Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 7, Juli 2023
ANALISIS
KOMPETENSI AWAK KAPAL PENYEBERANGAN DI KAWASAN TIMUR INDONESIA
Oktavera Sulistiana, Subehana Rachman
Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar, Indonesia
E-mail: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
gambaran tingkat kompetensi Awak Kapal penyeberangan di Kawasan
Timur Indonesia dilihat dari
aspek pemenuhan Sertifikat CMT dan CMHBT sebagaimana
yang dipersyaratkan STCW Chapter V Regulation V/2. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Normatif yang dilaksanakan selama kurang lebih 8 bulan pada kapal-kapal yang beroperasi pada lintasan Lembar�Padangbai, Gilimanuk�Ketapang dan
Bajoe�Kolaka dengan sistem Judgement Sampling.
Data yang digunakan adalah berbentuk data kualitatif dengan berdasarkan hasil survey terhadap kelengkapan sertifikat CMT dan
CMHBT dari Awak Kapal Penyeberangan. Hasil penelitian ini menemukan Kompetensi Awak Kapal Penyeberangan
di Kawasan Timur Indonesia dilihat dari aspek pemenuhan
atas Sertifikat CMT dan
CMHBT yang digunakan sebagai
variabel penelitian sudah di atas 80% dari jumlah awak
kapal yang disurvei. Namun demikian, penelitian juga menemukan bahwa terjadi kesalahan
persepsi terkait kewajiban pemenuhan sertifikat CMT yang diwajibkan bagi semua awak
kapal penyeberangan dan sertifikat CMHBT yang seharusnya hanya diwajibkan bagi para bagi Nakhoda, Kepala Kamar Mesin, Mualim I, Masinis II dan personel lain yang
sesuai dengan Muster List
di atas kapal penumpang dan Roro-passenger bertanggungjawab
terhadap keselamatan penumpang dalam situasi darurat, yang dalam hal ini
adalah perwira kapal. Pada kenyataannya di lapangan sertifikat CMHBT juga telah dipenuhi oleh awak kapal yang bukan perwira. Hal ini menjadi tidak
memenuhi aspek efisiensi dalam penerapan atauran keselamatan pelayaran.
Kata Kunci: Keselamatan Pelayaran;
Kompetensi; Kapal Penyeberangan.
Abstract
The purpose of this
study is to provide an overview of the level of competence of crossing crews in
Eastern Indonesia in terms of the fulfillment of CMT and CMHBT Certificates as
required by STCW Chapter V Regulation V / 2. This research is a type of
Normative Research carried out for approximately 8 months on ships operating on
the Sheet-Padangbai, Gilimanuk-Ketapang
and Bajoe-Kolaka trajectories with a Judgement
Sampling system. The data used is in the form of qualitative data based on the
results of a survey of the completeness of CMT and CMHBT certificates from the
Crossing Ship Crew. The results of this study found that the competence of
Crossing Crew in Eastern Indonesia in terms of compliance with CMT and CMHBT
Certificates used as research variables was above 80% of the number of crew
surveyed. However, the study also found that there was a misperception
regarding the obligation to fulfill the CMT certificate required for all
crossing crew and the CMHBT certificate which should only be required for the
Skipper, Head of the Engine Room, Mualim I, Driver II
and other personnel who fit the Muster List on board passenger ships and
Roro-passengers are responsible for passenger safety in emergency situations,
which in this case is the officer of the ship. In fact, in the field, CMHBT
certificates have also been fulfilled by crew members who are not officers.
This does not meet the efficiency aspect in the application of shipping safety
or safety.
Keywords: Cruise safety; Competence;
Boat Crossings.
Pendahuluan
Keselamatan pelayaran merupakan
tanggung jawab semua stack holder di lingkungan masyarakat transportasi laut, sungai, danau
dan penyeberangan Indonesia (Kadarisman et al., 2016);(Suyudi,
2017);(Ilham, 2019);(Ifrani,
2019). Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi terciptanya
keselamatan pelayaran. Diantaranya adalah regulasi dan regulator yang melakukan
pengawasan terhadap regulasi-regulasi yang diberlakukan,
operator dan pelaku usaha pelayaran, serta yang paling utama adalah kompetensi
yang dimiliki oleh tenaga pelaut yang melaksanakan kegiatan pelayaran dan pengangkutan muatan itu sendiri (Subekhan et al., 2023);(Humang,
2021);(Sampelan,
2022).
Untuk dapat menjamin
dan meningkatkan keselamatan
pelayaran diperlukan peningkatan kompetensi pelaku kegiatan pelayaran (Awak Kapal), penguatan pengawasan dari para regulator serta kesadaran dari para operator dan pelaku usaha pelayaran untuk memenuhi persyaratan keselamatan pada setiap armadanya dan komitmen untuk tidak memaksakan pelayaran apabila pada beberapa kondisi tertentu keadaan cuaca untuk tidak
melakukan pelayaran.
Dari aspek kompetensi Awak Kapal pengangkut penumpang (termasuk kapal penyebrangan) diperlukan persyaratan khusus terkait sertifikat pendukung kompetensinya berupa sertifikat Crowd Management Training (CMT) dan Crisis
Management & Human Behaviour Training (CMHBT) (Budiman et al., 2016). Hal ini sebagaimana
yang dipersyaratkan STCW Bab V tentang
pelatihan khusus bagi Awak Kapal
bagi kapal-kapal tertentu (Special training requirements for personnel on
certain types of ships, khususnya pada Aturan V/2 tentang persyaratan minimum wajib yang harus dimiliki oleh Nakhoda, Perwira, Awak Kapal dan petugas lainnya pada kapal penumpang (Mandatory
minimum requirements for the training and qualifications of masters, officers,
ratings and other personnel on passenger ships).
Data menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2017 dan 2018, sejak pertama kali mendapatkan approval
(ijin pelaksanaan) kedua diklat dimaksud,
PIP Makassar sebagai lembaga
pelatihan kepelautan hanya mengeluarkan 379 sertifikat CMT dan 387 sertifikat
CMHBT. Hal ini tidak sebanding dengan banyaknya jumlah kru kapal-kapal penyeberangan yang beroperasi di
Kawasan Timur Indonesia yang diperkirakan di atas 4.450 sertifikat CMT dan seperempatnya atau sekitar 1.100 sertifikat CMHBT.
Penelitian ini bertujuan
untuk memberikan gambaran tingkat kompetensi Awak Kapal penyeberangan di Kawasan
Timur Indonesia dilihat dari
aspek pemenuhan Sertifikat CMT dan CMHBT sebagaimana
yang dipersyaratkan STCW Chapter V Regulation V/2. Diharapkan penelitian ini akan membawa
manfaat bagi lingkungan maritim, terutama untuk keselamatan transportasi nasional. Secara khusus manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
dalam pengembangan ilmu kemaritiman terkait keselamatan pelayaran serta pendidikan dan pelatihan SDM Pelayaran dan sebagai bahan masukan dalam
penentuan kebijakan kementerian perhubungan (BPSDM Perhubungan) dalam memberikan alokasi subsidi pendidikan terkait upaya meningkatkan
keselamatan (Andromeda, 2020).
Penelitian tentang Kompetensi
Awak Kapal penyebrangan Di Kawasan Timur Indonesia ini
akan dilakukan dengan melakukan pendekatan pada pemenuhan Sertifikat CMT dan CMHBT sebagaimana
yang dipersyaratkan STCW Chapter V Regulation V/2
pada kapal-kapal angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi. Pemilihan sertifikat CMT dan
CMHBT sebagai indicator dilakukan
berdasarkan asumsi bahwa sertifikat ini merupakan persyaratan
khusus bagi kapal-kapal penumpang dan penyebrangan dimana sertifikat keahlian dan keterampilan lainnya yang berlaku umum telah
dipenuhi dan telah dilakukan pengawasan oleh
regulator sesuai dengan standar pengawasan yang berlaku di lingkungan Direktoral Jenderal Perhubungan Laut.
Metode Penelitian
Lokasi
penelitian dilaksanakan
pada kapal-kapal penyeberangan
dan dermaga/pelabuhan penyeberangan antar provinsi yang berada di Kawasan
Timur Indonesia dengan waktu
pelaksanaan selama kurang lebih 8 bulan. Populasi penelitian ini adalah kapal dan Awak Kapal penyeberangan
di Kawasan Timur Indonesia dengan sistem
Judgement Sampling.
Berdasarkan pertimbangan kemampuan peneliti, banyaknya kapal yang melayari lintasan penyeberangan, tingginya arus penumpang pada lintasan penyeberangan. Maka diputuskan bahwa sample penelitian ini adalah kapal-kapal yang beroperasi pada lintasan Lembar
(NTB)�Padangbai (Bali), Gilimanuk
(Bali) � Ketapang (Banyuwangi, JaTim) dan Bajoe (Sulawesi Selatan)�Kolaka
(Sulawesi Tenggara).
Penelitian ini merupakan Penelitian
Normatif yang melakukan pendekatan terhadap pemenuhan suatu norma/aturan/perundangan
yang berlaku sehubungan dengan pemenuhan persyaratan kompetensi bagi Awak Kapal
Penyeberangan yang dijadikan
sebagai responden. Data
yang digunakan berupa data kualitatif dari hasil survey terhadap kelengkapan sertifikat CMT dan
CMHBT Awak Kapal Penyebrangan di Kawasan Timur Indonesia. Data primer didapatkan dari hasil pengamatan langsung di lapangan secara acak yang selanjutnya diisikan ke dalam form check list yang disiapkan oleh tim peneliti dan wawancara bebas kepada pihak-pihak
terkait.
Data
skunder diperoleh melalui studi literatur
dan dokumen pengawakan di kapal, kantor pengelola
angkutan penyeberangan maupun Kantor Unit Pengelola
Pelabuhan (KUPP) dan Badan Pengelola Transportasi Darat (BPTD). Analisis meliputi kegiatan validasi, tabulasi dan peyusunan table frekuensi terhadap pemenuhan persyaratan sertifikat CMT dan CMHBT kapal-kapal
penyeberangan pada lintasan-lintasan
yang dijadikan sampel.
Variabel penelitian ini meliputi variabel Terikat Kompetensi Awak Kapal dan 2 Variabel Bebas yang saling terhubung meliputi Sertifikat Keahlian (COC) dan Sertifikat Keterampilan Pelaut Pendukung Kompetensi (COP) yang diturunkan menjadi 2 kelompok variabel turunannya yaitu COP yang berlaku umum dipersyaratkan
bagi semua Awak Kapal Niaga
(sesuai STCW Regulation VI) dan� COP yang berlaku khusus dipersyaratkan bagi Awak Penumpang
(sesuai STCW Regulation V/2) yang berarti
juga diberlakukan bagi kapal-kapal penyeberangan.
Variabel bebas pertama terkait
COC diabaikan dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa untuk COC diatur dalam peraturan
terkait Safe Manning (Keselamatan
Pengawakan) Kapal yang dijaga dengan sangat ketat oleh setiap regulator, sehingga dapat dipastikan bahwa persyaratan ini penuhi oleh semua kapal. Sedangkan untuk Variabel Turunan terkait COP, karena penelitian yang dilakukan terkait hanya untuk Kapal
penumpang sehingga sertifikat yang akan dilakukan survei dibatasi pada sertifikat CMT dan
CMHBT saja sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini.
Sebagai gambaran tentang hubungan antar variabel penelitian dan pola piker pendekatan penyelesaian masalah penelitian ini maka digambarakan dalam kerangka pikir pada gambar 1 berikut:
Gambar 1 Kerangka Pikir
Hasil dan Pembahasan
A.
Lintasan
Bajoe (Sulawesi Selatan) � Kolaka (Sulawesi Tenggara)
Jumlah kapal yang beroperasi
pada lintasan ini adalah 7 Kapal. Setiap bulannya rata-rata kapal penyeberangan yang beroperasi pada lintasan ini melakukan pelayaran
sebanyak 14-15 trip (pelayaran
pulang-pergi) dengan kapasitas angkut 150-250 orang ditambah kendaraan baik roda 2, roda
4 maupun roda 6.
Data mengenai jumlah Awak Kapal, pemenuhan
sertifikat CMT dan CMHBT dari
7 kapal yang beroperasi di
Lintas Penyeberangan Bajoe-Kolaka
yang berhasil dihimpun selama masa pengambilan data adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Pemenuhan Sertifikat CMT, CMHBT Kapal Lintasan Bajoe-Kolaka
NO |
|
NAMA KAPAL |
Jumlah Awak Kapal |
Kelengkapan Sertifikat |
Persentase Kelengkapan Sertifikat |
|||
|
CMT |
CMHBT |
CMT |
CMHBT |
||||
1 |
|
KOTA BUMI |
22 |
18 |
18 |
82 |
82 |
|
2 |
|
MISHIMA |
22 |
18 |
18 |
82 |
82 |
|
3 |
|
PERMATA NUSANTARA |
22 |
22 |
22 |
100 |
100 |
|
4 |
|
FAIS |
22 |
10 |
10 |
45 |
45 |
|
5 |
|
KOTA MUNA |
22 |
20 |
20 |
91 |
91 |
|
6 |
|
MANDALA NUSANTARA |
23 |
22 |
22 |
96 |
96 |
|
7 |
|
RAJA DILAUT |
22 |
15 |
15 |
68 |
68 |
|
|
Rata-rata tingkat pemenuhan
sertifikat |
80.55 |
80.55 |
|||||
B. Lintasan Gilimanuk (Bali) � Ketapang (Jawa
Timur)
Data mengenai jumlah Awak Kapal, pemenuhan sertifikat CMT dan CMHBT dari 56 kapal yang beroperasi di Lintas Penyeberangan Gilimanuk-Ketapang yang berhasil dihimpun selama masa pengambilan data:
Tabel
2 Pemenuhan Sertifikat CMT, CMHBT
Kapal Lintasan Gilimanuk-Ketapang
NO |
NAMA KAPAL |
Jumlah Awak Kapal |
Kelengkapan Sertifikat |
Persentase Kelengkapan Sertifikat |
|
||
CMT |
CMHBT |
CMT |
CMHBT |
|
|||
1 |
KMP. Marina Pratama |
27 |
27 |
27 |
100 |
100 |
|
2 |
KMP. Rajawali Nusantara |
29 |
28 |
28 |
97 |
97 |
|
3 |
KMP. Satria
Nusantara |
27 |
27 |
27 |
100 |
100 |
|
4 |
KMP. Citra Mandala Sakti |
28 |
28 |
28 |
100 |
100 |
|
5 |
KMP. Reny II |
28 |
28 |
28 |
100 |
100 |
|
6 |
KMP. Pelangi
Nusantara |
28 |
28 |
28 |
100 |
100 |
|
7 |
KMP. Niaga Ferry II |
29 |
29 |
28 |
100 |
97 |
|
8 |
KMP. Pottre Koneng |
12 |
12 |
12 |
100 |
100 |
|
9 |
KMP.Dharma Ferry I |
22 |
21 |
21 |
95 |
95 |
|
10 |
KMP.Dharma Rucitra |
12 |
12 |
12 |
100 |
100 |
|
11 |
KMP.Satya Kencana II |
21 |
21 |
21 |
100 |
100 |
|
12 |
KMP.Dharma Kosala |
12 |
11 |
10 |
92 |
83 |
|
13 |
KMP.Dharma Kencana III |
16 |
15 |
15 |
94 |
94 |
|
14 |
KMP.Nusa Dua |
14 |
10 |
10 |
71 |
71 |
|
15 |
KMP.Nusa Makmur |
14 |
10 |
10 |
71 |
71 |
|
16 |
KMP.Cemerlang |
21 |
21 |
21 |
100 |
100 |
|
17 |
KMP.Trisakti Elfina |
29 |
25 |
25 |
86 |
86 |
|
18 |
KMP.Tri Sakti Adinda |
29 |
29 |
29 |
100 |
100 |
|
19 |
KMP.Sereia Domar |
14 |
14 |
14 |
100 |
100 |
|
20 |
KMP.Yunicee |
25 |
25 |
25 |
100 |
100 |
|
21 |
KMP. Karya Maritim III |
27 |
27 |
27 |
100 |
100 |
|
22 |
KMP.Prathita IV |
15 |
15 |
15 |
100 |
100 |
|
23 |
KMP.Gilimanuk |
14 |
14 |
15 |
100 |
107 |
|
24 |
KMP.Gilimanuk II |
14 |
14 |
14 |
100 |
100 |
|
25 |
KMP.Trisila Bhakti II |
32 |
30 |
30 |
94 |
94 |
|
26 |
KMP.Trisila Bhakti I |
30 |
30 |
30 |
100 |
100 |
|
27 |
KMP. Edha |
15 |
15 |
15 |
100 |
100 |
|
28 |
KMP.Trisna Dwitya |
14 |
14 |
14 |
100 |
100 |
|
29 |
KMP.SMS Swakarya |
27 |
27 |
27 |
100 |
100 |
|
30 |
KMP. Agung S XVIII |
14 |
15 |
15 |
107 |
107 |
|
31 |
KMP. Agung Wilis I |
14 |
15 |
15 |
107 |
107 |
|
32 |
KMP.Tiga Anugrah |
14 |
15 |
15 |
107 |
107 |
|
33 |
KMP. Mutiara Alas
III |
22 |
22 |
22 |
100 |
100 |
|
34 |
KMP.Jambo IX |
23 |
23 |
23 |
100 |
100 |
|
35 |
KMP. Jambo VIII |
24 |
24 |
24 |
100 |
100 |
|
36 |
KMP. Jambo X |
24 |
24 |
24 |
100 |
100 |
|
37 |
KMP. Jambo VI |
24 |
23 |
23 |
96 |
96 |
|
38 |
KMP. Pancar Indah |
24 |
22 |
22 |
92 |
92 |
|
39 |
KMP. Trans Jawa 9 |
29 |
29 |
29 |
100 |
100 |
|
40 |
KMP. Trima Jaya 9 |
13 |
13 |
13 |
100 |
100 |
|
41 |
KMP.Sumber Berkat I |
14 |
14 |
14 |
100 |
100 |
|
42 |
KMP.Sumber Berkat II |
18 |
18 |
18 |
100 |
100 |
|
43 |
KMP. Bontang Express |
24 |
24 |
24 |
100 |
100 |
|
44 |
KMP. Gerbang Samudra 2 |
23 |
23 |
23 |
100 |
100 |
|
45 |
KMP. Gerbang Samudra 5 |
24 |
24 |
24 |
100 |
100 |
|
46 |
KMP. Karya Maritim II |
21 |
21 |
21 |
100 |
100 |
|
47 |
KMP. Tunu Pratama jaya |
21 |
21 |
21 |
100 |
100 |
|
48 |
KMP.Tunu P Jaya 3888 |
22 |
22 |
22 |
100 |
100 |
|
49 |
KMP. Samudra Utama |
22 |
22 |
22 |
100 |
100 |
|
50 |
KMP. Jalur Nusa |
24 |
23 |
23 |
96 |
96 |
|
51 |
KMP. Munic-V |
23 |
23 |
23 |
100 |
100 |
|
52 |
KMP. Agung Samudera IX |
23 |
23 |
23 |
100 |
100 |
|
53 |
KMP. Perkasa Prima 5 |
24 |
24 |
24 |
100 |
100 |
|
54 |
KMP. Samudera Indonesia |
23 |
23 |
22 |
100 |
96 |
|
55 |
KMP. Liputan XII |
23 |
22 |
22 |
96 |
96 |
|
56 |
KMP. Labitra Safinaf |
14 |
14 |
14 |
100 |
100 |
|
Rata-rata tingkat pemenuhan
sertifikat |
8.78 |
8.16 |
C.
Lintasan Padangbai (Bali) � Lembar (Nusa
Tenggara Barat)
Jumlah kapal yang terdaftar beroperasi pada lintasan ini sebanyak 40 kapal yang beroperasi secara bergiliran. Setiap bulannya rata-rata kapal-kapal ini melakukan pelayaran sebanyak 6-21 trip dengan kapasitas angkut 80-250 orang ditambah kendaraan baik roda 2, roda 4 maupun roda 6. Jika dilihat dari kinerja bulanan dari lintasan ini yang didapatkan dari Badan Pengelola Transportasi Darat (BPTD), Direktorat Jenderal Perhubungan darat makan load factor kendaraan dari lintasan ini jauh lebih besar dari load factor penumpang (Fany, 2021);(Kurniawan, 2022).
Hal ini berarti bahwa muatan pada lintasan penyebrangan ini lebih didominasi dengan muatan jenis kendaraan jika dibandingkan dengan penumpang, mengingat saat ini telah tersedia alternatif transportasi dari Pulau Bali ke Lombok melalui jalur udara yang hanya memakan waktu hanya sekitar 30 menit dengan 8 penerbangan langsung setiap harinya.
Berikut adalah data mengenai jumlah Awak Kapal, pemenuhan sertifikat CMT dan CMHBT dari 40 kapal yang beroperasi di Lintas Penyeberangan Padangbai-Lembar:
Tabel
3 Pemenuhan Sertifikat CMT,
CMHBT Kapal Lintasan Padangbai-Lembar
NAMA KAPAL |
Jumlah Awak Kapal |
Kelengkapan Sertifikat |
Persentase Kelengkapan Sertifikat
|
|||
CMT |
CMHBT |
CMT |
CMHBT |
|||
1 |
KMP. Roditha |
22 |
20 |
20 |
91 |
91 |
2 |
KMP. Port
Link II |
22 |
20 |
20 |
91 |
91 |
3 |
KMP. Port
Link VII |
22 |
21 |
21 |
95 |
95 |
4 |
KMP. Madani |
25 |
22 |
21 |
88 |
84 |
5 |
KMP. Dharma
Ferry IX |
22 |
22 |
22 |
100 |
100 |
6 |
KMP. Dharma
Rucitra III |
14 |
14 |
14 |
100 |
100 |
7 |
KMP. Dharma
Ferry VIII |
22 |
22 |
22 |
100 |
100 |
8 |
KMP. Saundo Mutiara 1 |
14 |
12 |
12 |
86 |
86 |
9 |
KMP. Gerbang Samudra 3 |
23 |
21 |
21 |
91 |
91 |
10 |
KMP. Gading
Nusantara |
28 |
25 |
25 |
89 |
89 |
11 |
KMP. Marina
Segunda |
27 |
21 |
21 |
78 |
78 |
12 |
KMP. Citra
Nusantara |
28 |
28 |
28 |
100 |
100 |
13 |
KMP. Swarna
Cakra |
15 |
15 |
15 |
100 |
100 |
14 |
KMP. Swarnakartika |
14 |
14 |
14 |
100 |
100 |
15 |
KMP.
Perdana Nusantara |
28 |
28 |
28 |
100 |
100 |
16 |
KMP. Andika
Nusantara |
28 |
28 |
24 |
100 |
86 |
17 |
KMP. Marina
Primera |
27 |
25 |
25 |
93 |
93 |
18 |
KMP. Prima
Nusantara |
28 |
28 |
24 |
100 |
86 |
19 |
KMP. Masagena |
15 |
14 |
14 |
93 |
93 |
20 |
KMP. Naraya |
29 |
25 |
25 |
86 |
86 |
21 |
KMP. Putri Gianyar |
29 |
27 |
27 |
93 |
93 |
22 |
KMP. Putri
Yasmin |
14 |
14 |
14 |
100 |
100 |
23 |
KMP. Gunsa 8 |
13 |
10 |
10 |
77 |
77 |
24 |
KMP. Munic III |
23 |
22 |
22 |
96 |
96 |
25 |
KMP. Munic VII |
23 |
21 |
21 |
91 |
91 |
26 |
KMP. Munic XI |
23 |
23 |
23 |
100 |
100 |
27 |
KMP. Munic 1 |
23 |
23 |
23 |
100 |
100 |
28 |
PBK. Muryati |
22 |
22 |
22 |
100 |
100 |
29 |
KMP. Sindu Dwitama |
28 |
27 |
27 |
96 |
96 |
30 |
KMP. Sindu Tritama |
28 |
15 |
15 |
54 |
54 |
31 |
KMP. Nusa
Bhakti |
14 |
14 |
13 |
100 |
93 |
32 |
KMP. Nusa
Sejahtera |
14 |
10 |
10 |
71 |
71 |
33 |
KMP. Nusa
Sakti |
14 |
10 |
10 |
71 |
71 |
34 |
KMP. Nusa Penida |
14 |
13 |
13 |
93 |
93 |
35 |
KMP. Shita Giri Nusa |
13 |
12 |
10 |
92 |
77 |
36 |
KMP. Rama
Giri Nusa |
13 |
10 |
10 |
77 |
77 |
37 |
KMP. Gemilang Viii |
28 |
23 |
23 |
82 |
82 |
38 |
KMP. Wihan Bahari |
28 |
22 |
22 |
79 |
79 |
39 |
KMP. Surya
777 |
29 |
20 |
20 |
69 |
69 |
40 |
KMP. Trimas Laila |
28 |
13 |
13 |
46 |
46 |
Rata-rata tingkat
pemenuhan sertifikat |
89.24 |
87.86 |
Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari ketiga lintasan penyeberangan yang dijadikan sampel penelitian, ternyata capaian dari pemenuhan sertifikat CMT dan CMHBT Awak Kapal penyeberangan di Kawasan Timur Indonesia telah terpenuhi lebih dari 80%. Pada lintasan Bajoe-Kolaka, 155 Awak Kapal dari 7 kapal yang beroperasi pada lintasan tersebut, capaian terhadap pemenuhan sertifikat CMT dan CMHBT adalah sebesar 80,55 %. Untuk lintasan penyebrangan Gilimanuk-Ketapang, 1.198 Awak Kapal dari 56 kapal yang beroperasi pada lintasan tersebut, capaian terhadap pemenuhan sertifikat CMT dan CMHBT adalah sebesar 98.78 % untuk sertifikat CMT dan 98.16 % untuk sertifikat CMHBT.
Sedangkan untuk lintasan Penyeberangan Padangbai-Lembar, 874 Awak Kapal dari 40 kapal yang beroperasi pada lintasan tersebut, capaian terhadap pemenuhan sertifikat CMT dan CMHBT adalah sebesar 89.24 % untuk sertifikat CMT dan 87.86 % untuk sertifikat CMHBT. Terlihat pada lintasan penyebrangan Gilimanuk-Ketapang dan Padangbai-Lembar terjadi perbedaan jumlah sertifikat CMT dan sertifikat CMHBT yang dipenuhi/telah dilaksanakan oleh awak kapal.
Sertifikat Crowd Management Training (CMT) adalah sertifikat wajib yang dipersyaratkan oleh STCW Regulation A V/2 bagi Nakhoda, Perwira dan personel lain yang sesuai dengan Muster List di atas kapal penumpang dan Roro-passenger bertugas untuk membantu penumpang dalam keadaan darurat. Artinya bahwa setiap orang yang tersijil sebagail Awak Kapal Penumpang memiliki tugas dan tanggung jawab ini sehingga harus memiliki sertifikat CMT.
Sedangkan sertifikat Crisis Management and Human Behavior Training (CMHBT) adalah sertifikat wajib yang dipersyaratkan oleh STCW Regulation A V/2 bagi Nakhoda, Kepala Kamar Mesin, Mualim I, Masinis II dan personel lain yang sesuai dengan Muster List di atas kapal penumpang dan Roro-passenger bertanggungjawab terhadap keselamatan penumpang dalam situasi darurat. Jabatan-jabatan ini adalah jabatan yang bertanggung jawab sebagai kepala regu evakuasi, kepala regu pada alat keselamatan beregu seperti sekoci maupun rakit penolong yang merupakan tanggung jawab dari Awak Kapal dengan jabatan Perwira.
Dari penjelasan tentang karakteristik kedua jenis diklat tersebut, dapat disimpulkan bahwa seharusnya jumlah sertifikat CMHBT tidak sebanyak jumlah sertifikat CMT. Sebab CMHBT hanya diwajibkan bagi perwira.
Dengan jumlah rata-rata Awak Kapal di setiap kapal adalah 20 orang maka seharusnya perbandingan sertifikat CMT dan CMHBT sekitar 2:3 dengan asumsi 7 orang perwira dan 13-14 orang Awak kapal lainnya. Jika CMT dalam 1 kapal dengan Awak 20 orang maka seharusnya jumlah sertifikat CMT adalah 20 (100%) dan sertifikat CMHBT seharusnya sekitar 7 (35%) dari jumlah Awak kapal yang ada.
Dari data ini terlihat ada ketidak sesuaian dalam penerapan peraturan ini, entah dari pihak regulator maupun dari pihak operator, dalam hal ini perusahaan pelayaran yang tidak mengkaji dengan baik mengenai sebuah kewajiban dalam pemenuhan sertifikat keterampilan awak kapal. Banyak perusahaan pelayaran di Indonesia yang menerapkan kewajiban pemenuhan atas sebuah sertifikat keterampilan pelamar kerja tanpa mau membaca secara rinci tentang ketentuan pemberlakukan aturan tersebut (Darmawan, 2017);(Sastrohadiwiryo & Syuhada, 2021).
Sebagai contoh untuk formasi Awak Kapal Penumpang dan Roro-passenger ada kewajiban untuk memiliki sertifikat CMT dan CMHBT, sehingga setiap pelamar diwajibkan memiliki kedua sertifikat tersebut. Padahal seharusnya cukup sertifikat CMT saja yang diwajibkan untuk semua formasi jabatan sedangkan untuk formasi Perwira baru harus dilengkapi juga dengan sertifikat CMHBT.
Dilihat dari aspek banyaknya sertifikat yang sudah dipenuhi oleh Awak Kapal pada 3 lintasan penyeberangan di Kawasan Timur Indonesia, ternyata tidak sebanding dengan jumlah sertifikat CMT dan CMHBT yang dikeluarkan/dilaksanakan oleh PIP Makassar. Jika asumsi awal bahwa Awak kapal-kapal penyeberangan yang beroperasi di Kawasan Timur Indonesia belum tersertifikasi karena jumlah sertifikat yang dikeluarkan oleh PIP Makassar baru sebesar kurang lebih 400 sertifikat selama tahun 2017 dan 2018 sedangkan dari 3 lintasan yang disurvei jumlah sertifikat yang telah terbit/digunakan awak kapal adalah sejumlah 2.074 sertifikat CMT dan 2.060 sertifikat CMHBT.
Hasil wawancara dengan beberapa responden secara acak ditemukan bahwa umumnya sertifikat CMT dan CMHBT yang dimiliki oleh para awak kapal diterbitkan oleh Poltekpel Surabaya dan BP2IP Barombong yang sejak 2014 telah menerbitkan sertifikat tersebut. Hal ini sebanding dengan data yang berhasil dihimpun dari Poltekpel Surabaya bahwa jumlah sertifikat CMT dan CMHBT yang diterbitkan pada periode tahun 2014-2018 adalah sejumlah 7.257 sertifikat CMT dan 6.942 sertifikat CMHBT. Untuk Poltekpel Barombong jumlah sertifikat CMT dan CMHBT yang diterbitkan selama periode 2014-2018 adalah 2.056 sertifikat baik CMT maupun CMHBT.
Kesimpulan
Kesimpulan
hasil penelitian ditemukan bahwa pemenuhan atas persyaratan sertifikat pendukung Kompetensi Awak Kapal Penyeberangan
di Kawasan Timur Indonesia berupa sertifikat
CMT dan CMHBT yang digunakan sebagai
variabel penelitian masih belum terpenuhi
secara keseluruhan, namun nilai frekuensi
pemenuhannya sudah di atas 80%. Asumsi bahwa sertifikat CMT dan CMHBT belum dimiliki oleh sebagian besar Awak Kapal penyeberangan
di Kawasan Timur Indonesia berdasarkan jumlah sertifikat CMT dan CMHBT
yang diterbitkan oleh PIP Makassar tidak terbukti, karena hasil survei
menemukan bahwa umumnya sertifikat CMT dan CMHBT
yang dimiliki oleh para Awak
Kapal telah diterbitkan oleh lembaga diklat lain di lingkungan BPSDM Perhubungan.
Saran
untuk peningkatan layanan keselamatan terkait Kompetensi Awak Kapal Penyeberangan
di Kawasan Timur Indonesia berupa sertifikat
CMT dan CMHBT adalah bahwa
PIP Makassar disarankan untuk
lebih meningkatkan peran sertanya dalam meningkatkan Kompetensi Awak Kapal Penyeberangan di Kawasan
Indonesia Timur, khususnya melalui
pelaksanaan diklat CMT dan
CMHBT dengan melakukan penawaran kerjasama dan pendekatan ke perusahaan-perusahaan
pelayaran pelaku angkutan penyeberangan. Walaupun dari aspek
bisnis jika semua Awak Kapal
juga mengikuti diklat CMHBT
menguntungkan, namun dari segi moral PIP Makassar selaku lembaga diklat perlu menyosialisasikan
perbedaan kewajiban pemenuhan sertifikat ini. Selain itu
hendaknya temuan ini juga diteruskan kepada para regulator, petugas kantor Kesyahbandaran untuk dapat lebih
teliti dalam melakukan law inforcement terkait pemberlakuan sertifikat ini kepada kapal-kapal maupun perusahaan pelayaran yang beroperasi di
wilayah binaannya.
BIBLIOGRAPHY
Andromeda, V. F. (2020). Pelatihan Basic Safety
Training (BST) & SKK 30/60 Mil kepada Kru Kapal untuk Meningkatkan
Keselamatan Pelayaran Kapal Penyeberangan Penumpang di Kawasan Wisata Labuan
Bajo. Jurnal Pengabdian Dan Pengembangan Masyarakat, 4(1), 49�54.
Budiman,
M. S., Iskandar, B. H., & Soeboer, D. A. (2016). Penataan sertifikasi
kompetensi awak kapal penangkap ikan di indonesia. Jurnal Teknologi
Perikanan Dan Kelautan, 7(2), 145�152.
Darmawan,
B. R. (2017). Analisis Faktor Tidak Terlaksananya Proses Pengecekan Masa
Berlaku Sertifikat Awak Kapal Pada Pt. Pelayaran Korindo. SEKOLAH TINGGI
ILMU PELAYARAN JAKARTA.
Fany,
R. (2021). Analisis Tarif Penumpang Longboat Lintasan Pontianak�Sukadana Di
Pelabuhan Sungai Kapuas Indah Provinsi Kalimantan Barat. Politeknik
Transportasi Sungai, Danau, Dan Penyeberangan Palembang.
Humang,
W. P. (2021). Model Permintaan dan Peran Stakeholder untuk Meningkatkan Muatan
General Cargo Angkutan Pelayaran Rakyat. Warta Penelitian Perhubungan, 33(1),
47�56.
Ifrani, I. (2019). Penyelenggaraan
Angkutan Penyeberangan.
Ilham,
C. I. (2019). Manajemen Lalu Lintas Sungai, Danau Dan Penyeberangan (Sdp).
Penerbit Adab.
Kadarisman,
M., Yuliantini, Y., & Majid, S. A. (2016). Formulasi kebijakan sistem
transportasi laut. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTRANSLOG),
3(2), 161�183.
Kurniawan,
A. M. (2022). Evaluasi Pengangkutan Kendaraan Di Atas Kmp. Kalabia Pada
Lintasan Penyeberangan Sorong�Fak-Fak-Wahai Provinsi Papua Barat.
Politeknik Transportasi Sungai, Danau, Dan Penyeberangan Palembang.
Sampelan,
I. (2022). Pengaturan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran Menurut Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran. LEX ADMINISTRATUM, 10(6).
Sastrohadiwiryo,
S., & Syuhada, A. H. (2021). Manajemen tenaga kerja Indonesia. Bumi
aksara.
Subekhan,
C., Sh, M. H., & Mar, M. (2023). Perspektif Regulasi Manajemen
Keselamatan Kapal Niaga di Indonesia-Damera Press. Damera Press.
Suyudi,
A. (2017). Tanggung Jawab Pelayanan Jasa Transportasi Laut Oleh Pt. Pelni
Terhadap Penumpang. Semarang: Universitas Hasanuddin.
Copyright holder: Oktavera Sulistiana, Subehana Rachman (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |