Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia �p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
PEREMPUAN
DAN PANDEMI COVID-19 (PERAN GANDA PEREMPUAN PADA MASA PANDEMI COVID-19)
Muh.
Khaerul Watoni A., Wilodati, Elly Malihah
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Indonesia
E-mail: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk megetahui peran ganda perempuan pada masa pandemi
dan faktor penyebabnya, tuilsan ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik
study literartur, temuan dari pembahasan ini adalah pada dasarnya perempuan
memiliki peran utama sebagai seorang yang bekerja di ranah domestic, tetapi
dikarenakan oleh pandemi Covid-19 menyebabkan perempuan harus memiliki fungsi
pendidikan dan ekonomi yang artinya adanya tambahan peran ganda dari perempuan
di masa pandemi yang awalnya hanya menjadi ibu rumah tangga dan bekerja. Adapun
faktor yang menyebabkan peran ganda dari perempuan dibagi menjadi 2 yaitu: faktor
internal dan eksternal, dimana faktor internal meliputi motivasi dan kematangan
kepribadian. Kemudian faktor eksternal meliputi ekonomi, kebudayaan dan
lingkungan.
Kata
Kunci: Perempuan, Peran ganda, Covid-19.
Abstract
The
purpose of this paper is to determine the dual role of women during a pandemi
and its causative faktors, this study uses qualitative methods with literary
study techniques, the findings of this discussion are that basically women have
a major role as someone who works in the domestic sphere, but because of the pandemi.
Covid-19 causes women to have educational and economic functions, which means
that there is an additional dual role for women during the pandemi, who
initially only became housewives and worked. The faktors that cause the dual
role of women are divided into 2, namely: internal and external faktors, where
internal faktors include motivation and personality maturity. Then the external
faktors include economy, culture and environment.
Keywords: Women, multiple roles, Covid-19.
Pendahuluan
Semua sepakat bahwa
pandemi Covid-19 membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan, menyebabkan
semua sistem dalam kehidupan seperti ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya
mengalami pergeseran yang sangat signifikan. Hal ini menimbulkan sebuah
kekhawatiran seperti yang diungkapkan oleh Wenjie Yang et. al. (Citra &
Arthani, 2020). �dalam penelitiannya
menyebutkan �The recent outbreak of the novel coronavirus (COVID-19) has led
to a major concern of the potential for not only an epidemic but a pandemi.�
(Wabah virus korona baru (COVID-19) baru-baru ini telah menyebabkan
kekhawatiran besar tentang potensi tidak hanya epidemi tetapi juga pandemi).
Selain dari potensi dan dampak dari Covid -19 ini, wabah ini juga tidak pernah
diprediksi sebelumnya. Dilansir dari BBC.
Coronavirus: The world in lockdown in maps and charts (Sulaeman &
Salsabila, 2020) bahwa Jumlah orang yang terpapar COVID-19 di
dunia semakin hari semakin bertambah. Lebih dari 100 negara di seluruh dunia
memberlakukan kebijakan lockdown penuh atau sebagian sejak akhir Maret
2020, diantaranya China, India, Indonesia, dan Amerika Serikat.
Wabah Covid-19 tentunya
tidak bisa dipisahkan dari masalah kesetaraan gender. Hal ini disebabkan bahwa
dampak yang ditimbulkan selalu berbeda antara perempuan dan laki-laki di tengah
sistem budaya patriarkis. Patriarki sendiri merupakan sebuah sistem struktur
sosial yang mengutamakan laki-laki sebagai sosok sentral dalam sebuah
organisasi sosial termasuk keluarga. Ini tercermin dari pendapatnya Blessler
(Sulaeman & Salsabila, 2020) bahwa bagaimana laki-laki memiliki otoritas
terhadap istrinya, anak-anak, serta harta benda. Laki-laki dianggap lebih kuat
dan superior, sementara perempuan selalu dituntut menjadi makhluk yang
tersubordinasi. Seperti yang diungkapkan Mathur & Awasthi (2018) dalam penelitiannya
Gender-Based Discrimination Faced By Females At Workplace: A Perceptual Study Of
Working Females mengidentifikasi adanya berbagai faktor mendasar terkait
dengan isu diskriminatif terhadap pekerja perempuan yang didukung oleh
stereotip gender dalam promosi dan alokasi kerja dimana perempuan dipandang
sebagai pekerja yang lemah yang tidak dapat berkontribusi secara efektif,
sehingga kebanyakan perempuan hanya ditempatkan pada pekerjaan klerikal (tidak
terlibat dalam proses decision making).
Tidak bisa dipungkiri
bahwa perempuan dan laki-laki diciptakan berbeda sari segi biologis akan tetapi
tidak pada peran dan fungsi. Perempuan dan laki-laki memilihki peluang yang
sama dalam masyarakat akan tetapi ada beberapa faktor yang menyebabkan
perkembangan peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan. Seperti yang
diungkapkan Zuhdi (2018) didalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan komunitas
kemasyarakatan, perbedaan pekerjaan yang dimiliki oleh keduanya merupakan suatu
keniscayaan, peran serta antara pria dan wanita dalam mengatur rumah tangga
juga berbeda. Dinamika perkembangan peran gender didalam masyarakat dilatar
belakangi oleh beberapa faktor antara lain: lingkungan social masyarakat, struktur
social bahkan hingga cerita dan mitos-mitos di masa lalu untuk menjelaskan
perbedaan gender tersebut.
Perempuan diciptakan
dengan keindahan dan kecantikan seperti yang diungkapkan oleh Jalil &
Tanjung (2020) Secara umum sifat perempuan yaitu keindahan, kelembutan serta
rendah hati dan memelihara. Demikianlah gambaran perempuan yang sering
terdengar di sekitar kita. Perbedaan secara anatomis dan fisiologis menyebabkan
pula perbedaan pada tingkah lakunya, dan timbul juga perbedaan dalam hal
kemampuan, selektif terhadap kegiatan-kegiatan intensional yang bertujuan dan
terarah dengan kodrat perempuan. Begitu juga Ahdiah, 2011 (Darmawan, 2020)
mengungkapkan bahwa Sudah menjadi hukum alam ketika seorang perempuan memiliki
sifat yang lemah lembut, anggun, penuh kasih sayang, cantik, dan emosional.
Perempuan dideskripsikan sebagai makhluk yang lemah baik secara fisik maupun
psikis oleh karena itu perempuan diberikan pembelaan dan perlakuan yang berbeda
dari laki-laki.
Dalam masa pandemi ini
tentunya perempuan yang berstatus sebagai ibu rumah tangga memiliki pekerjaan
yang lebih besar dari biasanya, disamping mengurus rumah tangga, seorang ibu
rumah tangga juga harus mendampingi anaknya yang sedang belajar melalui daring/
online, tidak jarang juga seorang ibu
rumah tangga membantu seorang suami dalam mencari nafkan untuk perekonomiannya.
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana peran ganda seorang perempuan (ibu rumah
tangga) dalam masa pandemi? dan apa faktor penyebabnya?
Metode
Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan study literature yang membahas mengenai peranan
ganda perempuan dalam hal ini ibu rumah tangga pada masa pandemi Covid-19 dan faktor
penyebab seorang perempuan memiliki peran ganda dalam masa pandemi. Teknik
pengumpulan data yakni dari jurnal dan artikel elektronik yang relevan dengan
pembahasan dalam penelitian ini. Data yang didapat, diolah dan disajikan secara
deskriptif analitis untuk mendapatkan gambaran mengenai peranan ibu rumah
tangga dan faktor penyebabnya.
Hasil
dan Pembahasan
Menurut Soekanto, 2015
(Rostiyati, 2018) peran menunjuk sebagai fungsi, penyesuaian, dan proses.
Artinya perempuan mampu menunjukkan perannya sesuai dengan fungsinya sebagai
istri dan ibu dalam rumah tangga dan berusaha menyesuaikan diri pada lingkungan
sosial dan ekonomi rumah tangga. Peran dimaknai sebagai proses dalam
melaksanakan fungsi dan penyesuaian diri terhadap lingkungan domestik maupun
publik
Menurut Horoepoetri
(Mustadjar, 2013. Kamila, 2020), Beberapa dimensi peran sebagai berikut:
1. Peran
sebagai suatu kebijakan, yaitu peran dalam suatu kebijaksanaan yang tepat dan
baik untuk dilaksanakan.
2. Peran
sebagai strategi yaitu peran untuk mendapatkan dukungan masyarakat (public
support) dalam akses terhadap pengambilan keputusan dan kepedulian pada
tingkatan pengambilan keputusan yang didokumentasikan dengan baik, sehingga
keputusan tersebut akan memiliki kredibilitas.
3. Peran
sebagai alat komunikasi, yakni peran yang digunakan sebagai instrument atau
alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses pengambilan
keputusan.
4. Peran
sebagai terapi yakni dilakukan sebagai upaya mengobati masalah-masalah
psikologis masyarakat seperti perasaan ketidakberdayaan (sense of
powerlessness) tidak percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen
penting dalam masyarakat.
5. Peran
perempuan dalam hal ini ibu pada masa pandemi Covid-19 sangat besar, dimana ibu
harus menyediakan waktu lebih banyak dan harus mampu membagi dengan tugas yang
lain.
Jika diuraikan maka dalam
pandemi Covid-19 ini peran ganda perempuan dalam hal ini ibu meliputi berpusat
pada fungsi pendidikan dan ekonomi. Fungsi pendidikan disini adalah Pola
pengasuhan anak yang lebih dekat dengan ibu menyebabkan ibu memiliki tugas
tambahan selama anak belajar di rumah. Budaya patriarki yang terjadi selama ini
meletakkan tanggung jawab domestik kepada seorang istri yang sekaligus menjadi
seorang ibu. Ketika anak belajar di rumah maka tugas pendampingan dilakukan
oleh ibu. Ibu sebagai orangtua yang lebih sering melakukan interaksi dengan
anak dan melakukan pengasuhan, tentunya saat ini memiliki tugas tambahan
sebagai pendamping belajar untuk program Homeschooling
anak selama melakukan SFH (Studi from home).
Akan tetapi hal ini
menimbulkan suatu masalah dimana dengan fungsi pendidikan ini ada banyak hal
yang ditinggalkan karena harus membagi waktu, menurut sebuah survei dari Trades Union Congress (Sulaeman & Salsabila, 2020), para ibu yang bekerja
di Inggris kehilangan tempat-tempat pengasuhan anak selama pandemi, sehingga
mereka terpaksa bekerja sekaligus mengasuh anak sampai ujung batas kemampuan
mereka. Sebanyak 3 dari 10 dari mereka mengatakan harus bekerja dari pagi
(sebelum 8 pagi) atau malam suntuk (setelah 8 malam) untuk menyeimbangkan
pekerjaan dan pengasuhan anak. Akibatnya, sejumlah ahli memperingatkan bahwa
pandemi dapat membuat situasi kaum perempuan mundur hingga seperti beberapa
dekade ke belakang dan meningkatkan kesenjangan upah antar gender. Survei
menemukan bahwa satu dari enam wanita mengatakan bahwa mereka khawatir
melakukan pekerjaan sekaligus mengasuh anak akan mempengaruhi penilaian kinerja
dari manajer mereka. Sementara itu, satu dari enam perempuan khawatir hal itu
mempengaruhi peluang mereka untuk mendapatkan promosi pekerjaan di masa depan.
Jika ibu juga saat ini
adalah seorang karyawan yang harus tetap bekerja di rumah dan melakukan WFH (work from home), maka ibu dituntut untuk
menjadi seorang multitasker. Menjadi pendamping belajar anak sekaligus
mengerjakan pekerjaan kantornya. Bagi kebanyakan orang, hal ini merupakan
perubahan yang dapat menjadi stressor baru. Menemani seorang anak dalam
pembelajaran daring, mengurus rumah, suami dan lain-lain terkadang membuat
seorang perempuan (ibu) menjadi sedikit stress. Selain itu, tuntutan ekonomi
terkadang membuat seorang perempuan harus turun untuk membantu suami.
Tentunya pada masa
pandemi covid-19 ini banyak tantangan yang harus dihadapi oleh perempuan baik
wanita karir maupun ibu rumah tangga. Akan tetapi semua tantangan tersebut bisa
dilewati dengan baik. Ketika ada kesulitan dalam memanajemen keluarga tentu ada
pengaruhnya terhadap pekerjaan, begitu juga sebaliknya. Inilah hal tersulit
yang harus dimanajemen oleh wanita karir. Begitu juga dengan ibu rumah tangga
ketika perekonomian mengalami penurunan maka harus bisa membagi antara
mendampingi seorang anak dengan membantu mencari nafkah seorang suami. Sehingga
pada masa ini, perempuan mempunyai multi peran yaitu disamping menjadi wanita
pekerja di luar rumah, menjadi ibu rumah tangga, perempuan juga harus mampu
menjadi guru pendamping bagi anak-anaknya dalam belajar daring. Sehingga dalam
waktu yang bersamaan seorang perempuan harus mampu mengerjakannya secara
bersamaan.
Selanjutnya adalah faktor
terjadinya peran ganda adalah sebagai berikut:
1. Faktor
internal
Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam diri seseorang meliputi motivasi dan Kematangan
kepribadian
a. Motivasi
Artinya bahwa seorang perempuan memiliki peran ganda
sebagai seorang ibu sekaligus pekerja bukan semata-mata karena kebutuhan
ekonomi melainkan karena adanya motivasi seperti yang diungkapkan oleh Novari,
dkk (Zuhdi, 2018) menyebutkan, perempuan bekerja tentu bukan semata-mata karena
alasan faktor ekonomi keluarga yang sedemikian sulit, tetapi juga beberapa
motivasi lain, seperti suami tidak bekerja/pendapatan kurang, ingin mencari
uang sendiri, mengisi waktu luang, mencari pengalaman, ingin berperan serta
dalam ekonomi keluarga, dan adanya keinginan mengaktualisasikan diri.
Karena motivasi inilah yang membuat para perempuan
menjadi lebih semangat dalam bekerja sehingga memiliki peran ganda antara
keluarga (domestic) dan public. Oleh karenanya peran ganda sebenarnya bukanlah
suatu masalah apabila kita memandang dari nilai saling melengkapi seperti yang
diungkapkan oleh Wibowo (2011) Perbincangan seputar wacana keperempuanan yang
kebanyakan berkutat pada asumsi pemilahan secara dikotomis wilayah domestik dan
publik ternyata banyak menyimpan kerancuan. Ini terjadi tidak hanya pada
persepsi tradisional tentang pembagian kerja seksual, tetapi juga pada persepsi
peran ganda perempuan. Itu semua terjadi karena wilayah domestik dan publik
dipandang sebagai dua sisi yang terpisah secara diametral. Padahal, jika ia
dipandang sebagai dua titik yang terhubungkan pada garis kontinum, tentu
dikotomi seperti itu tidak akan muncul. Antara domestik dan publik adalah
ibarat antara rumah dan dunia. Rumah adalah juga bagian dari dunia. Laki-laki
dan perempuan tidak mungkin menemukan makna kehadirannya di dunia sebelum ia
menemukan makna kehadirannya di rumah. Rumah dan dunia bukanlah dua nama dari
dua jenis ruang.
b.
Kematangan
Kepribadian
Jamuati (2001) Kepribadian adalah sistem psikofisik
yang dinamis yang menentukan kekhasan individu dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan. Ada pun aspek-aspeknya terdiri atas: aspek intelektual, dorongan,
emosi dan relasi sosial. Kematangan pribadi seseorang dapat dilihat dari
sejauhmana kematangan pada aspek-aspek kepribadian yang dimilikinya, yaitu:
1) Kematangan
Intelektual
Kemampuan seseorang untuk berpikir secara rasional dan
bertingkah secara efektif dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan merupakan
indikasi kematangan intelektual. Seorang perempuan yang memiliki kematangan
intelektual mampu menalar dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara
rasional. Selain itu juga memiliki keterampilan-keterampilan yang dapat
digunakannya untuk menyiasati kesulitan yang dihadapi dalam menyesuaikan diri
entah di lingkungan keluarga, di lingkungan kerja ataupun di lingkungan
masyarakat secara umum. Kematangan ini dapat ditingkatkan melalui upaya untuk
terus menerus mencari dan mengembangkan pengetahuan, serta keterampilan.
2) Kematangan
pada aspek Dorongan
Dorongan adalah semacam energi dalam diri yang
menuntut pemuasan segera. Perempuan yang matang pada aspek ini akan mampu
menangguhkan pemenuhan kebutuhan yang menuntut pemuasan segera. Dalam memenuhi
apa yang diinginkannya ia mempertimbangkan nilai-nilai yang dianutnya dan
melihat realitas yang dihadapi. Perilakunya sabar dan tidak impulsif.
3) Kematangan
Emosi
Tolok ukur dari kematangan emosi ini dapat dilihat
dari sejauhmana seseorang mampu menyadari emosinya, mengendalikan reaksi-reaksi
emosinya, tetap mampu memotivasi diri dalam kondisi emosi yang menyenangkan
maupun tidak menyenangkan, mampu memahami orang lain dan dapat menyesuaikan
dirinya dengan orang lain. Perempuan yang matang secara emosi memiliki
sensitifitas perasaan untuk dapat menghayati berbagai jenis perasaan sedih,
senang, terharu, susah yang ada dalam dirinya. Perasaan tersebut mampu ia olah
dan ia kendalikan sehingga perilaku yang ditampilkannya tidak emosional. Pada
kejadian dimana ia dalam keadaan sedih karena anaknya sedang sakit atau merasa
tertekan diperlakukan tidak setara dengan laki-laki oleh pihak atasan, ia masih
tetap dapat mempertahankan motivasi kerjanya sehingga tidak sampai menurunkan
kinerjanya. Kematangan emosi perempuan tercermin pula pada pemahamannya akan
perasaan orang lain. Ia paham ketersinggungan perasaan yang menyangkut harga
diri seorang laki-laki manakala dengan kedudukannya yang lebih tinggi perempuan
menampilkan sikap yang dipersepsi laki-laki arogan. Perempuan tersebut meskipun
merasa bahwa perlakuan laki-laki terhadap dirinya kurang pada tempatnya, ia
tetap menunjukkan perilaku arif bijaksana, dengan harapan laki-laki tersebut
menyadari sikapnya, mau bermitra sejajar ataupun bersaing secara sehat tanpa
merasa dilecehkan oleh perempuan.
4) Kematangan
Sosial
Seseorang yang matang secara sosial dalam berperilaku
lebih berorientasi pada orang lain. Perempuan yang matang secara sosial tidak
menampilkan sikap egosentris yaitu sikap mengedapankan kepentingan diri. Ia
akan mencari upaya untuk mensejahterakan orang lain, termasuk laki-laki dengan
tetap memperhatikan terpenuhinya hak-hak dia sebagai pribadi perempuan.
2. Faktor
Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor
yang berasal dari luar seseorang. Faktor ini meliputi ekonomi, kebudayaan dan
lingkungan. Seperti yang diungkapkan Zuhdi (2018) didalam kehidupan sosial
kemasyarakatan dan komunitas kemasyarakatan, perbedaan pekerjaan yang dimiliki
oleh keduanya merupakan suatu keniscayaan, peran serta antara pria dan wanita
dalam mengatur rumah tangga juga berbeda. Dinamika perkembangan peran gender
didalam masyarakat dilatar belakangi oleh beberapa faktor antara lain:
lingkungan social masyarakat, struktur social bahkan hingga cerita dan
mitos-mitos di masa lalu untuk menjelaskan perbedaan gender tersebut. Peran
ganda perempuan tidak akan pernah lepas dari lingkungan dan kebudayaan karena dalam
kebudayaan dan masyarakatlah strereotipe-stereotipe itu dimunculkan.
a.
Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat
besar pengaruhnya terhadap peran ganda seorang perempuan, hal ini disebabkan
selain karena kebutuhan juga anggapan bahwa perempuan itu memiliki kekuatan/ power sebagaimana yang diungkapkan oleh (Kusumawati, 2013) bahwa di dalam
keluarga, para perempuan memiliki power atau kekuatan untuk ikut aktif dalam
setiap keputusan yang akan dibuat meskipun pekerjaan sebagai pemetik teh belum
dapat mengubah kondisi ekonomi keluarga menjadi lebih baik karena upah yang
didapatkan dari hasil bekerja, tidak dapat membantu memenuhi berbagai macam
kebutuhan keluarga.
b.
Kebudayaan
Pergeseran nilai dan kebudayaan membuka peluang bagi
seorang perempuan untuk ikut serta dan berpartisipasi dalam ranah public,
walaupun secara kodrati perempuan seharusnya di ranah domestic, akan tetapi
nilai-nilai kebudayaan yang sudah mulai sedikit bergeser ini memungkinkan
seorang perempuan untuk berperan ganda sebagaimana yang diungkapkan oleh (Zuhdi, 2019) bahwa Adanya
pergeseran tersebut adalah dampak dari adanya partisipasi perempuan dalam peran
ekonomis, sehingga menjadi masyarakat industry yang berbasis pada money
oriented, partisipasi tersebut berakibat pada kondisi keluarga maupun hubungan
social masyarakat, apabila mereka dapat mensikapi dan mengatasi permasalahan
yang muncul dengan baik maka efek dari partisipasi kerja tersebut menjadi baik,
begitu pun sebaliknya apabila mereka tidak dapat mensikapi dengan bijak maka
akan rusak hubungan keluarga dan social masyarakat.
c.
Lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap peran ganda perempuan
dapat terlihat dari banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi oleh perempuan baik
di ranah domestik maupun profesional. Hal ini dapat mempengaruhi keseimbangan
antara peran keluarga dan karier yang dijalankan oleh perempuan, dan dapat memperburuk
kondisi kesetaraan gender. Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
peran ganda perempuan antara lain budaya patriarki, kurangnya dukungan sistem
kebijakan dan sosial yang memadai, serta norma-norma gender yang menempatkan
perempuan pada posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
Sebagaimana diungkapkan oleh (Braimok, 2017) bahwa perempuan
petani di Kenya menghadapi kesulitan dalam memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mengembangkan bisnis pertanian mereka. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah kurangnya akses perempuan terhadap teknologi dan pelatihan
serta peran tradisional perempuan sebagai pengurus rumah tangga yang membatasi
waktu dan energi mereka untuk terlibat dalam bisnis pertanian. Selain itu, (Prabawanti & Rusli, 2022) mengungkapkan bahwa
dukungan keluarga dan lingkungan dapat mempengaruhi keberhasilan perempuan
dalam berwirausaha di Indonesia. Artikel ini menunjukkan bahwa dukungan sosial
dan modal manusia yang dimiliki oleh perempuan memiliki dampak positif pada
kesuksesan wirausaha perempuan.
Kesimpulan
Berdasarkan paparan di
atas maka dapat disimpulkan bahwa peran ganda seorang perempuan pada masa pandemi
Covid-19 menjadi bertambah yang dulunya hanya pada sector domestic dan
pekerjaan bertambah menjadi fungsi pendidikan dan ekonomi yang membuat stress
para ibu rumah tangga dalam membagi waktu antara mendampingi anak dan pekerjaan
sehingga menjadi sebuah dilemma yang harus diprioritaskan.�
Kemudian adapun faktor
yang menyebabkan peran ganda dari perempuan dibagi menjadi 2 yaitu: faktor
internal dan eksternal, dimana faktor internal meliputi motivasi dan kematangan
kepribadian.. Kemudian faktor eksternal meliputi ekonomi, kebudayaan dan
lingkungan mencakup ketersediaan teknologi serta dukungan keluarga.
BIBLIOGRAFI
Braimok,
T. (2017). Exploring the Opportunities and Challenges of ICTs for Women
Farmers in Kenya (pp. 1�2).
Kusumawati, Y. (2013). Peran Ganda Perempuan Pemetik Teh. KOMUNITAS:
International Journal of Indonesian Society and Culture, 4(2),
157�167. https://doi.org/10.15294/komunitas.v4i2.2411
Prabawanti, B. E., & Rusli, M. S. (2022). The Role of
Social Support for Women Entrepreneurs in Reducing Conflict to Increase
Business Performance. Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship,
8(2), 263�273. https://doi.org/10.17358/ijbe.8.2.263
Zuhdi, S. (2019). Membincang Peran Ganda Perempuan Dalam
Masyarakat Industri. Jurnal Jurisprudence, 8(2), 81�86.
https://doi.org/10.23917/jurisprudence.v8i2.7327
Citra, Made Emy Andayani & Arthani, Ni Luh Gede Yogi.
2020.� Peranan Ibu Sebagai Pendamping
Belajar Via Daring Bagi Anak Pada Masa Pandemi Covid-19. Prosiding Webinar
Nasional Peranan Perempuan/Ibu dalam Pemberdayaan Remaja di Masa Pandemi
COVID-19, Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Darmawan, Oktavia Ayu. 2020. Peran Ganda Buruh Perempuan Pada
Keluarga Dan Pekerjaan (Studi Kasus Di Pabrik Pt. Sampoerna Tbk). Fakultas Ilmu
Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya.
Handayani, Ricka. 2020. Multi Peran Wanita Karir Pada Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Kajian Gender dan Anak. 4 (1): 1-10
Jamuati, Kadwi. 2018. Kematangan Kepribadian Sebagai
Prasyarat Bagi Perempuan Dalam Menjalani Peran Publik Atau Domestik. Mimbar No.
3: 328-337
Kamila, Aisyatin. 2020. Peran Perempuan Sebagai Garda
Terdepan Dalam Keluarga Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Ditengah
Pandemi Covid 19.� Jurnal Konseling
Pendidikan Islam. 1 (2): 75-83
Rostiyati, Ani.� 2020.
Peran Ganda Perempuan Nelayan Di Desa Muara Gading Mas Lampung Timur.
Patanjala. 10 (2): 187-202
Sulaeman, Kirana Mahdiah & Salsabila, Fenny Rizka. 2020.
Dampak COVID-19 Terhadap Kaum Perempuan: Perspektif Feminisme. Faculty of
Social and Political Sciences, Universitas Padjadjaran
Wibowo, Dwi Edi. 2011. Peran Ganda Perempuan Dan Kesetaraan
Gender. MUW�Z�H. Vol. 3 (1): 357-364
Copyright holder: Muh.
Khaerul Watoni A., Wilodati, Elly Malihah (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |