Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 7, Juli 2023

 

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA SURABAYA

 

Firly Annisa, Wiwin Priana Primandhana

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional �Veteran� Jawa Timur

E-mail: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu ukuran yang dapat menentukan apakah upaya pembangunan suatu negara telah berhasil. Pembangunan adalah sebuah siklus yang digunakan untuk mencapai tujuan nasional. Pertumbuhan populasi, perubahan mendasar dalam sistem ekonomi, dan pemerataan pendapatan, semuanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Untuk menilai aspek ini, indikator pembangunan manusia dapat digunakan. Riset ini menguji pengaruh konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi pada indikator pembangunan manusia di kota Surabaya dari tahun 2011 hingga 2020. Pendekatan Ordinary Least Squares bermanfaat sebagai melakukan analisis regresi linier berganda dalam riset ini. Hasil dari riset memaparkan pengeluaran publik dan ekspansi ekonomi menyandang dampak yang signifikan pada IPM. Namun, pertumbuhan IPM hanya sedikit dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga. Penelitian ini merekomendasikan untuk mendorong pemberdayaan masyarakat, terutama bagi masyarakat yang kurang beruntung di bidang pendidikan dan kesehatan. Hal ini harus dilakukan bersamaan dengan peningkatan penguatan struktur ekonomi dan perbaikan lingkungan perkotaan Surabaya.

 

Kata Kunci: Indikator Pembangunan Manusia; Perkembangan; Konsumsi; Pengeluaran; Surabaya.

 

Abstract

Economic growth is one measure that can determine whether a country's development efforts have been successful. Development is a cycle used to achieve national goals. Population growth, fundamental changes in the economic system, and income equality all contribute to a country's economic growth. To assess these aspects, human development indicators can be used. This research examines the influence of household consumption, government spending and economic growth on human development indicators in Surabaya city from 2011 to 2020. The Ordinary Least Squares approach is useful as conducting multiple linear regression analysis in this research. The results of the research show that public spending and economic expansion have a significant impact on HDI. However, HDI growth is only marginally affected by household consumption expenditure. The research recommends encouraging community empowerment, especially for the disadvantaged in education and health. This should be done in conjunction with increased strengthening of the economic structure and improvement of Surabaya's urban environment.

 

Keywords: Human Development Indicators; Development; Consumption; Cost; Surabaya.

 

Pendahuluan

Salah satu tolak ukur untuk mengukur sejauh mana perkembangan pembangunan suatu negara ditentukan dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan merupakan langkah penting dalam mencapai tujuan suatu negara (Yorisca, 2020). Ekspansi ekonomi dalam suatu negara disertai dengan adanya pertumbuhan jumlah penduduk, perubahan struktur ekonomi yang fundamental, serta pemerataan pendapatan (Hasan & Azis, 2018).

Saat ini, paradigma pembangunan yang dominan adalah pertumbuhan perekonomian yang diukur berdasarkan pembangunan manusia dan diukur berdasarkan standar mutu hidup di setiap negara (Ginting, 2019). Indeks Pembangunan Manusia, yang sering dikenal dengan sebutan Human Development Index (HDI), pada awalnya diperkenalkan tahun 1990 oleh UNDP melewati Human Development Report. Publikasi ini mencakup informasi berikut:

�a method of expanding people's options� yang menunjukkan prosedur yang dapat meningkatkan aspek tertentu dalam kehidupan sosial yaitu aspek kehidupan dalam masyarakat. Komponen-komponen yang menggambarkan pelaksanaan pembangunan manusia dapat dilihat dari standar hidup yang layak dan mudahnya akses dalam sumber daya ekonomi yang didalamnya terdapat tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga pada masyarakat (Ananda, 2018). UNDP secara khusus memetakan tiga dasar utama dalam pertumbuhan serta pembangunan manusia terkait panjang umur dan kesehatan, pelatihan ekstensif dan mutu hidup.

Tingkat pertumbuhan suatu ekonomi dalam Kota Surabaya berfluktuatif cenderung naik pada tahun 2016 hingga tahun 2018 yang mencapai 6.19%, kemudian pada tahun 2019 dan 2020 Kota Surabaya mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan hingga menyentuh angka -4,85% pada tahun 2020 yang disebabkan oleh wabah COVID-19 dan penurunan pendapatan masyarakat secara umum.

Indeks Pembangunan Manusia juga ditentukan oleh Pengeluaran konsumsi. Tingkat kesejahteraan manusia juga dipengaruhi oleh rumah tangga. Seseorang yang berpenghasilan tinggi dapat mencurahkan lebih banyak uangnya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Hal ini menyiratkan bahwa keluarga yang berpenghasilan lebih tinggi akan membelanjakan lebih banyak uang untuk produk dan layanan.

Pemerintah sebagai Lembaga eksekutif juga mempunyai peran penting dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia sebagai alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Di masa otonomi saat ini, mereka memegang kekuasaan yang besar dan dituntut untuk dapat menggunakan sumber daya sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat kota Surabaya. APBD harus memungkinkan pemerintah setempat untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia yaitu dengan menerapkan strategi fiskal yang tepat.

Dapat terlihat bahwa indikator asifikasi manusia Kota Surabaya merupakan suatu permasalahan yang cukup penting, berdasarkan data BPS bahwa pertumbuhan ekonomi, naiknya konsumsi rumah tangga serta pengeluaran pemerintah mampu membuktikan pemerataan dalam pembangunan maupun kesejahteraan masyarakat di Kota Surabaya, tetapi tidak dipungkiri masih terdapat permasalahan�permasalahan yang ada pada Indeks Pembangunan Manusia. Untuk itu diperlukan kajian pada variabel-variabel yang berdampak pada tingkat indeks pembangunan manusia, sehingga dapat dijadikan suatu acuan bagi Kota Surabaya maupun hinterland yang ada di daerah Surabaya.

Laporan Pembangunan Manusia masa 1990 dari Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) memperkenalkan ukuran pembangunan manusia, yang juga dikenal sebagai indeks pembangunan manusia.

UNDP menyatakan bahwa pembangunan manusia ialah sebuah proses yang memungkinkan orang akan mengambil keputusan yang lebih bebas, tetapi daya pembangunan dianggap sebagai media mencapai tujuan itu (Palayukan, 2019). Dengan mempertimbangkan insan sebagai modal negara yang berharga. Tujuan utama pembangunan manusia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, untuk memperkuat keterampilan manusia sekaligus memaksimalkan penggunaan sumber daya komunal, gagasan pembangunan manusia harus didasarkan pada masyarakat secara keseluruhan (Haliim, 2020).

Istilah konsumsi berasal dari dua bahasa yang bermakna berbeda. Dalam bahasa Belanda, kata consumptie didefinisikan sebagai segala aktivitas yang dilaksanakan dengan maksud menggunakan barang atau jasa. Sebaliknya, kata "consumption" dalam bahasa Inggris mengacu pada penggunaan, pemanfaatan, atau pengeluaran sesuatu (Salwa, 2019). Dalam teori ekonomi Makro, disebutkan bahwa konsumsi memiliki arti konsumsi, sebuah indikator ekonomi makro, diwakili oleh huruf "c" dalam kata consumption.

Pengeluaran pemerintah berfungsi untuk menyediakan infrastruktur dan fasilitas yang tidak dapat disediakan oleh sektor swasta untuk memenuhi permintaan publik (Tawang, 2019). (Oates, 1993) menyatakan bahwa:

�Pemerintah daerah lebih efektif daripada pemerintah federal karena mereka dapat menawarkan lebih banyak macam barang dan jasa publik berdasarkan keinginan masyarakat atau berseragam ���������

Dapat diartikan bahwa Pengeluaran Negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sangat erat kaitannya dengan kewajiban membayar pajak, karena Negara harus mampu menghimpun sumber daya yang sebagian besar berasal dari pajak. Pressman (2004), Keyness menyatakan:

��Karena perekonomian tidak selalu mencapai full employment dan stabilitas aktivitas ekonomi, intervensi pemerintah diperlukan...�

Berdasarkan hal tersebut, untuk mengatasi ketidakstabilan ekonomi melalui implementasi kebijakan pemerintah, intervensi diperlukan. Kebijakan tersebut diinteroretasikan menjadi kebijakan fiskal atau pengeluaran pemerintah (Government Expenditure) yang diketahui lewat APBN bagi perekonomian nasional dan APBD bagi perekonomian daerah dapat digunakan untuk menentukan hal ini. Jika negara menetapkan kebijakan pengadaan barang dan jasa, pengeluaran publik harus dikeluarkan untuk mengimplementasikan keputusan yang telah dibuat.

 

Metode Penelitian

Metodologi penelitian kuantitatif digunakan. Penyelidikan ilmiah yang sistematis terhadap berbagai elemen dan kejadian dikenal sebagai penelitian kuantitatif yang dapat diakses dan hubungan di antara mereka. Informasi yang digunakan dari Badan Pusat Statistik.

Riset ini dilakukan dengan teknik penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif meneliti hubungan antara banyak komponen dan peristiwa melalui pemeriksaan ilmiah yang ketat. Badan Pusat Statistik dan dpjk kementrian keuangan Republik Indonesia adalah tempat di mana informasi tersebut diperoleh

Adapun dalam persamaan regresi linier berganda, didapatkan model regresi:

IPM = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Dimana:

�� IPM = Indeks Pembangunan Manusia

�� β0 = Konstanta

�� X1 = Pertumbuhan Ekonomi

�� X2 = Konsumsi Rumah Tangga

�� X3 = Pengeluaran Pemerintah

�� e = Error

Populasi pada penelitian ini ialah mencakup seluruh data pada Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Keperluan Rumah Tangga, Pengeluaran Pemerintah, dan Indeks Pembangunan Manusia di Kota Surabaya. Sampel data Kemajuan Perekonomian, Pengeluaran Keperluan Rumah Tangga, Indeks Pembangunan Manusia, dan Kebutuhan Pemerintah Kota Surabaya digunakan penelitian ini dan diukur secara time series pada periode 2011 � 2020.

Dalam penelitian ini digunakan teknik Model regresi linier berganda dan OLS. untuk mendapatkan hasil analisis regresi linier berganda program SPSS 25.0.

 

Hasil dan Pembahasan

Temuan Uji Asumsi Klasik akan terpenuhi dalam model Ordinary Least Square (OLS) dengan pendekatan Best Linear Unbiased Estimator apabila Penentuan keputusan dengan menggunakan uji F dan uji T tidak bias dan telah memenuhi berbagai asumsi yang terkait (Ghozali, 2006). Jika salah satu dari pengertian ini tidak terpenuhi, maka uji asumsi klasik tersebut sudah tidak bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).

Dalam hal tersebut, terdapat beberapa proposisi klasik diantaranya:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menentukan data terdistribusi secara normal jika hasil Asymp Sig (two-tailed) lebih banyak dari 0,05. Dalam riset ini, uji Kolmogorov Smirnov, diketahui memiliki nilai 0,111 dan Asymp. Sig (two-tailed) senilai 0,200. Nilai signifikannya adalah 0,200 > 0,05. Kesimpulan ini dapat diambil karena data memiliki distribusi normal dan taraf signifikan lebih dari 0,05.

 

2. Uji Autokorelasi

Sasaran pada uji autokorelasi adalah menentukan adanya penyimpangan pengganggu residual pada periode t terkait dengan kekeliruan periode t-1 atau tahun sebelumnya (Ghozali, 2006). Salah satunya dapat diuji dengan menggunakan Run test, yang diketahui memiliki nilai Asymp, untuk menguji autokorelasi ini. Karena tingkat signifikasi dua arah (Sig) sebesar 0,094 dan lebih tinggi dari nilai signifikansi 0,05 (0,094 > 0,05), maka mampu dikatakan bahwasanya model regresi tidak terdapat gejala autokorelasi.

 

3. Uji Multikolinieritas

Menemukan adanya hubungan linear "sempurna" antara salah satu ataupun seluruh variabel bebas pada sebuah model regresi adalah target dari uji multikolinearitas. Nilai Varians dari faktor inflasi. Nilai Variance Inflation Factor dan taraf Tolerance untuk menguji secara statistik ada tidaknya gejala multikolinearitas.

Berdasarkan hasil yang telah didapat menyatakan bahwa ketiga variabel independent dalam pengujian statistic pada IPM di Kota Surabaya.� Jika nilai VIF kurang dari 10 dan nilai toleransi lebih dari 0,10, maka hasilnya adalah sudah memenuhi kriteria tidak adanya gejala multikolinieritas.

 

4. Uji Heterokedeskitas

Uji heterokedeskitas dilakukan untuk mengetahui apa ada ketidaksamaan dalam varians residual dalam suatu pengamatan model regresi. Uji heterokedeskitas dapat dilakukan dengan memanfaatkan metode Rank Spearman dengan melihat korelasi residual pada seluruh variabel independent (X).

Hasil menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi Rank Spearman secara residual untuk tiga variabel independent ialah Pertumbuhan Ekonomi, Konsumsi dalam Rumah Tangga, dan Pengeluaran dana Pemerintah di Kota Surabaya lebih dari 0,05. Nilai tertera membuktikan bahwasanya tidak ada hubungan antara variabel yang dijelaskan dan nilai residual. Oleh karena itu, tidak ada gejala heterokodeskitas, menurut model regresi tersebut.

Dari hasil yang analisis yang didapatkan, berikut ini adalah persamaan regresi linier berganda dihasilkan yaitu:

Y = 74,672 - 0,083 X1 + 0,001 X2 + 0,839 X3

Dengan mempertimbangkan persamaan regresi linier berganda yang disebutkan sebelumnya, ialah sebagai berikut:

β0: Nilai 74,672 menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Y) di Kota Surabaya akan naik sebesar 74,672 jika variabel Kemajuan Ekonomi (X1), Konsumsi Untuk Rumah Tangga (X2), dan Dana Pengeluaran Pemerintah (X3) bernilai konstan.

β1: Nilai (-0,083) menunjukkan bahwa, dengan asumsi Konsumsi untuk rumah tangga (X2) beserta dana pengeluaran pemerintah (X3) konstan, Indeks Pembangunan Manusia (Y) di Kota Surabaya akan turun sebesar 0,083 poin, atau 8,3%, untuk setiap kenaikan 1% pertumbuhan ekonomi (X1).

β2: Nilai 0,001 menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Y) di Kota Surabaya meningkat sebesar 0,001 atau 0,1 persen jika variabel Pertumbuhan Ekonomi (X1) dan Pengeluaran Pemerintah (X3) dianggap konstan, dan masing-masing variabel Konsumsi Rumah Tangga (X2) dinaikkan sebesar 1%.

β3: Nilai 0,839 menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Y) di Kota Surabaya akan naik sebesar 0,839 atau 83,9 persen jika variabel Pertumbuhan Ekonomi (X1) dan Konsumsi Rumah Tangga (X2) dianggap konstan, dan jika masing-masing variabel Pengeluaran Pemerintah (X3) mengalami kenaikan 1%.

 

Koefisien Determinasi (R2)

Variabel Indeks Pembangunan Manusia (Y) secara simultan dipengaruhi oleh variabel Kemajuan ekonomi (X1), konsumsi untuk rumah tangga (X2), dan dana pengeluaran pemerintah (X3) sebesar 0,984 atau 98,4% sesuai dengan nilai koefisien determinasi atau R2. Variabel lain di luar variabel yang dianalisis berdampak terhadap sisanya sebesar (100% - 98,4% = 1,6%).

Uji F memastikan apakah variabel mandiri memiliki dampak gabungan pada variabel terikat. Bila F hitung > F tabel dan sig = 0,05, variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat, sesuai dengan kaidah uji F. Apabila taraf pada F hitung < F tabel dan sig ≥ α = 0,05, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya variabel independen secara simultan tidak memiliki suatu akibat pada variabel dependen.

Diketahui bahwasanya nilai pada F hitung sejumlah 126,471 dengan tingkat signifikansi senilai 0,000b dan signifikansi 5 % atau α = 0,05. Artinya nilai Untuk nilai F, Sig adalah 0,000 < 0,05. Tabel diperoleh sebagai berikut:

df1 (k)��������������������������� = 3

df2 (n � k � 1)��������������� = 10 � 3 - 1 = 6

Ftabel���������������������������� = 4,76

Dari hasil di atas terlihat jelas nilai F hitung 126,471 ≥ F tabel 4,76, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima. Maksudnya pada Indikator Pembangunan Manusia di Kota Surabaya dipengaruhi secara positif oleh pertumbuhan ekonomi, konsumsi untuk rumah tangga, dan dana pengeluaran pemerintah secara bersamaan. Hal tersebut juga mampu digambarkan pada kurva distribusi Uji F berikut:

Gambar 1 Kurva Distribusi Uji F

 

Tabel 1 Hasil Uji T

Variabel Pertumbuhan Ekonomi (X1)

Pada tabel diatas diketahui bahwasanya t hitung bernilai -2,457. Nilai sig pada taraf signifikansi (α / 2 = 0,025). Nilai df (n-k-1) sebesar 6, diperoleh t tabel yang bernilai 2,447, didapatkan t hitung sebesar � 2,457 ≥ t tabel 2,447. Artinya H0 tidak dapat diterima dan H1 diterima, syarat taraf signifikansi 0,05 > 0,049. Hasilnya, dapat dikatakan bahwa di Kota Surabaya, variabel Indikator Pembangunan Manusia secara signifikan dan sebagian dipengaruhi secara negatif oleh variabel Pertumbuhan Ekonomi.

 

Variabel Konsumsi Rumah Tangga (X2)

Pada tabel diatas diketahui bahwasanya t hitung bernilai 0,322. Nilai sig pada taraf signifikansi (α / 2 = 0,025). Nilai df (n-k-1) sebesar 6, diperoleh t tabel dengan nilai 2,447, maka t hitung sebesar 0,322 ≤ t tabel 2,447 yang memiliki artian bahwa H0 dapat diterima sedangkan H1 dapat ditolak pada taraf signifikansi 0,05 < 0,758. Oleh karena itu, variabel Konsumsi Rumah Tangga tidak dipengaruhi secara signifikan oleh variabel Indeks Pembangunan Manusia Kota Surabaya.

 

Variabel Pengeluaran Pemerintah (X3)

Pada tabel diatas diketahui bahwasanya nilai sig pada taraf signifikansi (α / 2 = 0,025). Nilai df (n-k-1) adalah 6, t tabel diperoleh dengan nilai 8,880, maka hasilnya t hitung 8,880 lebih besar dari t tabel 2,447 yang menunjukkan bahwa H0 dapat ditolak dan H1 dapat diterima pada taraf signifikansi 0,000 < 0,05. Jadi, Variabel pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh positif dan cukup besar terhadap variabel Indeks Pembangunan Manusia Kota Surabaya.

 

Pengaruh hubungan antara variabel Pertumbuhan Ekonomi (X1) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Y)

Variabel Indeks Pembangunan Manusia secara signifikan dan negatif dipengaruhi oleh variabel pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya periode 2011 � 2020. Kenaikan Indeks Pembangunan Manusia telah dipengaruhi oleh perkembangan kota Surabaya yang berfluktuasi. Kota Surabaya memiliki sektor unggulan pada perdagangan atau penjualan besar dan eceran yaitu Industri Pengelolaan, Reparasi Sepeda Motor dan Mobil dimana industri tersebut menyumbang nilai paling besar dan mengalami peningkatan setiap tahunnya pada PDRB Kota Surabaya, sedangkan pada sektor penggerak Indeks Pembangunan Manusia yang lain, seperti Jasa Pendidikan juga Jasa Kegiatan sosial dan Kesehatan Mayarakat tetap mengalami kenaikan pada tiap tahunnya tetapi tidak terlalu besar perkembangannya.

Dapat disimpulkan bahwasanya pertumbuhan ekonomi dapat mencerminkan kualitas produktifitas pada masyarakat setempat dalam mengelola sumber daya pada wilayah setempat secara maksimal. Hal ini terbukti memiliki keterkaitan yang signifikan dengan penelitian Akmal (2022) bahwasanya di Daerah Istimewa Yogyakarta ekspansi ekonomi signifikan dan negatif mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia. Hal tersebut dikarenakan ketika melakukan pengelolaan sektor penunjang dan pendorong kemajuan pada Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami pelambatan atau belum maksimal dalam pelaksanaannya sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.

 

 

Pengaruh hubungan antara variabel Konsumsi Rumah Tangga (X2) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Y)

Variabel Y yaitu IPM secara parsial tidak berpengaruh oleh Konsumsi Rumah Tangga di Kota Surabaya pada periode 2011�2020. Hal tersebut dikarenakan ketika pendapatan seseorang meningkat, maka seseorang dapat memenuhi kebutuhan otonomusnya. Sehingga mereka dapat melakukan tambahan konsumsi (marginal prosperity to consume). Sedangkan kecenderungan rata-rata untuk mengkonsumsi, atau rasio konsumsi terhadap pendapatan, akan menurun ketika pendapatan meningkat, seseorang yang memiliki pendapatan yang besar cenderung memilih menabung dalam jumlah yang besar pula mengingat suku bunga yang akan mereka dapatkan (Atmaja et al., 2022).

Begitu halnya di Kota Surabaya, rumah tangga sendiri merupakan sekelompok orang dengan karakteristik yang berbeda, begitu pula dengan pengeluaran konsumsi maupun pendapatannya, pengeluaran konsumsi juga dibagi dua yaitu konsumsi non makanan dan konsumsi non makanan, meskipun Kota Surabaya adalah kota yang maju, dilihat pada data pengeluaran konsumsi makanan lebih kecil dari pada pengeluaran non makanan, tetapi pengeluaran non makanan pada rumah tangga sendiri berbeda beda seperti hutang, menabung maupun berkegiatan dalam pasar modal dan masih terdapat rumah tangga yang selisih penerimaan dan pengeluarannya sampai defisit, sedangkan pada Indeks Pembangunan Manusia sendiri dapat meningkat dengan perbaikan pada sektor Kesehatan dan Pendidikan. Terbukti bahwa konsumsi rumah tangga di Kota Surabaya pada tahun 2011 hingga 2020 tidak akan berdampak pada IPM.

 

Pengaruh hubungan antara variabel Pengeluaran Pemerintah (X3) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Y)

Di Surabaya antara tahun 2011 dan 2020, variabel Pengeluaran Pemerintah memiliki dampak positif yang signifikan dan moderat terhadap variabel indeks pembangunan manusia. Pemerintah merupakan pemegang kebijakan dalam pemerintahan, dalam pembangunan kesejahteraan manusia, pemerintah harus memperhatikan 2 faktor utama yaitu: Pendidikan dan Kesehatan (Habibi, 2022). Hasil uji pada Pengeluaran Pemerintah Kota Surabaya tahun 2011 � 2020 menandakan bahwa Infrastruktur dan fasilitas di Kota Surabaya cukup lengkap dan baik. Para penduduknya telah menggunakan akses ini dengan mudah.

Pemerintah kota Surabaya juga memiliki program pengendalian penduduk dan keluarga berencana serta Pendidikan gratis yang diupayakan untuk kesejahteraan masyarakat Kota Surabaya. Dalam teori Wagner, besarnya pengeluaran pemerintah mempunyai keterkaitan dengan pendapatan perkapita/GDP yang disebabkan karena pengeluaran pemerintah akan meningkat lebih cepat daripada PDB (Wafa, 2023). Hal ini sejalan dengan pernyataan Mujiningrum (2013) yang menjelaskan kesejahteraan pendudukan berkaitan dengan pengeluaran pemerintah, serta selaras dengan penelitian dari Mahulauw (2017) yang menyatakan bahwa investasi publik, khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan, memiliki dampak yang cukup besar pada indeks pembangunan manusia.

 

Kesimpulan

Berdasarkan temuan pengujian serta analisis, kesimpulan berikut ini dibuat:

Pertumbuhan ekonomi antara tahun 2011 hingga 2020 akan berdampak negatif signifikan bagi indeks pembangunan manusia di Surabaya. Hal ini dikarenakan sektor perdagangan besar dan eceran yang utama di kota Surabaya, sedangkan sektor-sektor lain yang menjadi penentu indeks pembangunan manusia, seperti pendidikan, kesehatan dan kegiatan sosial mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun tidak signifikan. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Surabaya akan menurun seiring dengan menurunnya Indeks Pembangunan Manusia.

Indeks pembangunan manusia tidak terpengaruh secara signifikan oleh konsumsi rumah tangga di Kota Surabaya tahun 2011 � 2020. Hal ini disebabkan oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga pada masyarakat Kota Surabaya dilihat pada data pengeluaran konsumsi makanan lebih kecil dari pada pengeluaran non makanan ,tetapi pengeluaran non makanan pada rumah tangga sendiri berbeda beda seperti hutang ,menabung maupun berkegiatan dalam pasar modal, dan masih terdapat rumah tangga yang selisih penerimaan dan pengeluarannya sampai defisit, sehingga perkembangan Indikator Pembangunan Manusia di Kota Surabaya dari tahun 2011 hingga 2020 tidak dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga.

Pada tahun 2011-2020, pengeluaran pemerintah akan memberikan dampak yang baik dan cukup besar terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kota Surabaya. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa infrastruktur dan fasilitas di Kota Surabaya sudah cukup lengkap, dan masyarakat telah menggunakan akses tersebut dengan mudah, terutama di sektor kesehatan dan pendidikan. Pemerintah kota Surabaya juga telah memiliki program pengendalian penduduk dan keluarga berencana serta Pendidikan gratis yang diupayakan untuk kesejahteraan masyarakat Kota Surabaya. Sehingga Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia Kota Surabaya dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah.

 

BIBLIOGRAPHY

Akmal, T. J. (2022). Analisis Pengaruh Pembangunan Infrastuktur, Tingkat kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi diprovinsi Aceh. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.

 

Ananda, C. F. (2018). Pembangunan ekonomi daerah: dinamika dan strategi pembangunan. Universitas Brawijaya Press.

 

Atmaja, A. R., Devi, S., Atmaja, H. K., & Lubis, I. (2022). Pengaruh Pendapatan Terhadap Pola Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Di Kota Sibolga Tahun 2022 (Implikasi Fungsi Konsumsi Keynes). Eqien-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 11(02), 1�13.

 

Ghozali, I. (2006). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

 

Ginting, C. (2019). KS,(2008)�Analisis Pembangunan Manusia di Indonesia.� Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, diakses dari �.

 

Habibi, M. M. (2022). Sinergi Peran Pemerintah Desa dan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 7(2), 429�437.

 

Haliim, W. (2020). Kebijakan Pembangunan Dalam Konsep Kepemimpinan Partisipatif. Jurnal Kebijakan Pembangunan, 15(1), 91�104.

 

Hasan, M., & Azis, M. (2018). Pembangunan Ekonomi & Pemberdayaan Masyarakat: Strategi Pembangunan Manusia dalam Perspektif Ekonomi Lokal. CV. Nur Lina Bekerjasama dengan Pustaka Taman Ilmu.

 

Mahulauw, A. K., Santosa, D. B., & Mahardika, P. (2017). Pengaruh Pengeluaran Kesehatan dan Pendidikan Serta Infrastruktur Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Maluku. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 14(2), 122�148.

 

Mujiningrum, D., & Nugroho, S. B. M. (2013). Analisis Pengaruh Distribusi Pendapatan, Angka Melek Huruf Perempuan, serta Pengeluaran Pemerintah pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan terhadap Variasi Kesejahteraan Anak Antar Provinsi di Indonesia Tahun 2010. Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

 

Palayukan, M. (2019). Pengaruh belanja pemerintah terhadap indeks pembangunan manusia: Studi kasus provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal BPPK: Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan, 12(2), 74�91.

 

Salwa, D. K. (2019). Teori Konsumsi Dalam Ekonomi Islam dan Implementasinya. LABATILA: Jurnal Ilmu Ekonomi Islam, 3(02), 172�189.

 

Tawang, B. (2019). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Dan Investasi Terhadap Pengembangan Sektor Pariwisata Contoh Kasus (Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara Dan Papua). Universitas Hasanuddin.

 

Wafa, K. (2023). Analisis Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Pengeluaran Pemerintah, Tingkat Pendidikan Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Banten Tahun 2012-2017. Universitas Islam Indonesia.

 

Yorisca, Y. (2020). Pembangunan Hukum Yang Berkelanjutan: Langkah Penjaminan Hukum Dalam Mencapai Pembangunan Nasional Yang Berkelanjutan. Jurnal Legislasi Indonesia, 17(1), 98�111.

 

 

 

 

 

Copyright holder:

Firly Annisa, Wiwin Priana Primandhana (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: