Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 10, Oktober 2023
PERBANDINGAN TRANSKRIPSI
BAHASA CIA-CIA DENGAN AKSARA BURI WOLIO DAN AKSARA HANGEUL
Achmad Rio Dessiar
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Bahasa Cia-Cia
adalah bahasa yang digunakan oleh suku Cia-Cia. Walaupun suku Cia-Cia memiliki
bahasa mereka sendiri, namun mereka tidak memiliki aksara untuk
mentranskripsikan bahasa mereka. Jadi dari waktu ke waktu bahasa ini
ditranskripsikan dengan meminjam aksara dari bahasa lain seperti, Buri Wolio
(aksara Arab yang digunakan oleh kerajaan Buton), Alfabet dan yang terakhir
aksara Korea yang biasa disebut Hangeul.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
transkripsi bahasa Cia-Cia dengan menggunakan aksara Buri Wolio dan Hangeul. Metode yang
digunakan adalah metode analisis kontrastif. Pada umumnya
transkripsi bahasa Cia-Cia menggunakan aksara Buri Wolio atau Hangeul cenderung menggunakan fonem yang
memiliki karakteristik yang sama. Namun dalam mentranskripsikan fonem bahasa
Cia-Cia yang tidak ada dalam bahasa Arab atau Korea, digunakan beberapa metode
yakni, modifikasi fonem dasar, pemilihan fonem sejenis, metode transkripsi
lebih dari satu fonem, dan penciptaan aksara baru. Selain itu, Dalam
pentranskripsian dengan Hangeul,
ditemukan cara transkripsi yang unik yaitu penggunaan vokal /ㅡ/
([ɨ]), meskipun tidak ada vokal dalam bahasa Cia-Cia yang mirip dengan vokal
tersebut. Penggunaan vokal /ㅡ/ dalam bahasa Korea modern dalam transkripsi
bahasa Cia-Cia disebabkan oleh keterbatasan bahasa Korea modern yang tidak
memungkinkan penulisan konsonan secara berurutan dalam satu suku kata.
Kata kunci: Transkripsi; Bahasa Cia-Cia; Buri Wolio;
Hangeul
Abstract
The Cia-Cia tribe speaks the Cia-Cia
language. Although the Cia-Cia people have their language, they do not have a
script to transcribe them. Therefore, over time, the Cia-Cia language has been
transcribed using scripts borrowed from other languages, such as the Buri Wolio
(an Arabic script used by the Buton kingdom), the Alphabet, and most recently,
the Korean script known as Hangeul. This research aims to identify the
similarities and differences in the transcription of the Cia-Cia language using
the Buri Wolio script and Hangeul. The results of this study show that, in
general, the transcription of the Cia-Cia language using the Buri Wolio script
or Hangeul tends to use phonemes with similar characteristics. However, in
transcribing Cia-Cia language phonemes that do not exist in Arabic or Korean,
several methods are used: modification of basic phonemes, selection of similar
phonemes, ways of transcription of more than one phoneme, and creation of new
characters. Furthermore, in the transcription of the Cia-Cia language using Hangeul,
a unique method was found: the use of the /ㅡ/ ([ɨ]) vowel,
even though there is no corresponding vowel in the Cia-Cia language. The use of
the /ㅡ/ vowel in modern Korean
transcription of the Cia-Cia language is due to the limitations of the modern
Korean writing system, which does not allow consecutive consonants in a single
syllable.
Keywords: Transcription; Cia-Cia
Language; Buri Wolio; Hangeul
Pendahuluan
Indonesia
adalah negara kepulauan yang memiliki kekayaan budaya yang tercermin dari
banyaknya suku dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayahnya. Menurut
data sensus BPS tahun 2010 terdapat 1.300 lebih suku bangsa di Indonesia dan
terdapat lebih dari 650 bahasa daerah yang telah dipetakan dan diverifikasi
oleh Badan Bahasa Kemendikbud. Di antara ratusan bahasa daerah yang masih
digunakan oleh suku bangsa di Indonesia, bahasa Cia-Cia merupakan salah satu
bahasa daerah yang berada di ambang kepunahan. Cia-Cia merupakan nama sebuah
suku yang sebagian besar penduduknya tinggal di kota Bau-Bau yang terletak di
selatan pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Bahasa Cia-Cia adalah bahasa yang
digunakan oleh suku Cia-Cia dengan jumlah penutur sekitar 93.000 jiwa. Mereka
memiliki bahasa mereka sendiri, namun mereka tidak memiliki aksara untuk
mentranskripsikan bahasa mereka. Oleh karena itu dari waktu ke waktu bahasa
Cia-Cia ini dituliskan atau ditranskripsikan dengan meminjam aksara dari bahasa
lain seperti, aksara Buri Wolio (aksara Arab yang digunakan oleh kerajaan
Buton), alfabet dan yang terakhir aksara Korea yang biasa disebut Hangeul. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan transkripsi bahasa Cia-Cia dengan menggunakan aksara
Buri Wolio dan Hangeul.
Sejarah
penggunaan aksara di daerah pulau Buton tidak lepas dari sejarah penyebaran
islam di Nusantara. Misionaris Islam masuk secara aktif ke kepulauan Nusantara
sekitar abad ke 12 sampai 16 dan mulai abad ke 17 (era modern) penyebaran Islam
di Nusantara semakin masif sehingga Islam tersebar luas hampir di seluruh
penjuru Indonesia tidak terkecuali di pulau Buton (Rosdin, 2014 : 102). Hal ini
dibuktikan dengan digunakannya aksara Arab modifikasi yang disebut aksara Buri
Wolio di kerajaan Buton pada masa itu. Awalnya aksara Buri Wolio digunakan
untuk kepentingan penulisan kitab-kitab Islam dan penerjemahan Al-Quran, tetapi
seiring berjalannya waktu Buri Wolio juga digunakan untuk mentranskripsikan
bahasa-bahasa daerah yang ada di sekitar pulau Buton termasuk bahasa Cia-Cia
(Jeon. T. H & Jo T. Y, 2012:
9). Penggunaan aksara Buri Wolio mulai menurun antara tahun 1942 dan 1945,
karena selama pendudukan Jepang di Indonesia, penggunaan aksara Arab
dilarang. Saat ini, jumlah orang yang bisa berbahasa Cia-Cia diambang
kepunahan. Menurut Amirul Tamim mantan Wali Kota Bau-Bau, bahasa Cia-Cia
terancam punah karena ketiadaan aksara yang tepat untuk menuliskannya. Akhirnya
Pada tahun 2009, Hangeul diusulkan
sebagai aksara untuk melestarikan bahasa Cia-Cia.
Ada
banyak suku di Indonesia yang memiliki bahasa daerah tetapi tidak memiliki
aksara untuk menuliskan bahasa tersebut. Di dunia sangat umum kasus bahasa yang
tidak memiliki aksara dan akhirnya meminjam aksara bahasa lain untuk menuliskan
bahasa mereka tersebut. Tentu saja saat meminjam aksara dari bahasa lain, akan
terjadi banyak penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan untuk mengekspresikan
unsur-unsur bahasa seperti konsonan atau vokal yang mungkin berbeda dari bahasa
aksara yang dipinjam. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi persamaan
dan perbedaan transkripsi bahasa Cia-Cia dengan menggunakan aksara Buri Wolio
dan Hangeul.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
analisis kontrastif di mana transkripsi bahasa Cia-Cia dengan aksara Buri Wolio
dibandingkan dengan Hangeul. Proses
pertama untuk mengetahui penerapan transkripsi Bahasa Cia-Cia dengan aksara
Buri Wolio dilakukan analisis kontrastif fonem (konsonan dan vokal) Bahasa
Cia-Cia dengan aksara Arab. Setelah itu penerapan transkripsi Bahasa Cia-Cia
dengan aksara Buri Wolio dianalisis. Proses yang sama juga dilakukan pada
transkripsi dengan aksara Hangeul. Berikutnya, setelah mengetahui karakteristik
aksara Buri Wolio dan Hangeul dalam
transkripsi bahasa Cia-Cia. Selanjutnya dicari persamaan dan perbedaan antara
keduanya.
Hasil dan Pembahasan
A. Transliterasi Bahasa Cia-Cia dengan
Aksara Buri Wolio
Pada
abad 15-19 (era modern) Islam sudah tersebar luas hampir di seluruh penjuru
Indonesia. Budaya Islam hampir mempengaruhi banyak aspek di seluruh
kehidupan di wilayah Nusantara, termasuk penggunaan bahasa dan aksara.
Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya penggunaan kata serapan dari
bahasa Arab. Pada awalnya orang-orang Nusantara saat
itu menggunakan aksara Arab untuk menuliskan kitab-kitab tafsir Islam dan
menterjemahkan Quran ke dalam bahasa daerahnya masing-masing. Seiring dengan
itu pula penggunaan aksara Arab semakin meluas bukan hanya untuk menuliskan
kitab-kitab Islam saja tetapi mulai digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Rosdin,
2014). Uniknya aksara arab yang
digunakan di kepulauan Nusantara mempunyai karakteristik berbeda-beda
berdasarkan bahasanya. Banyak aksara arab yang dimodifikasi sesuai dengan
karakteristik fonologis bahasa yang dituliskan. Bentuk modifikasinya beragam
mulai dari adanya penambahan atau pengurangan fonem-fonem tertentu atau bahkan
memodifikasi bentuk fonem dasar bahasa Arab. Beberapa varian aksara Arab yang
digunakan di kepulauan Nusantara sangat beragam misalnya aksara Jawi untuk
menuliskan bahasa melayu, aksara Pegon untuk menuliskan bahasa Jawa dan Madura,
aksara Serang untuk menuliskan bahasa Bugis dan Makasar, aksara Buri Wolio
untuk menuliskan bahasa Wolio, Cia-Cia dan bahasa daerah di sekitar pulau buton
(Jeon. T. H & Jo T. Y 2012 : 113).
Kesultanan
Buton berdiri dari tahun 1332 sampai 1960 dan merupakan kesultanan yang
mempunyai daerah kekuasaan di sekitar pulau Buton, Sulawesi selatan. Pada saat
awal kerajaan Buton pertama kali didirikan kerajaan ini diperintah oleh dua
penguasa perempuan, yaitu Wa Kaa Kaa dan Bulawambona dan pada saat itu kerajaan
Buton bukanlah kerajaan Islam. Baru mulai abad ke 16 pada masa Raja Murhum
memegang kekuasaan, pengaruh Islam mulai masuk dan kerajaan resmi berubah
menjadi Kesultanan Buton.
Bahasa
Wolio merupakan bahasa resmi kesultanan Buton. Aksara yang digunakan untuk
menuliskan Bahasa Wolio adalah aksara Buri Wolio. Tetapi di daerah kekuasaan
kesultanan Buton selain suku Buton banyak juga suku-suku lain yang ada di sana,
sehingga ada juga beragam bahasa daerah yang digunakan di wilayah kesultanan
Buton. Suku Cia-Cia merupakan salah satu suku yang berada di wilayah kesultanan
Buton. Suku Cia-Cia menggunakan Bahasa Cia-Cia di mana Bahasa Cia-Cia ini
berbeda dengan Bahasa Wolio. Namun karena suku Cia-Cia berada di bawah daerah
administrasi kesultanan Buton maka, mereka juga menggunakan aksara Buri Wolio
untuk mentranskripsikan Bahasa Cia-Cia.
Buri
Wolio merupakan aksara Arab yang dimodifikasi menyesuaikan karakteristik Bahasa
Wolio. Jika dibandingkan dengan varian aksara Arab lain yang digunakan di
Nusantara, Aksara Buri Wolio mempunyai beberapa perbedaan. Untuk
mengekspresikan beberapa konsonan yang tidak ada dalam Bahasa Arab, aksara Buri
Wolio menambahkan konsonan yang digunakan dalam aksara Jawi. Berikut adalah
konsonan aksara Jawi yang juga digunakan dalam aksara Buri Wolio yang tertuang
pada La Niampe(2012).
Gambar 1. Konsonan dan Vokal Buri Wolio
Bisa
dilihat dari gambar di atas, susunan konsonan aksara Buri Wolio bukan hanya
terdiri dari aksara bahasa Arab saja melainkan terdapat juga beberapa aksara
modifikasi yang digunakan dalam aksara Jawi untuk mengekspresikan konsonan /c,
ŋ (ng), p, g, ɲ (ny)/. Bahasa Arab tidak memiliki konsonan /c, ŋ (ng), p,
g, ɲ (ny)/ sehingga dalam bahasa Jawi digunakan aksara modifikasi
untuk mengekspresikan konsonan tersebut. Untuk vokal Buri Wolio selain
menggunakan vokal bahasa Arab dalam aksara Buri Wolio terdapat penambahan vokal
/e/ dan /o/ karena dalam bahasa Arab tidak ada vokal /e/ dan /o/. Berikut
adalah tabel perbandingan konsonan bahasa Cia-Cia, aksara Buri Wolio dan aksara
Arab.
Tabel 1. Perbedaan Konsonan Bahasa Cia-Cia, Buri Wolio dan Arab
Konsonan Cia-Cia |
Konsonan Aksara Buri Wolio |
Konsonan Arab |
||
aksara |
Konsonan |
aksara |
Konsonan |
|
b |
ب |
b |
ب |
b |
ɓ |
ɓ |
|||
p |
ﭪ |
p |
|
|
m |
م |
m |
م |
m |
w |
و |
w |
و |
w |
t |
ت |
t |
ت |
t |
d |
د |
d |
د |
d |
ɗ |
ɗ |
|||
s |
س |
s |
س |
s |
l |
ل |
l |
ل |
l |
r |
ر |
r |
ر |
r |
c |
ﭺ |
c |
|
|
ɟ |
ج |
dʒ |
ج |
dʒ |
k |
ك |
k |
ك |
k |
g |
ݢ |
g |
|
|
n |
ن |
n |
ن |
n |
ŋ |
ڠ |
ŋ |
|
|
h |
ح |
h |
ح |
ħ |
ه |
ه |
h |
||
mb |
|
|
|
|
mp |
|
|
|
|
nd |
|
|
|
|
nt |
|
|
|
|
nc |
|
|
|
|
ŋk |
|
|
|
|
ŋg |
|
|
|
|
|
ا |
ʔ |
ا |
ʔ |
|
ف |
f |
ف |
f |
|
ي |
j |
ي |
j |
|
پ |
|
|
|
|
ز |
z |
ز |
z |
|
|
|
ذ |
ð |
|
|
|
ث |
θ |
|
|
|
ش |
ʃ |
|
|
|
ص |
sˤ |
|
|
|
ض |
dˤ |
|
|
|
ط |
tˤ |
|
|
|
ظ |
ðˤ |
|
|
|
ع |
ʕ |
|
|
|
غ |
ɣ |
|
|
|
ق |
q |
|
|
|
خ |
x |
Dari tabel di
atas bisa kita simpulkan bahwa konsonan yang digunakan dalam bahasa Arab
terdiri dari 28 jenis konsonan. Konsonan- konsonan tersebut adalah /ʔ/,
/b/, /t/, /s/, /ɟ/, /ħ/, /x/, /d/, /ð/, /r/, /z/, /s/, /ʃ/, /sˤ/, /dˤ/, /tˤ/,
/ðˤ/ /ʕ/, /ɣ/, /f/, /q/, /k/, /l/, /m/, /n/, /w/, /h/, /j/. Di antara konsonan
tersebut ada 17 konsonan yang digunakan dalam aksara Buri Wolio, yaitu /b/,
/p/, /m/, /w/, /t/, /d/, /s/, /l/, /r/, /ɟ/, /k/, /n/, /h/, /ʔ/, /f/ /j/, /z/.
Seperti yang ditunjukkan di tabel di atas ada beberapa konsonan Buri Wolio yang
tidak ada dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, aksara Buri Wolio meminjam
beberapa konsonan aksara Jawi untuk mentranskripsikan konsonan Buri Wolio yang
tidak ada dalam bahasa Arab. Konsonan Buri Wolio yang dipinjam dari aksara Jawi
adalah konsonan ‘ ڤ’
untuk menuliskan fonem /f/, konsonan ‘ چ’ untuk fonem /c/,
konsonan ‘ݢ ’ untuk fonem /g/,
konsonan ‘ڠ
‘ untuk fonem /ŋ/, dan konsonan ‘پ‘ untuk fonem /ɲ/.
Selain itu
dalam Buri Wolio juga terdapat konsonan implosif yang tidak ditemui dalam
bahasa Arab. Konsonan letup (plosive)
dan implosif (implosive) mempunyai
perbedaan dalam cara pelafalan dari segi arah aliran udara. Saat melafalkan
konsonan letup arah aliran udara dari paru-paru keluar dari rongga mulut. Di
sisi lain, saat melafalkan konsonan implosif selain ada aliran udara dari
paru-paru keluar bersamaan dengan itu ada aliran udara dari luar yang masuk
melalui glotal. Namun jika dilihat fitur ada tidaknya getaran pita suara saat
dilafalkan, konsonan implosif mempunyai persamaan dengan konsonan letup yaitu
termasuk ke dalam konsonan bersuara (voiced). Dengan dasar itu, untuk
menuliskan konsonan implosif, /ɓ/ dan /ɗ/ yang tidak ada dalam bahasa Arab
digunakan konsonan sama yang digunakan untuk menuliskan konsonan letup /b/ dan
/d/ , yaitu konsonan ‘ب’
dan ‘د’.
Hal menarik
lain yang bisa dilihat dari tabel di atas adalah penulisan konsonan /h/.
Konsonan /h/ dalam Buri Wolio dituliskan dengan dua konsonan ‘ح‘ dan ‘ه‘, karena dalam bahasa
arab dua konsonan ‘ح‘
[ħ] dan ‘ه‘[h]
mempunyai suara yang mirip. Namun suara [ħ]dan [h] merupakan dua fonem yang
berbeda yang bisa membedakan makna, sedangkan dalam bahasa Wolio dua suara
tersebut bukan merupakan fonem yang berbeda. Alasan dalam aksara Buri Wolio
tetap menggunakan dua konsonan ‘ح‘ dan ‘ه‘ adalah agar bisa
membedakan makna dalam penulisan kata serapan bahasa Arab.
Jika
membandingkan konsonan Buri Wolio dengan bahasa Cia-Cia juga bisa dilihat
beberapa macam perbedaan. Misalnya, dalam bahasa Cia-Cia tidak terdapat fonem
/f/, /j/, /ɲ/, /z/, sehingga penggunaan konsonan ز ,پ ,ي ,ف Buri Wolio tidak
banyak digunakan dalam menuliskan bahasa Cia-Cia. Selain itu dalam bahasa
Cia-Cia terdapat konsonan prenasalisasi seperti, /mb, nd,
ŋg, mp, nt, nc, ŋk /
yang tidak bisa direpresentasikan oleh aksara Buri wolio
dengan satu aksara.
Tabel 2. Cara Penulisan
Vokal Buri Wolio
Vokal
Cia-Cia |
Aksara
Buri Wolio |
Aksara
Arab |
||
Vokal |
IPA |
Vokal |
IPA |
|
vokal pendek |
||||
/a/ |
|
/a/ |
|
/a/ |
/i/ |
|
/i/ |
|
/i/ |
/u/ |
|
/u/ |
|
/u/ |
/e/ |
|
/e/ |
|
|
/o/ |
|
/o/ |
|
|
vokal panjang |
||||
/a:/ |
ا |
/a:/ |
ا |
/a:/ |
/e:/ |
ي |
/i:/ |
ي |
/i:/ |
/e:/ |
||||
/o:/ |
و |
/u:/ |
و |
/u:/ |
/o:/ |
Penulisan aksara
Buri Wolio sama dengan Arab berfokus pada penulisan konsonan. Penulisan kata
dilakukan dengan menggabungkan konsonan-konsonan yang ada. Vokal merupakan
unsur tambahan yang dituliskan di atas atau di bawah konsonan. Sama dengan
bentuk konsonan Arab, dalam Buri Wolio juga bentuk konsonannya bervariasi
tergantung letak konsonan tersebut apakah berada di awal kata, tengah kata
maupun akhir kata.
Buri Wolio
mempunya lima vokal pendek yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, dan lima vokal
panjang /a:/, /i:/, /u:/, /e:/, /o:/ . Sedangkan dalam bahasa Arab hanya
memiliki tiga vokal pendek, yaitu /a/, /i/, /u/ dan vokal panjang /a:/,
/i:/, /u:/. Dalam bahasa Cia-Cia terdapat juga vokal panjang yang menunjukkan
suprasegmental namun frekuensi penggunaannya kecil. Berikut ini adalah
klasifikasi vokal bahasa Cia-Cia, aksara Buri Wolio dan aksara Arab.
Sama seperti
dalam penulisan aksara Arab penulisan vokal aksara Buri Wolio juga
merupakan unsur tambahan yang dituliskan di atas atau di bawah Konsonan.
Seperti yang ditunjukkan dalam tabel di atas dalam aksara Buri wolio
menambahkan vokal baru untuk menuliskan vokal /e/ dan /o/ yang tidak ada dalam
bahasa Arab. Dalam bahasa Arab vokal panjang /i:/ dituliskan dengan ‘ي‘, vokal panjang
/u:/ dituliskan dengan ‘و‘,
sedangkan dalam aksara Buri Wolio aksara ‘ي‘ untuk menuliskan vokal
panjang /i:/ dan /e:/, dan ‘و ‘ untuk menuliskan
vokal panjang /u:/ dan /o:/. Berikut adalah cara penulisan vokal sebagai unsur
tambahan dalam konsonan.
Tabel 3. Contoh Cara Penulisan Konsonan dan Vokal Buri
Wolio
Konsonan (K) |
Vokal
(V) |
K
+ V |
Lafal |
/b/ ب |
/a/ |
بَ |
[ba] |
/t/ت |
/i/ |
تِ |
[ti] |
/ ɟ / ج |
/u/ |
جُ |
[ɟu] |
/n/ن |
/e/ |
|
[ne] |
/d/ د |
/o/ |
د٘ |
[do] |
B. Transliterasi Bahasa Cia-Cia dengan
Hangeul
Saat ini,
orang yang bisa berbicara bahasa Cia-Cia semakin lama semakin berkurang. Bisa
dikatakan dalam waktu yang tidak lama lagi bahasa Cia-Cia akan terancam
kepunahan. Menurut mantan Wali Kota Bau-Bau, Amirul Tamim tidak adanya aksara
yang cocok untuk menuliskan bahasa Cia-Cia bisa menjadi salah satu penyebab
masalah kepunahan bahasa Cia-Cia. Mengetahui masalah tersebut pemerintah kota
Bau-Bau mencoba mencari solusi dengan membuat simposium Internasional tahun
2005 terkait pemecahan masalah bahasa suku minoritas yang semakin lama semakin
mendekati ambang kepunahan. Dalam simposium tersebut disebutkan di antara
banyak bahasa suku minoritas di wilayah Sulawesi Tenggara bahasa Cia-Cia
merupakan bahasa yang dianggap mengalami krisis dan mendekati kepunahan. Hal
itu dibuktikan dengan semakin berkurangnya jumlah penutur asli bahasa tersebut.
Mendengar masalah tersebut Hunminjeongeum Society Korea mengajukan tawaran
kepada pemerintah kota Bau-Bau untuk membuat program pelestarian bahasa Cia-Cia
dengan cara mentranskripsikannya dengan aksara Korea (Hangeul).
Pelestarian
bahasa Cia-Cia dengan mentranskripsikannya dalam aksara Hangeul memunculkan dua pendapat yang berbeda di Indonesia. Ada
yang mendukung ada juga yang menolak. Salah satu alasan yang mendukung program
transkripsi bahasa Cia-Cia dengan Hangeul
adalah sama halnya dengan adaptasi aksara Arab untuk transliterasi bahasa
Wolio, adaptasi aksara Korea menjadi aksara Cia-Cia juga bisa menjadi jalan
keluar untuk mengatasi masalah bahasa Cia-Cia yang berada di ambang kepunahan.
Aksara Cia-Cia yang ditranskripsikan dengan Hangeul tidak akan mengubah
bahasa, dan tidak akan
mempengaruhi budaya masyarakatnya. Selain itu, aksara Hangeul dianggap cocok untuk mentranskripsikan bahasa Cia-Cia. Hangeul mempunyai kelebihan dibandingkan
aksara lain diantaranya, aksara Hangeul
bisa menuliskan konsonan implosif yang tidak bisa ditransliterasikan dalam
aksara Buri Wolio. Oleh karena itu pada tahun 2009 pemerintah kota Bau-Bau
menerima ajakan dari Hunminjeongeum Society untuk mentranskripsikan bahasa
Cia-Cia dengan Hangeul untuk mencegah
bahasa Cia-Cia mengalami kepunahan.
Sebelum aksara
Hangeul diadopsi untuk mentranskripsikan bahasa Cia-Cia, tidak banyak ilmuwan yang tertarik meneliti
bahasa Cia-Cia. Hanya peneliti orang Indonesia saja yang meneliti bahasa
Cia-Cia. Mustafa Abdullah (1991) dapat dikatakan sebagai penelitian Indonesia
pertama yang meneliti bahasa Cia-Cia secara umum yang karyanya menjadi bahan
referensi bagi peneliti lain yang membahas tentang bahasa Cia-Cia. Namun
setelah tahun 2009, banyak peneliti dari luar Indonesia terutama dari Korea
mulai tertarik meneliti bahasa ini.
Tabel 4. Transliterasi
Konsonan Bahasa Cia-Cia ke dalam Hangeul
No |
Konsonan Cia-Cia |
Konsonan bahasa Korea |
|
No |
Konsonan Cia-Cia |
Konsonan bahasa Korea |
|||
aksara |
Konsonan |
aksara |
Konsonan |
||||||
1 |
b |
ㅂ |
P |
15 |
g |
ㄱ |
k |
||
2 |
ɓ |
ㅍ |
Ph |
16 |
n |
ㄴ |
n |
||
3 |
p |
ㅃ |
P’ |
17 |
ŋ |
ㅇ/ |
ŋ |
||
4 |
m |
ㅁ |
m |
18 |
h |
ㅎ |
h |
||
5 |
w |
ㅸ |
w |
19 |
mb |
|
|
||
6 |
t |
ㄸ |
t’ |
20 |
mp |
|
|
||
7 |
d |
ㄷ |
t |
21 |
nd |
|
|
||
8 |
ɗ |
ㅌ |
th |
22 |
nt |
|
|
||
9 |
s |
ㅅ |
S |
23 |
nc |
|
|
||
10 |
l |
ᄙᅠ |
l |
24 |
ŋk |
|
|
||
11 |
r |
ㄹ |
r |
25 |
ŋg |
|
|
||
12 |
c |
ㅉ |
c |
26 |
|
ㅆ |
s’ |
||
13 |
ɟ |
ㅈ |
ɟ |
27 |
|
ㅊ |
ch |
||
14 |
k |
ㄲ |
k’ |
28 |
|
ㅋ |
kh |
||
|
|
||||||||
Pada <Tabel
4> di atas, bisa dilihat perbandingan antara konsonan bahasa Korea dan
bahasa Cia- Cia. Transkripsi konsonan bahasa Cia-Cia pada umumnya ditulis
dengan konsonan Hangeul yang mempunyai suara mirip dengan bahasa Cia-Cia
(Dessiar, 2021a). Kedua bahasa sama-sama mempunyai konsonan /b, p, m, w, t, d,
s, l, r , c, ɟ, k, g, n, ŋ, dan h/, sehingga masing-masing konsonan tersebut
mempunyai padanannya. Dalam bahasa Korea modern sebenarnya tidak memiliki fonem
konsonan /w/ namun pada bahasa Korea abad pertengahan terdapat konsonan /w/
dengan aksara ‘ㅸ’. Aksara bahasa Korea abad modern tidak bisa mentranskripsikan
Konsonan /w/ bahasa Cia-Cia, sehingga memunculkan kembali konsonan /w/ bahasa
Korea abad pertengahan (ㅸ). Selain itu konsonan /l/ dan /r/ dalam bahasa
Cia-Cia dituliskan dengan satu konsonan /ㄹ/, karena dalam bahasa Korea
konsonan /ㄹ/ bisa berbunyi /l/ dan /r/ tergantung letaknya. Jika /ㄹ/ terletak di
awal suku kata maka akan dibaca /r/, sedangkan jika berada di akhir suku kata
akan dibaca /l/. Namun dalam transliterasi bahasa Cia-Cia penggunaan /l/ dan
/r/ dibedakan, yakni aksara /ᄙᅠ/ untuk menuliskan /l/ dan aksara /ㄹ/ untuk
menuliskan /r/. Penggunaan /ᄙᅠ/ tidak digunakan dalam bahasa Korea modern
maupun abad pertengahan. Penggunaan /ᄙᅠ/ di awal suku
kata merupakan modifikasi untuk mengatasi kekurangan bahasa korea yang memiliki
batasan tidak ada suara [l] yang muncul di awal suku kata. Menurut Mei, L. X
(2015) aksara /ᄙᅠ/ pertama kali digunakan dalam buku
pengajaran bahasa China untuk orang Korea yang dikarang oleh Jang Ji Yeong.
Aksara /ᄙᅠ/ digunakan untuk mengekspresikan suara /l/
yang muncul di awal suku kata. Penggunaan /ᄙᅠ/ ternyata
diadobsi untuk mentranskripsikan konsonan /l/ bahasa Cia-Cia yang muncul di
awal suku kata.
Dari <tabel 4> di atas bisa kita
ketahui bahwa ada beberapa konsonan bahasa Cia-Cia yang tidak memiliki padanan
dalam bahasa Korea, yaitu konsonan implosif seperti, /ɓ/ dan /ɗ/.
Transliterasi konsonan implosif bahasa Cia-Cia dituliskan dengan konsonan
aspirat dalam bahasa Korea yaitu ‘ㅍ’ dan ‘ㅌ’. Walaupun
cara pelafalan konsonan implosif dan aspirat jelas berbeda, Konsonan /ɓ/
ditranskripsikan dengan ‘ㅍ’ (ph) karena dinilai memiliki persamaan
klasifikasi berdasarkan letak pelafalan yakni bilabial (dwi bibir), dan
konsonan /ɗ/ ditranskripsikan dengan ‘ㅌ’ (th) karena
memiliki persamaan klasifikasi alveolar.
Konsonan
bahasa Cia-Cia lain yang tidak memiliki padanan dalam bahasa Korea adalah
konsonan prenasalisasi seperti, /mb, nd, ŋg, mp,
nt, nc, ŋk /. Penulisan konsonan prenasalisasi
dalam transkripsi bahasa Cia-Cia mengikuti aturan penulisan bahasa asing.
konsonan prenasalisasi dianggap sebagai gabungan dua konsonan nasal dan konsonan
hambat, sehingga menurut aturan penulisanya dua konsonan tersebut tidak bisa
berada dalam satu suku kata dan harus dipisahkan.
Tabel 5. Perbedaan
Vokal Bahasa Cia-Cia dan Korea, Dan Transliterasi Bahasa Cia-Cia dengan Hangeul
No |
Vokal Cia-Cia |
Vokal tunggal bahasa Korea |
|
No |
Vokal Cia-Cia |
Vokal ganda bahasa Korea |
||
aksara |
IPA |
aksara |
IPA |
|||||
1 |
a |
ㅏ |
a |
9 |
|
ㅑ |
Ja |
|
2 |
i |
ㅣ |
i |
10 |
|
ㅕ |
jʌ |
|
3 |
u |
ㅜ |
u |
11 |
|
ㅛ |
Jo |
|
4 |
e |
ㅔ |
e |
12 |
|
ㅠ |
Ju |
|
5 |
o |
ㅗ |
o |
13 |
|
ㅒ |
jɛ |
|
6 |
|
ㅡ |
ɨ |
14 |
|
ㅖ |
Je |
|
7 |
|
ㅐ |
ɛ |
15 |
|
ㅘ |
wa |
|
8 |
|
ㅓ |
ʌ |
16 |
|
ㅙ |
wɛ |
|
|
17 |
|
ㅚ |
oi |
||||
18 |
|
ㅝ |
wʌ |
|||||
19 |
|
ㅟ |
wi |
|||||
20 |
|
ㅢ |
ɰ |
|||||
|
<Tabel
5> di atas menunjukkan perbedaan vokal bahasa Cia-cia dan bahasa Korea.
Terlihat dalam bahasa Korea terdapat vokal yang jumlahnya lebih banyak dari
bahasa Cia-Cia. Bahasa Korea memiliki 8 vokal tunggal vokal tunggal atau vokal
dasar yakni, /a, i, u, e, o, ɨ, ɛ, ʌ/. Di antara 8 vokal tunggal tersebut
terdapat vokal / ɨ, ɛ, dan ʌ/ yang tidak ditemukan dalam bahasa Cia-Cia. Selain
itu bahasa Korea memiliki beragam vokal ganda yang juga tidak ditemukan dalam
bahasa Cia-Cia.
Vokal tunggal
bahasa Cia-Cia semuanya bisa ditranskripsikan dengan vokal bahasa Korea, karena
semua vokal dasar bahasa Cia-Cia /a, i, u, e, o/ semuanya memiliki padanan
dalam bahasa Korea. Vokal /i/ bahasa Cia-Cia bisa dipadankan dengan /ㅣ/, /e/ dengan
/ㅔ/, /a/
dengan /ㅏ/, /u/
dengan /ㅜ/, dan yang
terakhir /o/ bisa dipadankan dengan /ㅗ/. Oleh karena itu, ketika menuliskan
vokal bahasa Cia-Cia dengan Hangeul bisa dikatakan tidak ada masalah.
Tabel 6. Contoh
Penulisan Bahasa Cia-Cia dengan Hangeul
Konsonan (K) |
Vokal
(V) |
K + V |
Lafal |
/g/ (ㄱ) |
/a/ (아) |
가 |
[ga] |
/n/ (ㄴ) |
/i/ (이) |
니 |
[ni] |
/m/ (ㅁ) |
/u/ (우) |
무 |
[mu] |
/p/ (ㅃ) |
/e/ (에) |
뻬 |
[pe] |
/mb/ (음ㅂ) |
/o/ (오) |
음보 |
[ɨ m-bo] |
Dalam
transliterasi bahasa Cia-Cia dengan Hangeul, vokal
tunggal /ㅡ/ yang mempunyai bunyi [ɨ] tetap digunakan.
Hal ini dikarenakan dalam aturan penulisan Hangeul terdapat
batasan tidak boleh menuliskan konsonan secara berurutan dalam satu suku kata.
Vokal /ㅡ/ ini
disisipkan di antara dua konsonan jika ada dua konsonan yang berurutan dalam
satu suku kata tata. Misalnya dalam penulisan kata /stress/ dengan Hangeul menjadi /s ɨ
t ɨ res ɨ /(스트레스). Penggunaan vokal /ㅡ/ dalam
transliterasi bahasa Cia-Cia banyak digunakan dalam penulisan konsonan
prenasalisasi seperti dalam contoh penulisan /mbule/.
Penulisan konsonan prenasalisasi /mb/ dalam /mbule/
dituliskan menjadi dua konsonan /m/ (ㅁ) dan /b/(ㅂ). Dalam
aturan penulisan Hangeul terdapat batasan tidak bisa menuliskan dua konsonan
berturut-turut dalam satu suku kata. Oleh karena itu, konsonan /m/ (ㅁ) dan /b/(ㅂ) dalam /mbule/ dipecah
menjadi 2 suku kata menjadi menjadi / ɨ m/+/bu/+/le/ sehingga penulisan dalam Hangeulnya menjadi ‘음부ᄙᅦ’. Penggunaan vokal /ㅡ/ dalam transkripsi
bahasa Cia-Cia bisa dikatakan merupakan salah satu pemaksaan karakter Hangeul yang sesungguhnya tidak sesuai dengan
karakter bahasa Cia-Cia. Seharusnya bukan bahasa Cia-Cia yang menyesuaikan Hangeul tetapi sebaliknya Hangeul yang harus disesuaikan dengan
karakteristik bahasa Cia-Cia.
C. Perbandingan Transliterasi Bahasa
Cia-Cia dengan Aksara Buri Wolio dan Hangeul
Dalam bab ini
akan dibahas persamaan dan perbedaan transliterasi bahasa Cia-Cia dengan aksara
Buri Wolio dan Hangeul. Gambar di
bawah ini menunjukkan contoh penggunaan penulisan aksara Buri Wolio dan Hangeul untuk menuliskan nama jalan di
salah satu daerah di kota Buton.
|
|
Gambar 2. Penulisan
Aksara Buri Wolio dan Hangeul Pada
Papan Jalan
Pertama-tama,
perbedaan terbesar antara transkripsi Buri Wolio dan transkripsi Hangul adalah arah atau urutan
penulisan. Hangul ditulis dari kiri
ke kanan, sedangkan Buri Wolio ditulis dari kanan ke kiri. Kemudian dari segi
bentuk tulisan, Hangeul bentuknya
meniru organ pelafalan saat pengucapan konsonan tersebut. Bentuk konsonan dasar
'ㄱ, ㄴ, ㅁ, ㅅ, ㅇ'
masing-masing bentuknya mengikuti bentuk lidah, bibir, gigi, dan tenggorokan.
Selain konsonan dasar, bentuknya hanya menambahkan garis atau titik atau memadu
padankan bentuk konsonan dasar satu dengan lainnya. Oleh karena itu,
bentuk konsonan bahasa Korea memiliki kemiripan antara satu dan lainnya.
Sedangkan bentuk aksara Buri Wolio lebih rumit dibandingkan dengan Hangeul. Melihat format aksara Buri Wolio, konsonannya
lebih sulit dipelajari oleh orang awam jika dibandingkan dengan Hangeul karena konsonannya terdapat
banyak variasi bentuk yang berbeda-beda tergantung letaknya (awal, tengah,
akhir). Berikut adalah perbandingan transliterasi bahasa Cia-Cia dengan aksara
Buri Wolio dan Hangeul.
Tabel 7. Perbandingan
aksara Buri Wolio dan Hangeul pada
transliterasi bahasa Cia-Cia
Bahasa Cia-Cia |
Aksara Buri Wolio |
Hangeul |
|||
konsonan |
kata |
konsonan |
kata |
konsonan |
kata |
b |
/boku/ (buku) |
ب |
بٚكُ |
ㅂ |
보꾸 |
ɓ |
/ɓawa/ (bawa) |
بَوَ |
ㅍ |
파와 |
|
p |
/po o/ (mangga) |
ﭪ |
ڨ٘ا٘ |
ㅃ |
뽀오 |
m |
/ma a/ (makan) |
م |
مَاَ |
ㅁ |
마아 |
w |
/wua/ (buah) |
و |
وُاَ |
ㅸ |
ᄫᅮ아 |
t |
/tata/ (cincang) |
ت |
تَتَ |
ㄸ |
따따 |
d |
/doe/ (uang) |
د |
د٘اٖ |
ㄷ |
도에 |
ɗ |
/ɗage/ (daging) |
دَݢٖ |
ㅌ |
타게 |
|
s |
/sale/ (mengajak) |
س |
سَلٖ |
ㅅ |
사ᄙᅦ |
l |
/londo/ (memasukkan) |
ل |
ل٘نْد٘ |
ㄹㄹ |
ᄙᅩᆫ도 |
r |
/rea/ (darah) |
ر |
رٖاَ |
ㄹ |
레아 |
c |
/cunu/ (bakar) |
ﭺ |
چُنُ |
ㅉ |
쭈누 |
ɟ |
/ɟamani/ (zaman) |
ج |
جَمَنِ |
ㅈ |
자마니 |
k |
/kuru/ (cukur) |
ك |
كُرُ |
ㄲ |
꾸루 |
g |
/geru/ (busuk) |
ݢ |
ݢٖرُ |
ㄱ |
게루 |
n |
/nea/ (sebut) |
ن |
نٖاَ |
ㄴ |
네아 |
ŋ |
/ŋii/ (gigi) |
ڠ |
ڮِاِ |
ㅇ |
응이이이 |
h |
/holi/ (beli) |
ح |
ح٘لِ |
ㅎ |
호ᄙᅵ |
ه |
ه٘لِ |
||||
mb |
/mbule/ (pulang) |
|
مبُلٖ |
|
음부ᄙᅦ |
mp |
/mpuʔu/ (benar) |
|
مڤُاُ |
|
음뿌우 |
nd |
/ndole/ (baring) |
|
ند٘لٖ |
|
은도ᄙᅦ |
nt |
/ntomate/ (tomat) |
|
نت٘مَتٖ |
|
은또마떼 |
nc |
/nciri nciri/ (tetesan) |
|
نچِرِنچِرِ |
|
은찌리은찌리 |
ŋk |
/ŋkoo/ (jongkok) |
|
ڠك٘ا٘ |
|
응꼬오 |
ŋg |
/ŋggoloŋggolo/(buah mada) |
|
ڠݢ٘ل٘ ڠݢ٘ل٘ |
|
응고ᄙᅩ 응고ᄙᅩ |
Dari <tabel
7> di atas bisa diketahui bahwa perbedaan transkripsi bahasa Cia-Cia ke
dalam aksara Buri Wolio dan Hangeul
dalam pentranskripsian konsonan implosif /ɓ, ɗ/. Dalam aksara Buri Wolio
Konsonan implosif, /ɓ/ dan /ɗ/ dituliskan dengan konsonan yang sama dengan
konsonan letup /b/ dan /d/ , yaitu
konsonan ‘ب’
dan ‘د’.
Dengan kata lain ‘ب’
digunakan untuk menuliskan /b/ dan /ɓ/, serta ‘د’ digunakan untuk
menuliskan /d/ dan /ɗ/. Untuk transliterasi dengan Hangeul Konsonan /ɓ/ ditranskripsikan dengan ‘ㅍ’ (ph) karena memiliki persamaan klasifikasi
bilabial (dwi bibir), dan konsonan /ɗ/ ditranskripsikan dengan ‘ㅌ’ (th) karena
memiliki persamaan klasifikasi alveolar. Dari kedua jenis transliterasi (Buri
Wolio dan Hangeul) memiliki persamaan
semuanya tidak mempunyai padanan dengan konsonan prenasalisasi /mb,
nd, ŋg, mp, nt, nc, ŋk
/, sehingga dalam transliterasi dituliskan menjadi dua konsonan nasal dan
plosive yang digabungkan.
Ada beberapa
hal yang menonjol ketika membandingkan transkripsi vokal bahasa Cia-Cia. Vokal
digunakan sebagai unsur tambahan yang dituliskan di atas maupun di bawah
konsonan dalam aksara Buri Wolio. Berdasarkan pada letaknya vokal /a, u, o/
dituliskan di atas konsonan, dan /i, e/ dituliskan di bawah konsonan.
Berbeda dengan aksara Buri Wolio, vokal dalam Hangeul merupakan
unsur paling penting terbentuknya suku kata, karena dalam penulisan Hangeul dalam
tiap suku kata harus ada vokal. Berdasarkan letak penulisannya vokal Hangeul /ㅏ, ㅣ, ㅔ/ ditulis di sisi kanan konsonan, dan / ㅗ, ㅜ, ㅡ/ ditulis di bawah konsonan..
Semua vokal
dasar bahasa Cia-Cia /a, i, u, e, o/ semuanya memiliki padanan dalam bahasa Korea.
Vokal /i/ bahasa Cia-Cia bisa dipadankan dengan /ㅣ/, /e/ dengan /ㅔ/, /a/ dengan /ㅏ/, /u/ dengan /ㅜ/, dan yang terakhir /o/ bisa dipadankan
dengan /ㅗ/. Sedangkan
dalam bahasa Arab tidak ditemukan vokal yang mempunyai bunyi serupa dengan
vokal /e/ dan /o/ bahasa Cia-Cia. Oleh karena itu, dalam aksara Buri Wolio
ditambahkan vokal baru untuk mentranskripsikan vokal /e/ dan /u/ yang tidak ada
dalam bahasa Arab.
Bahasa Cia-Cia
dan bahasa Arab sama sama memiliki vokal panjang. Namun jenis vokal panjang yang
dimiliki oleh bahasa Cia-Cia memiliki perbedaan dengan bahasa Arab. Bahasa
Cia-Cia memiliki vokal panjang /a:, e:, dan o:/, sedangkan bahasa Arab memiliki
vokal panjang /a:, i: dan u:/. Untuk mentranskripsikan vokal panjang /a:/
digunakan vokal panjang /a:/ dengan aksara /ا / yang sama digunakan
dalam bahasa Arab. Tetapi untuk mentranskripsikan vokal panjang /e:/
digunakan aksara ‘ي‘
yang dalam bahasa arab dipakai untuk menuliskan vokal panjang /i/.
Selanjutnya untuk mentranskripsikan vokal panjang /o:/ digunakan aksara ‘و ‘ yang dalam bahasa
Arab digunakan untuk menuliskan vokal panjang /u:/. Vokal panjang yang terdapat
dalam bahasa Cia-Cia bisa dikatakan sebagai karakteristik bahasa Cia-Cia yang
membedakan dengan bahasa Korea. Dalam bahasa Korea tidak terdapat aksara yang
digunakan untuk mengekspresikan vokal panjang, sehingga vokal panjang bahasa
Cia-Cia tidak bisa ditranskripsikan dengan aksara Hangeul. namun tidak
ditemukan pada aksara Hangeul.
Selain itu, yang unik dari vokal Hangeul
adalah adanya penggunaan vokal /ㅡ/ ([ɨ])
padahal dalam bahasa Cia-Cia tidak ada vokal yang suaranya mirip dengan vokal /ㅡ/([ɨ]). Vokal
tersebut hanya ada di bahasa Korea modern, dan tidak ditemukan dalam bahasa
Cia-Cia. Vokal /ㅡ/ dalam bahasa Korea modern diterapkan dalam
transkripsi bahasa Cia-Cia, karena dalam penulisan bahasa Korea modern
mempunyai keterbatasan dalam satu suku kata tidak bisa menuliskan konsonan
lebih dari satu secara berurutan dalam satu suku kata. Oleh karena itu jika ada
konsonan berurutan dalam bahasa Korea di antara konsonan tersebut disisipi
vokal /ㅡ/ ini. Sebenarnya aturan penulisan Hangeul
ini merupakan aturan yang dibuat untuk mengatasi permasalahan keterbatasan
bahasa Korea yang tidak bisa menuliskan lebih dari satu konsonan secara berurutan.
Aturan ini tidak ada sama sekali hubungannya dengan karakteristik bahasa
Cia-Cia.
Pada dasarnya
fonem bahasa Cia-Cia ditranskripsikan dengan fonem yang memiliki karakter
fonologis sama dalam bahasa Korea atau Arab. Namun, perbedaan akan timbul pada
saat mentranskripsikan fonem bahasa Cia-Cia yang tidak terdapat dalam bahasa
Arab atau Korea. Transkripsi fonem bahasa Cia-Cia yang tidak terdapat dalam
bahasa Arab dan Korea, secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
metode. Pertama, metode modifikasi fonem dasar. Ini merupakan metode yang
dilakukan dengan mentranskripsikan fonem bahasa Cia-Cia yang tidak ada dalam
aksara yang bersangkutan, dengan memodifikasi fonem dasar. Kedua, metode
pemilihan fonem sejenis. Metode ini merupakan cara yang dilakukan dengan
mentranskripsikan fonem bahasa Cia Cia yang tidak ada dalam aksara yang
bersangkutan, dengan memilih fonem yang mempunyai karakteristik fonologis yang
mirip atau mendekati. Ketiga, metode transkripsi lebih dari satu fonem. Metode
ini merupakan metode untuk mentranskripsikan satu fonem bahasa Cia-Cia yang
tidak ditemui dalam aksara yang bersangkutan dengan lebih dari satu fonem. Dan
terakhir, metode penciptaan aksara baru yang mengacu pada pembuatan aksara fonem
baru untuk mentranskripsikan fonem bahasa Cia Cia, yang tidak ada dalam aksara
yang bersangkutan.
Tabel 8. Perbedaan cara transliterasi fonem bahasa
Cia-Cia yang tidak memiliki padanan
|
Transkripsi Konsonan |
Transkripsi Vokal |
|||||||||
Modifikasi Fonem Dasar |
Pemilihan Fonem Sejenis |
Transkripsi lebih dari satu fonem |
Penciptaan Aksara Baru |
||||||||
Fonem Cia-Cia yang tidak ada dalam aksara
Arab (Buri Wolio) |
p |
c |
g |
ŋ |
|
ɓ |
ɗ |
|
/mb, nd, ŋg, mp, nt, nc, ŋk / |
e |
o |
ﭪ |
ﭺ |
ݢ |
ڠ |
|
ب |
د |
|
/مب, ند,
عڠ, مڤ, نت, نچ, عك/ |
|
|
|
Fonem Cia-Cia yang tidak ada dalam Bahasa Korea |
- |
l |
ɓ |
ɗ |
w |
/mb, nd, ŋg, mp, nt, nc, ŋk / |
|
|
|||
|
ᄙᅠ |
ㅍ |
ㅌ |
ㅸ |
/음ㅂ, 음ㄷ, 응ㄱ, 음ㅃ, 은ㄸ,은ㅉ, 응ㄲ/ |
|
|
Di antara
keempat metode yang disebutkan pada <Tabel 9>, dapat dilihat bahwa metode
pemilihan fonem sejenis diterapkan pada transkripsi aksara Buri Wolio dan Hangeul. Aksara Buri Wolio, tidak
mempunyai konsonan implosive /ɓ/ dan /ɗ/, sehingga untuk mentranskripsikan
konsonan tersebut digunakan konsonan lain yang memiliki karakteristik fonologis yang
mendekati berdasarkan posisi artikulasi dan atau cara artikulasi. Konsonan
/ɓ/ ditranskripsikan dengan 'ب' dalam aksara Buri
Wolio karena konsonan /ɓ/ dan 'ب' berdasarkan
letak pelafalannya sama-sama merupakan konsonan bilabial, dan berdasarkan cara
pelafalannya sama-sama merupakan konsonan bersuara (voiced). Oleh karena itu
dua konsonan tersebut dianggap sebagai konsonan yang mirip. Konsonan / ɗ /
ditranskripsikan dengan ' د
' dalam aksara Buri Wolio karena konsonan / ɗ / dan ' د ' berdasarkan
letak pelafalannya sama-sama merupakan konsonan alveolar, dan berdasarkan cara
pelafalannya sama-sama merupakan konsonan bersuara (voiced). Oleh karena itu
dua konsonan tersebut juga bisa dianggap sebagai konsonan yang mirip.
Dalam
transkripsi dengan Hangul, metode
pemilihan fonem sejenis juga ditemukan saat mentranskripsikan konsonan
implosive /ɓ/ dan /ɗ/. Konsonan korea yang memiliki karakteristik fonologis
yang mirip dengan konsonan tersebut digunakan untuk mentranskripsikan konsonan
implosive. Konsonan /ɓ/ ditranskripsikan dengan ‘ㅍ’ dalam aksara
Hangeul karena konsonan /ɓ/ dan ‘ㅍ’ berdasarkan
letak pelafalannya sama-sama merupakan konsonan bilabial. Konsonan /ɗ/ ditranskripsikan
dengan ‘ㅌ’ dalam aksara Hangeul karena konsonan / ɗ /
dan ' ㅌ ' berdasarkan letak pelafalannya
sama-sama merupakan konsonan alveolar.
Selain itu,
transkripsi /w/ bahasa Cia-Cia juga menunjukkan menerapkan metode pemilihan
fonem sejenis. Karakteristik fonetik /w/ dalam bahasa Cia-Cia awalnya adalah
frikatif labial bersuara [v], tetapi sekarang [v] sering dilemahkan menjadi [w]
dan ditulis sebagai /w/. Meskipun /w/ dalam Cia-Cia termasuk fonem konsonan,
tetapi dalam bahasa Korea modern bunyi [w] adalah diftong yang tidak
diklasifikasikan menjadi fonem. Bunyi [v] tidak ada dalam bahasa Korea modern,
tetapi bunyi [β] yang hampir
mirip dengan bunyi [v] ditemukan dalam konsonan /ㅸ/ yang
merupakan fonem bahasa Korea abad pertengahan yang sudah tidak dipakai lagi
pada bahasa Korea modern. Konsonan /w/ bahasa Cia-Cia ditranskripsikan dengan ‘ㅸ’ dalam aksara
Hangeul karena konsonan /w/ dan ‘ㅸ’ berdasarkan letak pelafalannya sama-sama
merupakan konsonan bilabial.
Metode
modifikasi konsonan dasar hanya ditemukan pada transkripsi aksara Buri Wolio.
Untuk mentranskripsikan fonem /p/, /c/, /g/, /ŋ/ bahasa Cia Cia, dalam aksara
Buri Wolio ditemukan bentuk modifikasi fonem dasar bahasa Arab. Bentuk
modifikasi dalam aksara Buri Wolio ini adalah konsonan yang digunakan dalam
aksara Jawi. ‘ﭪ’
yang digunakan untuk mentranskripsikan /p/ aslinya berasal dari /ف/ dengan bunyi [f].
Menambahkan dua titik di atas / ف / menjadi 'ﭪ' untuk mentranskripsikan
/p/. ‘ ﭺ’
yang digunakan untuk mentranskripsikan /c/ aslinya berasal dari /ج/ dengan bunyi [dʒ].
Penambahan dua titik pada /ج/
menjadi ‘ﭺ’
merupakan aksara modifikasi untuk mentranskripsikan /c/. ‘ݢ’ yang digunakan untuk
mentranskripsikan /g/ aslinya berasal dari / ﻛ / dengan bunyi [k].
Penambahan satu titik di atas / ﻛ / menjadi ‘ݢ’
merupakan aksara modifikasi untuk mentranskripsikan /g/. Terakhir, ‘ڠ’, yang digunakan untuk
mentranskripsikan /ŋ/, berasal dari bentuk konsonan /ع/ diberi tambahan tiga
titik di bagian atas huruf menjadi ‘ڠ’ untuk
mentranskripsikan /ŋ/.
Metode
penciptaan aksara baru hanya muncul dalam transkripsi vokal Buri Wolio. Dalam
bahasa Cia-Cia terdapat vokal yang tidak ada dalam bahasa Arab. Vokal tersebut
adalah vokal /e/ dan /o/. Oleh karena itu, untuk mentranskripsikan vokal /e/
dan /o/ dalam aksara Buri Wolio diciptakan aksara baru. Tanda vokal baru dibuat
untuk mewakili /o/. Secara umum, vokal adalah unsur tambahan yang terletak di
atas atau di bawah konsonan. Untuk mentranskripsikan vokal /e/ dan /o/
diciptakan aksara baru yaitu, tanda ‘✔’yang
ditambahkan di atas atau di bawah konsonan. Tanda ‘✔’yang
ditambahkan di bawah konsonan digunakan untuk mentranskripsikan
vokal /e/, dan
yang ditambahkan di atas konsonan digunakan untuk mentranskripsikan vokal /o/.
Dalam aksara
Buri Wolio dan Hangeul keduanya tidak
memiliki fonem konsonan prenasalisasi /mb, nd, ŋg,
mp, nt, nc, ŋk /. Dalam proses
transkripsi konsonan prenasalisasi menggunakan metode transkripsi lebih dari
satu aksara. Ada perbedaan antara Hangeul dan Buri Wolio dalam
mentranskripsikan konsonan prenasalisasi ini. Konsonan prenasalisasi ini secara
fonologis merupakan satu fonem tersendiri yang bisa membedakan arti, sedangkan
secara fonetik suara konsonan ini merupakan gabungan dari konsonan nasal dan
konsonan plosive. Oleh karena ini, dalam aksara Buri Wolio transkripsi konsonan
prenasalisasi ini dilakukan dengan menggabungkan konsonan nasal dan konsonan
plosive yang mengikutinya /مب, ند, عڠ,
مڤ, نت, نچ, عك/.
Sedangkan dalam aksara Hangeul
transkripsi konsonan prenasalisasi dilakukan dengan memisahkan dua konsonan
nasal dan konsonan plosive yang mengikutinya dengan suku kata berbeda, karena
dalam penulisan bahasa Korea modern tidak bisa menuliskan konsonan ganda dalam
satu suku kata sehingga konsonan prenasalisasi /mb, nd, ŋg,
mp, nt, nc, ŋk /
ditranskripsikan dengan /음ㅂ, 음ㄷ, 응ㄱ,
음ㅃ, 은ㄸ,은ㅉ, 응ㄲ/.
Kesimpulan
Melalui
penelitian ini, telah dibandingkan transkripsi bahasa Cia-Cia dengan
menggunakan aksara Buri Wolio dan Hangeul.
Melalui perbandingan tersebut bisa dilihat persamaan dan perbedaan antara
keduanya. Pada umumnya transkripsi bahasa Cia-Cia dengan aksara Buri Wolio
maupun Hangeul, cenderung menggunakan
fonem yang mempunyai karakteristik sama atau mirip. Dalam proses meminjam
aksara Arab dan Hangeul ditemukan
banyak penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan untuk mengekspresikan unsur-unsur
bahasa seperti konsonan atau vokal Cia-Cia yang berbeda dari aksara yang
dipinjam.
Untuk
menuliskan fonem bahasa Cia-Cia yang tidak ada dalam bahasa Arab atau Korea,
umumnya digunakan empat metode yang berbeda. Metode-metode tersebut mencakup
modifikasi fonem dasar, pemilihan fonem sejenis, metode transkripsi lebih dari
satu fonem, dan penciptaan aksara baru. Metode pemilihan fonem sejenis dapat
ditemukan dalam penulisan aksara Arab dan Hangul. Karena bahasa Arab dan Korea
tidak memiliki konsonan implosif seperti /ɓ/ dan /ɗ/, konsonan yang memiliki
posisi artikulasi dan cara pengucapan yang mirip dalam bahasa Arab dan Korea
digunakan untuk menuliskan konsonan implosif bahasa Cia-Cia. Metode ini juga
diterapkan untuk menuliskan konsonan /w/ yang tidak ada dalam bahasa Korea.
Selain itu, metode modifikasi fonem dasar hanya ditemukan dalam penulisan
aksara Arab. Metode ini digunakan untuk menuliskan konsonan /p/, /c/, /g/, dan
/ŋ/ bahasa Cia-Cia. Dalam proses transkripsi konsonan prenasalisasi /mb,
nd, ŋg, mp, nt, nc, ŋk
/menggunakan metode transkripsi lebih dari satu aksara. Terakhir, metode
penciptaan baru hanya muncul dalam penulisan vokal bahasa Arab dan digunakan
untuk menuliskan vokal /e/ dan /o/.
Dalam
pentranskripsian bahasa Cia-Cia dengan Hangeul ditemukan
cara transkripsi yang unik yaitu adanya penggunaan vokal /ㅡ/ ([ɨ])
padahal dalam bahasa Cia-Cia tidak ada vokal yang suaranya mirip dengan vokal /ㅡ/([ɨ]). Vokal
/ㅡ/ dalam bahasa Korea modern diterapkan dalam
transkripsi bahasa Cia-Cia, karena dalam penulisan bahasa Korea modern
mempunyai keterbatasan dalam satu suku kata tidak bisa menuliskan konsonan
lebih dari satu secara berurutan dalam satu suku kata. Oleh karena itu jika ada
konsonan berurutan dalam bahasa Korea di antara konsonan tersebut disisipi
vokal /ㅡ/ ini. Ini merupakan karakterteristik Hangeul yang sesungguhnya tidak sesuai dengan
karakteristik bahasa Cia-Cia. Seharusnya bukan bahasa Cia-Cia yang menyesuaikan
Hangeul tetapi sebaliknya Hangeul yang harus disesuaikan dengan
karakteristik bahasa Cia-Cia.
BIBLIOGRAFI
Amrulloh, M.
A. (2016). Fonologi Bahasa Arab (Tinjauan Deskriptif Fonem Bahasa Arab). Jurnal Al Bayan; Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, 8(1), 1-13.
Chomsky, N.
& M. Halle. (1968). The Sound Pattern
of English. New York: Harper & Row Publishers.
Dessiar, A.
R. (2020). A Study on the Correlation between the Transcription of
Cia-cia Language into Hangeul and the
Cia-cia Language Characteristics, Journal
of the Humanities, 0(78), 5-34.
Dessiar, A.
R. (2021a). Contrastive Study on Cia-Cia and Korean Consonants - Based
on Typological Universals. The Journal of
Korean Language and Literature Education,0(76). 137-170.
Dessiar, A.
R. (2021b). A Contrastive Study on Korean and Cia-Cia Language Vowels Based on
an Acoustic Experiment. Humaniora,
33(3), 182-192.
Gang, G. S.
(2011). A Study on the Keyboard of Jawi Script (Arabic-Malay
Script)," Suvannabhumi, 3( 1), 47-66.
Herbert, R.
(1975). Reanalyzing Prenasalized Consonants. Studies in African Linguistics 6(2),
105-123.
Jeon T. H
& Lee H Y (2009). 인도네시아 소수민족 언어 연구 - 찌아찌아어 (Studi Bahasa
Minoritas di Indonesia: Bahasa Cia-Cia). Korean Linguistics Journal,
2009(6)6, 7-16.
Jeon. T. H
& Jo T. Y. (2012). The Future of Hangeul-based
Cia-Cia Script: A Perspective of the History of Writing System. Journal of Hangeul. 0(289), 107-134.
Kim, B. K.
(2012). Case study on
internationalization of Hangeul : In the case of the writing system of bahasa
Cia-cia. Thesis Pascasarjana, Sekolah
Pascasarjana Pendidikan Universitas Seoul.
Ladefoged, P.
and Maddieson, I, (1996). The Sounds of
the world's Languages. Oxford: Blackwell.
La Ino,
(2015). Deskripsi Fonologi dan Leksikon Bahasa Ciacia, Kajian Linguistik, 12(1), 128-137.
La Niampe,
(2012). Bahasa Melayu di Kerajaan Buton(Studi Berdasarkan Naskah Kuno Koleksi Abdul Mulku
Zahari di Buton), Jurnal
Bahasa Seni dan Pengajarannya, 40(1) FKIP, Universitas Haluoleo.
La Niampe,
(2013) Bahasa Wolio di Kerajaan Buton, FKIP, Universitas Haluoleo.
Abdullah, M
d.k.k, (1991). Struktur Bahasa Cia-Cia.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Lee H. Y
& Hwang H. S & Abidin (2009). Bahasa
Cia-Cia 1. Hunminjeongeum Society.
Mei, L. X
(2015). " A Study on the Phoneme System of Chinese Represented in ZHONG
GUO YU HUI HUA QUAN SHU." The Journal of the Humanities. Vol.105. N0.0.
39-64
Park J. Y
(2003) " A study on phonological system of Arabic," Journal of The
Korean Association of The Islamic Studies, Vol. 13, No. 1
Prasetyo, A
(2016) Karakteristik Fonem Bahasa Ciacia Dialek Mbahae, Widyaparwa.
Rauf, R.
(2013). "Islamisasi Kesultanan Buton." Skripsi. UIN Alauddin
Makassar.
Rosdin, A.
(2014). "Buton, Islamization, and this Manuscript Tradition."
International Journal of Nusantara Islam, 2(2), 101-116.
Shin J. Y
(2014). 말소리의 이해.
Seoul: Hankukmunwasa.
Welmers, W.
(1978). African Language Structures.
Berkeley: University of California Press.
Copyright holder: Achmad Rio Dessiar (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |