Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia �p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 10, Oktober 2022

 

KEEFEKTIFAN LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN BAHAYA SEKS BEBAS PADA PESERTA DIDIK KELAS XI SMAN 1 BOJONEGARA KABUPATEN SERANG

 

Anjani Dipika Asih, Dwi Dasalinda

Bimbingan dan Konseling, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Indonesia

E-mail: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Arus globalisasi tanpa penyaringan bisa membawa imbas negatif akan budaya dan perilaku masyarakat sekarang. Perkembangan abad ini turut mempengaruhi sikap seksual remaja. Minimnya pengetahuan remaja tentang seks didukung dengan kurangnya pendidikan atau informasi yang mereka terima dari rumah maupun sekolah. Oleh sebab itu, penelitian dilaksanakan guna mencaritahu keefektifan layanan informasi dalam meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas khususnya para siswa kelas XI SMAN 1 Bojonegara. Jenis penelitian berikut merupakan penelitian kuantitatif eksperimen yang mempergunakan Pre-Test dan Post-Test Design dengan sampel 50 orang responden kelas XI. Pengumpulan data berupa kuesioner dengan bentuk jawaban skala Guttman. Digunakan uji wilcoxon dalam analisis data lalu peneliti dapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0.000 ≤ 0.05. Dapat peneliti simpulkan bahwa layanan informasi tersebut efektif guna meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas.

 

Kata kunci: seks bebas, layanan informasi, peserta didik.

 

Abstrack

The flow of globalization without filtering can have a negative impact on the culture and behavior of today's society. Developments in this century also affect adolescent sexual attitudes. The lack of knowledge of adolescents about sex is supported by the lack of education or information they receive from home or school. Therefore, research was conducted to find out the effectiveness of information services in increasing understanding of the dangers of free sex, especially for class XI students of SMAN 1 Bojonegara. The following type of research is a quantitative experimental research using Pre-Test and Post-Test Design with a sample of 50 class XI respondents. Data collection was in the form of a questionnaire with the Guttman scale answers. The Wilcoxon test was used in data analysis and the researchers obtained the Asymp value. Sig. (2-tailed) namely 0.000 ≤ 0.05. Researchers can conclude that the information service is effective in increasing understanding of the dangers of free sex.

 

Keywords: free sex, information services, students.

 

Pendahuluan

Masa remaja merupakan masa yang menggebu-gebu akan petualangan serta pengenalan hal baru guna bekal mereka di kehidupan masa mendatang. Masa remaja ditandai dengan adanya perubahan yang siginifkan pada fisik, keadaan psikis tidak stabil dan terdapat penyesuaian baru dalam diri remaja terhadap lingkungan sosial (Willis, 2005). Seseorang yang disebut sebagai remaja ialah yang berusia 12-21 tahun, usia remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, masa remaja awal ditandai dengan usia 12 hingga 15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15 hingga 18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18 hingga 22 tahun�(Monks, 1999).

Secara luas diyakini bahwa masa remaja diawali melalui proses yang mengarah pada pubertas dan kematangan seksual atau kesuburan. Pada masa remaja terdapat perubahan besar yang berkaitan dengan aspek perkembangan. Pubertas adalah suatu bentuk perubahan fisik pada masa remaja, dimana tubuh anak berkembang menjadi tubuh orang dewasa. Pada titik ini, organ reproduksi remaja berkembang pesat dan mampu bereproduksi secara seksual. Karena hal itu, wajar saja jika remaja mempunyai dorongan seksual yang besar. Mereka yang tidak mampu mengontrolnya akan sangat mungkin untuk mereka melakukan seks bebas, namun jika mereka mampu mengontrolnya maka sangat mungkin untuk terhindar dari seks bebas.

Mayoritas para remaja memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi (a high level of curiosity). Remaja cenderung mengeksplorasi semua hal yang sebelumnya tidak pernah mereka alami. Remaja tidak hanya termotivasi untuk menjadi dewasa, tetapi mereka juga ingin mencoba kegiatan yang bisa dilakukan orang dewasa, termasuk hal yang berbau seksual. Remaja perlu mengakses dan mengeksplorasi diri karena belum banyak tersedia informasi umum yang mendetail mengenai kesehatan reproduksi. Majalah, buku, dan film porno adalah referensi utama untuk menjelaskan kenikmatan seks tanpa mengajari mereka tanggung jawab dan risiko yang akan mereka hadapi. Mereka juga akan belajar tentang seks dari internet. Alhasil, generasi remaja pada saat ini berani berhubungan seks di usia yang cenderung sangat muda, sekitar 13-15 tahun.

Perubahan zaman ikut andil dalam mempengaruhi sikap seksual remaja dan bereaksi terhadap sikap tersebut. Segala hal yang dilarang untuk dilakukan remaja generasi terdahulu dan generasi sekarang sudah menjadi hal biasa, dan bahkan pada zaman sekarang, hal ini menjadi ajang trend dikalangan remaja. Bahkan banyak dari mereka yang setuju dengan sex bebas dan melakukannya. Keadaan yang cukup mengkhawatirkan dikarenakan sikap tersebut dapat memicu terjadinya kasus kehamilan yang tidak direncanakan, aborsi, tertular penyakit seksual bahkan bisa menyebabkan kematian.

Kegiatan seks bebas merupakan cara mencurahkan atau meluapkan hasrat seksual efek dari matangnya organ seksual, contohnya berkencan sangat mesra, bercumbu, hingga melakukan hubungan yang melanggar norma (Desmita, 2012). Sementara itu (Himawan, 2007) menjelaskan free sex ialah sebuah hubungan yang dilakukan dengan bebas tanpa dibatasi dengan aturan dan arah yang jelas. Dari pengertian tersebut, bisa disimpulkan yakni seks bebas merupakan aktivitas seksual yang dilakukan sebelum pernikahan atau perkawinan terjalin, termasuk tingkat berhubungan paling ringan hingga tingkat hubungan seksual bersenggama.

Seks bebas perbuatan menyimpang yang tidak pantas untuk dicontoh semua generasi terutama generasi muda. Perbuatan tersebut termasuk salah satu budaya bangsa asing yang berseberangan terhadap nilai dan norma yang berlaku Indonesia�. KPAI dan Kemenkes melakukan survei pada Oktober 2013, mendapati sekitar 63% remaja pernah berhubungan seks dengan pacarnya ataupun orang sewaan diluar pernikahan yang sah. SDKI pada 2017 mengungkapkan, bahwa 2% remaja perempuan dan 8% remaja laki-laki berterus terang sudah berhubungan seksual sebelum menikah, 11% diantaranya mengalami KTD (Effendy, 2020)

Hasil survei dari 8084 remaja putra dan putri yang berusia 15-24 tahun di 20 kabupaten pada 4 provinsi ditemukan sebanyak 46,2% remaja berpikiran bahwa tidak akan hamil jika hanya satu kali berhubungan seksual. Persepsi yang salah tersebut lebih banyak diyakini oleh (49,7%) remaja putra� dibanding remaja putri (42,3%) (NFPCB, 1999a). Masih dari survei yang sama, terdapat 19,2% remaja saja yang sadar akan resiko penularan penyakit seksual apabila mempunyai pasangan seksual lebih dari satu. 51% lainnya berpikiran jika mereka bisa tertular HIV apabila melakukan seks dengan pekerja seks komersial saja (DFEUI, 1999b).

KPAI dan Kemenkes mengadakan survei tahun 2013, sebanyak 62,7% remaja Indonesia melakukan aktivitas seksual tanpa pernikahan. Dari 94.270 wanita yang hamil, 20% dari mereka termasuk dalam kelompok usia remaja yang mengalami kehamilan tanpa pernikahan, 21% diantaranya melakukan aborsi (Djunaedi, 2020). Menurut peneliti di Pusat Penelitian Kebijakan Kependudukan UGM, remaja atau pelaku yang hamil diluar pernikahan dan mencoba untuk aborsi mencapai 58%. Selain itu, tahun 2015 Dinkes DIY menemukan sejumlah 1.078 remaja di Yogyakarta memiliki anak. Dari sejumlah itu, 976 remaja hamil tanpa adanya pernikahan sah.

Sudah terlihat saat ini seks bebas telah banyak terjadi di berbagai kalangan usia termasuk remaja dan terjadi di banyak daerah termasuk Banten. Salah satu upaya dalam mencegah kasus tersebut agar tidak semakin banyak, peneliti berupaya memberi sebuah layanan pada salah satu sekolah daerah Banten yaitu SMAN 1 Bojonegara Kabupaten Serang, khususnya di kelas XI.

(Prayitno & Amti, 2015) menjelaskan bahwa layanan informasi yaitu kegiatan yang memberikan berbagai pemahaman bagi para individu tentang bermacam hal yang dibutuhkan dalam menjalani aktivitas serta memutuskan rencana tujuan yang diinginkan. Penggunaan layanan ini diharapkan mampu menambah pengetahuan lebih untuk tiap peserta didik terkait seks serta mencegah semua dampak yang mungkin terjadi bila melakukan seks bebas.

Berdasar pada penjelasan tersebut, tujuan yang peneliti ingin capai dari dilaksanakannya penelitian tersebut ialah mengetahui Keefektifan Layanan Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Bahaya Seks Bebas pada Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Bojonegara Kabupaten Serang.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen. Studi eksperimental merupakan jenis studi yang dilaksanakan guna mengetahui pengaruh dari satu perlakuan terhadap perlakuan lain dengan situasi yang terkendali (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini, digunakan Pre-Test dan Post-Test guna melihat perubahan kondisi pesera didik sesudah diberikan layanan. Populasi penelitian yaitu semua peserta didik kelas XI SMAN 1 Bojonegara, sebanyak 200 orang. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel yaitu Simple Random Sampling sejumlah 50 orang. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner sebanyak 20 penyataan. Untuk mengetahui pemahaman responden terkait pernyataan seks bebas, peneliti menggunakan bentuk jawaban skala Guttman dengan opsi jawaban benar dan salah. Untuk jenis pernyataan Favorable peneliti menggunakan skor benar 1 dan salah 0. Untuk pernyataan Unfavorable peneliti menggunakan skor benar 0 dan salah 1. Kuesioner diberikan terlebih dahulu pada saat pre-test, tujuannya yaitu untuk mengukur sejauh mana pemahaman tiap peserta didik terkait bahaya seks bebas sebelum diberi layanan informasi. Setelah pemberian layanan, pengisian kuesioner atau post-test dilakukan dengan tujuan untuk melihat sejauh apa tingkat keberhasilan perlakuan. Teknik analisis data dalam mengetahui Keefektifan Layanan Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Bahaya Seks Bebas pada Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Bojonegara Kabupaten Serang menggunakan Uji Wicoxon dengan nilai yang didapat sig 0.000 < 0.05 dimana H0 (ditolak) dan Ha (diterima).

 

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan data yang peneliti sudah peroleh, didapat hasil data penelitian sebelum diberi layanan (pre-test) dan hasil data sesudah diberi layanan (post-test). Pengolahan data dilakukan menggunakan Excel for windows dan SPSS.

Deskripsi Data Pre-Test

Sesuai dengan metodologi penelitian, peneliti melaksanakan pre-test guna mengetahui keadaan awal peserta didik terkait pemahaman bahaya seks bebas. Maka, berikut merupakan tabel data hasil pre-test:

 

Tabel 1

Data hasil Pre-Test Peserta Didik Mengenai Pemahaman Seks Bebas

Kategori

Skor

Nilai

Frekuensi

Persentase

Tinggi

� 15

≥ 71

2

4%

Sedang

8 � 14

36 - 70

37

74%

Rendah

≤ 7

≤ 35

11

22%

Jumlah

 

 

50

100%

 

Tabel tersebut memperlihatkan sebanyak 50 responden mengikuti pre-test. Tampak 3 kategori untuk membedakan pemahaman bahaya seks bebas peserta didik. Untuk kategori tinggi dengan skor ≥ 15 atau nilai ≥ 71 didapat sebanyak 2 responden dengan persentase 4%. Dalam kategori sedang dengan skor 8-14 atau nilai sebesar 36-70 terdapat 37 responden dengan persentase 74%. Dan untuk kategori rendah dengan skor 7 atau nilai 36 didapat 11 responden dengan persentase 22%. Dapat disimpulkan dari tabel diatas, rata-rata pemahaman peserta didik kelas XI SMAN 1 Bojonegara terkait dengan bahaya seks bebas sebesar 56,9% dengan kategori terbanyak yaitu sedang sebanyak 37 orang responden.

Deskripsi Data Post-Test

Setelah pemberian layanan informasi lalu dilaksanakan tes kembali, peneliti mendapatkan data hasil post-test dalam tabel berikut ini:

 

Tabel 2

Data hasil Post-Test Peserta Didik Mengenai Pemahaman Seks Bebas

Kategori

Skor

Nilai

Frekuensi

Persentase

Tinggi

� 15

≥ 71

49

98%

Sedang

8 � 14

36 � 70

1

2%

Rendah

≤ 7

≤ 35

0

0%

Jumlah

 

 

50

100%

 

Dalam tabel tersebut, terlihat dari 50 responden yang mengikuti post-test terdapat 98% atau 49 responden yang masuk kategori tinggi dalam memahami bahaya seks bebas. Selanjutnya hanya 1 responden saja sebesar 2% yang masuk ke dalam kategori sedang. Berdasar pada hasil data yang peneliti dapatkan, rata-rata skor post-test sebesar 95,4%. Dapat penulis simpulkan yakni pemahaman peserta didik kelas XI SMAN 1 Bojonegara setelah diberi layanan informasi terkait bahaya seks bebas termasuk kedalam kategori tinggi. Keadaan ini ditunjukkan dari rata-rata skor pemahaman peserta didik terkait bahaya seks bebas, yaitu antara pre-test dan post-test yang mengalami peningkatan dan berada di kategori yang berbeda.

Perbandingan Data Pre-Test dan Post-Test

Perbandingan data hasil pre-test dan post-test terhadap pemahaman seks bebas tiap peserta didik dijelaskan pada gambar diagram berikut ini:

 

 

 

 

Gambar 1

Diagram Perbandingan Data Hasil Pre-Test dan Post-Test

 

Dari diagram perbandingan tersebut, sudah dipastikan terdapat perbedaan data pre-test serta post-test. Pada tabel sebelumnya dijelaskan bahwa rata-rata data hasil pre-test dari 50 responden sebanyak 56,9% masuk kedalam kategori sedang, kemudian setelah diberikan layanan informasi lalu di lakukan tes kembali (post-test) sebanyak 95,4% peserta didik masuk kedalam kategori tinggi. Hal inilah yang menunjukkan layanan informasi berarti berpengaruh terhadap pemahaman peserta didik karena terjadi peningkatan atau perbedaan yang signifikan pada hasil tes.

 

Pembahasan

Minimnya pengetahuan remaja tentang seks didukung dengan kurangnya pendidikan atau informasi yang mereka terima dari rumah maupun sekolah�(Fathi, 1991). Sekolah tempat dimana peserta didik bisa menumbuhkan pemahaman positif, salah satunya pengetahuan terkait seks bebas. Dengan pendekatan yang baik, peserta didik diharapkan mampu memilih pertemanan dan lingkungan yang positif, menjauhi seks bebas serta memahami dampaknya, meningkatkan iman, dan bisa lebih percaya diri agar mampu untuk melakukan segala aktivitas�(Noviani, 2019).

Layanan informasi memiliki upaya untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan individu. Layanan informasi pun berupaya menyediakan pengetahuan serta pemahaman bagi siswa tentang lingkungannya serta proses pengembangannya (Tohirin, 2013). Secara tidak langsung, layanan ini bisa mengatasi masalah yang dialami individu. Layanan ini meningkatkan wawasan peserta didik dalam memahami dirinya sehingga ia mampu untuk menata masa depan dengan baik (Abdillah, 2019). Demikian penulis simpulkan, bahwa layanan informasi dalam penelitian ini efektif bagi peserta didik untuk meningkatkan pemahaman perihal bahaya seks bebas.

Penelitian inipun diperkuat oleh beberapa penelitian lain yang sudah dilaksanakan salah satunya oleh Khoirul Muhimmah (2016) yaitu diperoleh nilai t hitung ≥ t tabel (3,980 > 1,713) dengan tingkat signifikansi 5% maka tampak pengaruh yang signifikan terkait layanan informasi cara bergaul terhadap upaya pencegahan perilaku seks bebas (Muhimmah, 2016).

Adapun menurut Suci Nuru Muklathi, dkk (2022) layanan informasi perilaku seksual dan pengetahuan serta sikap remaja memberikan kontribusi sebesar 72,8% terhadap pencegahan perilaku seksual pranikah (Suci Nuru Muklathi, 2022). Menurut Eko Sujadi & Yesi Noviani (2019) ada peningkatan pemahaman siswa mengenai bahaya seks bebas setelah diberi perlakuan berupa layanan informasi dengan Strategi Cooperative Learning (Noviani, 2019). Menurut Myra Damayanti, dkk (2018) menunjukkan bahwa ada peningkatan pemahaman sex education sebelum dan sesudah diberi layanan informasi dengan media gambar (p= 0.000 < 0.05) (Myra Damayanti, 2018).

Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis penelitian, digunakan uji Wilcoxon Signed Rank dengan memanfaatkan SPSS 25. Uji Wilcoxon berfungsi guna mengkaji hasil peninjauan yang terdiri dari dua data, akankah data tersebut akan berbeda atau tidak. Dimana:

H0 = Layanan informasi tersebut tidak efektif untuk meningkatkan pemahaman bahaya seks bagi peserta didik.

Ha = Layanan informasi tersebut efektif untuk meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas bagi peserta didik.

 

Tabel 3

Analisis uji Wilcoxon Signed Rank

Test Statisticsa

 

Post Test - Pre Test

Z

-6.173b

Asymp. Sig. (2-tailed)

.000

 

Pada tabel diatas, terlihat nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.000. Sebab nilai 0.000 ≤ 0.05 dengan itu ditetapkan Ha (diterima) dan H0 (ditolak). Demikian, bisa peneliti simpulkan yakni layanan informasi efektif untuk meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas peserta didik kelas XI SMAN 1 Bojonegara Kabupaten Serang.

 

Kesimpulan

Bertumpu pada hasil penelitian, peneliti dapat simpulkan secara garis besar bahwa layanan informasi efektif untuk meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas pada peserta didik kelas XI SMAN 1 Bojonegara. Adapun secara spesifik antara lain: (1) Sebelum diberi layanan informasi oleh peneliti, wawasan para peserta didik perihal seks bebas berada di kategori sedang, (2) Setelah diberi layanan informasi oleh peneliti, wawasan para peserta didik perihal seks bebas berada di kategori tinggi, (3) Terjadi peningkatan wawasan serta pemahaman peserta didik perihal bahaya seks bebas setelah diberi Layanan Informasi.

BIBLIOGRAFI

 

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Damayanti, dkk. (2018). Layanan Informasi dengan Media Gambar untuk Meningkatkan Pemahaman Sex Education Siswa. Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application 7(1).

 

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

 

Djunaedi, Inda Melani. (2020). Urgensi Seks Edukasi Pada Remaja Agar Terhindar Dari Perilaku Seks Pranikah.

 

Djama, N.T. (2017). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Kesehatan, 10(1).30-34.

 

Himawan, Anang Haris. (2007). Bukan Salah Tuhan Mengazab. Solo: Tiga Serangkai.

 

Irana, Dewi Imong. (2017). Gaul Bebas Kenapa Enggak?. Jakarta: Gema Insani.

 

LDFEUI dan NFPCB. Baseline Survey of Young Adult Reproductive Welfare in Indonesia 1998/1999 Book I. Jakarta: LDFEUI dan NFPCB, Juli 1999a.

 

LDFEUI dan NFPCB. Baseline Survey of Young Adult Reproductive Welfare in Indonesia 1998/1999. Executive Summary and Recommendation Program. Jakarta: LDFEUI dan NFPCB, Juli 1999b

 

Magdalena, Merry. (2010). Melindungi Anak dari Seks Bebas. Jakarta: Grasindo.

 

Miqdad, Akhmad Azhar Abu. (1997). Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Hukum Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

 

Misdah & Rahman, Abdul. (2020). Seks Bebas Remaja Analisis Faktor Penyebab Dan Pencegahan Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Pontianak: IAIN Pontianak Press.

 

Monks, F.J. (1999). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, (Siti Rahayu Haditono, Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 

Muhimmah, Khoirul. (2016). Pengaruh Layanan Informasi Cara Bergaul Terhadap Upaya Pencegahan Perilaku Seks Bebas Peserta Didik Kelas Vii Smpn 2 Karangrejo Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2015/2016. Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri. Hal.4.

 

Muklathi dkk. (2022). Layanan Informasi Perilaku Seksual Dan Pengetahuan Serta Sikap Remaja Dalam Pencegahan Perilaku Seksual Pranikah. ORIEN Cakrawala Ilmiah Mahasiswa, Volume 1, Number 3. 219-228.

 

Narbuko, Cholid & Ahmadi, Abu. (2015).� Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, Henni Syafriana & Abdillah. (2019). Bimbingan Konseling �Konsep, Teori dan Aplikasinya�. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).

 

Nopalinda, Eva. (2019). Efektivitas Layanan Informasi Menggunakan Media Video Untuk Meningkatkan Pengetahuan Seks Bebas Peserta Didik Kelas Viii Smpn 01 Gedung Surian. Lampung: UIN Raden Intan.

 

Novrizaldi. (04 November, 2020). Seks Bebas Bertentangan dengan Budaya Bangsa Indonesia.

 

Papalia dkk. (2011). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana.

Prayitno & Amti, Erman. (2015). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Prayitno. (2004). Panduan Kegiatan di Sekolah. Bandung: Tri Cipta Tunggal.

 

Purwoko, Budi. (2008). Organisasi dan Managemen Bimbingan Konseling. Surabaya: Unesa Uneversity Press.

 

Sarwono, Sarlito W. (2016). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

 

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

 

Suherni. (2020). Tingkat Pengetahuan Tentang Seks Bebas Pada Remaja Di Smp Muhammadiyah Kasihan Bantul Yogyakarta. Diakses pada 7 November 2022.

 

Sujadi, Eko & Noviani, Yesi. (2019). Efektivitas Layanan Informasi Dengan Menggunakan Strategi Cooperative Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Mengenai Bahaya Seks Bebas. Indonesian Journal of Counseling & Development, Vol. 01, No. 01. 63-74.

 

Sukardi, Dewa Ketut & Sumiati, Desak Made. (1989). Pedoman Praktis Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Denpasar: Rhineka cipta.

 

Sutoyo, Anwar. (2012). Pemahaman Individu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Tohirin, (2013). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali Pers.

 

Umami, Ida. (2019). Psikologi Remaja. Yogyakarta: IDEA Press.

 

Willis, Sofyan S. (2005). Remaja dan Masalahnya. Alfabeta, Bandung.

 

Winkel, W.S. & Hastuti, Sri. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

 

Yakan, Fathi. (1991). Islam dan Seks. Jakarta: Firdaus.

 

Copyright holder:

Anjani Dipika Asih, Dwi Dasalinda (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: