Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 9, September 2023

 

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN SERTA PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU BALITA STUNTING

 

Prawesty D. Utami, Retno Budiarti, Herin Setianingsih, Pramita A. Nugraheni, Wahyu P. Mutiadesi, Annisa U. Rasyida, Mita Herdiyanti, Ronald P. Adiwinoto

Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Balita stunting atau stunting adalah masalah kesehatan nasional yang membahayakan kelangsungan hidup satu generasi. Infeksi adalah salah satu risiko yang sering dihadapi balita stunting. Mempromosikan pembelajaran dan mengadopsi praktik gaya hidup sehat dan bersih (PHBS) adalah dua cara untuk menurunkan risiko penyakit. Penelitian observasional analitik cross-sectional ini dilakukan di Puskesmas Ngagel Rejo di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Kuesioner menilai pengetahuan ibu dengan balita stunting dan penerapan PHBS sebelum dan sesudah pendidikan. Upaya peningkatan pengetahuan dan implementasi PHBS sedang dilakukan dengan mengedukasi ibu-ibu balita stunting. Indikator keberhasilan kegiatan PENMAS meliputi partisipasi ibu balita stunting minimal 70%, peningkatan pengetahuan, dan penerapan PHBS minimal 20%. Pengetahuan dan penerapan PHBS ibu balita stunting dinilai menggunakan kuesioner sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Capaian kegiatan PENMAS melebihi indikator keberhasilan, dengan peserta PENMAS sebesar 89,13% (di atas target 70%), kenaikan penerapan PHBS sebesar 41,30%, kenaikan pengetahuan PHBS sebesar 31,23% (melebihi target 20%). Menimbang temuan tersebut, dapat dinyatakan bahwa kegiatan PENMAS ini dapat membantu ibu-ibu balita dengan stunting untuk meningkatkan tingkat kesadaran dan penerapan PHBS, sehingga diharapkan dapat mencegah angka kesakitan dan kematian balita stunting di daerah Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya.

 

Kata kunci: Balita Stunting, Pengetahuan PHBS, Implementasi PHBS.

 

Abstract

Stunting or stunted toddlers are a national health issue that jeopardizes a generation's survival. Infection is one of the risks that stunted toddlers frequently face. Promoting learning and adopting healthy and clean lifestyle practices (PHBS) are two ways to lower the risk of illness. This cross-sectional, analytical observational study was carried out in the Ngagel Rejo Community Health Center in Surabaya, East Java, in Indonesia. A questionnaire assessed mothers with stunted toddlers' knowledge and application of PHBS before and after education. Efforts to increase knowledge and implementation of PHBS are being made by educating mothers of stunted toddlers. Indicators of PENMAS activities� success include the participation of mothers of stunted toddlers of at least 70%, increased knowledge, and implementation of PHBS of at least 20%. Knowledge and application of PHBS of mothers of stunted toddlers were assessed using a questionnaire before and after providing education. The achievement of PENMAS activities exceeded the success indicators, with PENMAS participants by 89.13% (above the target of 70%), a rise in PHBS application by 41.30%, a rise in PHBS knowledge by 31.23% (over the aim of 20%). Considering on these findings, it can be stated that this PENMAS activity might assist mothers of toddlers with stunting to raise their level of awareness and PHBS application, so that it is expected to prevent morbidity and mortality rates of stunting toddlers in the Ngagel Rejo Surabaya Puskesmas area.

 

Keywords: Stunting Toddlers, Knowledge Of PHBS, Implementation Of PHBS

 

Pendahuluan

Salah satu tantangan yang dihadapi negara miskin dan negara berkembang termasuk Indonesia adalah masalah gizi pada balita. Stunting merupakan kondisi kelainan gizi dengan karakteristik tubuh kerdil atau tinggi badan yang lebih pendek dari standar tinggi anak seusianya (Kemenkes, 2018).Data stunting tahun 2020 menunjukkan bahwa angka kejadian stunting di dunia mencapai 144 juta, dan 55,9 % kasus stunting berasal dari kawasan Asia Tenggara (Unicef & WHO, 2020).

Laporan angka stunting di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 11.6 %, bahkan beberapa provinsi memiliki angka prevalensi stunting diatas angka rerata nasional yaitu 12.2 %, termasuk didalamnya provinsi Jawa Timur (Kemenkes, 2021). Angka tersebut diduga masih belum mencerminkan kondisi riil di lapangan, karena kondisi pandemik, terjadi pembatasan ruang gerak masyarakat, sehingga mempersulit pengumpulan data stunting, serta menurunkan kemampuan ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi khususnya pada balita.

Faktor utama yang menjadi penyebab kejadian stunting pada anak adalah kurangnya asupan nutrisi bergizi sejak dalam kandungan sampai bayi berusia dua tahun (Apriluana & Fikawati, 2018). Namun terdapat beberapa faktor penyebab stunting lainnya antara lain kondisi higiene dan sanitasi individu - lingkungan yang buruk, dan minimnya ketersediaan air bersih.

Kondisi sanitasi dan hygiene individu dan lingkungan yang kurang baik membuat tubuh bekerja lebih berat untuk mengatasi berbagai penyakit, sehingga berdampak pada gangguan absorbsi zat � zat penting yang dibutuhkan tubuh (Kemenkes, 1AD). Dampak negatif kondisi stunting akan menjadi beban yang harus ditanggung sepanjang hidup anak tersebut, salah satunya adalah tingginya angka morbiditas dan mortalitas (Mediani, 2020).

Langkah untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas balita stunting dapat dilakukan melalui upaya untuk memperbaiki serta menambah pengetahuan serta penerapan PHBS. PHBS mencerminkan upaya individu/ keluarga untuk mencegah terjadinya suatu penyakit, karena perilaku mempunyai peran sekitar 30 � 35 % terhadap kondisi kesehatan individu (Aprizah, 2021);(Natsir, 2019). Tingkat pengetahuan sesorang berpengaruh terhadap pola perilakunya, sehingga pengetahuan menjadi dasar dalam tindakan seseorang. Atas dasar pijakan tersebut, upaya peningkatan penerapan PHBS pada masyarakat dapat terwujud jika tingkat pengetahuannya meningkat.

Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah bekerjasama dengan pihak Puskesmas Ngagel Rejo untuk penyelenggaraan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Kasus stunting yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Ngagel Rejo cukup tinggi. Tingkat pengetahuan serta penerapan PHBS ibu balita stunting juga masih kurang, sehingga berdasarkan fenomena tersebut tim pengabdian masyarakat FK UHT melaksanakan upaya edukasi untuk meningkatkan tingkat pengetahuan serta penerapan PHBS pada ibu � ibu dengan balita stunting.

 

Metode Penelitian

Kelompok yang menjadi target dalam kegiatan pengabdian masyarakat (PENMAS) ini adalah ibu balita stunting (23 responden) di wilayah kerja Puskesmas Ngagel Rejo, Surabaya. Perencanaan, persiapan koordinasi dan penyelanggaran acara dilakukan sejak bulan Agustus sampai bulan Oktober 2021. Terdapat tiga tahapan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu:

Tahap pengukuran awal tentang tingkat pengetahuan dan penerapan PHBS pada ibu balita stunting menggunakan metode wawancara langsung dengan kuesioner. Tahap ini dilakukan pada minggu pertamakedua bulan September 2021. Pelaksana kegiatan adalah tim penmas FK Universitas Hang Tuah, kader PKK dan tim dari Puskesmas Ngagel Rejo. Total responden pada tahap ini adalah 23 ibu balita stunting.

Tahap edukasi tentang PHBS serta penerapannya pada ibu balita stunting yang dilaksanakan pada tanggal 30 September 2021. Peserta kegiatan adalah ibu balita stunting di wilayah Puskesmas Ngagel Rejo. Pelaksana kegiatan adalah tim penmas FK Universitas Hang Tuah, yang dibantu oleh pihak Puskesmas Ngagel Rejo dan Kelurahan Ngagel Rejo. Pelaksanaan edukasi dilaksanakan secara offline dengan penerapan protokol kesehatan di Balai Desa Kelurahan Ngagel Rejo

Tahap pengukuran pengetahuan PHBS setelah pemberian edukasi pada ibu balita stunting menggunakan metode wawancara langsung dengan kuesioner. Pelaksana kegiatan adalah tim penmas FK Universitas Hang Tuah dan tim dari Puskesmas Ngagel Rejo. Total responden dalam tahap ini adalah 18 responden ibu balita stunting, lebih sedikit dari responden sebelum pemberian edukasi. Hal ini disebabkan 6 responden tidak hadir saat pemberian edukasi sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan PHBS setelah pelaksanaan edukasi.

Data hasil pengukuran tingkat pengetahuan dan penerapan PHBS dianalisis deskriptif menggunakan program word dan excel. Indikator keberhasilan kegiatan Penmas ini meliputi: 1) Total 70 % ibu balita stunting mengikuti kegiatan Penmas. 2) Terdapat kenaikan pengetahuan dan penerapan ibu balita stunting tentang PHBS minimal 20 % antara sebelum dan sesudah pemberian edukasi.

Pengukuran tingkat pengetahuan dan penerapan PHBS dilakukan menggunakan kuesioner yang meliputi kuesioner mengenai tingkat pengetahuan PHBS meliputi 10 pertanyaan pilihan (a, b dan c), dimana ketentuan pemberian nilai untuk pilihan jawaban adalah sebagai berikut: jawaban a: nilainya 2; jawaban b:nilainya 1; dan jawaban c: nilainya 0. Skor tertinggi pengetahuan tentang PHBS adalah 20 (didapatkan dari 10 pertanyaan dikalikan skor tertinggi yaitu 2, sehingga total skor pengetahuan terbaik adalah 20), dan skor terendah dari tingkat pengetahuan PHBS adalah 0.

Pertanyaan tingkat pengetahuan meliputi kepanjangan PHBS; manfaat PHBS; orang yang wajib menerapkan PHBS; jumlah indikator dalam PHBS; waktu yang tepat untuk mencuci tangan; pada usia berapa balita dapat diberikan PASI; frekuensi aktivitas fisik/ olahraga; frekuensi penimbangan berat badan balita; kebiasaan merokok serta jumlah sasaran PHBS dalam rumah tangga.

Penilaian sikap penerapan PHBS responden didapatkan melalui pengisian kusioner dengan 10 pertanyaan pilihan. Pilihan jawaban mempunyai skor yang berbeda dengan ketentuan sebagai berikut sangat setuju/ SS: nilai 4; setuju/S: nilai 3; tidak setuju/TS: nilai 2 dan sangat tidak setuju/STS: nilai 1.

Skor tertinggi tentang penerapan sikap PHBS adalah 40 dan skor terendahnya adalah 10. Pertanyaan terkait penerapan sikap PHBS terdiri dari : 1) pola mencuci tangan sebelum makan; 2) penggunaa sabun dan air mengalir saat mencuci tangan; 3) hubungan antara kejadian infeksi kecacingan dengan kebiasaan mencuci tangan; 4) kebiasaan membuang sampah di tempatnya; 5) kebiasaan membuang sampah rumah tangga; 6) genangan air dapat menjadi perindukan nyamuk; 7) rokok mengandung bahan berbahaya; 8) kebiasaan merokok tidak baik untuk kesehatan, 9) pentingnya imunisasi pada anak serta; 10) tenaga kesehatan yang membantu dalam proses persalinan.

 

Hasil dan Pembahasan

Kegiatan edukasi PHBS pada ibu balita stunting terselenggara pada tanggal 30 September 2021 di aula Balai Desa Kelurahan Ngagel Rejo. Peserta dalam acara Penmas telah mencapai indikator keberhasilan kegiatan ini yaitu lebih dari 70 % balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Ngagel Rejo. Rincian keikutsertaan peserta Penmas meliputi 100 % (23 orang) ibu balita stunting turut serta dalam pengambilan data sebelum edukasi. Saat pelaksanaan edukasi dan pengambilan data sesudah pemberian edukasi diikuti oleh 78.26 % (18 orang) ibu balita stunting. Total seluruh peserta yang mengikuti acara penmas adalah sekitar 89.13 %. Hal ini menunjukkan ketercapaian indikator keikutsertaan ibu balita stunting lebih dari 70 %.

Gambar 1 Tim Edukator PHBS FK UHT

Gambar 2 Ibu Balita Stunting Yang Mengikuti Acara Edukasi PENMAS

 

Data responden dapat dideskripsikan berdasarkan jenis kelamin balita stunting, tingkat pendidikan orang tua, dan tingkat pendapatan orang tua balita stunting adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Gender, Level Pendidikan dan Tingkat Pendapatan

Keterangan

Frekuensi

%

Gender Balita

 

 

Laki-laki

13

56.52

Perempuan

10

43.48

Level Pendidikan Orang Tua

 

 

SD & SEDERAJAT

9

39.13

SMP & SEDERAJAT

2

8.70

SMA & SEDERAJAT

10

43.48

SARJANA

2

8.70

Tingkat Pendapatan Orang Tua

 

 

< Rp.0 - 1000.000

2

8.70

Rp. 1.000.000 � 1.999.999

10

43.48

Rp. 2.000.000 � 2.999.999

8

34.78

Rp. 3.000.000 � 3.999.999

1

4.35

Rp. 4.000.000 � 5.000.000

2

8.70

 

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa responden balita stunting di dominasi oleh lakilaki (56.52%), dengan prosentase yang lebih tinggi dibandingkan balita stunting perempuan sekitar 43.48 %. Penelitian Wicaksono dan Harsanti (2020) menyatakan bahwa anak laki - laki mempunyai kemungkinan mengalami stunting lebih besar dibandingkan anak perempuan. Hal disebabkan karena aktivitas fisik yang lebih besar pada anak laki - laki sehingga membutuhkan energi yang lebih besar, dimana seharusnya energi tersebut disalurkan untuk proses pertumbuhan (F. Wicaksono & Harsanti, 2020);(Muizzah, 2013).

Tetapi penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda, dimana gender anak tidak berkaitan dengan angka stunting secara bermakna Puspito Panggih Rahayu (2020), sehingga korelasi gender anak dengan kejadian stunting masih belum terurai secara jelas. Level pendidikan orang tua balita stunting prosentase tertinggi adalah SMA dan sederajat (43.48%), dan kedua tertinggi adalah tingkat pendidikan SD (39.13%).

Kejadian stunting sering dikaitkan oleh level pendidikan orang tua balita stunting, dimana level edukasi yang rendah berkorelasi untuk menaikkan resiko kejadian stunting pada anaknya (Chowdhury et al., 2020). Pendidikan orang tua mempengaruhi perilaku kesehatan seperti vaksinasi anak, keluarga berencana, mengunjungi klinik kesehatan setempat dan suplementasi vitamin (Almas, 2021). Selain itu, pendidikan tinggi mengarah ke pendapatan yang lebih tinggi, sehingga memberikan kesempatan bagi orang tua untuk melakukan investasi layanan perawatan kesehatan dan asupan makanan yang tepat bagi anak-anak mereka (Chowdhury et al., 2020).

Tingkat pendapatan orang tua didominasi oleh pendapatan dibawah standard upah minimum regional/ UMR, dan nilai UMR di area Surabaya pada tahun 2021 menunjukkan angka Rp.4.300.000 (Disnakertrans.Jatim, 2020), sedangkan dari data pada tabel hanya 8.70 % responden dengan pendapatan yang melebihi UMR (Rp. 5.000.000).Prosentase pendapatan tertinggi pada kisaran Rp. 1.000.000 s.d. Rp. 1.999.999 yaitu mencapai 43.48 %, dan prosentase pendapat terendah pada tingkat pendapatan tiga juta dan kurang dari empat juta yaitu mencapai 4.35 %.

Penelitian Rufaida (2020) menyatakan bahwa balita pada keluarga dengan tingkat pendapatan yang rendah mempunyai resiko mengalami stunting sebesar 2.3 kali lipat. Tingkat pendapatan keluarga sangat mempengaruhi kemampuan daya beli makanan serta akses ke pelayanan kesehatan, sehingga menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada kejadian stunting balita (Rufaida et al., 2020);(Wicaksono & Harsanti, 2020).

Pengukuran tingkat pengetahuan PHBS ibu balita stunting dilakukan sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Skor tingkat pengetahuan PHBS terendah adalah nol (0), sedangkan skor tertinggi yang dapat dicapai adalah 20. Data pengukuran tingkat pengetahuan PHBS sebelum dan sesudah program edukasi dan konseling adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Skoring Tingkat Pengetahuan PHBS Ibu Balita Stunting

Skor Pengetahuan

PHBS

Sebelum

Sesudah

Frekuensi

%

Frekuensi

%

0 s.d. < 5

0

0.00

0

0.00

5 s.d. < 10

1

4.35

0

0.00

10 s.d < 15

10

43.48

3

16.66

15 s.d 20

12

52.17

15

83.34

total

23

100

18

100

 

Dari data pada tabel diatas tampak bahwa tingkat pengetahuan sesudah program konseling menunjukkan kenaikan skoring, dimana skor antara 15 � 20 yang sebelum edukasi mencapai 52.17 % mengalami kenaikan hampir 30 %, sehingga mencapai 83.34%. Sedangkan skor antara 10 sampai dengan kurang dari 15, yang sebelum edukasi 43.48 %, setelah edukasi mengalami penurunan sekitar 27 %.

Begitu pula dengan skor tingkat pengetahuan 5 sampai dengan kurang 10 juga mengalami penurunan 4.35 %. Penurunan skor tersebut disebabkan karena tingkat pengetahuan PHBS di kedua kelompok (kelompok skor 10 - < 15 dan 5 s.d. <10) mengalami kenaikan pengetahuan setelah pemberian konseling, sehingga responden yang sebelum edukasi berada pada kelompok nilai tersebut telah naik menjadi kelompok dengan interval nilai 15 sampai dengan 20. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa pemberian konseling mengenai PHBS dapat menaikkan tingkat pengetahuan responden.

Pengukuran tingkat penerapan PHBS dalam lingkup rumah tangga dilakukan dua kali (sebelum pemberian edukasi dan sesudah pemberian edukasi). Skor penerapan PHBS yang tertinggi adalah 40 dan skor terendahnya adalah 10. Hasil analisis deskriptif dari penilaian penerapan sikap PHBS dalam rumah tangga responden sebelum dan sesudah edukasi sebagai berikut:

 

Tabel 3 Skoring Sikap Penerapan PHBS Ibu Balita Stunting

Skor Sikap

PHBS

Sebelum

Sesudah

Frekuensi

%

Frekuensi

%

<10

0

0.00

0

0.00

10 s.d. < 20

0

0.00

0

0.00

20 s.d. < 30

1

4.35

1

5.55

30 s.d. < 40

22

86.96

8

44.45

40

2

8.70

9

50

total

23

100

18

100

 

Dari data pada tabel diatas tampak bahwa tingkat pengetahuan sesudah program konseling menunjukkan kenaikan skoring, dimana skor 40 yang sebelum edukasi mencapai 8.70 % mengalami kenaikan hampir 42 %, sehingga mencapai 50 %. Sedangkan skor antara 30 sampai dengan kurang dari 40 sebelum edukasi mencapai 86.96 %, setelah edukasi mengalami penurunan sekitar 42 %.

Penurunan skor tersebut disebabkan karena penerapan sikap PHBS PHBS pada kelompok (kelompok skor 30 - < 40) mengalami kenaikan pengetahuan setelah pemberian konseling, sehingga responden yang sebelum edukasi berada pada kelompok nilai tersebut telah naik menjadi kelompok dengan skor 40 yang merupakan skor tertinggi. Pada kelompok skor 20 sampai dengan kurang dari 30 sebelum dan sesudah edukasi menunjukkan jumlah responden yang tetap yaitu satu orang, namun nilai prosentase yang berbeda. Hal ini disebabkan total responden sebelum program edukasi 23 responden dan total responden yang mengikuti program edukasi mengalami penurunan yaitu 18 responden.

Perbaikan pengetahuan PHBS pada ibu balita stunting diharapkan dapat mencegah pemburukan kondisi stunting. Pada penelitian sebelumnya membuktikan bahwa pengetahuan tentang PHBS berpengaruh terhadap kejadian stunting secara signifikan. Hubungan antara pengetahuan PHBS dengan stunting dikaitkan dengan pengetahuan keluarga mengenai tindakan untuk mencegah terjadinya suatu penyakit, sehingga perbaikan pengetahuan dan penerapan PHBS dapat menurunkan dan mencegah perburukan kondisi stunting (Aprizah, 2021);(Lynawati, 2020).

 

Kesimpulan

Kegiatan Penmas yang diselenggarakan FK Universitas Hang Tuah telah terbukti dapat meningkatkan tingkat pengetahuan serta penerapan PHBS pada ibu dengan balita stunting. Keberhasilan kegiatan diukur melalui 3 indikator yaitu total peserta 89.13 % (diatas target 70 %), kenaikan tingkat pengetahuan PHBS sebesar 31.23% dan kenaikan tingkat penerapan PHBS sebesar 41.30 % (diatas target 20 %).

 

 

BIBLIOGRAFI

Almas, Luthfia Asyda. (2021). Perilaku hidup bersih dan sehat pada anak di masa pandemi covid-19. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

 

Apriluana, Gladys, & Fikawati, Sandra. (2018). Analisis faktor-faktor risiko terhadap kejadian stunting pada balita (0-59 bulan) di negara berkembang dan asia tenggara. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 28(4), 247�256.

 

Aprizah, Asni. (2021). Hubungan karakteristik ibu dan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga dengan kejadian stunting. Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA, 4(1), 115�123.

 

Chowdhury, Tuhinur Rahman, Chakrabarty, Sayan, Rakib, Muntaha, Afrin, Sabiha, Saltmarsh, Sue, & Winn, Stephen. (2020). Factors associated with stunting and wasting in children under 2 years in Bangladesh. Heliyon, 6(9). https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e04849

 

Kemenkes, R. I. (1AD). dari 3 Balita Indonesia Derita Stunting-Direktorat P2PTM [Internet]. Kementrian Kesehatan RI. 2018.

 

Kemenkes, R. I. (2018). Situasi balita pendek (Stunting) di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI, 301(5), 1163�1178.

 

Kemenkes, R. I. (2021). Laporan Kinerja Kementrian Kesehatan Tahun 2020. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun.

 

Lynawati, Lynawati. (2020). Hubungan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) terhadap stunting di Desa Kedung Malang Kabupaten Banyumas. Jurnal HUMMANSI (Humaniora, Manajemen, Akuntansi), 3(1), 41�46.

 

Mediani, Henny Suzana. (2020). Predictors of stunting among children under five year of age in Indonesia: a scoping review. Global Journal of Health Science, 12(8), 83. https://doi.org/10.5539/gjhs.v12n8p83

 

Muizzah, Lilik. (2013). Hubungan antara kebugaran dengan status gizi dan aktivitas fisik pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.

 

Natsir, Muh Fajaruddin. (2019). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga masyarakat desa parang baddo. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 1(3), 54�59.

 

Puspito Panggih Rahayu, Casnuri. (2020). PERBEDAAN RISIKO STUNTING BERDASARKAN JENIS KELAMIN. Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu, 2(1), 135�139.

 

Rufaida, Farmarida Dika, Raharjo, Angga Mardro, & Handoko, Adelia. (2020). The Correlation of Family and Household Factors on The Incidence of Stunting on Toddlers in Three Villages Sumberbaru Health Center Work Area of Jember. Journal of Agromedicine and Medical Sciences, 6(1), 1�6. https://doi.org/10.19184/ams.v6i1.9541

 

Unicef, & WHO, W. (2020). Levels and trends in child malnutrition: key findings of the 2019 Edition of the Joint Child Malnutrition Estimates. Geneva: World Health Organization.

 

Wicaksono, Febri, & Harsanti, Titik. (2020). Determinants of stunted children in Indonesia: A multilevel analysis at the individual, household, and community levels. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 15(1), 48�53. https://doi.org/10.21109/kesmas.v15i1.2771

 

Copyright holder:

Prawesty D. Utami, Retno Budiarti, Herin Setianingsih, Pramita A. Nugraheni, Wahyu P. Mutiadesi, Annisa U. Rasyida, Mita Herdiyanti, Ronald P. Adiwinoto (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: