Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia� p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
STRATEGI
BISNIS PERBENIHAN PADI DI PROVINSI BANTEN
Dadang Sutisna, Aliudin,
Dian Anggraeni
Ilmu Pertanian,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Provinsi Banten merupakan salah satu
provinsi yang memiliki produksi padi tinggi di Indonesia. Tingginya jumlah
produksi dan luas lahan pertanian untuk padi mendorong tingginya kebutuhan
benih padi bersertifikat. Disisi lain, produksi benih padi di Provinsi Banten
berfluktuasi dan belum mencukupi kebutuhan benih padi bagi petani. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis factor internal dan eksternal bisnis
perbenihan padi dan strategi bisnis perbenihan padi di Provinsi Banten.
Penelitian dilaksanakan di Provinsi Banten pada bulan Februari sampai dengan
april 2023. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey yang
bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah populasi dari
penelitian ini adalah produsen benih padi di Provinsi Banten yang berjumlah 112
produsen. Sampel diambil dengan cara Proporsional Simple Random Sampling
menggunakan rumus Cochran sejumlah 21 produsen. Analisis data yang digunakan
adalah analisis strategi SWOT matriks IFAS dan EFAS. Hasil penelitian berdasarkan
IFAS �harga benih lebih tinggi dibanding
harga gabah konsumsi, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan
memenuhi syarat, hasil produksi benih yang baik, intensifnya pembinaan produsen
benih padi melalui petugas Pengawas Benih Tanaman, dan Pengalaman berusaha tani
padi yang sudah cukup lama menjadi factor kekuatan. Permodalan Terbatas,
terbatasnya tenaga kerja ahli yang mampu melakukan seleksi tanaman, sarana dan
prasarana pengolah benih masih kurang, dan hanya memproduksi beberapa varietas
benih menjadi factor kelemahan.
Kata kunci: Produksi Benih, Analisis SWOT, Strategi.
Abstract
Banten Province is one of the provinces that has the
highest rice production in Indonesia. The high amount of production and the
large area of agricultural land for rice encourage a high demand for certified
rice seeds. On the other hand, rice seed production in Banten Province has
fluctuated and has not met the needs of farmers for rice seeds. The purpose of
this study was to analyze the internal and external factors of the rice seed
business and the rice seed business strategy in Banten Province. The research
was conducted in Banten Province from February to April 2023. The method used
in this study was a descriptive survey with a quantitative approach. The total
population of this study was made up of rice seed producers in Banten Province,
totaling 112 producers. Samples were taken by means of proportional simple
random sampling using the Cochran formula for 21 producers. The analysis of the
data used is the analysis of the IFAS and EFAS matrix SWOT strategies. The
results of research based on IFAS are that the price of seeds is higher than
the price of grain for consumption, the availability of adequate and qualified
facilities and infrastructure, good seed production results, intensive coaching
of rice seed producers through Plant Seed Supervisors, and long enough
experience in rice farming. strength factor. Limited capital, a limited
workforce of experts capable of carrying out plant selection, a lack of seed
processing facilities and infrastructure, and only producing a few varieties of
seeds are factors of weakness.
Keywords: Seed Production, SWOT
Analysis, Strategy.
Padi merupakan komoditas strategis dan memainkan
peranan penting dalam produksi pertanian di Indonesia. Padi menjadi makanan
pokok bagi mayoritas masyarakat di Indonesia yang berjumlah 275,77 juta jiwa
(BPS, 2022). Produksi padi di Indonesia sejumlah 55,67 Juta ton pada Tahun 2022
dengan produktivitas 5,26 ton per hektar dan luas panen sebesar 10,60 juta
hektar (BPS, 2022).� Tingginya produksi
padi pada tahun tersebut didukung salah satunya oleh penggunaan benih dari
varietas unggul bermutu yang mampu memberikan hasil produksi yang baik.
Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi yang memiliki produksi padi
tinggi di Indonesia. Pada Tahun 2022 Provinsi Banten menjadi salah satu
provinsi penghasil padi ke- 8 di Indonesia setelah Provinsi Aceh dan Provinsi
Sumatera Utara. Pada Tahun 2020 sampai dengan 2022 luas panen dan produksi padi
di Provinsi Banten mengalami fluktuasi.
Pencapaian produksi padi yang maksimal
membutuhkan input yang berkualitas salah satunya yaitu benih padi yang
bersertifikat. Benih merupakan salah satu input dasar dalam kegiatan produksi
tanaman, aspek mutu benih sangat berperan dalam perkembangan pertanian dimasa
lalu dan akan terus memainkan peran utama dalam peningkatan produksi tanaman
dimasa yang akan datang ( Ilyas, 2018). Benih berperan penting dalam dunia
pertanian karena dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil produksi
pertanian yang pada akhirnya akan mendukung tercapainya ketahanan pangan
nasional.
Tingkat penggunaan benih unggul bersertifikat di
Indonesia, saat ini baru mencapai � 60% dari 300 ribu ton kebutuhan benih
secara nasional. Setiap tahun, bantuan benih tanaman pangan di sentra produksi
cenderung meningkat (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2021). Bantuan benih
tanaman pangan ini tentunya akan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit yang
mengakibatkan tidak efisiennya anggaran belanja pemerintah. Peningkatan bantuan
benih tanaman pangan mengindikasikan bahwa di sentra produksi padi, produksi
benih padi oleh produsen benih setempat belum mampu menyediakan benih bagi
kebutuhan petani sekitar.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian sangat
serius dalam upaya meningkatkan produksi padi melalui peningkatan kualitas
input berupa benih bersertifikat. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada Tahun 2022
meluncurkan program Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP),
yang merupakan kegiatan padat karya dengan memberdayakan kelompok tani sebagai
penangkar benih. Kelompok tani pelaksana bermitra dengan produsen benih
(off-taker) yang akan membeli calon benih yang dihasilkan oleh kelompok tani.
Pemberdayaan� kelompok tani setempat
menjadi produsen benih dan diberi fasilitas bantuan Pemerintah berupa bantuan
sarana produksi. (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2022). Program ini secara
langsung dapat mendorong petani atau kelompok tani untuk melakukan produksi
benih padi agar tercipta kemandirian benih pada wilayah program yang dijalankan
sehingga enam tepat dalam penyediaan benih unggul bermutu yaitu tepat mutu,
tepat varietas, tepat jumlah, tepat tempat, tepat waktu dan tepat harga dapat
tercapai.
Benih tanaman padi dari varietas unggul dan
bermutu sangat berperan dalam pencapaian ketahanan pangan nasional melalui
swasembada beras. Penggunaan benih yang bermutu, mendorong pertumbuhan dan
perkembangan usaha perbenihan baik yang berskala besar maupun kecil. (Tahapary
dan Mara, 2019). Produksi benih padi dapat dilakukan oleh pelaku usaha dalam
bentuk badan usaha, gabungan kelompok tani, kelompok tani, atapun petani
perseorangan yang memenuhi persyaratan untuk melakukan produksi benih tanaman
pangan.
Usaha produksi benih padi di Provinsi Banten
dilaksanakan di lima kabupaten/ kota yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang dan Kota Serang oleh
petani/penangkar atau produsen benih dalam bentuk perorangan atau badan hukum
dan instansi pemerintah yang bertugas memproduksi benih bersertifikat dan
diawasi serta disertifikasi oleh UPTD Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (PSBTPHP) Dinas Pertanian Provinsi Banten.
Provinsi Banten pada Tahun 2022 hanya mampu
menyediakan kebutuhan benih padi 20,37% dari total kebutuhan benih untuk Tahun
2022. Hal ini menunjukan bahwa masih terdapat potensi yang belum dimanfaatkan
secara maksimal oleh Provinsi Banten dalam hal produksi benih padi
bersertifikat. Oleh karena itu, diperlukan kajian atau analisis strategi bisnis
perbenihan padi di Provinsi Banten.
Penelitian
ini dirancang dengan menggunakan survey yang bersifat deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian
ini dilaksanakan di Provinsi Banten pada 5 kabupaten dan kota yaitu di Kabupaten
Serang, Kota Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten
Tangerang� dimana ke 5 kabupaten/kota
tersebut merupakan penghasil benih padi unggul bersertifikat. Penelitian ini
akan dilaksanakan di Bulan Februari Tahun 2023 sampai dengan April 2023.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dari hasil wawancara dengan produsen benih tanaman padi yang berada di
Kabupaten Serang, Kota Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan
Kabupaten Tangerang. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik baik di
tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota, Dinas Pertanian Provinsi Banten,
dan UPTD Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Banten serta dinas-dinas atau instansi terkait lainnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah produsen benih tanaman padi diluar dari
lembaga pemerintah yaitu 30 produsen badan hukum. 69 produsen gapoktan/
kelompok tani dan 13 petani perseorangan dengan total keseluruhan 112 produsen
benih tanaman padi. Sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan serta
karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi (Sugiyono dalam Ramdhan,
2021). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara pemilihan sampling
acak sederhana secara proporsional (Proporsional Simple Random Sampling). Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis SWOT dengan matriks
IFAS dan EFAS untuk menentukan factor-faktor internal dan eksternal serta
pemilihan alternative strategi bisnis bisnis perbenihan padi di Provinsi
Banten.
Benih
merupakan salah satu input dasar dalam kegiatan produksi tanaman. Berdasarkan
sejarah, penggunaan benih oleh manusia menandai transisi dari pengumpulan makanan
secara nomaden ke sivilisasi berdasar pertanian. Proses ini terjadi pada bagian
dunia yang berbeda. Sivilisasi awal ini didasari atas tanaman yang berbeda
pula, misalnya gandum, barley, lentil di Timur Tengah, dan jagung di Amerika
Tengah. Domestikasi tanaman terjadi melalui proses seleksi, sehingga berbagai
tanaman telah berkembang menjadi tipe baru, spesies baru. Pemuliaan tanaman
modern dan suplai benih merupakan tahapan lain dalam evolusi dan domestikasi
yang terus menerus (Ilyas, 2018).
Benih
menjadi salah satu komponen produksi yang mempunyai kontribusi cukup besar
dalam peningkatan produktivitas tanaman padi. Selama ini, penggunaan benih oleh
petani sangat beragam baik dari sisi jumlah per hektar maupun kualitasnya.
Penggunaan benih bermutu tinggi memberikan manfaat berupa pertumbuhan benih
seragam, menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak, masak dan panen
serempak, dan produktivitas tinggi sehingga dapat meningkatkan produksi padi
yang akhirnya memberikan sumbangan pada pendapatan usahatani (Supriatna dan
Dhalimi, 2010).
Ketersediaan
pangan dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan serta tingkat harga yang
terjangkau dapat terjamin dengan memperhatikan pendapatan petani, dikembangkan
sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumber daya kelembagaan
dan budaya lokal. Untuk memperkuat ketahanan pangan dan pendapatan petani,
diupayakan pengelolaan usaha tani berwawasan agribisnis yang berdaya saing,
berkerakyatan dan dilakukan secara berkesinambungan, salah satunya penggunaan
benih bersertifikat (Laksmi et al., 2017).�
Penggunaan
benih bersertifikat merupakan langkah awal yang sangat menentukan terhadap
input berikutnya yang diharapkan pada proses produksi. Guna mewujudkan hasil
yang lebih optimal, maka diperlukan penanganan secara terpadu dan
berkesinambungan mulai dari hulu hingga hilir, yaitu dari penciptaan varietas,
produksi, penyaluran, sosialisasi benih sumber dan benih sebar serta pengawasan
mutu dibidang produksi dan peredaran benih (Laksmi et al., 2017).
Menurut
Hariadi (2003) strategi bisnis merupakan rencana strategi yang terjadi pada
tingkat divisi dan dimaksudkan bagaimana membangun dan memperkuat posisi
bersaing produk dan jasa perusahaan dalam industri atau pasar tertentu yang
dilayani divisi tersebut. Joewono (2012) mengatakan bahwa strategi bisnis
adalah strategi mencapai tujuan yang sering dianalogikan dengan strategi catur,
yang dimana sistematika berfikir, penyusunan rencana, kesigapan melangkah,
keberanian mengambil resiko dan gairah untuk memenangkan pertandingan merupakan
beberapa karakteristik permainan catur yang relevan dengan praktek pengelolaan
bisnis.
Menurut
Salim dan Siswanto (2019) Analisis SWOT digunakan untuk memperoleh pandangan
dasar mengenai strategi yang diperlukan dalam mencapai suatu tujuan tertentu,
dalam hal ini pengkajian tentang upaya-upaya apa saja yang dapat dijadikan
solusi alternatif dalam pengelolaan dan pengembangan strategi. Menurut Rangkuti
dalam Salim dan Siswanto (2019) kinerja pengembangan ataupun organisasi dapat ditentukan
oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus
dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara
faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) dengan faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses).
Analisis
SWOT digunakan untuk memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities), tetapi pada saat yang sama bisa meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats). analisis SWOTdilakukan setelah
mengidentifikasi faktor internal dan�
eksternal, menganalisis faktor strategis internal (kekuatan dan
kelemahan) dan pendorong eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT
memberikan gambaran masuk kedalam kuadran manakah bisnis perbenihan padi
sehingga akan menentukan strategi yang manakah yang terbaik untuk dijalankan.
Berikut ini adalah rincian mengenai identifikasi faktor internal dan faktor
eksternal dapat dilihat pada Tabel 1.
Faktor Internal |
|
Kekuatan |
Kelemahan |
1.
Harga
benih lebih tinggi dibanding harga gabah konsumsi 2.
Tersedianya
sarana dan prasarana yang memadai dan memenuhi syarat 3.
Hasil
produksi benih yang baik 4.
Pengalaman
berusaha tani padi yang sudah cukup lama 5.
Intensifnya
pembinaan produsen benih padi melalui petugas Pengawas Benih Tanaman |
1.
Permodalan
Terbatas 2.
Terbatasnya
tenaga kerja ahli yang mampu melakukan seleksi tanaman 3.
Sarana
dan prasarana pengolah benih masih kurang 4.
Hanya
memproduksi beberapa varietas benih |
Faktor Eksternal |
|
Peluang |
Ancaman |
1.
Tingginya
kebutuhan benih setiap tahun 2.
Tingkat
kesadaran petani mengenai penggunaan benih sertifikat semakin tinggi 3.
Adanya
program bantuan benih padi oleh pemerintah 4.
Luasnya
lahan pertanian tanaman padi 5.
Masih
sedikitnya produsen benih padi di Provinsi Banten |
1.
Perubahan
cuaca (climate change) 2.
Hama
dan penyakit tanaman padi 3.
Sulitnya
memperoleh sumber benih yang sesuai dengan permintaan 4.
Adanya
pesaing dari luar wilayah Provinsi Banten |
Setelah dilakukan identifikasi faktor internal dan faktor eksternal maka selanjutnya dapat dirincikan dalam analisis faktor internal dan eksternal. Berikut ini adalah rincian mengenai faktor internal bisnis perbenihan padi di Provinsi Banten.
Tabel
2
IFAS
(Internal Factor Analysis Summary) Strength
No |
Faktor Internal |
Bobot |
Rating |
Nilai |
|
STRENGHT (Kekuatan) |
|
|
|
1. |
Harga benih lebih tinggi dibanding harga gabah
konsumsi |
0,23 |
4 |
0,90 |
2. |
Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan memenuhi
syarat |
0,21 |
4 |
0,85 |
3. |
Hasil produksi benih yang baik |
0,21 |
3 |
0,63 |
4. |
Pengalaman berusaha tani padi yang sudah cukup lama |
0,17 |
2 |
0,33 |
5. |
Intensifnya pembinaan produsen benih padi melalui
petugas Pengawas Benih Tanaman |
0,18 |
3 |
0,55 |
Jumlah |
1,00 |
16 |
3,27 |
Berdasarkan
Tabel 2, Dapat dilihat bahwa faktor kekuatan internal (Strenght) ada 5 jenis kekuatan dengan nilai scoring sebesar 3,27
pada pelaku bisnis perbenihan padi di Provinsi Banten dalam
menjalankan bisnis perbenihan padi. Pemberian bobot disusun berdasarkan dampak
penting hingga tidak penting. Hasil scoring IFAS Strenght diperoleh dari
perkalian antara rating dan bobot dari faktor Strenght. Sedangkan� faktor kelemahan internal (Weakness) ada 4
jenis kelemahan dengan nilai scoring sebesar 2,24. Dapat dilihat pada Tabel 3.
Dibawah ini.
Tabel
3
IFAS
(Internal Factor Analysis Summary) Weakness
No |
Faktor Internal |
Bobot |
Rating |
Nilai |
|
WEAKNESS (Kelemahan) |
|
|
|
1. |
Permodalan Terbatas |
0,30 |
3 |
0,90 |
2. |
Terbatasnya tenaga kerja ahli yang mampu melakukan
seleksi tanaman |
0,29 |
1 |
0,29 |
3. |
Sarana dan prasarana pengolah benih masih kurang |
0,23 |
3 |
0,69 |
4. |
Hanya memproduksi beberapa varietas benih |
0,18 |
2 |
0,35 |
Jumlah |
1,00 |
9 |
2,24 |
Data
yang terdapat dalam Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai kekuatan produsen
benih padi lebih besar dibandingkan dengan nilai kelemahan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa produsen benih padi di Provinsi Banten memiliki kekuatan yang
lebih besar dalam menjalankan bisnis perbenihan padi. Berikut ini rincian
mengenai faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam bisnis perbenihan padi di
Provinsi Banten, Hasil penilaian EFAS Opportunity diperoleh dari perkalian
rating dan bobot dari faktor Opportunity (peluang), hasil penilaian EFAS
Threats diperoleh dari perkalian rating dan bobot dari faktor Threats. Nilai
total didapat dari bobot dikali rating.
Tabel
4
EFAS
(Eksternal Factor Analysis Summary) Opportunity
No |
Faktor Internal |
Bobot |
Rating |
Nilai |
|
OPPORTUNITY (Peluang) |
|
|
|
1. |
Tingginya kebutuhan benih setiap tahun |
0,22 |
3 |
0,67 |
2. |
Tingkat kesadaran petani mengenai penggunaan benih
sertifikat semakin tinggi |
0,19 |
3 |
0,56 |
3. |
Adanya program bantuan benih padi oleh pemerintah |
0,22 |
4 |
0,88 |
4. |
Luasnya lahan pertanian tanaman padi |
0,19 |
3 |
0,56 |
5. |
Masih sedikitnya produsen benih padi di Provinsi
Banten |
0,18 |
2 |
0,36 |
Jumlah |
1,00 |
15 |
3,04 |
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa
faktor peluang (Strenght) ada 5 jenis peluang dengan nilai scoring sebesar 3,04
pada pelaku bisnis perbenihan padi di Provinsi Banten dalam menjalankan bisnis
perbenihan padi. Sedangkan faktor eksternal ancaman (Threats) terdapat 4 jenis
ancaman dengan nilai 2,20 yang dapat dilihat pada table 5.
Tabel
5
EFAS
(Eksternal Factor Analysis Summary) Threats
No |
Faktor Internal |
Bobot |
Rating |
Nilai |
|
THREATS (Ancaman) |
|
|
|
1. |
Perubahan cuaca (climate change) |
0,22 |
2 |
0,43 |
2. |
Hama dan penyakit tanaman padi |
0,38 |
3 |
1,14 |
3. |
Sulitnya memperoleh sumber benih yang sesuai dengan
permintaan |
0,23 |
2 |
0,46 |
4. |
Adanya pesaing dari luar wilayah Provinsi Banten |
0,17 |
1 |
0,17 |
Jumlah |
1,00 |
8 |
2,20 |
Berdasarkan analisis matriks SWOT di atas,
dapat diketahui posisi kuadran bisnis perbenihan padi di Provinsi Banten yang
selanjutnya dapat digunakan untuk mentukan strategi yang harus di ambil dalam
menjalankan bisnis perbenihan padi, penentuan strategi ini merupakan salah satu
output dari penelitian ini.
Tabel
6
Skor
IFAS dan EFAS
IFAS |
EFAS |
||
Kategori |
Total Nilai |
Kategori |
Total Nilai |
Kekuatan (S) |
3,27 |
Peluang (O) |
3,04 |
Kelemahan (W) |
2,24 |
Ancaman (T) |
2,20 |
Total (S-W) |
1,04 |
Total (O-T) |
0,84 |
Berdasarkan Tabel 6, dapat disimpulkan sebagai
faktor kekuatan pada bisnis perbenihan padi di Provinsi Banten lebih besar dari
faktor kelemahan dan pengaruh dari faktor peluang lebih besar dari faktor
ancaman, oleh karena itu posisi bisnis perbenihan padi berada pada kuadran I
(menerapkan strategi S-O). Koordinat SWOT adalah pada titik� x = 1,04 dan titik y = 0,84.
Gambar
1
Kuadran SWOT
Strategi S-O adalah strategi yang
menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal, atau
menggunakan kekuatan internal untuk mengeksploitasi peluang pada faktor
eksternal. Strategi S-O adalah strategi yang situasinya menguntungkan. Strategi
ini memiliki peluang dan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.
Alternatif strategi yang dapat digunakan dalam bisnis perbenihan padi di
Provinsi Banten yaitu Ekstensifikasi dan intensifikasi produksi benih padi,
membangun jaringan pemasaran agar petani mudah dalam mengakses benih padi
bersertifikat, membangun system komunikasi informasi tentang kebutuhan benih
dan rencana tanam antara produsen dan pemerintah, membangun system inti plasma
produksi benih padi dengan petani padi konsumsi agar dapat memproduksi benih, peningkatan kemampuan produsen
benih melalui pelatihan agar dapat memproduksi benih� dengan kualitas yang baik.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan
analisis SWOT matriks IFAS dan EFAS harga benih lebih tinggi dibanding harga
gabah konsumsi, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan memenuhi
syarat, hasil produksi benih yang baik, intensifnya pembinaan produsen benih
padi melalui petugas Pengawas Benih Tanaman, dan Pengalaman berusaha tani padi
yang sudah cukup lama menjadi factor kekuatan. Permodalan Terbatas, terbatasnya
tenaga kerja ahli yang mampu melakukan seleksi tanaman, sarana dan prasarana
pengolah benih masih kurang, dan hanya memproduksi beberapa varietas benih
menjadi factor kelemahan. Kemudian, tingginya kebutuhan benih setiap tahun,
tingkat kesadaran petani mengenai penggunaan benih sertifikat semakin tinggi,
Adanya program bantuan benih padi oleh pemerintah, luasnya lahan pertanian
tanaman padi, dan masih sedikitnya produsen benih padi di Provinsi Banten
menjadi factor peluang. Perubahan cuaca, serangan hama dan penyakit tanaman
padi, sulitnya memperoleh sumber benih yang sesuai dengan permintaan, dan
adanya pesaing dari luar wilayah Provinsi Banten menjadi factor ancaman. Strategi
yang dapat digunakan dalam bisnis perbenihan padi di Provinsi Banten yaitu
strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk
memanfaatkan peluang eksternal, atau menggunakan kekuatan internal untuk
mengeksploitasi peluang pada faktor eksternal. Alternatif strategi dalam bisnis
perbenihan padi ini yaitu ekstensifikasi dan intensifikasi produksi benih padi,
membangun jaringan pemasaran agar petani mudah dalam mengakses benih padi
bersertifikat, membangun system komunikasi informasi tentang kebutuhan benih
dan rencana tanam antara produsen dan pemerintah, membangun system inti plasma
produksi benih padi dengan petani padi konsumsi agar dapat memproduksi benih,
dan peningkatan kemampuan produsen benih melalui pelatihan agar dapat memproduksi
benih� dengan kualitas yang baik.
Aaker, David., 2013. Manajemen Pemasaran Strategis. Edisi 8. Jakarta: Salemba
Alfons, J. B. (2007). Benih Untuk Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional Akselerasi
Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan Di
Wilayah Kepulauan, 439�452.
Admin. (2020). Pandeglang
Mulai Jajaki Sebagai Penyedia Benih Padi Mandiri. BBPOPT.
Badan Pusat Statistik (2022). Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (Ribu
Jiwa), 2020-2022. Badan Pusat Statistik Indonesia.
Badan Pusat Statistik (2022). Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Padi Menurut Provinsi 2020-2022. Badan Pusat
Statistik Indonesia.
Gustari,I. et al.,
(2017). Analisis Strategi Bisnis Pada Pt Gancia Citra Rasa. Jurnal Eksekutif, 14, 369-383.
Hariadi,
Bambang, (2003). Strategi Manajemen, Jakarta: Bayumedia Publishing.
Ilyas,S.
(2018). Ilmu dan Teknologi Benih: Teori dan Hasil Penelitian. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Joewono,
Handito. (2012). Strategy Management.
Jakarta: Arrbey
Kundala,
M.(2010). Strategi Bisnis Toko Persatuan. Tesis
Program Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya
Wiwaha Yogyakarta.
Lagga,
J. et al. (2022). Strategi Pengembangan Penangkaran Benih Melalui Kegiatan Desa
Mandiri Benih. Jurnal Ascarya, 1(2),13-31. doi: 10.53754/iscs.v2i1.94
Laksmi,
N. M. A. C., Windia, W., & Suamba, K. (2017). Strategi Pengembangan Usaha
Perbenihan Padi Bersertifikat di Subak Guama, Kecamatan Marga, Kabupaten
Tabanan. Jurnal Manajemen Agribisnis, 5(1), 22�32.
doi.org/10.24843/jma.2017.v05.i01.p03
Maryani, P. (2022). Tanam Perdana Padi Sawah Varietas Padjadjaran
Agritan Di Kota Serang Banten Melalui Pengembangan Petani Produsen Benih
Tanaman Pangan (P3BTP). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Mayun,
I. A. (2016). Kajian Produksi Benih Bermutu. Fakultas Pertanian Universitas
Udayana Bali, 1�39.
Ramdhan, M. (2021). Metode Penelitian. Surabaya: Cipta Media
Nusantara.
Santoso, I., &
Madiistriyatno, H. (2021). Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Tangerang: Indigo Media
Sayaka,
B., Dabukke, F. B. M., & Suharyono, S. (2020). Membangun Kemandirian
Industri Benih Padi Nasional. Jurnal Ekonomi Indonesia, 9(3),
189�207.
Setiawan, C. et al. (2021). Kementan Dorong UPTD Perbenihan Tanaman
Pangan Tingkatkan Kinerjanya. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Siswanto, A. &
Salim, M. (2019). Analisis SWOT dengan
Metode Quisioner. Semarang: CV. Pilar Nusantara.
Sugiyono. (2010). Metode
Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Yusuf, M. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
& Penelitian Gabungan. Jakarta: PT.Fajar Interpratama Mandiri.
Copyright holder: Dadang Sutisna, Aliudin, Dian Anggraeni (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |