Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
RESPON
PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI FORMULA KHUSUS PADA TANAMAN KAKAO (Theobromae cacao L.) YANG
DITUMPANGSARIKAN DENGAN KACANG TANAH (Arachis
hypogaea L.) dan JAGUNG (Zea mays
L.)
Ninin Suriyani, Ambo
Ala, Kaimuddin
Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Indonesia
E-mail:
[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Upaya
peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani kakao dapat dilakukan antara lain
dengan pemberian Pupuk NPK Formula Khusus. Lahan kosong di antara tanaman kakao
dapat dimanfaatkan dengan menanam tanaman semusim sebelum tanaman menghasilkan seperti
tanaman kacang tanah dan jagung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh berbagai dosis NPK formula khusus dan tumpangsari tanaman kakao,
kacang tanah dan jagung terhadap terhadap pertumbuhan tanaman kakao. Penelitian
disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 2 faktor dengan perlakuan
dosis pupuk NPK Pelangi formula khusus yang terdiri dari tanpa pemberian (po),
50 g pohon-1 (p1), 100 g pohon-1 (p2)
dan 150 g pohon-1 (p3). Faktor kedua adalah tumpangsari
terdiri dari monokultur kakao (k0), tumpangsari kakao dengan kacang
tanah (k1) dan tumpangsari kakao dengan jagung (k2). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dosis 150 g pohon-1 NPK Pelangi formula
khusus menghasilkan rata-rata tanaman tertinggi, jumlah daun terbanyak dan diameter
batang terlebar pada tanaman kakao. Tumpangsari tanaman kakao dan kacang tanah
serta jagung serta interaksi antara berbagai dosis NPK formula khusus dengan
tumpangsari tanaman kakao, kacang tanah serta jagung tidak berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman kakao.
Kata Kunci: Pupuk
NPK Pelangi, Formula Khusus, Tanaman Kakao.
Abstract
Efforts to increase the
productivity and efficiency of cocoa farming can be done, among others, by
providing Special Formula NPK Fertilizer. Vacant land between cocoa plants can
be utilized by planting annuals before yielding crops such as peanuts and corn.
This study aims to analyze the effect of various doses of NPK special formulas
and intercropping of cocoa, peanut and corn plants on the growth of cocoa
plants. The study was prepared in a 2-factor factorial Group Randomized Design
(RAK) with a special formula NPK Pelangi fertilizer dosage treatment consisting
of no administration (po), 50 g tree-1 (p1), 100 g tree-1 (p2) and 150 g tree-1
(p3). The second factor is intercropping consisting of cocoa monoculture (k0),
cocoa intercropping with peanuts (k1) and cocoa intercropping with corn (k2).
The results showed that a dose of 150 g of tree-1 NPK Pelangi special formula
resulted in the highest plant average, the highest number of leaves and the
widest stem diameter in cocoa plants. Intercropping of cocoa and peanut plants
and corn as well as the interaction between various doses of NPK special
formula with intercropping of cocoa, peanut and corn plants have no effect on
the growth of cocoa plants.��
Keywords: NPK Rainbow Fertilizer, Special
Formula, Cocoa Plant.
Pendahuluan
Kakao
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian
nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa
negara.
Indonesia
masih memiliki lahan potensial yang cukup besar untuk pengembangan kakao yaitu
lebih dari 6,2 juta ha terutama di Irian Jaya, Kalimantan Timur, Sulawesi
Tengah, Maluku dan Sulawesi Tenggara. Luas areal kakao nasional pada tahun 2019
adalah 1.560.944 Ha yang terdiri dari perkebunan rakyat seluas 1.542.704 Ha,
perkebunan negara seluas 7.499 Ha dan perkebunan swasta 10.741 Ha (Dirjen
Perkebunan, 2020). Disamping itu kebun yang telah di bangun masih berpeluang untuk
ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas rata-rata saat ini kurang dari
50% potensinya. Menurut Dirjen Perkebunan (2020), produksi kakao nasional pada
tahun 2019 adalah 734.796 Ton yang terdiri dari perkebunan rakyat sebanyak
729.371 Ton, perkebunan negara seluas 1.620 Ton dan perkebunan swasta 3.806
Ton.
Petani
masih menghadapi masalah rendahnya produktivitas, efisiensi, dan mutu biji,
dalam pengembangan usahatani kakao. Sari et al., (2017) mengemukakan rendahnya
produktivitas kakao umumnya disebabkan oleh umur tanaman yang tua, varietas
yang kurang tahan terhadap hama/penyakit, pemupukan yang tidak seimbang, dan
pemeliharaan kebun yang kurang maksimal.
Upaya
peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani kakao dapat dilakukan antara lain
dengan pemupukan yang tepat. Menurut Azri (2015) dalam Sumarno et al., (2018),
tanpa pemupukan yang tepat, kualitas lahan menurun dan berkurangnya unsur hara
tanah, dan rusaknya sifat fisik dan biologis tanah. Hara N, P, dan K merupakan hara
esensial bagi tanaman. Penambahan pupuk NPK dengan dosis yang tepat pada
budidaya kakao dapat meningkatkan produksi dan efisiensi usahatani. Nasrullah et
al. (2015) serta Daryadi dan Ardian (2017) mengemukakan pemberian pupuk NPK memberikan
pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan bibit kakao.
Lahan
kosong di antara tanaman kakao yang diremajakan dengan penanaman bibit baru
dapat dimanfaatkan dengan menanam tanaman semusim sebelum tanaman menghasilkan.
Tahir dan Hamadi (1985) mengemukakan bahwa pemanfaatan lahan di antara tanaman
berumur panjang dengan tanaman semusim dapat menghemat penggunaan pupuk,
mengurangi biaya penyiangan dan meningkatkan pendapatan petani. Menurut Lulie
(2017), tumpangsari merupakan salah satu bentuk multiple cropping dan penerapan
pertanian berkelanjutan. Sistem pertanian berganda (multiple cropping) dipandang sebagai salah satu sistem pertanian
yang dapat meningkatkan produktivitas lahan. Tujuan penelitian untuk mengetahui
respon pemberian pupuk NPK Formula Khusus pada tanaman kakao yang
ditumpangsarikan dengan kacang tanah dan jagung.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Desa Poreang, Kecamatan Tanalili, Kabupaten Luwu Utara pada
Juli sampai November 2022.
Penelitian
disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 2 faktor dengan perlakuan
dosis pupuk NPK Pelangi formula khusus yang terdiri dari tanpa pemberian (po),
50 g pohon‑1 (p1), 100 g pohon‑1
(p2) dan 150 g pohon‑1 (p3). Faktor
kedua adalah tumpangsari terdiri dari monokultur kakao (k0),
tumpangsari kakao dengan kacang tanah (k1) dan tumpangsari kakao
dengan jagung (k2).
Keseluruhan data yang diperoleh pada penelitian dianalisis
dengan sidik ragam atau Analysis of
Variance (ANOVA). Apabila terdapat pengaruh nyata atau sangat nyata, akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
atau uji LSD (Least Significance
Different) untuk mengetahui perbedaan rata-rata setiap perlakuan.
Pelaksanaan
penelitian terdiri dari persiapan, penanaman dan pemeliharaan. Lahan
dibersihkan terlebih dulu kemudian di buat lubang tanam yang berukuran lebar 40
cm � 40 cm dan dalam 40 cm, dipisahkan tanah permukaan (top soil) dan tanah
lapisan berikutnya, sebaiknya didiamkan lubang hingga 1 minggu yang bertujuan
untuk pemulihan tanah. Luas lahan per petak percobaan adalah 6 m �
8 m
Aplikasi pupuk NPK
Pelangi formula khusus dilakukan setelah penanaman bibit tanaman kakao dengan
dosis sesuai dengan perlakuan masing-masing. Aplikasi dilakukan dengan cara
piringan dengan jarak 15 cm dari tanaman kakao. Sedangkan pemupukan untuk
tanaman kacang tanah berupa pupuk NPK 16:16:16 dosis 200 kg ha-1
dilakukan pada tanaman berumur 1 MST. Untuk tanaman jagung diberikan pupuk Urea
dan NPK phonska dosis 200 kg ha-1 dan NPK 300 kg ha-1 pada
saat tanam, 3 MST dan 5 MST. Pupuk diberikan dengan cara di alur dari barisan
tanaman. Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan, pengendalian hama dan
penyakit.
Hasil
dan Pembahasan
Perlakuan
berbagai jenis pupuk NPK berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun dan diameter batang tanaman kakao. Faktor tumpangsari dan interaksi
antara jenis jenis pupuk NPK dengan tumpangsari berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang tanaman kakao.
Perlakuan
dosis 150 g pohon-1 NPK Pelangi formula khusus (p3)
menghasilkan rata-rata tanaman kakao tertinggi (76,30 cm), jumlah daun tanaman kakao
terbanyak (29,07 helai), diameter batang tanaman kakao terlebar (0,46 cm) dan berbeda
nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 1).
Tabel 1
Rata-rata pertumbuhan bibit tanaman
kakao
5.5 |
Tinggi
Tanaman (cm) |
Jumlah
Daun (helai) |
Diameter
Batang (cm) |
||||||||||||
Tumpangsari |
Rata-rata |
NP
BNT0.05 |
Tumpangsari |
Rata-rata |
NP
BNT0.05 |
Tumpangsari |
Rata-rata |
NP
BNT0.05 |
|||||||
k0 |
k1 |
k2 |
k0 |
k1 |
k2 |
k0 |
k1 |
k2 |
|||||||
0 NPK (p0) |
64.78 |
67.26 |
63.26 |
65.10b |
5.6381 |
21.74 |
23.20 |
15.31 |
20.09b |
4.5754 |
0.37 |
0.37 |
0.33 |
0.36b |
0.0466 |
50 gr/phn (p1) |
69.16 |
67.19 |
59.10 |
65.15b |
27.28 |
18.56 |
22.33 |
22.72b |
0.42 |
0.40 |
0.33 |
0.39b |
|||
100 gr/phn (p2) |
76.77 |
63.93 |
66.37 |
69.02b |
27.57 |
22.30 |
20.87 |
23.58b |
0.47 |
0.33 |
0.41 |
0.40b |
|||
150 gr/phn (p3) |
73.20 |
75.35 |
80.33 |
76.30a |
26.19 |
29.72 |
31.31 |
29.07a |
0.45 |
0.46 |
0.47 |
0.46a |
|||
Rata-rata |
70.98 |
68.43 |
67.27 |
25.69 |
23.44 |
22.46 |
0.43 |
0.39 |
0.39 |
||||||
NP
BNT0.05 |
4.8827 |
3.9624 |
0.0404 |
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama
pada kolom (a, b) berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji BNTα=0,05
�����������������������������������
Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa dosis 150 g pohon-1 NPK Pelangi
formula khusus (p3) menghasilkan rata-rata tanaman kakao tertinggi
(69,02 cm), jumlah daun tanaman kakao terbanyak (29,07 helai) dan diameter
batang tanaman kakao terlebar (0,46 cm) dan berbeda nyata dibandingkan dosis
pupuk NPK Pelangi formula khusus lainnya. Hal ini diduga disebabkan kebutuhan tanaman
kakao terhadap unsur N, P, dan K telah terpenuhi pada pemberian dosis 50 g
pohon-1 NPK Pelangi formula khusus sehingga dapat meningkatkan
tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang tanaman. Menurut Suryana (2008),
suatu tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan subur apabila unsur hara yang
dibutuhkan ada dan tersedia cukup serta ada dalam bentuk yang sesuai untuk
diserap oleh bulu-bulu akar. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan
meningkat bila menggunakan jenis pupuk, dosis, waktu dan cara pemberian yang
tepat.
N
dalam pupuk NPK berfungsi merangsang pembelahan dan pembesaran sel pada tanaman
akan. Nitrogen di dalam tanaman akan digunakan untuk pertumbuhan pucuk
dibandingkan untuk pertumbuhan akar, selain itu unsur N pada pupuk NPK dapat
memicu pertumbuhan tanaman, karena N akan membentuk asam-asam amino menjadi
protein yang digunakan untuk membentuk hormon pertumbuhan. Apabila serapan N
meningkat, maka kandungan klorofil juga meningkat sehingga fotosintesis yang
dihasilkan serta dialokasikan ke pertumbuhan tinggi tanaman juga meningkat. Hal
ini juga sesuai dengan Sarief (1993) menyatakan bahwa proses fotosintesis akan
berjalan aktif, jika unsur hara makro (Nitrogen) tersedia dalam jumlah yang
cukup pada saat pertumbuhan vegetatif, maka pembelahan tanaman dapat dilihat
laju pertumbuhan yang mengalami peningkatan.
Unsur
Nitrogen juga berperan dalam pembentukan klorofil yang akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dengan meningkatnya laju fotosintesis yang menghasilkan
asimilat yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman kakao yang dapat
dilihat dari tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang yang terbentuk. Adil
et al., (2005) menyatakan bahwa Unsur Nitrogen berfungsi sebagai pembentuk
klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Semakin tinggi
pemberian nitrogen (sampai batas optimumnya) maka jumlah klorofil yang
terbentuk akan meningkat. Meningkatnya jumlah klorofil mengakibatkan laju
fotosintesis pun meningkat sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat dan
maksimum. Koryati, (2004) menambahkan bahwa hasil fotosintesis digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ tanaman.
Selanjutnya
Suriatna, (1992) menyatakan bahwa unsur nitrogen sangat dibutuhkan untuk memacu
proses laju fotosintesis tanaman dalam menghasilkan fotosintat yang membantu
pertumbuhan diameter pangkal batang.
Posfor
yang terdapat dalam pupuk NPK memiliki peran dalam pembentukan dan perkembangan
akar pada masa vegetatif. Pemberian fosfat mengakibatkan unsur fosfor tersedia
dalam jumlah yang cukup sehingga akar yang terbentuk banyak. Jika akar berada
dalam jumlah banyak maka penyerapan unsur hara akan berjalan baik, seiring
dengan meningkatnya penyerapan unsur hara maka semakin banyak fotosintat yang ditranslokasikan.
Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan tanaman kakao semakin meningkat yang
ditandai dengan tanaman kakao yang lebih tinggi dengan jumlah daun yang lebih
banyak dan diameter batang yang lebih lebar.
Unsur
P selain untuk pembelahan sel, juga dimanfaatkan untuk pembentukan ATP. ATP
adalah energi yang digunakan dalam reaksi fase gelap fotosintesis yaitu dalam
proses fiksasi CO2 sehingga laju fotosintesis optimal untuk
meningkatkan jumlah daun. Lakitan (2012) menyatakan bahwa unsur P berperan dalam
pembelahan sel dan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat yang berperan
dalam reaksi-reaksi pada fase gelap.
Ahmad
(2011), mengemukakan fosfor (P) merupakan unsur hara yang diperlukan dalam
jumlah besar (hara makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan
Nitrogen dan Kalium. Tetapi fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan (Key of life). Unsur ini merupakan
komponen tiap sel hidup dan cenderung terkonsentrasi dalam biji dan titik
tumbuh tanaman. Unsur P dalam phospat adalah (Fosfor) sangat berguna bagi
tumbuhan karena berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar terutama pada
awal-awal pertumbuhan.
Unsur
Kalium dalam pupuk NPK berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim dalam
reaksi fotosintesis dan respirasi serta terlibat dalam sintesis protein dan
pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur potensi osmotik
sel dan tekanan turgor sel serta sangat penting dalam proses membuka dan
menutupnya stomata sehingga CO2 dan unsur-unsur lain dapat difiksasi
masuk dalam jaringan tanaman yang pada akhirnya menyebabkan proses-proses
metabolism dalam tanaman dapat berjalan optimal untuk mendukung pertumbuhan
tanaman kakao. Nursyamsi et al., (2008) menyatakan bahwa Kalium merupakan hara
makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak setelah N dan P.
Unsur
K yang tinggi membantu pembentukan protein dan mineral serta meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap penyakit, dan juga Kalium sangat penting dalam proses
metabolisme tanaman dan di dalam proses fotosintesis (Yulianto et al., 2021). Selain
itu, di dalam pupuk NPK NPK Pelangi formula khusus terdapat kandungan unsur Mg
yang dapat mempengaruhi proses fotosintesis tanaman kakao untuk membentuk
karbohidrat sehingga pertumbuhan kakao lebih baik lagi. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Farhat et al., (2016)
bahwa magnesium (Mg) merupakan salah satu unsur hara penting yang dapat
mempengaruhi fotosintesis dan akumulasi karbohidrat pada tanaman. Kebutuhan Mg
untuk pertumbuhan tanaman yang optimal adalah 1,5�3,5 g.kg-1 pada
bagian vegetatif, dan konsentrasi Mg di larutan tanah berkisar 125
μmol.L-1 � 8,5 mmol. L-1 (Marschner, 2012).
Kesimpulan
Dosis 150 g pohon-1 NPK
Pelangi formula khusus menghasilkan rata-rata tanaman tertinggi, jumlah daun
terbanyak dan diameter batang terlebar pada tanaman kakao. Tumpangsari
tanaman kakao dan kacang tanah serta jagung tidak berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman kakao. Interaksi antara
berbagai dosis NPK formula khusus dengan tumpangsari tanaman kakao, kacang
tanah serta jagung tidak berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kakao
BIBLIOGRAFI
Adil, W. H., N. Sunarlim, dan I. Roostika.
2005. Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Nitrogen terhadap Tanaman Sayuran.
Biodiversitas 7 (1) : 77-80.
Ahmad. F. 2011. Pengaruh Interaksi Hara
Nitrogen Dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L) Pada tanah
regosol dan Latosol. Jurnal FMIPA. 10 (3):10-19
Daryadi dan Ardian. 2017. Pengaruh
pemberian kompos ampas tahu dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.). Jom Faperta 4 (2):
1-14.���
Dirjen Perkebunan. 2020. Statistik
Perkebunan Unggulan Nasional 2019 � 2021. Direktorat Jenderal Perkebunan
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta
Farhat, N., Elkhouni, A., Zorrig, W.,
Smaoui, A., Abdelly, C., Rabhi, M. 2016. Effects of magnesium deficiency on
photosynthesis and carbohydrate partitioning. Acta Physiol Plantar 38(6):145.
Koryati, T. 2004. Pengaruh Penggunaan
Mulsa dan Pemupukan Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabai Merah (Capsicum annum L.). Agronomi 2 (1) :
15-19
Lakitan, B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Rajawali Press. Jakarta
Lulie B. 2017. Intercropping practices as
an alternative pathway for sustainable agriculture: A review. Journal of
Agricultural Science and Research. 5(6): 440-452.
Nasrullah., Nurhayati., dan A, Marliah. 2018.
Pengaruh Dosis Pupuk NPK (16:16:16) dan Mikoriza terhadap Pertumbuhan Bibit
Kakao (Theobroma cacao L.) pada Media
Tumbuh Subsoil. Jurnal Agrium 12(2): 56-64
Nursyamsi, D., Idris, K., Sabiham, S.,
Rachim, DA., & Sofyan, A. 2008, �Pengaruh asam oksalat, Na+, NH4+,
dan Fe+ terhadap ketersediaan K tanah, serapan N, P, dan K tanaman
sertaproduksi jagung pada tanah-tanah yang didominasi smektit�. Jurnal Tanah
dan Iklim Indonesia, Soil and Climate Journal No. 28, hlm. 69-81.
Sari, D.M., A. Fariyanti, dan N.
Tinaprilla. 2017. Analisis efisiensi teknis perkebunan kakao rakyat di Provinsi
Lampung. Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar 4(1) :31 - 40.
Sarief, S. 1993. Kesuburan dan pemupukan
tanah pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Sumarno, J., R. H. Anasiru., E. Retnawati.
2018. Analisis Dampak Penggunaan Pupuk NPK Lodrin Terhadap Produksi dan
Efisiensi Usahatani Kakao. Informatika Pertanian, Vol. 27 No.2, Desember 2018 :
73 � 86.
Suriatna, S. 1992. Pupuk dan Pemupukan.
Mediyatama Sarana. Pustaka. Jakarta
Suryana, N, K. 2008. Pengaruh naungan dan
pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman paprika (Capsicum annum var.Grossum) Jurnal
Agrisains, (9),(2):89-95
Tahir, M. dan Hamadi. 1985. Tumpang hilir.
CV. Yasaguna, Jakarta.
Yulianto, S., Y, Y, Bolly & J. Jeksen.
2021. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)
Di Kabupaten Sikka. Jurnal Inovasi Penelitian. 1(10): 2165-2170.
�
Copyright holder: Putri Dwi Romodhyanti, Chairil
Anwar, Dwi Handayani, Dalilah, Gita Dwi Prasasti, Iche Andriyani Liberty (2022) |
First publication
right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is
licensed under: |