Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia �p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 10, Oktober 2022

 

PEREMPUAN DAN PANDEMI COVID-19 (PERAN GANDA PEREMPUAN PADA MASA PANDEMI COVID-19)

 

Muh. Khaerul Watoni A., Wilodati, Elly Malihah

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Indonesia

E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk megetahui peran ganda perempuan pada masa pandemi dan faktor penyebabnya, tuilsan ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik study literartur, temuan dari pembahasan ini adalah pada dasarnya perempuan memiliki peran utama sebagai seorang yang bekerja di ranah domestic, tetapi dikarenakan oleh pandemi Covid-19 menyebabkan perempuan harus memiliki fungsi pendidikan dan ekonomi yang artinya adanya tambahan peran ganda dari perempuan di masa pandemi yang awalnya hanya menjadi ibu rumah tangga dan bekerja. Adapun faktor yang menyebabkan peran ganda dari perempuan dibagi menjadi 2 yaitu: faktor internal dan eksternal, dimana faktor internal meliputi motivasi dan kematangan kepribadian. Kemudian faktor eksternal meliputi ekonomi, kebudayaan dan lingkungan.

 

Kata Kunci: Perempuan, Peran ganda, Covid-19.

 

Abstract

The purpose of this paper is to determine the dual role of women during a pandemi and its causative faktors, this study uses qualitative methods with literary study techniques, the findings of this discussion are that basically women have a major role as someone who works in the domestic sphere, but because of the pandemi. Covid-19 causes women to have educational and economic functions, which means that there is an additional dual role for women during the pandemi, who initially only became housewives and worked. The faktors that cause the dual role of women are divided into 2, namely: internal and external faktors, where internal faktors include motivation and personality maturity. Then the external faktors include economy, culture and environment.

 

Keywords: Women, multiple roles, Covid-19.


Pendahuluan

Semua sepakat bahwa pandemi Covid-19 membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan, menyebabkan semua sistem dalam kehidupan seperti ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya mengalami pergeseran yang sangat signifikan. Hal ini menimbulkan sebuah kekhawatiran seperti yang diungkapkan oleh Wenjie Yang et. al. (Citra & Arthani, 2020). �dalam penelitiannya menyebutkan �The recent outbreak of the novel coronavirus (COVID-19) has led to a major concern of the potential for not only an epidemic but a pandemi.� (Wabah virus korona baru (COVID-19) baru-baru ini telah menyebabkan kekhawatiran besar tentang potensi tidak hanya epidemi tetapi juga pandemi). Selain dari potensi dan dampak dari Covid -19 ini, wabah ini juga tidak pernah diprediksi sebelumnya. Dilansir dari BBC. Coronavirus: The world in lockdown in maps and charts (Sulaeman & Salsabila, 2020) bahwa Jumlah orang yang terpapar COVID-19 di dunia semakin hari semakin bertambah. Lebih dari 100 negara di seluruh dunia memberlakukan kebijakan lockdown penuh atau sebagian sejak akhir Maret 2020, diantaranya China, India, Indonesia, dan Amerika Serikat.

Wabah Covid-19 tentunya tidak bisa dipisahkan dari masalah kesetaraan gender. Hal ini disebabkan bahwa dampak yang ditimbulkan selalu berbeda antara perempuan dan laki-laki di tengah sistem budaya patriarkis. Patriarki sendiri merupakan sebuah sistem struktur sosial yang mengutamakan laki-laki sebagai sosok sentral dalam sebuah organisasi sosial termasuk keluarga. Ini tercermin dari pendapatnya Blessler (Sulaeman & Salsabila, 2020) bahwa bagaimana laki-laki memiliki otoritas terhadap istrinya, anak-anak, serta harta benda. Laki-laki dianggap lebih kuat dan superior, sementara perempuan selalu dituntut menjadi makhluk yang tersubordinasi. Seperti yang diungkapkan Mathur & Awasthi (2018) dalam penelitiannya Gender-Based Discrimination Faced By Females At Workplace: A Perceptual Study Of Working Females mengidentifikasi adanya berbagai faktor mendasar terkait dengan isu diskriminatif terhadap pekerja perempuan yang didukung oleh stereotip gender dalam promosi dan alokasi kerja dimana perempuan dipandang sebagai pekerja yang lemah yang tidak dapat berkontribusi secara efektif, sehingga kebanyakan perempuan hanya ditempatkan pada pekerjaan klerikal (tidak terlibat dalam proses decision making).

Tidak bisa dipungkiri bahwa perempuan dan laki-laki diciptakan berbeda sari segi biologis akan tetapi tidak pada peran dan fungsi. Perempuan dan laki-laki memilihki peluang yang sama dalam masyarakat akan tetapi ada beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan. Seperti yang diungkapkan Zuhdi (2018) didalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan komunitas kemasyarakatan, perbedaan pekerjaan yang dimiliki oleh keduanya merupakan suatu keniscayaan, peran serta antara pria dan wanita dalam mengatur rumah tangga juga berbeda. Dinamika perkembangan peran gender didalam masyarakat dilatar belakangi oleh beberapa faktor antara lain: lingkungan social masyarakat, struktur social bahkan hingga cerita dan mitos-mitos di masa lalu untuk menjelaskan perbedaan gender tersebut.

Perempuan diciptakan dengan keindahan dan kecantikan seperti yang diungkapkan oleh Jalil & Tanjung (2020) Secara umum sifat perempuan yaitu keindahan, kelembutan serta rendah hati dan memelihara. Demikianlah gambaran perempuan yang sering terdengar di sekitar kita. Perbedaan secara anatomis dan fisiologis menyebabkan pula perbedaan pada tingkah lakunya, dan timbul juga perbedaan dalam hal kemampuan, selektif terhadap kegiatan-kegiatan intensional yang bertujuan dan terarah dengan kodrat perempuan. Begitu juga Ahdiah, 2011 (Darmawan, 2020) mengungkapkan bahwa Sudah menjadi hukum alam ketika seorang perempuan memiliki sifat yang lemah lembut, anggun, penuh kasih sayang, cantik, dan emosional. Perempuan dideskripsikan sebagai makhluk yang lemah baik secara fisik maupun psikis oleh karena itu perempuan diberikan pembelaan dan perlakuan yang berbeda dari laki-laki.

Dalam masa pandemi ini tentunya perempuan yang berstatus sebagai ibu rumah tangga memiliki pekerjaan yang lebih besar dari biasanya, disamping mengurus rumah tangga, seorang ibu rumah tangga juga harus mendampingi anaknya yang sedang belajar melalui daring/ online, tidak jarang juga seorang ibu rumah tangga membantu seorang suami dalam mencari nafkan untuk perekonomiannya. Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran ganda seorang perempuan (ibu rumah tangga) dalam masa pandemi? dan apa faktor penyebabnya?

 

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan study literature yang membahas mengenai peranan ganda perempuan dalam hal ini ibu rumah tangga pada masa pandemi Covid-19 dan faktor penyebab seorang perempuan memiliki peran ganda dalam masa pandemi. Teknik pengumpulan data yakni dari jurnal dan artikel elektronik yang relevan dengan pembahasan dalam penelitian ini. Data yang didapat, diolah dan disajikan secara deskriptif analitis untuk mendapatkan gambaran mengenai peranan ibu rumah tangga dan faktor penyebabnya.

 

Hasil dan Pembahasan

Menurut Soekanto, 2015 (Rostiyati, 2018) peran menunjuk sebagai fungsi, penyesuaian, dan proses. Artinya perempuan mampu menunjukkan perannya sesuai dengan fungsinya sebagai istri dan ibu dalam rumah tangga dan berusaha menyesuaikan diri pada lingkungan sosial dan ekonomi rumah tangga. Peran dimaknai sebagai proses dalam melaksanakan fungsi dan penyesuaian diri terhadap lingkungan domestik maupun publik

Menurut Horoepoetri (Mustadjar, 2013. Kamila, 2020), Beberapa dimensi peran sebagai berikut:

1.      Peran sebagai suatu kebijakan, yaitu peran dalam suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik untuk dilaksanakan.

2.      Peran sebagai strategi yaitu peran untuk mendapatkan dukungan masyarakat (public support) dalam akses terhadap pengambilan keputusan dan kepedulian pada tingkatan pengambilan keputusan yang didokumentasikan dengan baik, sehingga keputusan tersebut akan memiliki kredibilitas.

3.      Peran sebagai alat komunikasi, yakni peran yang digunakan sebagai instrument atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses pengambilan keputusan.

4.      Peran sebagai terapi yakni dilakukan sebagai upaya mengobati masalah-masalah psikologis masyarakat seperti perasaan ketidakberdayaan (sense of powerlessness) tidak percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting dalam masyarakat.

5.      Peran perempuan dalam hal ini ibu pada masa pandemi Covid-19 sangat besar, dimana ibu harus menyediakan waktu lebih banyak dan harus mampu membagi dengan tugas yang lain.

 

Jika diuraikan maka dalam pandemi Covid-19 ini peran ganda perempuan dalam hal ini ibu meliputi berpusat pada fungsi pendidikan dan ekonomi. Fungsi pendidikan disini adalah Pola pengasuhan anak yang lebih dekat dengan ibu menyebabkan ibu memiliki tugas tambahan selama anak belajar di rumah. Budaya patriarki yang terjadi selama ini meletakkan tanggung jawab domestik kepada seorang istri yang sekaligus menjadi seorang ibu. Ketika anak belajar di rumah maka tugas pendampingan dilakukan oleh ibu. Ibu sebagai orangtua yang lebih sering melakukan interaksi dengan anak dan melakukan pengasuhan, tentunya saat ini memiliki tugas tambahan sebagai pendamping belajar untuk program Homeschooling anak selama melakukan SFH (Studi from home).

Akan tetapi hal ini menimbulkan suatu masalah dimana dengan fungsi pendidikan ini ada banyak hal yang ditinggalkan karena harus membagi waktu, menurut sebuah survei dari Trades Union Congress (Sulaeman & Salsabila, 2020), para ibu yang bekerja di Inggris kehilangan tempat-tempat pengasuhan anak selama pandemi, sehingga mereka terpaksa bekerja sekaligus mengasuh anak sampai ujung batas kemampuan mereka. Sebanyak 3 dari 10 dari mereka mengatakan harus bekerja dari pagi (sebelum 8 pagi) atau malam suntuk (setelah 8 malam) untuk menyeimbangkan pekerjaan dan pengasuhan anak. Akibatnya, sejumlah ahli memperingatkan bahwa pandemi dapat membuat situasi kaum perempuan mundur hingga seperti beberapa dekade ke belakang dan meningkatkan kesenjangan upah antar gender. Survei menemukan bahwa satu dari enam wanita mengatakan bahwa mereka khawatir melakukan pekerjaan sekaligus mengasuh anak akan mempengaruhi penilaian kinerja dari manajer mereka. Sementara itu, satu dari enam perempuan khawatir hal itu mempengaruhi peluang mereka untuk mendapatkan promosi pekerjaan di masa depan.

Jika ibu juga saat ini adalah seorang karyawan yang harus tetap bekerja di rumah dan melakukan WFH (work from home), maka ibu dituntut untuk menjadi seorang multitasker. Menjadi pendamping belajar anak sekaligus mengerjakan pekerjaan kantornya. Bagi kebanyakan orang, hal ini merupakan perubahan yang dapat menjadi stressor baru. Menemani seorang anak dalam pembelajaran daring, mengurus rumah, suami dan lain-lain terkadang membuat seorang perempuan (ibu) menjadi sedikit stress. Selain itu, tuntutan ekonomi terkadang membuat seorang perempuan harus turun untuk membantu suami.

Tentunya pada masa pandemi covid-19 ini banyak tantangan yang harus dihadapi oleh perempuan baik wanita karir maupun ibu rumah tangga. Akan tetapi semua tantangan tersebut bisa dilewati dengan baik. Ketika ada kesulitan dalam memanajemen keluarga tentu ada pengaruhnya terhadap pekerjaan, begitu juga sebaliknya. Inilah hal tersulit yang harus dimanajemen oleh wanita karir. Begitu juga dengan ibu rumah tangga ketika perekonomian mengalami penurunan maka harus bisa membagi antara mendampingi seorang anak dengan membantu mencari nafkah seorang suami. Sehingga pada masa ini, perempuan mempunyai multi peran yaitu disamping menjadi wanita pekerja di luar rumah, menjadi ibu rumah tangga, perempuan juga harus mampu menjadi guru pendamping bagi anak-anaknya dalam belajar daring. Sehingga dalam waktu yang bersamaan seorang perempuan harus mampu mengerjakannya secara bersamaan.

Selanjutnya adalah faktor terjadinya peran ganda adalah sebagai berikut:

1.      Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang meliputi motivasi dan Kematangan kepribadian

a.    Motivasi

Artinya bahwa seorang perempuan memiliki peran ganda sebagai seorang ibu sekaligus pekerja bukan semata-mata karena kebutuhan ekonomi melainkan karena adanya motivasi seperti yang diungkapkan oleh Novari, dkk (Zuhdi, 2018) menyebutkan, perempuan bekerja tentu bukan semata-mata karena alasan faktor ekonomi keluarga yang sedemikian sulit, tetapi juga beberapa motivasi lain, seperti suami tidak bekerja/pendapatan kurang, ingin mencari uang sendiri, mengisi waktu luang, mencari pengalaman, ingin berperan serta dalam ekonomi keluarga, dan adanya keinginan mengaktualisasikan diri.

Karena motivasi inilah yang membuat para perempuan menjadi lebih semangat dalam bekerja sehingga memiliki peran ganda antara keluarga (domestic) dan public. Oleh karenanya peran ganda sebenarnya bukanlah suatu masalah apabila kita memandang dari nilai saling melengkapi seperti yang diungkapkan oleh Wibowo (2011) Perbincangan seputar wacana keperempuanan yang kebanyakan berkutat pada asumsi pemilahan secara dikotomis wilayah domestik dan publik ternyata banyak menyimpan kerancuan. Ini terjadi tidak hanya pada persepsi tradisional tentang pembagian kerja seksual, tetapi juga pada persepsi peran ganda perempuan. Itu semua terjadi karena wilayah domestik dan publik dipandang sebagai dua sisi yang terpisah secara diametral. Padahal, jika ia dipandang sebagai dua titik yang terhubungkan pada garis kontinum, tentu dikotomi seperti itu tidak akan muncul. Antara domestik dan publik adalah ibarat antara rumah dan dunia. Rumah adalah juga bagian dari dunia. Laki-laki dan perempuan tidak mungkin menemukan makna kehadirannya di dunia sebelum ia menemukan makna kehadirannya di rumah. Rumah dan dunia bukanlah dua nama dari dua jenis ruang.

b.      Kematangan Kepribadian

Jamuati (2001) Kepribadian adalah sistem psikofisik yang dinamis yang menentukan kekhasan individu dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Ada pun aspek-aspeknya terdiri atas: aspek intelektual, dorongan, emosi dan relasi sosial. Kematangan pribadi seseorang dapat dilihat dari sejauhmana kematangan pada aspek-aspek kepribadian yang dimilikinya, yaitu:

1)      Kematangan Intelektual

Kemampuan seseorang untuk berpikir secara rasional dan bertingkah secara efektif dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan merupakan indikasi kematangan intelektual. Seorang perempuan yang memiliki kematangan intelektual mampu menalar dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara rasional. Selain itu juga memiliki keterampilan-keterampilan yang dapat digunakannya untuk menyiasati kesulitan yang dihadapi dalam menyesuaikan diri entah di lingkungan keluarga, di lingkungan kerja ataupun di lingkungan masyarakat secara umum. Kematangan ini dapat ditingkatkan melalui upaya untuk terus menerus mencari dan mengembangkan pengetahuan, serta keterampilan.

2)      Kematangan pada aspek Dorongan

Dorongan adalah semacam energi dalam diri yang menuntut pemuasan segera. Perempuan yang matang pada aspek ini akan mampu menangguhkan pemenuhan kebutuhan yang menuntut pemuasan segera. Dalam memenuhi apa yang diinginkannya ia mempertimbangkan nilai-nilai yang dianutnya dan melihat realitas yang dihadapi. Perilakunya sabar dan tidak impulsif.

3)      Kematangan Emosi

Tolok ukur dari kematangan emosi ini dapat dilihat dari sejauhmana seseorang mampu menyadari emosinya, mengendalikan reaksi-reaksi emosinya, tetap mampu memotivasi diri dalam kondisi emosi yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, mampu memahami orang lain dan dapat menyesuaikan dirinya dengan orang lain. Perempuan yang matang secara emosi memiliki sensitifitas perasaan untuk dapat menghayati berbagai jenis perasaan sedih, senang, terharu, susah yang ada dalam dirinya. Perasaan tersebut mampu ia olah dan ia kendalikan sehingga perilaku yang ditampilkannya tidak emosional. Pada kejadian dimana ia dalam keadaan sedih karena anaknya sedang sakit atau merasa tertekan diperlakukan tidak setara dengan laki-laki oleh pihak atasan, ia masih tetap dapat mempertahankan motivasi kerjanya sehingga tidak sampai menurunkan kinerjanya. Kematangan emosi perempuan tercermin pula pada pemahamannya akan perasaan orang lain. Ia paham ketersinggungan perasaan yang menyangkut harga diri seorang laki-laki manakala dengan kedudukannya yang lebih tinggi perempuan menampilkan sikap yang dipersepsi laki-laki arogan. Perempuan tersebut meskipun merasa bahwa perlakuan laki-laki terhadap dirinya kurang pada tempatnya, ia tetap menunjukkan perilaku arif bijaksana, dengan harapan laki-laki tersebut menyadari sikapnya, mau bermitra sejajar ataupun bersaing secara sehat tanpa merasa dilecehkan oleh perempuan.

4)      Kematangan Sosial

Seseorang yang matang secara sosial dalam berperilaku lebih berorientasi pada orang lain. Perempuan yang matang secara sosial tidak menampilkan sikap egosentris yaitu sikap mengedapankan kepentingan diri. Ia akan mencari upaya untuk mensejahterakan orang lain, termasuk laki-laki dengan tetap memperhatikan terpenuhinya hak-hak dia sebagai pribadi perempuan.

2.      Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar seseorang. Faktor ini meliputi ekonomi, kebudayaan dan lingkungan. Seperti yang diungkapkan Zuhdi (2018) didalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan komunitas kemasyarakatan, perbedaan pekerjaan yang dimiliki oleh keduanya merupakan suatu keniscayaan, peran serta antara pria dan wanita dalam mengatur rumah tangga juga berbeda. Dinamika perkembangan peran gender didalam masyarakat dilatar belakangi oleh beberapa faktor antara lain: lingkungan social masyarakat, struktur social bahkan hingga cerita dan mitos-mitos di masa lalu untuk menjelaskan perbedaan gender tersebut. Peran ganda perempuan tidak akan pernah lepas dari lingkungan dan kebudayaan karena dalam kebudayaan dan masyarakatlah strereotipe-stereotipe itu dimunculkan.

a.       Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap peran ganda seorang perempuan, hal ini disebabkan selain karena kebutuhan juga anggapan bahwa perempuan itu memiliki kekuatan/ power sebagaimana yang diungkapkan oleh (Kusumawati, 2013) bahwa di dalam keluarga, para perempuan memiliki power atau kekuatan untuk ikut aktif dalam setiap keputusan yang akan dibuat meskipun pekerjaan sebagai pemetik teh belum dapat mengubah kondisi ekonomi keluarga menjadi lebih baik karena upah yang didapatkan dari hasil bekerja, tidak dapat membantu memenuhi berbagai macam kebutuhan keluarga.

b.      Kebudayaan

Pergeseran nilai dan kebudayaan membuka peluang bagi seorang perempuan untuk ikut serta dan berpartisipasi dalam ranah public, walaupun secara kodrati perempuan seharusnya di ranah domestic, akan tetapi nilai-nilai kebudayaan yang sudah mulai sedikit bergeser ini memungkinkan seorang perempuan untuk berperan ganda sebagaimana yang diungkapkan oleh (Zuhdi, 2019) bahwa Adanya pergeseran tersebut adalah dampak dari adanya partisipasi perempuan dalam peran ekonomis, sehingga menjadi masyarakat industry yang berbasis pada money oriented, partisipasi tersebut berakibat pada kondisi keluarga maupun hubungan social masyarakat, apabila mereka dapat mensikapi dan mengatasi permasalahan yang muncul dengan baik maka efek dari partisipasi kerja tersebut menjadi baik, begitu pun sebaliknya apabila mereka tidak dapat mensikapi dengan bijak maka akan rusak hubungan keluarga dan social masyarakat.

c.       Lingkungan

Pengaruh lingkungan terhadap peran ganda perempuan dapat terlihat dari banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi oleh perempuan baik di ranah domestik maupun profesional. Hal ini dapat mempengaruhi keseimbangan antara peran keluarga dan karier yang dijalankan oleh perempuan, dan dapat memperburuk kondisi kesetaraan gender. Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi peran ganda perempuan antara lain budaya patriarki, kurangnya dukungan sistem kebijakan dan sosial yang memadai, serta norma-norma gender yang menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.

Sebagaimana diungkapkan oleh (Braimok, 2017) bahwa perempuan petani di Kenya menghadapi kesulitan dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan bisnis pertanian mereka. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kurangnya akses perempuan terhadap teknologi dan pelatihan serta peran tradisional perempuan sebagai pengurus rumah tangga yang membatasi waktu dan energi mereka untuk terlibat dalam bisnis pertanian. Selain itu, (Prabawanti & Rusli, 2022) mengungkapkan bahwa dukungan keluarga dan lingkungan dapat mempengaruhi keberhasilan perempuan dalam berwirausaha di Indonesia. Artikel ini menunjukkan bahwa dukungan sosial dan modal manusia yang dimiliki oleh perempuan memiliki dampak positif pada kesuksesan wirausaha perempuan.

 

Kesimpulan

Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran ganda seorang perempuan pada masa pandemi Covid-19 menjadi bertambah yang dulunya hanya pada sector domestic dan pekerjaan bertambah menjadi fungsi pendidikan dan ekonomi yang membuat stress para ibu rumah tangga dalam membagi waktu antara mendampingi anak dan pekerjaan sehingga menjadi sebuah dilemma yang harus diprioritaskan.�

Kemudian adapun faktor yang menyebabkan peran ganda dari perempuan dibagi menjadi 2 yaitu: faktor internal dan eksternal, dimana faktor internal meliputi motivasi dan kematangan kepribadian.. Kemudian faktor eksternal meliputi ekonomi, kebudayaan dan lingkungan mencakup ketersediaan teknologi serta dukungan keluarga.

 

BIBLIOGRAFI

 

Braimok, T. (2017). Exploring the Opportunities and Challenges of ICTs for Women Farmers in Kenya (pp. 1�2).

 

Kusumawati, Y. (2013). Peran Ganda Perempuan Pemetik Teh. KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture, 4(2), 157�167. https://doi.org/10.15294/komunitas.v4i2.2411

 

Prabawanti, B. E., & Rusli, M. S. (2022). The Role of Social Support for Women Entrepreneurs in Reducing Conflict to Increase Business Performance. Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, 8(2), 263�273. https://doi.org/10.17358/ijbe.8.2.263

 

Zuhdi, S. (2019). Membincang Peran Ganda Perempuan Dalam Masyarakat Industri. Jurnal Jurisprudence, 8(2), 81�86. https://doi.org/10.23917/jurisprudence.v8i2.7327

 

Citra, Made Emy Andayani & Arthani, Ni Luh Gede Yogi. 2020.� Peranan Ibu Sebagai Pendamping Belajar Via Daring Bagi Anak Pada Masa Pandemi Covid-19. Prosiding Webinar Nasional Peranan Perempuan/Ibu dalam Pemberdayaan Remaja di Masa Pandemi COVID-19, Universitas Mahasaraswati Denpasar.

 

Darmawan, Oktavia Ayu. 2020. Peran Ganda Buruh Perempuan Pada Keluarga Dan Pekerjaan (Studi Kasus Di Pabrik Pt. Sampoerna Tbk). Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya.

 

Handayani, Ricka. 2020. Multi Peran Wanita Karir Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kajian Gender dan Anak. 4 (1): 1-10

 

Jamuati, Kadwi. 2018. Kematangan Kepribadian Sebagai Prasyarat Bagi Perempuan Dalam Menjalani Peran Publik Atau Domestik. Mimbar No. 3: 328-337

 

Kamila, Aisyatin. 2020. Peran Perempuan Sebagai Garda Terdepan Dalam Keluarga Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Ditengah Pandemi Covid 19.� Jurnal Konseling Pendidikan Islam. 1 (2): 75-83

 

Rostiyati, Ani.� 2020. Peran Ganda Perempuan Nelayan Di Desa Muara Gading Mas Lampung Timur. Patanjala. 10 (2): 187-202

 

Sulaeman, Kirana Mahdiah & Salsabila, Fenny Rizka. 2020. Dampak COVID-19 Terhadap Kaum Perempuan: Perspektif Feminisme. Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Padjadjaran

 

Wibowo, Dwi Edi. 2011. Peran Ganda Perempuan Dan Kesetaraan Gender. MUW�Z�H. Vol. 3 (1): 357-364

 

 

Copyright holder:

Muh. Khaerul Watoni A., Wilodati, Elly Malihah (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: