Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 10, Oktober 2022

 

KARAKTERISTIK ADVERBIA BERAKHIRAN -NYA DIKAITKAN DENGAN UNSUR PEMBENTUK DAN POSISINYA DALAM KALIMAT

 

Fauzan Al-Rasyid, M. Umar Muslim

Prodi Magister Ilmu Linguistik Murni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Indonesia

E-mail: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Adverbia adalah kelas kata yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Kelas kata ini dapat ditemukan dalam bentuk dasar dan bentuk turunan. Bagaimanapun, dari berbagai penelitian terdahulu tentang adverbia, belum ditemukan pembahasan mengenai ciri-ciri adverbia berakhiran -nya dikaitkan dengan posisinya dalam kalimat, yaitu apakah adverbia yang dikonstruksi melalui proses afiksasi ini memiliki pola, ciri, dan fungsi tertentu ketika berada di awal, tengah, atau akhir kalimat. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara metodologis, yaitu pendekatan deskriptif dengan dimensi eksplanatif. Data diambil dari Korpus Indonesia (KOIN) dan kemudian dianalisis dengan memeriksa bagaimana letak adverbia berakhiran -nya di dalam kalimat dilihat dari kelas kata pembentuknya. Penelitian ini menemukan karakteristik adverbia berakhiran -nya dalam kalimat, yaitu adverbia yang berfungsi sebagai penghubung satuan sintaksis dan adverbia yang memiliki fungsi khusus secara sintaksis.

 

Kata Kunci: adverbia, sintaksis, klitik, akhiran, -nya.

 

Abstract

Adverb is a part of speech that can accompany adjectives, numerals, or propositions in syntactic construction. This part of speech can be found in the base and derivative forms. However, from various previous studies on adverbs, no discussion has been found regarding the characteristics of the adverb ending in -nya related to its position in the sentence. This study uses a methodological approach, namely a descriptive approach with an explanatory dimension. The data was taken from the Korpus Indonesia (KOIN) and then analyzed by examining how the position of the adverb ending in -nya in the sentence is seen from the part of speech that make it up. This study found the characteristics of adverbs ending in -nya in sentences, namely adverbs that function as connectors for syntactic units and adverbs that have a special function syntactically.

 

Keywords: adverb, syntax, clitic, suffix, -nya.

 

Pendahuluan

Adverbia adalah kelas kata yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis (Kridalaksana, 2007). Kridalaksana mencontohkan dalam kalimat Ia sudah pergi, kata sudah adalah adverbia, bukan karena mendampingi verba pergi, melainkan karena mempunyai potensi untuk mendampingi adjektiva, misalnya dalam Saatnya sudah dekat. Oleh karena itu, sekalipun banyak adverbia dapat mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis, tetapi keberadaan verba itu sendiri bukan menjadi ciri adverbia. Kridalaksana (2007) juga menjelaskan bahwa adverbia dalam bahasa Indonesia digunakan untuk menerangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan kualitas verba, adjektiva, numeralia, dan adverbia lainnya. Adverbia digunakan sebagai pewatas, baik pewatas verba, pewatas adjektiva, maupun pewatas adverbia (Alwi, 2010).  (1) Ayah baru dipecat dari jabatannya. (2) Semoga tugasmu lekas selesai. (3) Pelan-pelan ia masuk ke kamarnya. (4) Kamu pasti akan menemukannya nanti. (5) Mereka hanya melakukan apa yang ia perintahkan.

Adverbia cenderung berdiri bersama kategori lain, terutama kategori terbuka, untuk membentuk frasa. Alwi (2010) menjelaskan bahwa terdapat enam macam posisi adverbial, yaitu adverbia yang digunakan sebelum kata yang diterangkan, adverbia yang digunakan setelah kata yang diterangkan, adverbia yang digunakan sebelum atau sesudah kata yang diterangkan, adverbia yang digunakan sebelum dan sesudah kata yang diterangkan, adverbia pembuka wacana, serta adverbia intrakausal dan ekstrakausal.

Adverbia dapat ditemukan dalam bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan itu terwujud melalui afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, dan gabungan morfem. Secara morfologis, setidaknya ada dua jenis adverbia bahasa Indonesia, yaitu adverbia monomorfemis dan adverbia polimorfemis (Wijana, 2022). Adverbia monomorfemis terwujud dalam bentuk morfem dasar. Adverbia jenis ini tidak mengalami proses morfologis. Sementara itu, adverbia polimorfemis dikonstruksi melalui tiga proses morfologi, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan. Ada sejumlah afiks yang dapat berfungsi untuk membentuk adverbia, salah satunya adalah -nya yang dapat dilihat pada (6) sampai (10) berikut ini: (6) Sayangnya tidak ada lagi kesempatan untukmu. (7) Dia rupanya tidak berkata jujur. (8) Rasanya saya pernah bertemu dengan orang itu di suatu tempat. (9) Agaknya hari akan hujan. (10) Ayah tampaknya sedang kurang sehat.

Perilaku sintaksis kategori adverbia berdasarkan letak dan posisinya terhadap kata yang didampingi atau dijelaskan terdapat beberapa variasi. Alwi (2010) menjelaskan bahwa perilaku sintaktis adverbia dapat dilihat berdasarkan posisinya terhadap kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh adverbia yang bersangkutan. Perilaku sintaktis adverbia pada kalimat- kalimat yang telah dicontohkan pada contoh (1)�(5) memperlihatkan bahwa, dari segi lingkup strukturnya, yang diterangkan atau dijelaskan oleh adverbia itu terbatas pada satuan atau tataran frasa saja. Selain itu, ada pula adverbia yang menerangkan satuan atau tataran yang lebih tinggi, yaitu yang berupa klausa atau kalimat. Alwi (2010) menjelaskan bahwa yang terikat pada satuan atau tataran frasa ialah adverbia yang digunakan sebagai pewatas verba atau pewatas adjektiva. Sementara itu, yang menerangkan satuan atau tataran yang lebih tinggi dari frasa ialah adverbia yang digunakan sebagai pewatas kalimat. (11) a. Dia sudah kembali ke kampung halamannya, b. Orang tuanya sangat ramah, c.      Kami masih ingin menetap di Surabaya. (12) a. i. Seharusnya kamu teliti sebelum membeli, ii. Kamu seharusnya teliti sebelum membeli, iii. Kamu teliti sebelum membeli seharusnya, b. i. Agaknya suara pembicara tidak terdengar jelas, ii. Suara pembicara agaknya tidak terdengar jelas, iii. Suara pembicara tidak terdengar jelas agaknya, c. i. Sebaiknya kamu pulang saja, ii. Kamu sebaiknya pulang saja, iii. Kamu pulang saja sebaiknya.

Penggunaan adverbia yang terikat pada tataran frasa terlihat pada contoh (11), sedangkan yang terikat pada tataran klausa atau kalimat dicontohkan pada (12). Adverbia sudah, sangat, dan masih pada (11) masing-masing menerangkan verba kembali, adjektiva ramah, dan frasa verbal ingin menetap. Baik sudah kembali, sangat ramah, maupun masih ingin menetap merupakan satuan pada tataran frasa yang berfungsi sebagai predikat. Pada contoh (12), seharusnya, agaknya, dan sebaiknya tidak memberikan keterangan pada predikat kalimat, tetapi pada seluruh kalimat. Dengan demikian, seharusnya pada (11a) mewatasi klausa Kamu teliti sebelum membeli, agaknya pada (11b) mewatasi klausa Suara pembicara tidak terdengar jelas, dan sebaiknya pada (11c) mewatasi klausa Kamu pulang saja. Berdasarkan lingkup strukturnya, terdapat perbedaan antara pewatas pada tataran frasa dan pewatas pada tataran klausa. Alwi (2010) menyebutkan bahwa pewatas pada tataran frasa merupakan adverbia intraklausal, sedangkan pewatas yang mengacu pada tataran klausa merupakan adverbia ekstraklausal.

Kajian dalam beberapa jurnal internasional yang meneliti adverbia banyak membahas adverbia ekstraklausal, misalnya Colonna, S. (2013), Martinnesekali (2012), dan Rajabova (2014). Pada dasarnya, ketiga penelitian ini menitikberatkan adverbia dalam tataran sintaksis, yaitu adverbia sebagai pengisi klausa. Hasilnya, kedudukan adverbial modifier of purpose dalam kalimat sederhana mengubah sifat variasi tindak tutur. Sementara itu, penelitian ini difokuskan pada adverbia berakhiran -nya yang dikaitkan dengan posisinya dalam kalimat. Colonna menitikberatkan penelitiannya pada letak frasa adverbia di awal atau di akhir dalam kerangka semantik dengan penelitian eksperimen. Martinesekali meneliti kemunculan klausa adverbial dalam kalimat kompleks oleh anak-anak. Di sisi lain, Yuting Xu dan Yuhui Liu membahas adverbia berkonjungsi pada peserta didik bahasa Inggris dan penutur asli. Mereka menemukan bahwa pembelajar bahasa Inggris cenderung menggunakan konjungsi adverbial pada berbagai posisi alih-alih sekadar pada posisi awal kalimat. Pembelajar bahasa Inggris tidak menghindari penggunaan konjungsi adverbial, tetapi pilihan konjungsi tersebut agak terbatas karena pembelajar tidak terbiasa dengan beberapa kata.

Di sisi lain, ada juga penelitian yang membahas adverbia secara intraklausal. Secara intraklausal, adverbia sudah diteliti yang bersumber data dari novel, cerita bersambung, artikel opini surat kabar yang dilakukan oleh Damayanti (2012), Devi (2014), dan Mudrikah (2014). Selain itu, ada pula penelitian yang mengkhususkan kajian adverbia bahasa Indonesia oleh Tampubolon (2007). Keempat penelitian ini membahas adverbia intraklausal yang khusus membahas wujud atau penanda adverbia, makna, dan fungsinya. Penelitian Damayanti (2014), misalnya, menunjukkan bahwa bentuk adverbia penanda modalitas dalam novel yang diteliti merupakan adverbia monomorfemis dan polimoefemis yang menurut prilaku sintaksisnya merupakan adverbia intraklausal dan ekstraklausal yang dapat diingkarkan dan ada pula yang tidak dapat diingkaerkan.

Bagaimanapun, dari berbagai penelitian terdahulu tentang adverbia, belum ditemukan pembahasan mengenai ciri-ciri adverbia berakhiran -nya dikaitkan dengan posisinya dalam kalimat, yaitu apakah adverbia yang dikonstruksi melalui proses afiksasi ini memiliki pola, ciri, dan fungsi tertentu ketika berada di awal, tengah, atau akhir kalimat. Oleh karena itu, peneliti hendak mengisi kerumpangan penelitian-penelitian sebelumnya dengan dengan mengkaji ciri-ciri adverbia berakhiran -nya dikaitkan dengan unsur pembentuk dan posisinya dalam kalimat.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Creswell (2013) penelitian kualitatif didefinisikan sebagai metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Cara pandang penelitian bergaya induktif, berfokus pada makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan secara metodologis, yaitu pendekatan deskriptif dengan dimensi eksplanatif. Penelitian deskriptif umumnya dilakukan dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat (Mahsun, 2005). Adapun dimensi eksplanatifnya dimaksudkan untuk melihat bahasa tidak hanya sebagai apa yang dilihat, tetapi juga makna yang dikandungnya (Mahsun, 2005).

Data diambil dari Korpus Indonesia (KOIN) dan kemudian dianalisis dengan memeriksa unsur pembentuk adverbial tersebut dan di mana seja kemungkinan letaknya di dalam kalimat, apakah di awal, tengah, atau akhir kalimat. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode distribusional (Sudaryanto, 2015). Teknik lanjutan yang akan digunakan adalah teknik lesap, teknik ganti, dan teknik balik.

 

Hasil dan Pembahasan

Berikut beberapa adverbia berakhiran -nya yang akan diteliti, yaitu kiranya, rupanya, rasanya, segalanya, semuanya, agaknya, tampaknya, layaknya, dan biasanya. Tiap kata kemudian dicari dalam Korpus Indonesia (KOIN) untuk melihat frekuensi letak kemunculannya dalam kalimat untuk kemudian dianalisis. Dalam hal ini, peneliti memilih bidang ilmu sosial sebagai kategori korpus.

 

(13)      Kiranya sulit untuk melukiskan perkebangan marxisme karena perkembangan ....

(14)      Kebebasan pers perlu kiranya diterima oleh semua lapisan masyarakat.

(15)      Yang demikian ini kiranya dapat dimengerti.

(16)      Kiranya perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap kebijakan belanja ...

 

Berdasarkan korpus, letak adverbia kiranya ditemukan pada awal dan tengah kalimat. Baik pada awal maupun tengah kalimat, kata tersebut mendampingi predikat yang mengikutinya. Perbedaan posisi kiranya pada kalimat tergantung pada apa yang hendak ditekankan oleh penutur. Ketika berada di awal kalimat, kiranya memberikan makna �agaknya� seperti pada data (13) atau �semoga� (menyatakan harapan) seperti pada data (16). Dilihat dari unsur pembentuknya, kata kiranya terdiri atas kata kira yang merupakan nomina dan akhiran -nya.

 

(17)      Hal yang sama rupanya juga berlaku untuk produk organik.

(18)      Ini rupanya juga dipertegas dengan penghargaan yang diberikan oleh ....

(19)      Rupanya ancaman hukuman penjara setahun atau hukuman kurungan ....

(20)      Rupanya nilai ini tidak menjadikan mereka menjadi warga ....

 

Kata rupanya terbentuk dari kata rupa yang merupakan nomina dan akhiran  -nya. Sebagai adverbia, rupanya ditemukan pada awal dan tengah kalimat dalam korpus dan berarti �kelihatannya�, �agaknya�, atau �kiranya�. Pada awal kalimat, rupanya biasa ditemukan diikuti nomina lain dan berfungsi seperti konjungsi antarkalimat, sedangkan pada tengah kalimat, rupanya bisa diikuti verba, adverbia, atau kelas kata lain, serta terletak sebelum predikat verbal.

 

(21)      Bekerja rasanya menjadi lebih enak dan lancar.

(22)      Berdasarkan itu, rasanya sangat perlu untuk mengelompokkan kajian-kajian itu berdasarkan ....

(23)      Rasanya belum pernah ada negara, baik yang bertumpu ....

(24)      ... bagi perempuan Jawa masa kini, gambaran tersebut rasanya tidak sesuai lagi dengan cara mereka sekarang ....

 

Seperti rupanya, rasanya juga berarti �kiranya�. Kata ini pun terbentuk dari rasa yang merupakan nomina dan ditambahkan akhiran -nya. Sebagai adverbia, kata ini juga kerap ditemukan pada awal dan akhir kalimat. Pada awal kalimat, kata rupanya berfungsi seperti konjungsi awal kalimat. Sementara itu, ketika berada di tengah kalimat, kata ini ditemukan diikuti oleh adverbia lain, seperti sangat, belum, tidak, dan sebagainya, atau kelas kata lain, seperti verba atau nomina. Selain itu, rasanya juga mendahului predikat verbal Ketika berada di tengah kalimat.

 

(25)      Sokrates bukanlah orang yang tahu segalanya.

(26)      Mengungkapkan penampilan merupakan segalanya.

(27)      Segalanya dapat dibagi, di-retweet, dan/atau di-forward.

(28)      Tuhan berkuasa atas segalanya karena Tuhan sebagai penentu hal yang ....

 

Adverbia segalanya dibentuk dari numeralia segala dan akhiran -nya. Sebagai adverbia, kata ini dapat ditemukan baik pada awal, tengah, maupun akhir kalimat. Ketika berada pada awal kalimat, segalanya berfungsi sebagai subjek kalimat. Sementara itu, ketika berada di tengah atau akhir kalimat, adverbia ini bisa membentuk frasa yang berfungsi sebagai pelengkap.

 

(29)      Semuanya berusaha untuk meraih masa depan.

(30)      ... yang mirip dengan sistem kebebasan serupa bagi semuanya.

(31)      Aku dan suamiku semuanya sehat dan tidak ada yang salah atas ....

(32)      ... tinggi memerlukan seperangkat kondisi yang sering kali tidak semuanya dapat dikendalikan oleh peneliti.

 

Seperti segalanya, adverbia semuanya juga memiliki karakteristik yang sama. Dibentuk dari numeralia semua dan akhiran -nya, kata semuanya dapat ditemukan baik pada awal, tengah, maupun akhir kalimat. Ketika berada pada awal kalimat, semuanya berfungsi sebagai subjek kalimat. Sementara itu, ketika berada di tengah atau akhir kalimat, adverbia ini bisa membentuk frasa yang berfungsi sebagai pelengkap.

 

(33)      Agaknya dari keterangan di atas, dapat ditarik benang ....

(34)      Objektivitas agaknya kurang disadari perempuan dalam pembelian produk, termasuk....

(35)      Agaknya kondisi ini sudah berlangsung sejak lama, mengingat ....

(36)      Aspek ini agaknya juga tak bisa diabaikan.

Kata agaknya merupakan adverbia yang terbentuk dari adverbia agak dan ditambahkan akhiran -nya. Dalam korpus, kata ini ditemukan pada awal dan tengah kalimat. Pada awal kalimat, agaknya biasa ditemukan diikuti nomina lain atau frasa preposisional dan berfungsi seperti konjungsi antarkalimat, sedangkan pada tengah kalimat, agaknya bisa diikuti adverbia lain yang berfungsi sebagai predikat.

 

(37)      Tampaknya pemerintah berusaha kembali menerapkan labelisasi halal pada ....

(38)      Namun demikian, realitas tampaknya belum sesuai dengan harapan.

(39)      Makin lama tampaknya akan makin gawat dan rumit.

(40)      Pada saat itu, peringatan maulid tampaknya memang masih dalam tahapan uji coba.

 

Kata tampaknya terbentuk dari kata tampak yang merupakan verba dan diikuti akhiran -nya. Sebagaimana kebanyakan contoh adverbia yang diteliti di atas, kata ini pun ditemukan pada awal dan tengah kalimat. Pada awal kalimat, tampaknya biasa berfungsi seperti konjungsi antarkalimat, sedangkan pada tengah kalimat, kata ini bisa diikuti adverbia lain yang berfungsi sebagai predikat.

 

(41)      Layaknya sekolah berbasis Islam, Al-Qur�an merupakan teks penting ....

(42)      Layaknya sebuah tafsir, ia hanya bernilai nisbi.

(43)      ... bisa terlibat dalam kehidupan sosial dan politik layaknya kaum laki-laki.

(44)      Materi diberikan layaknya kegiatan belajar mengajar seperti biasa.

 

Adverbia layaknya dibentuk dari kata layak yang merupakan adjektiva dan diikuti akhiran -nya. Dalam korpus, kata ini juga ditemukan baik pada awal maupun tengah kalimat. Pada awal kalimat, kata layaknya berkaitan dalam klausa yang membentuk fungsi keterangan atau pelengkap dalam kalimat. Sebagai keterangan, letak klausa yang mengandung adverbia layaknya dapat dipindah secara manasuka, pada awal ataupun akhir kalimat.

 

(45)      Penelitian survei biasanya dilakukan satu kali.

(46)      Dalam satu desa biasanya terdapat lima sampai enam banjar.

(47)      Biasanya pesan tersebut singkat dan dapat dilihat secara ....

(48)      Biasanya merek-merek yang disimpan dalam benak konsumen adalah �.

 

Adverbia biasanya dibentuk dari kata biasa yang merupakan adjektiva dan diikuti akhiran -nya. Seperti layaknya, kata ini juga ditemukan baik pada awal maupun tengah kalimat dalam korpus. Pada awal kalimat, biasanya kerap ditemukan diikuti nomina atau frasa nominal dan berfungsi seperti konjungsi antarkalimat, sedangkan pada tengah kalimat, biasanya dapat diikuti verba yang berfungsi sebagai predikat.

Berdasarkan sembilan adverbia berakhiran -nya yang diteliti, peneliti dapat mengelompokkan karakteristik kata-kata tersebut sebagai berikut: (1) adverbia yang berfungsi sebagai penghubung atau konektor satuan sintaksis dan (2) adverbia yang memiliki fungsi khusus secara sintaksis. Adverbia yang berfungsi sebagai penghubung satuan sintaksis cenderung memiliki makna yang mirip antara satu sama lain, seperti rupanya, rasanya, agaknya, kiranya, dan tampaknya. Adverbia lainnya yang juga memiliki fungsi serupa adalah biasanya. Kata-kata ini dapat diletakkan pada awal kalimat dan berfungsi seperti konjungsi. Namun, jika kata-kata ini berada di tengah kalimat, mereka bisa jadi diikuti adverbia lain sehingga membentuk frasa adverbial yang kemudian diikuti oleh kelas kata lain sehingga membentuk predikat dalam kalimat. Berdasarkan contoh kata-kata yang diteliti, adverbia semacam ini dibentuk dari nomina, adverbia, dan verba.

Di sisi lain, adverbia yang memiliki fungsi khusus secara sintaksis dapat ditemukan pada adverbia yang dibentuk dari numeralia dan adjektiva, seperti segalanya, semuanya, dan layaknya. Tanpa harus digabungkan dengan kata lain untuk membentuk frasa, kata segalanya dan semuanya dapat berdiri secara mandiri dan mengisi fungsi subjek atau pelengkap. Sementara itu, kata layaknya muncul dalam klausa yang membentuk fungsi keterangan atau pelengkap dalam kalimat. Sebagai keterangan, letak klausa yang mengandung adverbia layaknya dapat dipindah secara manasuka, baik pada awal maupun akhir kalimat.

 

Kesimpulan

Adverbia berakhiran -nya memiliki karakteristik dalam hal unsur pembentuk dan posisinya pada kalimat. Adverbia berakhiran -nya yang dibentuk dari kelas kata nomina, adverbia, dan verba dapat berfungsi sebagai penghubung satuan sintaksis, dalam hal ini sebagai konjungsi antarkalimat. Bagaimanapun, ketika kata-kata ini diletakkan pada tengah kalimat, mereka bisa jadi diikuti adverbia lain sehingga membentuk frasa adverbial yang kemudian diikuti oleh kelas kata lain sehingga membentuk predikat dalam kalimat. Sementara itu, adverbia berakhiran -nya yang dibentuk dari kelas kata numeralia dan adjektiva memiliki fungsi khusus secara sintaksis. Tanpa harus digabungkan dengan kata lain untuk membentuk frasa, adverbia berakhiran -nya yang dibentuk dari numeralia dapat berdiri secara mandiri dan mengisi fungsi subjek atau pelengkap. Sementara itu, adverbia berakhiran -nya yang dibentuk dari adjektiva muncul dalam klausa yang membentuk fungsi keterangan atau pelengkap dalam kalimat. Sebagai keterangan, letak klausa yang mengandung adverbia tersebut dapat dipindah secara manasuka, baik pada awal maupun akhir kalimat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Alwi, H., Dardjowidjojo, S., Lapoliwa, H., Moeliono, A.M. (2010). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

 

Arka, I. W. (2015). On modality and finiteness in Indonesian: complexities of =nya nominalisation. Proceedings of the International Workshop on TAM and Evidentiality in Indonesian Languages.

 

Beukema, F., Dikken, M., & den Dikken, M. (2000). Clitic Phenomena in European Languages. Van Haren Publishing.

 

Chafe, W. L. (1970). Meaning and the Structure of Language. The University of Chicago Press.

 

Colonna, S., Michel Charolles, Laure Sarda, dan Joek Pynete. (2013). �Efek pada Pemahaman Preposed versus Postposed Frase Adverbial�. Dipublikasi online: Springer Science + Businnes Media New York.

 

Covington, M.A. (1984). Syntactic Theory in the High Middle Ages. Cambridge University Press.

 

Creswell, J.W. (2013). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Pustaka Pelajar.

 

Damayanti, T. (2012). �Adverbia Penanda Modalitas dalam Novel Karya Andrea Hirata: Suatu Kajian Struktur dan Makna�. Skripsi. Universitas Padjadjaran Bandung.

 

Devi, K.A.A. dan Wini Tarmini Karomani. (2014). �Adverbia pada Artikel Opini Kompas dan Implikasinya dalam Pembelajaran�. Jurnal Kata (bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) April 2014. Hlm. 1-8.

 

Effendi, S. 1995. �Kata Sifat dan Kata Keterangan dalam Bahasa Indonesia�, dalam Bahasa dan Sastra Tahun XII Nomor 2 1995, hal. 1�53.

 

Englebretson, R. (2003). Searching for Structure. John Benjamins.

 

Falk, Y. N. (2001). Lexical Functional Grammar: An Introduction to Parallel Constraint-Based Syntax. CSLI Publications.

 

Givan, T. (1984). Syntax: A Functional Typological Introduction. John Benjamins.

 

Grang�, P. (2015). The Indonesian verbal suffix �nya: Nominalization or subordination?. Wacana Vol.16 No.1, (133�166).

 

Hawkins, J. A. (2015). Definiteness and indefiniteness. Routledge.

 

Heggie, L., & Ord��ez, F. (2005). Clitic and Affix Combinations. John Benjamins.

 

Hudson, R. (2007). Language Networks. Oxford University Press.

 

Hudson, R. (2010). An Introduction to Word Grammar. Cambridge University Press.

 

Keraf, G. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Nusa Indah.

 

Kridalaksana, H. (1987). -nya sebagai Penanda Anafora. In Beberapa Masalah Linguistik Indonesia (hlm. 95�110). Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

 

Kridalaksana, H. (2007). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.

 

Kridalaksana, H. (2009). Kamus Linguistik. Gramedia Pustaka Utama.

 

Kridalaksana, H. (2010). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.

 

Kruijff, G.J.M. (2002). Formal and computational aspect of dependency grammar: history and development of DG. Saarland University.

 

Liaw, Y. F. (1985). Nahu Melayu Modern. Pustaka Nasional.

 

Lyons, C. (2003). Definiteness. Cambridge University Press.

 

Mahsun. (2005). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. PT Raja Grafindo Persada.

 

Martinesekali. (2012). �The Emergence of Complex Sentences in a French Child�s Language from 0;10 to 4;01: Causal Adverbial Clauses and The Concertina Effect�. University of Paris Oquest Nanterre La Defense. DOI: 10.1017/S09592695110000615.

 

Mudrikah, S. (2014) �Adverbia Bahasa Jawa pada �Cerbung Ngonceki Impen� pada Majalah Penyebar Semangat Edisi Maret�Agustus 2014�. Jurnal Bahasa dan Sastra Jawa. Universias Muhammadiyah Purworejo.

 

Payne, T. E. (1997). Describing Morphosyntax: A Guide for Field Linguists. Cambridge University Press.

 

Perangin-angin, D.M. (2006). The Syntax of Bahasa Indonesia Enclitic �NYA. Unpublish master�s thesis, Faculty of Humanities Utrecht University, Utrecht, the Netherlands.

 

Pittner, K., Elsner, D., & Barteld, F. (2015). Adverbs. Van Haren Publishing.

 

Rajabova, Aytan Arif. 2014. �Variation of the Word Denoting the Adverbial Modifier of Purpose as to the Position in the Simple Sentences (On the Materials of the English and Azerbaijani Languages)� International Journal of English Linguistics; Vol. 4, No. 3; May 27, 2014. 106-112. ISSN 1923-869X E- ISSN 1923-8703 Published by Canadian Center of Science and Education.

 

 Ramat, G. A., Mauri, C., & Molinelli, P. (2013). Synchrony and Diachrony: A Dynamic Interface. John Benjamins Publishing Company.

 

Saifullah, A. R. (2018). Pengembangan Model Analisis Relasi Bahasa dan Internet Berbasis Paradigma Cmda (Computer Mediated Discourse Analysis). Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 17(2), 169. https://doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v17i2.9655

 

Sasangka, W., Indiyatini, T., & Widjaja, N. (2000). Adjetiva dan Adverbia dalam Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

 

Sinclair, J. (2004). Trust the Text. Routledge.

 

Slametmuljana. (1969). Kaidah Bahasa Indonesia. Djambatan.

 

Sneddon, J. N. (2006). Colloquial Jakartan Indonesian. Pacific Linguistics.

 

Sneddon, J. N., Ewing, M. (1996). Indonesian: A Comprehensive Grammar. Routledge.

 

Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Duta Wacana University Press.

 

Tampubolon, F. (2007). �Pemberian Pemakaian Adverbia dalam Bahasa Indonesia�. Jurnal Historisme, Edisi No. 23/Tahun XI/Januari 2007. Universitas Sumatera Utara.

 

Wijana, I.D.P. (2022). Adverb in Indonesian. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 11(1), 26. https://doi.org/10.26499/rnh.v11i1.2454

 

Xu, Yuting. (2012). �The Use of Advebial Conjuncts of. Chinese EFL Leaners and Native Speakers-Corpus-Based Studi� dalam Theory and Practice in Language Studies. Vol. 2 No. 11, p. 2316�2321. November 2012. Academy Publisher Manufactured in Finland.

 

Copyright holder:

Fauzan Al-Rasyid, M. Umar Muslim (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: