Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia �p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober
2022
MANFAAT PENERAPAN REKAM MEDIS ELEKTRONIK PADA PASIEN DEWASA
Andi Deviriyanti Agung, Yaslis Ilyas, Puput Oktamiati
Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit,� Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Kemajuan teknologi informasi (TI) terjadi
di berbagai bidang. Bentuk dari kemajuan teknologi informasi di bidang
kesehatan salah satunya adalah rekam medis elektronik (RME). Tujuan dari ulasan
ini adalah untuk mengetahui manfaat implementasi rekam medis elektronik (RME)
pada pasien dewasa dalam pengetahuan
pasien, pemberdayaan pasien, kepatuhan pasien, kepuasan pasien atas pelayanan,
dan kejadian merugikan. Metode penelitian ini adalah systematic literature review menggunakan diagram PRISMA sebagai seleksi
artikel. Pencarian artikel melalui database CENTRAL, MEDLINE, Embase,
dan ScienceDirect. Kriteria inklusi adalah �Dari hasil pencarian ditemukan 6,966 artikel
kemudian dilakukan seleksi dan didapatkan 10 artikel. Kriteria inklusi dalam artikel
ilmiah ini antara lain studi uji acak terkendali (randomized controlled trial)
yang membahas akses rekam medis elektronik pada pasien dewasa berusia lebih
dari 18 tahun. Artikel yang ditemukan membahas mengenai fungsi RME yang
berkaitan dengan luaran pengetahuan pasien; pemberdayaan pasien; kepatuhan pasien;
kepuasan pasien atas pelayanan; dan kejadian merugikan. Tinjauan ini menunjukkan adanya manfaat akses EMR pada
pengetahuan pasien, pemberdayaan pasien, dan kepatuhan pasien. Tidak ditemukan
manfaat pada kepuasan pasien. Tidak ditemukan adanya kejadian merugikan dari
penggunaan RME.
Kata kunci: Rekam, Medis, Elektronik, Manfaat, Penerapan.
Abstract
Advances
in information technology (IT) occur in various fields. One of the forms of
progress in information technology in the health sector is the
electronic medical record (RME). The purpose of this review is to determine the
benefits of implementing electronic medical records (RME) in adult patients in
terms of patient knowledge, patient empowerment, patient compliance, patient
satisfaction with services, and adverse events. This research method is a
systematic literature review using the PRISMA diagram as an article selection.
Article search through CENTRAL, MEDLINE, Embase, and ScienceDirect databases.
The inclusion criteria were From the search results found 6,966 articles then a
search was carried out and 10 articles were searched. The inclusion criteria in
this scientific article include a randomized controlled trial that discusses
access to electronic medical records in adult patients over 18 years of age.
The articles found discussed the function of the RME related to external
knowledge of the patient; patient empowerment; patient compliance; patient
satisfaction with services; and adverse events. This review shows the benefits
of EMR access on patient knowledge, patient empowerment, and patient adherence.
No benefit was found on patient satisfaction. No losses were found from the use
of RME.
Keywords: Record, Medical,
Electronic, Benefits, Application.
Pendahuluan
Layanan
kesehatan sangat bergantung pada pengumpulan, penyimpanan, distribusi, dan
analisis informasi terkait kesehatan pasien. Informasi kesehatan pasien
dikelola oleh sebuah catatan yang disebut rekam medis. Kemajuan
teknologi informasi (TI) terjadi di berbagai bidang. Bentuk dari kemajuan
teknologi informasi di bidang kesehatan salah satunya adalah rekam medis
elektronik (RME). RME didefinisikan sebagai "pengumpulan elektronik
dari data terkait kesehatan yang berkaitan untuk satu subjek perawatan, yaitu
pasien" (Winter et al, 2011).
Sebuah
RME dikelola oleh penyedia layanan kesehatan dan menyediakan layanan kesehatan
profesional dengan real-time yang berpusat pada pasien ke semua data
terkait kesehatan yang relevan untuk perawatan pasien kapan pun dan di mana pun
diperlukan (Ammenwerth et al, 2021). Data terkait kesehatan dalam RME terdiri
dari penilaian klinis, hasil laboratorium, temuan radiologi, keperawatan
dokumentasi, informasi alergi, informasi obat, dan surat pelepasan. Data ini
disebut 'data klinis', sebagaimana adanya berhubungan dengan perawatan klinis.
Selain itu, RME juga dapat berisi data umum terkait kesehatan, seperti data
tentang kebiasaan gaya hidup (misal makan, minum, aktivitas fisik) (Ammenwerth
et al, 2021).
Pengoperasian
rekam medis elektronik berperan dalam meningkatkan kualitas sistem kesehatan
global. Rekam medis dapat dikembangkan untuk mengatasi tantangan dalam layanan
kesehetahan seperti efisiensi, fleksibilitas, dan keamanan (Orbeta, 2008).
Dijelaskan
dalam Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, serta tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien
(Kementrian Kesehatan, 2008). Selain itu, rekam medis berperan sebagai landasan
hukum untuk semua tenaga medis di rumah sakit. Berkas rekam medis memiliki
tujuan administratif untuk menunjang tertib administrasi dan meningkatkan
pelayanan di rumah sakit. (Amran et al, 2021).
Berdasarkan
data dari World�s Health Organization terjadi pertumbuhan stabil dalam
penerapan RME� dalam lima belas tahun
terakhir dan 46% peningkatan global dalam lima tahun terakhir. RME dapat
dikembangkan untuk mengatasi hambatan mengenai interoperabilitas, efisiensi,
dan fleksibilitas dalam menjalani pelayanan. Manfaat RME lainnya antara lain
memudahkan akses klinis riwayat kesehatan pasien, mengurangi kesalahan dalam
pelayanan, memudahkan dokumetasi, memudahkan koordinasi perawatan, serta
meningkatkan mutu pelayanan dan pelaporan. Selain itu, secara ekonomi RME
memiliki manfaat antara lain seperti penghematan biaya, peningkatan
produktivitas, dan peningkatan pendapatan (World Health Organization, 2017).
Penerapan
RME bertujuan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan dan berdampak positif
pada perawatan pasien. Namun, penerapan RME ini memberikan perubahan besar bagi
tenaga kesehatan dan pasien serta institusi kesehatan di Indonesia (Erawantini
dan Wibowo, 2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 24 Tahun
2022 mewajibkan kepada seluruh fasilitas pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan rekam medis elektronik paling lambat tanggal 31 Desember 2023.
(Kementrian Kesehatan RI, 2022).
Penerapan
RME membuat suatu perubahan pada sistem kesehatan. Maka dari itu, diperlukan
pertimbangan yang matang. Berbagai faktor berpengaruh dalam kesuksesan
penerapan RME antara lain perencanaa, tim dan manjemen, serta biaya dan sarana
prasana. Saat ini, bukti mengenai efek penerapan RME sendiri atau dengan fungsi
tambahan untuk pasien dewasa tidak cukup banyak. Dengan demikian, layanan
kesehatan tidak tahu apakah bermanfaat untuk berinvestasi pada RME. Selain itu,
tidak diketahui apa manfaat yang dapat diharapkan oleh pasien mengenai
penerapain RME ini.� Tujuan dari ulasan
ini adalah untuk mengetahui manfaat penerapan rekam medis elektronik (RME) pada
pasien dewasa dalam pengetahuan
pasien, pemberdayaan pasien, kepatuhan pasien, kepuasan pasien atas pelayanan,
dan kejadian merugikan.
Metode Penelitian
Metode
penelitian ini adalah systematic literature review yaitu
metode penelitian yang dilakukan untuk mengevaluasi penelitian terkait pada
focus topik tertentu. Artikel yang didapatkan kemudian dilakukan identifikasi,
skrining, eligibilitas, dan sintesis. Pertama-tama ditentukan terlebih dahulu
strategi pencarian data, kemudian dilakukan pemilihan penelitian� melalui penilaian kualitas yang sesuai dengan
kriteria kelayakan (eligibilitas), dan sintesis data. Penelitian ini
menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari hasil studi-studi klinis di
seluruh dunia selama tahun 2000-2023.
Artikel-artikel tersebut didapatkan melalui database dari Cochrane Central Register of Controlled
Trials (CENTRAL), MEDLINE, Embase; dan ScienceDirect menggunakan kata kunci dalam bahasa inggris �implementation� AND �medical records� OR �health records� AND �adult patient�.
Kriteria inklusi dalam artikel ilmiah ini antara
lain studi uji acak terkendali (randomized
controlled trial) yang membahas
akses rekam medis elektronik pada pasien dewasa berusia lebih dari 18 tahun.
Artikel yang ditemukan membahas mengenai fungsi RME yang berkaitan dengan
luaran pengetahuan pasien; pemberdayaan pasien; kepatuhan pasien; kepuasan
pasien atas pelayanan; dan kejadian merugikan. Dari hasil pencarian ditemukan
10 artikel uji acak terkendali.
Seleksi artikel ilmiah kemudian dijelaskan dalam
diagram PRISMA (Preferred
Reporting Items for Systematic Reviews and Meta� Analysis) sesuai dengan kriteria inklusi.
�
Hasil dan Pembahasan
Didapatkan sejumlah 6,966 artikel ilmiah
dari empat database, kemudian dilakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi
dan didapatkan 10 artikel terpilih yang akan dilakukan tinjauan.
Gambar 1
Flow Diagram
PRISMA
Dari hasil telusur artikel, ditemukan 10
artikel uji acak terkendali dengan rentang waktu follow-up antara 3
bulan hingga 24 bulan. Berdasarkan dari luaran, empat artikel membahas mengenai
kepatuhan pasien, tiga artikel menilai pemberdayaan pasien, tiga artikel
mengenai kepuasan pasien dua mengenai kejadian merugikan, dan satu menilai
tentang pengetahuan pasien.
Tabel
1
Hasil
Telusur Artikel
Judul |
Penulis dan Tahun |
Metode |
Negara |
Penelitian terhadap |
The
Effectiveness of Web-based asthma self-management system, My Asthma Portal
(MAP): a pilot randomized controlled trial |
Ahmed,
2016 |
Uji
acak terkendali |
Kanada |
Pasien
dewasa dengan asma di klinik paru dari dua Rumah Sakit |
Practice-linked
online personal health records for type 2 diabetes mellitus: a randomized
controlled trial |
Grant,
2008 |
Uji
acak terkendali klaster |
Amerika
Serikat |
Pasien
dewasa dengan diabetes mellitus di 11 layanan kesehatan primer |
Individualized
electronic decision support and reminders to improve diabetes care in the
community: COMPETE II randomized trial |
Holbrook,
2009 |
Uji
acak terkendali |
Kanada |
Pasien
dewasa dengan dibetes mellitus di 46 layanan kesehatan primer |
Impact
of patient access to Internet health records on glaucoma medication:
randomized controlled trial |
Kashiwagi,
2014 |
Uji
acak terkendali |
Jepang |
Pasien
dewasa dengan glaukoma di klinik glaucoma rawat jalan |
Interactive
preventive health record to enhance delivery of recommended care: a
randomized trial |
Krist
2012 |
Uji
acak terkendali |
Amerika
Serikat |
Pasien
dewasa yang datang dengan alasan medis apapun di 8 layanan kesehatan primer |
Web-based
collaborative care for type 1 diabetes: a pilot randomized trial |
McCarrier
2009 |
Uji
acak terkendali |
Amerika
Serikat |
Pasien
dewasa dengan diabetes mellitus di Klinik subspesialis diabetes |
Web-based
collaborative care for type 2 diabetes: a pilot randomized trial |
Ralston,
2009 |
Uji
acak terkendali |
Amerika
Serikat |
Pasien
dewasa dengan diabetes mellitus di Klinik Penyakit Dalam |
Providing
a web-based online medical record with electronic communication capabilities
to patients with congestive heart failure: randomized trial |
Ross,
2004 |
Uji
acak terkendali |
Amerika
Serikat |
Pasien dewasa dengan gagal jantung kongestif di prkatik spesialisasi gagal jantung |
Online
disease management of diabetes: engaging and motivating patients online with
enhanced resources-diabetes (EMPOWER-D), a randomized controlled tria |
Tang,
2013 |
Uji
acak terkendali |
Amerika
Serikat |
Pasein
dewasa dengan diabtes mellitus di layanan kesehatan primer |
Personal
health records and hypertension control: a randomized trial |
Wagner,
2012 |
Uji
acak terkendali klaster |
Amerika
Serikat |
Pasien
dewasa dengan hipertensi di 24 layanan kesehatan primer |
Pada
review ini, kelompok kontrol disebut dengan �perawatan biasa�. Dari 10
penelitian, 4 diantaranya membandingkan penggunaan RME dengan �perawatan biasa�
dengan penjelasan mengenai �perawatan biasa� tersebut. Ahmed mengambarkan bahwa
situasi perawatan biasa dalam penelitiannya adalah di mana seorang perawat asma
memberikan edukasi dan tindak lanjut sesuai kebutuhan. (Ahmed, 2016).
Penelitian oleh Grant membandingkan akses ke portal kesehatan khusus diabetes
dengan akses ke portal umum tanpa layanan khusus diabetes, portal umum ini
demikian dapat dipertimbangkan sebagai perawatan biasa (Grant 2008). Penelitian
oleh Kashiwagi membandingkan akses RME kapan saja dan mana saja dengan akses
RME selama pemeriksaan oleh dokter saja. Akses ke RME selama pemeriksaan oleh
dokter diartikan sebagai perawatan biasa (Kashiwagi, 2014). Penelitian oleh
Tang, membandingkan intervensi dengan sebuah situasi dimana mendapatkan
pengingat tahunan untuk layanan preventif, hasil tes HbA1c, dan pesan online.
Situasi ini dijelaskan oleh penulis sebagai �perawatan biasa�.
1.
Pengetahuan Pasien
Tang, dkk melaporkan
penelitian terhadap 379 pasien mengenai pengetahuan mereka terhadap kondisi dan
tatalaksana. Pemeriksaan dilakukan menggunakan uji The Diabetes Knowledge
yang telah tervalidasi dan berisikan 14 butir penilaian pengetahuan mengenai
diet, kontrol kadar glikemi, pengecekan glukosa, komplikasi, dan penggunaan
insulin. Hasil penelitian menunjukkan terdapat sedikit perbedaan antara
kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi memiliki pengetahuan lebih
baik dalam hal pemeriksaan gula darah. Hal ini menunjukkan bahwa akses RME
dapat meningkatkan pengetahuan pasien. Namun, diperlukan artikel lain untuk
mendukung karena pada penilitian ini hanya terbatas pada pasien diabetes.
2.
Pemberdayaan Pasien
Ditemukan tiga penelitian
(McCarrier 2009; Ross 2004; Wagner 2012) terhadap sejumlah 601 responden dan
menggunakan empat kuisioner yang berbeda.Dua penelitian mengukur efektifitas
menggunakan Skala Pemberdayaan Diabetes (Diabetes Empowerment Scale) (McCarrier
2009; Ross 2004). Kuisioner tersebut telah tervalidasi instrumen penyakit
spesifik. Wagner, dkk menggunakan kuisiner Skala Pemberdayaan Pasien (Patient
Empowerment Scale) untuk mengukur resiko dan keuntungan dari informasi RME,
dan kuisioner Patient Activation Measure untuk mengukur pengetahuan
pasien, kemampuan, dan kepercayaan diri terhadap manajemen kesehatan diri.
Penelitian oleh McCarrier, dkk
menunjukan bahwa rata-rata perubahan pada Skala Pemberdayaan Diabetes lebih
tinggi baik pada kelompok intervensi disbanding kelompok kontrol. Sedangkan
penelitian oleh Ross, dkk menunjukkan terdapat 6 poin lebih besar pada kelompok
intervensi dimana hal ini merupakan perbuahan yang lebih baik. Penelitian oleh
Wagner, dkk menggunakan kuisioner Patient Activation Measure menunjukkan
skor 2,3 lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan kontrol.
Dapat diambil kesimpulan bahwa
penggunaan RME dapat sedikit meningkatkan pemberdayaan pasien dibandingkan
dengan pengobatan biasa.
3.
Kepatuhan Pasien
Dari
empat penelitian terhadap sejumlah 5,741 pasien dianalisa kepatuhan pasien
dengan cara yang beragam. Penelitian oleh Holbrook, dkk mengukur kepatuhan
pasien terhadap pemantauan faktor
risiko diabetes. Penelitian oleh Krist, dkk mengukur kepatuhan terhadap layanan
preventif setidaknya satu kali pertemuan dengan dokter. Penelitian oleh Ross,
dkk menilai kepatuhan pasien terhadap pengobatan gagal jantung. Penelitian oleh
Tang, dkk menilai kepatuhan pasien terhadap pengobatan diabetes.� yang ditemukan menunjukkan intervensi sedikit
meningkatkan kepatuhan terhadap proses pemantauan faktor resiko dan layanan
preventif.
Penelitian oleh Holbrook, dkk menggunakan skor komposit
dari kualitas proses. Skor ini menunjukkan jumlah kualitas dari pemantauan 8
variable klinis dan faktor risiko diabetes antara lain HbA1c, tekanan darah,
kolestrol LDL, indeks massa tubuh, albuminuria, pengecekan kaki, merokok, dan
aktivitas fisik. Setelah dilakukan follow-up selama 6 bualn, didapatkan
perubahan rata-rata skor komposit menjadi 1.27 poin lebih tinggi. Hal ini bisa
diinterpretasikan dimana rata-rata terdapat satu faktor risiko yang terpantau
di kelompok intervensi.
Krist,
dkk menggunakan persentase dari� layanan
preventif yang direkomendasikan oleh US Preventive Services Task Force.
Setelah 16 bulan, persentase rata-rata pasien update dibandingkan dengan
baseline adalah 2.3% lebih tinggi pada kelompok intervensi.
Tang,
dkk menggunakan nomor yang merupakan perubahan urutan pengobatan diabetes
sebagai indikator manajemen pengobatan yang lebih baik. Pada kelompok
intervensi didapatkan 1312 perubahan urutan pengobatan untuk 186 pasien dibandingkan dengan 1158
perubahan urutan untuk 193 pasien pada kelompok kontrol. Semakin banyak
perubahan urutan pengobatan maka semakin banyak pasien yang melakukan
pengobatan.
Penelitian
oleh Ross, dkk menilai kepatuhan pengobatan pasien dengan gagal jantung
menggunakan kuisioner laporan diri 4 item dengan rentang poin 0 sampai 4.
Kemudian diukur juga kepatuhan pengobatan secara umum menggunakan General
Adherence Scale (rentang poin 0-100). Setelah 12 bulan, didapatkan skor
kepatuhan pengobatan sebesar 0.2 poin lebih besar pada kelompok intervensi disbanding kelompok
kontrol atau pengobatan biasa.
Dari
uraian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat peningkatan kepatuhan pasien dalam akses RME. Meski
demikian, penelitian diatas tidak mengaitkan dengan kondisi klinis pasien.
4.
Kepuasan Pasien
Tiga
penelitian terhadap sejumlah 903 pasien terhadap kepuasan pasien menggunakan empat
kuisioner yang berbeda (Ross 2004; Tang 2013; Wagner 2012).
Ross,
dkk menggunakan kuisioner Art of Medicine (AMQ) yang terdiri dari 6 item pertanyaan untuk menilai
kepuasan pasien terhadap komunikasi dokter-pasien dengan skor maksimum 5 poin
pada tiap pertanyaan. Dua dari enam item pertanyaan AMQ menunjukkan rata-rata
perbedaan kelompok sebesar 0.4 poin pada kelompok intervensi.
Tang,
dkk menggunakan kuisioner Diabetes Treatment Satisfaction Questionnaire (DTSQ)
yang terdiri dari 8 item pertanyaan. Setelah 12 bulan, rata-rata skor DTSQ
sebesar 3.2 poin pada kelompok intervensi.
Penelitian
oleh Wagner, dkk menggunakan dua skala : kuisioner atient Assessment of Chronic
Illness Care (PACIC) yang terdiri dari 20 item dan menilai persepsi pasien
terhadap derajat perawatan penyakit kronis yang tidak sesuai dengan kasus mereka, serta survey
Consumer Assessment of Healthcare Providers and Systems (CAHPS). Kedua
instrument telah tervalidasi. Hasil penelitian tidak menunjukkan perbedaan pada
kedua kelompok.
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat bukti yang kuat bahwa penggunaan RME dapat
meningkatkan kepuasan pasien.
5.
Kejadian Merugikan
Ross,
dkk melaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada tingkat mortalitas setelah
12 bulan terhadap kelompok
kontrol dan intervensi. Tang, dkk tidak melaporkan adanya kejadian merugikan
pada pasien diabetes dimana tidak ada perbedaan signifikan yang terjadi pada
kedua kelompok. Dapat ditarik kesimpulan bahwa askes RME tidak berpengaruh
terhadap kejadian merugikan.
Kesimpulan
Bentuk
dari kemajuan teknologi informasi di bidang kesehatan salah satunya adalah rekam medis elektronik (RME). RME didefinisikan
sebagai "pengumpulan elektronik dari data terkait kesehatan yang berkaitan
untuk satu subjek perawatan, yaitu pasien". Tinjauan
ini menunjukkan adanya manfaat akses EMR pada pengetahuan pasien, pemberdayaan
pasien, dan kepatuhan pasien. Tidak ditemukan adanya kejadian merugikan dari
penggunaan RME.
BIBLIOGRAFI
Ahmed, S., Ernst, P., Bartlett, S. J.,
Valois, M. F., Zaihra, T., Par�, G., ... & Tamblyn, R. (2016). The
effectiveness of web-based asthma self-management system, My Asthma Portal
(MAP): a pilot randomized controlled trial. Journal of medical Internet
research, 18(12), e313.
Ammenwerth, E., Neyer, S.,
H�rbst, A., Mueller, G., Siebert, U., & Schnell-Inderst, P. (2021). Adult
patient access to electronic health records. Cochrane Database of
Systematic Reviews, (2).
Amran, R., Apriyani, A.,
& Dewi, N. P. (2021). Peran Penting Kelengkapan Rekam Medik di Rumah Sakit.
Baiturrahmah Medical Journal, 1(1), 69-76.
Erawantini, F., Wibowo, N.S. (2019). Implementasi Rekam Medis Elektronik dengan Sistem Pendukung Keputusan Klinis. Jurnal Teknologi Informasi dan Terapan 6, 75�78. https://doi.org/10.25047/jtit.v6i2.115
Grant, R. W., Wald, J. S., Schnipper, J. L., Gandhi, T. K., Poon, E. G.,
Orav, E. J., ... & Middleton, B. (2008). Practice-linked online personal
health records for type 2 diabetes mellitus: a randomized controlled trial.
Archives of internal medicine, 168(16), 1776-1782.
Holbrook, A., Thabane, L., Keshavjee, K., Dolovich, L., Bernstein, B.,
Chan, D., ... & Gerstein, H. (2009). Individualized electronic decision
support and reminders to improve diabetes care in the community: COMPETE II
randomized trial. Cmaj, 181(1-2), 37-44.
Kashiwagi, K., &
Tsukahara, S. (2014). Impact of patient access to Internet health records on
glaucoma medication: randomized controlled trial. Journal of medical Internet
research, 16(1), e15.
Kementrian Kesehatan RI (2008). Peraturan Menteri Kesehatan No. 269 tentang Rekam Medis
Kementrian Kesehatan RI. (2022). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis
Krist, A. H., Woolf, S.
H., Rothemich, S. F., Johnson, R. E., Peele, E., Cunningham, T., ... &
Matzke, G. R. (2012). Randomized trial of an interactive preventive health
record to enhance the delivery of recommended care. Ann Fam Med, 10(4),
312-319.
McCarrier, K. P., Ralston,
J. D., Hirsch, I. B., Lewis, G., Martin, D. P., Zimmerman, F. J., &
Goldberg, H. I. (2009). Web-based collaborative care for type 1 diabetes: a
pilot randomized trial. Diabetes technology & therapeutics, 11(4), 211-217.
Orbeta, P. (2008). A
Service-Oriented Approach to Electronic Medial Records in Developing Countries
Ralston, J. D., Hirsch, I.
B., Hoath, J., Mullen, M., Cheadle, A., & Goldberg, H. I. (2009). Web-based
collaborative care for type 2 diabetes: a pilot randomized trial. Diabetes
care, 32(2), 234-239.
Ross, S. E., Moore, L. A.,
Earnest, M. A., Wittevrongel, L., & Lin, C. T. (2004). Providing a
web-based online medical record with electronic communication capabilities to patients
with congestive heart failure: randomized trial. Journal of medical Internet
research, 6(2), e64.
Tang, P. C., Overhage, J.
M., Chan, A. S., Brown, N. L., Aghighi, B., Entwistle, M. P., ... & Young,
C. Y. (2013). Online disease management of diabetes: engaging and motivating
patients online with enhanced resources-diabetes (EMPOWER-D), a randomized
controlled trial. Journal of the American Medical Informatics Association,
20(3), 526-534.
Wagner, P. J., Dias, J.,
Howard, S., Kintziger, K. W., Hudson, M. F., Seol, Y. H., & Sodomka, P.
(2012). Personal health records and hypertension control: a randomized trial.
Journal of the American Medical Informatics Association, 19(4), 626-634.
Winter, A., Haux, R., Ammenwerth, E., Brigl, B., Hellrung, N., Jahn,
F., ... & Jahn, F. (2011). Strategic information management in hospitals.
Health Information Systems: Architectures and Strategies, 237-282.
World Health Organization.
(2017). Global diffusion of eHealth: making universal health coverage
achievable: report of the third global survey on eHealth. World Health
Organization.
Copyright holder: Andi
Deviriyanti Agung (2023) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |