Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 10, Oktober 2023

 

PERBANDINGAN TRANSKRIPSI BAHASA CIA-CIA DENGAN AKSARA BURI WOLIO DAN AKSARA HANGEUL

 

Achmad Rio Dessiar

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Bahasa Cia-Cia adalah bahasa yang digunakan oleh suku Cia-Cia. Walaupun suku Cia-Cia memiliki bahasa mereka sendiri, namun mereka tidak memiliki aksara untuk mentranskripsikan bahasa mereka. Jadi dari waktu ke waktu bahasa ini ditranskripsikan dengan meminjam aksara dari bahasa lain seperti, Buri Wolio (aksara Arab yang digunakan oleh kerajaan Buton), Alfabet dan yang terakhir aksara Korea yang biasa disebut Hangeul. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan transkripsi bahasa Cia-Cia dengan menggunakan aksara Buri Wolio dan Hangeul.  Metode yang digunakan adalah metode analisis kontrastif. Pada umumnya transkripsi bahasa Cia-Cia menggunakan aksara Buri Wolio atau Hangeul cenderung menggunakan fonem yang memiliki karakteristik yang sama. Namun dalam mentranskripsikan fonem bahasa Cia-Cia yang tidak ada dalam bahasa Arab atau Korea, digunakan beberapa metode yakni, modifikasi fonem dasar, pemilihan fonem sejenis, metode transkripsi lebih dari satu fonem, dan penciptaan aksara baru. Selain itu, Dalam pentranskripsian dengan Hangeul, ditemukan cara transkripsi yang unik yaitu penggunaan vokal // ([ɨ]), meskipun tidak ada vokal dalam bahasa Cia-Cia yang mirip dengan vokal tersebut. Penggunaan vokal // dalam bahasa Korea modern dalam transkripsi bahasa Cia-Cia disebabkan oleh keterbatasan bahasa Korea modern yang tidak memungkinkan penulisan konsonan secara berurutan dalam satu suku kata.

Kata kunci: Transkripsi; Bahasa Cia-Cia; Buri Wolio; Hangeul

 

Abstract

The Cia-Cia tribe speaks the Cia-Cia language. Although the Cia-Cia people have their language, they do not have a script to transcribe them. Therefore, over time, the Cia-Cia language has been transcribed using scripts borrowed from other languages, such as the Buri Wolio (an Arabic script used by the Buton kingdom), the Alphabet, and most recently, the Korean script known as Hangeul. This research aims to identify the similarities and differences in the transcription of the Cia-Cia language using the Buri Wolio script and Hangeul. The results of this study show that, in general, the transcription of the Cia-Cia language using the Buri Wolio script or Hangeul tends to use phonemes with similar characteristics. However, in transcribing Cia-Cia language phonemes that do not exist in Arabic or Korean, several methods are used: modification of basic phonemes, selection of similar phonemes, ways of transcription of more than one phoneme, and creation of new characters. Furthermore, in the transcription of the Cia-Cia language using Hangeul, a unique method was found: the use of the // ([ɨ]) vowel, even though there is no corresponding vowel in the Cia-Cia language. The use of the // vowel in modern Korean transcription of the Cia-Cia language is due to the limitations of the modern Korean writing system, which does not allow consecutive consonants in a single syllable.

 

Keywords: Transcription; Cia-Cia Language; Buri Wolio; Hangeul

 

 

Pendahuluan

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki kekayaan budaya yang tercermin dari banyaknya suku dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayahnya. Menurut data sensus BPS tahun 2010 terdapat 1.300 lebih suku bangsa di Indonesia dan terdapat lebih dari 650 bahasa daerah yang telah dipetakan dan diverifikasi oleh Badan Bahasa Kemendikbud. Di antara ratusan bahasa daerah yang masih digunakan oleh suku bangsa di Indonesia, bahasa Cia-Cia merupakan salah satu bahasa daerah yang berada di ambang kepunahan. Cia-Cia merupakan nama sebuah suku yang sebagian besar penduduknya tinggal di kota Bau-Bau yang terletak di selatan pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Bahasa Cia-Cia adalah bahasa yang digunakan oleh suku Cia-Cia dengan jumlah penutur sekitar 93.000 jiwa. Mereka memiliki bahasa mereka sendiri, namun mereka tidak memiliki aksara untuk mentranskripsikan bahasa mereka. Oleh karena itu dari waktu ke waktu bahasa Cia-Cia ini dituliskan atau ditranskripsikan dengan meminjam aksara dari bahasa lain seperti, aksara Buri Wolio (aksara Arab yang digunakan oleh kerajaan Buton), alfabet dan yang terakhir aksara Korea yang biasa disebut HangeulPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan transkripsi bahasa Cia-Cia dengan menggunakan aksara Buri Wolio dan Hangeul.  

Sejarah penggunaan aksara di daerah pulau Buton tidak lepas dari sejarah penyebaran islam di Nusantara. Misionaris Islam masuk secara aktif ke kepulauan Nusantara sekitar abad ke 12 sampai 16 dan mulai abad ke 17 (era modern) penyebaran Islam di Nusantara semakin masif sehingga Islam tersebar luas hampir di seluruh penjuru Indonesia tidak terkecuali di pulau Buton (Rosdin, 2014 : 102). Hal ini dibuktikan dengan digunakannya aksara Arab modifikasi yang disebut aksara Buri Wolio di kerajaan Buton pada masa itu. Awalnya aksara Buri Wolio digunakan untuk kepentingan penulisan kitab-kitab Islam dan penerjemahan Al-Quran, tetapi seiring berjalannya waktu Buri Wolio juga digunakan untuk mentranskripsikan bahasa-bahasa daerah yang ada di sekitar pulau Buton termasuk bahasa Cia-Cia (Jeon. T. H &  Jo T. Y,  2012: 9). Penggunaan aksara Buri Wolio mulai menurun antara tahun 1942 dan 1945, karena selama pendudukan Jepang di Indonesia, penggunaan aksara Arab dilarang.  Saat ini, jumlah orang yang bisa berbahasa Cia-Cia diambang kepunahan. Menurut Amirul Tamim mantan Wali Kota Bau-Bau, bahasa Cia-Cia terancam punah karena ketiadaan aksara yang tepat untuk menuliskannya. Akhirnya Pada tahun 2009, Hangeul diusulkan sebagai aksara untuk melestarikan bahasa Cia-Cia. 

Ada banyak suku di Indonesia yang memiliki bahasa daerah tetapi tidak memiliki aksara untuk menuliskan bahasa tersebut. Di dunia sangat umum kasus bahasa yang tidak memiliki aksara dan akhirnya meminjam aksara bahasa lain untuk menuliskan bahasa mereka tersebut. Tentu saja saat meminjam aksara dari bahasa lain, akan terjadi banyak penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan untuk mengekspresikan unsur-unsur bahasa seperti konsonan atau vokal yang mungkin berbeda dari bahasa aksara yang dipinjam. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi persamaan dan perbedaan transkripsi bahasa Cia-Cia dengan menggunakan aksara Buri Wolio dan Hangeul.  

 

Metode Penelitian

            Penelitian ini menggunakan metode analisis kontrastif di mana transkripsi bahasa Cia-Cia dengan aksara Buri Wolio dibandingkan dengan Hangeul. Proses pertama untuk mengetahui penerapan transkripsi Bahasa Cia-Cia dengan aksara Buri Wolio dilakukan analisis kontrastif fonem (konsonan dan vokal) Bahasa Cia-Cia dengan aksara Arab. Setelah itu penerapan transkripsi Bahasa Cia-Cia dengan aksara Buri Wolio dianalisis. Proses yang sama juga dilakukan pada transkripsi dengan aksara Hangeul. Berikutnya, setelah mengetahui karakteristik aksara Buri Wolio dan Hangeul dalam transkripsi bahasa Cia-Cia. Selanjutnya dicari persamaan dan perbedaan antara keduanya.

 

Hasil dan Pembahasan

A. Transliterasi Bahasa Cia-Cia dengan Aksara Buri Wolio

Pada abad 15-19 (era modern) Islam sudah tersebar luas hampir di seluruh penjuru Indonesia.  Budaya Islam hampir mempengaruhi banyak aspek di seluruh kehidupan di wilayah Nusantara, termasuk penggunaan bahasa dan aksara. Hal  ini ditandai dengan semakin banyaknya penggunaan kata serapan dari bahasa Arab. Pada awalnya orang-orang Nusantara saat itu menggunakan aksara Arab untuk menuliskan kitab-kitab tafsir Islam dan menterjemahkan Quran ke dalam bahasa daerahnya masing-masing. Seiring dengan itu pula penggunaan aksara Arab semakin meluas bukan hanya untuk menuliskan kitab-kitab Islam saja tetapi mulai digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Rosdin,  2014). Uniknya aksara arab yang digunakan di kepulauan Nusantara mempunyai karakteristik berbeda-beda berdasarkan bahasanya. Banyak aksara arab yang dimodifikasi sesuai dengan karakteristik fonologis bahasa yang dituliskan. Bentuk modifikasinya beragam mulai dari adanya penambahan atau pengurangan fonem-fonem tertentu atau bahkan memodifikasi bentuk fonem dasar bahasa Arab. Beberapa varian aksara Arab yang digunakan di kepulauan Nusantara sangat beragam misalnya aksara Jawi untuk menuliskan bahasa melayu, aksara Pegon untuk menuliskan bahasa Jawa dan Madura, aksara Serang untuk menuliskan bahasa Bugis dan Makasar, aksara Buri Wolio untuk menuliskan bahasa Wolio, Cia-Cia dan bahasa daerah di sekitar pulau buton (Jeon. T. H &  Jo T. Y 2012 : 113).

Kesultanan Buton berdiri dari tahun 1332 sampai 1960 dan merupakan kesultanan yang mempunyai daerah kekuasaan di sekitar pulau Buton, Sulawesi selatan. Pada saat awal kerajaan Buton pertama kali didirikan kerajaan ini diperintah oleh dua penguasa perempuan, yaitu Wa Kaa Kaa dan Bulawambona dan pada saat itu kerajaan Buton bukanlah kerajaan Islam. Baru mulai abad ke 16 pada masa Raja Murhum memegang kekuasaan, pengaruh Islam mulai masuk dan kerajaan resmi berubah menjadi Kesultanan Buton. 

Bahasa Wolio merupakan bahasa resmi kesultanan Buton. Aksara yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Wolio adalah aksara Buri Wolio. Tetapi di daerah kekuasaan kesultanan Buton selain suku Buton banyak juga suku-suku lain yang ada di sana, sehingga ada juga beragam bahasa daerah yang digunakan di wilayah kesultanan Buton. Suku Cia-Cia merupakan salah satu suku yang berada di wilayah kesultanan Buton. Suku Cia-Cia menggunakan Bahasa Cia-Cia di mana Bahasa Cia-Cia ini berbeda dengan Bahasa Wolio. Namun karena suku Cia-Cia berada di bawah daerah administrasi kesultanan Buton maka, mereka juga menggunakan aksara Buri Wolio untuk mentranskripsikan Bahasa Cia-Cia.  

Buri Wolio merupakan aksara Arab yang dimodifikasi menyesuaikan karakteristik Bahasa Wolio. Jika dibandingkan dengan varian aksara Arab lain yang digunakan di Nusantara, Aksara Buri Wolio mempunyai beberapa perbedaan. Untuk mengekspresikan beberapa konsonan yang tidak ada dalam Bahasa Arab, aksara Buri Wolio menambahkan konsonan yang digunakan dalam aksara Jawi. Berikut adalah konsonan aksara Jawi yang juga digunakan dalam aksara Buri Wolio yang tertuang pada La Niampe(2012).

 

Gambar 1. Konsonan dan Vokal Buri Wolio


            Bisa dilihat dari gambar di atas, susunan konsonan aksara Buri Wolio bukan hanya terdiri dari aksara bahasa Arab saja melainkan terdapat juga beberapa aksara modifikasi yang digunakan dalam aksara Jawi untuk mengekspresikan konsonan /c, ŋ (ng), p, g,
ɲ (ny)/. Bahasa Arab tidak memiliki konsonan /c, ŋ (ng), p, g, ɲ (ny)/ sehingga dalam bahasa Jawi digunakan aksara modifikasi untuk mengekspresikan konsonan tersebut. Untuk vokal Buri Wolio selain menggunakan vokal bahasa Arab dalam aksara Buri Wolio terdapat penambahan vokal /e/ dan /o/ karena dalam bahasa Arab tidak ada vokal /e/ dan /o/. Berikut adalah tabel perbandingan konsonan bahasa Cia-Cia, aksara Buri Wolio dan aksara Arab. 

 

Tabel 1. Perbedaan Konsonan Bahasa Cia-Cia, Buri Wolio dan Arab

Konsonan Cia-Cia

Konsonan Aksara Buri Wolio

Konsonan Arab

aksara

Konsonan

aksara

Konsonan

b

ب

b

ب

b

ɓ

ɓ

p

p

 

 

m

م

m

م

m

w

و

w

و

w

t

ت

t

ت

t

d

د

d

د

d

ɗ

ɗ

s

س

s

س

s

l

ل

l

ل

l

r

ر

r

ر

r

c

c

 

 

ɟ

ج

ج

k

ك

k

ك

k

g

ݢ

g

 

 

n

ن

n

ن

n

ŋ

ڠ

ŋ

 

 

h

ح

h

ح

ħ

ه

ه

h

mb

 

 

 

 

mp

 

 

 

 

nd

 

 

 

 

nt

 

 

 

 

nc

 

 

 

 

ŋk

 

 

 

 

ŋg

 

 

 

 

 

ا

ʔ

ا

ʔ

 

ف

f

ف

f

 

ي

j

ي

j

 

پ

ɲ

 

 

 

ز

z

ز

z

 

 

 

ذ

ð

 

 

 

ث

θ

 

 

 

ش

ʃ

 

 

 

ص

 

 

 

ض

 

 

 

ط

 

 

 

ظ

ðˤ

 

 

 

ع

ʕ

 

 

 

غ

ɣ

 

 

 

ق

q

 

 

 

خ

x

 

Dari tabel di atas bisa kita simpulkan bahwa konsonan yang digunakan dalam bahasa Arab terdiri dari 28 jenis konsonan. Konsonan- konsonan tersebut adalah  /ʔ/, /b/, /t/, /s/, /ɟ/, /ħ/, /x/, /d/, /ð/, /r/, /z/, /s/, /ʃ/, /sˤ/, /dˤ/, /tˤ/, /ðˤ/ /ʕ/, /ɣ/, /f/, /q/, /k/, /l/, /m/, /n/, /w/, /h/, /j/. Di antara konsonan tersebut ada 17 konsonan yang digunakan dalam aksara Buri Wolio, yaitu /b/, /p/, /m/, /w/, /t/, /d/, /s/, /l/, /r/, /ɟ/, /k/, /n/, /h/, /ʔ/, /f/ /j/, /z/. Seperti yang ditunjukkan di tabel di atas ada beberapa konsonan Buri Wolio yang tidak ada dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, aksara Buri Wolio meminjam beberapa konsonan aksara Jawi untuk mentranskripsikan konsonan Buri Wolio yang tidak ada dalam bahasa Arab. Konsonan Buri Wolio yang dipinjam dari aksara Jawi adalah konsonan ‘ ڤ’ untuk menuliskan fonem /f/, konsonan ‘ چ’ untuk fonem /c/, konsonan ‘ݢ ’ untuk fonem /g/, konsonan ‘ڠ ‘ untuk fonem /ŋ/, dan konsonan ‘پ‘ untuk fonem /ɲ/. 

Selain itu dalam Buri Wolio juga terdapat konsonan implosif yang tidak ditemui dalam bahasa Arab. Konsonan letup (plosive) dan implosif (implosive) mempunyai perbedaan dalam cara pelafalan dari segi arah aliran udara. Saat melafalkan konsonan letup arah aliran udara dari paru-paru keluar dari rongga mulut. Di sisi lain, saat melafalkan konsonan implosif selain ada aliran udara dari paru-paru keluar bersamaan dengan itu ada aliran udara dari luar yang masuk melalui glotal. Namun jika dilihat fitur ada tidaknya getaran pita suara saat dilafalkan, konsonan implosif mempunyai persamaan dengan konsonan letup yaitu termasuk ke dalam konsonan bersuara (voiced). Dengan dasar itu, untuk menuliskan konsonan implosif, /ɓ/ dan /ɗ/ yang tidak ada dalam bahasa Arab digunakan konsonan sama yang digunakan untuk menuliskan konsonan letup /b/ dan /d/ , yaitu konsonan  ‘ب’ dan ‘د’.  

Hal menarik lain yang bisa dilihat dari tabel di atas adalah penulisan konsonan /h/. Konsonan /h/ dalam Buri Wolio dituliskan dengan dua konsonan ‘ح‘ dan  ‘ه‘, karena dalam bahasa arab dua konsonan ‘ح‘ [ħ] dan ‘ه‘[h] mempunyai suara yang mirip. Namun suara [ħ]dan [h] merupakan dua fonem yang berbeda yang bisa membedakan makna, sedangkan dalam bahasa Wolio dua suara tersebut bukan merupakan fonem yang berbeda. Alasan dalam aksara Buri Wolio tetap menggunakan dua konsonan ‘ح‘ dan  ‘ه‘ adalah agar  bisa membedakan makna dalam penulisan kata serapan bahasa Arab.

Jika membandingkan konsonan Buri Wolio dengan bahasa Cia-Cia juga bisa dilihat beberapa macam perbedaan. Misalnya, dalam bahasa Cia-Cia tidak terdapat fonem /f/,  /j/,  /ɲ/, /z/, sehingga penggunaan konsonan  ز ,پ ,ي ,ف  Buri Wolio tidak banyak digunakan dalam menuliskan bahasa Cia-Cia. Selain itu dalam bahasa Cia-Cia terdapat konsonan prenasalisasi seperti, /mb, nd, ŋg, mp, nt, nc, ŋk / yang tidak bisa direpresentasikan oleh aksara Buri wolio dengan satu aksara.

 

Tabel 2. Cara Penulisan Vokal Buri Wolio

Vokal Cia-Cia

Aksara Buri Wolio

Aksara Arab

 Vokal

IPA

Vokal

IPA

vokal pendek

/a/

/a/

/a/

/i/

/i/

/i/

/u/

/u/

/u/

/e/

/e/

 

 

/o/

/o/

 

 

vokal panjang

/a:/

ا

/a:/

ا

/a:/

/e:/

ي

/i:/

ي

/i:/

/e:/

/o:/

و

/u:/

و

/u:/

/o:/

 

Penulisan aksara Buri Wolio sama dengan Arab berfokus pada penulisan konsonan. Penulisan kata dilakukan dengan menggabungkan konsonan-konsonan yang ada. Vokal merupakan unsur tambahan yang dituliskan di atas atau di bawah konsonan. Sama dengan bentuk konsonan Arab, dalam Buri Wolio juga bentuk konsonannya bervariasi tergantung letak konsonan tersebut apakah berada di awal kata, tengah kata maupun akhir kata. 

Buri Wolio mempunya lima vokal pendek  yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, dan lima vokal panjang /a:/, /i:/, /u:/, /e:/, /o:/ . Sedangkan dalam bahasa Arab hanya memiliki tiga vokal pendek, yaitu   /a/, /i/, /u/ dan vokal panjang /a:/, /i:/, /u:/. Dalam bahasa Cia-Cia terdapat juga vokal panjang yang menunjukkan suprasegmental namun frekuensi penggunaannya kecil. Berikut ini adalah klasifikasi vokal bahasa Cia-Cia, aksara Buri Wolio dan aksara Arab. 

Sama seperti dalam penulisan aksara Arab penulisan vokal  aksara Buri Wolio juga merupakan unsur tambahan yang dituliskan di atas atau di bawah Konsonan. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel di atas dalam aksara Buri wolio menambahkan vokal baru untuk menuliskan vokal /e/ dan /o/ yang tidak ada dalam bahasa Arab. Dalam bahasa Arab vokal panjang /i:/ dituliskan dengan ‘ي‘, vokal panjang  /u:/ dituliskan dengan ‘و‘, sedangkan dalam aksara Buri Wolio aksara  ‘ي‘ untuk menuliskan vokal panjang /i:/ dan /e:/, dan  ‘و ‘ untuk menuliskan vokal panjang /u:/ dan /o:/. Berikut adalah cara penulisan vokal sebagai unsur tambahan dalam konsonan.

 

Tabel 3. Contoh Cara Penulisan Konsonan dan Vokal Buri Wolio

Konsonan (K)

Vokal (V)

K + V

Lafal

/b/ ب

/a/

بَ

[ba]

/t/ت

/i/

تِ

[ti]

/ ɟ / ج

/u/

جُ

[ɟu]

/n/ن

/e/

[ne]

/d/ د

/o/

د٘

[do]

 

B. Transliterasi Bahasa Cia-Cia dengan Hangeul

Saat ini, orang yang bisa berbicara bahasa Cia-Cia semakin lama semakin berkurang. Bisa dikatakan dalam waktu yang tidak lama lagi bahasa Cia-Cia akan terancam kepunahan. Menurut mantan Wali Kota Bau-Bau, Amirul Tamim tidak adanya aksara yang cocok untuk menuliskan bahasa Cia-Cia bisa menjadi salah satu penyebab masalah kepunahan bahasa Cia-Cia. Mengetahui masalah tersebut pemerintah kota Bau-Bau mencoba mencari solusi dengan membuat simposium Internasional tahun 2005 terkait pemecahan masalah bahasa suku minoritas yang semakin lama semakin mendekati ambang kepunahan. Dalam simposium tersebut disebutkan di antara banyak bahasa suku minoritas di wilayah Sulawesi Tenggara bahasa Cia-Cia merupakan bahasa yang dianggap mengalami krisis dan mendekati kepunahan. Hal itu dibuktikan dengan semakin berkurangnya jumlah penutur asli bahasa tersebut. Mendengar masalah tersebut Hunminjeongeum Society Korea mengajukan tawaran kepada pemerintah kota Bau-Bau untuk membuat program pelestarian bahasa Cia-Cia dengan cara mentranskripsikannya dengan aksara Korea (Hangeul)

Pelestarian bahasa Cia-Cia dengan mentranskripsikannya dalam aksara Hangeul memunculkan dua pendapat yang berbeda di Indonesia. Ada yang mendukung ada juga yang menolak. Salah satu alasan yang mendukung program transkripsi bahasa Cia-Cia dengan Hangeul adalah sama halnya dengan adaptasi aksara Arab untuk transliterasi bahasa Wolio, adaptasi aksara Korea menjadi aksara Cia-Cia juga bisa menjadi jalan keluar untuk mengatasi masalah bahasa Cia-Cia yang berada di ambang kepunahan. Aksara Cia-Cia yang ditranskripsikan dengan Hangeul tidak akan mengubah bahasa, dan tidak akan mempengaruhi budaya masyarakatnya. Selain itu, aksara Hangeul dianggap cocok untuk mentranskripsikan bahasa Cia-Cia. Hangeul mempunyai kelebihan dibandingkan aksara lain diantaranya, aksara Hangeul bisa menuliskan konsonan implosif yang tidak bisa ditransliterasikan dalam aksara Buri Wolio. Oleh karena itu pada tahun 2009 pemerintah kota Bau-Bau menerima ajakan dari Hunminjeongeum Society untuk mentranskripsikan bahasa Cia-Cia dengan Hangeul untuk mencegah bahasa Cia-Cia mengalami kepunahan.

Sebelum aksara Hangeul diadopsi untuk mentranskripsikan bahasa  Cia-Cia, tidak banyak ilmuwan yang tertarik meneliti bahasa Cia-Cia. Hanya peneliti orang Indonesia saja yang meneliti bahasa Cia-Cia. Mustafa Abdullah (1991) dapat dikatakan sebagai penelitian Indonesia pertama yang meneliti bahasa Cia-Cia secara umum yang karyanya menjadi bahan referensi bagi peneliti lain yang membahas tentang bahasa Cia-Cia. Namun setelah tahun 2009, banyak peneliti dari luar Indonesia terutama dari Korea mulai tertarik meneliti bahasa ini. 

 

Tabel 4. Transliterasi Konsonan Bahasa Cia-Cia ke dalam Hangeul

No

Konsonan Cia-Cia

Konsonan bahasa Korea

 

No

Konsonan Cia-Cia

Konsonan bahasa Korea

aksara

Konsonan

aksara

Konsonan

1

b

P

15

g

k

2

ɓ 

Ph

16

n

n

3

p

P’

17

ŋ

/

ŋ

4

m

m

18

h

h

5

w

w

19

mb

 

 

6

t

t’

20

mp

 

 

7

d

t

21

nd

 

 

8

ɗ

th

22

nt

 

 

9

s

S

23

nc

 

 

10

l

ᄙᅠ

l

24

ŋk

 

 

11

r

r

25

ŋg

 

 

12

c

c

26

 

s’

13

ɟ

ɟ

27

 

ch

14

k

k’

28

 

kh

 

 

 

Pada <Tabel 4> di atas, bisa dilihat perbandingan antara konsonan bahasa Korea dan bahasa  Cia- Cia. Transkripsi konsonan bahasa Cia-Cia pada umumnya ditulis dengan konsonan Hangeul yang mempunyai suara mirip dengan bahasa Cia-Cia (Dessiar, 2021a). Kedua bahasa sama-sama mempunyai konsonan /b, p, m, w, t, d, s, l, r , c, ɟ, k, g, n, ŋ, dan h/, sehingga masing-masing konsonan tersebut mempunyai padanannya. Dalam bahasa Korea modern sebenarnya tidak memiliki fonem konsonan /w/ namun pada bahasa Korea abad pertengahan terdapat konsonan /w/ dengan aksara ‘ㅸ’. Aksara bahasa Korea abad modern tidak bisa mentranskripsikan Konsonan /w/ bahasa Cia-Cia, sehingga memunculkan kembali konsonan /w/ bahasa Korea abad pertengahan (ㅸ).  Selain itu konsonan /l/ dan /r/ dalam bahasa Cia-Cia dituliskan dengan satu konsonan /ㄹ/,  karena dalam bahasa Korea konsonan /ㄹ/ bisa berbunyi /l/ dan /r/ tergantung letaknya. Jika /ㄹ/ terletak di awal suku kata maka akan dibaca /r/, sedangkan jika berada di akhir suku kata akan dibaca /l/. Namun dalam transliterasi bahasa Cia-Cia penggunaan /l/ dan /r/ dibedakan, yakni aksara /ᄙᅠ/ untuk menuliskan /l/ dan aksara /ㄹ/ untuk menuliskan /r/. Penggunaan  /ᄙᅠ/ tidak digunakan dalam bahasa Korea modern maupun abad pertengahan. Penggunaan /ᄙᅠ/ di awal suku kata merupakan modifikasi untuk mengatasi kekurangan bahasa korea yang memiliki batasan tidak ada suara [l] yang muncul di awal suku kata. Menurut Mei, L. X (2015) aksara /ᄙᅠ/ pertama kali digunakan dalam buku pengajaran bahasa China untuk orang Korea yang dikarang oleh Jang Ji Yeong. Aksara /ᄙᅠ/ digunakan untuk mengekspresikan suara /l/ yang muncul di awal suku kata. Penggunaan /ᄙᅠ/ ternyata diadobsi untuk mentranskripsikan konsonan /l/ bahasa Cia-Cia yang muncul di awal suku kata.

Dari <tabel 4> di atas bisa kita ketahui bahwa ada beberapa konsonan bahasa Cia-Cia yang tidak memiliki padanan dalam bahasa Korea, yaitu konsonan implosif seperti, /ɓ/ dan /ɗ/.  Transliterasi konsonan implosif bahasa Cia-Cia dituliskan dengan konsonan aspirat dalam bahasa Korea yaitu ‘’ dan ‘’. Walaupun cara pelafalan konsonan implosif dan aspirat jelas berbeda, Konsonan /ɓ/ ditranskripsikan dengan ‘’ (ph)  karena dinilai memiliki persamaan klasifikasi berdasarkan letak pelafalan yakni bilabial (dwi bibir), dan konsonan /ɗ/ ditranskripsikan dengan ‘’ (th) karena memiliki persamaan klasifikasi alveolar. 

Konsonan bahasa Cia-Cia lain yang tidak memiliki padanan dalam bahasa Korea adalah konsonan prenasalisasi seperti, /mb, nd, ŋg, mp, nt, nc, ŋk /. Penulisan konsonan prenasalisasi dalam transkripsi bahasa Cia-Cia mengikuti aturan penulisan bahasa asing. konsonan prenasalisasi dianggap sebagai gabungan dua konsonan nasal dan konsonan hambat, sehingga menurut aturan penulisanya dua konsonan tersebut tidak bisa berada dalam satu suku kata dan harus dipisahkan. 

 

 

 

 

 

Tabel 5. Perbedaan Vokal Bahasa Cia-Cia dan Korea, Dan Transliterasi Bahasa Cia-Cia dengan Hangeul

No

Vokal Cia-Cia

Vokal tunggal bahasa Korea

 

No

Vokal Cia-Cia

Vokal ganda bahasa Korea

aksara

IPA

aksara

IPA

1

a

a

9

 

Ja

2

i 

i 

10

 

jʌ

3

u

u

11

 

Jo

4

e

e

12

 

Ju

5

o

o

13

 

jɛ

6

 

ɨ

14

 

Je

7

 

ɛ

15

 

wa

8

 

ʌ

16

 

wɛ

 

17

 

oi

18

 

wʌ

19

 

wi

20

 

ɰ

 

 

<Tabel 5> di atas menunjukkan perbedaan vokal bahasa Cia-cia dan bahasa Korea. Terlihat dalam bahasa Korea terdapat vokal yang jumlahnya lebih banyak dari bahasa Cia-Cia. Bahasa Korea memiliki 8 vokal tunggal vokal tunggal atau vokal dasar yakni, /a, i, u, e, o, ɨ, ɛ, ʌ/. Di antara 8 vokal tunggal tersebut terdapat vokal / ɨ, ɛ, dan ʌ/ yang tidak ditemukan dalam bahasa Cia-Cia. Selain itu bahasa Korea memiliki beragam vokal ganda yang juga tidak ditemukan dalam bahasa Cia-Cia. 

Vokal tunggal bahasa Cia-Cia semuanya bisa ditranskripsikan dengan vokal bahasa Korea, karena semua vokal dasar bahasa Cia-Cia /a, i, u, e, o/ semuanya memiliki padanan dalam bahasa Korea. Vokal /i/ bahasa Cia-Cia bisa dipadankan dengan //, /e/ dengan //,  /a/ dengan //,  /u/ dengan //, dan yang terakhir /o/ bisa dipadankan dengan //. Oleh karena itu,  ketika menuliskan vokal bahasa Cia-Cia dengan Hangeul bisa dikatakan tidak ada masalah. 

 

Tabel 6. Contoh Penulisan Bahasa Cia-Cia dengan Hangeul

Konsonan (K)

Vokal (V)

K + V

Lafal

/g/ (ㄱ)

/a/ (아)

[ga]

/n/ (ㄴ)

/i/ (이)

[ni]

/m/ (ㅁ)

/u/ (우)

[mu]

/p/ (ㅃ)

/e/ (에)

[pe]

/mb/ (음ㅂ)

/o/ (오)

음보

[ɨ m-bo]

 

Dalam transliterasi bahasa Cia-Cia dengan Hangeul, vokal tunggal // yang mempunyai bunyi [ɨ] tetap digunakan. Hal ini dikarenakan dalam aturan penulisan Hangeul terdapat batasan tidak boleh menuliskan konsonan secara berurutan dalam satu suku kata. Vokal // ini disisipkan di antara dua konsonan jika ada dua konsonan yang berurutan dalam satu suku kata tata. Misalnya dalam penulisan kata /stress/ dengan Hangeul menjadi /s ɨ t ɨ res ɨ /(스트레스). Penggunaan vokal // dalam transliterasi bahasa Cia-Cia banyak digunakan dalam penulisan konsonan prenasalisasi seperti dalam contoh penulisan /mbule/. Penulisan konsonan prenasalisasi /mb/ dalam /mbule/ dituliskan menjadi dua konsonan /m/ () dan /b/(). Dalam aturan penulisan Hangeul terdapat batasan tidak bisa menuliskan dua konsonan berturut-turut dalam satu suku kata. Oleh karena itu, konsonan  /m/ () dan /b/() dalam /mbule/ dipecah menjadi 2 suku kata menjadi menjadi / ɨ m/+/bu/+/le/ sehingga penulisan dalam Hangeulnya menjadi ‘음부ᄙᅦ’. Penggunaan vokal // dalam transkripsi bahasa Cia-Cia bisa dikatakan merupakan salah satu pemaksaan karakter Hangeul yang sesungguhnya tidak sesuai dengan karakter bahasa Cia-Cia. Seharusnya bukan bahasa Cia-Cia yang menyesuaikan Hangeul tetapi sebaliknya  Hangeul yang harus disesuaikan dengan karakteristik bahasa Cia-Cia.

 

C. Perbandingan Transliterasi Bahasa Cia-Cia dengan Aksara Buri Wolio dan Hangeul

Dalam bab ini akan dibahas persamaan dan perbedaan transliterasi bahasa Cia-Cia dengan aksara Buri Wolio dan Hangeul. Gambar di bawah ini menunjukkan contoh penggunaan penulisan aksara Buri Wolio dan Hangeul untuk menuliskan nama jalan di salah satu daerah di kota Buton.

 



A green sign with white text

Description automatically generated

Gambar 2. Penulisan Aksara Buri Wolio dan Hangeul Pada Papan Jalan

 

Pertama-tama, perbedaan terbesar antara transkripsi Buri Wolio dan transkripsi Hangul adalah arah atau urutan penulisan. Hangul ditulis dari kiri ke kanan, sedangkan Buri Wolio ditulis dari kanan ke kiri. Kemudian dari segi bentuk tulisan, Hangeul bentuknya meniru organ pelafalan saat pengucapan konsonan tersebut. Bentuk konsonan dasar 'ㄱ, ㄴ, ㅁ, ㅅ, ㅇ' masing-masing bentuknya mengikuti bentuk lidah, bibir, gigi, dan tenggorokan. Selain konsonan dasar, bentuknya hanya menambahkan garis atau titik atau memadu padankan bentuk konsonan dasar satu dengan lainnya. Oleh karena itu,  bentuk konsonan bahasa Korea memiliki kemiripan antara satu dan lainnya. Sedangkan bentuk aksara Buri Wolio lebih rumit dibandingkan dengan Hangeul. Melihat format aksara Buri Wolio,  konsonannya lebih sulit dipelajari oleh orang awam jika dibandingkan dengan Hangeul karena konsonannya terdapat banyak variasi bentuk yang berbeda-beda tergantung letaknya (awal, tengah, akhir). Berikut adalah perbandingan transliterasi bahasa Cia-Cia dengan aksara Buri Wolio dan Hangeul.

 

Tabel 7. Perbandingan aksara Buri Wolio dan Hangeul pada transliterasi bahasa Cia-Cia

Bahasa Cia-Cia

Aksara Buri Wolio

Hangeul

konsonan

kata

konsonan

kata

konsonan

kata

b

/boku/

(buku)

ب

بٚكُ

보꾸

ɓ

/ɓawa/

 (bawa)

بَوَ

파와

p

/po o/

(mangga)

ڨ٘ا٘

뽀오

m

/ma a/

(makan)

م

مَاَ

마아

w

/wua/

(buah)

و

وُاَ

ᄫᅮ아

t

/tata/

(cincang)

ت

تَتَ

따따

d

/doe/

 (uang)

د

د٘اٖ

도에

ɗ

/ɗage/

(daging)

دَݢٖ

타게

s

/sale/

(mengajak)

س

سَلٖ

사ᄙᅦ

l

/londo/

 (memasukkan)

ل

ل٘نْد٘

ㄹㄹ

ᄙᅩᆫ도

r

/rea/

(darah)

ر

رٖاَ

레아

c

/cunu/ (bakar)

چُنُ

쭈누

ɟ

/ɟamani/ (zaman)

ج

جَمَنِ

자마니

k

/kuru/

(cukur)

ك

كُرُ

꾸루

g

/geru/

(busuk)

ݢ

ݢٖرُ

게루

n

/nea/

(sebut)

ن

نٖاَ

네아

ŋ

/ŋii/

(gigi)

ڠ

ڮِاِ

응이이이

h

/holi/

(beli)

ح

ح٘لِ

호ᄙᅵ

 

ه

ه٘لِ

mb

/mbule/ (pulang)

 

مبُلٖ

 

음부ᄙᅦ

mp

/mpuʔu/ (benar)

 

مڤُاُ

 

음뿌우

nd

/ndole/

 (baring)

 

ند٘لٖ

 

은도ᄙᅦ

nt

/ntomate/ (tomat)

 

نت٘مَتٖ

 

은또마떼

nc

/nciri nciri/ (tetesan)

 

نچِرِنچِرِ

 

은찌리은찌리

ŋk

/ŋkoo/ (jongkok)

 

ڠك٘ا٘

 

응꼬오

ŋg

/ŋggoloŋggolo/(buah mada)

 

ڠݢ٘ل٘ ڠݢ٘ل٘

 

응고ᄙᅩ 응고ᄙᅩ

 

Dari <tabel 7> di atas bisa diketahui bahwa perbedaan transkripsi bahasa Cia-Cia ke dalam aksara Buri Wolio dan Hangeul dalam pentranskripsian konsonan implosif /ɓ, ɗ/. Dalam aksara Buri Wolio Konsonan implosif, /ɓ/ dan /ɗ/ dituliskan dengan konsonan yang sama dengan konsonan letup /b/ dan /d/ , yaitu konsonan  ‘ب’ dan ‘د’. Dengan kata lain  ‘ب’ digunakan untuk menuliskan /b/ dan /ɓ/, serta  ‘د’ digunakan untuk menuliskan /d/ dan /ɗ/. Untuk transliterasi dengan Hangeul Konsonan /ɓ/ ditranskripsikan dengan ‘’ (ph) karena memiliki persamaan klasifikasi bilabial (dwi bibir), dan konsonan /ɗ/ ditranskripsikan dengan ‘’ (th) karena memiliki persamaan klasifikasi alveolar. Dari kedua jenis transliterasi (Buri Wolio dan Hangeul) memiliki persamaan semuanya tidak mempunyai padanan dengan konsonan prenasalisasi /mb, nd, ŋg, mp, nt, nc, ŋk /, sehingga dalam transliterasi dituliskan menjadi dua konsonan nasal dan plosive yang digabungkan.

Ada beberapa hal yang menonjol ketika membandingkan transkripsi vokal bahasa Cia-Cia. Vokal digunakan sebagai unsur tambahan yang dituliskan di atas maupun di bawah konsonan dalam aksara Buri Wolio. Berdasarkan pada letaknya vokal /a, u, o/ dituliskan  di atas konsonan, dan /i, e/ dituliskan di bawah konsonan. Berbeda dengan aksara Buri Wolio, vokal dalam Hangeul merupakan unsur paling penting terbentuknya suku kata, karena dalam penulisan Hangeul dalam tiap suku kata harus ada vokal. Berdasarkan letak penulisannya vokal Hangeul /ㅏ, ㅣ, ㅔ/ ditulis di sisi kanan konsonan, dan / ㅗ, ㅜ, ㅡ/ ditulis di bawah konsonan..

Semua vokal dasar bahasa Cia-Cia /a, i, u, e, o/ semuanya memiliki padanan dalam bahasa Korea. Vokal /i/ bahasa Cia-Cia bisa dipadankan dengan //, /e/ dengan //,  /a/ dengan //,  /u/ dengan //, dan yang terakhir /o/ bisa dipadankan dengan //. Sedangkan dalam bahasa Arab tidak ditemukan vokal yang mempunyai bunyi serupa dengan vokal /e/ dan /o/ bahasa Cia-Cia. Oleh karena itu, dalam aksara Buri Wolio ditambahkan vokal baru untuk mentranskripsikan vokal /e/ dan /u/ yang tidak ada dalam bahasa Arab.

Bahasa Cia-Cia dan bahasa Arab sama sama memiliki vokal panjang. Namun jenis vokal panjang yang dimiliki oleh bahasa Cia-Cia memiliki perbedaan dengan bahasa Arab. Bahasa Cia-Cia memiliki vokal panjang /a:, e:, dan o:/, sedangkan bahasa Arab memiliki vokal panjang /a:, i: dan u:/. Untuk mentranskripsikan vokal panjang /a:/ digunakan vokal panjang /a:/ dengan aksara  /ا / yang sama digunakan dalam bahasa Arab.  Tetapi untuk mentranskripsikan vokal panjang /e:/ digunakan aksara  ‘ي‘ yang dalam bahasa arab dipakai untuk menuliskan vokal panjang /i/.  Selanjutnya untuk mentranskripsikan vokal panjang /o:/ digunakan aksara  ‘و ‘ yang dalam bahasa Arab digunakan untuk menuliskan vokal panjang /u:/. Vokal panjang yang terdapat dalam bahasa Cia-Cia bisa dikatakan sebagai karakteristik bahasa Cia-Cia yang membedakan dengan bahasa Korea. Dalam bahasa Korea tidak terdapat aksara yang digunakan untuk mengekspresikan vokal panjang, sehingga vokal panjang bahasa Cia-Cia tidak bisa ditranskripsikan dengan aksara Hangeul. namun tidak ditemukan pada aksara Hangeul. 

Selain itu, yang unik dari vokal Hangeul adalah adanya penggunaan vokal // ([ɨ]) padahal dalam bahasa Cia-Cia tidak ada vokal yang suaranya mirip dengan vokal //([ɨ]). Vokal tersebut hanya ada di bahasa Korea modern, dan tidak ditemukan dalam bahasa Cia-Cia. Vokal // dalam bahasa Korea modern diterapkan dalam transkripsi bahasa Cia-Cia, karena dalam penulisan bahasa Korea modern mempunyai keterbatasan dalam satu suku kata tidak bisa menuliskan konsonan lebih dari satu secara berurutan dalam satu suku kata. Oleh karena itu jika ada konsonan berurutan dalam bahasa Korea di antara konsonan tersebut disisipi vokal // ini. Sebenarnya aturan penulisan Hangeul ini merupakan aturan yang dibuat untuk mengatasi permasalahan keterbatasan bahasa Korea yang tidak bisa menuliskan lebih dari satu konsonan secara berurutan. Aturan ini tidak ada sama sekali hubungannya dengan karakteristik bahasa Cia-Cia.

Pada dasarnya fonem bahasa Cia-Cia ditranskripsikan dengan fonem yang memiliki karakter fonologis sama dalam bahasa Korea atau Arab. Namun, perbedaan akan timbul pada saat mentranskripsikan fonem bahasa Cia-Cia yang tidak terdapat dalam bahasa Arab atau Korea. Transkripsi fonem bahasa Cia-Cia yang tidak terdapat dalam bahasa Arab dan Korea, secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa metode. Pertama, metode modifikasi fonem dasar. Ini merupakan metode yang dilakukan dengan mentranskripsikan fonem bahasa Cia-Cia yang tidak ada dalam aksara yang bersangkutan, dengan memodifikasi fonem dasar. Kedua, metode pemilihan fonem sejenis. Metode ini merupakan cara yang dilakukan dengan mentranskripsikan fonem bahasa Cia Cia yang tidak ada dalam aksara yang bersangkutan, dengan memilih fonem yang mempunyai karakteristik fonologis yang mirip atau mendekati. Ketiga, metode transkripsi lebih dari satu fonem. Metode ini merupakan metode untuk mentranskripsikan satu fonem bahasa Cia-Cia yang tidak ditemui dalam aksara yang bersangkutan dengan lebih dari satu fonem. Dan terakhir, metode penciptaan aksara baru yang mengacu pada pembuatan aksara fonem baru untuk mentranskripsikan fonem bahasa Cia Cia, yang tidak ada dalam aksara yang bersangkutan.

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 8. Perbedaan cara transliterasi fonem bahasa Cia-Cia yang tidak memiliki padanan

 

Transkripsi Konsonan

Transkripsi Vokal

Modifikasi Fonem Dasar

Pemilihan Fonem Sejenis

Transkripsi lebih dari satu fonem

Penciptaan Aksara Baru

Fonem Cia-Cia yang tidak ada dalam aksara Arab (Buri Wolio)

p

c

g

ŋ

 

ɓ

ɗ

 

/mb, nd, ŋg, mp, nt, nc, ŋk /

e

o

 

 

ݢ

ڠ

 

ب

د

 

/مب, ند, عڠ, مڤ, نت, نچ, عك/

Fonem Cia-Cia yang tidak ada dalam Bahasa Korea

-

l

ɓ

ɗ

w

 

/mb, nd, ŋg, mp, nt, nc, ŋk /

 

 

 

 

ᄙᅠ

/음ㅂ, 음ㄷ, 응ㄱ, 음ㅃ, 은ㄸ,은ㅉ, 응ㄲ/

 

 

 

Di antara keempat metode yang disebutkan pada <Tabel 9>, dapat dilihat bahwa metode pemilihan fonem sejenis diterapkan pada transkripsi aksara Buri Wolio dan Hangeul. Aksara Buri Wolio, tidak mempunyai konsonan implosive /ɓ/ dan /ɗ/, sehingga untuk mentranskripsikan konsonan tersebut digunakan konsonan lain yang memiliki karakteristik fonologis yang mendekati berdasarkan posisi artikulasi dan atau cara artikulasi. Konsonan /ɓ/  ditranskripsikan dengan 'ب' dalam aksara Buri Wolio karena konsonan /ɓ/ dan 'ب'  berdasarkan letak pelafalannya sama-sama merupakan konsonan bilabial, dan berdasarkan cara pelafalannya sama-sama merupakan konsonan bersuara (voiced). Oleh karena itu dua konsonan tersebut dianggap sebagai konsonan yang mirip. Konsonan / ɗ /  ditranskripsikan dengan ' د ' dalam aksara Buri Wolio karena konsonan / ɗ / dan ' د '  berdasarkan letak pelafalannya sama-sama merupakan konsonan alveolar, dan berdasarkan cara pelafalannya sama-sama merupakan konsonan bersuara (voiced). Oleh karena itu dua konsonan tersebut juga bisa dianggap sebagai konsonan yang mirip.        

Dalam transkripsi dengan Hangul, metode pemilihan fonem sejenis juga ditemukan saat mentranskripsikan konsonan implosive /ɓ/ dan /ɗ/. Konsonan korea yang memiliki karakteristik fonologis yang mirip dengan konsonan tersebut digunakan untuk mentranskripsikan konsonan implosive. Konsonan /ɓ/ ditranskripsikan dengan ‘’ dalam aksara Hangeul karena konsonan /ɓ/ dan ‘’ berdasarkan letak pelafalannya sama-sama merupakan konsonan bilabial. Konsonan /ɗ/  ditranskripsikan dengan ‘’ dalam aksara Hangeul karena konsonan / ɗ / dan ' '  berdasarkan letak pelafalannya sama-sama merupakan konsonan alveolar. 

Selain itu, transkripsi /w/ bahasa Cia-Cia juga menunjukkan menerapkan metode pemilihan fonem sejenis. Karakteristik fonetik /w/ dalam bahasa Cia-Cia awalnya adalah frikatif labial bersuara [v], tetapi sekarang [v] sering dilemahkan menjadi [w] dan ditulis sebagai /w/. Meskipun /w/ dalam Cia-Cia termasuk fonem konsonan, tetapi  dalam bahasa Korea modern bunyi [w] adalah diftong yang tidak diklasifikasikan menjadi fonem. Bunyi [v] tidak ada dalam bahasa Korea modern, tetapi bunyi [β] yang hampir mirip dengan bunyi [v] ditemukan dalam konsonan // yang merupakan fonem bahasa Korea abad pertengahan yang sudah tidak dipakai lagi pada bahasa Korea modern. Konsonan /w/ bahasa Cia-Cia ditranskripsikan dengan ‘’ dalam aksara Hangeul karena konsonan /w/ dan ‘’ berdasarkan letak pelafalannya sama-sama merupakan konsonan bilabial.

Metode modifikasi konsonan dasar hanya ditemukan pada transkripsi aksara Buri Wolio. Untuk mentranskripsikan fonem /p/, /c/, /g/, /ŋ/ bahasa Cia Cia, dalam aksara Buri Wolio ditemukan bentuk modifikasi fonem dasar bahasa Arab. Bentuk modifikasi dalam aksara Buri Wolio ini adalah konsonan yang digunakan dalam aksara Jawi.  ‘’ yang digunakan untuk mentranskripsikan  /p/ aslinya berasal dari /ف/ dengan bunyi [f]. Menambahkan dua titik di atas / ف /  menjadi '' untuk mentranskripsikan /p/. ‘ ’ yang digunakan untuk mentranskripsikan  /c/ aslinya berasal dari /ج/ dengan bunyi [dʒ]. Penambahan dua titik pada /ج/ menjadi ‘’ merupakan aksara modifikasi untuk mentranskripsikan /c/. ‘ݢ’ yang digunakan untuk mentranskripsikan  /g/ aslinya berasal dari / / dengan bunyi [k]. Penambahan satu titik di atas / / menjadi ‘ݢ’ merupakan aksara modifikasi untuk mentranskripsikan /g/. Terakhir, ‘ڠ’, yang digunakan untuk mentranskripsikan /ŋ/, berasal dari bentuk konsonan /ع/ diberi tambahan tiga titik di bagian atas huruf menjadi ‘ڠ’ untuk mentranskripsikan /ŋ/.

Metode penciptaan aksara baru hanya muncul dalam transkripsi vokal Buri Wolio. Dalam bahasa Cia-Cia terdapat vokal yang tidak ada dalam bahasa Arab. Vokal tersebut adalah vokal /e/ dan /o/. Oleh karena itu, untuk mentranskripsikan vokal /e/ dan /o/ dalam aksara Buri Wolio diciptakan aksara baru. Tanda vokal baru dibuat untuk mewakili /o/. Secara umum, vokal adalah unsur tambahan yang terletak di atas atau di bawah konsonan. Untuk mentranskripsikan vokal /e/ dan /o/ diciptakan aksara baru yaitu, tanda ‘’yang ditambahkan di atas atau di bawah konsonan. Tanda ‘’yang ditambahkan di bawah konsonan digunakan untuk mentranskripsikan

vokal /e/, dan yang ditambahkan di atas konsonan digunakan untuk mentranskripsikan vokal /o/.

Dalam aksara Buri Wolio dan Hangeul keduanya tidak memiliki fonem konsonan prenasalisasi /mb, nd, ŋg, mp, nt, nc, ŋk /. Dalam proses transkripsi konsonan prenasalisasi menggunakan metode transkripsi lebih dari satu aksara. Ada perbedaan antara Hangeul dan Buri Wolio dalam mentranskripsikan konsonan prenasalisasi ini. Konsonan prenasalisasi ini secara fonologis merupakan satu fonem tersendiri yang bisa membedakan arti, sedangkan secara fonetik suara konsonan ini merupakan gabungan dari konsonan nasal dan konsonan plosive. Oleh karena ini, dalam aksara Buri Wolio transkripsi konsonan prenasalisasi ini dilakukan dengan menggabungkan konsonan nasal dan konsonan plosive yang mengikutinya /مب, ند, عڠ, مڤ, نت, نچ, عك/. Sedangkan dalam aksara Hangeul transkripsi konsonan prenasalisasi dilakukan dengan memisahkan dua konsonan nasal dan konsonan plosive yang mengikutinya dengan suku kata berbeda, karena dalam penulisan bahasa Korea modern tidak bisa menuliskan konsonan ganda dalam satu suku kata sehingga konsonan prenasalisasi /mb, nd, ŋg, mp, nt, nc, ŋk / ditranskripsikan dengan /음ㅂ, 음ㄷ, 응ㄱ, 음ㅃ, 은ㄸ,은ㅉ, 응ㄲ/. 

 

 

 

Kesimpulan

Melalui penelitian ini, telah dibandingkan transkripsi bahasa Cia-Cia dengan menggunakan aksara Buri Wolio dan Hangeul. Melalui perbandingan tersebut bisa dilihat persamaan dan perbedaan antara keduanya. Pada umumnya transkripsi bahasa Cia-Cia dengan aksara Buri Wolio maupun Hangeul, cenderung menggunakan fonem yang mempunyai karakteristik sama atau mirip. Dalam proses meminjam aksara Arab dan Hangeul ditemukan banyak penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan untuk mengekspresikan unsur-unsur bahasa seperti konsonan atau vokal Cia-Cia yang berbeda dari aksara yang dipinjam. 

Untuk menuliskan fonem bahasa Cia-Cia yang tidak ada dalam bahasa Arab atau Korea, umumnya digunakan empat metode yang berbeda. Metode-metode tersebut mencakup modifikasi fonem dasar, pemilihan fonem sejenis, metode transkripsi lebih dari satu fonem, dan penciptaan aksara baru. Metode pemilihan fonem sejenis dapat ditemukan dalam penulisan aksara Arab dan Hangul. Karena bahasa Arab dan Korea tidak memiliki konsonan implosif seperti /ɓ/ dan /ɗ/, konsonan yang memiliki posisi artikulasi dan cara pengucapan yang mirip dalam bahasa Arab dan Korea digunakan untuk menuliskan konsonan implosif bahasa Cia-Cia. Metode ini juga diterapkan untuk menuliskan konsonan /w/ yang tidak ada dalam bahasa Korea. Selain itu, metode modifikasi fonem dasar hanya ditemukan dalam penulisan aksara Arab. Metode ini digunakan untuk menuliskan konsonan /p/, /c/, /g/, dan /ŋ/ bahasa Cia-Cia. Dalam proses transkripsi konsonan prenasalisasi /mb, nd, ŋg, mp, nt, nc, ŋk /menggunakan metode transkripsi lebih dari satu aksara. Terakhir, metode penciptaan baru hanya muncul dalam penulisan vokal bahasa Arab dan digunakan untuk menuliskan vokal /e/ dan /o/. 

Dalam pentranskripsian bahasa Cia-Cia dengan Hangeul ditemukan cara transkripsi yang unik yaitu adanya penggunaan vokal // ([ɨ]) padahal dalam bahasa Cia-Cia tidak ada vokal yang suaranya mirip dengan vokal //([ɨ]). Vokal // dalam bahasa Korea modern diterapkan dalam transkripsi bahasa Cia-Cia, karena dalam penulisan bahasa Korea modern mempunyai keterbatasan dalam satu suku kata tidak bisa menuliskan konsonan lebih dari satu secara berurutan dalam satu suku kata. Oleh karena itu jika ada konsonan berurutan dalam bahasa Korea di antara konsonan tersebut disisipi vokal // ini. Ini merupakan karakterteristik Hangeul yang sesungguhnya tidak sesuai dengan karakteristik bahasa Cia-Cia. Seharusnya bukan bahasa Cia-Cia yang menyesuaikan Hangeul tetapi sebaliknya Hangeul yang harus disesuaikan dengan karakteristik bahasa Cia-Cia.

 

BIBLIOGRAFI

Amrulloh, M. A. (2016). Fonologi Bahasa Arab (Tinjauan Deskriptif Fonem Bahasa Arab). Jurnal Al Bayan; Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, 8(1), 1-13.

Chomsky, N. & M. Halle. (1968). The Sound Pattern of English. New York: Harper & Row Publishers.

Dessiar, A. R. (2020). A Study on the Correlation between the Transcription of Cia-cia Language into Hangeul and the Cia-cia Language Characteristics, Journal of the Humanities, 0(78), 5-34.

Dessiar, A. R. (2021a). Contrastive Study on Cia-Cia and Korean Consonants - Based on Typological Universals. The Journal of Korean Language and Literature Education,0(76). 137-170.

Dessiar, A. R. (2021b). A Contrastive Study on Korean and Cia-Cia Language Vowels Based on an Acoustic Experiment. Humaniora, 33(3), 182-192.

Gang, G. S. (2011). A Study on the Keyboard of Jawi Script (Arabic-Malay Script)," Suvannabhumi, 3( 1), 47-66.

Herbert, R. (1975). Reanalyzing Prenasalized Consonants. Studies in African Linguistics 6(2), 105-123.

Jeon T. H & Lee H Y (2009). 인도네시아 소수민족 언어 연구 - 찌아찌아어 (Studi Bahasa Minoritas di Indonesia: Bahasa Cia-Cia). Korean Linguistics Journal,  2009(6)6, 7-16.

Jeon. T. H &  Jo T. Y. (2012). The Future of Hangeul-based Cia-Cia Script: A Perspective of the History of Writing System. Journal of  Hangeul. 0(289), 107-134.

Kim, B. K. (2012). Case study on internationalization of Hangeul : In the case of the writing system of bahasa Cia-cia. Thesis Pascasarjana, Sekolah Pascasarjana Pendidikan Universitas Seoul.

Ladefoged, P. and Maddieson, I, (1996). The Sounds of the world's Languages. Oxford: Blackwell.

La Ino, (2015). Deskripsi Fonologi dan Leksikon Bahasa Ciacia, Kajian Linguistik, 12(1), 128-137.

La Niampe, (2012). Bahasa Melayu di Kerajaan Buton(Studi Berdasarkan Naskah Kuno Koleksi Abdul Mulku Zahari di Buton), Jurnal Bahasa Seni dan Pengajarannya, 40(1) FKIP, Universitas Haluoleo.

La Niampe, (2013) Bahasa Wolio di Kerajaan Buton, FKIP, Universitas Haluoleo.

Abdullah, M d.k.k, (1991). Struktur Bahasa Cia-Cia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 

Lee H. Y & Hwang H. S & Abidin (2009). Bahasa Cia-Cia 1. Hunminjeongeum Society.

Mei, L. X (2015). " A Study on the Phoneme System of Chinese Represented in ZHONG GUO YU HUI HUA QUAN SHU." The Journal of the Humanities. Vol.105. N0.0. 39-64

Park J. Y (2003) " A study on phonological system of Arabic," Journal of The Korean Association of The Islamic Studies, Vol. 13, No. 1

Prasetyo, A (2016) Karakteristik Fonem Bahasa Ciacia Dialek Mbahae, Widyaparwa.

Rauf, R. (2013). "Islamisasi Kesultanan Buton." Skripsi. UIN Alauddin Makassar.

Rosdin, A. (2014). "Buton, Islamization, and this Manuscript Tradition." International Journal of Nusantara Islam, 2(2), 101-116.

Shin J. Y (2014). 말소리의 이해. Seoul: Hankukmunwasa.

Welmers, W. (1978). African Language Structures. Berkeley: University of California Press.

Copyright holder:

Achmad Rio Dessiar (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: