Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia �p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 10, Oktober 2022

 

EFEKTIFITAS METODE AUDIO-LINGUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MATERI TEKS DIALOG PADA SISWA KELAS 3 SD DI KOTA KARAWANG

 

Dini Amelia, Danang Dwi Basuki

STIT Hidayatunnajah Bekasi, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Terdapat banyak metode yang dapat digunakan dalam mengajarkan bahasa Inggris, salah satunya adalah dengan menggunakan metode audio-lingual. Dalam penggunaan metode tersebut tentu harus disesuaikan dengan beberapa kondisi dan aspek terutama tujuan pembelajaran. Pembelajaran bahasa Inggris memiliki tujuan yang menekankan untuk lebih dapat terampil dalam berkomunikasi. Sehingga pemilihan metode pembelajaran yang tepat sangat perlu agar bahasa itu familiar bagi siswa dan menarik untuk siswa pelajari. Materi teks dialog pelajaran bahasa Inggris perlu penggunaan metode yang tepat karena akan banyak latihan sehingga metode audio-lingual cukup membantu guru dalam proses mengajarnya.

 

Kata kunci: Efektifitas, Metode audio-lingual, Pembelajaran bahasa Inggris, Materi teks dialog

 

Abstract

Many methods can be used in teaching English, one of which is to use audio-lingual methods. In the use of these methods, of course, it must be adjusted to several conditions and aspects, especially learning objectives. English language learning has a goal that emphasizes being more skilled in communicating. So the selection of the right learning method is very necessary so that the language is familiar to students and interesting for students to learn. English lesson dialogue text material needs to use the right method because there will be a lot of practice so audio-lingual method is enough to help teachers in the teaching process.

 

Keywords: Effectiveness, Audio-lingual method, English language learning, Dialogue text material

Pendahuluan

����������� Berbahasa dan mempelajari bahasa merupakan suatu kebutuhan yang dapat dikatakan sama kuno dengan sejarah kehidupan manusia. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang dianggap sangat penting terutama pada era globalisasi ini untuk tujuan ilmu, pengetahuan, dan seni budaya. Untuk itu bahasa Inggris mulai dari kurikulum dasar 2004 dan kurikulum pendidikan 2006, bahasa Inggris dicantumkan sebagai salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar yang pelaksanaannya sebagai muatan lokal di Sekolah Dasar (Saraswati, Budiman, & Rahmawati, 2020). Oleh karena itu jika pengenalan terhadap bahasa Inggris di mulai sejak usia dini untuk bekal anak-anak tentang pengetahuan berbahasa Internasional utama yakni bahasa Inggris.

����������� Sadar akan pentingnya bahasa Inggris, banyak sekolah yang membuat peraturan baru seperti menambah jam pelajaran Bahasa Inggris bahkan guru diminta untuk menggunakan metode yang tepat untuk memastikan bahwa siswa mampu menguasai bahasa Inggris lebih baik di sekolah. Alokasi waktu yang biasa dilakukan sekolah atas anjuran pemerintah adalah 2 jam pelajaran. Bahasa Inggris diarahkan pada empat keterampilan antara lain: berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Sehingga untuk mengetahui penguasaan keterampilan tersebut dapat dilihat dari proses interaksi siswa dan guru ketika pembelajaran berlangsung di kelas. Pembelajaran sering dianggap sebagai makna dari istilah �instructional� adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Brown, 1994). Oleh karena itu terdapat lima asumsi yang mendukung proses pembelajaran yaitu (1) pembelajaran harus direncanakan agar memperlancar proses belajar siswa, (2) fase pendek maupun jangka panjang dimasukkan dalam rancangan pembelajaran, (3) perencanaan pembelajaran hendaknya tidak asal, (4) usaha pembejaran harus dirancang dengan sistem, (5) pembelajaran harus dikembangkan berdasarkan pengetahuan tentang bagaimana mereka belajar.

����������� Bahasa Inggris di Indonesia secara umum diajarkan sebagai bahasa asing, bahasa asing adalah bahasa yang tidak digunakan sebagai alat komunikasi di negara tertentu di mana bahasa tersebut diajarkan. Maka sangat diperlukan metode belajar yang sesuai dalam proses belajarnya. Ketidaksesuaian metode dalam pembelajaran bahasa Inggris menjadi salah satu kendala yang menyebabkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam bahasa Inggris, karena metode merupakan jalan yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Apabila seorang guru menerapkan metode yang kurang tepat serta membosankan, maka habislah sudah kelas tersebut (Yamin, 2017). Tingkat Sekolah Dasar, bahasa Inggris dapat dipelajari melalui kegiatan yang menyenangkan sehingga siswa mempunyai minat untuk mempelajarinya (Noge, Wau, & Lado, 2020).

����������� Tugas penting yang dapat dilakukan guru salah satunya adalah meningkatkan kemampuan bercerita anak. Kemampuan tersebut merupakan salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembelajaran bahasa. Agar upaya meningkatkan kemampuan bercerita anak dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan seorang guru dalam meningkatkan kemampuan bercerita anak. Seorang guru dituntut untuk dapat melakukan berbagai pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang didukung oleh kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan kemampuan siswanya. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat memberi pengaruh positif terhadap proses belajar, sikap, dan perilaku siswa. Perlu juga perencanaan yang matang agar bisa menarik perhatian siswa (Roslawa, Tahir, & Nur, 2017).

����������� Berbagai metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru terutama dalam mata pelajaran bahasa Inggris, salah satunya adalah metode audio-lingual yang dianggap efektif untuk pembelajaran bahasa. Metode audio-lingual adalah metode yang mengutamakan pengulangan, cara tersebut dilakukan untuk efisiensi waktu dalam belajar bahasa. Pendekatan metode ini banyak mengadaptasi direct approach dan sebagai respon atas kurangnya pengajaran speaking dalam reading approach. Guru biasa menyampaikan materi dengan cara melakukan percakapan, pengingatan, dan bermain mimik atau ekspresi wajah menjadi salah satu teknik utama yang digunakan dalam metode audio-lingual (Yani, 2016). Metode ini juga merupakan gaya pengajaran yang digunakan dalam mengajar bahasa asing yang mengakui bahwa ciri tertentu dari makhluk hidup dapat dilatih melalui sistem penguatan yang berfokus pada ajaran mendengarkan dan berbicara sebelum membaca dan menulis.

����������� Metode audio-lingual merupakan langkah besar dalam metodologi pengajaran bahasa yang ditujukan untuk kompetensi komunikatif dalam pembelajaran bahasa, tetapi dalam metode ini tidak fokus pada pengajaran kosa kata (vocabulary). Dalam metode ini siswa dapat berperan aktif dengan cara melakukan aktifitas yang mendukung proses belajar diantaranya dengan cara latihan dialog, dramatisasi dialog, melancarkan pelafalan karena siswa terus melakukan pengulangan dalam membaca materi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin siswa terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, maka semakin besar pula pencapaian prestasi belajar yang akan didapat oleh siswa.

����������� Metode audio-lingual dalam pengajaran bebricara lebih kongruen dengan pembelajaran dan praktik pengajaran berbicara. Hal ini nyata dan mampu memberikan respon yang benar secara langsung. Metode audio-lingual seperti metode langsung yang juga merupakan pendekatan berbasis lisan. Namun, berbeda dalam hal itu daripada menekankan perolehan kosa kata melalui paparan dalam praktiknya, metode audio-lingual melatih siswa dalam penggunaan pola kalimat gramatikal. Ini juga, tidak seperti metode langsung, memilih dasar teoritis yang kuat dalam linguistik (Tampubolon, Sidabutar, & Sianturi, 2018).

����������� Metode audio-lingual dapat digunakan sebagai cara yang tepat untuk mengajarkan bahasa dengan tujuan ialah membentuk kebiasaan berbahasa. Sehingga teknik yang digunakan dalam proses pengajarannya menggunakan teknik peniruan, hafalan, pemusatan, dan latihan atau drill. Materi yang dipelajari adalah bahasa asing karena metode audio-lingual para siswa diajari pola atau model linguistik yang memang sering digunakan oleh penutur asli bahasa tersebut. Oleh karena itu untuk memperoleh penguasaan yang baik adalah pembiasaan secara konsisten dengan jalan latihan dan pengulangan. Dalam metode ini pemilihan materi ditekankan pada unit dan pola yang menunjukkan adanya perbedaan struktural dan bahasa asing yang diajarkan dengan bahasa ibu pelajar.

 

 

Metode Penelitian

����������� Penelitian ini merupakan kualitatif deskriptif. Penelitian kualititatif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, pemikiran, digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Selain itu, menurut buku Metodologi Penelitian Kualitatif dan Praktik (Gunawan, 2013) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana efektifitas penggunaan metode audio-lingual dalam pembelajaran bahasa Inggris materi teks dialog di Kelas 3 Sekolah Dasar Kota Karawang. Melalui metode ini diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa Inggris. Sehingga tujuan akhir dari pembelajaran bahasa inggris yaitu kemampuan berbicara dapat tercapai. Subjek penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa Inggris dari Sekolah Dasar Kota Karawang. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara. Wawancara dilakukan dengan guru mata pelajaran bahasa Inggris. Kegiatan dilakukan di Sekolah Dasar Kota Karawang.

 

Hasil dan Pembahasan

����������� Proses belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dan siswa. Tentunya hal ini tidak lepas dari peran guru dalam menentukan metode apa yang digunakan dalam setiap kegiatan pembelajaran berlangsung. Metode yang digunakan oleh guru nantinya akan menjadi suatu stimulus dan respon terhadap siswa dalam setiap kegiatan yang ada terjadi dalam proses pembelajaran.

����������� Metode audio-lingual adalah metode yang banyak digunakan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berbicara siswa terutama dalam mata pelajaran bahasa yang membutuhkan keaktifan siswa dalam proses pembelajarannya. Metode audio-lingual adalah salah satu metode yang digunakan guru untuk melatih kemampuan berbicara, membaca dan menghafal siswa dengan cara latihan membaca dialog, membaca kosa kata, dan membaca teks bacaan lainnya (Yulizah, 2020). Metode ini berfokus pada kemampuan siswa dalam memahami bentuk pola kalimat yang ditemukan dari teks bacaan yang dibaca maupun di dengar. Tujuan metode audio-lingual ini adalah meningkatkan kompetensi komunikatif dalam diri siswa (Yulizah, 2020).

����������� Ketika digunakannya metode audio-lingual ini berarti siswa akan mengidentifikasi pola kalimat dari teks bacaan yang mereka temukan mulai dari yang mudah sampai susah. Kegiatan ini yang nantinya akan membuat pemahaman siswa menjadi berkembang (Ningsih & Mujianto, 2021). �Metode ini didasarkan pada teori behavioristic karena peran guru sangat dominan dalam membentuk stimulus dan memberikan penguatan dan menentukan jenisnya , dan guru juga yang memilih materi dan cara mengajarkannya. Melalui stimulus yang berbeda menghasilkan response yang berbeda pula.

����������� Menghafal dialog menjadi salah satu teknik pengajaran dalam metode audio-lingual karena dalam menghafalkan dialog baru dapat melatih kemampuan berbicara siswa. Dengan cara siswa memerankan satu orang peran dalam dialog, sedangkan guru memerankan tokoh pasangannya. Cara lainnya bisa digunakan dengan membagi siswa menjadi dua kelompok yang mana masing-masing kelompok memerankan satu peran dan menghafalkan dialog. Teknik ini biasanya cukup disenangi oleh siswa dalam proses belajar mengajar.

����������� Melafalkan (pronounce) dan bagaimana melafalkan (how to pronounce) adalah teknik dalam pelaksanaan seorang guru dalam mengajarkan bahasa Inggris menggunakan metode audio-lingual yang mana siswa harus menirukannya. Kata-kata baru dengan struktur yang sama. Pokok dari metode ini dan kaitannya dengan pembelajaran bahasa Inggris adalah bagaimana melatih siswa untuk terus berlatih melafalkan dengan benar sampai mereka dapat melakukannya dengan spontan. Oleh karena itu siswa hanya diberi kosa kata atau teks bacaan secukupnya agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancer menggunakan metode audio-lingual.

����������� Sebagaimana metode ini yaitu mendengarkan dan berbicara, maka aplikasinya lebih menekankan pada dua aspek ini sebelum kepada dua aspek lainnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aplikasi metode ini yaitu tata bahasa harus disajikan dalm bentuk pola kalimat atau dialog dengan topik-topik situasi sehari-hari, semua unsur tata bahasa disajikan dari yang mudah ke sulit, siswa harus benar-benar menyimak kemudian latihan berbicara lalu membaca dan menulis. Terlihat bahwa metode audio-lingual tidak hanya menekankan latihan dan pembiasaan para siswa untuk membentuk kecakapan berbahasa, tetapi juga guru cermat dalam membimbing siswanya.

����������� Direktur Institut Bahasa Inggris di Universitas Michigan yakni Charles Carpenter Fries, menyatakan ia percaya bahwa dengan belajar struktur atau tata bahasa adalah titik awal bagi siswa. Dengan kata lain, tugas siswa adalah untuk melafalkan pola kalimat dasar dan struktur tata bahasa. Guru akan melanjutkan dengan menyajikan kata-kata baru bagi siswa untuk contoh dalam struktur yang sama. Realita saat ini banyak siswa yang kurang mengetahui struktur atau tata bahasa dalam belajar bahasa terutama bahasa Inggris sehingga sulit bagi mereka untuk dapat terampil dalam berbicara.

����������� Metode audio-lingual digunakan untuk mengajarkan keterampilan pada siswa dalam berbahasa Inggris sebagai peserta latihan. Keterampilan tersebut adalah listening (mendengar), speaking (berbicara), and writing (menulis). Ketiga keterampilan berbahasa ini dilakukan karena metode audio-lingual ini akan banyak memfokuskan pada kegiatan belajar dengan cara yang menarik dan asik seperti mendengarkan (nonton film), berbicara dan menulis.

����������� Metode audio-lingual dapat membantu guru dalam mengajar berbicara untuk siswa sekolah dasar. Selain mudah, cara ini dapat menciptakan suasana nyaman dan santai yang tidak memberatkan siswa. Metode ini merupakan metode hafalan, yaitu mengajarkan siswa tentang dialog atau cerita pendek untuk dihafal yang nantinya akan disajikan dengan mimik atau ekspresi dan role play untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara siswa (Lousa & Suryaman, 2022). Teknik audio lingual juga mengandung konsep yang menekankan pola tata bahasa dalam hubungannya dengan teori behaviorisme dan teori teori pembentukan kebiasaan belajar, yang menyatakan bahwa proses pembelajaran diawali dengan stimulus yang diberikan oleh pengajar dan diakhiri dengan respon.

����������� Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas 3 di salah satu Sekolah Dasar kota Karawang bahwa menemukan cara dengan membuat suasana di ruang kelas terasa nyaman dan para siswa tidak bosan selama pembelajaran merupakan langkah awal yang perlu dilakukan bagi guru sebelum memulai pembelajaran. Guru juga menjelaskan bahwa metode audio-lingual ini juga diperlukan. Siswa membutuhkan metode yang menjadi media dalam proses belajar mengajar sehingga siswa termotivasi dan semangat ketika belajar bahasa Inggris, khususnya kelas berbicara bahasa Inggris. Adapun hasilnya adalah,

����������� P: apakah terdapat kesulitan yang dialami siswa dalam belajar bahasa Inggris?

J: banyak sebenernya faktor yang membuat siswa kesulitan dan pada akhirnya tidak termotivais saat belajar, hal yang pertama itu adalah media pendukung bagi proses belajar. Karena jika hanya dengan buku ajar yang sudah pasti mereka miliki dan itu semua bentuk tertulis, minim gambar atau visual yang berwarna, yang akhirnya membuat siswa cepat merasa bosan dan tidak tertarik dengan pembelajaran. Selain itu yaitu kurangnya siswa dalam memahami kosa kata terutama jika materi bercerita atau dialog, maka hal itupun membuat siswa tidak akan berani mengikuti kegiatan jika mereka kurang kosa kata bahasa Inggris.

����������� Berdasarkan hasil wawancara, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kurangnya ketersediaan media dan salahnya langkah dalam penggunaan metode dalam proses belajar mengajar, khususnya untuk anak sekolah dasar, berdampak signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Jika anak-anak tidak termotivasi untuk belajar, niscaya akan menghambat kemajuan mereka, mengakibatkan kesulitan dengan terhambatnya pemahaman, kelancaran, kosa kata, pengucapan, dan tata bahasa.

����������� Selain itu, guru juga mengakui bahwa banyak siswa yang masih pasif ketika belajar berbicara dalam mata pelajaran bahasa Inggris seperti yang dikutip dari wawancara di bawah ini:

�Dari apa yang saya sebutkan jika mereka tidak tahu kosa kata mereka dalam bahasa Inggris, mereka terlihat ragu-ragu untuk berbicara, dan jumlah siswa yang ingin berbicara bahasa Inggris dapat dihitung dengan jari bisa sekitar 1-5 siswa. Selain itu, tampaknya anak-anak lebih terlibat dalam materi pembelajaran visual, dengan siswa sekolah dasar terus menunjukkan minat pada buku bergambar, menonton film, mendengarkan lagu anak-anak.�

����������� Menurut kutipan wawancara di atas, bahwa masih banyak siswa yang belum memiliki wawasan tentang kosa kata, yang merupakan salah satu alasan mereka menjadi siswa yang pasif. Di sisi lain, minat siswa tingkat sekolah dasar terhadap media visual dan metode pengajaran yang tepat berdampak signifikan terhadap pembelajaran dan keefektifannya.

����������� Untuk mengetahui lebih lanjut peneliti juga bertanya apa yang guru lakukan terhadap siswa kelas III SD dalam mengajar bahasa Inggris dengan menggunakan metode audio lingual. Pertama-tama guru meminta siswa untuk mendengarkan dengan seksama saat guru menyajikan teks dialog baru, misalnya percakapan antara dua orang. Siswa dipersilakan untuk mendengarkan model dialog (dialog yang dibacakan dahulu oleh guru). Guru biasanya menggunakan media visual untuk menggambarkan karakter yang ada dalam dialog agar siswa lebih mudah memahami.

����������� Siswa harus mengulangi apa yang dikatakan setelah guru membaca percakapan. Mereka terus mengulang diskusi baris demi baris di depan seluruh kelas, kelompok kecil, dan individu. Tujuan dari latihan ini adalah untuk memecah pernyataan yang sulit menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Guru membacakan kembali percakapan tersebut, dan siswa diinstruksikan untuk mengulangi dua kata terakhir mulai dari akhir kalimat. Ketika siswa mengulang, guru menambahkan beberapa kata tambahan dan siswa mengulang sekali lagi. Dengan contoh:

����������� Guru : Do you like milk?

Siswa : Do you like milk?

Guru : Pineapple.

Siswa : Pineapple.

Guru : Do you like banana?

Siswa : Do you like banana?

����������� Guru harus bisa membuat kegiatan literasi menjadi menarik, sangat luas, dan tidak hanya diartikan sebagai kegiatan membaca saja, namun siswa dalam mencakup pengertian yang lebih luas. Apalagi dalam proses pembelajaran sebenarnya integrasi dan literasi yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas kegiatan belajar-mengajar dan meningkatkan kualitas para siswa baik karakter serta keterampilan mereka.

����������� Selaku guru bahasa Inggris di salah satu Sekolah Dasar Kota Karawang, beliau menyatakan bahwa beliau merasakan benar dengan rendahnya kemampuan tersebut dimana setelah kegiatan membaca, mendengar, para siswa harus mampu menuliskan kembali dan megucapkan kembali apa yang mereka dengar dan baca. Dengan menggunakan metode audio-lingual adalah salah satu strategi yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang mana metode in hamper menyerupai direct method.

����������� Pujian juga penting dalam proses pembelajaran terutama pembelajaran bahasa Inggris. Ketika siswa berhasil menjawab pertanyaan yang guru berikan, maka guru dapat mengatakan �very good� atau �good job� agar siswa lebih tertarik dan senang ketika pembelajaran berlangsung. Siswa akan merasa lebih semangat belajar ketika adanya apresiasi yang guru berikan walau hanya dengan ucapan, karena ucapan yang guru berikan baik positif maupun negatif akan tertanam di benak siswa sampai mereka besar.

����������� Hal-hal sederhana yang guru lakukan dapat menjadi cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Guru diharapkan tidak pernah bosan untuk terus belajar mencari strategi yang dapat meningkatkan kemampuan siswa menyerap materi yang guru sampaikan.

����������� Guru pun menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran dengan menggunakan metode audio-lingual yaitu melalui pengamatan selama pembelajaran dan melalui lembar observasi yang telah disediakan dan guru memiliki catatan keaktifan siswa serta pencapaian siswa tentang pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh setelah pembelajaran dengan 75% indikator keberhasilan dan juga untuk mengukur keberhasilan ketercapaian kkm.

Menurut guru kelas 3 di salah satu Sekolah Dasar kota Karawang bahwa prosedur pelaksanaan metode audio-lingual adalah sebagai berikut:

Pertama, tahapan lisan murni yang bertujuan melatih pendengaran dan ucapan siswa. Guru melakukan proses percakapan berdasarkan kehidupan sehari-hari. Kedua, tahap permulaan membaca. Siswa mulai membaca teks dan mereka latihan bahkan teks tersebut mereka hafalkan. Ketiga, tahap dimana siswa dapat mengubah kalimat sederhana yang diucapkan guru menjadi kalimat positif, negatif, kalimat Tanya, perintah dan lain sebagainya.

����������� Guru pun mengungkapkan bahwa kunci keberhasilan dalam pembelajaran bahasa asing adalah dengan cara melebihkan praktik daripada berteori. Dengan sering berlatih atau praktik guru percaya siswa akan lebih percaya diri ketika berbicara dengan orang asing. Motivasi yang guru sampaikan pun memiliki pengaruh terhadap siswa yakni dengan belajar bahasa Inggris dapat memperbanyak teman atau koneksi dan memiliki wawasan yang lebih luas.

Sebagai pendukung proses pembelajaran tentunya media tidak lepas dalam melaksanakan metode audio-lingual. Dengan tujuan melatih dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan siswa maka media yang guru gunakan adalah tape recording, film, dan lain sebagainya. Pembelajaran tidak akan monoton dan kaku dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan media yang tepat.

Metode audio-lingual memiliki karakteristik yang dapat dilihat dari aspek kelebihan dan kekurangannya. Adapun untuk kelebihannya antara lain: 1) para siswa menjadi terampil dalam membuat pola kalimat yang di-Drill sebelumnya oleh guru 2) para siswa memiliki pelafalan yang baik dan benar dalam bahasa asing. Adapun kelemahannya yaitu: 1) siswa cenderung tidak memahami makna kata atau kalimat yang diucapkannya 2) komunikasi lancar yang terjadi pada siswa apabila kalimat yang digunakan telah dilatihkan sebelumnya di kelas 3) audio-lingual biasanya hanya efektif jika dilaksanakan di kelas yang memiliki kapasitas kecil serta adanya dukungan dari segi fasilitas media belajar dan juga guru bahasa yang terampil.

Menurut guru salah satu SD di kota Karawang yang berpendapat bahwa dalam praktiknya audio-lingual ini juga perlu dikombinasikan dengan metode lain agar meminimalisir rasa bosan dalam diri siswa. Karena pengulangan yang terus menerus dapat menyebabkan siswa bosan. Maka hendaknya guru memberikan variasi latihan serta lebih banyak memberikan motivasi kepada siswa agar siswa tetap tertarik berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris.

Jumlah siswa dalam satu kelas juga menjadi petimbangan dalam memilih metode yang akan digunakna guru dalam pembelajaran. Menurut guru salah satu SD di kota Karawang yang mengatakan bahwa untuk kelas dengan kapasitas besar metode audio-lingual dirasa kurang efektif karena dalam praktiknya tidak semua siswa mendapat giliran untuk berlatih apa yang sudah dipelajari. Selain itu, guru juga akan mengalami kesulitan dalam menjangkau siswa yang banyak.

 

Kesimpulan

Metode audio-lingual digunakan untuk mengajarkan keterampilan pada siswa dalam berbahasa Inggris sebagai peserta latihan. Keterampilan tersebut adalah listening, speaking, and writing. Karena metode audio-lingual ini memfokuskan pada kegiatan belajar dengan cara yang menarik dan asik melalui audio, visual dan audio visual. Tujuan dari metode ini yaitu untuk menciptakan kemampuan komunikatif siswa dalam berbahasa Inggris. Pronounce dan how to pronounce adalah teknik yang digunakan seorang guru dalam mengajarkan bahasa Inggris menggunakan metode audio-lingual yang mana siswa harus menirukannya. Dalam praktik langsung ketika mengajar tentu guru perlu mengombinasikan metode lain dengan metode audio-lingual. Metode ini dirasa efektif ketika dipraktikan di kelas yang memiliki kepasitas kecil sehingga guru dapat dengan mudah menjangkau dan mengontrol siswa ketika latihan di kelas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Brown, H. D. (1994). Principles of Language Learning And Teaching. Englewood Cliffs: Prentice Hall Regents.

 

Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif dan Praktik. In I. Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif dan Praktik. hal. 88. Jakarta: PT Bumi Aksara.

 

Lousa, D. P., & Suryaman, M. (2022). Fun Learning To Improve Students' Speaking Skill Through Audio Lingual Method In The Eyl Classroom. Jurnal Pendidikan dan Konseling. DOI: https://doi.org/10.31004/jpdk.v4i4.6506

 

Ningsih, D. H., & Mujianto, G. (2021). Tuturan Perintah Guru Dengan Metode Audio Lingual Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara. Jurnal Membaca, 111. DOI: http://dx.doi.org/10.30870/jmbsi.v6i2.12697

 

Noge, M. D., Wau, M. P., & Lado, R. R. (2020). Pelaksanaan Program Bimbingan Belajar Bahasa Inggris "English Is Fun" Sebagai Cara Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak-Anak Dalam Menguasai Bahasa Inggris Di SD. Jurnal Abdimas Ilmiah Citra Bakti, 120-127. DOI:
https://doi.org/10.38048/jailcb.v1i2.113

 

Roslawa, Tahir, M., & Nur, Y. (2017). Penerapan Metode Audio-Lingual Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V SDN 7 Sindue Tobata. BAHASANTODEA, 90.

 

Saraswati, W., Budiman, M. A., & Rahmawati, I. (2020). Pembelajaran Bahasa Inggris Di SD Negeri Petompon 01 Semarang. JS (Jurnal Sekolah), 86. DOI: https://doi.org/10.24114/js.v4i4.20616

 

Tampubolon, S., Sidabutar, U., & Sianturi, S. (2018). The Effect Of English Laboratory Use in Speaking Ability. International Journal of Research and Review, 5(9), 176-182

 

Yamin, M. (2017). Metode Pembelajaran Bahasa Inggris di Tingkat Dasar. Jurnal Pesona Dasar, 85.

 

Yani, D. (2016). Metode Audio-Lingual Dalam Pembelajaran Kaiwa. Lingua Didaktika, 12. DOI : https://doi.org/10.24036/ld.v10i1.6325

 

Yulizah, Y. (2020). Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui Metode Audio-Lingual pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN 02 Rimbo Pengadang. Disastra: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 117.

 

Copyright holder:

Dini Amelia, Danang Dwi Basuki (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: