Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
10, Oktober 2022
ANALISIS PEMIKIRAN KRITIS JURGEN HABERMAS
Surur Rifai, Moh. Syafik
R, Muhammad Barnaba Ridho Ilahi, Ahmad Hanafi
Alwi, Mustofa Bissri, Babun Najib
UIN Sunan Ampel
Surabaya
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Pemikiran terhadap pemahaman teks-teks agama memiliki corak yang berbeda-beda tergantung dengan tokoh pencetusnya. Jurgen habermas dengan teori kritisnya memberikan warna pada paradigma kajian-keajian keilmuan, hermeneutik maupun sosial masyarakat. Bagaimana asal muasal pemikiran kritis Jurgen Habermas. Bagaiaman paradigma teori kritis Jurgen Habermas dalam mewarnai kajian-kajian keilmuan. Penelitian ini menggunakan metode library research, dengan pendekatan kualaitatif. teori kritis Jurgen Habermas dipengaruhi oleh generasi pertama Mazhab Frankfurt. Melalui teori kritisnya Jurgen Habermas memcahkan berbagai persoalan-persoalan yang oleh pendahulunya mengalami kebuntuhan. Jurgen Habermas snagat antusias pada persoaaln sosial kemasyarakatan. Dengan demikian, melalui teori kritisnya Jurgen Habermas mencoba menyeleaikan permasalahn-permasalahn para pendahulunya yang belum final. �
Kata kunci: Analisis, Kritis, Jurgen Habermas.
Abstract
The idea of
understanding religious texts has different patterns depending on the
originator. Jurgen Habermas with his critical theory gives color to the
paradigm of scientific, hermeneutic and social studies. How did Jurgen
Habermas's critical thinking originate? How is the paradigm of Jurgen
Habermas's critical theory in coloring scientific studies. This research uses
library research method, with a qualitative approach. J�rgen Habermas's
critical theory was influenced by the first generation of the Frankfurt School.
Through his critical theory, J�rgen Habermas solved various problems that his
predecessor had a stalemate. J�rgen Habermas is very enthusiastic about social
affairs. Thus, through his critical theory Jurgen Habermas tried to solve the
problems of his predecessors that were not final.
Keywords: Analysis, Critical, J�rgen Habermas.
Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan zaman, baik kitab suci al-Qur�an, hadis, maupun kitab-kitab suci lainnya memiliki
metode pemahaman yang berbeda-beda melihat bagaimana pemahaman tokoh yang bersangkutan. Selain pada pemahaman terhadap kitab suci, para tokoh pemikir mencoba
mencetuskan pemahaman atau teori baru
sebagai upaya pemecahan masalah, khususnya yang berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial. Sebut saja
Jurgen Habermas, seorang tokoh
aliran filsafat terkemuka yang memiliki pengaruh besar pada dunia kefilsafatan dan keilmuan sosial, terkenal dengan teori kritisnya
(Irfaan, 2009).
Teori kritis Habermas merupakan jawaban dari kebuntuhan
teori kritis para tokoh pendahulunya. Teori kritis berkembang
bermula dari Mzhab Frankfurt. Kritik merupakan kunci dalam memahami teori kritis. Kritik
juga manjadi program dasar bagi Mazhab Frankfurt untuk merumuskan suatau teori yang bersifat emansipatoris atas kebudayaan dan masyarakat modern. Kritik yang dilakukan diarahkan diberbagai bidang kehidupan pada msyarakat modern seperti seni, ilmu
pengetahuan, ekonomi, politik dan kebudayaan yang secara umum bagi
mereka telah rancu karena terselubungi
oleh idelogi yang memberikan
keuntungan pada pihak tertentu dan sekaligus mengasingkan manusia individual dari masyarakatnya (Budi, 2009).�
Pemikiran kritis Jurgen Habermas dijadikan sebagai modal awal dalam menyelesaikan persoalan modernitas, hermeneutik, dan dialektika. Kemudian, bagaimana sejarah awal mula
pemikiran Jurgen Habermas, seperti
apa pemikiran tokoh yang mempengaruhi pemikiran kritisnya. Teori kritis seperti
apa yang digunakan Jurgen habermas dalam menyelesaiakan modernitas, hermeneutik, dan dialektika.� Dengan demikian, penelitian ini akan membahasan
corak pemikiran kritis Jurgen Habermas dalam berbagai paradigma pemikirannya sebagai solusi pemecah masalah-masalah. Mulai dari sejarah pemikirannya,
tokoh yang mempengaruhi dan
aplikasi teori kritisnya pada masyarakat modren, hermeneutik, serta teori dialektika.
Oleh karena itu, penelitian ini berusaha mengupas tuntas teori kritis
Jurgen Habermas. Pembahasan lebih
lanjut akan penulis paparkan dalam pembahasan selanjutnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode library research, dengan pendekatan kualaitatif. teori kritis Jurgen Habermas dipengaruhi oleh generasi pertama Mazhab Frankfurt. Melalui teori kritisnya
Jurgen Habermas memcahkan berbagai
persoalan-persoalan yang oleh pendahulunya
mengalami kebuntuhan.
Jurgen Habermas snagat antusias
pada persoaaln sosial kemasyarakatan. Dengan demikian, melalui teori kritisnya Jurgen Habermas mencoba menyeleaikan permasalahn-permasalahn para pendahulunya
yang belum final.
Hasil dan Pembahasan
Habermas
dan Mahzab Frankfurt, serta
Hubungan dengan Para Generasi Pertama Mazhab
Membahasa pemikrian Jurgen Habermas bukanlah
perkara yang mudah, pemikirannya tidak dapat dibaca melalau
teks. Pemikiran-pemikiran tidak diutarakan, melainkan ketika membahas pemikiran orang lain. Maka cukup sulit
membaca metode pemahaman yang disampaikan Habermas,
bahasanya yang sulit dimengerti dan syarat akan pendekatan teoritis. Habermas dilahirkan di Dussedorf pada tanggal 18 Juni 1929, kota kecil didekat Dusseldorf yaitu Gummersbach disanalah ia dibesarkan.
Ayahnya menjabat sebagai kepala jawatan perdagangan dan industri, adapun kakeknya adalah seorang pendeta dan direktur seminari lokal. Pendidikan formal perguruan
tinggi ditempuh di
Universitas Gottingen pada tahun 1949. Berbagai keilmuan ia pelajari, kesusastraan
Jerman, sejarah, filsafat (diantaranya kepada Nichola Hartman), dan mengikuti
dibidang psikologi serta ekonomi. Gelar doktornya didapatkan ketika meneruskan studi filsafatnya di Universitas Bonn (Nanuru, 2020).
Thomas
McCarty memuji Habermas sebagai
tokoh intelektual terkemuka dalam iklim akademis di Jerman dewasa ini.
belum ditemukan ranah ilmu-ilmu humaniora atau ilmu-ilmu sosial yang tidak merasakan pengaruhnya. Ia disebut sebagai maha guru karena keluasan dan kedalaman ilmunya. Sumbangsi pemikiran dalam filsafat, psikologi, ilmu politik, sosiologi,
sejarah dan teori sosial sangat istimewa karena kesatuan presfektif yang mempengaruhinya. Kesatuan pijakan pemikiran Habermas berasal dari visi kemanusiaan
yang berakar dari tradisi pemikiran Jerman mulai dari
Immanuel Kant hingga Karl Marx (Fatih, 2020).
Mazhab Frankfurt identik dengan pemikiran kritis terhadap Karl Marx dan penerusnya.
Mak, mazhab ini terkenal dengan aliran teori kritis.
Pemikiran yang ditawarkan
oleh mahzab ini merupakan pemikiran yang sangat kritis terhadap pemikrian Karl Marx dan pendahulunya.
Namun, kritikan mahzab tersebut kepada Karl Marx tidak sepenuhnya menjadi alasan terlepasnya keterkaitan anatara Mahzab Frankfurt dengan sejarah pemikiran Marxis. Adanya teori Marxisme atau Neo-Marxisme Barat, merupakan bentuk usaha untuk merefresh
kembali pemikiran Karl Marx
yang ditahan menjadi alat idelogis dibawah
pimpinan partai Komunis Uni Soviet (Budi, 2009).
Horkheimer
dan Ardono sangan antusias pada perkembangan sosial kemanusiaan, berbagai usaha dilakukan sebagai bentuk kritikan terhadap kesenjangan sosial yang ada pada sistem kapitalis. Setelah melewati masa krisis akibat Perang
Dunia II, pada tahun 1951 Horkheimer diangkat menjadi rektor Iniversitas Frankfurt, sementara Ardono disamping mengajar di universitas
tersebut juga menjabat sebagai direktur Institut menggantikan Horkheimer.
Pada era kepemimpinan Ardono
ini yaitu pada tahun 1951-1969 mereka dikenal sebagai Mazhab Frankfurt.� Poin penting keterkaitan
antara Mazhab Frankfurt dengan Institut Fur Sozialforschung adalah pada perkembangan teori kritis. Kritik merupakan kunci dalam memahami teori kritis. Kritik
juga manjadi program dasar bagi Mazhab Frankfurt untuk merumuskan suatau teori yang bersifat emansipatoris atas kebudayaan dan masyarakat modern.
Menilik lebih dalam pada karya Horkheimer dan Ardono itu, mereka berusaha
menujukkan bagaimana peradaban Barat yang telah dirintis mulai dari mas Yunani purba itu terjebak dalam
proses pembusukan dan keruntuhannya
dengan munculnya cara berpikir saintis
yang menguasai masyarakat
Barat sehingga menghasilkan
Perang Dunia II, fasisme, Stalinisme, dan cara hidup konsumeristis dalam masyarakat kapitalis Amerika Serikat tempat yang mereka sempat mengungsi di sana. Fenomena yang ada seperti itu menurut
Horkheimer dan Ardono adalah
akibat dilatarbelakangi
oleh penerapan cara berpikir positivistik melalui teknologi dan ilmu pengetahuan pada masyarakat, agar masyarakat dapat dikontrol seperti alam. Agar yang mereka maksud menjadi
sebuah kesadaran manusia, Horkheimer dan Ardono berupaya menelusuri cara berpikir positivistik
hingga ke akar-akarnya, kemudian mereka menemukan bahwa dasar akarnya
adalah �pencerahan budi� yang sesungguhnya cita-cita modernitas itu sendiri.�
Sebagai profesor filsuf dan kritis terhadap pengembangan teori, Jurgen
Habermas tidak mentah-mentah
menerima cara berpikir para pendahulu teori kritis itu.
Habermas banyak membaca karya Horkheir dan Ardono, diantaranya yang berjudul Traditionalle und Kritische Theorie dan Dialektik der Aufklarung. Karya yang terakhir ini ia sangat tertarik
untuk mengkajinya lebih detail, ketertarikannya tersebut pada pokok masalah yang dibahas didalamnya yaitu, rasionalitas dan pencerahan.
Habermas dan pendahulunya yakni
Adorno, memiliki kesamaan masalah rasionalitas dan pencerahan secara pesimistis yang sama. Buku yang kedua tersebut yang menjadi penghubung terhadap keprihatinan Habermas dan beberapa
pendahulunya dalam merangkai teori kritisnya. Melalui buku Dialektik der Aufklarung ini juga yang membuat Habermas membaca pemikiran Marx tidak hanya secara sistematis
tapi juga historis.
Pemikiran modern tersebut oleh para pendahululunya
ditentang dan ditolak, akan tetapi justru
berbanding terbalik dengan Habermas, bukannya mengikuti pendahulunya malah melihat sisi-sisi
positif dari pemikiran modern itu. Elemen-elemen modernitas seperti teknologi, ilmu-ilmu empiris dan positivisme sendiri adalah cara pandang
berpikir yang menjadi faktor penting bagi salah satu dimensi praksis manusia, yakni kerja. Cara berpikir positivistis dan teknologis diterima oleh Habermas dalam
dunia kerja, namun secara tegas ia
menolak jika pemikiran tersebut dialihkan ke interaksi
sosial. Cara berpikir seperti ini lebih
menekankan manusia sebagai objek dalam
interaksi sosial, sehingga hubungan manusia tidak ditempatkan
pada kerangka hubungan intersubjektif.� Alhasil, hubungan seperti ini akan
memberikan tempat yang luas terhadap terjadinya
dehumanisasi.
Menurut hemat penulis, Teori kritis yang lahir pada pengembangan pemikirian Mazhab Frankfur dihasilkan dari para pendahulu pemikir teori kritis
Institut Fur Sozialforschung
yaitu Max Horkheimer dan Theodor Wiesengrund
Adorno. Melalui keduanya teori kritis identik
dengan Mazhab Frankfurt
yang menyusuri dimensi sosial kemasyarakatan manusia. Teori sosial kemasyarakatan masyarakat modern yaitu �pencerahan diri� yang dinyatakan terbuka oleh
Horkheimer dan Ardono menolak
teori positivistik, yang dianggap sebagai teori tradisional yang tidak sejalan dengan
masyrakat modern.
Kemudian hal ini menarik
Jurgen Habermas untuk terjun
menyusuri sisi positiv dari pengembangan
teori positivistik masyarakat moderen, khususnya dunia kerja sebagaimana yang telah penulis singgung di atas. Horkheimer dan Ardono adalah para pendahulu atau generasi pertama
Mazhab Frankfurt, khususnya
dalam kajian teori kritis. Habermas turus serta memberikan
andil pada pengembangan teori kritis nantinya,
sebagai upaya pengembangan proyek dialektika kritis generasi pertama Mahzab, dan juga nantinya
Habermas menjadi generasi terakhir proyek teori kritis aliran
Mazhab ini.
Habermas
dengan teori kritisnya terhadap karya Horkheimer dan Ardono tentang Dialektik der Aufklarung yang mana menolak teori positisve pada masyarakat modern justru baik menurut Habermas dalam dunia kerja masyarakat modern. Dengan demikian, fakta sejarah ini cukup
menjelaskan keterkaitan hubungan antara Habermas dengan Mazhab Frankfurt dan bagaiman hubungan Habermas dengan generasi pertama Mazhab Frankfurt. Sebagai jawaban adalah bahwa Habermas penerus pengembang teori kritis Mazhab
Frankfurt, terkhusus generasi
pertama Mazhab ini. Tidak hanya
itu, kaitan antara generasi Mazhab Frankfurt dengan Habermas adalah yang nantinya menjadi pijakan pengembangan dialektik kritis Jurgen Habermas. Dengan demikian, kelanjutan hubungan antara Habermas dengan generasi pertama Mzahab Frankfurt adalah bahwa Habermas lebih berorientasi pada kajian bahasa sebagai
pendekatan kritis. Sehingga membuatnya mampu berkomunikasi dengan budaya social (Hidayat, 2018).
Tokoh-tokoh yang mempengaruhi Jurgen
Habermas
Habermas
mengajar di Universitas Frankfurt hingga
akhir masa pensiunnya sebagai profesor filsafat pada tahun 1994 M.
Namanya sangat besar saat itu sebagai seorang
profesor filsafat, tidak sedikit karya-karya
diterbitkan mulai dari Moralbewusstseinund kommunikatives Handeln (Kesadaran Moral dan Tindakan Komunikatif,
1983), Der philosophische Diskurs
der Modern (Diskursus Filosofis
tentang Modernitas, 1985),
Observation on the Spiritual Situation of the Age: Contemporary German
Perspective (1985, sebagai editor), Nach metaphysischen Denken (Pemikiran Postmetafisis, 1988), The Structural Transformation of the
Public Sphere (1989), The New Conseratism (1989).
Pemikirannya sangat
luas dalam menganalisa berbagai persoalan kehidupan, menjadikan Habermas sangat antusias
dalam menyelesaikan persoalan-persoalan modern ini dengan merelevansikan pada tokoh pemikir sejarah
seperti Plato, Aristoteles, Kant, Hegel, Husserl,
Heidegger, dan filsuf-filsuf dewasa
lainnya. Tidak hanya stag pada pemikiran filsafat, Habermas juga menggunakan
pemikiran-pemikiran tokoh lainnya seperti Freud, Piaget,
dan Kohlberg dalam perkembangan
psikologi. Adapaun tokoh Peter Berger ia gunakan dalam membantu
memberikan sumbangsi pemikiran-pemikiran sosiologi.
Habermas berusaha memberikan
gambaran teoritis yang luas pada disiplin wilayah dari politik dan sosiologi ke filsafat,
psikologi dan linguistik. Ini menjadikan tulisan-tulisan
Habermas selalu memberikan pemahaman yang luar biasa dalam dunia keilmuan dan mewah akan gaagasan-gagasan yang asli (Nanuru, 2020).
Habermas
banyak membaca karya Horkheir dan Ardono, diantaranya yang berjudul Traditionalle und Kritische Theorie dan Dialektik der Aufklarung. Karya yang terakhir ini ia sangat tertarik
untuk mengkajinya lebih detail, ketertarikannya tersebut pada pokon masalah yang dibahas didalamnya yaitu, rasionalitas dan pencerahan.
Habermas dan pendahulunya yakni
Adorno, memiliki kesamaan masalah rasionalitas dan pencerahan secara pesimistis yang sama. Buku yang kedua tersebut yang menjadi penghubung terhadap keprihatinan Habermas dan beberapa
pendahulunya dalam merangkai teori kritisnya. Melalui buku Dialektik der Aufklarung ini juga yang membuat Habermas membaca pemikiran Marx tidak hanya secara sistematis
tapi juga historis. Sebagai seorang Neomarxis, Habermas tentu tidak lepas dari
hasil pemikiran-pemikiran
Marx. Walaupun turu dalam memberikan sumbangsi pemikiran, Marx juga tidak terhindarkan dari ketajaman pemikirnnya.
Disisi lain ia juga mengambil pendapat dari mahdzab
Frankfurt sekaligus mengkritiknya.
Hal yang menarik dari
Habermas adalah gagasan
yang ia ambil meskipun ditentang oleh pendahulunya seperti persoalan positivisme dalam ilmu-ilmu sosial dan aplikasinya sebagai teknologi sosial. Pemikiran modern tersebut oleh para pendahululunya
ditentang dan ditolak, akan tetapi justru
berbanding terbalik dengan Habermas, bukannya mengikuti pendahulunya malah melihat sisi-sisi
positif dari pemikiran modern itu. Elemen-elemen modernitas seperti teknologi, ilmu-ilmu empiris dan positivisme sendiri adalah cara pandang
berpikir yang menjadi faktor penting bagi salah satu dimensi praksis manusia, yakni kerja. Cara berpikir positivistis dan teknologis diterima oleh Habermas dalam
dunia kerja, namun secara tegas ia
menolak jika pemikiran tersebut dialihkan ke interaksi
sosial. Cara berpikir seperti ini lebih
menekankan manusia sebagai objek dalam
interaksi sosial, sehingga hubungan manusia tidak ditempatkan
pada kerangka hubungan intersubjektif.� Alhasil, hubungan seperti ini akan
memberikan tempat yang luas terhadap terjadinya
dehumanisasi.
Melalui bukunya Theory and Practice, Habermas menjelaskan
macam-macam perkembangan historis yang menjadi pematah teori Marx. Pertama, perkembangan yang meliputi hubungan negara dan ekonomi, negara-negara modern saat
ini tidak antara negara dan ekonomi tidak berpisah seperti zaman Marx dulu, ekonomi bukan lagi
sebagai satu-satunya dalam melihat perkembangan
manusia. Kedua, perkembangan meliputi naiknya standar hidup dari masyarakat
maju. Ketiga, perkembangan kepentingan kelompok-kelompok yang beragam.
Oleh sebab itu, perubahan perkembangan manusia tidak lagi
menjadi beban kaum proletar dengan
jalan revolusi. Perubahan yang diusulkan Habermas
adalah dengan jalan komunikatif oleh semua pihak, dengan
kembali menghidupkan keahlian dasar interaksi sosial manusia agar tercapai perubahan. Melalaui paradigma komunikatif ini, perjuangan kelas yang ada dalam teori Marx diubah dengan pembahasan
rasional dengan tujuan tercipatanya manusia yang demokratis dan emansipatoris tanpa tekanan dari pihak
manapun (Nanuru, 2020).
Habermas
menganalisa bahwa kesalahan dasar yang dilakukan Marx yang diikuti teori kritis klasik
adalah pada pemahaman praksis yang hanya membatasi pada kerja. Keduanya mencampakkan elemen lain dari tindakan alami manusia, yaitu interaksi atau komunikasi. Teori kritis klasik dalam
memahami rasionalitas adalah sebagai penaklukan, kekuasaan atau rasio yang berpusat pada subjek. Akibatnya teori ini jatuh pada sifat pesimistis yang pada akhirnya menemui jalan buntu. Macetnya
teori ini menjadi dorongan bagi Habermas untuk menggunakan sebuah paradigma komunikasi dalam mengatasi kemacetan itu.
Filsafat analitis, kepedulian Habermas
pada linguistik manusia bisa dijumpai pada karya-karya awalnya, setidaknya mengarahkan pemikirian tradisi analitis ini. Habermas dengan teori kritisnya
mendapat wawasan baru yaitu, analisis
linguistik dari Wittgenstein
hasil dari tradisi Anglo Amerika. Berkat pengaruh pemikiran Wittenstein Habermas mendapatkan wawasan tentang teori �bahasa�.� Analisa bahasa
Habermas dapat dipahami melalui teori kritisnya
bahwa komunikasi menjadi salah satu dimensi prkasis manusia. Menurutnya, pada saat itu ketika
melakukan diskusi tentang Hegel� Philosophy of Mind dan juga Knowledge Anda
Human Interest, karakteristik bahasa
adalah sebagai medium
universal yang kehidupan sosial
manusia terbentang didalamnya. Kehidupan sosio-kultural dipandang sebagai pagar penting
bagi sistem-sistem interaksi yang dimediasi secara simbolis.
Selain teori linguistik di atas, Habermas juga mendapat sumbangan teori lingustik dari Noam Chomsky. Noam
menekankan penggunaaan hukum bahasa sebagai
pengatur sistem bahasa sehingga dapat berlaku secara
menyeluruh. Usaha yang dilakukan
Noam telah memberikan pembebasan pada studi bahasa dari kepedulian
pada makna kata-kata sehingga
memberikan kebebasan terhadap isi bahasa
dan penggunaannya. Pada awalanya
Habermas menerima gagasan
Noam ini, namun ia kemudian membelot
ke penyelidikan yang dilakukan Searle yang lebih memperhitungkan teori tindak bahasa (speech acts).
Searle
berpedoman bahwa tindak bahasa yang pertanyaan, perintah, pernyataan, janji dan lainnya, memiliki hukum-hukum yang langsung dapat diperiksa. Antara tindak bahasa dan maksud subjektif dibedakan oleh Searle, maksud subjektif tidak sepenuhnya pernah terungkap dalam tindak bahasa. Oleh sebab itu, pembicara
tidak jarang menggunakan isyarat untuk menutupi kekurangan itu. Isyarat tersebut dapat diketahui, namun fokus utama
bukan pada arti yang ada didalamnya, melainkan pada kondisi yang meletakkan komunikasi itu menurut makna tertentu.
Dalam hal ini, Searle membedakan antara �isi pernyataan�
dari �daya pernyataan�. Habermas kemudian melakukan analisa dengan melakukan perluasan pembicaraan Searle ini menggunakan konteks budaya yang lebih luas dengan
memberikan pandangan bahwa tindah bahasa
memuat pesan, tidak hanya sebatas
pada struktur formal bahasa
itu, melainkan juga pada pola budaya yang mengorganisir pemikiran dan interaksi.�
Berangkat dari hasil penelitian
ini, memberikan gambaran bahwa Habermas telah banyak dipengaruhi
oleh beberapa tokoh dengan dimensi teori yang berbeda-beda. Tidak mustahil gelar profesor yang diasandangnya, tidak lain adalah berkat kecerdasan
kritis� yang dimilikinya.
Karya-karyanya yang banyak mengindikasikan kekritisannya dalam paradigma ilmu pengetahuan. Perkembangan teori kritisinya dimulai dari hasil analisanya
terhadap beberapa penawar teori, berangkat dari sini kemudian lahir
teori kritisnya sebagai kritikan terhadap teori para pendahulunya tersebut yang menurutunya belum selesai. Antusias kritikannya itu adalah bentuk kepeduliannya
terhadap masyarakat sosial modern melalaui teori kritis komunikatif
manusia dari jajakan tawaran ekonomi kapitalis yang berkepentingan. Dengan demikian dapat dipilah, bahwa tokoh-tokoh yang mempengaruhi
Habermas sebagaimana hasil dari analisa penulis
melalui penjelasan sebelumnya seperti Max
Horkheimer, Theodor Wiesengrund Adorno, Noam Chomsky,
Searle, Karl Marx, Wittgenstein, dan tokoh lainnya yang digunakan dalam mendalami pemikiran seperti Freud, Piaget,
dan Kohlberg dalam perkembangan
psikologi. Serta Peter Berger dalam
pemikiran sosiologi.
Jurgen Habermas dan Teori Hermeneutik
Sejarah
benih-benih hermenutika dimulai dari penemuan
oleh Peri Hermeneias dari hasil karya seorang
filsuf yakni,
Aristoteles.� Temuan
dalam buku itu menjelasan bahwa kata-kata yang terucap melalui ucapan kita adalah simbol
dari pengalaman mental manusia, dan kata-kata tertulis adalah simbol dari
kata-kata yang diucapkan manusia.
Penjelasan ini menjadi dasar pijakan
dimulainya pembahasan hermeneutik di masa klasik. Penetapan hermeneutik sebagai alat memahama
tidak terlepas dari perkembangan pemikiran tentang bahasa dalam tradisi
Yunani, bahasa dan hermeneutika
adalah dua aspek yang tidak dapat terpisahkan
yang mana bahasa penting bagi hermeneutika sebagi lahan. Begitu
sebaliknya hermeneutik penting bagi bahasa
sebagai jalan untuk memahami bahasa.
Hubungan ini menjadikan hermeneutika sebagai suatu metode untuk
mengeluarkan arti atau makna suatu teks.
Atas dasar metode dalam memahamai teksi ini yang menjadi tugas awal
hermeneutik sebagai seni memahami (Susanto, 2016). Hermeneutik sedikit
demi sedikit memulai jalan perkembangan, model dinamika kajian yang ditawarkan dalam memahami teks memudahkan
kajian ini diterima dikalangan agamawan. Memasuki abad ke-20, kajian hermeneutika mengalami perkembangan yang signifikan. FDE
Schleirmacher, seorang filsuf yang digelari Bapak Hermeneutika Modern melakukan perluasan cakupan tidak hanya dalam
kajian sastra dan kitab suci,
melainkan hermeneutik juga mempunyai makna yang besar dalam keilmuan
dan dapat diadopsi oleh semua kalangan. Sampai pada ahkhir abad ke-20 ini berbagai disiplin ilmu sadar akan
pentingnya hermeneutik dlam kajian keilmuan.
Abad ini hermeneutika memberikan tawaran sebagai filsafat, kritik, dan sebgaia teori. Lebih jauh
lagi, hermeneutik berkembang menjadi berbagaii macam pemikiran, seperti yang dirinci oleh Richard E. Palmer bahwa
hermenutika adalah sebagai teori penafsiran
kitab suci, metodologi folologi umum, ilmu tentang pemahaman
semua bahasa, landasan metodologis dan fenomonologi eksistensi, serta sebagai sistem
penafsiran.�
Berawal dari pemahaman diatas, tulisan ini membahasa terkait metode hermeneutik yang ditawarkan oleh Habermas sebagai suatu kajian pemahaman
teks. Habermas� masuk sebagai tokoh kritis
aliran Mazhab Frankfurt berkat kritis ideologinya
terhadap para pendahulu generasi pertama aliran Mzhab ini,
perkembangan tepori kritisnya berawal dari sini. menurut
para pendahulunya seperti
Horkheimer dan Ardono, teori
kritis digsambarkan sebagai kritik idiologi sosial kemsyarakatan guna membuka fakta terselubung
ideologis dan irasionalisme
yang melenyapkan kebebasan
dan kejernihan pemikiran masyarakat modern. Jurgen Habermas menggambarkan
teori kritis sbegaai suatu metodologi
yang berdiri di dalam ketegangan dialektis antara filsafat dan ilmu pengetahuan (sosiologi). Teori kritis tidak cukup
hanya pada fakta-fakta objektif, yan pada umumnya dianut oleh aliran positivistic (Fatih, 2020).�
Habermas
sejauh penulis teliti belum ditemukan
pembahasannya secara tersendiri mengenai hermenutik secara definitif, baik sebagai alat untuk
memahami sains atau bahkan saebagai
tafsir kitab suci. Habermas lebih
tertarik untuk membahasa hermenutik dalam artian pemahaman,
sebagaimana diketahui bersama bahwa pemahaman
menempati posisi tertinggi dalam diskursus keilmuan syarah. Pemahaman disini menunjukkan kekritisan dalam mencoba memahami sesuatu, teori kritisnya ini lagi-lagi
dipengaruhi oleh aliran Mazhab Frankfurt dengan teori kritis generasi
pertama mazhab ini. Atas dasar ini, penulis menganalisa
bahwa teori hermeneutik yang coba dilahirkan oleh Jurgen Habermas adalah
teori hermeneutik kritis. Hermeneutik kritis ini mencoba
untuk mengulik dengan dalam aspek-aspek
sosial kemasyarakatan masyarakat modern dan tercakup didalamnya (Apollo & CIFM, 2022).
Hermenutika kritisnya lahir melalui lingkungan akademik tempatnya mengajar dan aliran Mazhab Frankfurt yang menjadi komunitas ilmiahnya. Oleh sebab itu kritis
Habermas� tidak lepas dari peran para pendahulunya, bahkan digadang-gadang sebagai penerus dinamika teori kritis aliran
Mzahab Frankfurt yang disinyalir
mengalami kemacetan. Selain itu sesuai
dengan fakta sejarah, bahwa Habermas dibesarkan dalam situasi keilmuan yang setia pada paradigma marxisme yang telah sedikit penulis singgung pada pembahasan awal dan akan ada
penjelasan lagi selanjutnya. Melihat fakta ini, dapat
dibuktikan bahwa dasar pemikiran ilmu pengetahuannya banyak dipengaruhi oleh pemikiran marxisme yang menampakkan sifat kebebasan. Kebebasan dalam artian ini
dapat dilihat melalui kritiknya terhadap segala bentuk keterasingan, penyelewangan, dan perlakuan sosial masyarakat yang tidak manusiawi. Ini menjadi dasar
bahwa tawaran hermenutik yang dilahirkan Jurgen
Habermas adalah tawaran teori hermenutika kritis.
Habermas
cukup istimewa dengan tawaran teori hermeneutik kritisnya, disini ia tidak lepas
dari konsep memahami dan menjelaskan yang telah disampaikan oleh Dilthey sejak awal.
Dua dasar tersebut menurutnya penting dan sangat bermakna. Eklarung adalah titik fokus
yang dapat memberikan penjelasan pada isu-isu yang terkait dnegan ilmu pngetahuan alam, adapun verstehen terfokus pada isu-isu erat hubungannya dengan Geisteswissenschften (ilmu-ilmu sosial kemanusiaan). Tujuan hermenutik dan metode kajian kritis adalah
memahami pihak lain lahir dari aksi
komunikatif. Sedangkan kajian analisa empirik adalah bertujuan mengontrol
proses-proses terjadi pengetahuan
obyektif lahir dari aksi instrumental.
Teori hermeneutik Habermas menempatkan sesuatu yang ada diluar teks sebagai
problem hermenutiknya. Sesuatu
tersebut adalah dimensi ideologis penafsir dan teks, sehingga Habermas mengandaikan bahwa teks bukan
sebagai medium pemahaman, melainkan sebagai medium dominasi dan kekuasaan yang mana didalam teks tersimpan
kepentingan pengguna teks. Oleh sebab itu, teks harus
diposisikan sebagai ranah yang pelu dicurigai, teks tidaklan media yang netral melainkan media dominasi. Karena itu, harus selalu
dicurigai maksudnya. Melihat kacamata Habermas, pemahaman mengalami pendahulun atau maksud karena adanya
kepentingan. Sehingga penentuan horizon pemahaman adalah kepentingan sosial yang melibatkan kepentingan kekuasaan.��
�� Teori hermeneutika Habermas bisa dikatakan sebagai trobosan baru untuk
menjembatani ketegangan antara obyektifitas dengan subyektifitas, idiealitas dengan ralitas, dan antara yang teoritis dengan yang praktis. Ini menjadi
salah satu prestasi
Habermas dalam kajian hermeneutika, yang mulanya berkutik pada idelaisme, ditarik oleh Habermas secara paksa turun untuk
memahamai lapangan realisme-empiris. Dengan demikian, ciri khas dimensi teori
ktisi Habermas adalah kritik pada dinamika masyarakat, teori kritik berpikir secara historis dan berpijak pada masyarakat yang historis, teori kritik juga berorientasi pada dimensi kritik internal, dan teori kritik tidak
memisahkan teori dan praktik (Hidayat, 2018).
Melihat konteks penjelasan hermenutik Habermas terasa melalui gagasan-gagasan kritis yang bersifat empiris. Kontruksi Hermenutika Habermas terbentuk ke dalam sebuah
metode yakni, �metode memahami�, antara pemahaman dan penjelasan Habermas memberikan perbedaan. Seseorang tidak lantas dapat
memahamis semua tentang suatu fakta,
sebab juga terdapat fakta lain yang tidak dapat diinterpretasikan. Maka, selalau ada
makna lain yang tidak dapat dijangkau oleh interpretasi, yaitu didalam hal-hal yang bersifat tidak teranalisiskan, tidak dapat dijabarkan, atau bahkan diluar
pemikiran. Konsep seperti itu akan
terus mengalir didalam kehidupan manusia. Pemahaman yang dibicarakan oleh Habermas adalah
�pemahaman monologis atas makna�, yaitu
pemahaman yang tidak melibatkan hubunganhubungan faktual tetapi mencakup bahas-bahasa �murni� seperti bahasa simbol. Dari pemahaman tersebut dapat diketahui bahwa pemahaman monologika adalah pemahaman atas simbol-simbol yang disebut oleh
Habermas sebagai �bahasa murni�. Jadi, proyek hermeneutik Habermas adalah proyek hermeneutika sosio-kritis yang dapat dimulai dari sisi
epistimologis pemahaman manusia maupun sisi metodologis dan pendekatan komunikatif baik dalam teks,
tradisi, maupun institusi masyarakat (Atabik, 2013). Melalui pembahasan
penelitian ini, penulis menggabarkan bahwa hermenutik dalam dimensi Habermas adalah hermenutika kritis sosial-komunikatif.
Jurgen Habermas dan Modernisme
Habermas
dengan senjata teori kritisnya ingin menyelamatkan warisan modernitas dan mengkritik mereka yang ingin menelanjangi ideal-ideal
modern pencerahan. Komunikasi
dijadikan sebagai pendekatan dalam memahami dinamika hubungan isntersubyektif masyarakat modern, perhatiannya terhadap komunikatif diaplikasin dalam transparansi bahasa. Teori modernitas Habermas diaplikasikan pada sistem sosial masyarakat melalui komunikatif bahasa. Hal-hal yang dianggap buruk oleh para generasi pertama teori kritis adalah
positivisme pada masyarakat
modern, yang dianggap sebagai
teori tradisional yang tidak relevan. Habermas menampik hal itu
dengan mencari sisi positiv positivisme
yang ditemukan dalam masyarakat modern khsusunya kerja. Lebih dari
itu, Habermas ingin mendalami dna meneruskan
proyek modernitas yang macet sejak dimulainya
pada masa pencerahan (Afifi, 2019).�
Disisi lain
Habermas mencoba mengamati diskursus folosofis modernitas dengan menilik para pemikir besar seperti Nietzsche,
Heidegger, Lyotard, Bataille, Foucault, Rorty, Deridda, dan lain sebagianya yang mana dalam kacamata Habermas tidak menjukkan kepatuhan terhadap tradisi modernitas.�
Modernitas Habermas
tidak bisa dipisahkan dari hermenutik kritisnya. Habermas bisa dikatakan tergabung kedalam gerakan-gerakan pemikir yang masih memandang penting dunia dan bahkan metafisika serta seluruh� tata nilai kebenaran, namun mnyadari revalitasnya akibat perbedaan karakter linguistik dan latar belakang historis dari masyarakat.
Meskipun tidak secara terang-terangan mengatakan dirinya sebagai posmodernis, Habermas meletakkan dialog dan konsensus sebagai konsep untuk mempertahankan modernitas. Ia memandang adanya harapan dalam mewujudkan
cita-cita pencerahan yang otentik dalam masyarakat
modern dengan memalingkan dampak-dampak negatif modernitas melalui rasio komunikatof dan revisi atas konsep
rasionalitas. Konsep rasio komuniaktif dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki
wajah modernitas di era postmodern
(Al-Fayyadl, 2005).�
Sejauh perkembangan modernitas, muncul istilah-istilah yang disebut Habermas sebagai posmedernisme seperti antimodernisme, konservatif muda, dan anarkisme. Berbagai usaha dilakukan oleh Habermas memepertahankan
modernitas dan secara bersamaan melanjutkannya dengan melakukan pergeseran pada filsafat kesadaran yang mengakar dalam paradigma rasio yang berpusat pada subjek menuju ke
pemahaman timbal-balik berupa rasio intersubjektif
atau rasio komunikatif. Melalui rasio intersubjektif, Habermas berpandangan bahwa karakter totaliter dalam modernitas dan dalam kemajuan teknologi yang canggih dapat dihindari. Kemajuan dalam bidang sains, perkembangan
teknologi, dan pertumbuhan ekonomi, sekarang tealah dilekukan oleh masyarakat dewasa ini sebagai tujuan
itu sendiri, bukan sebagai sarana
penting untuk memberikan peningkatan pada kesejahteraan masayarakat (Afifi, 2019).
Modernitas Habermas
cenderung untuk mendiagnosis terhadap kesadaran masa kini ataupun untuk pembaharuan.
Konsep lain dari Habermas dalam dialektika modernitas adalah membangun konsep dialektika rasionalitas tentang kehidupan manusia. Maka dari
itu, proyek modernitas Habermas adalah untuk meletakkan pencapaian dalam segala aspek rasionalitas
melalui agenda-agenda modernitas
dengan kesadaran yang terbuka, baik dalam
sains, moralitas ataupun hukum, yang mana kemudian keterbukaan dan kesadaran dapat ditemukan dan dikritik (Munawar-Rachman, 2022). ��
Jurgen
Habermas memandang modernitas
dalam konteks sosial, disaat manusia tidak lagi
mempunyai harapan dan panutan. Penjelasan evolusi sosial Habermas diawali melalui pengajuan tesis bahwa evolusi sosial
berlangsung melalui proses belajar masyarakat. Kemudian proses belajar tersebut berlangsung dalam dua dimensi, yakni dimensi kognitif-teknis
(derivasi dari kerja) dan dimensi moral-komunikatif (derivasi dari interaksi atau komunikasi). Hipotesis yang ditawarkan
Habermas memberikan gambaran
bahwa yang menjadi faktor utama pendorong
berlangsungnya evolusi sosial terletak pada proses-belajar atau rasionalisasi,
dalam hal ini Habermas menghubungkan antara rasionalisasi masyarakat dengan proses belajar �Societal rationalization is a learning process� (Wisarja & Sudarsana,
2017).
Kondisi masyarakat seperti ini hanya meyakini
pada akal dan budi atau rasionalitas, karena dianggap dapat membawa pencerahan.
Panadangan modernitas
Habermas ini memiliki kesamaan dengan Hannah Arendt dalam pengambilan substansi rasionalitas masyarakat modern. Rasionalita syang lahir melalui
modernitas adalah rasioanalitas instrumental, akan tetapi Habermas tidak menyetujui pengembangan yang berlebihan pada rasioanalitas, karena dapat megakibatkan
erosi pada berbagai tradisi. Hal ini dijaga karena tradisi
memiliki peran dalam memelihara proses pencapaian pemahaman dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Habermas
berpadangan bahwa modernitas dapat menyepurnakan kemacetan proyek pencerahan, yang mana proyek pencerahan itu dapat dicapai
dengan merekonsiliasikan bagian-bagian modernitas yang rusak dan memelihara penagalam-pengalaman intersubyektif
yang tidak mengalami distorsi, dapat juga dikatakan bahwa tawaran modernitas Jurgen
Habermas adalah modernitas pencerahan (Pitaloka, 2010). Ia juga berpadangan
bahwa seluruh permasalahan sosial timbul diakibatkan oleh sebab yang sederhana, yaitu distorsi komunikasi, atau gangguan pada proses komunikasi, sehingga menciptakan prasangka dan kesalapahaman. Maka, solusi yang tepat dalam mengatasi
probles sosial adalah dengan menciptakan
proses komunikasi yang bebas
distorsi (Junaedi, 2020). Lagi-lagi tawaran
pemikiran yang coba digaungkan oleh Habermas sebagai wujud penyelesaian proyek modernitas adalah pencerahan melalui konsep komunikasi yang bebas dari penyimpangan.
Jurgen Habermas dan Proyek Dialektika
Dialektika Habermas
berawal dari Horkheimer dan
Ardono melalui karya mereka Traditionalle
und Kritische Theorie dan Dialektik der Aufklarung. Adapaun karya yang terakhir yakni dialektika, menjadi proyek besar Habermas dalam menuntaskan kebuntuhan penggagas awal teori. Sebagaimana
pada penjelasan-penjelasan yang telah
penulis paparkan pada penelitian sebelumnya, proyek dialektika yang menjadi keresahan bersama antara Habermas dan pendahulunya adalah pada proyek pencerahan manusia. Dialektika yang coba dibangun oleh Habermas adalah teori kritis
dalam pencerahan akal budi manusia
dan memberikan kesadaran kepada masyarakat sosial terhadap penyelewengan yang tidak manusiawi.
Berfikir kritis adalah berfikir
secara dialektika, berpikir secara totalitas, berpikir dalam perspektif empiris-historis, dan berpikir dala kesatuan antara
teori dan praxis. Pemikiran
dialektis adalah bentuk logika yang tidak menekankan pada sisi formal, tetapi lebih menekankan pada sisi isi atau
subtansi, alhasil pemikiran dialketis ini menuju pda
pendekatan yang kaya akan makna. Seperti pernyataan bahwa �lurus� tidaklah lawan kata dari �tidak lurus�, melainkan
berlawanan dengan �bengkok�, �melengkung�, zig-zag�,
dan masih banyak makna lainnya (Anas, 2018).
Pemikiran Hegel inilah yang menjadi kekaguman Mazhab Frankfur dengan prestasinya yang mampu mengetengahkan �rekonsiliasi� antara kesadaran dan realitas, akan tetapi rekonsiliasi itu hanya pada pemahaman, sementara dalam realitanya belum terlaksana. Horkheimer mengkritisi bahwa pencapaian kesempurnaan akal budi hanya
pada pemahaman saja, kenyataan yang ada adalah tidak bahagiaan,
penindasan, dan pembelengguan.
Hal inilah yang menyebabkan
Mzahab Frankfurt beralih teori kritis Karl Marx.�
Berangkat dari penjelasan penelitian diatas, mengindikasikan bahwa Mazhab Frankfurt adalah gerakan neo marxis, ia merupakan kelanjutan
dari filsafat marxis. Teori kritis
juga tidak dapat dilepaskan dari teori konflik yang diintrodusir oleh Marx. Habermas yang juga pembaharu teori kritis ikut terpengaruh
oleh dinamika dialektika
Hegel. Dialektika dalam kacamata Habermas adalah sesuatu yang dianggap benar apabila dilihat
dari totalitas hubungannya. Hubungan tersebut dinamakan negasi, yang artinya hanya melalui negasilah
yang bisa menemukan keutuhan dan keseluruhan. Negasi di tangan Habermas ditransformasikan menjadi filsafat kritis (Hidayat, 2018).
Berangkat dari filsafat Marx, Mazhab Frankfurt adalah kelanjutan dari filsafat yang ditawarkan oleh
Marx. Ciri filsfatan Marx adalah
filsafat yang mereduksi aspek kehidupan manusia. Konsep filsafat ini memandang
mansuia yang notabennya adalah makhluk yang multi struktur dan latar belakang, hanya dipandang sebagai makhluk yang materil. Terbukti dalam pandangan Marx yang mengubah filsafat praktis menjadi filsafat kerja, dimana produksi
material dijadikan sebagai paradigma dasar bagi analisisnya tterhadap tindakan manusia. Namun, generasi pertama mazhab ini ternyata
tidak mampu untuk mengatasi reduksionisme Marx, yang kemudian
menjadi alasan kuat keresahan Jurgen Habermas untuk mengatasi itu. Kombinasi Dialektis Habermas antara pemahaman dan penjelasan dilakukan sebagai usaha mengawinkan anatara� suyketifitas
dengan obyektifitas, anatara yang otentik dengan akulturatif, antara yang saintis dengan filosofis. Maka dari sudut
saintis, Habermas ingin melakukan pembumian makna supaya dapat
diresap oleh otak manusia. Sedangkan dalam sudut filosofis,
Habermas memiliki usaha untuk melakukan dialogasi makna antara bahasa murni
dan bahasa tak murni. Konsep rekontruksi
kritis sosial Habermas diwujudkan dengan konsep teori komunikatif
(Atabik, 2013). ���
�
Kesimpulan
Habermas
dilahirkan di Dussedorf
pada tanggal 18 Juni 1929, kota kecil didekat
Dusseldorf yaitu Gummersbach.
Hubungan antara Jurgen
Habermas dengan generasi pertama Mazhab Frankfurt adalah bahwa Habermas sebagai penerus pengembang teori kritis Mazhab Frankfurt, terkhusus generasi pertama Mazhab ini. Hubungan antara
Habermas dengan generasi pertama Mazhab Frankfurt adalah bahwa Habermas lebih berorientasi pada kajian bahasa sebagai
pendekatan kritis. Adapun tokoh yang mempegaruhi pemikiran Jurgen Habermas seperti
Max Horkheimer, Theodor Wiesengrund Adorno, Noam
Chomsky, Searle, Karl Marx, Wittgenstein, dan tokoh lainnya yang digunakan dalam mendalami pemikiran seperti Freud, Piaget,
dan Kohlberg dalam perkembangan
psikologi. Serta Peter Berger dalam
pemikiran sosiologi.
Habermas
berpadangan bahwa modernitas dapat menyepurnakan kemacetan proyek pencerahan, modernitas Jurgen Habermas adalah
modernitas pencerahan. Proyek hermeneutik Habermas adalah proyek hermeneutika
kritis yang menempatkan sesuatu diluar teks sebagai problem hermeneutik. Melalui pembahasan penelitian ini, penulis menggabarkan
bahwa hermenutik dalam dimensi Habermas adalah hermenutika kritis komunikatif. Dengan demikian, analisia terhadap pemikiran kritis Jurgen Habermas adalah bahwa ia
menempatkan teori kritisnya ke dalam
berbagai wacana keilmuan seperti proyek modernitas hermenetuik, dan proyek dialektika, sebagai alat untuk menjawab
persosalan-persoalan tersebut.
BIBLIOGRAFI
Afifi, Irfan. (2019). Jurgen Habermas; Senjakala Modernitas.
IRCiSoD.
Al-Fayyadl, Muhammad. (2005). Derrida.
LKIS Pelangi Aksara.
Anas,
Mohammad. (2018). Rekonstruksi Epistemologi Ilmu Pengetahuan.
Universitas Brawijaya Press.
Apollo, M. Si, & CIFM, CIABV. (2022). Filsafat
Auditing. Nas Media Pustaka.
Atabik,
Ahmad. (2013). Memahami Konsep Hermeneutika Kritis Habermas. Fikrah, 1(2).
Budi,
F. Hardiman. (2009). Kritik Ideologi Menyingkap Pertautan Pengetahuan dan
Kepentingan Bersama Jurgen Habermas. Kanisius: Yogyakarta.
Fatih,
Moh Khoirul. (2020). Terorisme dalam perspektif jurgen habermas. Al Furqan:
Jurnal Ilmu Al Quran Dan Tafsir, 3(1), 31�47.
Hidayat,
Ainur Rahman. (2018). Sinergitas Filsafat Ilmu dengan Khazanah Kearifan
Lokal Madura. Duta Media Publishing.
Irfaan, Santosa. (2009). Jurgen habermas: problem
dialektika ilmu sosial. Komunika, 3(1), 101�113.
Junaedi,
Mahfudz. (2020). Agama dalam Masyarakat Modern: Pandangan J�rgen Habermas. Manarul
Qur�an: Jurnal Ilmiah Studi Islam, 20(1), 1�11.
Munawar-Rachman,
Budhy. (2022). Pemikiran Islam Nurcholish Madjid. Prodi S2 Studi
Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Nanuru,
Ricardo Freedom. (2020). Gereja Sosial Menurut Konsep Rasionalitas Komunikatif
J�rgen Habermas. Deepublish.
Pitaloka, Rieke Diah. (2010). Banalitas kekerasan:
telaah pemikiran Hannah Arendt tentang kekerasan negara. Penerbit
Koekoesan.
Susanto, Edi. (2016). Studi
Hermeneutika Kajian Pengantar. Kencana.
Wisarja,
I. Ketut, & Sudarsana, I. Ketut. (2017). Praksis Pendidikan Menurut
Habermas (Rekonstruksi Teori Evolusi Sosial Melalui Proses Belajar Masyarakat).
IJER (Indonesian Journal of Educational Research), 2(1), 18�26.
Copyright holder: Surur Rifai, Moh. Syafik R, Muhammad
Barnaba Ridho Ilahi, Ahmad Hanafi Alwi, Mustofa Bissri,
Babun Najib (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |