Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 7, Juli 2023
PENGAPLIKASIAN
TINGKATAN SISTEM MANAJEMEN MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI (QUALITY ONSPECTION, QUALITY CONTROL,
QUALITY ASSURANCE, DAN
TOTAL QUALITY MANAGEMENT)
Fanny Chynthia Ferdiana, Jati Utomo Dwi Hatmoko, Bagus Hario Setiadji
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Strategi kompetisi yang dapat diandalkan oleh pelaku usaha jasa konstruksi dan jasa konsultan adalah strategi kualitas. Suatu proyek konstruski memiliki lima aspek proyek konstruksi secara keseluruhan yaitu aspek biaya, aspek waktu, aspek mutu, aspek lingkungan dan aspek K3. Didalam konteks konstruksi ada beberapa bagian yang menjadi tingkatan manajemen mutu yaitu Quality Inspection, Quality Control, Quality Assurance, dan Total Quality Management. Metode yang digunakan untuk mengetahui proses penerapan manajemen mutu pada proyek X adalah metode kualitatif dengan cara mengkaji, menganalisa dokumen kontrak proyek berdasarkan aspek mutu dan beberapa literatur. Hasil dari penelitian ini yaitu setiap tingkatan manajemen mutu dalam proyek ini mampu menerapkan manajemen mutu dengan baik dengan memperhatikan segala syarat-syarat penggunaan dan kententuan yang berlaku dan sudah disepakati. Pada proyek X menerapkan perencanaan mutu menggunakan acuan SNI dan ASTM (American Standard and Testing Material).
Kata Kunci: Tingkatan Manajemen Mutu; Inspection; Quality
Control; Quality Assurance; Total Quality Management
Abstract
A competitive strategy that can be relied
upon by construction service providers and consultant services is a quality
strategy. A construction has five overall construction project aspects, that is
the cost aspect, the time aspect, the quality aspect, the environmental aspect
and the K3 aspect. In the context of construction there are several parts that
become the level of quality management, that is Quality Inspection, Quality
Control, Quality Assurance, and Total Quality Management. The method used to
determine the process of implementing quality management in X construction
projects is a qualitative method by reviewing, analyzing project contract
documents based on quality aspects and some literature. The results of this
study are that each level of quality management in this project is able to
apply quality management well by taking into account all the conditions of use
and the provisions that apply and have been agreed upon. In X construction
projects implement quality planning using the reference SNI and ASTM (American
Standard and Testing Material).
Keywords: Level of Quality Management; Inspection;
Quality Control; Quality Assurance; Total Quality Management.
Pendahuluan
Pekerjaan konstruksi merupakan satu kesatuan rangkaian pekerjaan sepanjang siklus proyek dimana didalamnya terdapat proses PDCA (Plan, Do, Check, dan Act) yang meliputi pekerjaan sipil, arsitektur, mekanikal elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing, beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan. Konstruksi dikenal sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Dengan adanya perkembangan konstruksi yang menuntut adanya high constructability yang memudahkan tingkat membangun sebuah struktur.
Disisi lain dibutuhkan pengelolaan mutu (Quality Management) bertujuan untuk memenuhi persyaratan mutu proyek pada pekerjaan awal hingga terakhir tanpa adanya pengulangan dengan cara-cara yang efektif dan ekonomis (Benjamin, Prasetyawan, & Rusdiansyah, 2012). Oleh sebab itu dalam pelaksanaa proyek konstruksi sasaran project management selain biaya, waktu, K3, dan lingkungan adalah pemenuhan persyaratan mutu.
Mutu pada saat ini sudah tidak diartikan secara tradisional bagi para pelaku konstruksi dimana kualitas hanya dipahami sebagai pemenuhan persyaratan, melainkan mutu dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu (Frederika, Sudipta, & Yoga, 2019). Definisi ini jelas menekankan pada kepuasaan pelanggan atau pemakai produk.
Dampak lain yang diterima adalah memajukan suatu organisasi atau perusahaan, karena telah adanya sebuah ikatan atau interaksi dari pelanggan berkaitan dengan kepercayaan. Dalam suatu proyek konstruksi, pelanggan dapat berarti owner (pemilik proyek atau pengguna jasa), penyewa bangunan atau masyarakat sebagai pemakai (Sihombing, 2019). Misalnya dari segi desain atau gambar, kepuasan pelanggan dapat diukur dari segi estetika, pemenuhan fungsi, ketahanan atau kualitas material, keamanan, hemat energi penggunaan, dan ketepatan waktu penyelesaian. Sedangkan dari segi pelaksanaan/ pengerjaan, tolak ukurnya adalah pada kerapihan penyelesaian, integritas (sesuai spesifikasi dan design) pelaksanaan, tepatnya waktu penyerahan dan biaya serta bebas cacat.
Penerapan manajemen pada setiap proyek pada suatu organisasi masing-masing berbeda, karena memiliki karakteristik yang berbeda. Organisasi yang terdorong berpikir inovatif akan memunculkan aktivitas inovasi yang tinggi dalam perusahaan. Inovasi yang muncul dalam perusahaan kontraktor konstruksi lebih banyak mengarah pada proses konstruksi berupa metode pelaksanaan (Wiriawan, Syairudin, & Industri, 2015).
Namun, secara umum perusahaan juga dapat berinovasi dalam aspek administratif yang lebih banyak mengarah pada penataan dan koordinasi organisasi yang lebih efektif (Kiwang, Pandie, & Gana, 2015). Hasil aktivitas inovasi dalam proses konstruksi memberikan efisiensi yang mendorong profit dalam proyek yang kemudian tercermin dalam peningkatan financial performance perusahaan (Firmansyah, Ak, Triastie, & Ak, 2021).��
Didalam tuntutan zaman, dan dalam era persaingan bebas, kita harus menggali informasi dan memperluas knowledge tentang hal-hal yang menyangkut proses manajemen dalam lingkungan kerja, terutama tentang pentingnya sistem dan realisasinya dalam proyek dilapangan. Suatu sistem dapat dikatakan optimum apabila semua unsur-unsur yang mendukung sistem tersebut memiliki nilai optimum (Sitompul & Hasibuan, 2018). Dalam rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan mengadakan pelatihan manajemen mutu (Simanjuntak & Suawa, 2014).
Hal-hal yang berkaitan dengan kualitas atau mutu adalah produk, pelayanan, proses pelaksanaan dan proses manajemen proyek itu sendiri. Produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada tanpa organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang cakap. Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pendukung bagi semua pihak yang terlibat didalam sebuah organisasi atau perusahaan.
Globalisasi ekonomi telah menciptakan arena kompetisi yang semakin bebas dan ketat menjadikan produk barang dan jasa dalam negeri akan hilang diterjang liberalisasi. Produk barang dan jasa luar negeri akan bebas masuk ke pasar domestik. Menghadapi situasi seperti ini, membuat para pelaku usaha jasa konstruksi dan jasa konsultan dihadapkan pada pilihan yang mereka sendiri harus putuskan antara masuk dalam arena kompetisi atau keluar arena kompetisi. Kedua keputusan tersebut memiliki konsekuensi yang sama beratnya. Memasuki arena kompetisi tanpa kekuatan dan strategi sama saja dengan bunuh diri.
Keluar dari arena kompetisi tidak berarti luput dari
gelombang persaingan, bisa jadi dampaknya
lebih dahsyat daripada ikut berkompetisi.
Strategi kompetisi yang dapat
diandalkan oleh pelaku usaha jasa konstruksi
dan jasa konsultan adalah strategi kualitas (Bharmawan & Hanif, 2022). Oleh karena
itu, para pelaku usaha jasa konstruksi
harus berusaha terus mengembangkan konsepsi dan teknologi kualitas, sejalan dengan perkembangan zaman. Didalam konteks konstruksi ada beberapa bagian yang menjadi tingkatan Quality Management yaitu
Quality Inspection, Quality Control, Quality Assurance, dan Total
Quality Management.
Pada bagian ini, Project Quality
Management secara umum terdiri dari 3 tahapan menurut PMBOK yaitu:
Plan Control Assurance
Gambar 1 Proses Project Quality Management
Quality Planning (Kualitas Perencanaan)
Proses mengidentifikasi standar kualitas yang relevan, yang sesuai dengan kebutuhan Owner dan memenuhi standar peraturan yang berlaku untuk setiap bagian pekerjaan, penetapan standar spesifikasi yang diberlakukan dalam proyek dan perencanaan strategi pencapaian standar yang direncanakan.
Quality Control (Pemantauan Kualitas)
Suatu proses pemeriksaan dan pengujian terukur, mulai dari material (spesifikasi), pelaksanaan pekerjaan (sesuai gambar perencanaan), hasil kerja (sesuai toleransi spesifikasi teknis hasil pekerjaan), serta penilaian berdasarkan RKS/ Spesifikasi Teknis dan peraturan yang ditetapkan harus dipatuhi oleh proyek.
Quality Assurance (Jaminan Kualitas)
Suatu proses menjalankan apa yang sudah ditetapkan dan direncanakan dalam Quality Plan, mengawal, mengevaluasi dan melakukan verifikasi pelaksanaan terhadap rencana yang dibuat, serta identifikasi dan antisipasi masalah yang mungkin timbul selama pelaksanaan proyek.
Panduan PMBOK menyatakan bahwa proses manajemen mutu mencakup semua kegiatan organisasi yang melaksanakan, menentukan kebijakan kualitas, tujuan, dan tanggung jawab sehingga proyek akan memenuhi kebutuhan yang telah dilakukan (Lestari, 2015). Pada manajemen mutu proyek, terdapat rangkaia proses dari manajemen proyek (Febriyanto, Wibowo, Wibowo, & Santoso, 2015). Terdapat 2 teknik yang telah sukses diterapkan oleh para pelaku konstruksi dalam meningkatkan kinerja proses, yaitu:
Proses
Manajemen Model
Model atau cara ini digunakan menghubungkan faktor kesuksesan yang kritis pada proses bisnis. Ini membangun dasar pondasi yang mana Continous Quality Management Model meneruskan mengadakan suatau analisis yang terhadap langkah langkah dan proses dalam meningkatkan dan memanfaatkan kesempatan yang ada. Ada 6 lingkup pekerjaan mutu proyek yang harus diuji: (1) Kualitas keputusan dari klien. (2) Kualitas dari proses design. (3) Kualitas material dan komponen. (4) Kualitas dari kumpulan proyek. (5) Kualitas dari kegiatan manajemen proyek. (6) Management Project sebagai peningkatan kualitas proyek
Continuous
Quality Management
Continuous Quality Management
merupakan yang digunakan sebuah perusahaan untuk meningkatkan proses bisnis (Tsani, 2021).
Ini merupakan cara hidup dari
semua organisasi yang ingin mencapai posisi yang kompetitif dalam arus industrisasi
yang cepat. Manajemen mutu mengadopsi beberapa prinsip-prinsip manajemen. Pada
ISO 9001:2015 disusun berlandaskan
dengan tujuh prinsip manajemen kualitas. Prinsip- prinsip ini dapat
digunakan sebagai suatu kerangka kerja (frame work) untuk pedoman organisasi pada peningkatan kinerja.
1.
Fokus pada Pelanggan (Customer
Focus)
Hidupnya organisasi bergantung pada pelanggan, karena itu manajemen organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan sekarang dan kebutuhan yang akan datang. Organisasi harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat berusaha melebihi ekspektasi pelanggan.
2.
Kepemimpinan (Leadership)
Pemimpin
organisasi harus menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari organisasi. Mereka harus menciptakan
dan memelihara lingkungan
internal agar orang- orang dapat menjadi
terlibat secara penuh dalam pencapaian
tujuan- tujuan organisasi.
3. Keterlibatan
Orang� (Engagement of
people)
Keterlibatan orang pada semua
tingkatan merupakan faktor yang sangat penting dari suatu organisasi
dan keterlibatan mereka secara penuh maka
kemampuan mereka digunakan untuk manfaat organisasi.
4.
Proses Pendekatan (Process
Approach)
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara efisien, apabila aktivitas dan sumber-sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses. Suatu proses dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari orang, material, metode, mesin dan peralatan, dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah output bagi pelanggan. Pengidentifikasian, pemahaman dan
pengelolaan, dari
proses-proses yang saling berkaitan
sebagai suatu sistem, akan memberikan
kontribusi pada efektifitas
dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan- tujuannya.
5.
Peningkatan Terus Menerus
(Improvement)
Peningkatan
terus-menerus dari kinerja organisasi secara keseluruhan harus menjadi tujuan
tetap dari organisasi. Peningkatan terus menerus didefinisikan
sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya pengembangan berkelanjutan, meningkatkan efektifitas dan atau efisiensi organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi
itu. Peningkatan terus menerus mambutuhkan
langkah-langkah konsolodasi
progresif, menanggapi perkembangan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, dan akan menjamin suatu
evolusi dinamik dari sistem manajemen
mutu. Organisasi-organisasi
yang sukses selalu fokus terhadap perbaikan.
6.
Bukti Berdasarkan
Pengambilan� Keputusan (Evidence
Based Decision Making)
Keputusan
yang efektif adalah keputusan yang berdasarkan pada analisis data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah,
sehingga masalah- masalah kualitas dapat terselesaikan secara efektif dan efisien sehingga mencapai hasil yang diharapkan.
7.
Menjaga Hubungan (Relationship
Management)
Untuk mempertahankan kesuksesan, organisasi harus mengelola hubungannya dengan pihak-pihak yang berkepentingan diantaranya adalah para pemasoknya.
PDCA (Plan-Do-Check-Act)
PDCA dikenal sebagai
�Siklus Shewhart�, karena pertama kali yang menemukan teori ini adalah Walter
Shewhart. Namun dalam perkembangannya, teori ini disebut � Siklus Deming� hal
ini dikarenakan Deming merupakan orang yang mempopulerkan penggunaannya dan
mengembangkan penerapannya. PDCA dapat dikatakan sebagai alat melakukan
perbaikan secara terus-menerus tanpa berhenti sepanjang siklus proyek. PDCA
seringkali dipergunakan dalam kegiatan KAIZEN, DMAIC, pada aktivitas LEAN SIX
SIGMA.
Gambar
2 Siklus
PDCA
Konsep PDCA merupakan
pedoman bagi setiap pemimpin organisasi/ perusahaan konstruksi untuk proses
perbaikan kualitas dan harus diterapkan diseluruh bagian organisasi. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan sebagai
tolak ukur perbaikan selanjutnya sesuai dengan standar pelayanan yang
ditetapkan dan menghindari pengambilan keputusan yang bersifat emosional dan
adanya unsur subyektivitas.
Sebuah siklus tahapan
dalam menjaga sebuah kualitas agar tetap berada pada standar yang sudah
ditetapkan, menjadi penekanan terpebting dalam keberlangsungan organisasi/
perusahaan. Dimana dibutuhkan tahapan prosedur perencanaan kualitas, tahap
evaluasi diperlukan pengontrolan terhadap kualitas, dan tahap penjagaan serta
pengembangan mutu untuk menciptakan sebuah produk/ jasa yang berkualitas sesuai
dengan keinginan pengguna/ konsumen.
�
Sistem Mutu/ Tingkatan Manajemen Mutu
Sistem mutu dari waktu
ke waktu terus mengalami perkembangan di dalam penerapnnya di bidang
konstruksi. Pada awalnya sistem mutu dikenal dengan istilah Inspection yang
merupakan tingkat yang paling dasar dalam manajemen mutu, kemudian berevolusi
menjadi Quality Control, Quality Assurance dan Total Quality Management.
Inspection
Inspeksi merupakan alat
untuk mengukur kegiatan proses konstruksi untuk memeriksa kualitas produk yang
dihasilkan� sesuai dengan standard
spesifikasi sehingga kepuasan pelanggan tetap terjaga. Kegiatan Inspeksi
terdiri dari : review, survey, check, measure, detection, examination, data
collection, analyze, report, record, documentation, serta verification.
Biasanya Inspeksi menjadi temuan di lapangan ketika terjadi kesalahan pada
proses pengerjaan yang sudah selesai dan perlu segera untuk di repair/ rework,
jika tidak sesuai.
Quality Control
Pengendalian Mutu
(Quality Control) adalah teknik dan aktivitas operasi yang digunakan agar mutu
tertentu yang dikehendaki dapat dicapai (Putra, 2015). Aktivitasnya
mencakup monitoring, meminimalisir problem yang diketahui, mengurangi
penyimpangan/perubahan yang tidak perlu serta usaha-usaha untuk mencapai
efektivitas ekonomi.
Quality Assurance
Pemastian Mutu (Quality
Assurance) adalah seluruh tindakan yang sistematis dan terencana yang
diperlukan agar terjadi kepastian dan kepercayaan terhadap mutu produk/jasa yang
diberikan. Aktivitasnya mencakup kegiatan proses, baik internal maupun
eksternal termasuk merumuskan kebutuhan pelanggan. Maksud dari Quality
assurance ini adalah mengidentifikasi kemajuan dari kualitas. Quality assurance
mengevaluasi cost dari proyek secara keseluruhan secara teratur untuk
menetapkan anggaran yang keluar relevan dan sesuai dengan standard kualitas (Barsyam,
2014).
Total Quality Management
Total Quality Management
(TQM) dimulai pada tahun 1980�an, TQM dapat didefinisikan dari tiga kata yang
dimilikinya yaitu Total (keseluruhan), Quality (kualitas, derajat/tingkat
keunggulan barang atau jasa), Management (tindakan, seni, cara menghendel,
pengendalian, pengarahan). Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM
adalah sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer
satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan benar sekali (right first
time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous improvement)
dan memotivasi karyawan (Kid Sadgrove, 1995). TQM juga dapat diartikan
perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun
berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta
kepuasan pelanggan (Ishikawa, 1993).
Menurut Maghfiroh (2018), TQM memiliki sepuluh unsur utama, yaitu:
(a) Fokus pada pelanggan. (b) Obsesi terhadap kualitas. (c) Pendekatan ilmiah. (d) Komitmen jangka
Panjang. (e) Kerjasama tim (Teamwork). (f) Perbaikan sistem secara berkesinambungan. (g) Pendidikan dan pelatihan. (h) Kebebasan yang terkendali. (i) Kesatuan tujuan. (j) Adanya keterlibatan
dan pemberdayaan karyawan.
Teknik-teknik dalam TQM: (1) Pengendalian proses secara statistic. (2) Penyelesaian masalah
secara struktur. (3) Perbaikan secara terus menerus. (4) Perencanaan mutu. (5) Manajemen mutu.
Metode Penelitian
Metode yang
digunakan untuk mengetahui proses penerapan manajemen mutu pada proyek pembangunan lapangan tenis dua baan semi indor� adalah metode kualitatif dengan cara mengkaji,
menganalisa dokumen kontrak proyek berdasarkan aspek mutu dan beberapa literatur. Tahapan pada penelitian ini yaitu:
Tahap persiapan meliputi menentukan tema, pendahuluan, maksud dan tujuan penelitian,
ruang lingkup pembahasan, serta kajian pustaka dari berbagai macam sumber yang relevan. Data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan data primer yaitu dokumen kontrak
proyek konstruksi, dan data
sekunder yaitu beberapa literatur dan dokumentasi.
Dari hasil menganalisis aspek mutu yang terdapat dalam dokumen kontrak pada proyek pembangunan lapangan tenis dua baan semiindoor hasil analisa dokumen kontrak tersebut diolah sehingga menghasilkan karakteristik proyek dari segi manajeman kualitas.
Dalam Analisis data manajemen mutu pada proyek terdiri dari 4 unsur meliputi inspeksi, pemantauan kualitas (QC), jaminan kualitas (QA), dan manajemen kualitas total (TQM). kemudian dicantumkan dalam bentuk tabulasi.
Pembahasan dilakukan dari hasil analisis data manajemen mutu yang terdapat dalam sebuah proyek berdasarkan kajian dan analisa dokumen kontrak serta beberapa sumber literatur, dokumentasi yang relevan.
Penentuan kesimpulan didapat dari hasil pembahasan sistem manajemen mutu pada proyek X
Hasil dan Pembahasan
Berikut ini adalah contoh proyek konstruksi yang
digunakan dalam penyusunan paper, adapun data umum proyek sebagai berikut :
1.
Nama Proyek��� ����������� : Proyek X
2.
Nilai Kontrak�� ����������� : Rp
1.099.670.000,00
3.
Sumber Dana�� ����������� : APBD
4.
Waktu Pelaksanaan����� : 65 ( enam puluh lima) hari kalender
5.
Awal Proyek��������������� : 24 Oktober 2017
6.
Akhir Proyek��������������� : 27 Desember 2017
Proyek pembangunan lapangan tenis dua baan semi
indoor termasuk dalam proyek tradisional, proyek ini menggunakan sistem
pelaksanaan tradisional (traditional delivery system) yang mana pada tahap
perancangan (engineering design) mengadakan ikatan kontrak dengan konsultan
perencana melalui proses lelang dan pada tahap pelaksanaan (construction),
pemilik mengadakan kontrak dengan pihak kontraktor. Sistem ini menunjukkan
bahwa pihak kontraktor bekerja secara independent dan perencana menyelesaikan
tanggung jawab tugas perencanaannya sebelum pemilik proyek memilih kontraktor
pelaksana.
Setelah penentuan kontraktor biasanya owner
meminta perencana menjadi pengawas pelaksanaan proyek atas nama owner. Surat
Perjanjian/ Dokumen Kontrak pada paper ini merujuk pada kontrak kontraktor.
Proyek konstruksi� tidak luput dari
beberapa aspek yang terikat meliputi aspek biaya, waktu, mutu, lingkungan dan
K3. Berikut Skema Project Construction dari beberapa aspek diatas :
Gambar
3 Skema Project Construction
Untuk menjawab skema project conctruction diatas
maka dibuatlah dalam bentuk tabulasi, Berikut�
tabel yang disajikan:
Tabel 1
No |
Aspek
Yang Ditinjau |
Ada/Tidak |
Analisa |
1 |
Biaya : 1. RAB 2. Cash Flow |
Ada |
1. Rencana
Anggaran Biaya pada proyek pembangunan sesuai dengan nilai kontrak Rp
1.099.670.000,00 dengan masing-masing jumlah harga pada uraian pekerjaan 2. Cash
Flow digunakan untuk mengukur arus kas keuangan atau kekuatan dari aspek
keuangan selama proyek berlangsung |
2 |
Waktu : 1. Time
Schedule (Kurva
S) |
Ada |
1. Pada
SPMK yang terdapat didalam kontrak awal mulai proyek 24 Oktober 2017 dan
selesai pada tanggal 27 Desember 2017 selama 65 hari kalender 2. Time
Schedule (Kurva S) pada proyek pembangunan lapangan tenis dua baan semi
indoor dibuat detail per item pekerjaan dengan menyediakan lajur rencana
kegiatan dan realisasi kegiatan dinyatakan dalam bobot |
3 |
Mutu : 1. Inspection 2. Quality
Control 3. Quality
Assurance 4. Total
Quality Management |
Ada |
Didalam kontrak dijelaskan mengenai program mutu terkait informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan, organisasi kerja penyedia, jadwal pelaksanaan pekerjaan, prosedur pelaksanaan pekerjaan, prosedur instruksi kerja, dan pelaksana kerja. Untuk penjelasan lebih lanjut terkait mutu dapat dilihat
pada Tabel 2 dan Tabel 3 |
4 |
Lingkungan : 1. ANDAL/RKL/RPL |
Ada |
1. Proyek
ini, dalam kontrak pada syarat-syarat umum kontrak terdapat pasal
pemeliharaan lingkungan selanjutnya pada proses pekerjaannya berusaha
mengurangi angka kebisingan sesuai dengan nilai kebisingan yang diizinkan.
sehingga penggunaan alat berat sehingga tidak mengganggu pemukiman disekitar
lokasi pekerjaan proyek 2.
Terkait Pencemaran Udara (Debu)
akibat� pengoperasian alat berat
dilakukan penyiraman secara berkala kemudian metode pelaksanaan konstruksi
disesuaikan dengan kondisi lingkungan. 3. Masalah
gangguan lalu lintas disebabkan pekerjaan pengangkutan material dengan cara
pengaturan pekerjaan terhadap jam sibuk dan metode pelaksanaan yang sesuai
dengan kondisi setempat. |
5 |
K3: 1. Pelaksanaan
K3/RKK dan Jadwal Safety Patrol |
Ada |
1. Untuk
pelaksanaan K3 selama proyek berlangsung petugas safety membuat panduan
keselamatan dan kesehatan kerja berupa safety plan (RKK) sesuai dengan
pedoman/petunjuk pelaksanaan dan ketentuan K3 di tempat kerja 2. Petugas
Safety melaksanakan Safety Patrol secara periodik setiap senin pukul 08.00
WIB dan membuat tindakan langsung di lapangan untuk hal-hal yang membahayakan
serta laporan/record hasil safety patrol untuk dibahas dalam rapat lapangan. |
Tabel 2
No |
Aspek
Yang Ditinjau |
Ada/Tidak |
Analisa |
1 |
Inspection : 1. Inspeksi
Material 2. Inspeksi
Alat 3. Inspeksi
Tenaga Kerja |
1.Ada 2. Ada 3. Ada |
1. Inspeksi
dilakukan untuk menilai kualitas bahan-bahan yang dipasok oleh supplier apakah telah sesuai dengan
standar / karakteristik yang ditentukan menggunakan acuan NI-3 (PUBB)/1956,
NI-3/19063, PUBB-1969, NI-3/1970 tentang pemeriksaan bahan-bahan bangunan dan
bekerjasama dengan PT. Surya Jaya Beton yang sudah memiliki sertifikat ISO 2.
Proses konstruksi menggunakan mesin/
alat berat, peralatan dan komponen teknik harus dalam kondisi baik dan tanpa
cacat untuk menunjang operasional proses konstruksi. melalui Surat Perjanjian
Sewa Peralatan dengan perusahaan dikatakan�
kondisi alat 90-95% (baik) dan telah memiliki setifikat ISO 9001:2015 3. Inspeksi
terhadap tenaga kerja dilakukan agar pekerjaan dikerjakan oleh masing- masing
ahli yang memiliki kualifikasi keahlian di bidang pekerjaannya yang
dibuktikan dengan sertifikat keahlian 4. Inspeksi
lapangan dilakukan secara berkala setiap bulan sejak PHO hingga pemeliharaan
selesai� dan diadakan serah terima
kedua (FHO), bilamana dalam masa pemeliharaan terjadi kerusakan-kerusakan,
maka akan diperbaiki seperti semula dengan material yang sesuai spek |
2 |
Quality Control : 1. RKS/Spesifikasi
Teknis 2. Dokumen
Sertifikasi 3. Pengujian
Produk |
1.Ada 2. Ada 3. Ada |
1. Didalam
Surat Perjanjian Proyek Pembangunan Lapangan Teknis Dua Baan Semi Indoor
terdapat RKS/Spesifikasi Teknis tujuannya agar pemeriksaan,
pemasangan sesuai gambar
dan penilaian berdasarkan standar RKS/Spesifikasi Teknis serta peraturan
yang ditetapkan,harus dipatuhi dalam pelaksaan proyek yang sedang berlangsung. Acuan /
standar yang digunakan ASTM C 150 untuk semen, untuk perencanaan
struktur baja bangunan gedung menggunakan SNI 03-19729-2002 dan untuk
perencanaan teknik bangunan olahrga mengacu pada SNI 03-3647-1994 serta untuk
beton PBI-NI-21/1971 2.
Dokumen Sertifikasi produk, produk yang
diuji mendapatkan jaminan tertulis dari pihak ketiga. Sertifikasi Produk
dilakukan berdasarkan SNI atau standar Internasional. 3. Pengujian
produk untuk pemastian kualitas sampel material sesuai dengan standar/spek,
sebelum melakukan pengujian perlu mengkalibrasi alat terlebih dahulu di
lab.� Untuk pengujian/ testing beton,
pembuatan, perawatan baik dilapangan atau dilaboraturium�� menggunakan standar acuan yang berlaku yaitu
ASTM C 172, ASTM C 31, ASTM C 192, ASTM C39, ASTM 150 dan PB-NI-21/1971.� Contoh slump test. |
Tabel
3
No |
Aspek
Yang Ditinjau |
Ada/Tidak |
Analisa |
1 |
Quality
Assurance 1. SOP 2. RMP/RMK 3. Quality
of Cost |
1.Ada 2. Ada 3. Tidak
Ada |
1.
SOP disusum untuk mengatur dan mengelola
aktivitas kontraktor (dan subkontraktor sesuai dengan kesepakatan yang
tertulis dalam kontrak digunakan SOP penanganan permintaan yang disegerakan
meliputi aktivitas penerimaan pesanan/ order yang harus segera dikirim
dan� disegerakan ke bagian logistik
sesuai dengan ISO 9001 dan Quality Management System Perusahaan. Prosedurnya
berdasarkan diagram alir/ flowchart 2.
Rencana Mutu Pelaksanaan� (RMP) merupakan dokumen sistem manajemen
mutu pelaksanaan yang disusun oleh Kepala Satker dan PPK dalam rangka
penjaminan mutu. Untuk RMK (Rencana Mutu Kontrak), dokumen sistem manajemen
mutu disusun oleh penyedia jasa dalam hal ini kontraktor, RMK sendiri
berkaitan dengan metode pelaksanaan. 3.
Untuk Quality of Cost, perusahaan penyedia jasa seharusnya sudah
menghitung berapa nilai cost of quality
yang dikeluarkan, biasanya melalui kesepakatan pimpinan perusahaan. Dan belum
ada standart/ patokan nilai yang dijadikan acuan untuk penentuan cost of
quality. Pada proyek ini, karena keterbatasan data jadi tidak diketahui
berapa besar nilai quality of costnya. |
2 |
Total Quality Management : 1.
Pengembangan Kebijakan 2.
Kerja Tim 3.
Keterlibatan Karyawan 4.
Peningkatan Berkelanjutan |
|
Untuk penerapannya secara detail di dalam proyek ini, tidak
dijelaskan terkait
strategi perusahaan dalam
pengolahan TQM di perusahaan
kontraktor tersebut, dikarenakan keterbatasan akses informasi yang dimiliki dan data yang bersifat
internal perusahaan, tetapi
keempat aspek tersebut yung menjadi dasar perusahaan dalam mencapai kepuasan pelanggan. Keempat aspek dalam TQM tersebut merupakan prinsip-prinsip manajemen kualitas yang saling berhubungan untuk dijadikan pedoman/ frame work dalam� meningkatkan kepuasan konsumen/pelanggan yang menggunakan jasa konstruksi dari penyedia jasa, seorang pemimpin harus mampu mengorganisir,
memimpin dan mengendalikan
karyawan dibutuhkan komitmen dari semua pihak mulai
dari pemimpin hingga karyawan,kemudian membentuk tim kerja yang bekerjasama memajukan program-program yang unggul,
sehingga menjadi nilai kepuasan bagi pelanggan. Melakukan inovasi terkait pelayanan maupun produk secara terus menerus atau berkelanjutan tujuannya untuk mendapatkan kepercayaan dari pelanggan sehingga keuntungan yang diperoleh adalah berupa repeat order dari
konsumen. |
Proses Pengerjaan
project construction tidak luput dari sasaran proyek yang menjadi syarat dasar
di dalam proses untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan meliputi besar
biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal, mutu, lingkungan dan K3. Kelima
aspek tersebut bersifat seperti magnet (saling tarik-menarik). Jika ingin
meningkatrkan kinerja produk maka harus meningkatkan mutu yang telah memenuhi
spesifikasi dan kriteria yang ditentukan sebagai sebuah persyaratan,
selanjutnya akan berakibat pada naiknya biaya melebihi anggaran.
Sebaliknya bila
ingin menekan biaya, maka biasanya harus bernegosiasi dengan mutu dan jadwal.
Jadwal yang telah direncanakan untuk direalisasikan menjadi urutan
langkah-langkah yang telah dimasukkan faktor waktu untuk mencapai penyelesaian
proyek sehingga tercapai hasil yang optimal dengan mempertimbgkan
keterbatasan-keterbatasan yang ada. Dari ketiga unsur tersebut harus
memperhatikan aspek lingkungan dalam setiap pekerjaan konstruksi dan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja) melibatkan unsur manajemen, sumber
daya manusia, mitra kerja, kondisi dan lingkungan yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan agar dalam pelaksanaan proyek tidak
terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta untuk meningkatkan
produktivitas. Semua unsur tersebut harus selalu
selaras dan seimbang secara optimal.
Sistem/Tingkatan
manajeman mutu, berdasarkan
analisa diatas terdapat 4 tingkat pengujian mutu:
1.
Inspection� ( Inspeksi)
Inspeksi yang dilakukan dilapangan dalam pekerjaan konstruksi, merupakan salah satu cara untuk mengawasi
mutu dan mengendalikan kualitas material, alat, dan tenaga kerja.
-
Memeriksa seluruh kesiapan kerja mulai
dari inspeksi material, alat dan tenaga kerja dengan kelengkapan rekaman berupa
daftar simak, catatan pelaksanaan, dan back
up data.
-
Inspeksi lapangan dilakukan setiap bulan
sesuai yang dijadwalkan selama masa pemeliharaan� sampai diadakan serah terima kedua.
-
Instruksi/ catatam yang terdapat pada data
pendukung request dan/ atau lembar
pemeriksaan. Apabila ada instruksi/ catatan terkait dengan yang akan dikerjakan
dan instruksi/ catatan tersebut belum dilaksanakan, maka membuat dan memberikan
SP (Surat Peringatan) atau instruksi penghentian pekerjaan tergantung dari sifat
penyimpangan yang dilakukan. Apabila tidak ada instruksi/ catatan atau
instruksi/ catatan telah dilaksanakan, maka tahap selanjutnya awasi pelaksanaan
pekerjaan.
-
Melakukan pengawasan terhadap pasokan
bahan/ material jika pekerjaan membutuhkannya. Periksa list pengiriman
material, sumber material harus sesuai dengan data pendukung request. Jika tidak dibuat berikan
instruksi penolakan. Rekaman yang digunakan lembar monitoring penerimaan
material yang sesuai. Periksa mutu bahan secara visual diatas alat angkut, jika
meragukan koordinasikan dengan lab, teknisi dan jika memenuhi syarat,
instruksikan untuk menuang bahan pada tempat yang sudah ditentukan.
-
Inspeksi dilakukan untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi, untuk
masing-masing jenis pekerjaan dan mempergunakan instruksi kerja yang sesuai.
Jika ditemukan kesalahan pada proses pengerjaan pekerjaan yang telah selesai
dikerjakan maka segera untuk di repair/di rework
2.
Quality Control (QC)
Proses pemeriksaan, peengujian dan penerbitan hasil secara terukur semua komponen konstruksi sesuai dengan acuan berdasar pada peraturan, spesifikasi, dan standar yang berlaku dalam proyek untuk memberikan input kepada sistem Quality Assurance mengenai terpenuhi atau tidaknya proses pengawalan kualitas yang dijalankan.
1. RKS/
Spesifikasi Teknis: Didalamnya terdapat syarat-syarat teknis pada setiap item
pekerjaan� yang harus dilaksanakan sesuai
dengan spesifikasi, misalnya pekerjaan beton untuk proyek pembangunan lapangan
tenis dua baan semi indoor menggunakan K.250 meliputi pekerjaan footplat,
sloof, pedestal dan plat lapangan. Kemudian Semen yang digunakan harus sesuai
standard dan spesifiksai yang telah disetujui Konsultan Pengawas yaitu Portland Cement (PC) type II ASTM C 150
atau type I ASTM C 150. Untuk perencanaan struktur baja bangunan gedung
menggunakan SNI 03-19729-2002 dan untuk perencanaan teknik bangunan olahrga
mengacu pada SNI 03-3647-1994. Begitu pula dengan item pekerjaan yang lain
harus disesuaikan terhadap spesifikasi yang sudah ditetapkan.
2. Dokumen
Sertifikasi: Merupakan hasil pengujian produk/ bahan yang telah lulus
pemeriksaan dan diberikan jaminan. Jaminan tertulis tersebut memiliki jangka
waktu yang tidak panjang, bersifat sementara (tertentu) yang terdiri dari
beberapa tipe sertifikasi. Tipe yang sering digunakan adalah tipe 1 dan 5
karena pengujian produk/ bahannya meliputi pengujian produk, audit proses
produksi dan sistem manajemen mutu.
3. Pengujian
Produk: Pengujian produk dan sertifikasi produk merupakan dua hal yang berbeda
meskipun di dalam sertifikasi produk ada pengujian produk tetapi pengujian
produk yang di lakukan dalam konstruksi/ proyek hanya pengujian sampel tanpa
harus melalui proses audit dan audit sistem manajemen organisasi, tidak ada
jaminan tertulis, serta hasil pengujian tidak berlaku untuk keseluruhan produk,
diperlukan pengujian yang berbeda-beda untuk setiap produk atau sampel.
Pengujian produk yang dilakukan langsung di lokasi atau di laboraturium
bertujuan untu mengetahui mutu/ kualitas dari produk tersebut serta memiliki
ketahanan produk. Misalnya pada proyek ini dilakukan Slump test untuk pengujian
workability beton segar sebelum
diaplikasikan dalam pekerjaan pengecoran. Pengukuran slump test mengacu pada
SNI 1972-2008
3.
Quality
Assurance
Quality Assrurance (Jaminan Kualitas) dilakukan untuk memastikan semua proses/ tahapan pekerjaan dijalankan sesuai dengan strategi pencapaian mutu/ kualitas dengan mengawal strategi pencapaian mutu, mengevaluasi pelaksanaan apakah sesuai dengan
rencana strategi pencapaian
mutu, identifikasi dan pencegahan/antisipasi masalah yang mungkin timbul dari� kondisi lokasi kerja, material, alat, dan sumber daya manusia, serta
memberikan verifikasi keselarasan pelaksanaan pekerjaan dari pemenuhan kualitas, biaya dan waktu terhadap rencana. Yang termasuk di dalam QA antara lain yaitu SOP, RMP/RMK,
dan Quality of Cost.
Strategi yang dilakukan dalam QA melibatkan beberapa hal yang harus diperhatikan, terdiri dari:
-Didalam Rencana Mutu
harus mencakup kebutuhan dokumen sistem manajemen mutu (meliputi: manual mutu,
prosedur mutu, pedoman mutu, petunjuk teknis, instruksi kerja, dan daftar
periksa/simak) dalam rangka mencapai kesesuaian mutu yang diinginkan serta
aktivitas verifikasi, validasi, pemantauan, inspeksi dan pengujian yang
diperlukan beserta kriteria penerimaannya. Kemudian berisikan persyaratan
teknis, administrasi, keuangan maupun ketentuan lain seperti yang dipersyaratkan
agar sesuai dengan sasaran mutu.
-Semua
personel, terutama personil QC, harus mengetahui dan memahami kegiatan
pelaksanaa pembangunan sebelum mulai bekerja
-Mengontrol
secara bersama-sama tanpa kecuali terhadap semua bahan bangunan yang di bawah
masuk ke lokasi proyek sebelum penerimaannya Work Request (Pembahasan Persiapan Kerja).
-Mengontrol
secara rutin agar semua prosedur pelaksanaan pembangunan dilakukan sesuai
persyaratan spesifikasi dengan menerapkan SOP Work Request (Pembahasan Metode Kerja).
-Membuat
"instruksi tertulis" secara bersinambungan kepada pihak kontraktor,
sebelum, selama dan setelah masa pelaksanaana terhadap penyimpangan yang
belum/akan dan telah terjadi sekecil apapun masalahnya (Site Instruction).
-Membukukan
semua "catatan hasil-hasil pengujian" di lapangan, laboratorium dan
hasil-hasil kontrol langsung di lapangan. Tujuan utamanya bila terjadi
penyimpangan dapat segera dicarikan jalan keluar.
-Dengan
tahapan-tahapan pekerjaan dipersiapkan dengan baik, dipandu dengan prosedur pelaksanaan,
kontrol berkesinambungan, dan evaluasi yang tak pernah putus, membuat pelaksana
kegiatan berharap dapat mampu mencapai titik tertinggi kualitas yang
diharapkan.
4.
TQM ( Total
Quality Management)
Suatu sistem/
program yang diciptakan untuk
berfokus pada pelanggan untuk mencapai keberhasilan jangka panjang, semua karyawan/ anggota organiusasi yang bergerak dalam penyedia jasa konstruksi harus berpartisipasi aktif dalam meningkatkatkan
produk, layanan dan menciptakan budaya dimana mereka bekerja
sehingga menghasilkan kualitas terbaik dalam produk dan layanan yang pada akhirnya dapat mencapai kepuasan pelanggan. Dijalankan dengan mengacu pada prinsip-prinsip TQM
(ISO 9001:2015).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaplikasian tingkatan manajemen mutu pada proyek
konstruksi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut: (1) Didalam pekerjaan proyek pembangunan lapangan tenis dua baan semiindoor sudah memenuhi 5 aspek yang terdapat dalam project construction secara
keseluruhan yaitu aspek biaya, waktu,
mutu, lingkungan dan K3.
(2) Perencanaan Mutu menggunakan acuan SNI dan ASTM
(American Standard and Testing Material) untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan menggunakan acuan NI-3 (PUBB)/1956, NI-3/19063, PUBB-1969, NI-3/1970.
(3) Untuk pengendalian mutu telah dilakukan
pengujian produk/ bahan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pelaksanaan dan telah dibuat prosedur
pelaksanaan sehingga akan memperkecil kesalahan-kesalahan yang akan mengakibatkan kerugian. (4) Pada Sistem Manajemen Mutu terdapat tingkatan
mutu yaitu Inspection,
Quality Control, Quality Assurance dan Total Quality Management. Yang mana setiap tingkatan mutu dalam proyek
ini mampu diterapkan dengan baik dengan memperhatikan
segala syarat-syarat penggunaan dan kententuan yang berlaku dan sudah disepakati.
BIBLIOGRAFI
Barsyam, Suriadi. (2014). Manajemen Kontrol Kualitas
Dalam Pembangunan Satelit Lapan-A2. Berita Dirgantara, 15(2).
Benjamin,
T. M. P., Prasetyawan, Y., & Rusdiansyah, A. (2012). Pengembangan Model
Quality Management System (QMS) pada Industri Kecil dan Menengah. Prosiding
Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV.
Bharmawan,
Agus Surya, & Hanif, Naufal. (2022). Manajemen Pemasaran Jasa: Strategi,
Mengukur Kepuasan Dan Loyalitas Pelanggan. Scopindo Media Pustaka.
Febriyanto,
Agus Tri Wahyu, Wibowo, Robertus Kurniawan Wisnu Aji, Wibowo, M. Agung, &
Santoso, Tanto Djoko. (2015). Aplikasi Pengendalian Mutu Proyek Epc (Studi
Kasus: Proyek Epc 1, Blok Cepu). Jurnal Karya Teknik Sipil, 4(1),
24�39.
Firmansyah,
Amrie, Ak, M., Triastie, Gitty Ajeng, & Ak, S. Tr. (2021). Bagaimana
Peran Tata Kelola Perusahaan Dalam Penghindaran Pajak, Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan, Pengungkapan Risiko, Efisiensi Investasi? Penerbit
Adab.
Frederika,
Ariany, Sudipta, I. Gusti Ketut, & Yoga, Hano Sili. (2019). Evaluasi
Penerapan Standarisasi Mutu (Iso) 9001: 2008 Pada Pt. Multi Sarana
Propertindo(Studi Kasus: Proyek Hotel Grand Whiz Di Legian) Ariany. Tjyybjb.
Ac. Cn, 3(2252), 58�66.
Kiwang,
Amir Syarifudin, Pandie, David B. W., & Gana, Frans. (2015). Analisis
Kebijakan dan Efektivitas Organisasi. JKAP (Jurnal Kebijakan Dan
Administrasi Publik), 19(1), 71�82.
Lestari,
I. Gusti. (2015). Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 di Perusahaan
Konstruksi. Gane� Swara, 9(1), 121�126.
Maghfiroh,
Lailatul. (2018). Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Melalui Total
Quality Management (TQM) Di Madrasah Ibtidaiyah Wahid Hasyim Yogyakarta. TA�LIM:
Jurnal Studi Pendidikan Islam, 1(1), 19�39.
Putra,
Ricky Ramandika. (2015). Analisis Pengendalian Mutu Dengan Mengguganakan
Metode Statistical Quality Control Untuk Mengurangi Kecacatan Produk Pada
Perusahaan Konveksi CV. Service Geotami Indonesia, Bandung.
Sihombing,
David Maruli Tua. (2019). Pertanggung Jawaban Hukum Pihak Kontraktor Dalam
Menghadapi Kegagalan Konstruksi (Menurut Uu No. 2 Tahun 2017).
Simanjuntak,
Manlian Ronald A., & Suawa, Skarlet Sinta. (2014). Analisis Sistem
Manajemen Mutu dan Pengaruhnya dalam Meningkatkan Kinerja Operasional Bangunan
Gedung Tinggi Perkantoran di Jakarta Pusat. Jurnal Ilmiah Media Engineering,
4(2).
Sitompul,
Tetty Rosmaria, & Hasibuan, Nelly Astuti. (2018). Sistem Pendukung
Keputusan Seleksi Tenaga Kerja Untuk Security Service Menggunakan Metode Aras. Jurnal
Media Informatika Budidarma, 2(1).
Tsani,
Aulia Rabius. (2021). Analisis Penerapan Total Quality Management dan Komitmen
Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi,
30�37.
Wiriawan,
Seta, Syairudin, Bambang, & Industri, F. T. (2015). Pengaruh Kepemimpinan,
Pengetahuan Diselaraskan Dengan Kepemimpinan Transformasional Pada Proses
Pembentukan Tim Proyek Konstruksi (Studi Pada Perusahaan Konstruksi
Sidoarjo-Surabaya). Pengaruh Kepemimpinan Pengetahuan Diselaraskan Dengan
Kepemimpinan Transformasional Pada Proses Pembentukan Tim Proyek Konstruksi
Studi Kasus Perusahaan Konstruksi Sidoarjo-Surabaya.
Copyright holder: Fanny Chynthia Ferdiana, Jati Utomo Dwi Hatmoko, Bagus Hario Setiadji (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |