Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia �p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
ANALISIS
GAYA KEPEMIMPINAN DAN PEMBERIAN KOMPENSASI DALAM PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN
Ardimularsari,
Dinda TriMariyami, Gagi Pradini
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Nasional,
Indonesia
E-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Upaya
peningkatan kinerja karyawan tidak lepas dari peran gaya kepemimpinan yang
tepat dan pemberian kompensasi yang baik. Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh
pemimpin digunakan untuk mengarahkan Sumber Daya Manusia untuk menggunakan
semua kemampuannya dalam mencapai kinerja yang baik. Selain itu, sistem
kompensasi yang baik akan memberikan kepuasan bagi karyawan untuk terus
meningkatkan kinerjanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana model gaya kepemimpinan dan pemberian kompensasi dalam peningkatan
kinerja karyawan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Teknik penelitian yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan
adalah Reduksi data, display data, dan analisis SWOT serta keabsahan data
dengan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aloft Hotel Jakarta
Wahid Hasyim menerapkan model gaya kepemimpinan campuran, yaitu partisipatif
dan demokratis serta pemberian kompensasi berupa kompensasi langsung dan tak
langsung yang ditunjukkan dari hasil wawancara. Kesimpulan penelitian adalah
peningkatan kinerja yang membuat karyawan semangat dalam menjalankan tugasnya
terlihat dengan adanya gaya kepemimpinan dan pemberian kompensasi yang
dijalankan dengan baik oleh seorang pimpinan.
Kata
kunci : Gaya Kepemimpinan, Kompensasi, Kinerja, SWOT.
Abstract
Efforts to improve employee
performance cannot be separated from the role of the right leadership style and
good compensation. The leadership style possessed by the leader is used to
direct Human Resources to use all of its abilities to achieve good performance.
In addition, a good compensation system will provide satisfaction for employees
to continue to improve their performance. The purpose of this study was to find
out how the model of leadership style and compensation in improving employee
performance. The research method used is a qualitative method with a
descriptive approach. The research techniques used are observation, interviews,
and documentation. While the data analysis technique used is data reduction,
data display, and SWOT analysis as well as the validity of the data by
triangulation. The results of the study show that Aloft Hotel Jakarta Wahid
Hasyim applies a mixed leadership style model, namely participatory and
democratic as well as compensation in the form of direct and indirect
compensation which is shown from the interview results. The conclusion of the
research is that the increase in performance that makes employees enthusiastic
in carrying out their duties can be seen by the existence of a leadership style
and compensation that is carried out well by a leader.
Keywords : Leadearship Style, Compensation,
Performance, SWOT.
Tujuan suatu perusahaan
tidak hanya tergantung pada peralatan modern, sarana dan prasarana yang lengkap
saja, tetapi juga tergantung pada sumber daya manusia yang mempunyai kinerja
yang baik dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, keberhasilan
suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh kinerja dari setiap individu
karyawannya. Setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk terus meningkatkan
kinerja karyawan, dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat
tercapai dengan baik. Sementara kinerja karyawan dapat tercapai apabila variabel-variabel
yang mempengaruhinya seperti gaya kepemimpinan dan kompensasi dan dapat
diakomodasikan dengan baik dan diterima oleh semua karyawan di perusahaan
tersebut yang membuat karyawan merasa nyaman dalam bekerja.
Salah satu faktor yang
dapat �meningkatkan kinerja karyawan
adalah gaya kepemimpinan dari seorang atasan. Gaya Kepemimpinan adalah cara
seorang pemimpin mempengaruhi pelaku bawahan yang bertujuan untukmendorong
gairah kerja, kepuasan kerja dan produktivitas karyawan yang tinggi agar dapat
mencapai tujuan organisasi yang maksimal Hasibuan (2017:170). Menurut (Dewi, 2018) seorang pemimpin
harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk dapat mengelola bawahannya, karena
seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai tujuannya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh �(Siswanto & Hamid, 2017) yang menyatakan
bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.
Faktor lain yang dapat
meningkatkan kinerja karyawan adalah dengan memberikannya suatu penghargaan.
Penghargaan merupakan imbalan yang diberikan oleh perusahaan terhadap
karyawannya atas pekerjaan yang telah dilakukannya. Dengan adanya penghargaan
ini, diharapkan karyawan mampu meningkatkan kinerja serta memiliki keinginan
yang tinggi untuk melakukan pekerjaan dengan rasa tanggung jawab dan memiliki
kemampuan untuk berkompetisi sehingga dapat tercapai antara tujuan pribadi dan
organisasi. Di lain sisi, penghargaan yang baik juga dapat memberikan motivasi
tersendiri bagi karyawan untuk terus mencapai kinerja yang baik kedepannya �(Prabu & Wijayanti, 2016) Kompensasi adalah
faktor sangat penting bagi karyawan untuk memacu kinerjanya agar selalu berada
pada tingkat tertinggi (optimal) sesuai dengan kemampuan masing-masing. Peran
kompensasi disini cukup besar dalam membentuk karyawan yang potensial. Dengan
adanya kompensasi ini, karyawan berharap penuh agar kompensasi yang diterimanya
dapat memenuhi kebutuhan dan mampu meningkatkan kesejahteraan bagi
kehidupannya. Besarnya kompensasi bagi karyawan mencerminkan suatu ukuran nilai
karya setiap individu diantara para karyawan itu sendiri, keluarga dan
masyarakat. Karena tingkat kompensasi karyawan dapat menentukan skala
kehidupannya, sedangkan kompensasi relatif menunjukkan kepada status, martabat,
dan harga diri mereka. Tujuan kompensasi yang dilakukan oleh perusahaan adalah
untuk menghargai prestasi kerja karyawan, menjamin keadilan antara karyawan,
mempertahankan pegawai, memperoleh karyawan yang kompeten dan bermutu, sehingga
setiap karyawan merasa terus termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi (Rukmini,
2017).
Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan (Riny
& Heryenzus, 2021), yang memberikan
hasil bahwa kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.
Aloft Jakarta Wahid
Hasyim adalah salah satu hotel yang berada di bawah naungan group Marriott Bonvoy yang didirikan oleh Starwood Hotels & Resort Worldwide.
Lalu pada bulan oktober tahun 2016 dimiliki oleh Marriott International. Aloft Hotels sendiri dijuluki sebagai �A Vision of W Hotels� karena Starwood Hotels and Resort Worldwide
berkembang melalui anak perusahaan W
Hotels. Sebagai hotel yang mempunyai kelas, pihak manajemen perusahaan
terus memperhatikan kinerja dari karyawannya terutama agar dapat memberikan
pelayanan yang prima terhadap para tamu hotel.
Hasil pengamatan langsung
yang dilakukan, terdapat fenomena kepemimpinan dalam pelaksanaan sistem
kepemimpinan yang dilakukan di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim terus berjalan
dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan, namun dari penjabaran itu
semua terdapat banyak gaya kepemimpinan yang harus diimplementasikan dan
dilaksanakan untuk mendapatkan apa yang harus dilaksanakan dan diperlukan guna
melakukan suatu keterlibatan pemimpin dalam pelaksanaan kepemimpinan tersebut.
Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya penurunan kinerja karyawan
seperti banyaknya karyawan yang datang terlambat, kurang maksimalnya karyawan
dalam melaksanakan tugas yang telah diinstruksikan oleh pimpinan terhadapnya,
komunikasi yang tidak terjalin dengan baik antara pimpinan dan karyawan, serta
sikap acuh tak acuh terhadap kebijakan perusahaan.
Kualitas pemimpin sering
dianggap sebagai faktor utama dalam keberhasilan atau kegagalan suatu
organisasi. Seorang pemimpin memegang peran kunci dalam menjalankan dan
menentukan arah dan strategi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Sedangkan
kompensasi merupakan faktor yang juga tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja karyawan. Telah banyak penelitian yang dilakukan
dan menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan dan kompensasi sangat berpengaruh
terhadap kinerja karyawan, baik secara parsial maupun simultan. Namun,
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui model gaya kepemimpinan
dan kompensasi seperti apa yang dapat diimplementasikan pada Aloft Hotel
Jakarta Wahid Hasyim dalam upaya peningkatan kinerja karyawannya.
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka dilakukan penelitian pada Aloft Hotel Jakarta Wahid
Hasyim, dengan tujuan untuk mengetahui model gaya kepemimpinan yang dapat
dilakukan pimpinan, kompensasi yang diberikan oleh perusahaan dalam upaya
peningkatan kinerja karyawan.
Penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui
bagaimana model gaya kepemimpinan di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim dalam
meningkatkan kinerja karyawan.
Penelitian ini diharapkan
menambah keilmuan dan wawasan bagi penulis mengenai implementasi model gaya
kepemimpinan dan kompensasi sebagai upaya peningkatan kinerja karyawan dalam
suatu perusahaan.
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan analisis
gaya kepemimpinan, kompensasi dan kinerja dari beberapa penelitian sebagai
berikut: Fiderius Ismanto, (2020), Singagerda, F. I. S. (2019), Mitang, B. B.,
& Kiha, E. K. (2019), Hartanto, A. (2016), Avellino, A. (2017).
Penelitian ini dilakukan
di Aloft Jakarta Wahid Hasyim, kemudian waktu yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan pelaksanaan penelitian ini yaitu selama 3 (tiga) bulan, berlangsung
dari tanggal 1 Oktober 2022 sampai tanggal 31 Desember 2022. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif yang dilakukan dengan memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian. Untuk menganalisa model gaya kepemimpinan dan
kompensasi dalam peningkatan kinerja karyawan ini menggunakan metode survey, penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun
kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
populasi tersebut, sehingga ditemukan berbagai kejadian-kejadian relatif,
distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.
Pada penelitian ini, metode survey digunakan
untuk menganalisis model gaya kepemimpinan dan kompensasi dalam peningkatan
kinerja karyawan serta mencari umpan balik guna lebih bersinergi dalam
pelaksanaannya.
Pada penelitian
kualitatif, teknik penelitian cenderung menggunakan teknik cuplikan atau
sampling yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan
konsep teoritis yang digunakan (Putra, 2018). Pada penelitian ini tidak
menentukan jumlah sampel, tetapi peneliti menentukan jumlah informan untuk
diwawancarai untuk memperoleh informasi tentang topik yang sedang diteliti guna
memperoleh informasi tentang permasalahan yang sedang diteliti.
Ibrahim (2015 : 182) mengatakan bahwa data merupakan segala bentuk fakta, data, dan informasi yang digali dari subjek penelitian, fakta-fakta atau simbol-simbol yang menerangkan tentang suatu keadaan objek penelitian. Cara memperoleh data dibagi menjadi dua, yaitu : Data Primer dan Data Sekunder.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan adalah Interactive Model yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Proses dan teknik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data dengan triangulasi.
Kepemimpinan adalah salah satu faktor kunci pada
sebuah perusahaan dalam mencapai tujuannya. Hal ini sangat beralasan karena
pada pelaksanaan kepemimpinan cenderung dapat menumbuhkan kepercayaan,
partisipasi, loyalitas, dan internal motivasi para karyawan dengan cara
persuasif. Gaya kepemimpinan gaya merupakan suatu cara yang digunakan oleh
seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Masing-masing gaya
tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. (Alfanny 2018)
Untuk memperoleh data tentang model gaya kepemimpinan
yang tepat dipakai di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim, maka dilakukan
observasi langsung di lapangan dan melakukan wawancara dengan beberapa
karyawan. Berikut ini adalah pendapat dan hasil wawancara yang diperoleh dari
beberapa informan tentang gaya kepemimpinan di Aloft Hotel Jakarta Wahid
Hasyim:
a.
Bapak Adam Setyo Panulisan, S.Ak
Wawancara
dengan informan pertama dengan bapak Adam Setyo Panulisan, S.Ak sebagai Credit Supervisor yang dilakukan pada
hari senin, 5 November 2022 pada pukul 09.00 WIB yang menjelaskan tentang
bagaimana gaya kepemimpinan di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim.
Berdasarkan
hasil penjelasan dari bapak Adam Setyo Panulisan, S.Ak, bahwa kepemimpinan yang
baik untuk bawahannya adalah yang jujur, bijaksana dan mau turun langsung
melihat kondisi bawahannya, sehingga bawahannya merasa diperhatikan oleh
pimpinannya. Seorang pemimpin juga harus menerima saran atau masukan dari
bawahan, karena bawahan adalah hal yang penting dalam sebuah organisasi atau
perusahaan. Jika bawahan merasa tidak dihargai atas saran atau masukan yang
mereka berikan untuk pimpinan, bisa mengakibatkan bawahannya tersebut melakukan
tindakan yang tidak diinginkan. Dan jika terjadi perselisihan diantara
karyawan, seorang pimpinan melakukan pemanggilan terhadap karyawan yang
bermasalah tersebut. Apabila permasalahan itu menyangkut personal, maka pimpinan
melakukan tanya jawab dengan yang bersangkutan dan kemudian dicarikan solusi
yang terbaik. Untuk peningkatan kinerja di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim
dengan cara pimpinan tidak memperlihatkan rasa malas, dan rasa capek di depan
karyawan. Dengan hal itu, karyawan akan melihat pimpinan selalu semangat dalam
aktivitasnya sehari-sehari sehingga membuat karyawan juga bersemangat dalam
menjalankan tugasnya.
b.
Ibu Melani Indriani, S.Ak
Wawancara
dengan informan kedua dengan Ibu Melani Indriani, S.Ak sebagai Cost Control yang dilakukan pada hari
Senin, 5 November 2022 �pada pukul 09.30
WIB. Berdasarkan penjelasan yang diberikan ibu Melani Indriani, S.Ak, selaku
Cost Control, dapat ditarik kesimpulan bahwa pimpinan yang baik itu adalah
pimpinan yang royal dan bertanggung jawab dengan tugas-tugasnya dan bisa
membimbing bawahannya dengan baik. Dengan kata lain, pimpinan yang baik itu
adalah pimpinan yang mau memperhatikan bawahannya. Pimpinan yang sulit
bergabung dengan bawahan akan mengakibatkan sulit bekerjasama dengan bawahan
karena kurangnya pendekatan dengan bawahnya. Hal itu justru akan membuat jarak
antara pimpinan dan bawahannya menjadi semakin jauh bahkan sampai hilangnya
respect dari bawahan. Untuk dapat meningkatkan kinerja karyawan menurut ibu
Melani, pimpinan disini harus selalu memberikan motivasi dan wejangan kepada karyawan
agar selalu semangat menjalankan tugas-tugasnya. Cara pimpinan di Aloft Hotel
Jakarta Wahid Hasyim untuk mengatasi masalah diantara karyawannya adalah dengan
adanya panggilan kepada yang bersangkutan, diberikan pertanyaan apa yang
terjadi dan dicarikan solusinya yang terbaik dalam menyelesaikan masalah
tersebut.
c.
Bapak Oktioza Ramadhan, SE
Informan ketiga
dilakukan hari Senin, 5 November 2022� pukul
10.15 WIB. Wawancara dilakukan dengan Bapak Oktioza Ramadhan, SE selaku staf Purchasing. Berdasarkan penjelasan
Oktioza Ramadhan, SE selaku staf Purchasing, bahwa kepemimpinan yang baik itu
adalah pemimpin yang konsisten dengan aturan yang dibuatnya dan bukan dengan
keinginannya. Cara pimpinan untuk menyelesaikan masalah antar karyawan adalah
dengan cara pemanggilan kepada pihak yang bersangkutan dan kemudian akan
dicarikan solusi terbaik dari masalah tersebut. Gaya kepemimpinan di Aloft
Hotel Jakarta Wahid Hasyim cenderung tertutup, tetapi dengan memperhatikan
bawahannya. Untuk dapat meningkatkan kinerja karyawan, pimpinan di Aloft Hotel
Jakarta Wahid Hasyim ini memberikan contoh untuk terus semangat mengerjakan
tugas-tugas, tidak hanya berbicara atau memberikan nasihat saja.
Kompensasi
sangat penting bagi karyawan karena kompensasi merupakan cerminan bagi mereka,
keluarga, dan masyarakat. Enny (2019 : 37) menyatakan kompensasi merupakan
bentuk timbal jasa yang diberikan kepada karyawan sebagai bentuk penghargaan
terhadap kontribusi dan pekerjaan yang mereka lakukan kepada organisasi. Berikut
ini adalah pendapat berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari beberapa
informan tentang pemberian kompensasi di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim:
a. Ibu
Magdalena, S.Kom
Informan pertama dilakukan pada hari
Senin tanggal 12 November 2022 pada pukul 08.50 WIB dengan ibu Magdalena, S.Kom
selaku Reservation Supervisor. Berdasarkan penjelasan ibu Magdalena,
S.Kom, maka dapat dipahami bahwa pemberian kompensasi itu tidak hanya berupa
uang, tetapi juga ada beberapa hal yang dianggap sepele, seperti jalan-jalan
membeli makan bersama, jalan-jalan sekedar melihat luar kantor, untuk sekedar
me-refresh suasana dengan perbincangan-perbincangan santai. Kompensasi yang
didapat dari atasan, masing-masing tidak sama. Ada yang berupa bingkisan atau
berupa parcel. Pemberian kompensasi di kantor ini juga termasuk tak langsung
karena tidak mengeluarkan uang kecuali waktu tertentu misalnya pada hari raya
atau THR. Pemberian kompensasi di Aloft Hotel ini juga dapat berupa pendidikan
atau pelatihan untuk karyawan yang mempunyai potensi lebih dibanding yang lain,
jadi karyawan yang mempunyai potensi lebih baik daripada yang lain akan
direkomendasikan ke pelatihan atau pendidikan yang belum karyawan itu tempuh,
misalnya dulunya pendidikan terakhir SMA, akan disekolahkan lagi ke jenjang
yang lebih tinggi untuk meraih gelar sarjana karena karyawan tersebut mempunyai
potensi ketimbang yang lain. Seperti diatas tadi pemberian kompensasi dilakukan
untuk dapat meningkatkan kinerja karyawan dengan cara memberikan pelatihan
(training), atau memberikan fasilitas untuk meneruskan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi misalnya mengikuti perkuliahan.
b. Bapak
Sigit Dwi Anugerah, SE
Wawancara kedua dilakukan pada hari Senin
tanggal 12 November 2022 pukul 09.40 WIB. Wawancara dilakukan dengan bapak
Sigit Dwi Anugerah, SE selaku Sales
Executive. Penjelasan dari bapak Sigit Dwi Anugerah,
SE selaku Sales Executive ini menerangkan bahwa pemberian kompensasi di Aloft
Hotel Jakarta Wahid Hasyim, merupakan pemberian kompensasi tidak langsung,
dikarenakan dilihat dari cara pemberiannya, yang tak langsung memberi uang hari
itu juga, akan tetapi seluruhnya digabungkan dengan uang lembur di gajian tiap
bulannya. Kompensasi di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim ini juga sudah include
dengan program studi banding, misal ada jalan-jalan di sela studi bandingnya.
Pemberian kompensasi yang lainnya juga berupa pemberian THR yang dibayarkan di
waktu hari raya, bingkisan berupa parcel ataupun yang lainnya, senada dengan
keterangan ibu Magdalena, adanya pelatihan yang diberikan oleh pihak kantor
membuat kinerja karyawan mampu untuk lebih ditingkatkan dibanding yang tidak
adanya pelatihan.
c. Bapak
Ujang Setyawan, ST
Wawancara ketiga ini dilakukan pada
hari Senin tanggal 12 November 2022 pukul 10.10 WIB. Wawancara dilakukan dengan
bapak Ujang Setyawan, ST selaku Mechanic
Supervisor. Penjelasan dari bapak Ujang Setyawan, ST selaku Mechanic
Supervisor ini menerangkan bahwa pemberian kompensasi di Aloft Hotel Jakarta
Wahid Hasyim tidak ada pemberian uang atau tips, melainkan dengan adanya
pemberian uang lembur, THR, insentif, bonus itu dibagikan pas gajian yang
dibagikan tiap gaji bulanan. Di Kantor Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim ini
pemberian kompensasinya juga dengan cara jalan-jalan atau outbond kecil-kecilan
di luar kantor dan itu sudah ada agendanya tiap beberapa bulan sekali. Selain
itu juga setiap minggunya ada makan bareng bersama diluar kantor dan program
employee atau family Gathering yang biasanya dilaksanakan setiap setahun hal
yang membuat bawahan senang karena merasa diperhatikan oleh pimpinan.
Peningkatan kinerja karyawan merupakan salah satu
aspek penting dalam suatu organisasi karena dengan kualitas karyawan yang
semakin meningkat, maka akan dapat dicapai efektifitas dan efisiensi karyawan
dalam bekerja. Berikut ini adalah hasil pendapat dari beberapa informan tentang
peningkatan kinerja di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim yang didapat dari hasil
wawancara dilakukan pada hari selasa, 3 Agustus 2021
hingga hari selasa, 25 Januari 2022 dengan paparan data sebagai berikut:
a. Bapak
Adam Setyo Panulisan, S.Ak
Wawancara dengan informan bapak Adam
Setyo Panulisan, S.Ak sebagai Credit
Supervisor yang dilakukan pada hari Selasa, 27 November 2022� pada pukul 09.00 WIB yang menjelaskan:
Penjelasan
dari Adam Setyo Panulisan, S.Ak sebagai Credit Supervisor ini menerangkan bahwa
pemberian kompensasi di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim ini ada yang dalam
bentuk kompensasi langsung dan tak langsung, ada yang memberi uang dan ada yang
memberi berupa barang, dari penjelasannya bapak Adam Setyo Panulisan, S.Ak
menjelaskan di bagiannya jika ada karyawan teladan atau karyawan yang rajin
akan diberikan uang atau berupa barang tergantung bagaimana pimpinan. Jika
diberi uang, uang tersebut bukanlah anggaran dari kegiatan-kegiatan yang
direncanakan tetapi dari uang pribadi pimpinannya. Untuk peningkatan karyawan
dengan adanya pelatihan atau diklat yang dilakukan di kantor lain, dan juga
pemilihan untuk karyawan yang berprestasi untuk diajukan bersekolah lagi.
b. Ibu
Melani Indriani, S.Ak
Wawancara dengan informan kedua
dengan Ibu Melani Indriani, S.Ak sebagai Cost
Control yang dilakukan pada hari Selasa, 27 November 2022� pada pukul 09.30 WIB yang menjelaskan: Hasil
dari penjelasan ibu Melani Indriani, S.Ak menjelaskan bahwa, tidak adanya
dampak dari gaya kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja karyawan, karena
menurut ibu Melani pimpinan di Aloft Hotel tidak bisa merangkul sepenuhnya
dengan karyawan, sehingga tidak ada timbal baliknya. Untuk hasil kerja di
bagian keuangan ini dituntut untuk menyelesaikan tugasnya setiap hari dengan
cepat karena berkaitan dengan perhitungan keuntungan dan kerugian perusahaan
pada saat closing akhir bulan dan pendapatan yang dihasilkan digunakan juga
untuk perhitungan kompensasi bagi karyawan. Untuk kinerjanya di Aloft Hotel ini
sudah 100% karena setiap pekerjaan dituntut untuk segera diselesaikan setiap
hari.
c. Bapak
Oktioza Ramadhan, SE
Informan ketiga dilakukan hari Selasa,
27 November 2022� pukul 10.15 WIB.
Wawancara dilakukan dengan Bapak Oktioza Ramadhan, SE selaku staf Purchasing.
Hasil dari penjelasaan bapak Oktioza
ini senada dengan informan kedua yang menjelaskan bahwa tidak ada dampak gaya
kepemimpinan dengan kinerja karyawan, bagaimanapun gaya kepemimpinan di Aloft
Hotel tidak ada dampaknya dengan peningkatan kinerja karyawan. Dengan kesadaran
diri semua karyawan dapat menyelesaikan tugasnya dengan cepat setiap harinya,
tetapi seandainya tidak ada kesadaran dalam diri masing-masing karyawan, maka
tugas tidak dapat terselesaikan dengan cepat. Akan tetapi menurut bapak Oktioza
pada bagian purchasing ini sudah terselesaikan dengan baik cepat setiap
harinya. Untuk kinerja yang dirasakan bapak Oktioza tercapai sudah 100% karena
tugasnya yang telah terselesaikan setiap harinya.
d. Ibu
Irna Dewi Rahayu, SE., MM
Informan selanjutnya dilakukan pada
hari Selasa, 27 November 2022� pukul
13.10 WIB. Wawancara dilakukan dengan Ibu Irna Dewi Rahayu, SE., MM selaku Assistant Sales Manager. Berdasarkan
penjelasan dari ibu Irna menerangkan bahwa, gaya kepemimpinan di Aloft Hotels
ini mempunyai dampak dengan peningkatan kinerja karyawan karena gaya
kepemimpinan merupakan suatu hal yang sensitif bagi karyawan. Hasil kerja di
Aloft Hotels sudah mencapai 100% karena bagian sales ini adalah bagian yang
terpenting di Aloft Hotels dimana setiap harinya sales dituntut untuk selalu menyelesaikan pekerjaan terutama
masalah target penjualan.
e. bapak
Adam Setyo Panulisan, S.Ak
Wawancara dengan informan kelima
dengan bapak Adam Setyo Panulisan, S.Ak sebagai Credit Supervisor yang dilakukan pada hari Selasa, 27 November
2022� pada pukul 09.00 WIB yang
menjelaskan tentang bagaimana gaya kepemimpinan di Aloft Hotel Jakarta Wahid
Hasyim: Dari penjelasan bapak Adam Setyo Panulisan, S.Ak, menjelaskan bahwa,
adanya dampak gaya kepemimpinan dan kinerja karyawan di Aloft Hotel ini karena
pimpinan atau atasan harus memperhatikan bawahannya. Apabila pimpinan acuh tak
acuh dengan bawahan itu juga akan membawa dampak yang kurang bagus dengan
peningkatan kinerja karyawan. Di Aloft Hotel ini juga menerapkan sistem KPI
yang diperuntukkan untuk mencatat kegiatan sehari-sehari karyawan yang kemudian
akan diserahkan kepada pimpinan masing-masing untuk dijadikan acuan penilaian
kinerja karyawan tersebut. Untuk tugas di Aloft Hotel menurut bapak Adam itu
tergantung tugasnya, misal tugas itu banyak, membutuhkan koordinasi dengan
divisi lain dan tidak dapat selesai hari itu juga, tetapi biasanya tugas yang
diberikan atasan sesuai dengan porsi karyawan. Hasil kerja di Aloft Hotel ini
sudah juga sudah mencapai 100% karena dapat dilihat dari nilai target KPI yang
selalu terpenuhi saat diserahkan kepada atasan.
Berdasarkan hasil observasi langsung di lapangan dan
wawancara dengan 10 karyawan di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim, menunjukan
hasil bahwa disana menerapkan model gaya kepemimpinan campuran, yaitu gaya
kepemimpinan partisipatif dan demokratik.Gaya kepemimpinan partisipatif ini
dapat dilihat dari beberapa hasil wawancara, yaitu ketika karyawan mengalami
suatu masalah yang dapat mengganggu peningkatan kinerja mereka, maka pimpinan
disana langsung memberikan suatu dorongan secara pribadi, pimpinan juga sudah
memenuhi standar kepemimpinan, bersahabat dengan bawahan, mampu mengayomi
bawahan, sering melakukan koordinasi dengan bawahan, bertanggung jawab dengan
perbuatannya, dan jika ada bawahan mempunyai masalah ikut membantu dalam
memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bahkan pimpinan di
Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim juga sangat memahami tentang adanya perbedaan
antar karyawan, ketika ada masalah atau perseteruan antar karyawan, pimpinan
tersebut melakukan pemanggilan dan pembinaan, memberikan arahan kepada karyawan
yang bersangkutan. Upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan yang dilakukan
pimpinan adalah memberikan nasehat, selalu memberikan motivasi kepada karyawan
sehingga karyawan dapat merasakan kehangatan dalam kepemimpinan untuk
meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan gaya kepemimpinan demokratik dapat dilihat
dari sikap seorang pemimpin dalam menerima berbagai ide dan masukan dari
bawahannya dan selalu bersikap mau mengakui segala keahlian atau spesialisasi
dari bawahannya. Berbagai ide dan masukan yang didapat dari bawahannya
dilakukan analisis oleh pimpinan. Apabila ide dan masukan itu berguna untuk
kemajuan perusahaan, maka ide dan masukan itu segera diimplementasikan dalam
perusahaan.
Hasil wawancara yang telah dilakukan terkait dengan
pemberian kompensasi di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim ini dilakukan dengan
bermacam-macam cara. Namun dapat dibagi menjadi dua, yaitu kompensasi langsung
dan tak langsung antara lain: gaji atau upah, lembur, insentif, bonus, employee dan family gathering, study
tour, uang pembinaan bagi best
employee, pelatihan, pendidikan tinggi, bingkisan atau parcel, sekedar
makan di luar kantor, dan lain-lain.
a.
Gaji atau Upah.
Pemberian gaji
atau upah sudah semestinya dibayarkan setiap bulannya, tetapi di Aloft Hotel
Jakarta Wahid Hasyim sudah include dengan
tambahan lembur, insentif, bonus yang diterima, jadi tidak ada pemberian uang
secara tiba-tiba kepada karyawan. Kecuali pemberian uang pembinaan bagi best employee yang dibayarkan terpisah
dengan gaji pada momen tertentu.
b.
Employee
dan Family Gathering
Kegiatan ini sudah
diagendakan setiap dua kali dalam satu tahun sebagai upaya membangun kerjasama,
komunikasi dan mempererat hubungan antar karyawan. Kegiatan ini juga merupakan
ajang refreshing bagi karyawan untuk melepas penat atas pekerjaan kantor yang
begitu banyak.
c.
Study
Tour
Kegiatan ini
dilaksanakan pada waktu kunjungan ke hotel-hotel di bawah naungan Marriott International Group, misalnya
di Bali, Jogja, dan lain-lain. Disela study
tour itu ada jalan-jalan yang dikhususkan untuk karyawan. Sehingga tidak
hanya kegiatan study tour saja
melainkan dengan bonus jalan-jalan tersebut.
d.
Pelatihan (training)
Kegiatan pelatihan
dilakukan tidak setiap hari melainkan setiap bulan, ada karyawan yang
didelegasikan untuk mewakili kantor. Biasanya karyawan yang dipilih adalah
karyawan yang memiliki tingkat kerajinan atau tingkat kedisiplinannya lebih
daripada karyawan lain.
e.
Jenjang pendidikan tinggi
Karyawan dengan
loyalitas, disiplin dan kinerja yang tinggi namun baru tamat SMA, perusahaan
memberikan beasiswa bagi karyawan tersebut untuk melanjutkan studinya ke
jenjang pendidikan tinggi hingga mendapatkan gelar sarjana.
f.
Bingkisan atau parcel
Karyawan yang
dianggap mempunyai kinerja yang baik dalam periode dua bulan akan diberikan
bingkisan atau parcel. Bingkisan atau parcel tersebut biasanya berisi sembako.
Penilaian kinerjanya salah satunya berdasarkan pada pencapaian nilai KPI
karyawan itu sendiri.
g.
Makan bersama di luar kantor
Kegiatan ini kerap
dilakukan oleh karyawan guna menjalin keakraban sesama karyawan, untuk
mengeluarkan ide-ide dan masukan untuk kemajuan perusahaan dalam suasana
santai. Untuk anggarannya dari pribadi masing-masing.
Kompensasi sangat penting bagi karyawan karena
kompensasi merupakan cerminan bagi mereka, keluarga, dan masyarakat. Hal ini
sejalan dengan yang diungkapkan Enny (2019:37) yang menjelaskan bahwa
kompensasi merupakan suatu bentuk timbal jasa yang diberikan kepada karyawan
sebagai bentuk penghargaan terhadap kontribusi dan pekerjaan yang mereka
lakukan mereka kepada organisasi.
Karyawan menjadi salah satu unsur penting yang
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kemajuan suatu organisasi atau
perusahaan. Untuk peningkatan kinerja pada karyawan, maka diperlukan suatu
sistem. Sistem yang dimaksud disini adalah suatu sistem yang mampu mendorong
kemampuan karyawan dalam menyelesaikan segala tugasnya secara efektif dan
efisien.
Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas serta kinerja
yang lebih baik, gaya kepemimpinan di Aloft Hotel berimplikasi dengan
peningkatan kinerja karyawan, dilihat dari pimpinan yang mampu bertanggung
jawab dengan peraturan yang dibuatnya, membuat karyawan juga melakukan hal yang
sama, pimpinan yang mau terbuka dengan bawahannya, pimpinan yang memperhatikan
bawahannya sehingga bawahannya merasa diperhatikan, pimpinan yang mau menerima
saran dan ide bawahannya, pemimpin yang mengakui kemampuan spesifik bawahannya.
Dengan pemimpin yang seperti itu dapat membuat karyawan selalu bersemangat
untuk bekerja menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Kemudian karyawan juga
mendapat kompensasi yang sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya, sehingga
membuat karyawan mampu dan semangat menyelesaikan tugas.
Menurut Kasmir (2016), ada beberapa indikator yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja karyawan, yaitu:
a.
Kualitas
Pengukuran kinerja dapat dilakukan
dengan cara melihat kualitas (mutu) dari pekerjaan yang dihasilkan melalui
suatu proses tertentu.
b.
Kuantitas
Untuk mengukur kinerja dapat juga
dilakukan dengan cara melihat dari sisi kuantitas (jumlah) dihasilkan oleh
seseorang.
c.
Waktu
Pengukuran berdasarkan waktu ini
dilakukan untuk jenis pekerjaan tertentu yang diberikan batas waktu dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Apabila melanggar atau tidak memenuhi ketentuan
waktu tersebut, maka karyawan tersebut dapat dianggap memiliki kinerja yang
kurang baik, begitu juga sebaliknya.
Terbukti dari penilaian pencapaian kinerja
di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim semakin meningkat dalam tiga tahun terakhir
seperti dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 1
Pencapaian
Kinerja di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim
No |
Indikator |
Tahun |
||
2019 |
2020 |
2021 |
||
1. |
Kualitas
Layanan |
75% |
80% |
90% |
2. |
Ketepatan
Melaksanakan Tugas |
60% |
70% |
85% |
3. |
Prosentase
Hasil Kerja Setiap Hari |
70% |
80% |
85% |
4. |
Tingkat Kerjasama
Sesama Karyawan |
60% |
75% |
90% |
Sumber: Data Hasil
Penelitian
Kualitas layanan yang dimaksud adalah pemberian
pelayanan yang baik kepada para tamu, berkomunikasi dengan baik, karyawan ramah
dan murah senyum. Hal ini sangat berperan penting karena sesuai dengan visi
perusahaan yaitu �memprioritaskan customer, dan merangkul perubahan sebagai
landasan bagaimana berinvestasi pada customer�.
Apabila pelayanan buruk, akan sangat berdampak pada perusahaan. Ketepatan dalam
melaksanakan tugas disini adalah tepat atau tidaknya karyawan dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh atasan. Dari
tabel tersebut ketepatan dalam melaksanakan tugas terdapat peningkatan yang
cukup baik.
Analisis SWOT dilakukan dengan berfokus pada 4 aspek
yaitu: Strength, Weakness, Opportunity, dan Threats dalam menjalankan manajemen
strateginya. Apabila dilihat dari aspek pertama yaitu terkait gaya kepemimpinan
dan kompensasi dalam upaya peningkatan kinerja adalah:
a. Strength
Pengertian dari strength dalam analisis SWOT adalah kekuatan atau kelebihan yang ada dalam suatu organisasi yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan strategis, yang menjadi strength (kekuatan) dalam gaya kepemimpinan dan pemberian kompensasi guna meningkatkan kinerja karyawan berdasarkan hasil wawancara dan Forum Group Discussion adalah sebagai berikut:
1) Gaji karyawan diatas rata-rata
2) Pengalaman Memimpin (manajerial, perencanaan, pengembangan dan supervisi)
3) Bersikap humble, ramah dan dekat dengan bawahan.
4) Gaya kepemimpinan yang kekinian, tidak kaku dan up to date.
b. Weakness
Pengertian dari weakness dalam analisis SWOT adalah kelemahan yang ada dalam suatu organisasi yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan strategi, yang menjadi weakness (kekurangan) dalam gaya kepemimpinan dan pemberian kompensasi guna meningkatkan kinerja karyawan berdasarkan hasil wawancara dan Forum Group Discussion adalah sebagai berikut:
1) Ide atau gagasan karyawan didengar dengan tidak lengkap dan jelas oleh pimpinan
2) Tingkat disiplin karyawan usia muda yang cenderung tidak konsisten
3) Karyawan kurang bertanggung jawab dan suka menunda pekerjaan
4) Kompetensi karyawan belum merata
5) Rasa bosan atau jenuh yang dirasakan karyawan.
c. Opportunity
Pengertian dari opportunity dalam analisis SWOT adalah peluang yang ada untuk suatu organisasi yang bisa menjadi kesempatan bagi organisasi tersebut untuk lebih berkembang dan meningkatkan kinerja. Dalam hal ini, yang menjadi Opportunity (peluang) dalam gaya kepemimpinan dan pemberian kompensasi guna meningkatkan kinerja karyawan berdasarkan hasil wawancara dan Forum Group Discussion adalah sebagai berikut:
1) Karyawan usia muda dan bersemangat dalam bekerja
2) Karier yang jelas
3) Manajemen kinerja yang terukur (Pemberian reward and punishment)
d. Threats
Pengertian dari threats dalam analisis SWOT adalah ancaman yang berasal dari faktor eksternal yang berpotensi untuk menjadi penghambat bagi keberlangsungan organisasi tersebut. Dalam hal ini, yang menjadi threats (ancaman) dalam gaya kepemimpinan dan pemberian kompensasi guna meningkatkan kinerja karyawan berdasarkan hasil wawancara dan Forum Group Discussion adalah sebagai berikut:
1) Tingkat Turnover yang tinggi
2) Kinerja karyawan yang buruk
3) Budaya kerja yang tidak kondusif
Berdasarkan penjabaran diatas, maka dapat dibuat matrik SWOT yang digunakan sebagai alat pencocokan faktor penting yang membantu dalam mengembangkan 4 jenis strategi, yaitu strategi SO (kekuatan peluang), strategi WO (kelemahan peluang), strategi ST (kekuatan ancaman), dan strategi WT (kelemahan ancaman). Matrik SWOT dapat disajikan dalam bentuk sebagai berikut:
Tabel
2
Matrik
SWOT di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim
ANALISIS
SWOT |
|
Kekuatan
( S ) |
Kelemahan
( W ) |
1.
Gaji karyawan diatas rata-rata. 2.
Pengalaman memimpin ( manajerial,
perencanaan, pengembangan dan supervisi ) 3.
Bersikap humble, ramah dan dekat dengan bawahan. 4.
Gaya kepemimpinan yang kekinian,
tidak kaku dan up to date. |
1.
Ide atau gagasan karyawan didengar
dengan tidak lengkap ( hanya setengah � setengah dan jelas oleh pemimpin. 2.
Tingkat disiplin karyawan usia muda
yang cenderung tidak konsisten. 3.
Karyawan yang kurang bertanggung
jawab dan suka menunda pekerjaan. 4.
Kompetensi karyawan belum merata. 5.
Rasa bosan atau jenuh yang
dirasakan karyawa. |
Peluang
( O ) |
Ancaman
( T ) |
1.
Karyawan usia muda dan bersemangat
dalam bekerja. 2.
Karier yang jelas. 3.
Manajemen kinerja yang terukur (
pemberian reward and punishment ) 4.
Jadwal family and employee gathering rutin setiap tahun. 5.
Memfasilitasi dalam pelatihan untuk
peningkatan skill karyawan. |
1.
Tingkat turnover yang tinggi. 2.
Kinerja karwayan yang buruk. 3.
Budaya kerja yang tidak kondusif. |
Sumber: Hasil Analisis data (2022)
Tabel
3
Matrik
EFAS/IFAS di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim
ANALISIS
IFAS/EFAS |
|
Strategi
( SO ) |
Strategi
( WO ) |
1. Bekerjasama
dan selalu membina hubungan baik antara atasan dan bawahan. 2. Saling
percaya dalam mencapai tujuan organisasi. 3. Selalu
melibatkan partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan. |
1. Pemimpin
aktif mendengar dan merespon masukan ide dan gagasan. 2. Selalu
memberikan motivasi dan menjadi role
model bagi bawahannya. 3. Memberikan
penghargaan kepada karyawan berprestasi. 4. Kenaikan
pangkat yang adil dan terukur sesuai kinerja karyawan. 5. Selalu
mendengarkan kebutuhan karyawan. 6. Mengadakan
family and employee gathering rutin
setiap tahun untuk menghilangkan kebosanan karyawan dalam bekerja dan
menciptakan keakraban. 7. Memberikan
pelatihan sesuai kebutuhan untuk peningkatan skill karyawan. |
STRATEGI ( ST ) |
STRATEGI ( ST ) |
1.
Melakukan penilaian dalam supervisi
satu bulan sekali berupa catatan, yang nantinya dibuat grafik dan dalam
penilaian tiga bulan sekali itu berbentuk point. 2.
Mengadakan diskusi mengenai
sumberdaya yang ada. 3.
Menciptakan suasana aman, nyaman,
dan kondusif dilingkungan kerja dengan sesekali mengajak karyawan untuk makan
bersama. 4.
Memberikan saran dan menindaklanjuti
permasalahan untuk diselesaikan serta melakukan evaluasi bersama untuk
menyampaikan hal yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi |
1.
Pemberian kompensasi tepat waktu. 2.
Memenuhi seluruh hak dan kewajiban
karyawan. 3.
Mampu mendengarkan dan menjadi
penengah yang baik jika terjadi masalah dengan karyawan. 4.
Melakukan pendekatan secara
persuasif dengan karyawan |
Berdasarkan analisis SWOT diatas, maka dapat
menentukan berbagai kemungkinan yang diambil berdasarkan gaya kepemimpinan dan
kompensasi dalam upayanya untuk meningkatkan kinerja karyawan Aloft Hotel
Jakarta Wahid Hasyim. Dalam hal ini, beberapa strategi yang dapat
diimplementasikan terkait dengan gaya kepemimpinan dan pemberian kompensasi
guna meningkatkan kinerja karyawan antara lain:
a. Untuk
strategi SO dengan memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari
adanya kesempatan peluang eksternal yaitu dengan Bekerjasama dan selalu membina
hubungan baik antara atasan dan bawahan, saling percaya dalam mencapai tujuan
organisasi dan selalu melibatkan partisipasi karyawan dalam pengambilan
keputusan.
b. Hadirnya
peluang yang dapat digunakan untuk menutupi kelemahan dalam hal gaya
kepemimpinan dan pemberian kompensasi guna meningkatkan kinerja karyawan, yaitu
termasuk ke dalam strategi WO diantaranya pemimpin yang aktif mendengar dan
merespon masukan, ide dan gagasan, Selalu memberikan motivasi dan menjadi role
model bagi bawahannya, memberikan penghargaan kepada karyawan berprestasi,
kenaikan pangkat yang adil dan terukur sesuai kinerja karyawan, selalu
mendengarkan kebutuhan karyawan, mengadakan family and employee gathering rutin
setiap tahun untuk menghilangkan kebosanan karyawan dalam bekerja dan
menciptakan keakraban, memberikan pelatihan sesuai kebutuhan untuk peningkatan
skill karyawan.
c. Perlu
diperhatikan untuk strategi ST yaitu dengan menggunakan kekuatan untuk
menghindari ancaman yang mungkin terjadi. Strategi ST yang dapat dilakukan oleh
Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim dalam hal gaya kepemimpinan dan pemberian
kompensasi guna meningkatkan kinerja karyawan, yaitu dengan melakukan penilaian
dalam supervisi satu bulan sekali berupa catatan, yang nantinya dibuat grafik,
dan dalam penilaian tiga bulan sekali itu berbentuk point, mengadakan diskusi
mengenai sumberdaya yang ada, menciptakan suasana aman, nyaman dan kondusif di
lingkungan kerja dengan sesekali mengajak karyawan untuk makan bersama di luar
kantor, memberikan saran dan menindaklanjuti permasalahan untuk diselesaikan
serta melakukan evaluasi bersama untuk menyampaikan hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang terjadi.
65
d. Untuk
mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman dari eksternal di dalam strategi
WT yang dapat dilakukan oleh Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim dalam hal gaya
kepemimpinan dan pemberian kompensasi guna meningkatkan kinerja karyawan, yaitu
dengan pemberian kompensasi yang tepat waktu, memenuhi seluruh hak dan
kewajiban karyawan, mampu mendengarkan dan menjadi penengah yang baik jika
terjadi masalah dengan karyawan, melakukan pendekatan secara persuasif dengan
karyawan.
Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa pendekatan model
gaya kepemimpinan yang diimplementasikan di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim
adalah gaya kepemimpinan partisipatif dimana seorang pimpinan melibatkan
anggota tim dalam pembuatan keputusan untuk tujuan organisasi yang dibuktikan
dengan pemimpin aktif mendengar dan merespon masukan, ide dan gagasan; mampu
mendengarkan dan menjadi penengah yang baik jika terjadi masalah dengan
karyawan; mengadakan diskusi mengenai sumberdaya yang ada; saling percaya dalam
mencapai tujuan organisasi; Melakukan pendekatan secara persuasif dengan
karyawan; dan selalu melibatkan partisipasi karyawan dalam pengambilan
keputusan.
Selain itu, hasil analisis SWOT juga menunjukkan bahwa
pendekatan model gaya kepemimpinan yang diimplementasikan di Aloft Hotel
Jakarta Wahid Hasyim adalah gaya kepemimpinan demokratik yang dibuktikan dengan
selalu bekerjasama dan selalu membina hubungan baik antara atasan dan bawahan;
selalu memberikan motivasi dan menjadi role model bagi bawahannya; selalu
mendengarkan kebutuhan karyawan; melakukan penilaian dalam supervisi satu bulan
sekali berupa catatan, yang nantinya dibuat grafik, dan dalam penilaian tiga
bulan sekali itu berbentuk point; dan memberikan saran dan menindaklanjuti
permasalahan untuk diselesaikan serta melakukan evaluasi bersama untuk
menyampaikan hal yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi. Keseluruhan
poin tersebut sejalan dengan karakteristik Gaya Kepemimpinan Demokratis menurut
Nawawi (2015): 1. Kemampuan pemimpin dalam mengintegrasikan organisasi pada
peranan dan porsi yang tepat; 2. Mempunyai persepsi yang holistik; 3.
Menggunakan pendekatan integralistik; 4. Melihat organisasi secara keseluruhan;
5. Selalu menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan martabat bawahan; 6.
Mengajak bawahan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan; 7. Terbuka
terhadap saran, ide, pandangan, dan masukan dari bawahan; 8. Teladan yang baik;
9. Bersifat rasional dalam pengambilan keputusan; 10. Memelihara kondisi dan
lingkungan kerja yang kondusif, inovatif dan kreatif.
Berkaitan dengan kompensasi yang diimplementasikan di
Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim, dilakukan dengan pemberian kompensasi
langsung dan tak langsung. Kompensasi langsung yang diberikan diantaranya:
pemberian kompensasi tepat waktu, memenuhi seluruh hak dan kewajiban karyawan,
memberikan penghargaan kepada karyawan berprestasi, dan� kenaikan pangkat yang adil dan terukur sesuai
kinerja karyawan. Sementara kompensasi tidak langsung yang diberikan adalah
berupa mengadakan family and employee gathering rutin setiap tahun untuk
menghilangkan kebosanan karyawan dalam bekerja dan menciptakan keakraban,
memberikan pelatihan sesuai kebutuhan untuk peningkatan skill karyawan, dan
menciptakan suasana aman, nyaman dan kondusif di lingkungan kerja dengan
sesekali mengajak karyawan untuk makan bersama.
Berdasarkan hasil
penelitian kualitatif dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi yang
dilaksanakan di Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim tentang �Analisis gaya
kepemimpinan dan pemberian kompensasi dalam peningkatan kinerja karyawan�. Maka
diambil beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat dipaparkan sebagai
berikut: (1) Penerapan model gaya kepemimpinan yang cocok pada Aloft Hotel
Jakarta Wahid Hasyim adalah gaya kepemimpinan campuran antara gaya kepemimpinan
partisipatif dan demokratis. Ini dibuktikan berdasarkan hasil wawancara yang
telah dilakukan dengan sepuluh karyawan. Seorang pemimpin diharapkan mampu
memberikan motivasi atau dorongan pribadi secara langsung apabila karyawan
mengalami suatu masalah yang dapat mengganggu kinerjanya. Seorang pemimpin juga
diharapkan dapat memenuhi standar kepemimpinan seperti bertanggung jawab dengan
perbuatannya, bersahabat dengan bawahan, mampu mengayomi bawahan, sering
melakukan koordinasi untuk membangun komunikasi yang baik. Pemimpin juga
diharapkan untuk selalu menghargai potensi yang ada dari setiap
individu-individu bawahannya seperti keahlian para spesialis dalam bidang tertentu,
dapat mendengarkan masukan dan nasehat yang diberikan dari bawahannya. (2) Pemberian
kompensasi pada Aloft Hotel Jakarta Wahid Hasyim dilakukan dengan kompensasi
langsung dan tak langsung, antara lain: gaji, insentif, bonus, social and family gathering, makan bersama di luar kantor,
pelatihan peningkatan skill karyawan, tunjangan perumahan, tunjangan
transportasi, dan lain-lain.
Akbar,
Mada Faisal, et al. 2021. Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia.Solok : Insan
Cendekia Mandiri.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dewi, R. S. (2018). Kemampuan Profesional Guru Dan Motivasi
Kerja Terhadap Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar. Jurnal Administrasi Pendidikan,
25(1). https://doi.org/10.17509/jap.v25i1.11581
Edison, Emron, Yohny Anwar, dan Imas Komariyah, 2017.
Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : CV.Alfabeta.
Handaru. (2013). Pengaruh Lingkungan Kerja, Kompensasi dan
Komitmen Organisasional terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di RS X. Jurnal Riset
Manajemen Sains Indonesia. 4(1). pp: 117-135
Hasibuan, H. Malayu S.P. (2013). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, Malayu.S.P.2014.Manajemen Sumber Daya
Manusia.Jakarta :PT Bumi Aksara.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi
Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Bogor.
http://eprints.undip.ac.id/34006/10/1886 . Diakses 28 Desember 2018.
Kasmir. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia� (Teori dan Praktek). Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Kartono, Kartini, 2008 : Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Lexy J. Moleong. 2007. Etodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Marwansyah. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia -2/E.
Bandung: Alfabeta.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Prabu, A. S., & Wijayanti, D. T. (2016). Pengaruh
Penghargaan dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Divisi Penjualan
PT. United Motors Center Suzuki Ahmad Yani, Surabaya). Jurnal Ekonomi Bisnis
Dan Kewirausahaan, 5(2). https://doi.org/10.26418/jebik.v5i2.17144
Riny & Heryenzus. (2021). Pengaruh Kompensasi dan Motivasi
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Devina Surabaya. Jurnal Ilmu Dan
Riset Manajemen, 5(1).
Rivai, V. & A. F. M. B. (2005). Performance Appraisal:
Untuk Sistem Yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya
Saing Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada.
Rivai, Zainal, Veithzal dkk, 2014, Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Rivai
Veithzal (2004) Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan : Dari Teori dan
Praktek, Jakarta, Raja Grafindo.
Rivai, Veithzal, Ella Jauvani Sagala. 2010. Manajemen Sumber
Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Robbins, P. Stephen dan Mary Coulter. 2010. Manajemen,
diterjemahkan oleh Bob Sabran, Wibi Hardani. Erlangga:Jakarta.
Rukmini, R. (2017). Pengaruh kompensasi dan lingkungan kerja
terhadap kinerja karyawan pada cv. Roda jati karanganyar tahun 2016. Jurnal
akuntansi dan pajak, 17(02). https://doi.org/10.29040/jap.v17i02.64
Siswanto, R. D., & Hamid, D. (2017). Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan Divisi Human
Resources Management Compensation And Benefits Pt Freeport Indonesia). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), 42(1).
Supardo, Wijaya. 2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Cet,1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sutrisno Edy. 2017. Manajemen Sumber Daya� Manusia. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Simanjuntak.��
Payaman,�� 2005.,�� Menajemen��
dan� Evaluasi� Kinerja,�
Penerbit� Fakultas� Ekonomi UI, Jakarta
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D.Bandung : CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Tomasoa, S. K. (2015). Hubungan Kausalitas Gaya Kepemimpinan,
Budaya Organisasi, Dan Komitmen Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Dan Kinerja
Pegawai Bkd Kota Ambon. Jurnal Eksekutif, 12(1).)
Copyright
holder: Ardimularsari,
Dinda TriMariyami, Gagi Pradini (2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |