Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 10, Oktober 2022

 

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN, POLA PIKIR KEWIRAUSAHAAN, EFIKASI DIRI TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA SISWA

 

Andriana Ratna Winastiningsih, Maya Malinda

Universitas Kristen Maranatha, Indonesia

E-mail: [email protected]

 

Abstrak

Kewirausahaan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Pemerintah membuat kebijakan menciptakan wirausaha muda salah satunya melalui pendidikan kewirausahaan di SMA. Sekitar 38,6 persen pemilik perusahaan adalah lulusan SMA, pemilik usaha daring 75,36 persen merupakan lulusan SMA sederajat ke bawah serta 39,6 persen pemuda di Indonesia merupakan tamatan SMA. Melalui Maranatha Bussines Club (MBC) di SMA Santa Maria 1 Cirebon, pengetahuan, ketrampilan, pola pikir dan efikasi diri kewirausahaan berkembang, sehingga mampu menumbuhkan niat berwirausaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kewirausahaan, pola pikir kewirausahaan, dan efikasi diri terhadap niat berwirausaha siswa SMA. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dan XII yang telah mengikuti program MBC sebanyak 234 siswa selama kurang lebih dua tahun. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis data melalui SEM Smart PLS 3,29. Teknik random sampling menggunakan Microsoft excel dengan mengambil sampel sebanyak 148 siswa berdasarkan rumus Slovin. Pengumpulan data menggunakan e-questionnaire di Google form. Hasil pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa: pendidikan kewirausaaan dan pola pikir kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha pada tahap moderat. Sementara efikasi diri tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha.

 

Kata kunci: Pendidikan kewirausahaan, pola pikir kewirausahaan, efikasi diri, niat berwirausaha.

 

Abstract

Entrepreneurship as a driver of economic growth in a country. The government made a policy to create young entrepreneurs, one of which was through entrepreneurship education in high school. Around 38.6 percent of company owners are high school graduates, 75.36 percent of online business owners are high school graduates of the same level and below, and 39.6 percent of youth in Indonesia are high school graduates. Through the Maranatha Business Club (MBC) at SMA Santa Maria 1 Cirebon, entrepreneurial knowledge, skills, mindset and self-efficacy develop, to foster entrepreneurial intentions. This study aims to determine the effect of entrepreneurship education, entrepreneurial mindset, and self-efficacy on high school students' entrepreneurial intentions. The population in this study were students of class XI and XII who had participated in the MBC program as many as 234 students for approximately two years. This study uses a quantitative method with data analysis through SEM Smart PLS 3.29. Random sampling technique using Microsoft Excel by taking a sample of 148 students based on the Slovin formula. Data collection using e-questionnaire on Google form. The results of the research hypothesis testing show that: entrepreneurship education and entrepreneurial mindset have a positive and significant effect on entrepreneurial intentions at a moderate stage. While self-efficacy does not have a positive and significant effect on entrepreneurial intentions.

 

Keywords: Entrepreneurship education, entrepreneurial mindset, self-efficacy, entrepreneurial intention.

 

Pendahuluan

Menurut Hisrich, Peters, dan Shepherd (Hisrich et al., 2008) kewirausahaan berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam aspek output dan pendapatan per kapita, serta perubahan struktur ekonomi masyarakat (Bataragoa et al., 2020).� Sementara menurut Van Praag dan Versloot (2007), kewirausahaan telah diidentifikasi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, inovasi, lapangan kerja dan penciptaan bisnis (Purnami, 2016). Jumlah wirausaha di Indonesia sudah melampaui standar yang disampaikan David McClelland (2009). Menurut� David McClelland (2009), jika suatu negara ingin mencapai kesejahteraan maka jumlah wirausaha minimal dua persen dari total warga negara (Romli, 2019).� Jika dikomparasikan dengan negara lain, Indonesia memiliki total pengusaha paling sedikit, yaitu hanya 3,1 persen dari total penduduk. Negara lain seperti Singapura sebanyak tujuh persen, Malaysia sebanyak lima persen, dan Thailand sebanyak 4,5 persen (Bataragoa et al., 2020). Berdasarkan fenomena di atas melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Perusahaan Nasional Tahun 2021-2024 pemerintah menargetkan peningkatan angka wirausaha menjadi 3,95 persen pada tahun 2024 untuk memperkuat struktur perekonomian nasional (Indahsari & Puspitowati, 2021).  

Fenomena pemilik perusahaan sebagian besar lulusan SMA adalah wajar, karena data BPS seperti tampak pada gambar 3, mencatat mayoritas pemuda di Indonesia merupakan tamatan SMA atau sederajat pada 2022 yaitu sebesar 39,6 persen. Sementara tamatan SMP atau sederajat sebanyak 35,78 persen, jenjang perguruan tinggi 10,97 persen, tamatan Sekolah Dasar atau sederajat 10,83 persen, dan tidak tamat SD 1,79 persen serta 1,02 persen pemuda tidak pernah sekolah (Rizaty et al., 2022). Selain itu seperti pada gambar 4, tenaga kerja muda berpendidikan SMA sederajat mendominasi dengan pangsa 51,11 persen. Pada saat yang sama, hanya 14,92 persen kaum muda yang bekerja yang memiliki gelar sarjana, dan 33,97 persen kaum muda lulus dari SMP (Santika, 2023).

Berdasarkan data dan fenomena di atas sangat penting memberikan bekal pendidikan dan keterampilan yang memadai bagi siswa SMA atau sederajat, salah satunya melalui kewirausahaan. Sistem pendidikan mampu menciptakan wirausaha melalui upaya memberikan stimulasi agar orang suka menjadi wirausaha (Shane & Locke, 2003). Pendidikan kewirausahaan penting untuk pengembangan kemampuan kewirausahaan dan pendidikan kewirausahaan juga umumnya berisi materi dan kegiatan untuk membangun niat kewirausahaan. Pendidikan dapat meningkatkan kreativitas, keterampilan, dan pengetahuan tentang kewirausahaan (Bataragoa et al., 2020). Pendidikan kewirausahaan dan dukungan keluarga adalah faktor yang dapat mempengaruhi niat berwirausaha (Prianto, 2017).

Sesuai UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tujuan kurikulum (2013) adalah mengembangkan� ketrampilan abad 21 (4C: Critical Thinking, Creativity, Collaboration, dan Communication), yaitu �manusia Indonesia yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, emosional dan mampu terlibat pada masyarakat, bangsa, negara (Kemendikbud, 2019). Keterampilan tersebut diperoleh melalui Pendidikan Prakarya dan Kewirausahaan yang terdapat dalam struktur Kurikulum 2013 di SMA (Kemendikbud, 2019).

Melalui program pendidikan kewirausahaan Maranatha Business Club (MBC) SMA Santa Maria 1 Cirebon berharap bisa ikut menyukseskan program pemerintah penciptaan wirausaha muda dan tujuan pendidikan nasional. MBC memberikan pengetahuan dan keterampilan, pengalaman serta praktik berwirausaha. Pada akhir semester Ganjil Tahun pelajaran 2021-2022 telah dilakukan survei terhadap peserta didik terkait MBC yang telah berjalan. Hasil survei diantaranya menyatakan melalui MBC harapannya 40,4 persen siswa mendapatkan banyak informasi, 12,9 persen bisa menerapkan ilmu kewirausahaan, 16,5 persen menjadi pribadi yang lebih baik, 1,2 persen dapat melanjutkan kuliah dan 10,2 persen ingin menjadi wirausaha. Sementara pada hasil survei pada akhir semester genap 2021-2022 diperoleh hasil niat yang ingin dilakukan setelah mengikuti program entrepreneur MBC 36 persen siswa berkeinginan membuka usaha, 39 persen belajar tentang entrepreneur, menerapkan materi 35 persen, 13 persen melakukan investasi, mengubah mindset 3 persen, mengembangkan jiwa entrepreneur.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa niat kewirausahaan merupakan langkah pertama yang penting dalam sebagian besar proses start-up jangka panjang. Kemauan kewirausahaan dicerminkan dari komitmen untuk memulai bisnis baru yang merupakan faktor kunci perlu dipertimbangkan ketika proses kewirausahaan dalam memulai bisnis baru. Niat berwirausaha baru-baru ini mulai menarik penelitian karena diyakini bahwa niat terkait dengan perilaku yang dilakukan mencerminkan perilaku yang sebenarnya (Rahmadani et al., 2018)

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya pendidikan kewirausahaan berhasil memengaruhi efikasi diri berwirausaha, sikap kewirausahaan, dan entrepreneurial mindset (Wardana et al., 2020). Pendidikan berwirausaha memengaruhi secara positif dan relevan terhadap niat berwirausaha. Efikasi diri memengaruhi secara positif dan relevan terhadap niat berwirausaha (Indahsari & Puspitowati, 2021). Pendidikan kewirausahaan memengaruhi niat berwirausaha dan efikasi diri. Pola pikir global memengaruhi secara positif dan relevan terhadap efikasi diri berwirausaha dan terhadap niat berwirausaha. Pendidikan kewirausahaan memengaruhi efikasi diri kewirausahaan, efikasi diri kewirausahaan memengaruhi niat berwirausaha (Tanoto, 2020). Pendidikan dasar kewirausahaan memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan self-efficacy serta entrepreneurial intention (Saptono et al., 2021). Kewirausahaan membawa pengaruh positif terhadap perkembangan softskill niat berwirausaha.� Dalam konteks kewirausahaan, pola pikir kewirausahaan seseorang berkembang lima unsur yaitu, semangat, kebiasaan mengatur diri sendiri, kebiasaan kreativitas, kebiasaan improvisasi dan self-efficacy. Untuk menumbuhkan pola pikir wirausahawan pemula, ada beberapa aspek yang mendukung antara lain pendidikan berwirausaha (Handayati et al., 2020), sikap terhadap berwirausaha (Kawulur et al., 2019),� efikasi diri (Wardana et al., 2020).

Berdasarkan fenomena, data dan fakta-fakta di atas peneliti tergugah untuk meneliti terkait pengaruh pendidikan kewirausahaan, pola pikir kewirausahaan, efikasi diri terhadap niat berwirausaha siswa SMA. Penelitian sebelumnya lebih banyak dilakukan terhadap mahasiswa atau siswa SMK, tetapi dalam penelitian ini dilakukan terhadap siswa SMA. Selain perbedaan responden terdapat perbedaan variabel-variabel yang diteliti dengan penelitian-penelitian sebelumnya, atau merupakan kombinasi dari beberapa variabel penelitian sebelumnya, tanpa variabel moderasi.

�

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksplanasi (explanatory research), di sini objek penelitian digunakan untuk menguji keterkaitan antar-variabel yang akan dihipotesiskan, yaitu antara variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2014)

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI dan XII SMA Santa Maria 1 Cirebon yang telah mengikuti program MBC dari Universitas Kristen Maranatha Bandung secara online kurang lebih selama dua tahun sejumlah 234 siswa. Kelas XI dan XII telah mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman berwirausaha melalui MBC dalam waktu yang sama. Sampel ditetapkan dengan rumus Slovin untuk mengambil total sampel yang akan mewakilkan, sehingga hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum dan tidak diperlukan tabel jumlah sampel untuk perhitungannya. Dengan memakai rumus Slovin diperoleh sampel sejumlah 148 siswa. Selanjutnya, jumlah sampel untuk setiap kelas ditentukan dalam kaitannya dengan jumlah siswa, yaitu sekitar 11-12 persen dari total sampel. Sampel acak atau sampel acak (probabilitas) untuk setiap kelas menggunakan rumus program komputer Excel =RAN(). Setelah dilakukan acak dengan komputer diurutkan dari nilai yang terkecil sampai jumlah yang diinginkan. Setiap populasi dipilih secara acak tanpa mempertimbangkan kriteria apapun, karena setiap orang diasumsikan memiliki peluang yang sama untuk diuji. 

Data yang akan diuji menggunakan data primer yang dikumpulkan langsung dari hasil respon responden menggunakan e-questionnaire di Google forms dengan skala Likert 1-5. Metode analisis data menggunakan model SEM (Structural Equation Modeling) dengan aplikasi Smart PLS 3.29 (Smart Partial Least Square). SEM adalah metode analisis statistik multivariat (variabel lebih besar atau sama dengan tiga) dan memiliki tiga fungsi sekaligus: memeriksa keabsahan/validitas dan kredibilitas/reliabilitas instrumen (Confirmatory Factor Analysis atau CFA), menguji model hubungan antar variabel (analisis jalur/Path Analysis), dan ekstraksi. model yang sesuai untuk peramalan (analisis model struktural dan analisis regresi) (Hasanah, 2014).

Untuk menjawab hipotesis pada penelitian ini, menggunakan uji model struktural Smart PLS 3.29. Signifikansi tampak dari t-statistik variabel eksogen. Tingkat batas untuk menyokong atau tidak menyokong hipotesis t-tabel signifikan yang diidentifikasi untuk penelitian ini adalah 5% (1,96). Untuk t-statistic sebesar 1,96 maka hipotesis penelitian diterima.

Ada dua variabel penelitian ini, yaitu: Variabel independen (X), yaitu prediktor. atau penyebab perubahan, terdiri dari pendidikan kewirausahaan (X1), kewirausahaan (X2) dan efikasi diri kewirausahaan (X3). Variabel kedua adalah variabel dependen (Y: maksud komersial), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh, atau hasil dari, variabel independen.  Variabel, definisi, indikator dan instrumen pertanyaan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

Definisi operasional variabel �Pendidikan Kewirausahaan� (X1) Pendidikan Kewirausahaan, yang meliputi isi, metode dan kegiatan yang telah terbukti dapat mentransfer atau megoptimalkan ilmu, pola pikir, sikap, motivasi, keterampilan dan pengalaman berwirausaha (Sumarno & Gimin, 2019). Pendidikan kewirausahaan ini memiliki 5 indikator antara lain: keterampilan kewirausahaan, kurikulum/kursus kewirausahaan, peluang pendidikan kewirausahaan, peluang bisnis dan pengendalian risiko manajemen risiko (Bataragoa et al., 2020)

Seseorang dengan pola pikir kewirausahaan (Entrepreneurial Mindset) (X2) ketika dihadapkan pada ketidakpastian, tetap maju dan tidak mengingkarinya, melihat sesuatu dengan lebih bersahaja/sederhana dan berani ambil resiko (MacMillan & C., 2000). Indikator pola pikir kewirausahaan anatara lain berdasarkan pertimbangan waktu terlibat dalam kegiatan wirausaha, mencari informasi keuntungan dan kerugian melakukan kegiatan wirausaha, pertimbangan positif dan negatif kegiatan wirausaha, pertimbangan ingin terlibat dalam kegiatan wirausaha (Artha & Wahyudi, 2021).

Menurut Bandura efikasi diri mengacu pada kepercayaan atau keyakinan seseorang terhadap kemampuannya mengatur, melakukan tugas, mencapai tujuan, memproduksi, dan berdagang untuk memperoleh keterampilan khusus (Pihie & Bagheri, 2013). Efikasi diri memiliki indikator seperti jenis tugas, rangsangan dari luar, posisi individu di lingkungan dan pengetahuan tentang kemampuannya sendiri. 

Niat berwirausaha adalah kemampuan dan kemauan individu untuk memulai kegiatan kewirausahaan baru, yang terdiri dari indikator percaya diri, kemampuan berwirausaha, rencana berwirausaha dan perilaku wirausaha (Bataragoa et al., 2020). Kepercayaan diri, tantangan diri, kepemimpinan, inovasi, kepemimpinan, fleksibilitas dan penghasilan adalah indikator niat atau minat berwirausaha (Wicaksono, 2022).

 

Hasil dan Pembahasan

Variabel ini terdiri dari indikator Entrepreneurial skills (ES) rata-rata 3,74; Entrepreneurship curriculum/courses (EC) rata-rata 3,35; Entrepreneurial workshop/ training (EW) rata-rata 3,49; Business opportunities (BO) rata-rata 3,46 dan The risk managing mind (TR) rata-rata 3,61. Variabel pola pikir kewirausahaan dengan rata-rata� 3,73. Variabel ini terdiri dari indikator pertimbangan waktu terlibat dalam kegiatan wirausaha (PW) rata-rata 3,95; Mencari informasi keuntungan dan kerugian melakukan kegiatan wirausaha (MI) rata-rata 3,69; Pertimbangan positif dan negatif kegiatan wirausaha (PP) rata-rata 3,74; Pertimbangan ingin terlibat dalam kegiatan wirausaha (PI) rata-rata 3,52. Variabel Efikasi diri dengan rata-rata 3,62. Variabel ini terdiri dari lima indikator, yaitu Yakin dapat menyelesaikan pekerjaan tertentu (YT) rata-rata 3,27; Yakin dapat memotivasi diri untuk berbuat yang diperlukan (YM) rata-rata 3,63, Yakin diri bisa berusaha, bertahan dan bertekun (YD) rata-rata 4,00; Yakin diri mengatasi rintangan (YB) rata-rata 3,59; Yakin dapat menyelesaikan permasalahan di berbagai situasi yang berbeda (YP) rata-rata 3,61. Sementara variabel niat berwirausaha (Y) dengan rata-rata 3,64. Variabel ini terdiri dari empat indikator yaitu Self-Confident (SC): 3,57; Capabilities (C): 3,73; Plan (P): 3,63; Entrepreneurial Behavior (EB): 3,63.� Jadi secara keseluruhan rata-rata atau mean dari jawaban responden pada tahap moderat.

Analisis PLS menggunakan beberapa estimasi model struktural (model internal/inner model) dan model pengukuran (model eksternal/outer model). Saat mengevaluasi model pengukuran, validitas konvergen, validitas diskriminan, reliabilitas komposit, dan Average Variance Extracted (AVE) diuji. Sementara itu, uji R-squared (R2) dan estimasi koefisien jalur dilakukan untuk mengevaluasi model struktural (Alfa, 2017).

Pengujian Outer Model

Proses pengujian outer model merupakan komponen penting dalam setiap metodologi penelitian. Sangat penting untuk mengevaluasi validitas dan reliabilitas model sebelum mengintegrasikannya ke dalam desain penelitian. Proses pengujian ini melibatkan analisis hubungan antara konstruksi dan mengidentifikasi potensi kesalahan atau ketidaksesuaian. Dengan melakukan pengujian outer model secara menyeluruh, peneliti dapat memastikan keakuratan dan keefektifan hasil penelitiannya. Cara setiap indikator terhubung ke variabel latennya ditentukan oleh model eksterior. Tujuan pengujian model luar adalah untuk memastikan ketergantungan dan keaslian model yang diberikan.

Uji validitas

Uji validitas merupakan komponen penting dari setiap penelitian ilmiah. Ini adalah proses yang menentukan apakah hasil yang diperoleh dari percobaan dapat diandalkan dan akurat. Uji validitas menilai keefektifan berbagai metode yang digunakan dalam percobaan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan bermakna dan signifikan. Penting untuk melakukan uji validitas untuk menghindari penarikan kesimpulan yang salah dari data. Uji validitas dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi tergantung dari jenis penelitian dan variabel yang diteliti. Pada penelitian ini ada dua tes untuk menentukan validitas yang digunakan, yaitu validitas konvergen dan validitas diskriminan.  

Validitas Konvergen

Validitas konvergen adalah teknik yang dipakai untuk memverifikasi bahwa pertanyaan pada setiap survei atau kuesioner sesuai satu sama lain dengan menggunakan parameter loading factor dan nilai Average Variance Extracted (AVE). Validitas konvergen mengacu pada sejauh mana ukuran penilaian yang berbeda dari konstruk yang sama menghasilkan hasil yang saling mendukung. 

Responden dapat memahami variabel laten dalam penelitian ini dengan cara yang sama. Secara umum disepakati bahwa nilai loading factor yang lebih tinggi menunjukkan validitas konvergen yang dapat diterima. Agar indikator dianggap valid menurut (Ghozali, I., & Latan, 2015), harus memiliki nilai melebihi 0,7. Toleransi dapat dibuat untuk nilai pembebanan luar hingga 0,60. Sebaliknya, nilai dalam rentang 0,50 hingga 0,60 dikeluarkan dari analisis (Ghozali, I., & Latan, 2015). Berdasarkan nilai yang ditunjukkan pada Tabel 6 dan Gambar 7, dimana nilai external loading masing-masing indikator lebih besar dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa indikator tersebut telah mencapai standar minimal dan valid. Oleh karena itu, semua indikator yang dianalisis dalam penelitian ini dianggap kredibel. 

 

Tabel 1

Loading Factor

Variabel

BO

C

EB

EC

ES

EW

MI

P

PI

PP

PW

SC

TR

BO1

0,860

BO2

0,919

C1

0,894

C2

0,923

C3

0,856

EB1

0,833

EB2

0,838

EB3

0,881

EB4

0,787

EC1

0,847

EC3

0,726

EC5

0,865

ES1

0,800

ES2

0,919

EW1

0,780

EW2

0,807

MI1

0,879

MI2

0,925

P1

0,914

P2

0,921

P3

0,753

PI1

0,862

PI2

0,813

PI3

0,757

PP1

0,873

PP3

0,865

PW1

0,864

PW2

0,909

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Variabel

MI

P

PI

PP

PW

SC

TR

YB

YD

YM

YP

YT

SC1

 

 

 

 

 

0,867

 

 

 

 

 

 

SC2

 

 

 

 

 

0,876

 

 

 

 

 

 

SC3

 

 

 

 

 

0,842

 

 

 

 

 

 

SC4

 

 

 

 

 

0,907

 

 

 

 

 

 

TR1

 

 

 

 

 

 

0,890

 

 

 

 

TR2

 

 

 

 

 

 

0,898

 

 

 

 

YB1

 

 

 

 

 

 

 

0,861

 

 

 

YB2

0,798

YB3

 

 

 

 

 

 

 

0,868

 

 

 

YD1

 

 

 

 

 

 

 

 

0,862

 

 

YD2

0,753

YD3

 

 

 

 

 

 

 

 

0,805

 

 

YM1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0,795

 

YM2

0,875

YM3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0,842

 

YP1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0,809

YP2

0,801

YP3

0,720

YP4

0,741

YP5

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0,711

YT1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0,804

YT2

0,863

YT3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0,736

Sumber: Hasil pengolahan data (2023)

�loading factor

Gambar 1. Nilai Loading Factor

 

Untuk mengevaluasi validitas konvergen lebih lanjut, cara lainnya adalah dengan menguji AVE (Average Variance Extracted). Kriteria validitas konvergen, nilai AVE yang harus dipenuhi melebihi 0,5 (Hair et al., 2014). Ini ditentukan dengan mengekstraksi varians. Pada setiap konstruk nilai di atas 0,5, validitas konvergen dianggap valid. Hal ini tampak seperti terlihat pada tabel 7 menampilkan hasil AVE untuk setiap variabel laten di atas 0,5.

 

Tabel 2

AVE, Crobach Alpha dan Composite Reliability

Variabel

AVE

Crobach Alpha

Composite Reliability

Pendidikan Kewirausahaan (PK)/(X1)

ES

0,743

0,667

0,852

EC

0,664

0,747

0,855

EW

0,629

0,412

0,773

BO

0,792

0,741

0,884

TR

0,799

0,749

0,888

Pola Pikir Kewirausahaan (PPK) Entrepreneurial Mindset (X2)

PW

0,786

0,731

0,880

MI

0,814

0,775

0,898

PP

0,755

0,676

0,861

PI

0,862

0,756

0,852

Efikasi diri (X2)

 

 

 

YB

0,710

0,798

0,880

YD

0,653

0,756

0,849

YM

0,703

0,789

0,876

YP

0,574

0,815

0,870

YT

0,645

0,722

0,844

Niat berwirausaha (Y)

SC

0,785

0,908

0,936

C

0,795

0,870

0,921

P

0,751

0,830

0,900

EB

0,698

0,855

0,902

Sumber: Hasil pengolahan data (2023)

 

Setelah validasi konvergensi, selanjutnya dilakukan uji validitas diskriminan untuk mencocokkan nilai akar kuadrat AVE dengan nilai korelasi antar konstruk. Persyaratan validitas diskriminan terpenuhi jika akar kuadrat dari AVE lebih besar dari nilai korelasi antar konstruk (Hair et al., 2014).

Validitas Diskriminan

Validitas diskriminan digunakan untuk menunjukkan bahwa responden survei berdasarkan item pertanyaan tentang variabel laten lainnya tidak membingungkan pernyataan masing-masing variabel laten. Jika nilai cross-loading lebih besar dari 0,7 maka pengukuran tersebut dapat digolongkan valid secara diskriminatif seperti terlihat pada nilai cross loading pada Tabel 8 di bawah ini.�

 

Tabel 3

Cross Loading

Variabel

BO

C

EB

EC

ES

EW

MI

P

PI

PP

PW

SC

TR

YB

YD

YM

YP

YT

 

BO1

0,860

 

BO2

0,919

 

C1

0,894

 

C2

0,923

 

C3

0,856

 

EB1

0,833

 

EB2

0,838

 

EB3

0,881

 

EB4

0,787

 

EC1

0,847

 

EC3

0,726

 

EC5

0,865

 

ES1

0,800

 

ES2

0,919

 

EW1

0,780

 

EW2

0,807

 

MI1

0,879

 

MI2

0,925

 

P1

0,914

 

P2

0,921

 

P3

0,753

 

PI1

0,862

 

PI2

0,813

 

PI3

0,757

 

PP1

0,873

 

PP3

0,865

 

PW1

0,864

 

PW2

0,909

 

SC1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0,867

 

 

 

 

 

SC2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0,876

 

 

 

 

 

SC3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0,842

 

 

 

 

 

SC4

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0,907

 

 

 

 

 

TR1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0,890

 

 

 

 

 

TR2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0,898

 

 

 

 

 

YB1

0,861

 

YB2

0,798

 

YB3

0,868

 

YD1

0,862

 

YD2

0,753

 

YD3

0,805

 

YM1

0,795

 

YM2

0,875

 

YM3

0,842

 

YP1

0,809

 

YP2

0,801

 

YP3

0,720

 

YP4

0,741

 

YP5

0,711

 

YT1

0,804

 

YT2

0,863

 

YT3

0,736

 

Sumber: Hasil pengolahan data (2023)

 

Berdasarkan Tabel 3, hasil nilai cross-loading untuk setiap konfigurasi melebihi nilai cross-loading untuk konfigurasi lainnya. Artinya setiap item pertanyaan yang diuji pada setiap variabel mempunyai validitas diskriminan yang baik untuk mengukur variabel yang ada, yaitu nilai cross loading semuanya pada penelitian ini melebihi nilai 0,7. �

Uji Reliabilitas

Menurut Khumaed (2012), uji reliabilitas adalah koefisien yang memperlihatkan suatu besaran suatu alat ukur dapat diyakini, artinya hasilnya stabil atau konsisten bila alat tersebut dipakai berkali-kali untuk mengukur hal yang sama (Khumaedi, 2012). Uji reliabilitas dapat diketahui dengan nilai cronbach alpha dan nilai reliabilitas gabungan/ composite reliability. Cronbach's alpha mengukur batas bawah dari nilai reliabilitas konstruk, sedangkan composite reliability mengukur nilai sebenarnya dari reliabilitas konstruk. Uji reliabilitas dianggap reliabel jika menghasilkan skor reliabilitas komposit lebih besar dari 0,70, meskipun skor 0,60 masih dapat diterima. Suatu struktur dapat dikatakan memiliki skor reliabilitas yang tinggi jika skor reliabilitas gabungan lebih dari 0,70 (Hair et al., 2014).

Pengecekan reliabilitas dalam penelitian ini didasarkan pada nilai alpha cronbach, karena instrumen penelitian ini berupa kuesioner dan skala bertingkat. Rentang alpha Cronbach adalah alpha < 0 > 0,70 berarti reliabilitas memadai, alpha > 0,80 berarti reliabilitas kuat, alpha > 0,90 berarti reliabilitas sempurna. Semakin rendah nilai alpha instrumen penelitian maka semakin kurang reliabel. Instrumen penelitian dikatakan reliabel bila nilai cronbach alpha > 0,60 (Ghozali, 2016). Oleh karena itu, kriteria penentuan uji reliabilitas adalah sebagai berikut: Jika Cronbach's alpha > 0,60, maka kuesioner tersebut reliabel. Jika Cronbach's alpha <; 0,60 kuesioner dalam kuesioner unreliable (tidak reliabel). 

Pada penelitian ini, hasil uji cronbach alpha dan skor reliabilitas gabungan/ composite reliability setiap variabel penelitian seperti disajikan pada Tabel 7. Hasil skor reliabilitas gabungan seluruh indikator dan variabel penelitian di atas 0,7. Artinya semua variabel analisis reliabilitas adalah valid dan reliabel. Sementara hasil uji cronbach alpha menunjukkan ada tiga indikator berada di bawah 0,7.

Pengujian Model Struktur persamaan (structure equation model) atau model internal (Inner model)

Tujuan pengujian model internal/inner model adalah untuk mengidentifikasi dampak langsung dan tidak langsung antar variabel. Pengujian model internal dengan PLS-SEM diawali dengan melihat nilai R-squared. R-square adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). R squared adalah angka mulai dari 0 - 1 yang menunjukkan besarnya kombinasi variabel independen yang secara bersama-sama mempengaruhi nilai variabel dependen. Nilai R-squared berkisar antara 0 - 1, dimana semakin mendekati satu (1) semakin baik. Nilai R squared (R2) digunakan untuk mengukur tingkat pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen. Terdapat tiga kelas kelompok nilai R squared yaitu kelas kuat, kelas moderat dan kelas lemah (Hair et al., 2011). Nilai R-Square digolongkan tinggi jika lebih dari 0,67, moderat jika lebih dari 0,33 tetapi lebih rendah dari 0,67, dan lemah jika lebih dari 0,19 tetapi lebih rendah dari 0,33 (Chin et al., 1998). Didasarkan olah data Smart PLS 3.29 pada penelitian ini, diperoleh nilai R squared seperti pada Tabel 9 di bawah ini. 

 

Tabel 4

Koefisien Determinasi (Nilai R-Square)

Variabel

R Square

Keterangan

Y(N: Niat berwirausaha)

0,493

Moderat

 

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai R-squared variabel endogen niat berwirausaha sebesar 0,493. Angka tersebut mengandung arti bahwa semua variabel independent yaitu� pendidikan kewirausahaan (X1), pola pikir kewirausahaan (X2) dan efikasi diri (X3) secara simultan memiliki pengaruh terhadap variabel niat berwirausaha (Y) sebesar 49,3% yang dikategorikan moderat. Sementara sisanya 50,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian. 

Pengujian Hipotesis

Hipotesis diuji untuk menggambarkan arah pengaruh antara variabel dependen dan variabel independen. Pengujian dengan analisis jalur atau analisis model. Hasil korelasi antar konstruk diukur dengan koefisien jalur kemudian tingkat signifikansinya dibandingkan dengan hipotesis penelitian. T-statistic dan p-value digunakan untuk menentukan bukti hipotesis akhir. Jika t-statistic > 1.96 dan p-value < 0.05 maka hipotesis dinyatakan memiliki pengaruh positif dan signifikan. Tetapi jika t-statistic < 1,96 dan p-value > 0,05 maka hipotesis dinyatakan tidak memiliki pengaruh. 

Koefisien Jalur (Path Coefficients)

Path Coefficients adalah nilai yang berguna untuk memperlihatkan arah hubungan terhadap suatu variabel, terlepas hipotesis tersebut mempunyai arah positif atau negatif. Nilai koefisien jalur antara -1 dan 1. Jika nilainya antara 0 dan 1, dinyatakan positif, jika nilainya antara -1 dan 0, dapat dinyatakan negatif. 

 

Tabel 5

Koefisien Jalur (Path Coefficients)

Hypothesis Path

Original Sample (O)

Sample Mean (M)

Standard Deviation (STDEV)

T Statistics (|O/STDEV|)

P Values

Hasil

Keterangan

Keputusan Hipotesis

PK -> N

0,298

0,298

0,103

2,894

0,004

< 0.05

Pengaruh

Diterima

PPK -> N

0,478

0,467

0,113

4,245

0,000

< 0.05

Pengaruh

Diterima

E -> N

-0,034

-0,021

0,117

0,289

0,773

> 0.05

Tidak pengaruh

Ditolak

 

H1: Pendidikan kewirausahaan (PK) /(X1) berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha (Y)/(N).

Hasil t-statistic 2,894 > 1.96 dan p-value 0,04 < 0,05 hipotesis dinyatakan memiliki pengaruh positif dan signifikan. Maka pada hipotesis pertama diterima, yaitu pendidikan kewirausahaan mempunyai pengaruh yang signifikan dengan niat berwirausaha siswa SMA. Melalui program MBC dapat menumbuhkan niat siswa SMA Santa Maria 1 Cirebon untuk berwirausaha. Apalagi jika program MBC bisa dilakukan secara tatap muka.

Hasil penelitian ini memperkuat asumsi Indahsari dan Puspitowati (2021) bahwa pendidikan kewirausahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha (Indahsari & Puspitowati, 2021). Sependapat dengan Tanoto (2020) tentang pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha (Tanoto, 2020) dan pernyataan Saptono et al. (2021) bahwa pendidikan kewirausahaan dasar berperan penting dalam pertumbuhan dan niat berwirausaha� (Saptono et al., 2021)

H2: Pola pikir kewirausahaan (PPK)/(X2) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat kewirausahaan(Y)/(N)

Pada hipotesis kedua hasil t-statistic adalah 4,245 > 1,96 dan p-value 0,00 < 0,05 dapat diasumsikan bahwa hipotesis memiliki pengaruh positif dan signifikan atau diterima. Artinya pola pikir kewirausahaan mempunyai pengaruh yang signifikan dengan niat berwirausaha siswa SMA. Hasil penelitian ini mendukung anggapan bahwa pola pikir kewirausahaan berdampak positif terhadap keputusan bisnis (Azizah, 2019). Pola pikir kewirausahaan mengacu pada niat untuk menjadi seorang pengusaha, diukur dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah Anda serius mempertimbangkan untuk memulai bisnis Anda sendiri (Solesvik, 2013).

H3: Efikasi diri �/(X3) berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha (Y)/(N).

Pada hipotesis ketiga hasil t-statistic sebesar 0,289 < 1,96 dan p-value sebesar 0,773 > 0,05 maka tidak memiliki pengaruh yang signifikan antara efikasi diri dengan niat berwirausaha. Hal ini menyebabkan hipotesis ketiga ditolak tidak bisa diterima. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian Indahsari dan Puspitowati yang menjelaskan bahwa efikasi diri memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi wirausaha (Indahsari & Puspitowati, 2021), dan juga hasil peneltian Tanoto (2020) bahwa efikasi diri kewirausahaan mempengaruhi niat berwirausaha (Tanoto, 2020). Sebaliknya pada penelitian ini ditemukan bahwa efikasi diri kewirausahaan tidak berpengaruh positif dan signifikan dengan niat berwirausaha. Sementara pada penelitian lain efikasi diri dijadikan sebagai variabel mediasi, maka hasil penelitiannya variabel mediasi efikasi diri berpengaruh terhadap niat berwirausaha, karena pendidikan kewirausahaan dengan niat berwirausaha siswa dimediasi oleh efikasi diri.

 

Kesimpulan

Setelah melakukan analisis, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan (Entrepreneurship Education) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha, pola pikir kewirausahaan (entrepreneurial mindset) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha, sementara efikasi diri (self efficacy) tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha.

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Adhimursandi, D. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi niat kewirausahaan. Jurnal Ekonomi Dan Manajemen, 13(1), 193�210. https://journal.feb.unmul.ac.id/index. php/KINERJA/article/view/63

 

Ajzen, I. (1991). The theory of planned behaviour. Organizational behaviour and human decision processes, 179- 211. ScienceDirect, 50(2). https://doi.org/https:/ /doi.org/ 10.1016/0749-5978(91)90020-T

 

Alexandria Valerio, Brent Parton, Alicia Robb. (2014). Entrepreneurship education and training programs around the world: dimensions for success. https:// doi.org/10.1596/978-1-4648-0202-7

 

Alfa, A. A. G. (2017). Analisis pengaruh faktor keputusan konsumen dengan structural equation modeling partial least square universitas pendidikan indonesia. http://repository.upi.edu/29292/

 

Artha, I. M. R., & Wahyudi, I. A. (2021). Analisis grit dan entrepreneurial mindset terhadap kesuksesan entrepreneur pada mahasiswa di wilayah surabaya. Performa, 4(5), 786�793. https://doi.org/10.37715/jp.v4i5.1699

 

Azizah, L. (2019). Pengaruh entrepreneurial mindset dan lingkungan terhadap keputusan berwirausaha dengan self-efficacy sebagai variabel moderasi. Prosiding Business and Economic Conference In Utilizing of Modern (2018) 621-632, 621�632.

 

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. Psychological Review, 84(2), 191�215. https://doi.org/https://doi.org/10.1037/0033-295X.84.2.191

 

Bandura, A. (2012). On the functional properties of perceived self-efficacy revisited. Journal Of Management, 38(1), 9�44.

 

Bataragoa, T. K., Massie, J. D. D., Bataragoa, T. K., Massie, J. D. D., & Gunawan, E. (2020). The impact of entrepreneurship education and family support toward student entrepreneurial intention dampak pendidikan wirausaha dan dukungan keluarga terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Jurnal EMBA, 8(3), 286�295.

 

Budi, R., Dan, L., Wijaya, T., & Mdp, S. (2012). Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI. Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP, 1(2), 112�119.

 

Cao, V. Q., & Ngo, T. T. T. (2019). Linking entrepreneurial intentions and mindset models: A comparative study of public and private universities in Vietnam. Gadjah Mada International Journal of Business, 21(2), 115�133. https://search.informit.org/ doi/10.3316/informit.623241327460860

 

Chin, W. W., Chinn, W. W., & Chin, W. W. (1998). The partial least squares approach to structural equation modelling. In Marcoulides G. A. (Ed.). Modern Methods for Business Research, 295(2), 295�336.

 

Drnov�ek, M., Wincent, J., & Cardon, M. S. (2010). Entrepreneurial self-efficacy and business start-up: Developing a multi-dimensional definition. International Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research, 16(4), 329�348. https://doi.org/10.1108/ 13552551011054516

 

Ghozali, I., & Latan, H. (2015). Partial least squares konsep, teknik dan aplikasi menggunakan program smartpls 3.0 untuk penelitian empiris. (2nd ed.). UNDIP.

 

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23. (8th ed.). Universitas Diponegoro.

 

Hair, J. F., Sarstedt, M., Hopkins, L., & Kuppelwieser, V. G. (2014). Partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM): An emerging tool in business research. European Business Review, 26(2), 106�121. https://doi.org/10.1108/EBR-10-2013-0128

 

Handayati, P., Wulandari, D., Soetjipto, B. E., Wibowo, A., & Narmaditya, B. S. (2020). Does entrepreneurship education promote vocational students� entrepreneurial mindset? Heliyon, 6(11), e05426. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e05426

 

Hasanah, S. (2014). Kajian implementasi e-learning berdasarkan tingkat kesiapan peserta e-learning Universitas Pendidikan Indonesia - Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. http://repository.upi.edu/14211/4/S_KOM_0905726_Chapter3.pdf

 

Hisrich, R. D., Peters, M. P., Shepherd, D. A., Sungkono, C., & Angelica, D. (2008). Entrepreneurship = Kewirausahaan / Robert D.Hisrich, Michael P. Peters. Dean A. Shepherd ; penerjemah, Chriswan Sungkono dan Diana Angelica (S. Empat (ed.); Ke-7). Salemba Empat.

 

Hutabarat, Z. (2020). Pengaruh theory of planned behaviour terhadap entrepreneurial intention mahasiswa di tangerang. Ultima Management : Jurnal Ilmu Manajemen, 12(2), 159�174. https://doi.org/10.31937/manajemen.v12i2.1629

 

Indahsari, L., & Puspitowati, I. (2021). Pengaruh Pendidikan kewirausahaan dan efikasi diri terhadap intensi wirausaha mahasiswa universitas tarumanagara. Jurnal Manajerial Dan Kewirausahaan, 3(1), 267. https://doi.org/10.24912/jmk.v3i1.11320

 

Karnadi, A. (2021). Pengusaha Daring Paling Banyak Lulusan SMA ke Bawah. DataIndonesia.Id. https://dataindonesia.id/digital/detail/pengusaha-daring-paling-banyak-lulusan-sma-ke-bawah

 

Kawulur, A. F., Rumagit, M. C. N., & Tumiwa, R. A. F. (2019). Entrepreneurship Conceptual Model Based on Local Economic Potentials in Coastal Likupang Beach North Minahasa District, Indonesia. July. https://doi.org/10.2991/icebef-18.2019.155

 

Kemendikbud. (2019). Pedoman Program Kewirausahaan SMA.

 

Khaerani, S. N., & Handayanti, P. (2022). Pengaruh pendidikan kewirausahaan, lingkungan sosial dan motivasi terhadap minat berwirausaha. INOVASI: Jurnal Ekonomi, Keuangan Dan Manajemen, 18(4), 738�749.

 

Khumaedi, M. (2012). Reliabilitas instrumen penelitian pendidikan. In JPTM: Jurnal Pendidikan Teknik Mesin (Vol. 12, Issue 1, pp. 25�0). http://jurnal.fkip.uns.ac.id

 

Kinta Marini C, & Hamidah S. (2014). Pengaruh self-efficacy, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah terhadap minat berwirausaha siswa smk jasa boga. Jurnal Pendidikan Vokasi, 4(2), 195�207.

 

Lent, R. W., Brown, S. D., & Larkin, K. C. (1986). Self-efficacy in the prediction of academic performance and perceived career options. Journal of Counseling Psychology, 33(3), 265�269. https://doi.org/10.1037/0022-0167.33.3.265

 

Li��n, F., & Chen, Y.-W. (2009). Development and cross-cultural application of a specific instrument to measure entrepreneurial intentions. entrepreneurship theory and practice, 33, 593�617. https://doi.org/10.1111/j.1540-6520.2009.00318.x

 

Loria, A., & Rodhiah, R. (2020). Pengaruh personal attitude, subjective norm, dan perceived behavioral control terhadap entrepreneurial intention. Jurnal Manajerial Dan Kewirausahaan, 2(3), 653. https://doi.org/10.24912/jmk.v2i3.9577

 

Lundmark, E., Krzeminska, A., & Shepherd, D. A. (2019). Images of entrepreneurship: exploring root metaphors and expanding upon them. entrepreneurship: theory and practice, 43(1), 138�170. https://doi.org/10.1177/1042258717734369

 

MacMillan, R. G. M. and, & C., I. (2000). The entrepreneurial mindset: Strategies for continuously creating opportunity in an age of uncertainty. In The entrepreneurial mindset (H. B. S. Press (ed.)). Harvard Business School Press. https://doi.org/https://doi.org/10.237/259188

 

Mathisen, J.-E., & Arnulf, J. K. (2013). Competing mindsets in entrepreneurship: The cost of doubt. The International Journal of Management Education, 11(3), 132�141. https://doi.org/10.1016/j.ijme.2013.03.003

 

McClelland, D. C. (2009). Entrepreneur behavior and characteristics of entrepreneurs.the achieving society. https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1496181

 

Moore, C. B., McIntyre, N. H., & Lanivich, S. E. (2021). ADHD-related neurodiversity and the entrepreneurial mindset. entrepreneurship: theory and practice, 45(1), 64�91. https://doi.org/10.1177/1042258719890986

 

Mugiyatun, & Khafid, M. (2020). Pengaruh prakerin, pendidikan kewirausahaan, dan lingkungan keluarga dengan self efficacy sebagai variabel intervening terhadap minat berwirausaha. Economic Education Analysis Journal, 9(1), 100�118. https://doi.org/10.15294/eeaj.v9i1.37233

 

Neneh, N. B. (2012). An exploratory study on entrepreneurial mindset in the small and medium enterprise (SME) sector: A South African perspective on fostering small and medium enterprise (SME) success. African Journal of Business Management, 6(9), 3364�3372. https://doi.org/10.5897/AJBM10.1631

 

Pihie, Z. A. L., & Bagheri, A. (2010). Entrepreneurial attitude and entrepreneurial efficacy of technical secondary school students. Journal of Vocational Education and Training, 62(3), 351�366. https://doi.org/10.1080/13636820.2010.509806

 

Pihie, Z. A. L., & Bagheri, A. (2013). Self-efficacy and entrepreneurial intention: the mediation effect of self-regulation. Vocations and Learning, 6(3), 385�401. https://doi.org/10.1007/s12186-013-9101-9

 

Prianto, A. (2017). Various variables to trigger entrepreneurial intention for young entrepreneurs in east java indonesia. In International Journal of Business and Management Invention ISSN (Vol. 6). Online. www.ijbmi.org

 

Purnami, I. G. L. A. A. & N. M. (2016). Pengaruh pendidikan kewirausahaan, self efficacy dan locus of control pada niat berwirausaha. E-Jurnal Manajemen Unud, 5(2), 1160�1188. https://media.neliti.com/media/publications/253915-pengaruh-pendidikan-kewirausahaan-self-e-18441d7f.pdf

 

Rahmadani, R., Suwatno, & Machmud, A. (2018). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship education) di perguruan tinggi negeri kota bandung. Sosio DIidaktika: Social Science Education Journal, 5(1), 47�53. https://doi.org/10.15408/sd.v1i1.9522

 

Rizaty, M. A., Judul, A. ini telah tayang di D. i. dengan, "Industri Makanan dan Minuman Tumbuh 3, 68% pada Kuartal II/2022"., Rizaty., A. M. A., Bayu., E. D., & Https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/industri-makanan-dan-minuman-tumbuh-368-pada-kuartal-ii2022., K. selengkapnya di sini: (2022). No Title. In DataIndonesia.id. https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/industri-makanan-dan-minuman-tumbuh-368-pada-kuartal-ii2022

 

Romli, M. E. (2019). Analisis tentang faktor penyebab kewirausahaan belum dapat mensejahterakan kehidupan penduduk. Jurnal Media Wahana Ekonomika, 15(4), 48�59.

 

Rosmiati, R., Siregar, N., & Efni, N. (2022). Pola pikir kewirausahaan. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5668�5673. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3152

 

Santi, N., Hamzah, A., & Rahmawati, T. (2017). Jurnal norma-subjektif. Jurnal Inspirasi Bisnis & Manajemen, 1(1), 63�74.

 

Santika, E. F. (2023). Pemuda bekerja lulusan sma lebih banyak dibanding tamatan perguruan tinggi. DataIndonesia.Id. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/ 2023/01/19/pemuda-bekerja-lulusan-sma-lebih-banyak-dibanding-tamatan-perguruan-tinggi

 

Saptono, A., Wibowo, A., Widyastuti, U., Narmaditya, B. S., & Yanto, H. (2021). Entrepreneurial self-efficacy among elementary students: the role of entrepreneurship education. Heliyon, 7(9), e07995. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/ j.heliyon. 2021.e07995

 

Scott Shane and Edwin A. Locke, C. J. C. (2003). Entrepreneurial motivation. human resource management review. ScienceDirect, 13(2), 257-279. https://doi.org/ https://doi.org/10.1016/S1053-4822(03)00017-2

 

Sheeran, P., Trafimow, D., & Armitage, C. J. (2003). Predicting behaviour from perceived behavioural control: Tests of the accuracy assumption of the theory of planned behaviour. British Journal of Social Psychology, 42(3), 393�410. https://- doi.org/10.1348/014466603322438224

 

Solesvik, M. Z. (2013). Entrepreneurial motivations and intentions: Investigating the role of education major. Education and Training, 55(3), 253�271. https://doi.org/ 10.1108/00400911311309314

 

 

Copyright holder:

Andriana Ratna Winastiningsih, Maya Malinda (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: