Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 10, Oktober 2022
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BEHAVIORAL INTENTION DAN USE BEHAVIOR PADA
LAYANAN E-WALLET
Hyronimus Kevin Kurniawan, Dudi Anandya
Fakultas Bisnis dan
Ekonomika, Universitas Surabaya, Indonesia
E-mail: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk menguji
faktor-faktor yang memengaruhi behavioral
intention dan use behavior pada
layanan e-wallet (Gopay, Ovo, Dana,
Shopee Pay) di Indonesia. Model
penelitian yang digunakan yaitu mengembangkan model penelitian sebelumnya
(UTAUT2) dengan penambahan variabel price
value, perceived credibility, dan lifestyle
compatibility. Kuesioner dikumpulkan dari 300 pengguna e-wallet di Indonesia setelah itu data dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling (SEM)
dengan pengolahan data menggunakan software Analysis
Moment of Structural (AMOS). Hasil penelitian menunjukkan performance expectancy (PE), effort expectancy (EE), facilitating conditions (FC), price value (PV), habit (H), perceived
credibility (PC), dan lifestyle compatibility (LC) terbukti sebagai faktor yang signifikan
memengaruhi behavioral intention (BI),
yang pada gilirannya secara signifikan memprediksi use behavior (UB) e-wallet.
Sedangkan, social influence (SI), dan hedonic
motivation (HM) tidak signifikan memengaruhi behavioral intention (BI).
Kata kunci: e-wallet, UTAUT2, price value, perceived
credibility, lifestyle compatibility.
Abstract
The purpose of this research is to examine the factors that
influence behavioral intention and use behavior in e-wallet services (Gopay,
Ovo, Dana, Shopee Pay) in Indonesia. The research model used is to develop the
previous research model (UTAUT2) with the addition of price value, perceived
credibility, and lifestyle compatibility variables. Questionnaires were
collected from 300 e-wallet users in Indonesia, after that the data were analyzed
using Structural Equation Modeling (SEM) with data processing using Analysis
Moment of Structural (AMOS) software. The results of the research show that
performance expectancy (PE), effort expectancy (EE), facilitating conditions
(FC), price value (PV), habit (H), perceived credibility (PC), and lifestyle
compatibility (LC) proven to be significant factors influencing behavioral
intention (BI), which in turn significantly predicts e-wallet use behavior
(UB). Meanwhile, social influence (SI) and hedonic motivation (HM) do not
significantly influence behavioral intention (BI).
Keywords: e-wallet, UTAUT2, price value, perceived credibility, lifestyle
compatibility.
Perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan perubahan dalam metode pembayaran. Sistem pembayaran telah berevolusi dari metode tradisional seperti uang tunai, kartu debit, dan kartu kredit ke berbagai jenis layanan mobile payment. Mobile payment adalah sistem pembayaran non-tunai dengan menggunakan perangkat smartphone, yang memanfaatkan berbagai media teknologi nirkabel seperti kode QR (QR code), NFC, dan kode OTP (Katadata, 2022). Transaksi elektronik dengan menggunakan aplikasi dompet digital atau e-wallet semakin meningkat dalam tiga tahun terakhir. Selain dianggap praktis, aman, cepat, dan menawarkan banyak keuntungan, dahulu masyarakat menggunakan uang tunai (cash) untuk bertransaksi, tetapi sekarang setelah berkembangnya teknologi masyarakat banyak yang menggunakan transaksi dengan pembayaran non tunai.
Mobile payment merupakan salah satu inovasi terpenting dalam teknologi saat ini dan telah diterima secara luas di seluruh dunia (Humbani & Wiese, 2019).� Hal ini didorong oleh perilaku konsumen yang ingin melakukan pembayaran secara efektif dan efisien. Sebab, dengan metode pembayaran ini, seseorang tidak perlu lagi membawa dompet berisikan uang tunai dan kartu debit/kartu kredit, melainkan cukup menggunakan ponsel atau smartphone. Terdapat beberapa jenis mobile payment, seperti mobile commerce, mobile banking, dan e-wallet (Liu et al., 2021). Hasil survei ShopBack menunjukkan, 65% konsumen di Indonesia menggunakan e-wallet untuk melakukan pembayaran ketika belanja daring. Persentase tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan metode pembayaran lainnya (Katadata, 2021). E-wallet merupakan platform berbasis perangkat seluler yang memfasilitasi pembayaran tanpa uang tunai dari transaksi penjualan, baik secara dekat atau jarak jauh, antara konsumen dan pedagang atau penyedia layanan.� (Phuong et al., 2020). Selain itu, e-wallet adalah aplikasi yang pengolahan datanya berbasis server sehingga harus terhubung dengan internet saat menggunakannya.
Objek
penelitian yang digunakan adalah e-wallet
(Gopay, Ovo, Dana, Shopee Pay) karena tingkat pangsa pasar keempat e-wallet tersebut telah melebihi 80%
pengguna e-wallet di Indonesia Terdapat
beberapa research Gap dalam penelitian ini antara lain Variabel Effort Expectancy ditemukan berpengaruh positif terhadap Behavioral Intention pada penelitian
yang dilakukan oleh (Gupta & Nupur, 2020), (Hussain et al., 2019), (Raza et al., 2019) dan (Gupta et al., 2019), namun pada penelitian yang
dilakukan oleh (Tarhini et al., 2019) ditemukan bahwa Effort expectancy tidak berpengaruh
terhadap Behavioral Intention.
Perbedaan kedua pada hasil penelitian dari (Hussain et al., 2019) dan (Gupta et al., 2019),� ditemukan Social
Influence berpengaruh positif terhadap Behavioral
Intention, sedangkan pada (Gupta x& Nupur, 2020), (Hussain et al., 2019), dan (Raza et al., 2019) ditemukan Social Influence tidak berpengaruh
terhadap Behavioral Intention.
Perbedaan ketiga pada hasil penelitian dari (Tarhini et al., 2019) dan (Raza et al., 2019) ditemukan bahwa Hedonic Motivation berpengaruh positif
terhadap Behavioral Intention,
sedangkan pada hasil penelitian (Gupta & Nupur, 2020a) dan
(Hussain et al., 2019) Hedonic Motivation tidak berpengaruh terhadap Behavioral Intention.
Jadi dalam penelitian kali ini mengembangkan model dari dari Venkatesh et al. (2012) yang menggunakan variabel performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, hedonic motivation, dan habit. Kemudian ditambahkan price value, perceived credibility, dan lifestyle compatibility. Perlunya penambahan variabel price value karena ditemukan adanya penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan terhadap Behavioral Intention pada penelitian� (Tarhini et al., 2019) dan (Raza et al., 2019) dan tidak signifikan pada penelitian (Hussain et al., 2019) sehingga menarik untuk diuji. Selain itu perlunya penambahan variabel lifestyle compatibility dikarenakan gaya hidup masyarakat berpengaruh terhadap produk apa yang mereka konsumsi atau gunakan. Sehingga perlu untuk diuji pengaruh gaya hidup terhadap niat perilaku. Selain itu penambahan perceived credibility diperlukan karena ditemukan bahwa dengan mengembangkan mekanisme pembangunan kepercayaan seperti layanan pelanggan yang baik, iklan strategis untuk meningkatkan keakraban dan pernyataan jaminan layanan memengaruhi niat perilaku konsumen.
Performance Expectancy (PE) didefinisikan sebagai tingkatan seorang individu percaya bahwa menggunakan sistem akan membantu dia untuk mencapai keuntungan dalam kinerja pekerjaan (Venkatesh et al., 2012). Performance Expectancy adalah tingkatan nasabah berperilaku dengan menggunakan m-commerce karena mereka termotivasi oleh orang lain untuk memilih perilaku menggunakan m-commerce dan dimana nasabah yang termotivasi mengharapkan hasil dari penggunaan m-commerce akan membantu mereka menyelesaikan aktivitas komersial sekaligus menghemat biaya, waktu, dan usaha. Performance Expectancy memiliki konteks yang sama dengan persepsi kemudahan penggunaan (Tarhini et al., 2019). Performance Expectancy memberi tahu nasabah bahwa bagaimana menggunakan teknologi akan meningkatkan kinerja mereka. Dalam konteks m-banking, keyakinan nasabah bahwa dengan menggunakan m-banking akan meningkatkan aktivitas perbankannya. Nasabah akan menggunakan teknologi ketika mereka memiliki keyakinan bahwa hal itu akan membawa hasil yang positif (Raza et al., 2019).
Effort expectancy (EE) adalah tingkatan kemudahan yang terkait dengan
penggunaan teknologi oleh konsumen (Venkatesh
et al., 2012). �Effort
expectancy mencerminkan keinginan nasabah untuk terlibat dalam suatu
aktivitas karena imbalan eksternal. Peneliti menemukan bahwa jika pengguna
mudah menemukan layanan m-commerce
mudah dan mudah digunakan maka akan lebih mungkin mendorong lebih banyak
pengguna untuk mengadopsi inovasi. Effort
expectancy mirip dengan konsep "kegunaan yang dirasakan";
meskipun pengguna memiliki keuntungan untuk membeli/menjual berbagai produk dan
layanan secara online tanpa upaya fisik, pengguna hanya akan mengadopsinya jika
sesuatu� bermanfaat bagi mereka (Tarhini
et al., 2019). Effort
expectancy adalah kemudahan pengoperasian ponsel dasar serta kompatibel
dengan kenyamanan dalam belajar menggunakan mobile
payment (Hussain et al., 2019).
Social influence (SI) adalah tingkatan konsumen merasa bahwa orang penting lainnya (misalnya keluarga dan teman) percaya bahwa mereka harus menggunakan teknologi tertentu (Venkatesh et al., 2012). Social influence terjadi ketika keyakinan, sikap, perilaku, dan pendapat seseorang dipengaruhi oleh orang lain. Pengaruh dari teman, anggota keluarga, dan media sosial dapat memengaruhi pengguna untuk mengadopsi m-commerce. Social influence memiliki peran penting dalam adopsi layanan mobile payment, karena semakin banyak orang yang mengandalkan informasi dari mulut ke mulut dan pengalaman anggota keluarga, teman, dll. dan ketika menggunakan ke media sosial, pengguna lebih cenderung mengadopsi sesuatu jika tokoh masyarakat lokal dan pemimpin opini mempengaruhi mereka untuk melakukannya, ketika mereka merasa aman dan termotivasi untuk mengadopsi inovasi (Tarhini et al., 2019). Secara umum, Social influence terdiri dari dua faktor: (1) keyakinan konsumen tentang orang yang mereka anggap penting (misalnya anggota keluarga atau temandekat) untuk mempengaruhi perilaku mereka; (2) motivasi untuk berkonsultasi dengan orang lain yang penting tentang sikap mereka terhadap teknologi baru (Wu & Liu, 2022).
Facilitating conditions (FC) mengacu pada persepsi konsumen terhadap
sumber daya dan dukungan yang tersedia untuk melakukan suatu perilaku (Venkatesh et al., 2012). Facilitating conditions dapat dijelaskan dengan keterampilan
pengguna dalam mengoperasikan perangkat seluler dan mempelajari proses mobile payment (Hussain et al.,
2019). Facilitating conditions adalah tingkatan individu percaya bahwa
infrastruktur organisasi dan teknis ada untuk mendukung. Penggunaan sistem
menciptakan kebutuhan mendesak untuk memperoleh sumber daya dan infrastruktur
teknis, yang tidak lepas dari perspektif pelanggan (Tarhini et al., 2019). Menurut (Raza et al., 2019), untuk mengadopsi m-banking, seseorang membutuhkan
keterampilan, ponsel, koneksi internet, dan keamanan. Semakin baik Facilitating conditions tersedia bagi
pengguna, semakin besar kemauan mereka untuk menerima teknologi.
Hedonic motivation (HM) didefinisikan sebagai kesenangan atau hiburan yang
berasal dari penggunaan teknologi, dan telah terbukti memainkan peran penting
dalam menentukan penerimaan dan penggunaan teknologi (Venkatesh
et al., 2012). Hedonic
motivation terjadi ketika pengguna merasa puas dengan mentransfer sebagian
penghasilannya kepada anggota keluarganya melalui sistem mobile payment atau melakukan pembayaran untuk kebutuhan esensial
anggota keluarganya saat tinggal di tempat yang jauh (Hussain et al., 2019).
Hedonic motivation tidak hanya digunakan untuk motivasi tetapi juga dapat
diterapkan pada pengalaman menggunakan teknologi. Memiliki pengalaman yang
menyenangkan saat melakukan aktivitas m-commerce
telah dikaitkan dengan kepuasan inovasi dan frekuensi penggunaan. Hedonic motivation bertujuan untuk
menggabungkan pengalaman konsumen terhadap teknologi dengan emosi mereka agar
mereka dapat berinteraksi secara efektif (Tarhini
et al., 2019) . Jika konsumen merasa senang atau
mendapatkan kesenangan saat menggunakan teknologi baru, kemungkinan untuk terus
menggunakan teknologi tersebut lebih tinggi (Wu
& Liu, 2022). Menurut (Raza et al., 2019) Hedonic
motivation membantu dalam membentuk keputusan pelanggan untuk mengadopsi
sesuatu. Semakin besar kenikmatan yang dibawa m-banking, semakin baik peluang penerimaannya oleh klien.
Price value (PV) didefinisikan sebagai pertukaran kognitif konsumen
antara manfaat yang dirasakan dari aplikasi dan biaya moneter untuk
menggunakannya (Venkatesh
et al., 2012). Menurut Tarhini
et al. (2019), proses pemilihan saluran
perdagangan oleh konsumen dapat dipengaruhi oleh persepsi harga saluran
tersebut. Konsumen yang menggunakan m-commerce
selalu mencari informasi harga dari pemasok yang berbeda untuk produk yang sama
untuk membuat keputusan yang tepat (Tarhini
et al., 2019). Dalam konteks pemasaran, nilai yang
dirasakan diidentifikasi oleh seberapa subyektif pengguna membandingkan berapa
banyak yang harus mereka bayarkan dengan utilitas dan kualitas yang dicapai (Shawn
and Sergueeva, 2019).
Habit (H) didefinisikan sebagai tingkatan orang cenderung melakukan perilaku
secara otomatis karena belajar (Venkatesh
et al., 2012). �Ketika orang mempelajari sesuatu secara
otomatis, perilaku mereka berubah menjadi kebiasaan (Hussain et al., 2019). Habit
adalah aktivitas yang dipelajari dan berorientasi pada tujuan, dan dapat
dilihat sebagai respons perilaku yang tidak disadari yang disebabkan oleh
stimulus situasional karena hubungan antara perilaku dan hasil yang memuaskan.
Selain itu, Habit lebih terkait
dengan perilaku otomatis, yang dibentuk oleh kumpulan pengalaman, pengetahuan,
dan keterampilan dari waktu ke waktu (Tarhini
et al., 2019).
Perceived credibility (PC) keyakinan bahwa mitra dapat dipercaya dan memiliki
keahlian yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi (Gupta et al., 2019). Selain kemudahan penggunaan dan kepercayaan
kegunaan, niat penggunaan internet
banking dapat dipengaruhi oleh persepsi kredibilitas pengguna terkait
masalah keamanan dan privasi (Wang et al., 2003).
Lifestyle compatibility (LC) didefinisikan sebagai tingkatan menggunakan
suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai dan keyakinan sosiokultural
yang ada, pengalaman masa lalu dan sekarang dan kebutuhan pengadopsi potensial
(Rogers, 1983). Konsumen dalam suatu masyarakat tidak hanya membeli produk
tetapi juga membeli nilai dan gaya hidup yang diwakili oleh produk tersebut
(Armstrong et al., 2014). Perbedaan
individu seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, latar belakang
sosial-ekonomi dan self-efficacy komputer, memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penerimaan pengguna terhadap teknologi baru (Wang et al., 2003). Misalnya, pengguna yang lebih tua mungkin menganggap
sistem dompet seluler kurang kompatibel dengan gaya hidup mereka dibandingkan
dengan rekan mereka yang lebih muda. Karena perbedaan mendasar ini,
kompatibilitas yang diasosiasikan pengguna dengan teknologi baru dapat
bervariasi (Hussain et al., 2019).
Behavioral intention (BI) adalah niat
pengguna untuk menggunakan sistem secara kontinu dengan anggapan bahwa pengguna
mempunyai akses terhadap sistem tersebut (Venkatesh
et al., 2012). Behavioral
intention (BI) adalah kemauan nasabah untuk mengadopsi teknologi baru (Raza et al., 2019).
Use Behavior (UB) adalah seberapa sering pengguna menggunakan teknologi
informasi. Suatu teknologi informasi akan digunakan apabila pengguna memiliki
minat menggunakan sistem informasi tersebut (Venkatesh
et al., 2012).
Target dan
Karakteristik Populasi
Target populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah responden yang aktif dalam melakukan transaksi dengan e-wallet (Gopay, Ovo, Dana, Shopee Pay) dalam 1 bulan terakhir. Karakterstik populasi adalah responden yang aktif dalam melakukan transaksi melalui e-wallet (Gopay, Ovo, Dana, Shopee Pay), berdomisili di Indonesia dan berpendidikan minimal SMA/sederajat. Untuk jenis kelamin responden dipilih pria dan wanita dan usia minimal ≥ 18 tahun dengan pertimbangan peneliti agar responden dapat mengerti dan mampu mengisi kuesioner dengan baik sehingga mendapatkan hasil yang akurat.
Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik non-probability sampling dan menggunakan purposive sampling karena sampel yang dipilih berdasarkan pada keputusan peneliti mengenai sampel yang dapat memenuhi kriteria peneliti. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Menurut Hair et al. (2014) ukuran sampel tergantung jumlah indikator yang diestimasi. Pedomanya adalah 5 dan 10 kali dari jumlah indikator yang diestimasi. Jumlah indikator sebanyak 45, kemudian dikalikan dengan parameter 5 dan 10 sehingga minimal sampel 45x5=225 dan 45 x 10 = 450 responden.
Uji Validitas
Uji validitas adalah standar pengukuran yang digunakan untuk menunjukkan ketepatan variabel pada instrumen pengukuran. Cara mengukur validitas dengan melihat nilai signifikansi korelasi pearson < 0,05 ( a lebih kecil dari 0,05) maka item indikator dalam kuesioner valid. Uji validitas dilakukan dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk menguji valid atau tidaknya item dalam penelitian dengan melihat Standardize Loading dengan syarat ≥ 0,5 (Hair et al., 2014).
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah pengujian yang menggunakan Cronbach�s Alpha bertujuan untuk mengetahui respoden telah menjawab setiap pertanyaan dengan konsisten atau tidak. Penelitian dianggap realiabel jika nilai Cronbach�s Alpa > 0,6 (Hair et al., 2014).
Analisis SEM (Structural Equation
Model)
Structural equation model adalah menganalisis dan mengevaluasi hubungan variabel nasabah secara bersamaan, bukan secara individual dan menggabungkan beberapa skala yang terkait dengan fenomena yang ada. Serta menjelaskan kesalahan dalam melakukan pengukuran pada setiap skala dan mengukur validitas variabel yang digunakan dalam penelitian. Alat uji untuk melihat apakah suatu model penelitian diterima atau ditolak, sebagai berikut:
No |
Uji kecocokan |
Kriteria |
1 |
CMIN/DF |
≤ 3 |
2 |
RMSEA |
≤ 0,08 |
3 |
GFI |
≥ 0,8 Marginal fit ≥ 0,9 Good fit |
4 |
CFI |
|
5 |
TLI |
Dalam penelitian ini dilakukan uji hipotesis untuk menilai model structural dengan menggunakan SEM pada software AMOS. Peneliti akan menguji 10 hipotesis. Pada AMOS suatu hipotesis dapat diterima apabila nilai dari CR≥|1.96| (critical ratio) dengan nilai �= 0,05 atau p-value < 0,05. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:
H1: Performance expectancy berpengaruh positif terhadap behavioral intention.
H2: Effort expectancy berpengaruh positif terhadap behavioral intention.
H3: Social influence berpengaruh positif terhadap behavioral intention.
H4: Facilitating conditions berpengaruh positif terhadap behavioral intention.
H5: Hedonic motivation berpengaruh positif terhadap behavioral intention.
H6: Price value berpengaruh positif terhadap behavioral intention.
H7: Habit berpengaruh positif terhadap behavioral intention.
H8: Perceived credibility berpengaruh positif terhadap behavioral intention.
H9: Lifestyle compatibility berpengaruh positif terhadap behavioral intention.
H10: Behavioral intention berpengaruh positif terhadap use behavior.
Uji Validitas
Uji validitas dilakukan
dengan menggunakan sampel sebanyak 30 responden yang didapat dari penyebaran kuesioner tahap pertama
terhadap masing-masing indikator yang membentuk variabel performance
expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions,
hedonic motivation, price value, habit, perceived
credibility, lifestyle compatibility,
behavioral intention, dan use behavior. Indikator
pengukuran penelitian pernyataan yang memiliki nilai korelasi pearson minimal > 0,5 dan signifikan pearson correlation < 0,05. Hasil menunjukan seluruh indikator sudah memiliki nilai korelasi pearson diatas 0,5 dan signifikan
pearson correlation < 0,05,
sehingga dapat dilanjutkan ke uji
reliabilitas.
Tabel 1
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel |
Nilai
cronbach�s alpha |
Keterangan |
Performance expectancy |
0,839 |
RELIABEL |
Effort expectancy |
0,853 |
RELIABEL |
Social influence |
0,809 |
RELIABEL |
Facilitating conditions |
0,791 |
RELIABEL |
Hedonic motivation |
0,680 |
RELIABEL |
Price value |
0,705 |
RELIABEL |
Habit |
0,837 |
RELIABEL |
Perceived credibility |
0,938 |
RELIABEL |
Lifestyle compatibility |
0,758 |
RELIABEL |
Behavioral intention |
0,809 |
RELIABEL |
Use behavior |
0,893 |
RELIABEL |
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa variabel performance
expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions,
hedonic motivation, price value, habit, perceived
credibility, lifestyle compatibility,
behavioral intention, dan use behavior, memiliki nilai cronbach�s alpha
lebih besar dari 0,6 sehingga seluruh indikator masing-masing variabel dapat dikatakan
reliabel.
Tabel 2
Hasil Uji Kecocokan Model Pengukuran
No |
Uji Kecocokan |
Kriteria |
Hasil |
Keterangan |
1 |
CMIN/DF |
≤
3 |
1,183 |
Good fit |
2 |
RMSEA |
≤
0,08 |
0,025 |
Good fit |
3 |
GFI |
≥
0,9 |
0,869 |
Marginal fit |
4 |
CFI |
≥
0,9 |
0,970 |
Good fit |
5 |
TLI |
≥
0,9 |
0,967 |
Good fit |
Hasil uji kecocokan menunjukan bahwa nilai CMIN/DF, RMSEA, CFI, TLI masuk dalam kriteria good fit dan nilai GFI masuk dalam kriteria marginal fit sesuai dengan kriteria yang diberikan oleh Hair et al. (2014), maka dapat disimpulkan penelitian dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Tabel 3
Hasil Uji Kecocokan Model Struktural
No |
Uji Kecocokan |
Kriteria |
Hasil |
Keterangan |
1 |
CMIN/DF |
≤
3 |
1,189 |
Good fit |
2 |
RMSEA |
≤
0,08 |
0,025 |
Good fit |
3 |
GFI |
≥
0,9 |
0,868 |
Marginal fit |
4 |
CFI |
≥
0,9 |
0,969 |
Good fit |
5 |
TLI |
≥
0,9 |
0,966 |
Good fit |
Hasil uji kecocokan menunjukan bahwa nilai CMIN/DF, RMSEA, CFI, TLI masuk dalam kriteria good fit dan nilai GFI masuk dalam kriteria marginal fit sesuai dengan kriteria yang diberikan oleh Hair et al. (2014), maka dapat disimpulkan penelitian dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Tahap terakhir pada penelitian ini yaitu tahap pengujian hipotesis dengan menggunakan SPSS AMOS 22. Tahap ini dilakukan apabila measurement model dan structural model sudah memenuhi syarat. Hipotesis diterima apabila memenuhi dua syarat, yaitu arah hipotesisnya sama dengan hasil empiris (nilai standardized estimate) dan syarat kedua adalah besarnya pengaruh harus signifikan. Signifikan apabila nilai mutlak C.R. menunjukkan angka lebih besar dari 1,96 (|C.R.| ˃ 1,96) atau p-value lebih kecil dari sama dengan 0,05 (p-value≤0,05).
Hipotesis |
Standardized Estimate |
C.R |
p-value |
Keterangan |
|
H1(+) |
PE�BI |
0,150 |
2,314 |
0,021 |
Supported |
H2(+) |
EE�BI |
0,236 |
3,754 |
*** |
Supported |
H3(+) |
SI�BI |
0,006 |
0,102 |
0,918 |
Not Supported |
H4(+) |
FC�BI |
0,215 |
2,357 |
0,018 |
Supported |
H5(+) |
HM�BI |
0,002 |
0,040 |
0,968 |
Not Supported |
H6(+) |
PV�BI |
0,139 |
2,386 |
0,017 |
Supported |
H7(+) |
H�BI |
0,144 |
2,096 |
0,036 |
Supported |
H8(+) |
PC�BI |
0,164 |
2,537 |
0,011 |
Supported |
H9(+) |
LC�BI |
0,248 |
2,538 |
0,011 |
Supported |
H10(+) |
BI�UB |
0,212 |
2,956 |
0,003 |
Supported |
Pembahasan
Performance expectancy berpengaruh positif terhadap behavioral intention, hasil ini sesuai dengan penelitian Gupta & Nupur (2020). Saat menggunakan e-wallet meningkatkan pengetahuan konsumen tentang e-wallet, meningkatkan produktivitas mereka, dan membantu dalam melakukan transaksi dengan cepat. Hal ini memungkinkan konsumen untuk menggunakan e-wallet ini di mana saja dan kapan saja yang meningkatkan kinerja individu secara keseluruhan.
Effort expectancy berpengaruh positif terhadap behavioral intention, hasil ini sesuai dengan penelitian Gupta & Nupur (2020). Konsumen menganggap e-wallet mudah dan nyaman digunakan dibandingkan dengan cara lain seperti uang tunai, debit, dan kartu kredit. Selain itu, kesulitan dan tidak aman untuk membawa uang tunai dalam jumlah besar sulit dibawa kemana-mana. Dalam hal kartu debit dan kredit, dibutuhkan lebih banyak waktu dan usaha dibandingkan dengan pembayaran e-wallet karena lebih banyak langkah dalam prosedur transaksi.
Social influence tidak berpengaruh terhadap behavioral intention, hasil ini sesuai dengan penelitian Gupta & Nupur (2020). E-wallet adalah hal yang sangat pribadi dan sensitif, sehingga pengaruh apa pun dari orang lain tidak dipentingkan karena terdapat kebutuhan untuk menjaga kerahasiaan dan perlindungan data dan transaksi keuangan. Selain itu, pengaruh sosial adalah tindakan sukarela dan bukan tindakan wajib, memenuhi harapan orang lain hanya mungkin terjadi jika pengguna menerima imbalan atas perilakunya.
Facilitating conditions berpengaruh positif terhadap behavioral intention, hasil ini sesuai dengan penelitian Gupta & Nupur (2020). Konsumen e-wallet telah memiliki smartphone, internet, dan aplikasi e-wallet yang diperlukan untuk melakukan transaksi, serta hal lain tersedia adalah dukungan pelanggan yang cepat dan mudah diakses dari perusahaan e-wallet yang mengutamakan penanganan keluhan konsumen.
Hedonic motivation tidak berpengaruh terhadap behavioral intention, hasil ini sesuai dengan penelitian Gupta & Nupur (2020). Pengguna tidak merasa menggunakan e-wallet itu menyenangkan, asyik, dan menarik. Konsumen memang puas dengan tawaran (cashback, dll) yang diberikan e-wallet ini, tetapi mereka tidak merasa tergetar dengan tampilan antarmuka, dan tambahan fitur e-wallet.
Price value berpengaruh positif terhadap behavioral intention, hasil ini sesuai dengan penelitian Gupta & Nupur (2020). Ketika individu mengidentifikasi bahwa penggunaan e-wallet menghemat waktu, dan mengurangi biaya transaksi, maka hal ini akan menghasilkan penciptaan niat, dan pada akhirnya akan mengarah pada penggunaan e-wallet.
Habit berpengaruh positif terhadap behavioral intention, hasil ini sesuai dengan penelitian Gupta & Nupur (2020). Generasi saat ini semakin banyak menggunakan smartphone untuk hampir setiap tugas, mereka telah mengembangkan kebiasaan untuk melakukan berbagai transaksi melalui ponsel. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor tertentu seperti kenyamanan menggunakannya kapan saja, tampilan antarmuka yang ramah pengguna, kehadiran widget yang semakin banyak untuk menemani transaksi dengan beberapa pesan, emoji, dan tambahan lainnya.
Perceived credibility berpengaruh positif terhadap behavioral intention, hasil ini sesuai dengan penelitian Gupta et al. (2020). Niat penggunaan e-wallet dapat dipengaruhi oleh persepsi kredibilitas pengguna bahwa e-wallet dapat diandalkan serta menjaga keamanan, dan privasi. Persepsi pelanggan terkait kegiatan transaksi dengan menggunakan e-wallet akan membangun kepercayaan mereka terkait layanan e-wallet, yang akan mengarah pada niat yang kuat untuk mengadopsi e-wallet.
Lifestyle compatibility berpengaruh positif terhadap behavioral intention, hasil ini sesuai dengan penelitian Hussain et al. (2019). Ketika e-wallet cocok untuk semua aspek gaya hidup dan standar hidup yang ada maka akan diterima dengan baik oleh konsumen. Saat ini, semua pembayaran sehari-hari kebanyakan cashless dikarena konsumen menginginkan pembayaran secara cepat dan tidak merepotkan dimana saja dan kapan saja yang sesuai dengan gaya hidupnya.
Behavioral intention berpengaruh positif terhadap use behavior, hasil ini sesuai dengan penelitian Gupta & Nupur (2020). konsumen yang telah menggunakan e-wallet merasa puas sehingga setia untuk menggunakan e-wallet disetiap transaksi. Konsumen yang mempunyai niat menggunakan e-wallet yang tinggi akan cenderung melakukan pembelian secara berulang.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran kepada perusahaan e-wallet di Indonesia. Performance expectancy, effort expectancy, facilitating conditions, price value, habit, perceived credibility, dan lifestyle compatibility memberikan dampak positif terhadap behavioral intention. Sedangkan, social influence dan hedonic motivation tidak berpengaruh terhadap behavioral intention. Melalui hasil ini, perusahaan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas sistem e-wallet agar lebih diminati. Hal ini dapat berupa peningkatan tampilan antarmuka e-wallet dibuat lebih menarik, menyediakan manfaat yang maksimum sehingga konsumen tidak kembali ke alternatif seperti uang tunai, debit, kredit, dll. Selain itu perusahaan dapat menggunakan algoritme termutakhir untuk membuat proses transaksi dan fitur lainnya lebih praktis dengan mengurangi upaya manusia tanpa mengorbankan keamanan data e-wallet. Perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menambahkan lebih banyak opsi keamanan seperti menggunakan kode khusus untuk melakukan transaksi, menggunakan pengenalan wajah, mata, atau sidik jari untuk melakukan dan menerima pembayaran, dengan menetapkan jumlah tertentu yang dapat digunakan untuk pembayaran. Selain itu, panduan dan video tertentu harus ditambahkan untuk memberi tahu konsumen cara menggunakan fitur dan meningkatkan pengetahuan konsumen dan produktivitas secara keseluruhan. Selain itu, karena social influence dan hedonic motivation tidak berpengaruh terhadap behavioral intention maka perusahaan harus membuat sistem yang populer dikalangan anak muda (karena kebanyakan responden 18-25 tahun) dengan menambahkan beberapa fitur/ ikon tertentu seperti gambar keranjang dan desain tampila yang lebih menarik sehingga anak muda dapat tertarik dan memberikan promosi dari mulut ke mulut secara positif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh yang terbesar pertama� yaitu� 0,248 dimana lifestyle compatibility berpengaruh positif� terhadap behavioral intention. Perusahaan e-wallet dapat terus menyesuaikan sistemnya dengan gaya hidup dan standar hidup yang ada sehingga perusahaan e-wallet selalu diterima dengan baik oleh konsumen. Pengaruh terbesar kedua yaitu 0,236 dimana effort expectancy berpengaruh positif terhadap behavioral intention. Perusahaan dapat terus meningkatkan sistem dan layanannya sehingga e-wallet makin mudah dan nyaman digunakan dibandingkan dengan cara pembayaran lainnya.
Terdapat beberapa keterbatasan penelitian ini yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian hanya dilakukan pada responden yang berada di Indonesia. Saran untuk penelitian selanjutnya bisa memembagi target responden pada kota-kota tertentu dan bisa membandingkan antar kota atau antar negara Indonesia dengan negara lain. Kemudian penelitian kali ini hanya menggunakan empat objek yaitu Gopay, Ovo, Dana, Shopee Pay yang dirasa mewakili e-wallet, kedepannya bisa membandingkan lebih banyak mobile wallet dengan cakupan lebih luas dan bervariasi.
�Abdennebi, H. Ben, & Debabi, M. (2017).
Intention of adoption of mobile commerce from consumer perspective. International
Conference on Digital Economy, 29�40. Springer.
Alalwan, A. A., Dwivedi, Y. K., &
Rana, N. P. (2017). Factors influencing adoption of mobile banking by Jordanian
bank customers: Extending UTAUT2 with trust. International Journal of
Information Management, 37(3), 99�110.
Armstrong, G., Adam, S., Denize, S.
and Kotler, P. (2014), Principles of Marketing, 6th ed., Pearson Publications,
New York, NY.
Arvidsson, N. (2014). Consumer
attitudes on mobile payment services�results from a proof of concept test. International
Journal of Bank Marketing.
Belanche, D., Flavian, M. and
Perez-Rueda, A. (2020), �Mobile apps use and WOM in the food delivery sector:
the role of planned behavior, perceived security and customer lifestyle
compatibility�, Sustainability, Vol. 12 No. 10, p. 4275.
Farooq, M. S., Salam, M., Jaafar, N.,
Fayolle, A., Ayupp, K., Radovic-Markovic, M., & Sajid, A. (2017).
Acceptance and use of lecture capture system (LCS) in executive business
studies: Extending UTAUT2. Interactive Technology and Smart Education.
Gu, J.-C., Lee, S.-C. and Suh, Y.-H.
(2009), �Determinants of behavioral intention to mobile banking�, Expert
Systems with Applications, Vol. 36 No. 9, pp. 11605-11616.
Gupta, K., & Arora, N. (2020).
Investigating consumer intention to accept mobile payment systems through
unified theory of acceptance model: An Indian perspective. South Asian
Journal of Business Studies, 9(1), 88�114.
https://doi.org/10.1108/SAJBS-03-2019-0037.
Gupta, K. P., Manrai, R., & Goel,
U. (2019). Factors influencing adoption of payments banks by Indian customers:
extending UTAUT with perceived credibility. Journal of Asia Business Studies,
13(2), 173�195. https://doi.org/10.1108/JABS-07-2017-0111.
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B.
J., & Anderson, R. E. (2014). Multivariate data analysis.
Humbani, M., & Wiese, M. (2019).
An integrated framework for the adoption and continuance intention to use
mobile payment apps. International Journal of Bank Marketing, 37(2), 646-664.
Hussain, M., Mollik, A. T., Johns,
R., & Rahman, M. S. (2019). M-payment adoption for bottom of pyramid
segment: an empirical investigation. International Journal of Bank Marketing,
37(1), 362�381. https://doi.org/10.1108/IJBM-01-2018-0013.
Islam, M. M. (2017). Exploring
influencing factors towards intention and use of mobile internet for youth
consumers in Bangladesh. Universal Journal of Management, 5(1),
39�47.
Jatmiko, A. (2022). Mencermati Sistem
Mobile Payment dan Perkembangannya di Indonesia.
Kim, K., Kim, G.-M. and Kil, E.S.
(2009), �Measuring the compatibility factors in mobile entertainment Service
Adoption�, Journal of Computer Information Systems, Vol. 50 No. 1, pp. 141-148.
Kwateng, K. O., Atiemo, K. A. O.,
& Appiah, C. (2018). Acceptance and use of mobile banking: an application
of UTAUT2. Journal of Enterprise Information Management.
Lidwina, A. (2021). Dompet Digital
Jadi Metode Pembayaran Terfavorit saat Belanja Online.
Lin, X., Suanpong, K.,
Ruangkanjanases, A., Lim, Y.-T., & Chen, S.-C. (2022). Improving the
Sustainable Usage Intention of Mobile Payments: Extended Unified Theory of
Acceptance and Use of Technology Model Combined With the Information System
Success Model and Initial Trust Model. Frontiers in Psychology, 5867.
Liu, R., Wu, J., & Yu-Buck, G. F.
(2021). The influence of mobile QR code payment on payment pleasure: evidence
from China. International Journal of Bank Marketing.
Monroe, K. (1990), Pricing: Making
Profitable Decisions, 2nd ed., McGraw-Hill Publishing, New York, NY.
Newzoo.com. (2022). Top
Countries/Markets by Smartphone Users. Retrieved from newzoo.com website:
https://newzoo.com/resources/rankings/top-countries-by-smartphone-penetration-and-users.
Oh, H. (2000), �The effect of brand
class, brand awareness, and price on customer value and behavioral intentions�,
Journal of Hospitality & Tourism Research, Vol. 24 No. 2, pp. 136-162.
Ooi, K.B. and Tan, G.W.H. (2016),
�Mobile technology acceptance model: an investigation using mobile users to
explore smartphone credit card�, Expert Systems with Applications, Vol. 59,
October, pp. 33-46.
Pahlevi, R. (2022). Survei
DailySocial: OVO Jadi Dompet Digital Paling Banyak Dipakai Masyarakat.
Phuong, N.N.D., Luan, L.T., Dong, V.
and van and Nguyen, L.N.K. (2020), �Examining customers� continuance intentions
towards e-wallet usage: the emergence of mobile payment acceptance in Vietnam�,
The Journal of Asian Finance, Economics and Business, Vol. 7 No. 9, pp.
505-516.
Puschel, J., Mazzon, J.A. and
Hernandez, J.M.C. (2010), � �Mobile banking: proposition of an integrated
adoption intention framework�, International Journal of Bank Marketing, Vol. 28
No. 5, pp. 389-409.
Raza, S. A., Shah, N., & Ali, M.
(2019). Acceptance of mobile banking in Islamic banks: evidence from modified
UTAUT model. Journal of Islamic Marketing, 10(1), 357�376.
https://doi.org/10.1108/JIMA-04-2017-0038.
Reni, A., & Ahmad, N. H. (2016).
Application of theory reasoned action in intention to use Islamic banking in
Indonesia. Al-Iqtishad: Journal of Islamic Economics, 8(1),
137�148.
Rogers, E.M. (1983), Diffusion of
Innovations, 4th ed., Free Press, New York, NY
Shafly, N. A. (2020). Penerapan Model
Utaut2 untuk Menjelaskan Behavioral Intention dan Use Behavior Penggunaan
Mobile Banking di Kota Malang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 8(2).
Shaw, N., & Sergueeva, K. (2019).
The non-monetary benefits of mobile commerce: Extending UTAUT2 with perceived
value. International journal of information management, 45, 44-55.
Sharma, S. K., Govindaluri, S. M.,
Al-Muharrami, S., & Tarhini, A. (2017). A multi-analytical model for mobile
banking adoption: a developing country perspective. Review of International
Business and Strategy.
Tarhini, A., Alalwan, A. A.,
Shammout, A. B., & Al-Badi, A. (2019). An analysis of the factors affecting
mobile commerce adoption in developing countries: Towards an integrated model. Review
of International Business and Strategy, 29(3), 157�179.
https://doi.org/10.1108/RIBS-10-2018-0092.
Venkatesh, V., Morris, M. G., Davis,
G. B., & Davis, F. D. (2003). User acceptance of information technology:
Toward a unified view. MIS quarterly, 425-478.
Venkatesh, V., Thong, J. Y. L., &
Xu, X. (2012). Consumer acceptance and use of information technology: extending
the unified theory of acceptance and use of technology. MIS Quarterly,
157�178.
Wang, Y., Wang, Y., Lin, H. and Tang,
T. (2003), �Determinants of user acceptance of Internet banking: an empirical
study�, International Journal of Service Industry Management, Vol. 14 No. 5,
pp. 501-519.
Wu, Z., & Liu, Y. (2022).
Exploring country differences in the adoption of mobile payment service:
the surprising robustness of the UTAUT2 model. International Journal of Bank
Marketing. https://doi.org/10.1108/IJBM-02-2022-0052.
Xia, L., Monroe, K.B. and Cox, J.L.
(2004), �The price is unfair! A conceptual framework of price fairness
perceptions�, Journal of Marketing, Vol. 68 No. 4, pp. 1-15.
Zikmund, W. G., Babin, B. J., Carr, J. C., &
Griffin, M. (2013). Business research methods. Cengage learning.
Copyright holder: Putri Dwi Romodhyanti,
Chairil Anwar, Dwi Handayani, Dalilah, Gita Dwi Prasasti, Iche Andriyani Liberty (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |