Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 6, Juni
2023
UJI FITOKIMIA, KAPASITAS TOTAL ANTIOKSIDAN,
BSLT SERTA KADAR TOTAL FENOLIK PADA EKSTRAK DAUN MENIRAN (PHYLLANTHUS NIRURI
L.)
Ajeng Retno Setiawati, Shirly Gunawan
Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara Jakarta
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Masyarakat Indonesia percaya dengan tradisi turun temurun dari khasiat mengkonsumsi obat herbal. Daun meniran merupakan tumbuhan yang banyak ditemui di Negara Indonesia. Daun meniran mengandung Flavonoid dan Alkaloid yang mampu merangsang sistem imun, serta antioksidan yang mampu menangkal ROS. Antioksidan dapat menetralisasi efek yang disebabkan oleh stres oksidatif (keadaan di mana terdapat ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan). Senyawa antioksidan dapat mencegah penyakit degeneratif yang diakibatkan oleh stress oksidatif. Karena senyawa antioksidan dapat menghambat proses oksidasi, maka dilakukan pemeriksaan menggunakan daun meniran untuk mengetahui khasiat dari tanaman ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan senyawa fitokimia, kapasitas antioksidan, kadar fenolik total serta toksisitas pada ekstrak daun meniran. Ekstrak daun meniran dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol, uji fitokimia menggunakan metode harnborne, uji kapasitas antioksidan total dengan metode blois menggunakan DPPH, uji fenolik dengan metode singleton, uji toksisitas menggunakan metode BSLT. Pada uji fitokimia didapatkan ekstrak daun meniran mengandung alkaloid, flavonoid, kardioglikosida, glikosida, saponin, kumarin, fenolik, kuinon, betasianin, steroid, terpenoid, dan tanin. Di dapatkan ekstrak daun meniran memiliki kapasitas total antioksidan (IC50 = 29.157 �g/mL), kadar fenolik total (10.295 �g/mL) dan tingkat toksisitas (LC50 = 170,308 μg/mL) yang mana memiliki sifat sitotoksik (LC50 ≤ 1000 ppm) dan termasuk kategori toksik sedang (100 ppm ≤ LC50 ≤ 1000 ppm). Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun meniran memiliki potensi sebagai antioksidan dengan efek antimitosis.
Kata kunci: Phyllanthus Niruri L; DPPH, BSLT; Skrin.
Abstract
Indonesians believe in a tradition passed
from generation to generation about the properties of herbal medicine. Meniran leaf is one of the ber
grown in Asia and found in many parts of Indonesia. It contains flavonoids and
alkaloid able to stimulate the immune system and antioxidants to combat ROS.
Antioxidant can neutralize the effects caused by oxidative stress (a conndition where the is an imbbalance
between oxidants and antioxidants in the body). Antioxidants can prevent
degenerative diseases and malignancies caused by prolonged oxidative stress.
Because of its ability to prevent oxidation, this study uses meniran leaves to further investigate its uses. This study
aims to look into meniran leaves� phytochemical
constituents, antioxidant capacity, and toxicity. Meniran
leaves extract was made by maseration using methanol,
phytochemical screening used Harborne�s method, antioxidant capacity used
Blois� DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) method, total phenolic content used
Singleton�s method, and toxicity with BSLT. Phytochemical screening of meniran leaf extract determined that it contains alkaloids,
flavonoids, cardioglycosides, glycosides, saponins,
coumarins, phenolics, quinones, betacyanins,
steroids, terpenoids, and tannins. Its antoxidant
capacity ((IC50 =81.585�g/mL), total phenolic content (10,295�g/mL), total
alkaloid content (13.788 �g/mL), and toxicity (LC50 =170.308 μg/mL) which
can be considered to have a cytotoxic effect and categorized as moderate (100
ppm ≤ LC50 ≤ 1000 ppm). In summary, meniran
leaf extract has the potential to be an antioxidant with an antimitotic effect.
Keywords: Phyllanthus niruri l; DPPH; BSLT; Phytochemical screenin
Pendahuluan
Indonesia merupakan
negara kepulauan terbesar
di dunia. yang memiliki hutan
tropis dengan keanekaragaman hayatinya yang berperan penting dalam menjaga stabilitas
ekosistem global (K. L. Hidup &
Indonesia, 2016). Data Status Lingkungan hidup
dan Kehutanan 2020 menunjukkan
Indonesia merupakan rumah bagi 11% seluruh jenis tumbuhan di dunia (I. K. N. L. Hidup, 2009). Dari sekitar 30.000 spesies tumbuhan yang ada di kepulauan Indonesia, diperkirakan 9.600 spesies adalah tumbuhan obat, tetapi baru
sekitar 300 spesies yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional
(Kardinan & Kusuma,
2004). Obat herbal tradisional
telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika
Latin menggunakan obat
herbal sebagai pelengkap pengobatan primer. Bahkan di
Afrika, sebanyak 80 persen dari populasi menggunakan
obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2020). Khasiat obat
di dalam suatu tanaman berasal dari suatu senyawa
kimia non-nutrien, yaitu senyawa fitokimia
(Asaduzzaman & Asao,
2018).
Fitokimia mempunyai peran
salah satunya yaitu sebagai antioksidan untuk mengatasi stres oksidatif (Sari & Mahastya, 2022). Stres oksidatif
dapat timbul karena ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan
di dalam tubuh akibat kurangnya antioksidan atau meningkatnya radikal bebas seperti reactive oxygen
species (ROS), reactive nitrogen species (RNS), dan reactive sulfur species
(RSS) (Aziz et al., 2019);(Engwa,
2018).7 Radikal bebas memiliki
elektron tidak berpasangan sehingga mudah bereaksi dengan molekul lain di dalam tubuh. Namun
jika jumlahnya berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan sel yang akan menyebabkan
percepatan penuaan dan penyakit degenerative (Aziz et al., 2019);(Engwa,
2018).
Meniran (Phyllanthus Niruni L.) merupakan tanaman liar yang tersebar di benua Afrika, Australia,
Asia termasuk Indonesia. Di beberapa
daerah di Indonesia, meniran
dikenal dengan nama na�me tano,
sidukung anak, dudukung anak, baket sikolop (Sumatera); meniran ijo, meniran
merah, memeniran (Jawa); bolobungo, sidukung anak (Sulawesi); serta gosau ma dungi, gosau ma dungi roriha, belalang
babiji (Maluku) (Kardinan & Kusuma,
2004).
Daun Meniran telah
dikenal sebagai obat tradisional dengan khasiat yang luar biasa. Secara
klinis, ektrak meniran telah terbukti
bersifat imunostimulan. Meniran mengandung beberapa senyawa fitokimia diantaranya flavonoid
yang mampu merangsang sistem imun tubuh
manusia agar bekerja lebih optimal, sehingga dapat melawan penyakit
infeksi kronis dan infeksi viral (Kosnayani et al., 2021).
Selain itu meniran
diduga mengandung saponin, polifenol, filatin, hipofilantin, yang diduga dapat meningkatkan aktivitas antioksidannya (Kardinan & Kusuma,
2004). Berdasarkan data tersebut,
maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian berupa pengujian terhadap aktivitas antioksidan ekstrak meniran, meliputi penentuan kadar metabolit sekunder, uji kapasitas total antioksidan, uji
toksisitas serta analisis sidik jari.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental yang bersifat
in vitro dan bioassay. Uji in vitro yang dilakukan ini terdiri dari
uji fitokimia, uji kapasitas
total antioksidan, uji fenolik
total, serta uji bioassay berupa
uji toksisitas. Penelitian akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran, Universitas Tarumanagara. Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler. Penelitian akan dilaksanakan dari November 2021 hingga mei 2022. Sampel yang digunakan yaitu, daun meniran.
Hasil dan Pembahasan
Uji Fitokimia
Hasil pemeriksaan fitokimia dalam Daun meniran
didapatkan alkaloid, flavonoid, kardioglikosida,
glikosida, saponin, kumarin,
fenolik, kuinon, betasianin, steroid, terpenoid, dan tanin.
(Tabel 1).
Tabel 1 Hasil Fitokimia Ekstrak Daun Meniran
Fitokimia |
Metode/Reagen |
Ekstrak Daun Meniran |
Alkaloid |
Mayer-Wagner |
+ |
Flavonoid |
����������� NaOH |
+ |
Kardioglikosida |
Keller-Kiliani |
+ |
Glikosida |
Modified Borntrager |
+ |
Saponin |
Penyabunan |
+ |
Kumarin |
�� NaOH+Chloroform |
+ |
Fenolik |
������ Folin Ciocalteau |
+ |
Kuinon |
������������ H2SO4 |
+ |
Antosianin |
NaOH |
+ |
Betasianin |
NaOH |
+ |
Steroid |
Liebermann-Burchard |
+ |
Terpenoid |
Liebermann-Burchard |
+ |
Tanin |
Ferric-Chloride |
+ |
Keterangan: (+) = Mengandung golongan senyawa
�(-) = Tidak mengandung golongan senyawa
Uji Kapasitas Antioksidan Daun Meniran dengan
DPPH
Nilai IC50 ekstrak
Daun Meniran yang didapatkan pada uji kapasitas
total antioksidan yaitu, sebesar 29.157 �g/mL (Tabel 2).
Tabel 2 Hitung Persentase
Inhibisi dan IC50 Berdasarkan
Konsentrasi Sampel
Konsentrasi |
%Inhibisi
(%) |
IC50 (�g/mL) |
25 |
43.200 |
|
50 |
65.860 |
|
75 |
72.360 |
29.157 |
100 |
86.560 |
|
125 |
93.810 |
|
Uji Fenolik Total
Pada penelitian
uji fenolik total ini dilakukan pengenceran 1:1, sehingga kadar fenolik ekstrak Daun Meniran yang didapatkan adalah 10.295 �g/m (Tabel 3).
Tabel 3 Nilai Absoebansi dan kadar Fenolik Ekstrak
Daun Meniran
Tabung |
��
Absorbansi |
Kadar Fenolik (�g/mL) |
Rerata Kadar Fenolik (�g/mL) |
� Kadar Fenolik (�g/mL) |
I |
0.235 |
�
536.71 |
514.79 |
10.295 |
II |
0.203 |
�
492.87 |
|
Uji Toksisitas Menggunakan BSLT
LC50 yang didapatkan
pada uji toksisitas dengan
BSLT sebesar 170,308 �g/mL (table 4).
Tabel 4 Konsentrasi, Log Kosentrasi, % Kematian, dan LC50 Ekstrak Daun Meniran.
Konsentrasi (�g/mL) |
Log Konsentrasi |
%Kematian |
LC50 (μg/mL) |
100 |
2 |
14.29 |
170,308 |
150 |
2,18 |
34.09 |
|
200 |
2,3 |
60.47 |
|
250 |
2,4 |
82.61 |
|
PEMBAHASAN
Uji Fitokimia
Penelitian ini terdiri dari 13 kandungan fitokimia pada ekstrak daun meniran
dari hasil penelitian didapatkan bahwa ekstrak daun
meniran mengandung fitokimia seperti alkaloid,
flavonoid, kardioglikosida, glikosida,
saponin, kumarin, fenolik, kuinon, betasianin, stereoid, terpenoid, dan tanin.
Dalam penelitian
Kosnayani (2021), pada uji kualitatif
flavonoid pada ekstrak daun
meniran terdapat kandungan flavonoid, menurut Harrizul Rivai (2013) senyawa
kimia yang terkandung dalam daun meniran
terdiri dari alkaloid, glikosida, fenolik, tanin, kumarin dan saponin dan menurut penelitian Risma Marisi Tambunan
(2019) terdapat
kandungan senyawa kuinon, stereoid dan terpenoid.
Uji Kapasitas Antioksidan dengan DPPH
Prinsip pengujian
kapasitas antioksidan dalam penelitian ini menggunakan metode DPPH. Dimana pada pengujian
ini digunakan ekstrak daun meniran
dan standar pembanding
vitamin C atau asam askorbat untuk mendapatkan hasil kapasitas antioksidan dengan menghitung IC50. Pemilihan pada metode ini dikarenakan efektif dalam mengevaluasi
aktivitas senyawa flavonoid
dan fenol dalam menangkap radikal bebas, sebagai aktivitas antioksidan non-enzimatik.
Dimana pada penelitian ini digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidan pada ekstrak daun meniran. Semakin
kecil nilai IC50, maka semakin kuat
senyawa uji tersebut sebagai penangkap radikal DPPH, menurut penelitian Kosnayani et al8,
Inhibition concentration (IC50) menggambarkan konsentrasi sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% aktivitas DPPH.
Pada kurva ekstrak daun meniran dan kurva standar asam
askorbat didapatkan nilai R2 = 0,9988 dan R2 = 0,9563.
Hasil penelitian ini didapatkan IC50 daun meniran 29.157 �g/mL dan asam askorbat 5,4 �g/mL, sehingga hasil dari asam
karbonat lebih kuat, meskipun begitu untuk hasil
dari ekstrak daun meniran juga masih tergolong kuat. Hasil dari pernyataan ini diperkuat dengan andanya metode pengeringan daun meniran tanpa terkena
paparan sinar matahari langsung dan disimpan pada suhu ruangan.
Menurut penelitian
Kosnayani et al8, nilai
IC50 pada ekstrak daun meniran dan asam askorbat didapatkan 18,48 � 3,59
�g/mL. Sehingga Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian
Kosnayani et al8 termasuk dalam kategori antioksidan yang kuat, Dalam buku karya
Agus kardinan3 dikatakan kandungan
yang terdapat pada daun meniran teruji dan terbukti berperan sebagai immunostimulan yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh, serta khasiat secara
empiris dan klinis pada daun meniran dapat
berfungsi sebagai antibakteri atau antibiotik anti radang serta antivirus.
Uji Kadar Fenolik Total
Penelitian Uji fenolik
ini menggunakan standar tanin untuk
mendapatkan kadar fenolik pada ekstrak daun meniran. Pada penelitian ini terdapat hasil kurva standar tanin
yang memiliki R2= 0,9727. Didapatkan
rata-rata kadar fenolik ekstrak daun meniran
sebesar 10.295 �g/mL. Menurut penelitian Kumar (2022), didapatkan
hasil pada rata-rata kadar fenolik 115.32 dengan standar deviasi 1.79 mg GAE/g, kemungkinan dari ketidaksesuaian hasil penelitian ini disebabkan karena standar yang digunakan oleh penelitian Kumar et al11 menggunakan
standar yang berbeda yaitu Asam galat.
Uji Toksisitas (BSLT)
Prinsip pengujian
pada BSLT merupakan uji toksisitas
pada ekstrak daun meniran. Salah satu metode awal dari
uji sitotoksik adalah Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT), BSLT merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk pencarian antikanker baru yang berasal dari tanaman.
Pada uji toksisitas dalam penelitian ini didapatkan nilai R2 = 0,9697 sehingga persamaan garis linear
yang dibuat memiliki tingkat keakuratan yang dapat dipercaya.
Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak daun meniran, maka
semakin tinggi tingkat kematian larva artemia
salina. Berdasarkan persamaan
garis linear pada kurva dicari
konsentrasi sampel yang dapat membunuh 50% larva artemia
salina dalam waktu 24 jam observasi yaitu LC50. Nilai LC50
yang didapatkan pada ekstrak
daun meniran 170,308 μg/mL.
Menurut hasil penelitian Fitria susilowati (2017) Senyawa
aktif yang yang dimiliki daya bioaktivitas
tinggi diketahui berdasarkan nilai Lethal
Concentration 50% (LC 50), yaitu suatu
nilai yang menunjukan konsentrasi zat toksik yang dapat menyebabkan kematian hewan uji sampai 50%. Suatu senyawa dikategorikan
sangat toksik jika memiliki nilai LC50 kurang dari 30 ppm, dikategorikan toksik jika memiliki nilai
LC50 30-1000 ppm, dan dikategorikan tidak toksik jika
memiliki harga LC50 di atas 1000 ppm. Semakin kecil nilai LC50 maka semakin toksik
suatu senyawa dan berpotensi sebagai antikanker.
Hasil dari
penelitian ini mendapatkan LC50 170.308 yang berarti
ekstrak daun meniran masuk dalam
kategori toksik. Menurut penelitian D Andrianto (2017), didapatkan
LC50 473.26 to 908,98 mikrogram dimana
hasilnya dalam kategori toksik. Dan menurut penelitian Desi Kusumawati (2018), terhadap
kayu ceremai (Phyllanthus acidus L) menyatakan semakin tinggi konsentrasi ekstrak semakin tingginya angka kematian larva. Dimana didapatkan nilai LC50 pada
275.035 mg/ml yang berarti masuk
dalam kategori toksik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini yang berjudul Uji Fitokimia, Kapasitas Total Antioksidan, BSLT
serta Kadar Total Fenolik
pada Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri L.), dapat disimpulkan: (a) Kandungan yang terdapat pada fitokimia alkaloid, flavonoid, kardioglikosida,
glikosida, saponin, kumarin,
fenolik, kuinon, betasianin, steroid, terpenoid, dan tanin.
(b) Kapasitas total antioksidan
yang dimiliki daun meniran dalam IC50 sebesar 29,157 �g/mL, termasuk kategori antioksidan yang kuat. (c) Kadar fenolik total
yang dimiliki daun meniran sebesar 10.295 �g/mL. (d) Tingkat toksisitas yang dimiliki daun meniran
dalam LC50 sebesar 170,308 μg/mL, termasuk kategori toksisitas sedang.
BIBLIOGRAFI
Andrianto, D., Widianti, W., & Bintang, M. (2017).
Antioxidant and cytotoxic activity of Phyllanthus acidus fruit extracts. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 58(1), 12022.
Asaduzzaman,
M., & Asao, T. (2018). Introductory chapter: phytochemicals and disease
prevention. Phytochemicals-Source of Antioxidants and Role in Disease
Prevention, 1�5.
Aziz, M. A., Diab, A. S., & Mohammed, A. A.
(2019). Antioxidant categories and mode of action. IntechOpen London,
UK.
Engwa,
G. A. (2018). Free radicals and the role of plant phytochemicals as
antioxidants against oxidative stress-related diseases. Phytochemicals:
Source of Antioxidants and Role in Disease Prevention. BoD�Books on Demand,
7, 49�74.
Hidup, I. K. N. L. (2009). Status
Lingkungan Hidup Indonesia. (No Title).
Hidup,
K. L., & Indonesia, K. R. (2016). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI
Nomor 56 Tahun 2016. Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Kardinan,
I. A., & Kusuma, F. R. (2004). Meniran penambah daya tahan tubuh alami.
AgroMedia.
Kosnayani,
A. S., Badriah, L., Hidayat, A. K., & Rizal, M. E. A. (2021). Profil Dan
Analisis Aktivitas Antioksidan Dalam Ekstrak Air Meniran Yang Dikeringkan
Dengan Metode Yang Berbeda. https://doi.org/10.20473/mgi.v16i2.150-155
Kumar,
S. R., Chozhan, K., & Murugesh, K. A. (2022). Determination of Bioactive compounds
in the leaf extract of Phyllanthus niruri, Emblica officinalis and Psoralea
corylifolia. Journal of Ayurvedic and Herbal Medicine, 8(1), 11�13.
Kusumawati,
D. (2018). UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KAYU CEREMAI (Phyllanthus acidus L)
TERHADAP LARVA UDANG Artemia salina DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST
(BST). Pharmed: Journal of Pharmaceutical Science and Medical Research, 1(1),
21�25. https://doi.org/10.25273/pharmed.v1i1.2267
Rivai,
H., Septika, R., & Boestari, A. (2013). Karakterisasi ekstrak herba meniran
(Phyllanthus niruri Linn) dengan analisa fluoresensi. Jurnal Farmasi Higea,
5(2), 15�23.
Sari,
N. P. E. F., & Mahastya, I. W. C. (2022). Terapi Antioksidan Sebagai
Nefroprotektor. Essence, 20(2), 81�86.
Susilowati,
F. (2017). Uji brine shrimp lethality test (Bslt) ekstrak etil asetat Spons
calthropella SP. asal zona intertidal Pantai Krakal Gunung Kidul Yogyakarta. Pharmasipha:
Pharmaceutical Journal of Islamic Pharmacy, 1(1), 1�5.
Tambunan,
R. M., Swandiny, G. F., & Zaidan, S. (2019). Uji Aktivitas Antioksidan dari
Ekstrak Etanol 70% Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terstandar. Jurnal
Ilmu Kefarmasian, 12(2), 60�64.
https://doi.org/10.37277/sfj.v12i2.444
WHO. (2020). Tailoring malaria
interventions in the COVID-19 response. 34.
Copyright holder: Ajeng Retno setiawati,
Shirly Gunawan (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |