Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 7, Juli 2023
ANALISIS EFEKTIVITAS DAYA TAMPUNG EMBUNG TAMAN FIRDAUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Rivadavia Raykaru Putra,
Dinar D.A. Putranto, Putri Kusuma Wardani
Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Bukit Besar, Palembang, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Banjir terjadi karena berkurangnya daerah tampungan air akibat peningkatan penggunaan lahan, baik untuk
permukiman maupun kegiatan ekonomi. Tujuan dari penelitian
ini adalah menganalisis besar kapasitas tampungan pada tanggul. Embung taman Firdaus Universitas Sriwijaya
(UNSRI) ini terletak di
wilayah kabupaten ogan ilir dan bermanfaat sebagai tempat tampungan air hujan dan pengendalian banjir. Embung memiliki banyak manfaat untuk memenuhi kebutuhan air untuk Unsri. Embung Unsri
memiliki luas 24 Ha, embung sebelah barat 8 m dari dasar dan panjang 50 m. Hasil Analisa data, volume tampungan embung dengan kedalam 5 m dengan luas embung
1 seluas 423804,79 m2 dapat
menampung air dengan kapasitas volume tampungan yaitu sebesar 2119023.95 m3.
Hasil dari pengujian kadar air rata-rata pada tanah asli () = 87.38 %. Hasil pengujian
berat jenis tanah rata-rata (Gs) sebesar 2.19. Hasil dari pengujian Atterberg limit, nilai
batas cair pada tanah (LL)
= 57.00 %, batas plastis pada tanah
(PL) = 48,37 %, dan indeks plastisitas
pada tanah (IP) = 8.63 %. Berdasarkan
klasifikasi AASTHO maka tanah di Embung Taman Firdaus
UNSRI termasuk kelompok
A-2-5, sebagai kerikil berlanau atau berlempung
dan pasir. Sedangkan berdasarkan klasifikasi USCS, digolongkan dalam tanah Silts and Clays (CH). Hasil pengujian
permeabilitas yaitu nilai permeabilitas (K) =
3,034191 x 10-5 cm/det, bersifat low permeability.
Kata Kunci: Banjir; Embung;
Permeabilitas; Rembesan.
Abstract
Floods occur due to reduced water catchment areas due to increased land
use, both for settlements and economic activities. The purpose of this research
is to analyze the storage capacity of the embankment. The Firdaus Taman Firdaus
Reservoir of Sriwijaya University (UNSRI) is located
in the Ogan Ilir district
and is useful as a place for rainwater storage and flood control. Embung has many benefits to meet the water needs of UNSRI.
The UNSRI reservoir has an area of 24 hectares, the west reservoir is 8 m from
the bottom and 50 m long. Results of data analysis, the volume of the reservoir
with a depth of 5 m with an area of pond 1 covering an area of 423804.79 m2 can
accommodate water with a storage volume capacity of 2119023.95 m3. The results
of testing the average water content in the original soil () = 87.38 %.
The test results for the average soil specific gravity (Gs)
are 2.19. The results of the Atterberg limit test, the liquid limit value in
soil (LL) = 57.00 %, the plastic limit in soil (PL) = 48.37 %, and the
plasticity index in soil (IP) = 8.63 %. Based on the AASTHO classification, the
soil in the UNSRI Firdaus Taman Embung belongs to
group A-2-5, as silt or loamy gravel and sand. Meanwhile, based on the USCS
classification, it is classified as Silts and Clays (CH). The results of the
permeability test are the permeability value (K) = 3.034191 x 10-5 cm/s, which
is low permeability.
Keywords: Flood; Reservoir; Permeability; Seepage.
Pendahuluan
Embung merupakan bangunan penampung air dan melepaskan kembali ketika puncak banjir lewat
dan berfungsi sebagai pengendali banjir (Anam
et al., 2015). Dimana memiliki
tampungan maksimum kurang dari 500,00 m3 dan tinggi jagaan maksimum
15 m. Embung memiliki tiga tipe berdasarkan
fungsinya yaitu tampungan mati, tampungan efektif dan tampungan pengendali banjir (Kustamar,
2019);(Garsia et al., 2014). Embung
terdiri dari tubuh embung, sistem
penampungan air, sistem pengambilan air dan sistem pengelak banjir (Fitri
et al., 2011). Tubuh
embung mengunakan material urugan tanah, beton
atau pasangan batu kali. Untuk pemilihan tubuh embung dengan
material urugan tanah dilakukan dengan pertimbangan terhadap volume dan gradasi material yang tersedia
dan kemampuannya dalam mereduksi debit rembes, material urugan tanah memiliki
dua tipe yaitu urugan tanah homogen
dan urugan tanah berlapis/zonal (Arsyad,
2010).
Pembangunan
Embung Universitas Sriwijaya
untuk mengendalikan dan menyediakan sumber pasokan air bagi kegiatan perkebunan maupun pertanian di Taman Firdaus
Universitas Sriwijaya, Sistem
konstruksi tubuh embung berupa urugan
tanah homogen dengan cara menimbun
tanah hasil penggalian embung itu sendiri (Kometa
& Ebot, 2012). Dimana tubuh
embung bagian utara dan barat diperkuat dengan penggunaan Riprap, tubuh embung bagian
selatan diperkuat dengan menggunakan Corrugated
Concrete Sheet Pile (CCSP), dan tubuh embung bagian timur
hanya berupa urugan tanah timbunan
saja (Karol,
2003).
Air
yang disimpan di dalam suatu embung akan
cenderung mencari jalan keluar (mengalir)
ke bagian hilirnya (Liu
et al., 2008). Rembesan
adalah air yang mencari jalannya melalui material yang porus atau suatu
rekahan baik yang ada di dalam tubuh
maupun fondasinya (Nasional,
2016). Gaya atau
tekanan air rembesan dapat menimbulkan alur air baru atau
alur eksisting hingga tubuh embung
rekah. Jadi, pengendalian rembesan adalah merupakan faktor sangat penting dalam desain,
pelaksanaan konstruksi dan Operasi dan Pemeliharaan
(O&P) embung (Kalkani,
1997). Setiap
embung pasti mengalami rembesan, namun besarnya pengaruh rembesan terhadap tubuh embung sangat tergantung pada
material timbunan (Azwarman,
2018). Rembesan
yang terjadi secara berlebihan memungkinkan dapat berpengaruh terhadap keamanan embung.
Untuk mengetahui tubuh embung bagian barat yang mana sudah diperkuat menggunakan riprap seberapa besar tingkat rembesan
yang terjadi pada tubuh embung maka perlu
dilakukan analisis besar debit filtrasi (rembesan) pada tubuh Embung Universitas Sriwijaya. Dengan permasalahan tersebut penelitian ini akan membahas
tentang analisa rembesan kontruksi dinding embung taman firdaus Universitas Sriwijaya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan
di Wilayah Taman Firdaus Universitas Sriwijaya dan sekitar perkantoran Kab. Ogan Ilir,
dengan tinggi badan embung sebelah barat 8 m dari dasar dan panjang 50 m. Embung Universitas Sriwijaya memiliki luas 24 Ha dengan volume tampungan sebesar 912.000 m3. Selain bermanfaat sebagai tampungan air hujan dan pengendalian banjir embung memiliki
banyak manfaat untuk memenuhi kebutuhan air untuk Universitas Sriwijaya (Lasminto, 2009). Adapun letak lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Google
Earth, 2021)
Data yang dikumpulkan dalam rangka menunjang
penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh secara langsung dari survey lokasi di wilayah
Taman Firdaus dan wilayah sekitar di Kabupaten Ogan Ilir. Provinsi Sumatera Selatan. Data
primer meliputi: Dokumentasi,
Pengukuran lebar embung dengan menggunakan
(theodolite, Rambu ukur
dan waterpass), melakukan
pengukuran kedalaman embung menggunakan sounding
reel, dan melakukan pengukuran
elevasi muka air banjir, normal dan minimum (Sarwono et al.,
2015);(Zhang &
Wang, 2007). Sedangkan
data sekunder yang tersedia
di instansi-instansi terkait,
meliputi: Peta lokasi Taman
Firdaus Universitas Sriwijaya, Data teknis embung, dan data curah hujan.
Pengolahan data yang dilakukan meliputi perhitungan maupun pemodelan
menggunakan bantuan program berdasarkan data-data yang diperoleh baik secara
primer maupun skunder. Adapun tahapan pengolahan data adalah sebagai berikut; 1) Perhitungan Debit Rembesan Metode Casagrade. 2) Data Curah Hujan. 3) Perhitungan Kapasitas tampungan. 4) Tinggi Muka Air.
Hasil dan Pembahasan
Analisa Frekuensi
Dalam perhitungan
analisis frekuensi ini, terdapat empat
metode distribusi yang digunakan yaitu, distribusi Normal, Log Normal, Log Person Tipe III, dan Gumbel. Selain itu terdapat beberapa
parameter statistik yang digunakan
untuk menentukan distribusi probabilitas (PDF =
probability distribution function). Berikut ini merupakan perhitungan
parameter statistik yang digunakan
dalam analisis frekuensi berdasarkan Tabel 1.
Tabel 1
Perhitungan
parameter statistik
untuk distribusi Normal dan Gmbel
No |
Tahun |
X |
(X-Xi) |
|
|
|
|
1 |
2007 |
108 |
0.1 |
0.01 |
0.001 |
1E-04 |
|
2 |
2008 |
84 |
-23.9 |
571.21 |
-13651.9 |
326280.9 |
|
3 |
2009 |
86 |
-21.9 |
479.61 |
-10503.5 |
230025.8 |
|
4 |
2010 |
95 |
-12.9 |
166.41 |
-2146.69 |
27692.29 |
|
5 |
2011 |
54 |
-53.9 |
2905.21 |
-156591 |
8440245 |
|
6 |
2012 |
113 |
5.1 |
26.01 |
132.651 |
676.5201 |
|
7 |
2013 |
125 |
17.1 |
292.41 |
5000.211 |
85503.61 |
|
8 |
2014 |
166 |
58.1 |
3375.61 |
196122.9 |
11394743 |
|
9 |
2015 |
143 |
35.1 |
1232.01 |
43243.55 |
1517849 |
|
10 |
2016 |
105 |
-2.9 |
8.41 |
-24.389 |
70.7281 |
|
|
Σ |
1079 |
|
9056.9 |
61582.08 |
22023086 |
|
Berikut
ini merupakan hasil perhitungan parameter statistik yang digunakan dalam analisis
frekuensi berdasarkan Tabel 1. (1) Nilai
rata-rata (x) = 107.9;
(2) Simpangan Baku (s) = 31.7226; (3) Koefisien Variasi (Cv)
= 3.4014; (4) Koefisien Skewness
(Cs) = 0.268:
(5) Koefisien Kurtosis (Ck) = 4.31. Selanjutnya perhitungan untuk
parameter statistik logaritma dari data curah hujan maksimum pada pos
penakar hujan, yang ditunjukan pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2
Parameter Statistik untuk distribusi Lo Normal dan Log Person III
No |
Tahun |
X |
logX |
logX-logXi |
(logX-logXi)2 |
(logX-logXi)3 |
(logX-logXi)4 |
1 |
2007 |
108 |
2.0334 |
0.0185 |
0.0003 |
0.0000 |
0.00 |
2 |
2008 |
84 |
1.9243 |
-0.0906 |
0.0082 |
-0.0007 |
0.00 |
3 |
2009 |
86 |
1.9345 |
-0.0804 |
0.0065 |
-0.0005 |
0.00 |
4 |
2010 |
95 |
1.9777 |
-0.0372 |
0.0014 |
-0.0001 |
0.00 |
5 |
2011 |
54 |
1.7324 |
-0.2825 |
0.0798 |
-0.0225 |
0.01 |
6 |
2012 |
113 |
2.0531 |
0.0382 |
0.0015 |
0.0001 |
0.00 |
7 |
2013 |
125 |
2.0969 |
0.0820 |
0.0067 |
0.0006 |
0.00 |
8 |
2014 |
166 |
2.2201 |
0.2052 |
0.0421 |
0.0086 |
0.00 |
9 |
2015 |
143 |
2.1553 |
0.1404 |
0.0197 |
0.0028 |
0.00 |
10 |
2016 |
105 |
2.0212 |
0.0063 |
0.0000 |
0.0000 |
0.00 |
|
Σ |
1079 |
20.1489 |
0.0000 |
0.1663 |
-0.0118 |
0.01 |
Berikut
ini merupakan perhitungan parameter statistic yang digunakan dalam analisis
frekuensi berdasarkan Tabel 2. (1) Nilai
rata-rata (x) = 2.0149;
(2) Simpangan
Baku (s) = 0.1359;
(3) Koefisien Variasi
(Cv)
= 0.06746; (4) Koefisien Skewness (Cs) = 0.6545; (5) Koefisien Kurtosis (Ck) = 5.05209. Dari perhitungan di atas, terdapat sifat khas masing-masing parameter statistik
dapat ditinjau dari besarannya nilai koefisien kemencengan (Cs) dan koefisien ketajaman (Ck) yang sesuai dengan syarat dari
masing-masing jenis distribusi.
Kesimpulan analisis untuk pemilihan distribusi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Kesimpulan Analisis
untuk pemilihan jenis Distribusi
No |
Metode Distribusi |
Sifat
Distribusi |
Perhitungan Distribusi |
Keterangan |
||
Cs |
Ck |
Cs |
Ck |
|||
1 |
Normal |
0 |
3 |
0.268 |
4.315 |
Tidak Memenuhi |
2 |
Gumbel |
≤ 1,139 |
≤ 5,402 |
0.268 |
4.315 |
�Memenuhi |
3 |
Log
Person III |
0 < Cs < 9 |
0.6545 |
5.05209 |
Memenuhi |
|
4 |
Log
Normal |
Cs = Cv+Cv
=3 |
0.6545 |
5.05209 |
Tidak Memenuhi |
Maka, kesimpulan
dari Tabel 3, metode distribusi yang memenuhi persyaratan sifat distribusi adalah metode Distribusi
Gumbel.
Uji Kecocokan
Uji kecocokan
distribusi diperlukan untuk mengetahui apakah data curah hujan yang ada sudah sesuai dengan
jenis distribusi yang dipilih, sehingga diperkirakan dapat mewakili distribusi tersebut. Uji Kecocokan dari suatu distribusi
probabilitas dapat dilakukan dengan dua metode uji kecocokan yang umumnya digunakan, yaitu uji chisquare dan uji smirnov-kolmogorov.
Uji Kecocokan
Chi-Square
Berikut ini merupakan parameter statistik untuk melakukan uji chi-square untuk distribusi Gumbel.
Jumlah data (n)���������� = 10
Nilai rata-rata (X)������ = 107.9 mm
Standar deviasi (Sd)��� = 31.7226 mm
Dalam melakukan perhitungan uji kecocokan chi-square terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan. Tahapan untuk perhitungan uji chi square pada distribusi normal adalah sebagai berikut:
1) Tentukan derajat nyatanya (ἀ) dan hitung jumlah kelas (k) serta derajat kebebasan (DK) yaitu:
Jumlah Kelas (k) = 1 + 3,322 Log n �������� = 1 + 3,322 Log 10 = 4,322 = 4 Kelas
Derajat Kebebasan = k � (ἀ + 1) = 5 � (1+1) = 2
2) Bedasarkan jumlah kelas tersebut, tentukan rentang probabilitas untuk setiap kelasnya (p), dimana rentang probabilitas = 1/k Probabilitas (p) = �= 0,25
3)
Dengan menggunakan rentang probabilitas
setiap kelasnya, hitung faktor frekuensi (Ktr) dan juga rentang varian x
Ktr������ = �x (0.5772 + ln (ln(r ����������� = �x (0.5772 + ln (ln(� =
0.720
Sehingga, Xt�� = X + (Ktr x Sd) = 107.9 + (0.720 x 31.7226 ����������� =� 130.735
Selanjutnya dengan
cara dan rumus yang sama, hasil perhitungan
dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5 berikut.
Tabel 4
Perhitungan nilai Xt Uji chi square untuk distribusi Gumbel
T |
KT |
R24 |
1000.000 |
4.938 |
264.547 |
5.000 |
0.720 |
130.735 |
2.500 |
0.074 |
110.239 |
1.667 |
-0.382 |
95.780 |
1.250 |
-0.822 |
81.840 |
1.010 |
-1.642 |
55.824 |
Tabel 5
Perhitungan uji
chi square untuk distribusi
Gumbel
Kelas |
Rentang Probabilitas |
Rentang Hujan (mm) |
Ei |
Oi |
(Oi-Ei)� |
c2 |
||
1 |
0,001<p≤0,20 |
264.547 |
>R24≥ |
130.735 |
2.8 |
5 |
4.84 |
1.729 |
2 |
0,20<p≤0,40 |
130.735 |
>R24≥ |
110.239 |
2.8 |
2 |
0.64 |
0.229 |
3 |
0,40<p≤0,60 |
110.239 |
>R24≥ |
95.780 |
2.8 |
2 |
0.64 |
0.229 |
4 |
0,60<p≤0,80 |
95.780 |
>R24≥ |
81.840 |
2.8 |
2 |
0.64 |
0.229 |
5 |
0,80<p≤0,99 |
81.840 |
>R24≥ |
55.824 |
2.8 |
3 |
0.04 |
0.014 |
|
|
|
|
|
S |
14 |
�c2 |
2.429 |
|
|
|
|
|
|
|
c2 Kritis |
5.992 |
Berdasarkan hasil
perhitungan di atas, di dapat nilai X� < X� kritis, maka
distribusi Gumbel dapat
di terima.
Uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorov
Berikut parameter statistik yang digunakan untuk melakukan uji
Smirnov-Kolmogorov untuk distribusi
Log Person III
Jumlah data (n)���������������������� = 10
Nilai rata-rata (X)������ ����������� = 107.9 mm
Standar deviasi (Sd)��� ����������� = 31.7226 mm
Koefisien Skewness (Cs)������� = 4.315
Adapun tahapan dalam
perhitungan uji smirnov-kolmogrov untuk distribusi normal adalah sebagai
berikut:
1)
Tentukan derajat nyata (ἀ) yaitu
0,05 dan juga jumlah data (n) yaitu 10
2)
Urutkan data mulai dari
data yang terbesar hingga
data terkecil dengan nomor urut data m = 1,2,3,4, ��n.
3)
Hitung probabilitas empiric (Pempirik) untuk setiap varian x yang telah diurutkan.
Untuk m = 1, Pempirik
= �= �= 0,0909
4)
Hitung faktor frekuensi Ktr untuk
setiap varian x dengan menggunakan persamaan berikut;
Ktr������ =
� = ������ =
1.327, Pteoritik���������� = ������ = = 0.097
T��������� = � ==10.285
5)
Hitung selisih probabilitas
dan tentukan nilai tertinggi (Δmaks)
��������� = (Pempirik - Pteoritik )=
(0,067
� 0,097)� = 0,031
Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut;
Tabel 6
Perhitungan uji
Smirnov-Kolmogorov untuk distribus Gumbel
m |
R24 |
Pempirik |
Pteoritik |
∆i |
1 |
150 |
0.067 |
0.097 |
0.031 |
2 |
147 |
0.133 |
0.109 |
0.024 |
3 |
146 |
0.200 |
0.113 |
0.087 |
4 |
145 |
0.267 |
0.118 |
0.149 |
5 |
145 |
0.333 |
0.118 |
0.216 |
6 |
140 |
0.400 |
0.142 |
0.258 |
7 |
135 |
0.467 |
0.171 |
0.296 |
8 |
114 |
0.533 |
0.355 |
0.178 |
9 |
111 |
0.600 |
0.391 |
0.209 |
10 |
103 |
0.667 |
0.496 |
0.171 |
11 |
101 |
0.733 |
0.524 |
0.209 |
12 |
85 |
0.800 |
0.758 |
0.042 |
13 |
78 |
0.867 |
0.848 |
0.019 |
14 |
57 |
0.933 |
0.988 |
0.054 |
|
|
|
Di Max |
0.296 |
|
|
|
Di Kritik |
0.349 |
Nilai Δ kritis untuk ἀ = 0,05 dan n
= 10 adalah 0,41, karena
Δ maks < Δ kritis,
maka distribusi Gumbel dapat diterima.
Perhitungan Curah Hujan Periode Ulang
1)
Distribusi Normal
Adapun parameter statistik
yang digunakan dalam perhitungan distribusi normal adalah sebagai berikut :
Jumlah data (n)���������������������� : 10
Nilai rata � rata (x)����������������� :
107.9
Standar deviasi (Sd)��������������� : 31.7226
Faktor frekuensi (Ktr)������������ : 0,84 (untuk periode 5 tahun)
Hasil perhitungan Xt untuk
periode ulang selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7
Curah hujan
rencana dengan metode distribusi Normal
Tr |
Kt |
X |
2 |
0 |
107.9 |
5 |
0.84 |
134.547 |
10 |
1.28 |
148.5049 |
25 |
1.7 |
161.8284 |
50 |
2.05 |
172.9313 |
100 |
2.33 |
181.8136 |
2)
Distribusi Log Normal
Adapun parameter statistik yang digunakan perhitungan distribusi log normal adalah sebagai berikut:
Jumlah data (n)���������������������� : 10
Nilai rata � rata (x)����������������� :
2.0149
Standar deviasi (Sd)��������������� : 0,1359
Faktor frekuensi (Ktr)������������ : 0,84 (untuk periode 5 tahun)
Nilai KTr Untuk Periode ulang selanjutnya dalam Lampiran I
Nilai
Xt dihitung dengan persamaan :
Log
Xt = Log X + KTr, SD
Log X= 2.0149 + (0,84 x 0,1359) = 2,1291
Xt������� = 102,1291 =134.6066
Hasil perhitungan Xt untuk periode ulang selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8
Curah Hujan rancangan dengan metode distribusi
Log Normal
Tr |
Kt |
Y |
X |
2 |
0 |
2.0149 |
103.4890 |
5 |
0.84 |
2.1291 |
134.6066 |
10 |
1.28 |
2.1889 |
154.4796 |
25 |
1.7 |
2.2460 |
176.1802 |
50 |
2.05 |
2.2935 |
196.5753 |
100 |
2.33 |
2.3316 |
214.5786 |
3) Distribusi Log Person Tipe III
Adapun parameter statistik yang digunakan dalam perhitungan distribusi log person tipe III adalah sebagai berikut :
Jumlah data (n)���������������������� : 10
Nilai rata � rata (Log x)��������� :
2.0149
Standar deviasi (Sd)��������������� : 0,1359
Koefisien kemencengan (Cs)� : 0.6545
Nilai Ktr selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Sehingga nilai Xt dihitung dengan persamaan :
Log Xt = Log X + Ktr, Sd Log X = 2.0149 + (0,885 x 00.1359) = 2.1352
Xt������� = 102.1352= 106,5161 mm
Hasil perhitungan Xt untuk periode ulang selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9
Curah hujan rencana dengan metode distribusi Log Pearson III
Tr |
Pr |
K |
K s |
LogX |
X |
2 |
50 |
0.0921 |
0.0125 |
2.0274 |
106.5161 |
5 |
20 |
0.8852 |
0.1203 |
2.1352 |
136.5222 |
10 |
10 |
1.2447 |
0.1692 |
2.1841 |
152.7846 |
25 |
4 |
1.5701 |
0.2134 |
2.2283 |
169.1593 |
50 |
2 |
1.7484 |
0.2376 |
2.2525 |
178.8672 |
100 |
1 |
1.8938 |
0.2574 |
2.2723 |
187.1973 |
4) Distribusi Gumbel
Adapun parameter statistik yang ginukan dalam perhitungan distribusi gumbel adalah sebagai berikut:
Jumlah data (n)���������� = 10
Nilai rata-rata������������� =
107.9
Standar Deviasi���������� = 31.7226
Yn������������������������������ =
0,51
Sn������������������������������� =
1.0095
Ytr������������������������������ = 1,5004 (untuk periode ulang 5 Tahun)
Nilai Xt dihitung dengan
persamaan :
Xtr������ = X + (Ytr /
Sd) = 107.9 + (0.0318 / 91.874) = 139.0224 mm
Hasil perhitungan Xt untuk periode ulang selanjutnya dapat dilihat
pada Tabel 10.
Tabel 10
Curah
hujan rencana dengan metode distribusi Gumbel
Tr |
Ytr |
Xtr |
2 |
0.3668 |
103.4001 |
5 |
1.5004 |
139.0224 |
10 |
2.2510 |
162.6093 |
25 |
3.1993 |
192.4087 |
50 |
3.9028 |
214.5155 |
100 |
4.6012 |
236.4621 |
Dari hasil perhitungan analisis frekuensi menggunakan empat metode distribusi probabilitas di atas, terlihat bahwa ada setiap distribusi probabilitas akan didapat hasil berbeda. Berikut rekapitulasi hasil perhitungan setiap distribusi dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11
Rekapitulasi perhitungan curah hujan rencana dengan
4 distribusi
Periode |
Analisa Frekuensi Curah Hujan
Rencana (mm) |
|||
Ulang |
Normal |
Log Normal |
Log Pearson Type III |
Gumbel |
2 |
103.400 |
103.489 |
106.516 |
103.400 |
5 |
134.547 |
134.607 |
136.522 |
139.022 |
10 |
148.505 |
154.480 |
152.785 |
162.609 |
25 |
161.828 |
176.180 |
169.159 |
192.409 |
50 |
172.931 |
196.575 |
178.867 |
214.516 |
100 |
181.814 |
214.579 |
187.197 |
236.462 |
Perhitungan
Intensitas Hujan
Kurva IDF (intensity duration frequency curvey) memberikan hubungan antara intensitas hujan, lama hujan dan frekuensi hujan. Dalam melakukan
analisis IDF diperlukan
data hujan jangka pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit dan jam-jaman untuk membentuk
lengkung IDF, sehingga diharapkan dapat terlihat pada kurva IDF mengenai besaran intensitas hujan dengan durasi dan periode tertentu. Nilai intensitas hujan tersebut dapat dicari menggunakan persamaan Mononobe dengan distribusi yang sudah dipilih sebelumnya
yaitu Distribusi Gumbel.
Tabel 12
Data R24 distribusi Gumbel
Tr |
Xtr |
2 |
103.4001 |
5 |
139.0224 |
10 |
162.6093 |
25 |
192.4087 |
50 |
214.5155 |
100 |
236.4621 |
Perhitungan intensitas hujan untuk periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun dan 50 tahun dengan durasi 5 menit sampai 360 menit dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, kemudian membuat kurva IDF dengan bantuan Ms. Excel seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Distribusi Curah Hujan
Untuk mendapatkan
debit banjir rencana maka diperlukan perhitugan dari data curah hujan rencana
yang didistribusikan ke dalam hujan jam-jaman atau mendistribusikan
hujan harian ke jam-jaman atau
menit-menitan (hyetograph)
(Walker et al., 2005). Adapun metode yang digunakan adalah dengan metode Mononobe
Modifikasi (Modified
Mononobe). Berikut perhitungan untuk distribusi hujan rencangan dengan menggunakan metode modified mononobe
untuk beberapa periode ulang dapat
dilihat pada table 13 dan histograp
dari hyetograph dapat dilih pada gambar 2.
Tabel 13
Intensitas
hujan periode ulang T � tahun
t |
t |
Periode Ulang (Tahun) |
|||||
menit |
jam |
2 |
5 |
10 |
25 |
50 |
100 |
5 |
0.083 |
187.890 |
252.620 |
295.481 |
349.630 |
389.801 |
429.680 |
10 |
0.167 |
118.364 |
159.141 |
186.141 |
220.253 |
245.559 |
270.682 |
20 |
0.333 |
74.564 |
100.252 |
117.262 |
138.751 |
154.692 |
170.519 |
30 |
0.500 |
56.903 |
76.507 |
89.487 |
105.887 |
118.052 |
130.130 |
40 |
0.667 |
46.973 |
63.155 |
73.870 |
87.407 |
97.450 |
107.420 |
50 |
0.833 |
40.480 |
54.425 |
63.659 |
75.325 |
83.980 |
92.572 |
60 |
1.000 |
35.847 |
48.196 |
56.373 |
66.704 |
74.368 |
81.977 |
70 |
1.167 |
32.346 |
43.489 |
50.868 |
60.190 |
67.105 |
73.971 |
80 |
1.333 |
29.591 |
39.785 |
46.535 |
55.063 |
61.390 |
67.670 |
90 |
1.500 |
27.356 |
36.781 |
43.021 |
50.905 |
56.754 |
62.560 |
100 |
1.667 |
25.501 |
34.286 |
40.103 |
47.452 |
52.904 |
58.317 |
110 |
1.833 |
23.931 |
32.175 |
37.634 |
44.531 |
49.647 |
54.726 |
120 |
2.000 |
22.582 |
30.362 |
35.513 |
42.021 |
46.849 |
51.642 |
130 |
2.167 |
21.409 |
28.784 |
33.668 |
39.838 |
44.415 |
48.959 |
140 |
2.333 |
20.377 |
27.397 |
32.045 |
37.917 |
42.274 |
46.599 |
150 |
2.500 |
19.461 |
26.165 |
30.604 |
36.213 |
40.373 |
44.504 |
160 |
2.667 |
18.641 |
25.063 |
29.315 |
34.688 |
38.673 |
42.630 |
170 |
2.833 |
17.903 |
24.070 |
28.154 |
33.314 |
37.141 |
40.941 |
180 |
3.000 |
17.233 |
23.170 |
27.102 |
32.068 |
35.753 |
39.410 |
190 |
3.167 |
16.623 |
22.350 |
26.142 |
30.933 |
34.487 |
38.015 |
200 |
3.333 |
16.064 |
21.599 |
25.263 |
29.893 |
33.327 |
36.737 |
210 |
3.500 |
15.550 |
20.908 |
24.455 |
28.936 |
32.261 |
35.561 |
220 |
3.667 |
15.075 |
20.269 |
23.708 |
28.053 |
31.276 |
34.475 |
230 |
3.833 |
14.635 |
19.677 |
23.016 |
27.233 |
30.362 |
33.469 |
240 |
4.000 |
14.226 |
19.127 |
22.372 |
26.472 |
29.513 |
32.533 |
250 |
4.167 |
13.844 |
18.613 |
21.771 |
25.761 |
28.721 |
31.659 |
260 |
4.333 |
13.487 |
18.133 |
21.209 |
25.096 |
27.980 |
30.842 |
270 |
4.500 |
13.152 |
17.682 |
20.682 |
24.473 |
27.284 |
30.076 |
280 |
4.667 |
12.836 |
17.259 |
20.187 |
23.886 |
26.631 |
29.355 |
290 |
4.833 |
12.540 |
16.860 |
19.720 |
23.334 |
26.015 |
28.677 |
300 |
5.000 |
12.259 |
16.483 |
19.279 |
22.813 |
25.434 |
28.036 |
310 |
5.167 |
11.994 |
16.127 |
18.863 |
22.319 |
24.884 |
27.429 |
320 |
5.333 |
11.743 |
15.789 |
18.468 |
21.852 |
24.363 |
26.855 |
330 |
5.500 |
11.505 |
15.468 |
18.093 |
21.408 |
23.868 |
26.310 |
340 |
5.667 |
11.278 |
15.163 |
17.736 |
20.986 |
23.398 |
25.791 |
350 |
5.833 |
11.062 |
14.873 |
17.397 |
20.585 |
22.950 |
25.298 |
360 |
6.000 |
10.856 |
14.596 |
17.073 |
20.202 |
22.523 |
24.827 |
Gambar 2 KurvaIDF (Intensity Duration Frequency
Gambar 3
Hyetograph dengan
Modified Mononobe periode 2 tahun
Tabel 14
Perhitungan Modified Mononobe
untuk periode ulang 2 tahun
t |
Td |
It |
It.Td |
Dp |
Pi |
Hytograph |
menit |
Jam |
mm/Jam |
mm/jam |
mm |
% |
mm |
10 |
0.167 |
118.364 |
19.727 |
19.727 |
30.285 |
30.578 |
20 |
0.333 |
74.564 |
24.855 |
5.128 |
7.872 |
7.948 |
30 |
0.500 |
56.903 |
28.452 |
3.597 |
5.522 |
5.575 |
40 |
0.667 |
46.973 |
31.315 |
2.863 |
4.396 |
4.438 |
50 |
0.833 |
40.480 |
33.733 |
2.418 |
3.712 |
3.748 |
60 |
1.000 |
35.847 |
35.847 |
2.114 |
3.245 |
3.276 |
70 |
1.167 |
32.346 |
37.737 |
1.890 |
2.902 |
2.930 |
80 |
1.333 |
29.591 |
39.455 |
1.718 |
2.637 |
2.662 |
90 |
1.500 |
27.356 |
41.034 |
1.580 |
2.425 |
2.449 |
100 |
1.667 |
25.501 |
42.501 |
1.467 |
2.252 |
2.274 |
110 |
1.833 |
23.931 |
43.873 |
1.372 |
2.106 |
2.127 |
120 |
2.000 |
22.582 |
45.164 |
1.291 |
1.982 |
2.001 |
130 |
2.167 |
21.409 |
46.385 |
1.221 |
1.875 |
1.893 |
140 |
2.333 |
20.377 |
47.545 |
1.160 |
1.781 |
1.798 |
150 |
2.500 |
19.461 |
48.652 |
1.106 |
1.698 |
1.715 |
160 |
2.667 |
18.641 |
49.710 |
1.058 |
1.624 |
1.640 |
170 |
2.833 |
17.903 |
50.724 |
1.015 |
1.558 |
1.573 |
180 |
3.000 |
17.233 |
51.700 |
0.976 |
1.498 |
1.512 |
190 |
3.167 |
16.623 |
52.640 |
0.940 |
1.443 |
1.457 |
200 |
3.333 |
16.064 |
53.548 |
0.908 |
1.394 |
1.407 |
210 |
3.500 |
15.550 |
54.426 |
0.878 |
1.348 |
1.361 |
220 |
3.667 |
15.075 |
55.277 |
0.851 |
1.306 |
1.318 |
230 |
3.833 |
14.635 |
56.102 |
0.825 |
1.267 |
1.279 |
240 |
4.000 |
14.226 |
56.903 |
0.802 |
1.231 |
1.242 |
250 |
4.167 |
13.844 |
57.683 |
0.780 |
1.197 |
1.208 |
260 |
4.333 |
13.487 |
58.442 |
0.759 |
1.165 |
1.177 |
270 |
4.500 |
13.152 |
59.182 |
0.740 |
1.136 |
1.147 |
280 |
4.667 |
12.836 |
59.904 |
0.722 |
1.108 |
1.119 |
290 |
4.833 |
12.540 |
60.608 |
0.705 |
1.082 |
1.092 |
300 |
5.000 |
12.259 |
61.297 |
0.689 |
1.057 |
1.068 |
310 |
5.167 |
11.994 |
61.971 |
0.674 |
1.034 |
1.044 |
320 |
5.333 |
11.743 |
62.630 |
0.659 |
1.012 |
1.022 |
330 |
5.500 |
11.505 |
63.276 |
0.646 |
0.991 |
1.001 |
340 |
5.667 |
11.278 |
63.909 |
0.633 |
0.971 |
0.981 |
350 |
5.833 |
11.062 |
64.529 |
0.621 |
0.953 |
0.962 |
360 |
6.000 |
10.856 |
65.138 |
0.609 |
0.935 |
0.944 |
|
|
|
|
65.138 |
100.000 |
103.400 |
Analisis Kedalaman Embung
Analisis kedalaman embung dilakukang
dengan menggunakan alat Echosounder. Echosounder adalah suatu alat navigasi untuk
mengukur kedalaman laut dengan cara mengirimkan gelombang/getaran akustik dari
permukaan ke dasar laut yang akan kembali diterima oleh transducer yang
terpasang di dasar kapal (Quan et al., 2014). Penghitungan kedalaman didapat dari waktu tempuh arah yang berbeda yang
berasal dari kecepatan suara di dalam air.������
Gambar 4 Dokumentasi Pengamatan Dengan Echosounder
Kedalaman Embung Menggunakan Echosounder.Pengukuran pertama kedalaman danau dengan gambar peta elevasi dan peta kontur (Gambar 5).
|
|
(a)
Elevasi |
(b)
Kontur |
Total jarak 253m �dibagi
menjadi 6 titik pengambilan data dengan perbandingan jarak 50 m per titik. Dari peta topografi
di atas dapat dilihat bahwa potongan bagian I sebagai berikut (Gambar 6):
Gambar 6 Peta kontur Bagian C1
Dengan hasil bagian C1 memiliki kedalaman
dasar embung sedalam 7,07 m, kemudian untuk C2 memiliki kedalaman embung dengan
gambar 7 sebagai berikut:
Gambar 7 Peta kontur Bagian C2
Kedalaman embung pada bagian C2 memiliki
kedalaman dasar sedalam 2,37 m, untuk bagian C3 memiliki kedalaman dengan
gambar 8 sebagai berikut:
Gambar 8 Peta kontur Bagian C3
Kedalaman embung pada peta kontur bagian
C3 ini adalah sedalam 8,72 m.� Sedangkan
untuk embung pada bagian C4, dan C5 adalah sebagai berikut:
Gambar 9 Peta kontur Bagian C4
Kedalaman dasar embung pada bagian C4
sedalam 4,14 m, sedangkan untuk gambar kedalaman embung bagian C5 adalah
sebagai berikut:
Gambar 10 Peta kontur Bagian C5
Kedalaman embung bagian C5 adalah sedalam
4,01 m, dari gambar diatas dapat dilihat bahwa tingkat kedalaman embung
memiliki struktur kedalaman yang fariatif yang berbeda ditiap bagian yang di
bagi. Kedalaman embung yang terdalam mencapai 8,72 m.
Data Teknis Embung
Data teknis Embung Taman Firdaus UNSRI berdasarkan tinjauan
lapangan dirangkum sebagai berikut.
1.
Luas Embung
Luas Embung di dapat dari pengolahan ulang
data drone pada tahun 2021 yang kemudian dibuat permodelannya menggunakan
AutoCAD 2016. Berdasarkan permodelan tersebut dilakukan
pengukuran luas area menggunakan tools properties pada aplikasi
AutoCAD 2016. Luas area Embung yang didapat dari permodelan tersebut sebesar
423804,79 m2 atau 42,38 ha.
2.
Volume Tampungan Embung
Volume
tampungan pada Embung Taman Firdaus UNSRI dihitung menggunakan data luas embung
dan data kedalaman rata-rata pada embung dari data pengukuran yang tercantum
pada data drone 2021.
Luas embung�������������� = 423804,79 m2 = 42,09 Ha
Kedalaman Rata-rata� = 5 m
Volume���������������������� =
423804,79 m2 x 5 m = 2119023.95 m3
Dari hasil
perhitungan rumus diatas maka dapat dilihat bahwa besar kapasitas tampungan embung
1 taman firdaus adalah sebesar 2119023.95 m3.
Gambar 11
Luas Area Embung Taman Firdaus
3.
Tinggi Embung dari Dasar Puncak Tanggul
Tinggi embung dari dasar puncak tanggul
diukur menggunakan potongan embung yang dimodelkan dalam gambar berikut.
Gambar 12 Luas Area
Embung Taman Firdaus
Dari gambar diatas dapat diukur bahwa
ketinggian embung dari dasar puncak tanggul adalah 5,10 m.
Analisis
Klasifikasi Tanah
Data Tanah
a.
Pengujian Kadar
Air (w)
Kadar air
tanah adalah perbandingan berat air dalam satuan tanah dengan berat kering
tanah, jadi semakin besar berat tanah kering maka semakin kecil jumlah kadar
air yang dihasilkan (Hardiyatmo,
2010). Hasil dari pengujian kadar air tanah menunjukkan bahwa
sampel tanah tersebut mengandung kadar air rata-rata pada tanah asli �(w)
sebesar 87.38 %.
b.
Pengujian Berat Jenis Tanah (Gs)
Pengujian berat jenis tanah
dilakukan untuk menentukan kepadatan massa butiran atau partikel tanah yaitu
perbandingan antara berat butiran tanah dan berat air suling di udara dengan
volume yang sama pada temperatur tertentu. Hasil dari pengujian berat jenis
tanah asli rata-rata pada tanah asli (Gs) �2.19.
c.
Pengujian Batas Cair (LL)
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan batas cair tanah. Batas cair tanah adalah kadar air tanah dalam keadaan batas cair dan plastis. Batas cair untuk mengetahui jenis dan sifat-sifat tanah dari bagian tanah yang mempunyai ukuran butir lolos saringan no. 40. Didapatkan nilai batas cair pada tanah (LL) adalah sebesar 57.00 %.
d.
Pengujian Batas Plastis (PL)
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan
kadar air tanah pada kondisi batas plastis. Batas plastis adalah kadar air
minimum suatu sampel tanah dalam keadaan plastis (kadar air peralihan dari
kondisi semi solid ke kondisi plastis) (Nicholson, 2014). Hasil
dari pengujian batas plastis tanah asli �rata-rata (PL) sebesar
48.37 %. Indeks plastisitas (PI) merupakan selisih antara nilai batas cair (LL) dan
batas plastis (PL). Indeks
plastisitas (PI) adalah selisih batas cair dan batas plastis = LL � PL = 57 % � 48.37 % = 8.63 %.
e.
Analisis Saringan Tanah
Pengujian analisis saringan bertujuan
untuk menentukan persentase ukuran butir tanah pada benda uji yang tertahan
saringan no. 200 dan untuk menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat halus
dan agregat kasar. Berikut grafik hasil pengujian
analisis saringan tanah (Gambar 13) .
Gambar
13 Grafik Analisis Saringan
Hasil pengujian soil properties dirangkum dalam Tabel 15. Hasil sistem klasifikasi AASTHO, tanah dapat diklasifikasikan kedalam kelompok tanah A-2-5. Tanah A-2 merupakan kelompok batas antara kelompok tanah berbutir kasar dan berbutir halus. Kelompok A-2 terdiri dari campuran kerikil/pasir dengan tanah berbutir halus yang cukup banyak (< 35%) sehingga digolongkan sebagai kerikil berlanau atau berlempung dan pasir. Berdasarkan klasifikasi USCS, digolongkan dalam tanah Silts and Clays (CH) berdasarkan nilai LL. Dan termasuk dalam jenis High Plasticity. Rekapitulasi hasil soil properties tanah dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15
Data Soil Properties
Pemeriksaan |
Hasil |
�Kadar air (w) |
87,38 % |
�Spesific grafity (Gs) |
2,19 |
�Batas plastis (PL) |
48,37 % |
�Batas cair (LL) |
57 % |
�Indeks plastis (PI) |
8,63 % |
�Klasifikasi tanah menurut USCS |
CH |
�Klasifikasi tanah menurut AASHTO |
A-2-5 |
Permeabilitas tanah didefinisikan sebagai sifat dari material berpori yang memberikan jalan bagi air untuk mengalir melalui rongga-rongga didalamnya (Travis & Mays, 2008). Hasil pengujian permeabilitas yaitu nilai permeabilitas (K) sebesar 3,034191 x 10-5 cm/det maka jenis tanahnya adalah kerikil berlanau atau berlempung dan pasir (low permeability).
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: Dalam perthitungan volume tampungan embung dengan kedalam 5 m dengan luas embung 1 seluas 423804,79� m2 dapat diketahui embung 1 Taman Firdaus dapat menampung air dengan kapasitas volume tampungan yaitu sebesar 2119023.95 m3. Hasil dari pengujian kadar air tanah untung memastikan terjadi atau tidaknya rembesan pada tanggul adalah sebagai berikut hasil dari pengujian kadar air tanah dari hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa sampel tanah tersebut mengandung kadar air rata-rata pada tanah asli (w) sebesar 87.38 %, kemudian untuk hasil pengujian berat jenis tanah menujukkan bahwa berat jenis tanah rata-rata pada tanah asli (Gs) sebesar 2.19.
Hasil dari pengujian Atterberg limit, nilai batas cair pada tanah (LL) sebesar 57.00 %, batas plastis pada tanah (PL) sebesar 48,37 %, dan indeks plastisitas pada tanah (IP) sebesar 8.63 %. Berdasarkan klasifikasi AASTHO maka tanah di Embung Taman Firdaus UNSRI, Ogan Ilir, Inderalaya masuk kelompokmA-2-5, sebagai kerikil berlanau atau berlempung dan pasir. Sedangkan berdasarkan klasifikasi USCS, digolongkan dalam tanah Silts and Clays (CH). Hasil pengujian permeabilitas didapatkan nilai permeabilitas (K) sebesar 3,034191 x 10-5 cm/det, bersifat low permeability.
BIBLIOGRAPHY
Anam, S., Dermawan, V., & Sisingih, D. (2015).
Evaluasi Fungsi Bangunan Pengendali Banjir Sungai Barabai Kabupaten Hulu Sungai
Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Teknik Pengairan: Journal of
Water Resources Engineering, 6(2), 271�286.
Arsyad, S. (2010). Konservasi tanah dan Air. Edisi
kedua. Institute Pertanian Bogor, Bogor.
Azwarman, A. (2018). Kajian Teknis Bangunan Pelimpah
Embung Pinang Merah Di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Jurnal Civronlit
Unbari, 3(2), 63�72. https://doi.org/10.33087/civronlit.v3i2.35
Fitri, A., Hasan, Z., & Ghani, A. A. B. (2011). Effectiveness
of Aman Lake as flood retention ponds in flood mitigation effort: study case at
USM Main Campus, Malaysia.
Garsia, D., Sujatmoko, B., & Rinaldi, R. (2014). Analisis
Kapasitas Tampungan Embung Bulakan Untuk Memenuhi Kekurangan Kebutuhan Air
Irigasi Di Kecamatan Payakumbuh Selatan. Riau University.
Hardiyatmo, H. C. (2010). Mekanika Tanah II, Edisi
ke 5. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kalkani, E. C. (1997). Geological conditions, seepage
grouting, and evaluation of piezometer measurements in the abutments of an
earth dam. Engineering Geology, 46(2), 93�104.
Karol, R. H. (2003). Chemical grouting and soil
stabilization, revised and expanded (Vol. 12). Crc Press.
Kometa, S. S., & Ebot, M. A. T. (2012). Watershed
degradation in the Bamendjin area of the North West Region of Cameroon and its
implication for development. Journal of Sustainable Development, 5(9),
75.
Kustamar, K. (2019). Sistem Drainase perkotaan pada
kawasan pertanian urban dan pesisir. Dreamlitera.
Lasminto, U. (2009). Studi Potensi Tampungan Hulu Dps
Sungai Sampean Untuk Pengendalian Banjir Dan Penyediaan Air Bersih. Jurnal
Purifikasi, 10(1), 9�18.
Liu, M., Tian, H., Chen, G., Ren, W., Zhang, C., &
Liu, J. (2008). Effects of land‐use and land‐cover change on
evapotranspiration and water yield in China during 1900‐2000 1. JAWRA
Journal of the American Water Resources Association, 44(5), 1193�1207.
Nasional, B. S. (2016). Metode
Analisis dan Cara Pengendalian Rembesan Air untuk Bendungan Tipe Urugan (SNI
8065: 2016). Jakarta: Standar Nasional Indonesia.
Nicholson, P. G. (2014). Soil improvement and
ground modification methods. Butterworth-Heinemann.
Quan, N. H., Phi, H. L., Tran, P. G., Radhakrishnan, M.,
Quang, C. N. X., Thuyen, L. X., & Vinh, K. Q. (2014). Urban retention basin
in developing city: from theoretical effectiveness to practical feasibility. 13th
International Conference on Urban Drainage, Kuching, Malaysia.
Sarwono, B., Ansori, M. B., & Ratnasari, D. A.
(2015). Studi Pengendalian Banjir Sungai Kalidawir Tulungagung. Jurnal
Hidroteknik, 1(1), 13�20.
Travis, Q. B., & Mays, L. W. (2008). Optimizing
retention basin networks. Journal of Water Resources Planning and Management,
134(5), 432�439. https://doi.org/10.1061/(ASCE)0733-9496(2008)134:5(432)
Walker, N. D., Wiseman Jr, W. J., Rouse Jr, L. J.,
& Babin, A. (2005). Effects of river discharge, wind stress, and slope
eddies on circulation and the satellite-observed structure of the Mississippi River
plume. Journal of Coastal Research, 21(6), 1228�1244.
Zhang, H., & Wang, X. (2007). Land-use dynamics
and flood risk in the hinterland of the Pearl River Delta: The case of Foshan
City. The International Journal of Sustainable Development & World Ecology,
14(5), 485�492.
Copyright holder: Rivadavia Raykaru Putra, Dinar D.A. Putranto, Putri Kusuma Wardani (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |