Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia �p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol.
7, No. 10, Oktober 2022
HAMBATAN
KOMUNIKASI MELALUI BERBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH
DARI PERSPEKTIF SISWA
Irena Novita Widjaya, Rusdi Ishak Musha
Institut
Perbanas, Indonesia
Email:
[email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan hambatan komunikasi antara
dosen dan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran jarak jauh secara
daring melalui media pembelajaran dari perspektif siswa, khususnya di Perbanas Institute
Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi kasus tunggal dengan menggunakan data
analisis�� dari hasil wawancara dan
observasi terhadap objek penelitian. Akselerasi digital dalam dunia pendidikan terjadi
karena adanya pandemi covid-19 yang muncul pada awal tahun 2020 disertai
pesatnya kemajuan teknologi dan komunikasi menjadikan pembelajaran kelas tatap
muka digantikan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring melalui
media pembelajaran. Komunikasi interpersonal antara dosen dan siswa melalui
media pembelajaran secara daring ini sering mengalami hambatan. Hambatan komunikasi
adalah segala sesuatu yang menghambat proses komunikasi, seperti bias, emosi, dan
konotasi kata yang berbeda. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai siswa� secara�
daring� terkait� hambatan komunikasi yang ditemukan selama PJJ
daring diberlakukan, terutama menggunakan media pembelajar yang ada. Berdasarkan
hasil penelitian, hambatan-hambatan daring yang ditemukan melalui media
pembelajaran yaitu; hambatan teknis, hambatan semantik, dan hambatan perilaku yang
mempengaruhi psikologis dan tingkat produktivitas siswa seperti kejenuhan
komunikasi, terbatasnya komunikasi interpersonal, terbatasnya ruang dan waktu
dalam kegiatan pembelajaran, berkurangnya tingkat kepercayaan diri siswa,
keterbatasan teknologi dan informasi, munculnya perasaan terisolasi, dan teknis
dengan media. Oleh karena itu, perlu untuk mengevaluasi dan menyarankan cara
untuk meningkatkan komunikasi online yang efektif melalui media pembelajaran antara
dosen dan siswa.
Kata kunci: hambatan komunikasi, media
pembelajaran, pembelajaran jarak jauh, perspektif siswa.
Abstract
This study aims to analyze and
explain communication barriers between lecturers and students in implementing
distance learning activities boldly through learning media from a student's
perspective, especially at Perbanas Institute Indonesia. This study uses a
single case study using data analysis from the results of interviews and
observations of the research object. Digital acceleration in the world of
education occurs because of the Covid-19 pandemic that emerged in early 2020
accompanied by rapid advances in technology and communication making
face-to-face class learning with Distance Learning (PJJ) bold through learning
media. Interpersonal communication between lecturers and through bold learning
media these students often experience obstacles. Communication barriers are
anything that hinders the communication process, such as bias, emotion, and
different connotations of words. This research was conducted by interviewing
students about the communication barriers that were found during daring to
enforce PJJ, especially using existing learning media. Based on the results of
the research, the obstacles to courage found through learning media are;
technical barriers, semantic barriers, and behavioral barriers that affect
psychological and student productivity levels such as communication saturation,
limited interpersonal communication, limited space and time in learning
activities, reduced level of student confidence, limitations of technology and
information, emergence of feelings of isolation, and technical with media.
Therefore, it is necessary to evaluate and suggest ways to improve effective
online communication through learning media between lecturers and students.
Keywords: communication barriers, learning media, distance
learning, student perspective.
Pendahuluan
Pandemi Covid-19 yang muncul pada awal tahun 2020 mengguncang dunia dalam
berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Dikutip dari website
UNESCO, bahwa pada 8 April 2020, penutupan sekolah di tingkat nasional
mempengaruhi lebih dari 91% populasi siswa dunia. Penyebaran pandemi Covid-19
yang begitu cepat menciptakan gangguan dalam sektor pendidikan. Di Indonesia
sendiri sekitar 45 juta siswa tidak dapat melanjutkan kegiatan belajarnya di
sekolah (Azzahra, 2020). Banyak dari negara-negara yang belum sepenuhnya
menangguhkan kelas telah menerapkan penutupan lokal yang mempengaruhi jutaan siswa
lainnya. Hal ini tentunya mendorong percepatan akselerasi dan inklusi digital
dalam bidang pendidikan. Dengan diterbitkannya surat edaran dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia nomor 15 tahun 2020 dengan
pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran
covid-19 untuk mendukung program pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan
covid-19, seketika pula dunia pendidikan melakukan adaptasi dengan melaksanakan
pembelajaran jarak jauh untuk menggantikan pembelajaran tatap muka. Dikutip
dari artikel kompas menurut Hamid Muhammad, Plt.
PAUD Dikdasmen Kemendikbud bahwa pembelajaran jarak jauh sendiri tidak
sama dengan pembelajaran (dalam jaringan) daring. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
sendiri terbagi menjadi 2 yaitu pembelajaran luring (luar jaringan) dan
pembelajaran daring (dalam jaringan). Pembelajaran
daring adalah pembelajaran yang menggunakan model interaktif berbasis internet
dan Learning Management System (LMS). Perbanas Institute merupakan salah
satu institusi pembelajar di Indonesia yang menerapkan program pembelajaran
jarak jauh daring untuk mendukung program pemerintah tersebut.
Didukung dengan kemajuan teknologi dan komunikasi maka media pembelajaran
daring sangat dibutuhkan, media pembelajaran ini memegang peranan penting dalam
proses belajar mengajar. �Dalam (Sapriyah,
2019, p. 471) dikatakan bahwa media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
kegiatan pembelajaran akan menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang efektif
dan efisien sehingga materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa bisa
diserap secara optimal. Di dalam proses transfer ilmu pendidikan tidak lepas
didukung oleh media pembelajaran sebagai alat atau sarana komunikasi
interpersonal antara dosen dan siswanya. Dalam melakukan proses pembelajaran
jarak jauh Perbanas Institute memanfaatkan media seperti e-learning Perbanas
Institute dengan basis platform Moodle yang ditunjang dengan berbagai platform media
interaktif lainnya seperti zoom, google classroom, dan WhatsApp Group
untuk berinteraksi tatap muka daring antara dosen dan siswa. Meskipun sudah
banyak universitas di Indonesia yang menerapkan pembelajaran jarak jauh dengan
media pembelajaran seperti e-Learning tetapi pembelajaran jarak jauh daring dengan
interaksi langsung antara dosen dan siswa dilakukan daring ini termasuk hal
yang baru pertama kali ada di Indonesia. Dalam proses menggunakan media
pembelajaran ini dalam pembelajaran jarak jauh seringkali muncul gangguan,
noise, atau filter yang disebut juga hambatan komunikasi. Menurut Joseph A De Vito(2013) secara teknis hambatan dalam proses
komunikasi erat kaitannya dengan distorsi pesan yang mengganggu proses pembuat
dan penerima pesan. Menurutnya, hambatan adalah
segala sesuatu yang dapat mengubah pesan dan/atau menghalangi penerima untuk
menerima pesan. Yang pada akhirnya hambatan komunikasi tersebut dapat
mempengaruhi kualitas level produktivitas siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan pra-observasi yang dilakukan oleh peneliti
dalam proses pembelajaran jarak jauh melalui media pembelajaran. Dalam hal teknis yang terkait dengan perangkat yang mendukung dalam
pembelajaran jarak jauh daring menggunakan handphone, tablet, ataupun komputer
(PC/laptop), hambatan tidak dialami siswa karena mayoritas semua siswa sudah
memiliki perangkat tersebut. Pembelajaran daring sendiri tidak bisa lepas dari
jaringan internet, akses jaringan internetpun sudah dimiliki oleh semua siswa
karena mayoritas siswa tinggal di daerah perkotaan sehingga terjangkau oleh infrastruktur
teknologi dan komunikasi yang baik. Sepanjang observasi di dalam kelas PJJ
daring, peneliti menemukan hambatan utama terkait dengan koneksi jaringan
internet yang menjadi salah satu kendala yang dihadapi siswa yang lokasi tempat
tinggalnya mungkin terhalang dengan bangunan gedung dan juga faktor cuaca yang
terkadang tidak mendukung sehingga dapat mempengaruhi kestabilan jaringan. Dan
juga kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang
tidak stabil, karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal
seluler atau penangkapan sinyal provider yang kurang baik. Hal ini juga menjadi
permasalahan yang banyak terjadi pada siswa yang mengikuti pembelajaran jarak
jauh daring sehingga kurang optimal pelaksanaannya. Media pembelajaran
e-learning yang digunakan menggunakan moodle platform oleh sebagian besar siswa
mudah dipahami penggunaannya, sedangkan media interaktif yang digunakan dalam
komunikasi belajar mengajar kelas daring menggunakan �aplikasi zoom, dimana sudah cukup familiar
digunakan oleh siswa. Yang dialami melalui media pembelajaran antara lain
ketika dosen bertanya tidak ada interaksi atau jawaban dari siswa, terkadang
juga ada yang mengalami gangguan jaringan. Fitur simbol pada aplikasi zoom
tidak terlalu terlihat sehingga apabila ada siswa yang raise hand kurang
terpantau oleh dosen terlebih ketika dosen sedang membagikan layar.
Berdasarkan temuan penelitian Adnan (2020)
bahwa pembelajaran online tidak dapat memberikan hasil yang diinginkan di
negara-negara terbelakang seperti Pakistan, di mana sebagian besar siswa tidak
dapat mengakses internet karena masalah teknis dan keuangan. Kurangnya
interaksi tatap muka dengan dosen, waktu respon dan tidak adanya sosialisasi
kelas tradisional adalah beberapa masalah lain yang disoroti oleh siswa
pendidikan tinggi. Hal itu tidak tampak pada negara berkembang seperti Indonesia berdasarkan hasil
pra-observasi terutama di wilayah Ibukota Jakarta, tetapi tidak dapat
dipungkuri bahwa akses internet masih tidak merata di seluruh wilayah Indonesia
yang berada di daerah kecil pedesaan atau terpencil karena masih kurangnya
infrastruktur yang memadai untuk menjangkau ke daerah tersebut. Berikut
terlihat dari tabel individu pengguna internet menurut penyebaran provinsi pada
tahun 2017-2019, dimana Ibukota Jakarta selalu menempati posisi teratas pada
proporsi individu yang menggunakan internet.
Tabel 1
Penyebaran Pengguna Internet Indonesia Berdasar Provinsi
pada 2017-2019
Provinsi |
Proporsi
Individu Yang Menggunakan Internet Menurut Provinsi (Persen) |
||
2017 |
2018 |
2019 |
|
ACEH |
22.86 |
30.69 |
35.60 |
SUMATERA
UTARA |
27.63 |
34.27 |
41.38 |
SUMATERA
BARAT |
29.63 |
36.49 |
41.15 |
RIAU |
32.16 |
39.98 |
44.97 |
JAMBI |
26.67 |
35.82 |
42.68 |
SUMATERA
SELATAN |
25.65 |
33.35 |
38.14 |
BENGKULU |
26.71 |
32.66 |
40.72 |
LAMPUNG |
22.45 |
32.41 |
40.17 |
KEP.
BANGKA BELITUNG |
28.86 |
37.33 |
45.85 |
KEP.
RIAU |
48.35 |
53.74 |
65.02 |
DKI
JAKARTA |
60.65 |
65.89 |
73.46 |
JAWA
BARAT |
37.02 |
45.33 |
53.94 |
JAWA
TENGAH |
30.73 |
38.51 |
47.74 |
DI
YOGYAKARTA |
45.38 |
55.45 |
61.73 |
JAWA
TIMUR |
31.17 |
38.75 |
47.10 |
BANTEN |
37.46 |
47.90 |
56.25 |
BALI |
39.49 |
46.42 |
54.08 |
NUSA
TENGGARA BARAT |
22.64 |
28.31 |
39.16 |
NUSA
TENGGARA TIMUR |
17.88 |
21.10 |
26.29 |
KALIMANTAN
BARAT |
24.17 |
30.99 |
38.38 |
KALIMANTAN
TENGAH |
29.35 |
36.17 |
46.73 |
KALIMANTAN
SELATAN |
31.37 |
40.89 |
50.37 |
KALIMANTAN
TIMUR |
42.14 |
50.25 |
59.12 |
KALIMANTAN
UTARA |
36.40 |
46.87 |
54.30 |
SULAWESI
UTARA |
35.44 |
40.59 |
46.73 |
SULAWESI
TENGAH |
24.88 |
28.94 |
35.52 |
SULAWESI
SELATAN |
30.35 |
37.09 |
43.91 |
SULAWESI
TENGGARA |
26.17 |
33.27 |
41.92 |
GORONTALO |
27.31 |
34.62 |
41.78 |
SULAWESI
BARAT |
19.50 |
26.07 |
31.26 |
MALUKU |
24.42 |
29.79 |
33.89 |
MALUKU
UTARA |
18.80 |
25.80 |
29.13 |
PAPUA
BARAT |
27.45 |
36.41 |
43.46 |
PAPUA |
16.51 |
19.59 |
21.70 |
INDONESIA |
32.34 |
39.90 |
47.69 |
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) dapat dilihat pada grafik data terbaru pada tahun 2020 dimana
pengguna internet tertinggi berada di Pulau Jawa (sebesar 109,6jt pengguna) dan
Sumatera(sebesar 44,8jt pengguna).
Gambar 1
Penyebaran Pengguna
Internet Indonesia Berdasarkan Provinsi pada 2020
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin mendalami
lebih jauh tentang bagaimana hambatan komunikasi itu melalui berbagai media
pembelajaran yang ada di dalam proses pembelajaran jarak jauh dalam jaringan
(daring) dari sudut pandang siswa yang berdampak pada psikologis dan tingkat
produktivitas siswa. Dan pada akhirnya dapat mengevaluasi dan menyajikan solusi
komunikasi yang efektif antara dosen dan siswanya.
Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus tinggal (Yin,
2009, p. 18). Oleh karena itu metode studi kasus digunakan peneliti dalam penelitian
ini diharapkan agar dapat menjawab
pertanyaan mengenai hambatan komunikasi yang dialami pada saat proses
pembelajaran jarak jauh antara dosen dan siswa di Perbanas Institute dengan
menggunakan berbagai media pembelajaran. Hasil studi kasus dianalisis dari
hasil wawancara dan observasi pada subjek penelitian juga studi Pustaka dan
pencarian data secara online. Bagaimana fenomena pembelajaran jarak jauh daring
yang diberlakukan secara mendadak membuat semua yang terlibat didalamnya harus
dengan cepat beradaptasi dengan model pembelajaran yang baru diterapkan
tersebut.
Informan penelitian
adalah siswa magister manajemen aktif di perguruan tinggi Perbanas Institute di
Jakarta dan Bekasi yang
mengikuti pembelajaran jarak jauh daring. Laporan UNESCO menunjukkan bahwa
siswa adalah salah satu kelompok yang kondisinya krisis,
dengan tekanan stres yang cukup tinggi, dan paling
rentan terkena dampak pandemi. Kondisi ini membuat
mereka
harus menghadapi pemutusan studi atau drop out (UNESCO,
2020). Informan berdomisili dan kuliah di Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi). Informan adalah siswa yang mengikuti perkuliahan PJJ daring
sejak masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berlangsung
(Sep�Des 2021). Metode pemilihan informan adalah nonprobabilitas, dengan purposive
dan quota sampling. Purposive
sampling merupakan kategori sampling yang biasa disebut judgemental sampling.
Ketika menggunakan purposive sample, peneliti menggunakan pengetahuan khusus
atau keahlian mengenai beberapa kelompok untuk memilih subyek yang
merepresentasikan populasi (Berg & Lune, 2012, p.52). Ada
12 orang informan siswa, terdiri atas 8 perempuan dan
4 laki-laki. Yaitu, siswa magister manajemen tingkat 1�3, berasal dari jurusan
strategi, pemasaran, SDM, dan Keuangan. Pengumpulan data dilakukan pada Desember
2021 dengan metode wawancara terstruktur secara
daring melalui media zoom dan whatsapp.
Menurut Huberman dan Miles (1994) dalam Berg & Lune (2012, p.55-56)
mengatakan bahwa tahap analisis dalam penelitian terdiri atas tiga alur secara
bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Validasi
data juga merupakan hal yang sangat diperlukan, untuk mengecek keabsahan dan
perbandingan. Artinya diperlukan multi prespektif di dalam sebuah penafsiran dan penarikan kesimpulan.
1.
Reduksi
data adalah proses pemilihan, pemusatan, dan penyerderhanaam catatatn hasil
wawancara yang diperoleh di lapangan. Reduksi data akan terjadi terus menerus
dalam proses penelitian hingga laporan akhir lengkap tersusun,
2.
Penyajian
data merupakan cara utama dalam analisis kualitatif yang valid, artinya
meliputi pengambungan informasi yang di dapat dan menentukan kesimpulan apa
yang benar. Sehingga, bisa ditarik kesimpulan.
3.
Penarikan
kesimpulan juga harus melalui verifikasi. Sehingga makna yang muncul merupakan
data yang kebenaran, den kekokohannya telah teruji validasinya. Model analisis
ini bisa digambarkan pada bagan berikut ini:
4.
Hasil dan Pembahasan
A.
Penilaian siswa terhadap fenomena pembelajaran jarak jauh daring
Fenomena Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) daring di Indonesia
ini sendiri bisa dibilang sesuatu yang baru, karena sebelum adanya pandemi
walaupun beberapa institusi pendidikan sudah menerapkan pembelajaran daring melalui
e-learning tetapi interaksi antara dosen dengan siswa tetap dilakukan di dalam
kelas tatap muka. Sedangkan saat ini proses belajar mengajar kelas dilakukan
secara daring melalui zoom. Berdasarkan hasil wawancara terhadap semua
responden yang ada, menurut mereka hanya ada 1 atau 2 universitas sebelum
pandemi yang sudah melaksanakan pembelajaran jarak jauh daring tetapi itu pun
tidak sepenuhnya daring, karena masih diselingi dengan adanya kelas tatap muka
atau yang lebih kita kenal dengan pembelajaran hybrid. Dari 12 responden yang
diwawancara, hanya terdapat 1 responden yang merasa kecewa dengan adanya
pembelajaran jarak jauh daring ini dikarenakan kurangnya interaksi dengan dosen
dan siswa lainnya, dan juga membayar biaya pendidikan yang sama besar dengan
kuliah luar jaringan (luring) atau kelas tatap muka. Sedangkan, sisanya
sebanyak 92% memilih PJJ daring ini dalam rangka kesehatan, efisiensi waktu,
tenaga,jarak, dan biaya transport.
Kesimpulan, siswa merasa senang dan setuju dengan adanya
pembelajaran jarak jauh daring yang dilakukan di Perbanas Institute.
1. Efektifitas
media pembelajaran untuk menunjang produktivitas belajar
Penilaian responden sendiri terhadap metode pembelajaran
yang efektif untuk meningkatkan produktivitas belajar yakni tetap melalui kelas
tatap muka, untuk media pembelajaran sendiri menurut seluruh responden terhadap
media pembelajaran yang digunakan universitas sudah cukup memadai dan menunjang
kegiatan perkuliahan, tapi baiknya hanya ada 1 media pembelajaran sehingga
tidak membingungkan siswa apabila mengecek materi pembelajaran ataupun tugas.
Hasil survei terhadap 12 responden bahwa 9 orang atau 75 % memilih pembelajaran
tatap muka karena faktor lebih mudah berkomunikasi secara langsung dengan dosen
maupun siswa lainnya tanpa media, dapat fokus karena suasana belajar di kelas
yang tenang , dan tidak mengalami gangguan informasi yang terhambat akibat
hilang sinyal apabila menggunakan internet, juga lebih mudah memahami materi, sedangkan
3 orang atau 25% dari populasi memilih pembelajaran jarak jauh karena faktor
waktu , jarak, tenaga, dan lebih hemat.
Kesimpulan, mayoritas siswa berpendapat bahwa efektivitas
pembelajaran tatap muka lebih efektif untuk menunjang produktivitas belajar
siswa dan tersampaikannya informasi yang baik dari dosen kepada siswa
dibandingkan melalui daring. Sehingga lebih banyak siswa yang memilih untuk
mengikuti kelas tatap muka dibandingkan kelas PJJ daring.
2. Media
Pembelajaran
Dalam Arsyad (2013) mengemukakan bahwa proses pembelajaran
daring sebagai media pembelajaran jarak jauh memunculkan paradigma baru yaitu peran
dosen sebagai �fasilitator� sedangkan siswa menjadi �peserta aktif� dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, dosen dituntut untuk menciptakan teknik
mengajar, menyajikan bahan ajar yang menarik, sedangkan siswa dituntut untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran daring yang digunakan
Perbanas Institute saat ini adalah e-learning Perbanas dengan basis moodle
platform, sedangkan media interaktif antara dosen dan siswa menggunakan
WhatsApp group dan Zoom meeting, ada juga dosen yang menggunakan Google
Classroom dan Google Meet. Menurut seluruh responden bahwa saat ini media
pembelajaran yang disediakan Perbanas Institute seperti e-Learning Perbanas sudah
cukup baik dan efektif, sehingga tidak dibutuhkan media pembelajaran daring
lainnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Agustina dan Hanum (2021) yang
menyatakan pelaksanaan pembelajaran e-Learning sebagai media pembelajaran cukup
efektif. Namun berdasarkan hasil wawancara, dibutuhkan beberapa tambahan fitur
pada e-learning yang sudah ada untuk menunjang produktivitas belajar siswa
seperti notifikasi untuk e-learning apabila ada materi atau tugas baru yang
diberikan, juga ditambahkan media lain seperti video atau kutipan yang
dilampirkan untuk memperjelas materi ataupun penugasan. Sedangkan media
interaktif seperti aplikasi zoom sendiri dinilai sudah baik untuk menunjang
kegiatan PJJ daring ini.
Kesimpulan, media pembelajaran daring yang digunakan Perbanas
Institute sudah baik, sehingga tidak dibutuhkan alternatif media pembelajaran
lainnya. Tetapi komunikasi antara dosen kepada siswa ketika pemberian materi
ataupun tugas perlu diperjelas dengan contoh atau video, karena ada hambatan
semantik dimana siswa menginterpretasikan secara berbeda terhadap instruksi
yang diberikan oleh dosen.
3. Hambatan Media
Pembelajaran dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Hambatan teknis seperti tidak tersedianya perangkat atau
media tidak ditemui karena sebelumnya siswa sudah memiliki perangkat seperti
laptop, tablet, ataupun handphone yang menunjang PJJ. Demikian pula dengan
media pembelajaran lainnya seperti platform moodle, zoom, google classroom, dan
juga whatsapp semua siswa sudah memiliki sebelumnya. Siswa pun sudah cukup
familiar terhadap tata cara penggunaan dan pengaplikasiannya karena fiturnya
cukup mudah. Hanya untuk moodle platform, hal ini merupakan sesuatu yang baru
bagi siswa angkatan atau semester pertama sehingga di awal dibutuhkan waktu
untuk eksplorasi fitur dan ada yang memiliki masalah terkait dengan user akses.
Dan menurut beberapa responden terdapat dosen yang kurang memanfaatkan media
pembelajaran e-learning yang ada.
Kesimpulan, tidak ada hambatan dalam media pembelajaran
yang digunakan. Hanya saran untuk dosen agar dapat lebih memaksimalkan media
pembelajaran e-learning yang ada.
4. Hambatan Komunikasi
melalui Media Pembelajaran dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Media pembelajaran sendiri merupakan perantara dalam
kegiatan belajar yang dapat memberikan informasi atau pesan dari dosen ke
siswa. Sehingga pemberian informasi, materi , tugas, maupun ujian melalui media
pembelajaran ini. Di Perbanas Institute sendiri dalam proses penyampaian
informasi dari dosen ke siswa dan proses belajar mengajarnya menggunakan Moodle
platform untuk e-Learning Perbanas Institute, google classroom (hanya dosen
tertentu), zoom (sebagai media interaktif untuk kelas daring), dan WhatsApp
group (sebagai media infomasi dan komunikasi berupa tanya jawab dosen dan siswa
, serta pemberitahuan link perkuliahan).
5. E-learning
Perbanas Institute dan Google Classroom
Beberapa hambatan komunikasi yang dialami siswa dalam
menggunakan media pembelajaran daring e-Learning Perbanas Institute (dapat
diakses melalui: https://daring.perbanas.id/)
dan Google Classroom dalam PJJ, yakni:
a.
Hambatan
teknis, seperti server down ketika mau mengumpulkan tugas atau mengisi forum
diskusi, koneksi yang tidak stabil, lupa password masuk e-learning, kelewatan
terhadap pengumpulan tugas karena tidak ada notifikasi.
b.
Hambatan
semantik, seperti salah mengartikan tugas yang diberikan dosen karena persepsi
atau interpretasi yang berbeda, kendala bahasa apabila petunjuk menggunakan
Bahasa Inggris.
c.
Hambatan
perilaku, seperti kurang menyenangi membaca e-book, tidak fokus mengerjakan
quiz atau tugas melalui daring, tidak disiplin terhadap pengumpulan tugas atau
abai terhadap tugas.
6. Aplikasi
Zoom
Aplikasi zoom dimanfaatkan oleh dosen dan siswa Perbanas
Institute dalam kelas PJJ daringnya dimana komunikasi interaktif secara
interpersonal antara dosen dan siswanya melalui media zoom ini. Zoom digunakan
sebagai ruang kelas daring menggantikan ruang kelas luring atau tatap muka. Dalam
penggunaan zoom sendiri, semua responden sudah familiar dan terbiasa
menggunakan aplikasi ini sehingga tidak menemui hambatan dalam penggunaannya.
Hanya di dalam PJJ daring ini menggunakan zoom ini sering terjadi beberapa
hambatan komunikasi, diantaranya:
a.
Hambatan
teknis, dimana hal ini menjadi hambatan paling utama yang dialami oleh semua responden
atau siswa yakni koneksi tidak stabil yang penyebab utamanya biasanya karena
faktor cuaca dan juga koneksi dari provider yang belum merata ke daerah-daerah,
yang menyebabkan informasi yang diterima oleh siswa dari dosen sering tidak
jelas (putus-putus, hilang sebagian, ataupun terdengar samar-samar), audio
ataupun visual yang menjadi tidak jelas, siswa atau dosen terpental keluar
ruangan zoom sehingga dibutuhkan waktu untuk bergabung kembali dalam ruang zoom,
spesifikasi perangkat yang kurang baik sehingga performance menjadi lambat
b.
Hambatan
semantik, dengan adanya hambatan teknis tentunya hal ini berkaitan erat dengan
hambatan semantik dimana hambatan semantik menjadi tidak terhindarkan. Hal ini
terjadi karena kesalahan penerimaan pesan yang disebabkan hambatan teknis
diatas. Apabila penyampaian bahasa dosen menggunakan bahasa Inggris, ada
beberapa siswa yang kurang menangkap maknanya.
c.
Hambatan
perilaku, berkaitan dengan egosentrisitas antara keduanya (pengirim dan
penerima/dosen dan siswa). Selama proses pembelajaran, suasana belajar yang
otoriter sering terjadi. Pembelajaran satu arah, dimana dosen hanya aktif
menyampaikan informasi, sedangkan banyak siswa yang tertidur atau siswa kurang
memahami materi yang disampaikan. Hal semacam ini terjadi karena kondisi
psikologis keduanya terpisah. Tak sedikit juga dosen yang menganggap tugas
selesai hanya karena waktu dalam menyampaikan materi sudah selesai. Ia tidak
peduli jika siswanya sudah mendapatkan informasi yang ia sampaikan atau belum.
Hal ini terjadi karena tidak ada hubungan emosional antara keduanya. Selain
itu, suasana kelas yang tidak kondusif dan juga kelas (kelas tidak selalu di
dalam ruangan, kelas dimaksudkan sebagai kelompok belajar) juga sangat mungkin
untuk tampil otoriter. Hal ini dikarenakan dosen memberikan banyak tugas dengan
alasan pembelajaran berbasis tugas sangat sah untuk dilakukan. DItambah
kebanyakan siswa belajar sambil bekerja sehingga untuk pembagian waktu
mengerjakan tugas sekolah dan tugas kerja akan membebankan. Memang ini tidak
ada salahnya, akan tetapi jika ada terlalu banyak kebisingan dalam komunikasi,
maka pembelajaran berbasis tugas akan menjadi pembunuh lambat laun bagi siswa.
7.
Aplikasi WhatsApp Group
Whatsapp Group memungkinkan banyak orang dapat
berkomunikasi dalam satu forum atau grup. Dalam Sahid menurut (Wahyuni,
2018), Faktor pendukung yang membuat Whatsapp dipilih sebagai media
pembelajaran adalah karena fitur yang dimiliki beragam, mulai dari chatting,
kirim file, mengirim gambar atau foto, video dan juga yang lainnya. Proses
komunikasi menggunakan Whatsapp Group dapat dilihat dari Perbanas Institute
dimana setiap mata kuliah memiliki group yang di dalamnya terdapat dosen dan siswa. Oleh karena itu, penggunaan Whatsapp Group selain
sebagai media komunikasi juga telah menjadi media pembelajaran. Hasil
penelitian Afnibar (2020) mengungkapkan bahwa, siswa merasa whatsApp
memudahkannya dalam berkomunikasi dan menunjang kegiatan belajar dibandingkan
media online lainnya. Dalam penelitian Sahid (2021)
mengemukakan bahwa terdapat hambatan komunikasi dalam menggunakan whatsapp
group sebagai media pembelajaran, antara lain;
a.
Hambatan sosiologis, yaitu hambatan yang terkait status
sosial dan hubungan antara dosen dan siswa sebagai pendidik dan peserta didik.
b.
Hambatan antropologis, merupakan hambatan yang terkait
dengan
budaya masing-masing.
c.
Hambatan psikologis, yaitu hambatan yang terkait dengan
keadaan
perasaan atau emosi dari dosen maupun siswa.
d.
Hambatan semantik, yaitu hambatan yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa baik verbal maupun nonverbal.
e.
Hambatan mekanis, merupakan hambatan yang terkait dengan
media komunikasi.
f.
Hambatan ekologis, yaitu hambatan yang terkait dengan
lingkungan komunikator maupun komunikan
Berdasarkan hasil wawancara hambatan-hambatan
komunikasi yang dialami oleh responden adalah hambatan sosiologis karena hanya
beberapa orang yang aktif menyampaikan pesan lewat Whatsapp Group
sedangkan yang lain pasif karena adanya rasa kurang percaya diri, takut salah
dalam berpendapat dimana di dalamnya ada dosen; hambatan antropologis karena
tidak semua orang mempunyai kebiasaan mengecek notifikasi di perangkat yang
digunakan sehingga ketika ada informasi penting yang disampaikan menjadi
terlewat, hambatan ekologis karena banyak gangguan dari media lingkungannya
dimana terlalu banyak group whatsapp yang ada sehingga terlalu banyak pula
notifikasinya. Contohnya sedang melakukan komunikasi di group mata kuliah A,
lalu terdapat pesan masuk dari group mata kuliah B; hambatan semantik dimana
bahasa yang padat dan panjang menyulitkan pembacaan dalam media WhatsApp.
8. Hambatan Psikologis
Biasanya hambatan psikologis terjadi karena sifat
manusiawi manusia yang melibatkan emosi dalam proses. Kejenuhan tampak terjadi
pada 50% responden yang melakukan PJJ daring karena rasa isolasi diri akibat
pembelajaran online dengan duduk saja seharian menatap laptop sehingga membuat
mata lelah dan mata pegal, tidak adanya sosialisasi langsung antara dosen dan
siswa. Mayoritas siswa diatas 80% mengatakan bahwa mereka memiliki perasaan
kurang bebas dalam mengutarakan pertanyaan melalui daring karena merasa
komunikasi terbatas ditambah apabila ada hambatan koneksi yang tidak stabil
yang membuat perasaan malas bertanya karena adanya delay dan juga tidak bisa
melihat ekspresi dosen. Setengah dari populasi responden merasakan
kecenderungan komunikasi yang bersifat satu arah karena tidak semua siswa dapat
berinteraksi dengan dosen, ketika situasi belajar kondusif membuat siswa
menjadi berdiam diri dan menyimak pembelajaran, tidak semua dapat berinteraksi
dengan dosen. Rata-rata siswa pernah mengalami miss communication karena daya
tangkap tiap orang berbeda dan pola pikir dosen dan siswa terkadang berbeda,
ketinggalan mendapatkan informasi karena gangguan sinyal.
Kesimpulan, hambatan psikologis yang dialami siswa yakni
terdapat perasaan jenuh, malas, kurang bebas, kurang nyaman, tidak percaya diri
ketika ingin memberikan pertanyaan ke dosen, komunikasi satu arah dari dosen ke
siswa pada beberapa mata kuliah, penangkapan yang salah terhadap materi maupun
tugas yang diberikan.
9. Hambatan
Fisiologis
Gangguan atau
hambatan fisiologis ini merupakan hambatan yang ada di dalam komunikator atau
komunikan (DeVito, 2013). Hambatan ini berasal dari dalam diri siswa, misalnya 40% responden
menjawab bahwa dalam PJJ daring ini mereka merasakan suasana kelas yang kaku,
tidak sehidup ketika mereka belajar langsung di dalam kelas tatap muka. Salah
satu responden mengatakan bahwa ketika melontarkan bahan candaan tapi tanpa
melihat gesture atau ekspresi lawan bicaranya menjadikannya canggung. Ada juga
yang merasa adanya feedback delay terhadap response dari penerimaan pesan atau
informasi. Contohnya interaksi menjadi terbatas ketika dosen melontarkan
candaan untuk mencairkan suasana yang tegang atau kaku, tetapi ketika mau
ditanggapi siswa maka siswa harus melalukan unmute terlebih dahulu baru ketawa
atau timpalan candaan bisa tersampaikan. Selebihnya responden merasakan suasana
yang lebih santai karena tidak perlu menggunakan pakaian rapi.
Dari sisi faktor kelelahan menurut para responden bahwa
mereka merasa lebih melelahkan ketika belajar langsung tatap muka di kelas
karena harus beranjak dari tempat tinggalnya ke kampus, tetapi dengan
pembelajaran daring ini ada yang merasa lelah mata dan juga lelah duduk
seharian memandang laptop, serta memerlukan Tindakan lebih misalnya dalam
mengkomunikasi pesan melalui whatsapp harus mengetik panjang agar dimengerti.
Dari sisi waktu dalam PJJ daring, siswa merasa dibatasi
karena tidak memiliki kebebasan berkomunikasi baik dengan dosen maupun siswa
lainnya. Siswa merasa tidak bisa menanyakan terlalu banyak hal untuk
mengkonfirmasi ke dosen karena adanya gangguan seperti sinyal hilang sehingga
ketika siswa akan bertanya atau menjawab suaranya terputus-putus atau terpental
keluar. Lalu diwaktu ketika siswa akan bertanya bersamaan dengan yang lain
sehingga harus saling tunggu untuk berkomunikasi, terbatas karena sebenarnya
banyak hal yang ingin dikomunikasi ke dosen tetapi sudah habis waktu zoomnya,
padahal kalua di kelas tatap muka bisa lebih mudah komunikasi interpersonal dan
juga bisa mendatangi ruang dosen jika masih ada pertanyaan. Kalau melalui
daring ada perasaan segan untuk menghubungi dosen secara daring.
Secara keseluruhan suasana kelas PJJ daring membuat siswa
cukup nyaman karena bisa melakukan kegiatan lainnya secara bersamaan seperti
makan minum atau mengasuh anak, tetapi seringkali suasana yang tercipta kurang
kondusif sehingga siswa tetap lebih memilih kenyamanan suasana kelas tatap
muka. Bahkan 1 responden merasa tidak nyaman dengan kelas daring karena adanya
banyak distraksi.
10. Hambatan Fisik
Secara keseluruhan koresponden merasakan hambatan fisik
dari sisi lingkungan dan juga teknis. Gangguan teknis ini merupakan hambatan
utama yang dirasakan oleh seluruh responden dalam PJJ daring. Seluruh responden
pernah mengalami kendala teknis seperti koneksi internet yang tidak stabil,
sinyal melemah, wifi terbatas, mati lampu, gangguan cuaca, gangguan komputer,
audio atau microphone bermasalah sehingga menyebabkan adanya delay dalam
menerima informasi. Adanya background noise yang berisik di lingkungan sekitar
ketika belajar online yang mengganggu konsentrasi dan penangkapan informasi
dari dosen ke siswa.
Kesimpulan, hambatan fisik ini yang paling sering dialami
siswa Perbanas Institute.
11. Hambatan
Semantik
Hambatan semantik ini biasanya tidak bisa terhindarkan
saat adanya hambatan teknis, juga menjadi salah satu hambatan komunikasi bagi
beberapa siswa dan dosen dalam pembelajaran online. Dimana kemampuan dosen dan siswa
dalam menggunakan kata-kata pada waktu komunikasi pembelajaran. Sehingga
menimbulkan multitafsir atau kendala pemahaman dalam pemberian materi
pembelajaran.� Dimana ada saat dosen
mengajukan pertanyaan tetapi tidak ditanggapi siswa karena masih mengolah
materi belajar yang disampaikan dosen ataupun ada juga siswa yang sudah paham
tetapi memiliki kesulitan mengolah kata untuk pernyataan atau pertanyaan.Di
samping itu jika dosen menggunakan slide menggunakan bahasa inggris, bisa
terjadi salah tafsir terhadap kalimat atau informasi yang ada, ada yang
mengatakan bahwa ada dosen memakai bahasa yang ilmiah dan tidak umum, sehingga
siswa kesulitan memahami. Bahkan beberapa siswa enggan untuk bertanya. Karena siswa
takut dikira protes dan juga malu dengan siswa lainnya.
12. Media dan
Literasi Digital
Dalam hal perangkat dan media yang digunakan tidak dialami
masalah atau hambatan terkait dengan ketersediaan perangkat dan juga media
pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar daring, dikarenakan
semua siswa sudah memiliki perangkat yang mendukung kegiatan belajar mengajar
daring dan juga sudah memiliki kemampuan digital yang baik sehingga tidak
mengalami hambatan dalam penggunaan media tersebut. Adapun hambatan media lebih
ke faktor teknis dan ekologis seperti cuaca buruk yang mempengaruhi koneksi
jaringan internet.
13. Mengatasi
Hambatan Komunikasi melalui Media Pembelajaran dalam PJJ daring
Dalam mengatasi hambatan-hambatan komunikasi yang ada bisa
dilakukan dengan cara:
a.
Menyediakan
backup provider untuk mengantisipasi permasalahan koneksi tidak stabil, hilang
sinyal.
b.
Mencari
tempat yang sunyi dan mendukung suasana pembelajaran daring agar siswa dapat
fokus
c.
Bertanya
secara langsung personal dengan dosen apabila masih ada yang belum dimengerti
Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa pembelajaran yang dilakukan
secara daring tidak sama dengan pembelajaran tatap muka, bermacam-macam kendala
ditemukan dalam komunikasi pembelajaran melalui media pembelajaran secara
daring ini dilihat dari perspektif siswa, sehingga menjadi tugas dosen untuk
komunikasi pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Ada hambatan untuk membangun dan mempertahankan pembelajaran jarak
jauh daring dan hambatan komunikasi melalui media pembelajaran daring yakni
hambatan teknis, hambatan semantik, dan hambatan perilaku. Sehingga responden
merasa pembelajaran daring belum bisa sama efektif dibanding pembelajaran tatap
muka. Tidak sedikit penelitian tentang ini masih berlangsung dan kemungkinan
solusi untuk masalah yang digambarkan oleh para peneliti sebelumnya terkait ini
masih dianalisis. Hambatan untuk pembelajaran jarak jauh telah diidentifikasi
sebagai masalah yang beragam mulai dari hambatan fisik, hambatan psikologis,
hambatan fisiologis, dan hambatan semantik, yang dihadapi anggota yang
terlibat, dalam berbagai dimensi yang pada akhirnya dapat menurunkan
produktivitas siswa dalam pembelajaran. Untuk itu semua hambatan itu harus
dihindari oleh dosen dan siswa.
BIBLIOGRAFI
Abuhammad, S. (2020). Barriers to
distance learning during the COVID-19 outbreak: A qualitative review from
parents� perspective. Heliyon, e05482.
Adnan, M., & Anwar, K. (2020).
Online Learning amid the COVID-19 Pandemic: Students' Perspectives. Online
Submission, 2(1), 45-51.
Afnibar, A., & Fajhriani, D.
(2020). Pemanfaatan WhatsApp sebagai Media Komunikasi antara Dosen dan Siswa
dalam Menunjang Kegiatan Belajar (Studi terhadap Siswa UIN Imam Bonjol
Padang). AL MUNIR: Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam, 70-83.
Agustina, M. (2013). Pemanfaatan
E-Learning sebagai Media Pembelajaran. In Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi (SNATI) (Vol. 1, No. 1).
Arsyad, A. (2013). Media pembelajaran;
Edisi revisi.
Azzahra, Nadia F. (2020). Addressing Distance
Learning Barriers in Indonesia Amid the Covid-19 Pandemic. Center for
Indonesian Policy Studies, doi:10.35497/309162.
Berg & Lune. (2012). Qualitative Research Methods
for the Social Sciences.Unites States of America: Pearson Education, Inc.
Cangara, Hafied.(1998). Pengantar Ilmu Komunikasi
edisi 1 cet.5. Jakarta: Raja Grafindo Persada
DeVito, J. (2013). The
Interpersonal Communication Book 13th Edition. New
York : Pearson Education, Inc.
EMEILIA, Rindana Intan; Muntazah, Arina. (2021). Hambatan
Komunikasi Dalam Pembelajaran Online di Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Akrab
Juara, [S.l.], v. 6, n. 2, p. 155-166, may 2021. ISSN 2620-9861.
Gagn�, R. M. (1975). Observing the
effects of learning. Educational Psychologist, 11(3),
144-157.
Hendra Riofita. (2016). Komunikasi Bisnis. Pekanbaru:
CV. Mutiara Pesisir Sumatra
Hanum, N. S. (2013). Keefetifan
e-learning sebagai media pembelajaran (studi evaluasi model pembelajaran
e-learning SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto). Jurnal pendidikan
vokasi, 3(1).
McKown, H. C., & Roberts, A. B.
(1949). Audio-visual aids to instruction.
Miftah, M. (2013). Fungsi, dan peran
media pembelajaran sebagai upaya peningkatan kemampuan belajar siswa. Jurnal
kwangsan, 1(2), 95.
Mulyana, D. (2008). Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Onong Uchjana Effendy.(1993).Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Prodjo, W. 16 Juni 2020. Pembelajaran Jarak Jauh bukan Pembelajaran Daring, Ini Penjelasannya.
Robert k. Yin. (2019)Studi Kasus.Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Russel, J. D., & Heinich, R.
(1982). Instructional Media and the New Technologies of Instruction.
Sahid, M. (2021).
Hambatan Komunikasi pada Proses Pembelajaran Menggunakan Media Whatsapp
Group. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), 5(1).
Sapriyah, S.
(2019). Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar. In Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan FKIP (Vol. 2, No. 1, pp. 470-477).
Sendjaja, S. Djuarsa.(1994). Teori Komunikasi. Jakarta:
Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI
Siregar, Y. S., Lubis, D., &
Sitanggang, N. (2021). Communication Barriers between Teachers and Students in
Online Learning Process in the Time of the Covid-19 Pandemic (Case Study at
Private Private Junior High School). Budapest International Research
and Critics in Linguistics and Education (BirLE) Journal, 4(4),
1300-1306.
Wahyuni, N. (2018).
Peran Penggunaan Grup Whatsapp dalam Proses Belajar Mengajar di SMK Negeri 2
Banjarmasin. Jurnal Mutakallimin: Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(2).
Walgito, Bimo. (2010). Pengantar Psikologi Umum.
Yogyakarta: C.V. Andi Offset
Wursanto, I. (2005). Dasar-dasar Ilmu Organisasi.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Copyright holder: Irena Novita Widjaya,
Rusdi Ishak Musha (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |