Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia �p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
KEEFEKTIFAN
LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN BAHAYA SEKS BEBAS PADA PESERTA
DIDIK KELAS XI SMAN 1 BOJONEGARA KABUPATEN SERANG
Anjani
Dipika Asih, Dwi Dasalinda
Bimbingan dan Konseling, Universitas Muhammadiyah
Prof. Dr. Hamka, Indonesia
E-mail: [email protected], [email protected]
Abstrak
Arus globalisasi tanpa penyaringan bisa membawa imbas
negatif akan budaya dan perilaku masyarakat sekarang. Perkembangan abad ini turut mempengaruhi sikap seksual remaja. Minimnya pengetahuan remaja tentang seks didukung dengan
kurangnya pendidikan atau informasi yang mereka terima dari rumah maupun
sekolah. Oleh sebab itu, penelitian dilaksanakan guna mencaritahu
keefektifan layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas
khususnya para siswa kelas XI SMAN 1 Bojonegara. Jenis penelitian berikut merupakan penelitian kuantitatif eksperimen yang
mempergunakan Pre-Test dan Post-Test
Design dengan sampel 50 orang responden kelas XI. Pengumpulan data
berupa kuesioner dengan bentuk jawaban skala Guttman. Digunakan uji wilcoxon
dalam analisis data lalu peneliti dapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0.000 ≤ 0.05. Dapat
peneliti simpulkan bahwa layanan informasi tersebut efektif guna meningkatkan
pemahaman bahaya seks bebas.
Kata
kunci: seks bebas, layanan informasi, peserta didik.
Abstrack
The flow of
globalization without filtering can have a negative impact on the culture and
behavior of today's society. Developments in this century also affect
adolescent sexual attitudes. The lack of knowledge of adolescents about sex is
supported by the lack of education or information they receive from home or
school. Therefore, research was conducted to find out the effectiveness of
information services in increasing understanding of the dangers of free sex,
especially for class XI students of SMAN 1 Bojonegara. The following type of
research is a quantitative experimental research using Pre-Test and Post-Test
Design with a sample of 50 class XI respondents. Data collection was in the
form of a questionnaire with the Guttman scale answers. The Wilcoxon test was
used in data analysis and the researchers obtained the Asymp value. Sig.
(2-tailed) namely 0.000 ≤ 0.05. Researchers can conclude that the information
service is effective in increasing understanding of the dangers of free sex.
Keywords: free sex, information services,
students.
Pendahuluan
Masa
remaja merupakan masa yang menggebu-gebu akan petualangan serta pengenalan hal
baru guna bekal mereka di kehidupan masa mendatang. Masa remaja ditandai dengan
adanya perubahan yang siginifkan pada fisik, keadaan psikis tidak stabil dan
terdapat penyesuaian baru dalam diri remaja terhadap lingkungan sosial
Secara
luas diyakini bahwa masa remaja diawali melalui proses yang mengarah pada
pubertas dan kematangan seksual atau kesuburan. Pada masa remaja terdapat
perubahan besar yang berkaitan dengan aspek perkembangan. Pubertas adalah suatu
bentuk perubahan fisik pada masa remaja, dimana tubuh anak berkembang menjadi
tubuh orang dewasa. Pada titik ini, organ reproduksi remaja berkembang pesat
dan mampu bereproduksi secara seksual. Karena hal itu, wajar saja jika remaja
mempunyai dorongan seksual yang besar. Mereka yang tidak mampu mengontrolnya
akan sangat mungkin untuk mereka melakukan seks bebas, namun jika mereka mampu
mengontrolnya maka sangat mungkin untuk terhindar dari seks bebas.
Mayoritas
para remaja memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi (a high level of curiosity). Remaja cenderung mengeksplorasi semua
hal yang sebelumnya tidak pernah mereka alami. Remaja tidak hanya termotivasi
untuk menjadi dewasa, tetapi mereka juga ingin mencoba kegiatan yang bisa
dilakukan orang dewasa, termasuk hal yang berbau seksual. Remaja perlu
mengakses dan mengeksplorasi diri karena belum banyak tersedia informasi umum
yang mendetail mengenai kesehatan reproduksi. Majalah, buku, dan film porno
adalah referensi utama untuk menjelaskan kenikmatan seks tanpa mengajari mereka
tanggung jawab dan risiko yang akan mereka hadapi. Mereka juga akan belajar
tentang seks dari internet. Alhasil, generasi remaja pada saat ini berani
berhubungan seks di usia yang cenderung sangat muda, sekitar 13-15 tahun.
Perubahan
zaman ikut andil dalam mempengaruhi sikap seksual remaja dan bereaksi terhadap sikap tersebut. Segala hal yang dilarang untuk
dilakukan remaja generasi terdahulu dan generasi sekarang sudah menjadi hal
biasa, dan bahkan pada zaman sekarang, hal ini menjadi ajang trend dikalangan
remaja. Bahkan banyak dari mereka yang setuju dengan sex bebas dan
melakukannya. Keadaan yang cukup
mengkhawatirkan dikarenakan sikap tersebut dapat memicu terjadinya kasus kehamilan yang tidak direncanakan, aborsi,
tertular penyakit seksual bahkan bisa menyebabkan kematian.
Kegiatan seks bebas merupakan cara mencurahkan atau
meluapkan hasrat seksual efek dari matangnya organ seksual, contohnya berkencan
sangat mesra, bercumbu, hingga melakukan hubungan yang melanggar norma
Seks bebas perbuatan
menyimpang yang tidak pantas untuk dicontoh semua generasi terutama generasi
muda. Perbuatan tersebut termasuk salah satu budaya bangsa asing yang
berseberangan terhadap nilai dan norma yang berlaku Indonesia�. KPAI dan Kemenkes melakukan survei pada
Oktober 2013, mendapati sekitar 63% remaja pernah berhubungan seks dengan
pacarnya ataupun orang sewaan diluar pernikahan yang sah. SDKI pada 2017
mengungkapkan, bahwa 2% remaja perempuan dan 8% remaja laki-laki berterus
terang sudah berhubungan seksual sebelum menikah, 11% diantaranya mengalami KTD
Hasil
survei dari 8084 remaja putra dan putri yang berusia 15-24 tahun di 20
kabupaten pada 4 provinsi ditemukan sebanyak 46,2% remaja berpikiran bahwa
tidak akan hamil jika hanya satu kali berhubungan seksual. Persepsi yang salah
tersebut lebih banyak diyakini oleh (49,7%) remaja putra� dibanding remaja putri (42,3%)
KPAI
dan Kemenkes mengadakan survei tahun
2013, sebanyak 62,7% remaja Indonesia melakukan aktivitas seksual tanpa pernikahan. Dari 94.270 wanita yang hamil, 20%
dari mereka termasuk dalam kelompok usia remaja yang mengalami kehamilan tanpa pernikahan, 21% diantaranya melakukan aborsi
Sudah
terlihat saat ini seks bebas telah banyak terjadi di berbagai kalangan usia
termasuk remaja dan terjadi di banyak daerah termasuk Banten. Salah satu upaya
dalam mencegah kasus tersebut agar tidak semakin banyak, peneliti berupaya
memberi sebuah layanan pada salah satu sekolah daerah Banten yaitu SMAN 1
Bojonegara Kabupaten Serang, khususnya di kelas XI.
Berdasar
pada penjelasan tersebut, tujuan yang peneliti ingin capai dari dilaksanakannya
penelitian tersebut ialah mengetahui Keefektifan Layanan Informasi untuk
Meningkatkan Pemahaman Bahaya Seks Bebas pada Peserta Didik Kelas XI SMAN 1
Bojonegara Kabupaten Serang.
Metode
Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
eksperimen. Studi eksperimental merupakan jenis studi yang dilaksanakan guna
mengetahui pengaruh dari satu perlakuan terhadap perlakuan lain dengan situasi
yang terkendali
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan data yang peneliti sudah peroleh,
didapat hasil data penelitian sebelum diberi layanan (pre-test) dan hasil data sesudah diberi layanan (post-test). Pengolahan data dilakukan
menggunakan Excel for windows dan SPSS.
Deskripsi
Data Pre-Test
Sesuai dengan metodologi penelitian, peneliti
melaksanakan pre-test guna mengetahui
keadaan awal peserta didik terkait pemahaman bahaya seks bebas. Maka, berikut
merupakan tabel data hasil pre-test:
Tabel 1
Data hasil Pre-Test Peserta Didik Mengenai
Pemahaman Seks Bebas
Kategori |
Skor |
Nilai |
Frekuensi |
Persentase |
Tinggi |
򋨫 15 |
≥ 71 |
2 |
4% |
Sedang |
8 � 14 |
36 - 70 |
37 |
74% |
Rendah |
≤ 7 |
≤ 35 |
11 |
22% |
Jumlah |
|
|
50 |
100% |
Tabel tersebut memperlihatkan sebanyak 50 responden
mengikuti pre-test. Tampak 3 kategori
untuk membedakan pemahaman bahaya seks bebas peserta didik. Untuk kategori
tinggi dengan skor ≥ 15 atau nilai ≥ 71 didapat sebanyak 2 responden dengan persentase 4%. Dalam kategori sedang
dengan skor 8-14 atau nilai sebesar 36-70 terdapat 37 responden dengan
persentase 74%. Dan untuk kategori rendah dengan skor ≤ 7 atau nilai ≤ 36
didapat 11 responden dengan persentase 22%. Dapat disimpulkan dari tabel
diatas, rata-rata pemahaman peserta didik kelas XI SMAN 1 Bojonegara terkait
dengan bahaya seks bebas sebesar 56,9% dengan kategori terbanyak yaitu sedang
sebanyak 37 orang responden.
Deskripsi
Data Post-Test
Setelah pemberian layanan informasi lalu
dilaksanakan tes kembali, peneliti mendapatkan data hasil post-test dalam tabel berikut ini:
Tabel 2
Data hasil Post-Test Peserta Didik Mengenai
Pemahaman Seks Bebas
Kategori |
Skor |
Nilai |
Frekuensi |
Persentase |
Tinggi |
򋨫 15 |
≥ 71 |
49 |
98% |
Sedang |
8 � 14 |
36 � 70 |
1 |
2% |
Rendah |
≤ 7 |
≤ 35 |
0 |
0% |
Jumlah |
|
|
50 |
100% |
Dalam tabel tersebut, terlihat dari 50 responden
yang mengikuti post-test terdapat 98%
atau 49 responden yang masuk kategori tinggi dalam memahami bahaya seks bebas.
Selanjutnya hanya 1 responden saja sebesar 2% yang masuk ke dalam kategori
sedang. Berdasar pada hasil data yang peneliti dapatkan, rata-rata skor post-test sebesar 95,4%. Dapat penulis
simpulkan yakni pemahaman peserta didik kelas XI SMAN 1 Bojonegara setelah
diberi layanan informasi terkait bahaya seks bebas termasuk kedalam kategori
tinggi. Keadaan ini ditunjukkan dari rata-rata skor pemahaman peserta didik terkait
bahaya seks bebas, yaitu antara pre-test
dan post-test yang mengalami
peningkatan dan berada di kategori yang berbeda.
Perbandingan
Data Pre-Test dan Post-Test
Perbandingan data hasil pre-test dan post-test
terhadap pemahaman seks bebas tiap peserta didik dijelaskan pada gambar diagram
berikut ini:
Gambar 1
Diagram
Perbandingan Data Hasil Pre-Test dan Post-Test
Dari diagram perbandingan tersebut, sudah dipastikan
terdapat perbedaan data pre-test
serta post-test. Pada tabel
sebelumnya dijelaskan bahwa rata-rata data hasil pre-test dari 50 responden sebanyak 56,9% masuk kedalam kategori
sedang, kemudian setelah diberikan layanan informasi lalu di lakukan tes
kembali (post-test) sebanyak 95,4%
peserta didik masuk kedalam kategori tinggi. Hal inilah yang menunjukkan
layanan informasi berarti berpengaruh terhadap pemahaman peserta didik karena
terjadi peningkatan atau perbedaan yang signifikan pada hasil tes.
Pembahasan
Minimnya pengetahuan remaja tentang seks didukung
dengan kurangnya pendidikan atau informasi yang mereka terima dari rumah maupun
sekolah
Layanan informasi memiliki upaya untuk menyediakan
informasi yang dibutuhkan individu. Layanan informasi pun berupaya menyediakan
pengetahuan serta pemahaman bagi siswa tentang lingkungannya serta proses
pengembangannya
Penelitian inipun diperkuat oleh beberapa penelitian
lain yang sudah dilaksanakan salah satunya oleh Khoirul Muhimmah (2016) yaitu
diperoleh nilai t hitung ≥ t tabel (3,980 > 1,713) dengan tingkat
signifikansi 5% maka tampak pengaruh yang signifikan terkait layanan informasi
cara bergaul terhadap upaya pencegahan perilaku seks bebas
Adapun menurut Suci Nuru Muklathi, dkk (2022)
layanan informasi perilaku seksual dan pengetahuan serta sikap remaja
memberikan kontribusi sebesar 72,8% terhadap pencegahan perilaku seksual
pranikah
Pengujian
Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis penelitian, digunakan uji Wilcoxon Signed Rank dengan memanfaatkan
SPSS 25. Uji Wilcoxon berfungsi
guna mengkaji hasil peninjauan yang terdiri dari dua data, akankah data
tersebut akan berbeda atau tidak. Dimana:
H0 = Layanan
informasi tersebut tidak efektif untuk meningkatkan pemahaman bahaya seks bagi
peserta didik.
Ha = Layanan
informasi tersebut efektif untuk meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas bagi
peserta didik.
Tabel
3
Analisis
uji Wilcoxon Signed Rank
Test
Statisticsa |
|
|
Post
Test - Pre Test |
Z |
-6.173b |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
.000 |
Pada tabel diatas, terlihat nilai dari Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0.000. Sebab nilai 0.000 ≤ 0.05 dengan itu ditetapkan
Ha (diterima) dan H0 (ditolak). Demikian, bisa peneliti simpulkan yakni layanan
informasi efektif untuk meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas peserta didik
kelas XI SMAN 1 Bojonegara Kabupaten Serang.
Kesimpulan
Bertumpu pada hasil penelitian, peneliti dapat
simpulkan secara garis besar bahwa layanan informasi efektif untuk meningkatkan
pemahaman bahaya seks bebas pada peserta didik kelas XI SMAN 1 Bojonegara.
Adapun secara spesifik antara lain: (1) Sebelum diberi layanan informasi oleh
peneliti, wawasan para peserta didik perihal seks bebas berada di kategori
sedang, (2) Setelah diberi layanan informasi oleh peneliti, wawasan para
peserta didik perihal seks bebas berada di kategori tinggi, (3) Terjadi
peningkatan wawasan serta pemahaman peserta didik perihal bahaya seks bebas
setelah diberi Layanan Informasi.
BIBLIOGRAFI
Arikunto,
Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Damayanti, dkk. (2018). Layanan Informasi dengan Media Gambar untuk
Meningkatkan Pemahaman Sex Education Siswa. Indonesian Journal of Guidance and
Counseling: Theory and Application 7(1).
Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Djunaedi, Inda Melani. (2020). Urgensi Seks Edukasi Pada Remaja Agar
Terhindar Dari Perilaku Seks Pranikah.
Djama, N.T. (2017). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Kesehatan, 10(1).30-34.
Himawan, Anang Haris. (2007). Bukan Salah Tuhan Mengazab. Solo: Tiga
Serangkai.
Irana, Dewi Imong. (2017). Gaul Bebas Kenapa Enggak?. Jakarta: Gema
Insani.
LDFEUI dan NFPCB. Baseline Survey of Young
Adult Reproductive Welfare in Indonesia 1998/1999 Book I. Jakarta: LDFEUI dan
NFPCB, Juli 1999a.
LDFEUI
dan NFPCB. Baseline Survey of Young Adult Reproductive Welfare in Indonesia
1998/1999. Executive Summary and Recommendation Program. Jakarta: LDFEUI dan
NFPCB, Juli 1999b
Magdalena, Merry. (2010). Melindungi Anak dari Seks Bebas.
Jakarta: Grasindo.
Miqdad, Akhmad Azhar Abu. (1997). Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Hukum
Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Misdah & Rahman, Abdul. (2020). Seks Bebas Remaja Analisis Faktor Penyebab
Dan Pencegahan Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Pontianak: IAIN Pontianak
Press.
Monks, F.J. (1999). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, (Siti
Rahayu Haditono, Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Muhimmah,
Khoirul. (2016). Pengaruh Layanan
Informasi Cara Bergaul Terhadap Upaya Pencegahan Perilaku Seks Bebas Peserta
Didik Kelas Vii Smpn 2 Karangrejo Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran
2015/2016. Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri. Hal.4.
Muklathi dkk. (2022). Layanan Informasi Perilaku Seksual Dan Pengetahuan Serta Sikap Remaja Dalam
Pencegahan Perilaku Seksual Pranikah. ORIEN Cakrawala Ilmiah Mahasiswa, Volume
1, Number 3. 219-228.
Narbuko, Cholid & Ahmadi, Abu.
(2015).� Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution, Henni Syafriana & Abdillah.
(2019). Bimbingan Konseling �Konsep,
Teori dan Aplikasinya�. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia (LPPPI).
Nopalinda, Eva. (2019). Efektivitas Layanan Informasi Menggunakan
Media Video Untuk Meningkatkan Pengetahuan Seks Bebas Peserta Didik Kelas Viii
Smpn 01 Gedung Surian. Lampung: UIN Raden Intan.
Novrizaldi. (04 November, 2020). Seks
Bebas Bertentangan dengan Budaya Bangsa Indonesia.
Papalia dkk. (2011). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana.
Prayitno & Amti, Erman. (2015). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta.
Prayitno. (2004). Panduan Kegiatan di Sekolah. Bandung: Tri Cipta Tunggal.
Purwoko, Budi. (2008). Organisasi dan Managemen Bimbingan Konseling.
Surabaya: Unesa Uneversity Press.
Sarwono, Sarlito W. (2016). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Suherni. (2020). Tingkat Pengetahuan Tentang Seks Bebas Pada Remaja Di Smp Muhammadiyah
Kasihan Bantul Yogyakarta. Diakses pada 7 November 2022.
Sujadi, Eko & Noviani, Yesi. (2019). Efektivitas Layanan Informasi Dengan
Menggunakan Strategi Cooperative Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa
Mengenai Bahaya Seks Bebas. Indonesian Journal of Counseling & Development,
Vol. 01, No. 01. 63-74.
Sukardi, Dewa Ketut & Sumiati, Desak
Made. (1989). Pedoman Praktis Bimbingan
dan Penyuluhan di Sekolah. Denpasar: Rhineka cipta.
Sutoyo, Anwar. (2012). Pemahaman Individu. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tohirin, (2013). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali
Pers.
Umami, Ida. (2019). Psikologi Remaja. Yogyakarta: IDEA Press.
Willis, Sofyan S. (2005). Remaja dan Masalahnya. Alfabeta,
Bandung.
Winkel, W.S. & Hastuti, Sri. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Yakan, Fathi. (1991). Islam dan Seks. Jakarta: Firdaus.
Copyright holder: Anjani
Dipika Asih, Dwi Dasalinda (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |