pembelajaran terdiri dari empat tahapan yakni melihat dan
mendengarkan, mencanamkan, memproduksi, secara berulang ulang.
Kata Kunci: Pewarisan Budaya, Pembelajaran, pendidikan
informal.
Abstrack
Tabu
gong rede geda music is part of the culture of the
Riangkotek village community and is inherited from one generation to another.
The inheritance of tabu gong rede geda music uses a tilted inheritance
system (Diagonal Transmission), which is an art inheritance system that focuses
on learning education. The purpose of this study is to analyze the
characteristics of tabu gong rede geda music learning, the components of
tabu gong rede geda music learning, and the stages of tabu gong rede
geda music learning. Data collection in this study used observation,
interview, and document study techniques. Analysis of research data using source
triangulation techniques. The results showed that the process of inheritance of
tabu gong rede geda music through informail learning. The components of
tabu gong rede geda music learning consist of learning participants,
instructors, learning objectives, learning materials and learning methods. The
learning process consists of four stages, namely seeing and listening,
proclaiming, producing, repeatedly.
Keywords: Cultural Inheritance, Learning, informal
education.
Pendahuluan
Kesenian tradisi merupakan suatu bagian
dari kebudayaan yang memiliki arti penting dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut
Plato seni dan masyarakat adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan(Rizanti et al., 2016). Keterkaitan
antara masyarakat dan seni bersumber dari hubungan antara manusia dengan
lingkungannya. Kesenian tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat tertentu
karena mereka memerlukan pemuasan akan rasa keindahan atau estetika (Takari, 2009). Kesenian yang
diekspresikan lewat bunyi di sebut nada yang kemudian dikenal dengan seni
musik. Musik yang lahir, berkembang dan diwariskan dari suatu generasi ke
generasi berikutnya di suatu wilayah tertentu disebut musik tradisional.
Musik tradisional merupakan musik yang
lahir dan berkembang di suatu lingkungan masyarakat tertentu dan digunakan
sebagai perwujudan nilai budaya dan di wariskan dari suatu generasi ke generasi
lainya (Olendo, 2021).Merriam berpendapat
bahwa ide dan perilaku manusia dapat diwakili oleh musik. Pengertian
Tradisional menurut Sedyawati adalah proses penciptaan seni dalam kehidupan
masyarakat yang menghubungkan subjek manusia itu sendiri dengan kondisi
lingkungan. Pencipta seni tradisi biasanya terpengaruh oleh keadaan sosial
budaya masyarakat di suatu tempat (Prasetya, 2020).
Keberadaan sebuah musik tradisi tidak terlepas dari kebiasaan berbudaya yang di laksanakan masyarakat pemiliknya. Menurut (Olendo, 2021) suatu budaya musik mencakup gagasan-gagasan, dan tindakan karena musik adalah gejala manusia. Sama halnya dengan musik tabu gong rede geda yang tercipta karena adanya kebudayaan masyarakat desa riangkotek. Musik tabu gong rede geda merupakan musik tradisi yang berasal dari Desa Ringkotek, Provinsi Nusa Tenggara timur. Masyarakat desa Riangkotek mengunakan musik tabu gong rede geda untuk memenuhi kebutuhan integritas, sehingga pertunjukannya di sesuaikan dengan kaidah yang berlaku di masyarakat desa riangkotek.
Musik Tabu gong rede geda merupakan bagian kebudayaan masyarakat desa riangkotek dan merupakan warisan dari leluhur sejak dulu kala. Apabilah di kaji dari proses pewarisannya musik tabu gong mengunakan sistem pewarisan miring (Diagonal Transmission). Menurut Cavalli-Sforza dan Feldman dalam (Elvandari, 2020, p. 102) merupakan sistem pewarisan kesenian yang menitikberatkan pada edukasi pembelajaran melalui lembaga-lembaga formal baik lembaga pendidikan formal, informal, dan non formal. Sistem pewarisan Miring (Diagonal Transmission) menujukan bahwa belajar/pembelajaran mempunyai peranan vital dalam mewarisi kesenian-kesenian tradisi.
Hilgard dan Bower (dalam Sirait, 2016:18) berpendapat bahwa Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Suatu pembelajaran tidak terlepas dari komponen-komponen pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran di antaranya adalah pengajar/guru, peserta didik/siswa, bahan ajar, media pembelajaran, model pembelajaran dan evaluasi(Akhirudin, et., al, 2020) .
Uraian di atas menjelaskan musik tabu gong rede geda merupakan musik tradisi dan berasal dari desa riangkotek, Provinsi Nusa Tengara Timur. Musik tabu gong rede geda telah lama menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat desa Riangkotek yang di wariskan secara turun temurun melalui pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini Peneliti akan menganalisis Bagaimana ciri pembelajaran musik tabu gong rede geda, Komponen-komponen dan tahapan pembelajaran musik tabu gong rede geda.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan pendekat Etnopedagogik. Etnopedagogik merupakan gabungan dua
disiplin ilmu yakni Etnografi dan Pedagogik. Secara sederhana Etnopedagogik �merupakan pembelajaran berbasis etnik, baik
yang digunakan sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran (Sugara & Sugito, 2022) Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pembelajaran musik tabu gong rede geda, yakni
ciri, komponen dan tahapan belajar.
Penelitian ini dilaksanakan di desa
Riangkotek Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores timur. Sasaran penelitian ini
adalah Generasi muda masyarakat desa riangkotek yang mempelajari musik tabu
gong rede geda. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
teknik observasi , wawancara dan studi dokumen. Data dalam penelitian diperoleh
melalui observasi, wawancara dan studi dokumen. Data yang diperoleh kemudian di
analis mengunakan metode triangulasi sumber yaitu menggali kebenaran informai
tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
Hasil dan Pembahasan
Ciri
Pembelajaran Musik Tabu gong rede geda
Kebudayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya melalui proses belajar baik secara formal, nonformal, maupun informal. Koentjaraningrat ( dalam Elly M. et. al, 2007). mengemukakan bahwa kebudayaan adalah sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik dari manusia dan diwariskan melalui proses belajar. Pewarisan musik tabu gong rede geda terlaksana melalui proses pembelajaran. Temuan Peneliti mengungkapkan bahwa proses pewarisan musik tabu gong rede geda terlaksana melalui proses belajar. Belajar musik tabu gong rede geda tidak dilakukan secara terencana dan sistematis karena musik tabu gong rede geda tidak pernah dirancang secara formal untuk dipelajari.
Livingstone (dalam Sudiapermana, 2009)Kegiatan yang melibatkan pencarian pemahaman, informasi, atau keterampilan di luar kurikulum institusi yang ditawarkan oleh program pendidikan, kursus, atau lokakarya disebut sebagai pendidikan informal.� Proses memperoleh pengetahuan, informasi, dan keterampilan terkait musik taaabu gong rede geda berlangsung di lingkungan masyarakat dan di luar kurikulum yang disediakan oleh lembaga pendidikan formal (sekolah) dan nonformal (sanggar). Pembelajaran musik tabu gong rede geda terjadi karena adanya pembudayaan yang dilaksanakan masyarakat desa Riangkotek. Sehingga, dalam pembudayaan tersebut secara impulsif dapat membentuk suatu proses pembelajaran musik tabu gong rede geda.
Pembelajaran musik tabu gong rede geda terjadi secara spontan di masyarakat tanpa program atau kurikulum yang jelas, serta tanpa adanya figur otoritas yang mengatur proses pembelajaran,� hal ini membentuk karakteristik pembelajaran musik tabu gong rede geda. Karakter lain dari pembelajaran musik tabu gong rede geda adalah peserta belajar secara mandiri mengelola seluruh proses pembelajaran musik tabu gong rede geda. Dengan melihat karakteristiknya, pembelajaran musik tabu gong rede geda dapat digolongkan sebagai pembelajaran kesenian tradisional melalui pendidikan informal.
Komponen
Pembelajaran Musik Tabu gong rede geda
Livingstone dalam (Sudiapermana, 2009) berpendapat bahwa Hal mendasar dari pendidikan informal (tujuan, isi, cara dan proses pemerolehan, lamanya, evaluasi hasil dan aplikasi) ditentukan oleh individu dan kelompok yang memilih terlibat di dalamnya, tanpa kehadiran seorang instruktur yang memiliki otoritas secara melembaga. Komponen-komponen dalam pembelajaran musik tabu gong rede geda bersifat subjektif.� Bersifat subjektif artinya, setiap orang yang terlibat dalam pembelajaran musik tabu gong rede geda atas dasar kemauan sendiri dengan bebas menentukan cara dan tujuan� yang ingin di capai.
Peserta belajar dalam pembelajaran musik tabu gong rede geda adalah individu yang memiliki akal dan pikiran. Dalam hal ini, akal dan pikiran mengacu pada kemampuan mengenali hal-hal yang berkaitan dengan musik tabu gong rede geda yang dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Secara sadar dan mau mempelajari musik taaabu gong rede geda menunjukkan bahwa peserta belajar memiliki rasa ingin tahu dalam dirinya, yang kemudian ditunjukkan melalui tindakannya. Memiliki motivasi yang membuatnya tertarik untuk belajar musik tabu gong rede geda menunjukkan bahwa peserta belajar secara mandiri menentukan tujuan pembelajaran yang ingin di capai� dalam belajar tanpa ada intervensi dari individu lain. Motivasi peserta belajar antara lain, (1) menghibur diri, (2) mengetahui musik tabu gong rede geda,� dan (3)untuk berekspresi.
Pengajar dalam pembelajaran musik tabu gong rede geda
hanya berperan sebagai pemberi contoh kepada peserta belajar yang mempunyai
motivasi untuk belajar dan bermain musik. Pengajar musik tabu gong rede geda
tidak mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suasana belajar� dan hasil pembelajaran yang berkualitas.
Jadi, Pentingnya peran pengajar dalam konteks pembelajaran musik tabu gong
rede geda bukan untuk meningkatkan mutu suatu pendidikan dan terciptanya
proses dan hasil pendidikan yang berkualitas namun untuk menjaga dan mewariskan
musik tabu gong rede geda di masyarakat desa Riangkotek.
Tujuan pembelajaran musik tabu gong rede geda sangat bergantung pada apa yang menjadi motivasi peserta untuk belajar. Aspek pengetahuan yang menjadi tujuan yang ingin dicapai peserta belajar dalam pembelajaran musik tabu gong rede geda adalah dapat memahami bentuk-bentuk musik. Terampil dalam memainkan musik tabu gong rede geda merupakan salah satu tujuan dari mempelajari musik tabu gong rede geda. memperoleh kesenangan dan memiliki keprihatinan untuk mempertahankan musik tabu gong rede geda dapat menunjukkan bahwa aspek sikap merupakan salah satu bagian dari tujuan pembelajaran.
Materi pembelajaran
dalam pembelajaran musik tabu gong rede geda tidak disusun secara
sistematis karena pembelajarannya bersifat informal sehingga setiap peserta
belajar bebas menentukan materi yang ingin dipelajari untuk memenuhi
kebutuhannya. materi yang di pelajari oleh peserta didik terdiri dari
kompetensi (muatan pengetahuan, sikap dan keterampilan) yang dibutuhkan oleh
peserta belajar.� Muatan pengetahuan
dalam pembelajaran berupa pemahaman tentang bentuk musik dan unsur-unsur
pembentuk musik tabu gong rede geda. Sikap dalam pembelajaran musik tabu
gong rede geda merupakan tiangkah laku yang tunjukan peserta didik selama
pembelajaran berlangsung, sikap-sikap yang di tunjukan di sesuaikan dengan
norma sosial yang berlaku di masyarakat. Sedangkan keterampilan merupakan
kemampuan untuk memainkan musik tabu gong rede geda.
Gaya Belajar musik tabu gong rede geda adalah Visual, Auditori dan Kinestesis (VAK) dengan mengunakan metode imitasi. Peserta belajar melihat teknik permainan sambil mendengarkan bunyi� musik tabu gong rede geda lalu meniru dengan mempraktekanya.
Tahap Belajar Musik tabu gong rede geda
Albert Bandura �( dalam Singgih, 2012, p. 184) mengemukakan bahwa dalam teori sosial belajar� terdapat beberapa tahapan-tahapan pembelajaran yaitu memperhatikan, mencamkan, memproduksi, ulangan pengetahuan. Berikut dijelaskan tahapan pembelajaran musik tabu gong rede geda.
Tahap melihat dan mendengarkan. Pada Tahap ini,
peserta belajar hadir dalam kegiatan kebudayaan yang melibatkan permainan musik
tabu gong rede geda. Kehadiran peserta
belajar dikarenakan adanya dorongan dari dalam diri yang menjadi motivasi untuk
mempelajari musik tabu gong rede geda. Pada Tahap ini peserta belajar
memperhatikan fenomena yang terjadi di lokasi pertunjukan musik tabu gong rede
yakni melihat dan mendengarkan permainan musik yang dimainkan oleh orang tuah
atau senior.
Tahap Mencanamkan/meghafal.
tahapan ini adalah tahapan yang dilakukan sesudah memperhatikan fakta-fakta
terkait musik tabu gong rede geda. Pada tahap ini,� peserta belajar memahami dan mengingat fenomena
terkait musik tabu gong rede geda yang diperoleh melalui indra
penglihatan dan pendengaran lalu menyimpan dalam pikirannya.
Tahap memproduksi, Tahap ini, peserta belajar mencontoh
fenomena permainan musik tabu gong rede geda yang telah disimpan dalam
pikirannya dengan aktivitas gerak atau imitasi gerak. Tahap Ulangan pengetahuan. Tahap ini merupakan ulangan dari
tahap memproduksi, kegiatan memproduksi musik tabu gong rede geda di
lakukan secara berulang untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang di pengaruhi
oleh motivasi peserta belajar.
Pembelajaran musik tabu gong rede geda merupakan pembelajaran yang terlaksana melalui pendidikan informal karena terjadi secara spontan di lingkungan masyarakat tanpa program atau kurikulum yang jelas, serta tanpa adanya figur otoritas yang mengatur proses pembelajaran. Peserta belajar secara mandiri mengelola seluruh proses pembelajaran musik tabu gong rede geda. Komponen � komponen pembelajaran musik tabu gong rede geda terdiri dari Peserta Belajar (Generasi Muda), Instruktur (Senior), Tujuan Pembelajaran, Metode dan Gaya pembelajaran. Proses pembelajaran terdiri dari empat tahapan yakni melihat dan mendengarkan, mencanamkan, memproduksi, secara berulang ulang.
Akhirudin,
Sujarwo, Haryanto Atmowarjo, N. h. (2020). Belajar & Pembelajaran (Teori
dan Implementasi). In Penerbit Samudra Biru (Vol. 11, Issue 2). Penerbit
Samudra Biru.
Elly M. Setiadi, Kama Abdul, Hakam, R. E. (2007). Ilmu Sosial
Budaya Dasar. In Kencana. 2006.0143 Penulis. PT Fajar Interpratama
Mandiri Penerbit.
Elvandari, E. (2020). Sistem Pewarisan Sebagai Upaya
Pelestarian Seni Tradisi. Jurusan Sendratasik FBS Unesa, 3(1), 93�104.
https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/index
Olendo, Y. O. (2021). Eksotisme Musik Tradisional Dayak
Kanayatn. Lakeisha.
Rizanti, E., Indriyanto, R., Sendratasik, J., Bahasa, F.,
& Semarang, U. N. (2016). Kajian Nilai Estetis Tari Rengga Manis Di
Kabupaten Pekalongan. Jurnal Seni Tari, 5(1), 1�11.
Singgih, G. (2012). Dasar dan Teori Perkembangan Anak.
Libri.
Sirait, E. D. (2016). Pengaruh Minat Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(1),
35�43. https://doi.org/10.30998/formatif.v6i1.750
Sudiapermana, E. (2009). Pendidikan Informal. Jurnal
Pendidikan Luar Sekolah, 4(2).
Sugara, U., & Sugito. (2022). Etnopedagogi: Gagasan dan
Peluang Penerapannya di Indonesia. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 7(2),
93�104. https://doi.org/10.24832/jpnk.v7i2.2888
Takari, M. (2009). Etnomusikologi dan Ilmu-Ilmu Seni di Alam
Melayu: keberadaan dan pengembangan teori. Jurnal Ilmu Pengetahuan Seni.
Copyright holder: Antonius
Harun Ruron, Udi Utomo, Suharto (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |