Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
6, Juni 2023
BALANCED SCORECARD SEBAGAI METODE
PENGUKURAN EFEKTIVITAS STRATEGI COMPETITIVE ADVANTAGE PT. X DALAM
MENGHADAPI KONDISI VUCA
Dian Widhasari, Noviaty Kresna Darmasetiawan
Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Kondisi bisnis saat ini sedang mengalami tantangan besar dengan terjadinya globalisasi. Hal ini bertambah rumit dengan terjadinya VUCA akibat pandemi COVID-19 yang terjadi dalam 2 tahun terakhir. Tantangan bisnis yang awalnya hanya berfokus pada globalisasi, kini perusahaan harus lebih fokus untuk menentukan strategi yang tepat demi menghadapi pesaingan bisnis sekaligus bertahan dari kondisi VUCA akibat pandemi COVID-19. Penelitian kali ini dilakukan di PT. X yang telah berhasil bertahan dari kondisi VUCA akibat pandemic COVID-19 dengan menggunakan metode BSC dalam melakukan pengukuran efektivitas strategi competitive advantage yang telah digunakan oleh perusahaan.
Kata kunci: Balanced scorecard; Competitive advantage; VUCA
Abstract
The current business conditions are
experiencing major challenges with the occurrence of globalization. This is
further complicated by the occurrence of VUCA due to the COVID-19 pandemic that
occurred in the last 2 years. Business challenges that initially focused only
on globalization, now must focus more on determining the right strategy to face
business competition while surviving the VUCA conditions due to the COVID-19
pandemic. This research was conducted at PT. X, who managed to survive the VUCA
condition due to the COVID-19 pandemic by using the BSC method to measure the
effectiveness of the competitive advantage strategy that the company has used.
�
Keywords: Balanced scorecard; Competitive advantage; VUCA
Pendahuluan
Globalisasi yang terjadi di dunia telah menimbulkan dampak yang besar dalam banyak
aspek terutama terhadap aspek bisnis. Bisnis tidak dapat dilepaskan
dari kondisi lingkungan yang terus menerus mengalami perubahan. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mendapatkan
keuntungan secara finansial yang baik dan mengembangkan bisnisnya. Saat ini, perusahaan
harus selalu mengikuti perubahan jaman. Globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi, membuka kesempatan untuk menjangkau pasar yang lebih luas, namun di sisi lain juga melahirkan persaingan bisnis yang ketat. Kemajuan teknologi dan kemudahan dalam mendapatkan informasi membuat perubahan kebutuhan dan trend
terjadi dengan sangat cepat. Sehingga, mencari keuntungan saja tidak lagi
cukup bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan usahanya dalam jangka panjang.
Oleh
karena itu perusahaan saat ini juga dituntut untuk memiliki kelebihan dan keunggulan yang mendukung dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Penelitian yang dilakukan Wahyudi (1996) mengungkapkan bahwa jika dahulu perusahaan
hanya berpikir untuk mencari keuntungan,
maka perusahaan juga dituntut untuk mampu berpikir secara stratejik untuk dapat menciptakan
competitive advantage yang mampu bersaing dalam pasar demi mencapai tujuan perusahaan. Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan Donald Sull (1999), bahwa perusahaan yang tidak dapat bertahan
dari pesaing yang memiliki competitive advantage, harus
merelakan penurunan penjualan, kehilangan karyawan, bahkan kehilangan kesempatan untuk meningkatkan teknologi.
Untuk bertahan, semua organisasi harus dapat mengidentifikasi dan beradaptasi dengan perubahan (David dan David, 2017). Phillips dan Moutinho
(2018) dalam bukunya menyatakan kunci yang dibutuhkan untuk perubahan adalah inovasi. Pandemi COVID-19 yang terjadi membuat kondisi ekonomi menjadi tidak menentu
dan tidak stabil, salah satunya karena banyak regulasi dari pemerintah yang harus diberlakukan demi meminimalisir penyebaran
COVID-19. Banyaknya regulasi
untuk pencegahan penyebaran COVID-19 berpengaruh terhadap bisnis, karena proses produksi dan distribusi menjadi terhambat. Di sisi lain, masifnya usaha untuk mencegah penyebaran COVID-19 menyebabkan kondisi pasar menjadi sangat sepi sehingga kondisi
ekonomi mengalami penurunan.
Persaingan dan kondisi pasar yang VUCA inilah
yang menyebabkan perusahaan
harus terus menerus menerapkan strategi perusahaan yang dapat memperkuat perusahaan dari segi competitive
advantage. Donald Sull (1999) menjelaskan
bahwa salah satu fenomena bisnis yang paling umum namun juga paling membingungkan adalah ketika perusahaan yang sukses menghadapi perubahan besar di lingkungan mereka, sering kali gagal merespons secara efektif. Masalahnya adalah bukan pada ketidakmampuan untuk menghadapi, namun ketidakmampuan untuk mengambil tindakan yang tepat.
Hal
ini sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh Vermeulen (2009) dalam
penelitannya yang mengatakan
bahwa banyak perusahaan menjadi sukses melakukan sesuatu tetapi kesuksesan ini membuat mereka terlalu percaya diri dan kurang menyadari adanya bahaya akibat terjadinya
perubahan. Perilaku ini yang kemudian sering menyebabkan kegagalan suatu perusahaan dalam bertahan di dunia yang memiliki kondisi berubah-ubah ini. Oleh karena itu strategi dalam perusahaan perlu untuk selalu diformulasikan
untuk menciptakan competitive
advantage yang memiliki pasar tersendiri.
Dari
tahapan perancangan, implementasi hingga evaluasi strategi, proses implementasi
strategi merupakan tahapan
yang paling sulit karena dalam melakukan implementasi, suatu organisasi akan melibatkan banyak fungsi kerja, melakukan
banyak penyesuaian terhadap perencanaan, menentukan target yang ingin dicapai, melakukan perubahan kebijakan untuk mendukung strategi yang dibuat, dan lain sebagainya. David
dan David (2017) juga menyatakan bahwa
perumusan strategi yang tidak
diterapkan, tidak memiliki tujuan yang berguna bagi organisasi.
Oleh
karena itu dari setiap perencanaan
strategi dibutuhkan tolak ukur mendetail yang berfungsi sebagai target dan panduan dalam implementasi
strategi. Berkaitan dengan hal tersebut maka
perusahaan perlu menerapkan Performance Measure System (PMS). Salah satu metode dalam
PMS yang populer digunakan yaitu Balanced Scorecard (BSC). Dalam
penelitian yang dilakukan
oleh Kaplan & Norton (1992) balanced scorecard (BSC) dapat digunakan untuk meningkatkan sistem pengukuran sekaligus meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan, mengkomunikasikan, dan implementasi
strategi baru.
Dalam generasi pertamanya, menurut Kaplan & Norton (1992) pengaplikasian
BSC di desain sebagai alat untuk mengukur
performa dengan mengkombinasikan indikator utama dari finansial
dan non finansial dalam
sikap yang rasional dengan tujuan untuk
mengembangkan proses dari manajemen keputusan. Dalam penelitian lebih lanjut kebutuhan
dari sistem manajemen performa strategy-oriented,
muncul pengembangan yang disebut strategy map, dimana
bertujuan untuk menghubungkan empat perspektif tradisional dari BSC (seperti financial
outcomes, customer relations, internal business processes dan learning
and innovation activities) dengan manajemen proses stratejik dalam organisasi modern.
Tujuan utamanya adalah untuk membantu agar para manajer dapat menyadari
bagaimana peningkatan dalam satu perspektif
dapat mempengaruhi perspektif lainnya dalam hal hasil
finansial perusahaan. Dalam hal ini
metode BSC memiliki peran penting dalam
perencanaan, implementasi, serta evaluasi strategi perusahaan secara keseluruhan terutama dalam menghadapi situasi VUCA. Menurut Luis et.al.,
(2019) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa selain empat pilar dalam BSC yang dibuat selaras dengan visi dan misi perusahaan,
tujuan stratejik juga terhubung melalui hubungan kasual yaitu �strategic map�, yang merupakan
cara untuk merepresentasikan strategi dari sebuah perusahaan.
Dari
ketiga penelitian dapat dilihat bahwa
penelitian yang dilakukan
oleh Aly & Mansour (2017) dan Gooneratne & Hoque (2021), memiliki perbedaan dimana dalam penelitian
Gooneratne & Hoque (2021) hanya melihat kebiasaan dan melaporkan hasil investigasi mengenai pengaplikasian BSC yang semakin tidak signifikan. Penelitian oleh Gooneratne & Hoque (2021) dilakukan di negara Sri Lanka yang jauh
lebih baik secara GDP dibandingkan India.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Jassem et al., (2021) merupakan pengembangan untuk implementasi BSC yang lebih baik untuk sustainability perusahaan namun belum ada implementasi
terhadap conceptual framework yang telah dibuat. Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan
oleh Gooneratne & Hoque (2021) yang menunjukan bahwa ketertarikan organisasi terhadap BSC innovation
tidak berlangsung lama.
Penelitian kali ini akan dilakukan
pada PT. X di Kota Surabaya. Karena persaingan bisnis yang semakin global, munculnya produk-produk kompetitor dengan harga yang lebih terjangkau, serta banyak tantangan bisnis lainnya, PT. X merasa perlu terus
melakukan evaluasi terhadap strategi yang telah diimplementasikan dengan menggunakan metode BSC. PT. X merasa perlu mengetahui
efektifitas strategi yang selama
ini telah berjalan, yang diukur menggunakan metode BSC dan melakukan pembaruan yang diperlukan terhadap strategi tersebut untuk mendukung perusahaan menghadapi berbagai kondisi bisnis dewasa ini. Hal ini juga akan membantu
PT. X dalam memformulasikan
dan menciptakan competitive advantage yang dapat memposisikan PT. X dalam skema persaingan
global dan menemukan pasarnya
sendiri terutama dalam kondisi VUCA yang terjadi saat ini.
Beberapa alasan ini membuat
PT. X perlu untuk melakukan evaluasi terhadap strategi perusahaan yang
telah dibuat. Ditambah dengan adanya kondisi pandemi saat ini,
maka pemilihan strategi perusahaan yang tepat menjadi penting.
Metode Penelitian
Jenis penelitian
yang akan dilakukan adalah penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengeksplorasi
sejauh mana pengukuran menggunakan metode Balanced
Scorecard memberikan kontribusi
terhadap organisasi dan usaha organisasi untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Oleh karenanya, penelitian
ini tergolong dalam penelitian kualitatif eksploratori yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan interpretative.
Eksplorasi yang dilakukan
dalam penelitian adalah melalui pendekatan studi kasus. Observasi yang dilakukan terhadap narasumber, wawancara secara mendalam dan analisis data dokumenter dipilih sebagai metode pengumpulan data yang akan menyelaraskan dengan paradigma fenomenologis dan akan memastikan terkumpulnya data penelitian yang beragam.
Objek untuk penelitian ini adalah PT. X yang merupakan perusahaan dalam bidang penjualan bahan bangunan. Penggunaan PT. X sebagai objek dikarenakan dalam kondisi VUCA ini PT. X termasuk perusahaan yang cukup terdampak ditambah dengan banyaknya persaingan pada bidang yang sama.
Proses wawancara akan
dilakukan secara semi-terstruktur untuk mendapatkan masukan dan ide dari narasumber. Narasumber merupakan salah satu manager/Division Head yang memiliki
peran dalam perumusan strategi perusahaan. Wawancara akan dilakukan secara offline dengan mengikuti peraturan kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku. Pewawancara akan merekam suara
atau audio hasil pembicaraan wawancara, merekam video wawancara dan akan dianalisis lebih lanjut dipadu
dengan data catatan akan reaksi dan ekspresi responden selama wawancara berlangsung (Neuman, 2000).
Untuk memastikan validitas dari hasil penemuan yang didapatkan, maka akan diuji menggunakan
program cluster analysis. Proses analisis data
pada penelitian metode kualitatif akan menggunakan metode coding.
Menurut Neuman (2000), coding data pada penelitian kualitatif berarti mengatur data-data mentah untuk menjadi
suatu kategori-kategori konseptual yang dapat menghasilkan suatu tema atau konsep.
Coding terdiri dari
3 jenis, yaitu open
coding, axial coding, dan selective coding.
Hasil dan Pembahasan
Aspek financial dalam
strategi perusahaan merupakan
salah satu aspek penting yang perlu di perhatikan dalam perencanaan strategi perusahaan. Terutama dalam kondisi VUCA di era pandemi
COVID-19 ini pertumbuhan
dan pergerakan ekonomi semakin tidak menentu
dan rawan menurun. Aspek financial dapat membantu perusahaan melihat apakah perusahaan telah berhasil menjalankan strateginya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pada Tabel 1 dijabarkan
terkait dengan pengukuran metode BSC dalam aspek financial. PT.
X selama ini dalam mengukur aspek financial perusahaan
dengan menggunakan beberapa poin tolak
ukur seperti maximized
revenue (double sales volume) dan cost effectiveness. Untuk maximized revenue (double sales volume)
dapat melihat dan diukur dari annual sales
volume � retail, annual sales volume � infrastructure,
dan annual sales � private project. Sedangkan untuk cost effectiveness melihat
dari pencapaian budget perusahaan.
Tabel 1
BSC Aspek Financial
STRATEGIC
OBJECTIVE |
KPI |
UNIT |
TARGET |
STRATEGIC
INITIATIVE |
PIC |
|
|||
F.1. Cost Effectiveness |
|
|
Realisasi Budget Direktorat |
% |
< 100% |
|
All |
||
|
Zero Denda / Penalti |
Rp |
0 |
|
FA /
Procurement |
||||
|
Realisasi Sales Expense Budget |
% |
< 100% |
|
Sales /
Promotion |
||||
|
Realisasi Biaya import |
% |
< 105% |
Procurement |
|||||
|
Realisasi Budget Promosi |
% |
< 100% |
|
Promotion |
||||
F.2. Annual Sales Volume |
|
|
Pencapaian Target Sales Tahunan |
% |
≥ 100% |
|
Sales / CS |
||
|
Pipa, Asbestos, Sink, papan
Gypsum |
|
|
|
|
||||
F.3. Optimization of Assets |
|
|
Zero deviasi SO Aset |
unit |
0 |
- SO Aset bulanan |
FA |
||
|
|
|
|
|
|
- Project Monitoring SJ dan BA Aset |
FA / IT |
Sumber:
Lampiran 1
Pada Tabel 2 dijabarkan
dijabarkan terkait dengan pengukuran menggunakan metode BSC dalam aspek customer. Oleh
karena itu PT. X dalam mengukur aspek customer perusahaan menggunakan beberapa poin tolak ukur
seperti strong product availability in retail,
strong partnership with distributor & outlet, increase end user (retail
customer) satisfaction & loyalty, strong market coverage in private
& infrastructure, dan strong brand equity (index).
Untuk strong product availability in
retail perusahaan melihat
dari banyaknya active
outlets / universe (DBO) di daerah Jawa dan Bali. Sedangkan untuk strong partnership with distributor & outlet
melihat dari CSI retail (mitra usaha), CSI infrastruktur (mitra usaha, kontraktor) dan CSI private
sector (mitra usaha, konsultan). Untuk increase end
user (retail customer) satisfaction & loyalty dapat di ukur dari
beberapa hal seperti closing suara pelanggan (3�24 jam), customer complain � quality,
dan customer complain � delivery. Dalam mengukur aspek strong market
coverage in private & infrastructure dapat melihat dari coverage national
(province) in infrastructure dan secured flagship project di
wilayah pareto. Sedangkan untuk
strong brand equity (index) dapat melihat dari tolak
ukur award recognition.
Tabel 2
BSC Aspek Customer
STRATEGIC
OBJECTIVE |
KPI |
UNIT |
TARGET |
STRATEGIC
INITIATIVE |
PIC |
|
|||
C.1. Strong & Sustainability Profit Growth |
|
|
|
|
|
||||
C.2. Customer Satisfaction |
|
Internal Complaint |
unit |
20 |
Meeting, SGA |
HRD |
|||
|
Laporan Keuangan Konsolidasi |
tanggal |
Tgl. 15 |
|
FA� |
||||
|
Customer Satisfaction Index (End User and Store) |
# |
≥ 3.00 |
|
Promotion /
CS |
||||
|
Order Delivery (speed, efficient and accuracy) |
% |
95% |
|
CS |
||||
|
|
|
Sales Visit |
% |
< 100% |
|
Sales |
||
C.3. Event and Branding |
Budget Optimization for Event: |
% |
< 100% |
Total Event / Brand Activation |
Promotion /
Sales |
||||
|
- Pipa |
kali |
20 |
|
|
||||
|
- Asbestos Cement |
kali |
7 |
|
|
||||
|
- Sink |
kali |
8 |
|
|
||||
|
- Papan Gypsum |
kali |
5 |
|
|
||||
C.4. New Customer Growth |
|
Penambahan Distributor |
% |
≥ 100% |
- Area expansion for exsisting
distributor |
Sales |
|||
|
|
- Pipa |
unit |
4 |
- Distributor baru yang
lulus uji kelayakan |
|
|||
|
|
- Asbestos Cement |
unit |
2 |
|
|
|||
|
|
- Sink |
unit |
2 |
|
|
|||
|
|
- Papan Gypsum |
unit |
1 |
|
|
|||
|
|
|
Optimalisasi Distributor wilayah |
% |
≥ 100% |
Pencapaian target distribusi produk |
Sales |
Sumber:
Lampiran 1
PT.X juga menjadikan internal business
process sebagai salah satu
aspek utama dalam strategi perusahaan. Karena
internal business process bagi PT. X sangat dapat mempengaruhi bagaimana aspek customer nantinya. Dalam hal ini internal business
process juga dapat dipengaruhi
oleh aspek karyawan dalam perusahaan itu sendiri. Pada Tabel 3 dijabarkan terkait dengan pengukuran menggunakan metode BSC dalam aspek internal business process.
Oleh karena itu
PT. X dalam mengukur aspek internal business process, menggunakan
beberapa poin tolak ukur seperti
enrich product portfolio, enhance brand communication strategy,
increase forecast accuracy to improve fulfillment and minimize waste, increase
sourcing capability for key materials & resource, improve manufacturing
excellence across all plants, develop T & D capability, improve
distribution capability, expand network channel & coverage, improve
performance of agents & outlets, implement continuous improvement program dan
implement risk management to minimize strategy risk.
Tabel 3
BSC Aspek Internal Business Process
STRATEGIC
OBJECTIVE |
KPI |
UNIT |
TARGET |
STRATEGIC
INITIATIVE |
PIC |
|
|||
IBP.1. Meningkatkan kualitas internal control |
Penyelesaian proses otomatisasi dan monitoring |
% |
100% |
- Proyek laporan cash flow |
FA / IT |
||||
|
|
|
|
|
- Integrasi Program dengan
pembayaran virtual |
FA / IT |
|||
|
|
% |
100% |
- Integrated Delivery System Project |
CS / Factory
/ IT |
||||
|
|
|
Mapping risk profile |
% |
End of 2018 |
- Set up Risk Committee & Progress Risk Profile
Mapping |
Corporate FA |
||
IBP.2. Meeting Koordinasi |
|
- SGA |
month |
1 |
|
HRD |
|||
|
|
|
- Weekly Meeting all Div |
month |
4 |
|
HRD |
||
IBP.3. Optimalisasi
Cash Management |
Menjaga optimalisasi kas: |
hari |
60 |
Cash Conversion Cycle |
FA |
||||
|
|
% |
+/-10% |
Deviasi
Cash flow forecast: Zero unplanned request Cash flow |
FA |
||||
IBP.4. Optimalisasi
Procurement |
|
Pelayanan Procurement: |
|
|
- Review Bisnis Proses
dan organisasi |
Procurement |
|||
|
|
- Lokal Non-Transporter |
% |
92% |
|
|
|||
|
|
- impor |
% |
85% |
|
|
|||
|
|
Jumlah RO Overdue |
unit |
40 |
- Menjalin komunikasi efektif dengan user |
Procurement |
|||
|
|
Meningkatkan Manajemen Vendor |
|
|
|
Procurement |
|||
|
|
- Vendor dengan skor minimal B |
% |
80% |
- Melakukan evaluasi vendor strategis |
|
|||
|
|
- Adanya vendor pendamping dan pengganti (kritikal) |
unit |
12 |
- Melakukan vendor
mapping |
|
|||
|
|
|
|
|
- Multisourcing dan
Vendor bersama |
|
|||
|
|
|
- Cost structure Vendor Direct Material & pendukung |
unit |
18 |
- Membuat master draft kontrak |
Procurement |
Sumber:
Lampiran 1
Pada Tabel 4 dijabarkan
terkait dengan implementasi metode BSC dalam aspek learning and
growth. Dalam melakukan
pengukuran aspek learning
and growth, PT. X menggunakan beberapa
poin tolak ukur seperti maximized
employee competencies & fulfillment, build efficient & agile
organization, deploy �inspired to exceed� as our way of life, dan build
ICT platforms that support business growth. Untuk
kategori maximized employee competencies &
fulfillment dapat dinilai
melalui pemenuhan MPR, promosi dari internal dan persentase keberhasilan training.
Untuk kategori build
efficient & agile organization dapat dinilai melalui ratio tonnage
sold / FTE. Kategori deploy �inspired to
exceed� as our way of life dapat dinilai melalui tingkat turn over. Build ICT platforms that
support business growth dapat dinilai
melalui blueprint ICT dan module readiness
per platform.
Tabel
4
BSC Aspek Learning
and Growth
STRATEGIC
OBJECTIVE |
KPI |
UNIT |
TARGET |
STRATEGIC
INITIATIVE |
PIC |
|
|||
L&G 1. Maximised Employee Competencies |
Promotion from within |
Jumlah |
1 |
- People Review Event |
HRD |
||||
|
|
|
|
- Potential Review |
HRD |
||||
|
|
|
|
|
|
- Coaching & Counseling |
HRD |
||
L&G 2. Build Efficient & Agile
Organization |
Ratio Tonnage sold/ employee |
Ton/MH |
6,04 |
|
Corporate FA
/ HRD |
||||
L&G 3. Inspired to EXCEED as way of life |
Pemenuhan Engagement & Culture Activity |
% |
100 |
- Sharing inspired to exceed |
HRD |
||||
|
|
|
|
|
|
- Outing |
HRD |
||
L&G 4. Continuous Improvement |
Jumlah Kaizen/SGA yang sukses |
|
|
- Membentuk kaizen |
HRD |
||||
|
|
|
FA, Proc., Sales, Supporting (Promotion-HRGA-CS) |
tim |
4 |
|
|
Sumber:
Lampiran 1
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber menunjukan bahwa pertumbuhan financial yang baik
dapat di capai dengan memaksimalkan pendapatan laba bersih. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran total penjualan dalam perusahaan. Total penjualan PT. X dapat dilihat melalui tiga kategori seperti
melalui penjualan retail,
infrastruktur dan sektor pribadi.
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat
bahwa fokus pencapaian financial tidak
lagi hanya pada pendapatan keuntungan yang maksimal. Melainkan dengan pertumbuhan omzet yang baik dan selalu ada growth sesuai dengan target perusahaan. Dalam arti sehat adalah bahwa
pertumbuhan akan selalu ada dan mencukupi untuk kebutuhan dari perusahaan.
Tabel
5
Perbandingan
BSC Dalam Aspek Financial
dengan Strategi Competitive Advantage
Financial |
Financial
in competitive advantage |
F1. Maximized revenue (double sales volume) |
F1. Sustainable healthy growth |
F1.1 Annual sales volume - retail |
F1.1 Total annual sales volume |
F1.2 Annual sales volume � infrastructure |
-
Annual sales volume - retail |
F1.3 Annual sales volume � private project |
- Annual sales volume
- infrastructure |
|
- Annual sales volume
- private project |
F2. Cost effectiveness |
F2. Cost
effectiveness |
F2.1 Pencapaian budget |
F2.1 Opex to net sales |
|
F3. Sustainable healthy growth |
|
F3.1 % CAGR |
Sumber:
Lampiran 1
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber menunjukan bahwa customer merupakan
salah satu aspek penting dalam perusahaan.
Karena jika produk tersedia namun tidak ada customer yang dapat menyerap produk maka dapat
membuat kondisi perusahaan menjadi tidak baik. Dalam
hal ini, total penjualan PT. X dapat dilihat melalui tiga kategori seperti
melalui penjualan retail,
infrastruktur dan sektor pribadi. Dapat dilihat dari Tabel
6 bahwa strategi perusahaan
dalam aspek customer
berubah fokus dari strategi yang berpusat pada ketersediaan produk menjadi perluasan pasar.
Karena hanya dengan
tersedianya produk saja tidak akan
memastikan bahwa produk yang tersedia dapat laku dan mencapai semua potential customer.
Sedangkan dengan produk yang sudah tersedia sebaiknya perusahaan mulai meningkatkan market coverage agar produk dapat terserap
ke seluruh lapisan customer dan memunculkan
adanya customer baru.
Selain itu kepuasan pelanggan juga tetap menjadi utama
dari strategi ini. Dengan market coverage yang luas
akan mempermudah customer mendapatkan produk dengan mudah dan dengan harga yang lebih baik. Dengan
brand yang menjadi top of mind dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi customer saat menggunakan produk.
Tabel 6
Perbandingan BSC Dalam Aspek Customer
dengan Strategi Competitive Advantage
Customer |
Customer
in competitive advantage |
C1. Strong
product availability |
C1. Strong
market coverage |
C1.1
Active outlets / universe (DBO) Jawa-Bali |
C1.1
% Active outlets |
C2. Strong
market coverage |
C1.2
New MU infrastructure in new province |
C2.1
Coverage national (province) in infrastructure |
C2. Increase
customer satisfaction & Loyalty |
C2.2
Secured flagship project di wilayah pareto |
C2.1
CSI mitra usaha |
C3. Strong
partnership with distributor & outlet |
-
CSI retail (MU) |
C3.1
CSI retail (Mitra Usaha) |
-
CSI infrastruktur (MU, kontraktor) |
C3.2
CSI infrastruktur (MU, kontraktor) |
-
CSI private sector (MU, konsultan) |
C3.3
CSI private sector (MU, konsultan) |
C2.2
Customer complain (company) |
C4. Increase
end user (retail customer) satisfaction & loyalty |
-
Customers complain in CPM - quality |
C4.1
Closing suara pelanggan
(3�24 jam) |
-
Customers complain in CPM - delivery |
C4.2
Customer complain � quality |
-
Customers complain in number - quality |
C4.3
Customer complain - delivery |
-
Customers complain in number - delivery |
C5. Strong
brand equity (index) |
C3. Strong
brand equity |
C5.1
Award recognition |
C3.1
Top of mind |
Sumber:
Lampiran 1
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber menunjukan bahwa internal business process memiliki
peranan penting dimana akan menjadi
salah satu aspek penyedia produk kepada customer. Berdasarkan
Tabel 7 dapat dilihat bahwa fokus
utama dari strategi perusahaan berubah dari kualitas produk,
menjadi berfokus pada peningkatan kerja sama dengan business partner
dan mempererat hubungan dengan para business partner. Hal ini dilakukan karena
jika dilihat dari data dan perbandingan dengan kompetitor, kualitas produk perusahaan masih jauh lebih unggul
sehingga dari segi kualitas produk,
PT. X berhasil menjadi yang
terdepan dibanding kompetitornya.
Oleh karena itu, saat ini perusahaan
berusaha untuk mempererat hubungan dengan para business partner untuk
meningkatkan kepercayaan mereka dan mencapai pasar yang lebih luas. Tujuan
dari strategi ini adalah untuk mendukung
market coverage dengan meningkatkan
kepercayaan dengan business
partner. Dengan strategi ini
perluasan market coverage akan
menjadi lebih baik lagi. Selain
itu perusahaan juga berfokus pada peningkatan kualitas layanan berupa pengiriman yang cepat dan efisien sehingga produk dapat tersedia dan mencakup area luas dengan mudah dan dengan harga yang lebih baik.
Tabel
7
Perbandingan
BSC Dalam Aspek Internal
Business Process Dengan Strategi Competitive
Advantage
Internal
business process |
Internal
business process in competitive advantage |
IBP1.
Enrich product portfolio |
IBP1. Enhance synergy
with business partner to strengthen distribution channel to grip Indonesia
mark |
IBP1.1
Conformance to NPD plan |
IBP1.1 Number of Total
Distribution Point |
IBP1.2
Sales new product |
IBP1.2 % of MU achieve
KPI |
IBP2.
Enhance brand communication strategy |
IBP2. Integrate
Digital Technology in all functions in organization as a driver to create
competitive advantage |
IBP2.1
Conformance to ATL plan |
IBP2.1 % of DBO
adoption |
IBP2.2
BTL success measure (events & trade promo) |
IBP2.2 % of Digital Mfg implemented |
IBP2.3
Implementasi CSR |
IBP3. Strengthen Brand
awareness to make �Rucika� as preferred product of Indonesia people |
IBP3.
Increase forecast accuracy to improve fulfillment
and minimize waste |
IBP.3.1
% of success brand activation activities |
IBP3.1
Deviasi forecast M-1 |
IBP4.
Provide products and services to deliver comprehensive water management
system |
IBP3.2
Stock availability |
IBP4.1.
% of Project Total Solution Implemented |
IBP4.
Increase sourcing capability for key materials & resources |
IBP5.
Collaboration with world class pipe producer to provide new product driven by
custom needs of Indonesia Market |
IBP4.1
Jumlah kontrak baru jangka panjang |
IBP5.1
% sales new product to total revenue |
IBP4.2
Evaluasi vendor |
IBP6.
Build world class manufacturing operations through TPM implementation |
IBP5.
Improve manufacturing excellence across all plants |
IBP6.1
OEE |
IBP5.1
OEE |
IBP7.
Create integrated and lean Supply Chain to provide products to customers
on time & efficiently |
IBP5.2
Energy consumption |
IBP7.1
% supply chain cost to net sales |
IBP5.3
Maintenance cost |
IBP7.2
Service level delivery (OTIF) |
IBP5.4
Conformance to recipe |
IBP8.
Provide accurate & update information to make strong Strategic
Business Decision & Partnering |
IBP5.5
Reject rate |
IBP8.1
% of success reporting & data mgm system
project implementation |
IBP5.6
Overweight |
|
IBP6.
Develop T & D Capability |
|
IBP6.1
Road Map Completeness |
|
IBP6.2
Success Project Excecution |
|
IBP7.
Improve Distribution Capability |
|
IBP7.1
Service Level Delivery (% OTIF) Retail |
|
IBP7.2
Cost Delivery |
|
IBP8.
Expand Network Channel & Coverage |
|
IBP8.1
Penambahan Mitra Usaha |
|
IBP8.2
Agent Conversion (Pareto) |
|
IBP9.
Improve Performance of Agents & Outlets |
|
IBP9.1
Pemenuhan SLA oleh mitra usaha terkait struktur & infrastruktur |
|
IBP9.2
Mitra usaha yang mencapai
target Volume |
|
IBP9.4
DBO Adoption (agent) - Jawa Bali |
|
IBP9.3
% Repeat Customer |
|
IBP10.
Implement Contiunous Improvement Program |
|
IBP10.1
Proyek SGA & Kaizen yg
sukses |
|
IBP11.
Implement Risk Management to Minimize Strategic Risk |
|
IBP11.1
Kecelakaan Kerja |
|
IBP11.2
Mapping Risk Profile |
|
IBP11.3
Operations Disruption |
|
IBP11.4
Temuan Audit |
|
Sumber:
Lampiran 1
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber menunjukkan bahwa karyawan perusahaan merupakan hal yang penting dan mendasar dalam perusahaan. Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat
bahwa fokus dari perusahaan kini sudah tidak
lagi meningkatkan kompetensi karyawan saja, karena lingkungan
kerja dianggap turut berperan dalam mempengaruhi keseluruhan perusahaan. Oleh karena itu saat
ini perusahaan berfokus dalam memberikan ruang bagi karyawan untuk
bertumbuh. Contoh konkret yang dilakukan adalah dengan adanya
promosi jabatan, pelatihan dan pemberian fasilitas beasiswa bagi karyawan. Dengan demikian, diharapkan karyawan yang memiliki kompetensi dapat memaksimalkan potensi mereka dengan pemberian tanggung jawab dan reward
yang lebih besar.
Tabel
8
Perbandingan
BSC Dalam Aspek Learning
and Growth Dengan Strategi Competitive
Advantage
Learning
& growth |
Learning
& growth in competitive advantage |
LG1. Maximized Employee Competencies & Fulfillment |
LG1. Create Leader & Organization transformation to embrace
future challenge |
LG1.1 MPR Fullfilment |
LG1.1 People readiness index |
LG1.2 Promotion from Within (to spv up) |
LG1.2 % Revenue to Manpower Cost |
LG1.3 % Training Index Level 3 |
LG2. Drive technology as a business enabler to increase
competitiveness in digital era |
LG2. Build Efficient & Agile Organization |
LG2.1 % success of technology project implementation |
LG2.1 Ratio Tonnage sold/ FTE |
|
LG3. Deploy �Inspired to EXCEED� as our way of life |
|
LG3.1 Turn Over |
|
LG4. Build ICT Platforms that Support Business Growth |
|
LG4.1 Blueprint ICT |
|
LG4.2
Module Readiness per Platform |
|
Sumber:
Lampiran 1
Kesimpulan
Perusahaan PT. X merupakan salah satu perusahaan yang besar yang saat ini berada pada fase mature. Brand dan kualitas
produk dari PT. X sebenarnya sudah cukup dikenal oleh banyak customer, namun kondisi pandemi COVID-19 nyatanya tetap memberi dampak signifikan terhadap pertumbuhan PT. X, terutama dalam hal penjualan.
Kondisi ini mempengaruhi segi internal
maupun eksternal perusahaan sehingga PT. X merubah konsep strategi mereka menjadi strategi competitive
advantage dimana perusahaan
PT. X menggunakan segala potensi yang dimiliki dan mengeksploitasi keunggulan PT. X dalam pasar.
PT. X selama ini telah mengimplementasikan metode BSC secara tertata dan di breakdown ke
dalam beberapa aspek yang sesuai dengan setiap divisi dalam perusahaan. Selama ini, strategi perusahaan lebih berfokus pada kualitas dan ketersediaan produk sedangkan market coverage PT. X lebih
banyak dihasilkan dari gencarnya promosi dari customer yang
sudah pernah menggunakan produknya.
Pada kondisi pandemi
penerapan metode BSC pada perusahaan PT. X tidak berubah banyak. Hanya konten dan target dalam pencapaian strategi yang di buat sedemikian rupa agar dapat beradaptasi dengan kondisi VUCA akibat pandemi COVID-19yang terjadi ini. Dalam
kondisi pandemi ini, perusahaan PT. X mencoba menambah fokusnya dengan tujuan untuk memperluas
pasar karena melihat banyaknya potensi customer
baru di luar market
coverage saat ini.
Fokus pada perluasan
pasar dan efisiensi bisnis dapat perusahaan untuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan
harga lebih bersaing, dan diharapkan dapat meningkatkan penyerapan produk yang sudah baik. Selain
itu, selama ini PT. X sudah berfokus pada pengingkatan kualitas dan ketersediaan produk sehingga penyerapan produk yang baik menjadi pilihan
potensi utama dari PT. X. PT. X juga perlu untuk berfokus dalam meningkatkan kepercayaan dengan business partner
dan membantu business partner dalam menghadapi kondisi pandemi.
Penerapan strategi dalam
waktu singkat tentu tidak mudah.
Oleh karena itu penggunaan metode BSC sebagai alat untuk
mengukur strategi perusahaan
merupakan pilihan terbaik agar strategi yang digunakan
lebih efektif dan tepat sasaran. Dalam hal ini,
metode BSC dapat menjangkau seluruh hirarki dalam perusahaan.
Metode BSC memiliki keunggulan dan lebih luwes karena dapat
menjangkau masing-masing divisi dan lebih detail dengan mencantumkan target�target konkret
yang diinginkan perusahaan sehingga penggunaan strategi competitive
advantage dengan menggunakan
metode BSC merupakan
strategi yang tepat dan efektif
untuk perusahaan.
BIBLIOGRAFI
Aly, A. H., & Mansour, M. E. (2017). Evaluating the sustainable
performance of corporate boards: the balanced scorecard approach. Managerial
Auditing Journal, 32(2), 167�195. https://doi.org/10.1108/MAJ-04-2016-1358
Atkinson, H. (2006a). Strategy implementation: a role for the balanced scorecard? Management Decision, 44(10), 1441�1460. https://doi.org/10.1108/00251740610715740
Atkinson, H. (2006b). Strategy implementation: a role for the balanced scorecard? Management Decision, 44(10), 1441�1460. https://doi.org/10.1108/00251740610715740
Banmairuroy, W., Kritjaroen, T., & Homsombat, W. (2021). The effect of knowledge-oriented leadership and human resource development on sustainable competitive advantage through organizational innovation�s component factors: Evidence from Thailand �s new S- curve industries. Asia Pacific Management Review. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.apmrv.2021.09.001
Barney, J. B. (1997). Gaining and sustaining competitive advantage.
Barney, J. B., & Hesterly, W. S. (2010). Strategic management and competitive advantage: Concepts. Prentice Hall Englewood Cliffs, NJ, USA.
Bessire, D., & Baker, C. R. (2005). The French Tableau de bord and the American Balanced Scorecard: A critical analysis. Critical Perspectives on Accounting, 16(6), 645�664. https://doi.org/10.1016/j.cpa.2004.01.004
Chakraborty, I., & Maity, P. (2020). COVID-19 outbreak: Migration, effects on society, global environment, and prevention. Science of The Total Environment, 728, 138882. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.138882
Davis, S., & Albright, T. (2004). An investigation of the effect of Balanced Scorecard implementation on financial performance. Management Accounting Research, 15(2), 135�153. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.mar.2003.11.001
Gooneratne, T. N., & Hoque, Z. (2021). The fate of the balanced scorecard: alternative problematization and competing networks. Qualitative Research in Accounting & Management, 18(2), 255�281. https://doi.org/10.1108/QRAM-03-2020-0028
Hamid, N. (2018). Use balanced scorecard for measuring competitive advantage of infrastructure assets of state-owned ports in Indonesia. Journal of Management Development, 37(2), 114�126. https://doi.org/10.1108/JMD-12-2016-0313
Hoekstra, J., & Leeflang, P. (2020). Marketing in the era of COVID-19. Italian Journal of Marketing, 2020, 249�260. https://doi.org/10.1007/s43039-020-00016-3
Jassem, S., Zakaria, Z., & Che Azmi, A. (2021). Sustainability balanced scorecard architecture and environmental performance outcomes: a systematic review. International Journal of Productivity and Performance Management, ahead-of-print(ahead-of-print). https://doi.org/10.1108/IJPPM-12-2019-0582
Kaivo-oja, J. R. L., & Lauraeus, I. T. (2018). The VUCA approach as a solution concept to corporate foresight challenges and global technological disruption. Foresight, 20(1), 27�49. https://doi.org/10.1108/FS-06-2017-0022
Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (1996). strategic learning & the balanced scorecard. Strategy & Leadership, 24(5), 18�24. https://doi.org/10.1108/eb054566
Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (2004). The strategy map: guide to aligning intangible assets. Strategy & Leadership, 32(5), 10�17. https://doi.org/10.1108/10878570410699825
Khan, N., Siddiqui, B., Khan, N., Wali, A., Khan, I., Ismail, S., M., I., Siddiqui, N., & Khan, U. (2021). Drastic impacts of COVID-19 on food, agriculture, and economy. Pure and Applied Biology, 10, 62�68. https://doi.org/10.19045/bspab.2021.100008
Kising�u, T. M., Namusonge, G. S., & Mwirigi, F. M. (2016). The Role of Organizational Innovation in Sustainable Competitive Advantage in Universities in Kenya. The International Journal of Social Sciences and Humanities Invention, 3.
Labib, A. (2021). Towards a new approach for managing pandemics: Hybrid resilience and bowtie modelling. Safety Science, 139, 105274. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ssci.2021.105274
Le, T. T., & Nguyen, V. K. (2022). Effects of quick response to COVID-19 with change in corporate governance principles on SMEs� business continuity: evidence in Vietnam. Corporate Governance: The International Journal of Business in Society, ahead-of-print(ahead-of-print). https://doi.org/10.1108/CG-09-2021-0334
Malmi, T. (2001). Balanced scorecards in Finnish companies: A research note. Management Accounting Research, 12(2), 207�220. https://doi.org/https://doi.org/10.1006/mare.2000.0154
Margherita, A., & Heikkil�, M. (2021). Business continuity in the COVID-19 emergency: A framework of actions undertaken by world-leading companies. Business Horizons, 64(5), 683�695. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.bushor.2021.02.020
Mintzberg, H. (n.d.-a). The rise and fall of strategic planning: reconceiving roles for planning, plans, planners. New York: Free Press; Toronto: Maxwell Macmillan Canada, [1994] �1994.
Mintzberg, H. (n.d.-b). The rise and fall of strategic planning: reconceiving roles for planning, plans, planners. New York: Free Press; Toronto: Maxwell Macmillan Canada, [1994] �1994. https://search.library.wisc.edu/catalog/999740906802121
Neuman, W. (2000). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. In Teaching Sociology (Vol. 30). https://doi.org/10.2307/3211488
Othman, R. (2008). Enhancing the effectiveness of the balanced scorecard with scenario planning. International Journal of Productivity and Performance Management, 57(3), 259�266. https://doi.org/10.1108/17410400810857266
Qin, X., Godil, D., Khan, M., Sarwat, S., Alam, S., & Janjua, L. (2021). Investigating the effects of COVID-19 and public health expenditure on global supply chain operations: an empirical study. Operations Management Research. https://doi.org/10.1007/s12063-020-00177-6
Soeherman, B. (2019). Fun Research-Penelitian Kualitatif Dengan Design Thinking. Ebook. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Strauss, E., & Zecher, C. (2013). Management Control Systems: A Review. Journal of Management Control, 23, 233�268. https://doi.org/10.1007/s00187-012-0158-7
Copyright holder: Dian Widhasari,
Noviaty Kresna Darmasetiawan (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |