Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN, POLA PIKIR
KEWIRAUSAHAAN, EFIKASI DIRI TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA SISWA
Andriana Ratna Winastiningsih, Maya Malinda
Universitas
Kristen Maranatha, Indonesia
E-mail:
[email protected]
Abstrak
Kewirausahaan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi di
suatu negara. Pemerintah membuat kebijakan menciptakan wirausaha muda salah
satunya melalui pendidikan kewirausahaan di SMA. Sekitar 38,6 persen pemilik
perusahaan adalah lulusan SMA, pemilik usaha daring 75,36 persen merupakan
lulusan SMA sederajat ke bawah serta 39,6 persen pemuda di Indonesia merupakan
tamatan SMA. Melalui Maranatha Bussines Club (MBC) di SMA Santa Maria 1
Cirebon, pengetahuan, ketrampilan, pola pikir dan efikasi diri kewirausahaan
berkembang, sehingga mampu menumbuhkan niat berwirausaha. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kewirausahaan, pola pikir
kewirausahaan, dan efikasi diri terhadap niat berwirausaha siswa SMA. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dan XII yang telah mengikuti program
MBC sebanyak 234 siswa selama kurang lebih dua tahun. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan analisis data melalui SEM Smart PLS 3,29.
Teknik random sampling menggunakan Microsoft excel dengan mengambil sampel
sebanyak 148 siswa berdasarkan rumus Slovin. Pengumpulan data menggunakan
e-questionnaire di Google form. Hasil pengujian hipotesis penelitian menunjukkan
bahwa: pendidikan kewirausaaan dan pola pikir kewirausahaan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap niat berwirausaha pada tahap moderat. Sementara efikasi
diri tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha.
Kata kunci: Pendidikan
kewirausahaan, pola pikir kewirausahaan, efikasi diri, niat berwirausaha.
Abstract
Keywords:
Entrepreneurship education, entrepreneurial mindset, self-efficacy,
entrepreneurial intention.
Pendahuluan
Menurut
Hisrich, Peters, dan Shepherd (Hisrich et al.,
2008) kewirausahaan
berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam aspek output dan
pendapatan per kapita, serta perubahan struktur ekonomi masyarakat (Bataragoa
et al., 2020).�
Sementara menurut Van Praag dan Versloot (2007), kewirausahaan
telah diidentifikasi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, inovasi, lapangan
kerja dan penciptaan bisnis (Purnami, 2016). Jumlah
wirausaha di Indonesia sudah melampaui standar yang disampaikan David
McClelland (2009). Menurut� David McClelland (2009), jika suatu
negara ingin mencapai kesejahteraan maka jumlah wirausaha minimal dua persen
dari total warga negara (Romli, 2019).� Jika dikomparasikan dengan negara lain,
Indonesia memiliki total pengusaha paling sedikit, yaitu hanya 3,1 persen dari
total penduduk. Negara lain seperti Singapura sebanyak tujuh persen, Malaysia
sebanyak lima persen, dan Thailand sebanyak 4,5 persen (Bataragoa et al.,
2020). Berdasarkan fenomena di atas melalui
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan
Perusahaan Nasional Tahun 2021-2024 pemerintah menargetkan peningkatan angka
wirausaha menjadi 3,95 persen pada tahun 2024 untuk memperkuat struktur
perekonomian nasional (Indahsari
& Puspitowati, 2021).
Fenomena pemilik perusahaan sebagian besar lulusan SMA adalah wajar, karena
data BPS seperti tampak pada gambar 3, mencatat mayoritas pemuda di Indonesia
merupakan tamatan SMA atau sederajat pada 2022 yaitu sebesar 39,6 persen.
Sementara tamatan SMP atau sederajat sebanyak 35,78 persen, jenjang perguruan
tinggi 10,97 persen, tamatan Sekolah Dasar atau sederajat 10,83 persen, dan
tidak tamat SD 1,79 persen serta 1,02 persen pemuda tidak pernah sekolah (Rizaty et al., 2022). Selain itu seperti pada gambar 4, tenaga kerja muda berpendidikan SMA sederajat mendominasi dengan pangsa 51,11 persen. Pada saat yang sama, hanya 14,92 persen kaum muda yang bekerja
yang memiliki gelar sarjana, dan 33,97 persen kaum muda lulus dari SMP
(Santika, 2023).
Berdasarkan data dan fenomena di atas
sangat penting memberikan bekal pendidikan dan keterampilan yang memadai bagi
siswa SMA atau sederajat, salah satunya melalui kewirausahaan. Sistem
pendidikan mampu menciptakan wirausaha melalui upaya memberikan stimulasi agar
orang suka menjadi wirausaha (Shane & Locke, 2003). Pendidikan kewirausahaan penting
untuk pengembangan kemampuan kewirausahaan dan pendidikan kewirausahaan juga
umumnya berisi materi dan kegiatan untuk membangun niat kewirausahaan.
Pendidikan dapat meningkatkan kreativitas, keterampilan, dan pengetahuan
tentang kewirausahaan (Bataragoa et al., 2020). Pendidikan
kewirausahaan dan dukungan keluarga adalah faktor yang dapat mempengaruhi niat
berwirausaha (Prianto, 2017).
Sesuai UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003
tujuan kurikulum (2013) adalah mengembangkan�
ketrampilan abad 21 (4C: Critical
Thinking, Creativity, Collaboration, dan Communication), yaitu �manusia
Indonesia yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, emosional dan mampu
terlibat pada masyarakat, bangsa, negara (Kemendikbud, 2019). Keterampilan tersebut diperoleh
melalui Pendidikan Prakarya dan Kewirausahaan yang terdapat dalam struktur
Kurikulum 2013 di SMA (Kemendikbud, 2019).
Melalui program pendidikan kewirausahaan Maranatha Business Club (MBC) SMA Santa Maria 1 Cirebon berharap bisa ikut menyukseskan program pemerintah penciptaan wirausaha muda dan tujuan pendidikan nasional. MBC memberikan pengetahuan dan
keterampilan, pengalaman serta praktik berwirausaha. Pada akhir semester Ganjil Tahun pelajaran 2021-2022 telah dilakukan survei
terhadap peserta didik terkait MBC
yang telah berjalan. Hasil survei diantaranya menyatakan melalui MBC harapannya 40,4 persen siswa
mendapatkan banyak informasi, 12,9 persen bisa menerapkan ilmu kewirausahaan,
16,5 persen menjadi pribadi yang lebih baik, 1,2 persen dapat melanjutkan
kuliah dan 10,2 persen ingin menjadi wirausaha. Sementara pada hasil survei
pada akhir semester genap 2021-2022 diperoleh hasil niat yang ingin dilakukan setelah mengikuti program entrepreneur MBC 36 persen siswa
berkeinginan membuka usaha, 39 persen belajar tentang entrepreneur, menerapkan materi 35 persen, 13 persen melakukan
investasi, mengubah mindset 3 persen,
mengembangkan jiwa entrepreneur.
Banyak
penelitian menunjukkan bahwa niat kewirausahaan merupakan langkah pertama yang
penting dalam sebagian besar proses start-up
jangka panjang. Kemauan kewirausahaan dicerminkan dari komitmen untuk memulai
bisnis baru yang merupakan faktor kunci perlu dipertimbangkan ketika proses kewirausahaan
dalam memulai bisnis baru. Niat berwirausaha baru-baru ini mulai menarik
penelitian karena diyakini bahwa niat terkait dengan perilaku yang dilakukan
mencerminkan perilaku yang sebenarnya (Rahmadani et al., 2018).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya pendidikan kewirausahaan
berhasil memengaruhi efikasi diri berwirausaha, sikap kewirausahaan, dan entrepreneurial mindset (Wardana et al., 2020). Pendidikan
berwirausaha memengaruhi secara positif dan relevan terhadap niat berwirausaha.
Efikasi diri memengaruhi secara positif dan relevan terhadap niat berwirausaha (Indahsari & Puspitowati, 2021). Pendidikan kewirausahaan memengaruhi
niat berwirausaha dan efikasi diri. Pola pikir global memengaruhi secara
positif dan relevan terhadap efikasi diri berwirausaha dan terhadap niat
berwirausaha. Pendidikan kewirausahaan memengaruhi efikasi diri kewirausahaan,
efikasi diri kewirausahaan memengaruhi niat berwirausaha (Tanoto, 2020). Pendidikan
dasar kewirausahaan memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan self-efficacy serta entrepreneurial
intention
(Saptono et al., 2021). Kewirausahaan membawa pengaruh
positif terhadap perkembangan softskill niat
berwirausaha.� Dalam konteks
kewirausahaan, pola pikir kewirausahaan seseorang berkembang lima unsur yaitu,
semangat, kebiasaan mengatur diri sendiri, kebiasaan kreativitas, kebiasaan
improvisasi dan self-efficacy. Untuk menumbuhkan pola pikir wirausahawan
pemula, ada beberapa aspek yang mendukung antara lain pendidikan berwirausaha (Handayati et al., 2020), sikap
terhadap berwirausaha (Kawulur et al., 2019),�
efikasi diri (Wardana et al., 2020).
Berdasarkan
fenomena, data dan fakta-fakta di atas peneliti tergugah untuk meneliti terkait
pengaruh
pendidikan kewirausahaan,
pola pikir kewirausahaan,
efikasi diri terhadap niat berwirausaha siswa SMA. Penelitian sebelumnya lebih banyak dilakukan
terhadap mahasiswa atau siswa SMK, tetapi dalam penelitian ini dilakukan
terhadap siswa SMA. Selain perbedaan responden terdapat perbedaan
variabel-variabel yang diteliti dengan penelitian-penelitian sebelumnya, atau
merupakan kombinasi dari beberapa variabel penelitian sebelumnya, tanpa
variabel moderasi.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan desain eksplanasi (explanatory research), di sini objek
penelitian digunakan untuk menguji keterkaitan antar-variabel yang akan
dihipotesiskan, yaitu antara variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2014).
Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas XI dan XII SMA Santa Maria 1 Cirebon yang
telah mengikuti program MBC dari
Universitas Kristen Maranatha Bandung secara online kurang lebih selama dua
tahun sejumlah 234 siswa. Kelas XI dan XII telah mendapatkan pengetahuan,
ketrampilan dan pengalaman berwirausaha melalui MBC dalam waktu yang sama. Sampel ditetapkan dengan rumus Slovin untuk mengambil total sampel
yang akan mewakilkan, sehingga hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum
dan tidak diperlukan tabel jumlah sampel untuk perhitungannya. Dengan memakai
rumus Slovin diperoleh sampel sejumlah 148 siswa. Selanjutnya, jumlah sampel untuk setiap kelas
ditentukan dalam kaitannya dengan jumlah siswa, yaitu sekitar 11-12 persen dari
total sampel. Sampel acak atau sampel acak (probabilitas) untuk setiap kelas
menggunakan rumus program komputer Excel =RAN(). Setelah
dilakukan acak dengan komputer diurutkan dari nilai yang terkecil sampai jumlah
yang diinginkan. Setiap
populasi dipilih secara acak tanpa mempertimbangkan kriteria apapun, karena
setiap orang diasumsikan memiliki peluang yang sama untuk diuji.
Data yang akan diuji menggunakan
data primer yang dikumpulkan langsung dari hasil respon responden menggunakan e-questionnaire di Google
forms dengan
skala Likert 1-5. Metode analisis data menggunakan model SEM (Structural Equation
Modeling) dengan aplikasi Smart PLS 3.29 (Smart Partial Least Square). SEM
adalah metode analisis statistik multivariat (variabel lebih besar atau sama
dengan tiga) dan memiliki tiga fungsi sekaligus: memeriksa keabsahan/validitas
dan kredibilitas/reliabilitas instrumen (Confirmatory
Factor Analysis
atau CFA), menguji model hubungan antar
variabel (analisis jalur/Path
Analysis), dan ekstraksi. model yang sesuai
untuk peramalan (analisis model struktural dan analisis regresi) (Hasanah, 2014).
Untuk menjawab hipotesis pada
penelitian ini, menggunakan uji model struktural Smart PLS 3.29. Signifikansi
tampak dari t-statistik variabel eksogen. Tingkat batas untuk menyokong atau
tidak menyokong hipotesis t-tabel signifikan yang diidentifikasi untuk
penelitian ini adalah 5% (1,96). Untuk t-statistic sebesar 1,96 maka hipotesis
penelitian diterima.
Ada dua variabel penelitian ini,
yaitu: Variabel independen (X), yaitu prediktor. atau penyebab perubahan,
terdiri dari pendidikan kewirausahaan (X1), kewirausahaan (X2) dan efikasi diri
kewirausahaan (X3). Variabel kedua adalah variabel dependen (Y: maksud komersial),
yaitu variabel yang dipengaruhi oleh, atau hasil dari, variabel
independen. Variabel, definisi, indikator dan instrumen pertanyaan
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Definisi operasional variabel �Pendidikan Kewirausahaan� (X1) Pendidikan
Kewirausahaan, yang meliputi isi, metode dan kegiatan yang telah terbukti dapat
mentransfer atau megoptimalkan ilmu, pola pikir, sikap, motivasi, keterampilan
dan pengalaman berwirausaha (Sumarno & Gimin, 2019). Pendidikan kewirausahaan ini memiliki
5 indikator antara lain: keterampilan kewirausahaan, kurikulum/kursus
kewirausahaan, peluang pendidikan kewirausahaan, peluang bisnis dan pengendalian
risiko manajemen risiko (Bataragoa et al., 2020).
Seseorang
dengan pola pikir kewirausahaan (Entrepreneurial Mindset) (X2) ketika
dihadapkan pada ketidakpastian, tetap
maju dan tidak mengingkarinya, melihat sesuatu dengan lebih bersahaja/sederhana
dan berani ambil resiko (MacMillan & C., 2000).
Indikator pola pikir kewirausahaan anatara lain berdasarkan pertimbangan
waktu terlibat dalam kegiatan wirausaha, mencari informasi keuntungan dan
kerugian melakukan kegiatan wirausaha, pertimbangan positif dan negatif
kegiatan wirausaha, pertimbangan ingin terlibat dalam kegiatan wirausaha (Artha & Wahyudi, 2021).
Menurut
Bandura efikasi diri mengacu pada kepercayaan atau keyakinan seseorang terhadap
kemampuannya mengatur, melakukan tugas, mencapai tujuan,
memproduksi, dan berdagang untuk memperoleh keterampilan khusus (Pihie & Bagheri, 2013). Efikasi diri
memiliki indikator seperti jenis tugas, rangsangan
dari luar, posisi individu di lingkungan dan pengetahuan tentang kemampuannya
sendiri.
Niat
berwirausaha adalah kemampuan dan kemauan individu untuk memulai kegiatan
kewirausahaan baru, yang terdiri dari indikator percaya diri, kemampuan
berwirausaha, rencana berwirausaha dan perilaku wirausaha (Bataragoa et al., 2020). Kepercayaan diri, tantangan diri,
kepemimpinan, inovasi, kepemimpinan, fleksibilitas dan penghasilan adalah
indikator niat atau minat berwirausaha (Wicaksono, 2022).
Hasil dan Pembahasan
Variabel ini
terdiri dari indikator Entrepreneurial
skills (ES) rata-rata 3,74; Entrepreneurship
curriculum/courses (EC) rata-rata 3,35; Entrepreneurial
workshop/ training (EW) rata-rata 3,49; Business
opportunities (BO) rata-rata 3,46 dan The risk managing mind (TR)
rata-rata 3,61. Variabel pola pikir kewirausahaan dengan rata-rata� 3,73.
Variabel ini terdiri dari indikator pertimbangan
waktu terlibat dalam kegiatan wirausaha (PW) rata-rata 3,95; Mencari informasi keuntungan dan kerugian melakukan kegiatan wirausaha (MI)
rata-rata 3,69; Pertimbangan positif dan negatif
kegiatan wirausaha (PP) rata-rata 3,74; Pertimbangan ingin terlibat dalam kegiatan wirausaha (PI)
rata-rata 3,52. Variabel Efikasi diri dengan
rata-rata 3,62. Variabel ini terdiri
dari lima indikator, yaitu Yakin dapat menyelesaikan pekerjaan tertentu (YT)
rata-rata 3,27; Yakin dapat memotivasi diri untuk berbuat yang diperlukan (YM)
rata-rata 3,63, Yakin diri bisa berusaha,
bertahan dan bertekun (YD) rata-rata 4,00; Yakin diri
mengatasi rintangan (YB) rata-rata 3,59; Yakin dapat menyelesaikan
permasalahan di berbagai situasi yang berbeda (YP) rata-rata 3,61. Sementara
variabel niat berwirausaha (Y) dengan
rata-rata 3,64. Variabel ini terdiri
dari empat indikator yaitu Self-Confident (SC): 3,57; Capabilities
(C): 3,73; Plan (P): 3,63; Entrepreneurial Behavior (EB):
3,63.� Jadi secara keseluruhan rata-rata
atau mean dari jawaban responden pada tahap moderat.
Analisis PLS
menggunakan beberapa
estimasi model struktural (model internal/inner model) dan model pengukuran (model eksternal/outer model). Saat mengevaluasi model pengukuran, validitas konvergen, validitas diskriminan, reliabilitas komposit,
dan Average Variance Extracted (AVE) diuji. Sementara itu, uji R-squared (R2) dan estimasi koefisien jalur dilakukan
untuk mengevaluasi model struktural
(Alfa, 2017).
Pengujian Outer Model
Proses pengujian outer model merupakan komponen penting
dalam setiap metodologi penelitian. Sangat penting untuk mengevaluasi validitas
dan reliabilitas model sebelum mengintegrasikannya ke dalam desain penelitian. Proses
pengujian ini melibatkan analisis hubungan antara konstruksi dan
mengidentifikasi potensi kesalahan atau ketidaksesuaian. Dengan melakukan
pengujian outer model secara
menyeluruh, peneliti dapat memastikan keakuratan dan keefektifan hasil
penelitiannya. Cara setiap indikator terhubung ke variabel latennya ditentukan
oleh model eksterior. Tujuan pengujian model luar adalah untuk memastikan
ketergantungan dan keaslian model yang diberikan.
Uji validitas
Uji validitas
merupakan komponen penting dari setiap penelitian ilmiah. Ini adalah proses
yang menentukan apakah hasil yang diperoleh dari percobaan dapat diandalkan dan
akurat. Uji validitas menilai keefektifan berbagai metode yang digunakan dalam
percobaan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan bermakna dan signifikan.
Penting untuk melakukan uji validitas untuk menghindari penarikan kesimpulan
yang salah dari data. Uji validitas dapat
dilakukan dengan cara yang bervariasi tergantung dari jenis penelitian dan
variabel yang diteliti. Pada penelitian ini ada dua tes untuk menentukan
validitas yang digunakan, yaitu validitas konvergen dan validitas diskriminan.
Validitas Konvergen
Validitas konvergen adalah teknik yang dipakai untuk memverifikasi bahwa
pertanyaan pada setiap survei atau kuesioner sesuai satu sama lain dengan
menggunakan parameter loading factor
dan nilai Average Variance Extracted
(AVE). Validitas
konvergen mengacu pada sejauh mana ukuran penilaian yang berbeda dari konstruk
yang sama menghasilkan hasil yang saling mendukung.
Responden dapat memahami
variabel laten dalam penelitian ini dengan cara yang sama. Secara umum
disepakati bahwa nilai loading factor
yang lebih tinggi menunjukkan validitas konvergen yang dapat diterima. Agar
indikator dianggap valid menurut (Ghozali, I., & Latan, 2015),
harus memiliki nilai melebihi 0,7. Toleransi dapat dibuat untuk nilai
pembebanan luar hingga 0,60. Sebaliknya, nilai dalam rentang 0,50 hingga 0,60
dikeluarkan dari analisis (Ghozali, I., & Latan, 2015). Berdasarkan nilai yang ditunjukkan pada Tabel 6 dan Gambar 7, dimana
nilai external loading masing-masing
indikator lebih besar dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa indikator tersebut
telah mencapai standar minimal dan valid. Oleh karena itu, semua indikator yang
dianalisis dalam penelitian ini dianggap kredibel.
Tabel 1
Loading Factor
Variabel |
BO |
C |
EB |
EC |
ES |
EW |
MI |
P |
PI |
PP |
PW |
SC |
TR |
BO1 |
0,860 |
||||||||||||
BO2 |
0,919 |
||||||||||||
C1 |
0,894 |
||||||||||||
C2 |
0,923 |
||||||||||||
C3 |
0,856 |
||||||||||||
EB1 |
0,833 |
||||||||||||
EB2 |
0,838 |
||||||||||||
EB3 |
0,881 |
||||||||||||
EB4 |
0,787 |
||||||||||||
EC1 |
0,847 |
||||||||||||
EC3 |
0,726 |
||||||||||||
EC5 |
0,865 |
||||||||||||
ES1 |
0,800 |
||||||||||||
ES2 |
0,919 |
||||||||||||
EW1 |
0,780 |
||||||||||||
EW2 |
0,807 |
||||||||||||
MI1 |
0,879 |
||||||||||||
MI2 |
0,925 |
||||||||||||
P1 |
0,914 |
||||||||||||
P2 |
0,921 |
||||||||||||
P3 |
0,753 |
||||||||||||
PI1 |
0,862 |
||||||||||||
PI2 |
0,813 |
||||||||||||
PI3 |
0,757 |
||||||||||||
PP1 |
0,873 |
||||||||||||
PP3 |
0,865 |
||||||||||||
PW1 |
0,864 |
||||||||||||
PW2 |
0,909 |
||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variabel |
MI |
P |
PI |
PP |
PW |
SC |
TR |
YB |
YD |
YM |
YP |
YT |
SC1 |
|
|
|
|
|
0,867 |
|
|
|
|
|
|
SC2 |
|
|
|
|
|
0,876 |
|
|
|
|
|
|
SC3 |
|
|
|
|
|
0,842 |
|
|
|
|
|
|
SC4 |
|
|
|
|
|
0,907 |
|
|
|
|
|
|
TR1 |
|
|
|
|
|
|
0,890 |
|
|
|
|
|
TR2 |
|
|
|
|
|
|
0,898 |
|
|
|
|
|
YB1 |
|
|
|
|
|
|
|
0,861 |
|
|
|
|
YB2 |
0,798 |
|||||||||||
YB3 |
|
|
|
|
|
|
|
0,868 |
|
|
|
|
YD1 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0,862 |
|
|
|
YD2 |
0,753 |
|||||||||||
YD3 |
|
|
|
|
|
|
|
|
0,805 |
|
|
|
YM1 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,795 |
|
|
YM2 |
0,875 |
|||||||||||
YM3 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,842 |
|
|
YP1 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,809 |
|
YP2 |
0,801 |
|||||||||||
YP3 |
0,720 |
|||||||||||
YP4 |
0,741 |
|||||||||||
YP5 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,711 |
|
YT1 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,804 |
YT2 |
0,863 |
|||||||||||
YT3 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,736 |
Sumber: Hasil
pengolahan data (2023)
�
Gambar 1. Nilai Loading
Factor
Untuk mengevaluasi validitas
konvergen lebih lanjut, cara lainnya adalah dengan menguji AVE (Average Variance Extracted). Kriteria
validitas konvergen, nilai AVE yang harus dipenuhi melebihi 0,5 (Hair et al., 2014). Ini
ditentukan dengan mengekstraksi varians. Pada setiap konstruk nilai di
atas 0,5, validitas konvergen dianggap valid. Hal ini tampak seperti terlihat pada tabel 7 menampilkan hasil AVE untuk setiap
variabel laten di atas 0,5.
Tabel 2
AVE, Crobach
Alpha dan Composite Reliability
Variabel |
AVE |
Crobach Alpha |
Composite Reliability |
Pendidikan Kewirausahaan (PK)/(X1) |
|||
ES |
0,743 |
0,667 |
0,852 |
EC |
0,664 |
0,747 |
0,855 |
EW |
0,629 |
0,412 |
0,773 |
BO |
0,792 |
0,741 |
0,884 |
TR |
0,799 |
0,749 |
0,888 |
Pola Pikir Kewirausahaan (PPK) Entrepreneurial Mindset (X2) |
|||
PW |
0,786 |
0,731 |
0,880 |
MI |
0,814 |
0,775 |
0,898 |
PP |
0,755 |
0,676 |
0,861 |
PI |
0,862 |
0,756 |
0,852 |
Efikasi diri (X2) |
|
|
|
YB |
0,710 |
0,798 |
0,880 |
YD |
0,653 |
0,756 |
0,849 |
YM |
0,703 |
0,789 |
0,876 |
YP |
0,574 |
0,815 |
0,870 |
YT |
0,645 |
0,722 |
0,844 |
Niat berwirausaha (Y) |
|||
SC |
0,785 |
0,908 |
0,936 |
C |
0,795 |
0,870 |
0,921 |
P |
0,751 |
0,830 |
0,900 |
EB |
0,698 |
0,855 |
0,902 |
Sumber: Hasil
pengolahan data (2023)
Setelah validasi konvergensi, selanjutnya dilakukan uji validitas
diskriminan untuk mencocokkan nilai akar kuadrat AVE dengan nilai korelasi
antar konstruk. Persyaratan validitas diskriminan terpenuhi jika akar kuadrat
dari AVE lebih besar dari nilai korelasi antar konstruk (Hair et al., 2014).
Validitas Diskriminan
Validitas diskriminan digunakan untuk menunjukkan bahwa responden survei
berdasarkan item pertanyaan tentang variabel laten lainnya tidak membingungkan
pernyataan masing-masing variabel laten. Jika nilai cross-loading lebih besar
dari 0,7 maka pengukuran tersebut dapat digolongkan valid secara diskriminatif
seperti terlihat pada nilai cross loading
pada Tabel 8 di bawah ini.�
Tabel 3
Cross Loading
Variabel |
BO |
C |
EB |
EC |
ES |
EW |
MI |
P |
PI |
PP |
PW |
SC |
TR |
YB |
YD |
YM |
YP |
YT |
|
||||||||||||||||||||||||
BO1 |
0,860 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
BO2 |
0,919 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
C1 |
0,894 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
C2 |
0,923 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
C3 |
0,856 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
EB1 |
0,833 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
EB2 |
0,838 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
EB3 |
0,881 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
EB4 |
0,787 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
EC1 |
0,847 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
EC3 |
0,726 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
EC5 |
0,865 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ES1 |
0,800 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
ES2 |
0,919 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
EW1 |
0,780 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
EW2 |
0,807 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MI1 |
0,879 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MI2 |
0,925 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
P1 |
0,914 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
P2 |
0,921 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
P3 |
0,753 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PI1 |
0,862 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PI2 |
0,813 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PI3 |
0,757 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PP1 |
0,873 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PP3 |
0,865 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PW1 |
0,864 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PW2 |
0,909 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SC1 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,867 |
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
SC2 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,876 |
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
SC3 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,842 |
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
SC4 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,907 |
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
TR1 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,890 |
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
TR2 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,898 |
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
YB1 |
0,861 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YB2 |
0,798 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YB3 |
0,868 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YD1 |
0,862 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YD2 |
0,753 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YD3 |
0,805 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YM1 |
0,795 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YM2 |
0,875 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YM3 |
0,842 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YP1 |
0,809 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YP2 |
0,801 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YP3 |
0,720 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YP4 |
0,741 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YP5 |
0,711 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YT1 |
0,804 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YT2 |
0,863 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
YT3 |
0,736 |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sumber: Hasil pengolahan data (2023)
Berdasarkan Tabel
3, hasil nilai cross-loading untuk setiap konfigurasi melebihi nilai cross-loading untuk konfigurasi lainnya. Artinya setiap
item pertanyaan yang diuji pada setiap variabel mempunyai
validitas diskriminan yang baik
untuk mengukur variabel yang ada, yaitu nilai cross loading semuanya
pada penelitian ini melebihi nilai 0,7. �
Uji
Reliabilitas
Menurut Khumaed (2012), uji reliabilitas adalah koefisien yang memperlihatkan
suatu besaran suatu alat ukur dapat diyakini, artinya hasilnya stabil atau
konsisten bila alat tersebut dipakai berkali-kali untuk mengukur hal yang
sama (Khumaedi, 2012). Uji reliabilitas dapat diketahui
dengan nilai cronbach alpha dan nilai
reliabilitas gabungan/ composite
reliability. Cronbach's alpha
mengukur batas bawah dari nilai reliabilitas konstruk, sedangkan composite reliability mengukur nilai
sebenarnya dari reliabilitas konstruk. Uji reliabilitas dianggap reliabel jika
menghasilkan skor reliabilitas komposit lebih besar dari 0,70, meskipun skor
0,60 masih dapat diterima. Suatu struktur dapat dikatakan memiliki skor
reliabilitas yang tinggi jika skor reliabilitas gabungan lebih dari 0,70 (Hair et al., 2014).
Pengecekan
reliabilitas dalam penelitian ini didasarkan pada nilai alpha cronbach, karena
instrumen penelitian ini berupa kuesioner dan skala bertingkat. Rentang alpha
Cronbach adalah alpha < 0 > 0,70 berarti reliabilitas memadai, alpha >
0,80 berarti reliabilitas kuat, alpha > 0,90 berarti reliabilitas sempurna.
Semakin rendah nilai alpha instrumen penelitian maka semakin kurang reliabel.
Instrumen penelitian dikatakan reliabel bila nilai cronbach alpha >
0,60 (Ghozali,
2016). Oleh karena itu, kriteria penentuan uji
reliabilitas adalah sebagai berikut: Jika Cronbach's
alpha > 0,60, maka kuesioner tersebut reliabel. Jika Cronbach's alpha <; 0,60 kuesioner
dalam kuesioner unreliable (tidak
reliabel).
Pada penelitian ini, hasil uji cronbach alpha dan skor reliabilitas gabungan/ composite reliability setiap variabel penelitian seperti disajikan
pada Tabel 7. Hasil skor reliabilitas gabungan seluruh indikator dan variabel
penelitian di atas 0,7. Artinya semua variabel analisis reliabilitas adalah
valid dan reliabel. Sementara hasil uji cronbach
alpha menunjukkan ada tiga indikator berada di bawah 0,7.
Pengujian Model Struktur
persamaan (structure equation model)
atau model internal (Inner model)
Tujuan pengujian model internal/inner
model adalah untuk mengidentifikasi dampak langsung dan tidak langsung
antar variabel. Pengujian model internal dengan PLS-SEM diawali dengan melihat
nilai R-squared. R-square adalah nilai yang menunjukkan
seberapa besar pengaruh variabel bebas (eksogen)
terhadap variabel terikat (endogen).
R squared adalah angka mulai dari 0 -
1 yang menunjukkan besarnya kombinasi variabel independen yang secara
bersama-sama mempengaruhi nilai variabel dependen. Nilai R-squared berkisar antara 0 - 1, dimana semakin mendekati satu (1)
semakin baik. Nilai R squared (R2)
digunakan untuk mengukur tingkat pengaruh variabel laten independen tertentu
terhadap variabel laten dependen. Terdapat tiga kelas kelompok nilai R squared yaitu kelas kuat, kelas moderat
dan kelas lemah (Hair et al., 2011). Nilai R-Square digolongkan
tinggi jika lebih dari 0,67, moderat jika lebih dari 0,33 tetapi lebih rendah
dari 0,67, dan lemah jika lebih dari 0,19 tetapi lebih rendah dari 0,33 (Chin et al., 1998). Didasarkan olah data Smart PLS 3.29
pada penelitian ini, diperoleh nilai R squared
seperti pada Tabel 9 di bawah
ini.
Tabel 4
Koefisien
Determinasi (Nilai R-Square)
Variabel |
R Square |
Keterangan |
Y(N:
Niat berwirausaha) |
0,493 |
Moderat |
Tabel 4
menunjukkan bahwa nilai R-squared variabel endogen niat berwirausaha sebesar
0,493. Angka tersebut mengandung arti bahwa semua variabel independent yaitu� pendidikan kewirausahaan (X1), pola pikir
kewirausahaan (X2) dan efikasi diri (X3) secara simultan memiliki pengaruh
terhadap variabel niat berwirausaha (Y) sebesar 49,3% yang dikategorikan
moderat. Sementara sisanya 50,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian.
Pengujian
Hipotesis
Hipotesis diuji untuk menggambarkan arah pengaruh antara variabel
dependen dan variabel independen. Pengujian dengan analisis jalur atau analisis
model. Hasil korelasi antar konstruk diukur dengan koefisien jalur kemudian
tingkat signifikansinya dibandingkan dengan hipotesis penelitian. T-statistic dan p-value digunakan untuk menentukan bukti hipotesis akhir. Jika t-statistic > 1.96 dan p-value < 0.05 maka hipotesis
dinyatakan memiliki pengaruh positif dan signifikan. Tetapi jika t-statistic < 1,96 dan p-value > 0,05 maka hipotesis dinyatakan
tidak memiliki pengaruh.
Koefisien
Jalur (Path Coefficients)
Path Coefficients adalah nilai yang berguna untuk
memperlihatkan arah hubungan terhadap suatu variabel, terlepas hipotesis
tersebut mempunyai arah positif atau negatif. Nilai koefisien jalur antara -1
dan 1. Jika nilainya antara 0 dan 1, dinyatakan positif, jika nilainya antara
-1 dan 0, dapat dinyatakan negatif.
Tabel 5
Koefisien
Jalur (Path Coefficients)
Hypothesis Path |
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standard Deviation (STDEV) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Hasil |
Keterangan |
Keputusan
Hipotesis |
PK -> N |
0,298 |
0,298 |
0,103 |
2,894 |
0,004 |
<
0.05 |
Pengaruh |
Diterima |
PPK -> N |
0,478 |
0,467 |
0,113 |
4,245 |
0,000 |
<
0.05 |
Pengaruh |
Diterima |
E -> N |
-0,034 |
-0,021 |
0,117 |
0,289 |
0,773 |
>
0.05 |
Tidak
pengaruh |
Ditolak |
H1: Pendidikan
kewirausahaan (PK) /(X1) berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha
(Y)/(N).
Hasil t-statistic 2,894 > 1.96 dan p-value 0,04 < 0,05 hipotesis
dinyatakan memiliki pengaruh positif dan signifikan. Maka pada hipotesis
pertama diterima, yaitu pendidikan kewirausahaan mempunyai pengaruh yang
signifikan dengan niat berwirausaha siswa SMA. Melalui program MBC dapat
menumbuhkan niat siswa SMA Santa Maria 1 Cirebon untuk berwirausaha. Apalagi
jika program MBC bisa dilakukan secara tatap muka.
Hasil penelitian ini memperkuat asumsi Indahsari dan Puspitowati
(2021) bahwa pendidikan kewirausahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap niat berwirausaha (Indahsari
& Puspitowati, 2021). Sependapat dengan Tanoto (2020) tentang
pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha (Tanoto, 2020) dan pernyataan Saptono et al. (2021) bahwa
pendidikan kewirausahaan dasar berperan penting dalam pertumbuhan dan niat
berwirausaha� (Saptono et
al., 2021).
H2: Pola pikir kewirausahaan (PPK)/(X2) memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap niat kewirausahaan(Y)/(N)
Pada hipotesis kedua hasil t-statistic
adalah 4,245 > 1,96 dan p-value
0,00 < 0,05 dapat diasumsikan bahwa hipotesis memiliki pengaruh positif dan
signifikan atau diterima. Artinya pola pikir kewirausahaan mempunyai pengaruh
yang signifikan dengan niat berwirausaha siswa SMA. Hasil penelitian ini
mendukung anggapan bahwa pola pikir kewirausahaan berdampak positif terhadap
keputusan bisnis (Azizah, 2019). Pola pikir kewirausahaan mengacu pada niat
untuk menjadi seorang pengusaha, diukur dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah Anda serius
mempertimbangkan untuk memulai bisnis Anda sendiri (Solesvik, 2013).
H3: Efikasi
diri �/(X3) berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha (Y)/(N).
Pada hipotesis ketiga hasil t-statistic
sebesar 0,289 < 1,96 dan p-value
sebesar 0,773 > 0,05 maka tidak memiliki pengaruh yang signifikan antara
efikasi diri dengan niat berwirausaha. Hal ini menyebabkan hipotesis ketiga
ditolak tidak bisa diterima. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian Indahsari
dan Puspitowati yang menjelaskan bahwa efikasi diri memiliki pengaruh
signifikan terhadap intensi wirausaha (Indahsari
& Puspitowati, 2021), dan juga hasil peneltian Tanoto (2020) bahwa
efikasi diri kewirausahaan mempengaruhi niat berwirausaha (Tanoto, 2020). Sebaliknya pada penelitian ini ditemukan
bahwa efikasi diri kewirausahaan tidak berpengaruh positif dan signifikan
dengan niat berwirausaha. Sementara pada penelitian lain efikasi diri dijadikan
sebagai variabel mediasi, maka hasil penelitiannya variabel mediasi efikasi
diri berpengaruh terhadap niat berwirausaha, karena pendidikan kewirausahaan
dengan niat berwirausaha siswa dimediasi oleh efikasi diri.
Kesimpulan
Setelah
melakukan analisis, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan (Entrepreneurship Education) memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha, pola pikir
kewirausahaan (entrepreneurial mindset)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha, sementara
efikasi diri (self efficacy) tidak
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha.
BIBLIOGRAFI
Adhimursandi, D.
(2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi niat kewirausahaan. Jurnal Ekonomi
Dan Manajemen, 13(1), 193�210. https://journal.feb.unmul.ac.id/index.
php/KINERJA/article/view/63
Ajzen, I. (1991). The theory of planned behaviour. Organizational
behaviour and human decision processes, 179- 211. ScienceDirect, 50(2).
https://doi.org/https:/ /doi.org/ 10.1016/0749-5978(91)90020-T
Alexandria Valerio, Brent Parton, Alicia Robb. (2014). Entrepreneurship education and training
programs around the world: dimensions for success. https://
doi.org/10.1596/978-1-4648-0202-7
Alfa, A. A. G. (2017). Analisis
pengaruh faktor keputusan konsumen dengan structural equation modeling partial
least square universitas pendidikan indonesia.
http://repository.upi.edu/29292/
Artha, I. M. R., & Wahyudi, I. A. (2021). Analisis grit dan
entrepreneurial mindset terhadap kesuksesan entrepreneur pada mahasiswa di
wilayah surabaya. Performa, 4(5), 786�793.
https://doi.org/10.37715/jp.v4i5.1699
Azizah, L. (2019). Pengaruh entrepreneurial mindset dan lingkungan
terhadap keputusan berwirausaha dengan self-efficacy sebagai variabel moderasi.
Prosiding Business and Economic Conference In Utilizing of Modern (2018)
621-632, 621�632.
Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral
change. Psychological Review, 84(2), 191�215.
https://doi.org/https://doi.org/10.1037/0033-295X.84.2.191
Bandura, A. (2012). On the functional properties of perceived
self-efficacy revisited. Journal Of Management, 38(1), 9�44.
Bataragoa, T. K., Massie, J. D. D., Bataragoa, T. K., Massie, J. D. D.,
& Gunawan, E. (2020). The impact of entrepreneurship education and family
support toward student entrepreneurial intention dampak pendidikan wirausaha
dan dukungan keluarga terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Jurnal EMBA,
8(3), 286�295.
Budi, R., Dan, L., Wijaya, T., & Mdp, S. (2012). Pengaruh Pendidikan
Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan
STIE MUSI. Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP, 1(2),
112�119.
Cao, V. Q., & Ngo, T. T. T. (2019). Linking entrepreneurial intentions
and mindset models: A comparative study of public and private universities in
Vietnam. Gadjah Mada International Journal of Business, 21(2),
115�133. https://search.informit.org/ doi/10.3316/informit.623241327460860
Chin, W. W., Chinn, W. W., & Chin, W. W. (1998). The partial least
squares approach to structural equation modelling. In Marcoulides G. A. (Ed.). Modern
Methods for Business Research, 295(2), 295�336.
Drnov�ek, M., Wincent, J., & Cardon, M. S. (2010). Entrepreneurial
self-efficacy and business start-up: Developing a multi-dimensional definition.
International Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research, 16(4),
329�348. https://doi.org/10.1108/ 13552551011054516
Ghozali, I., & Latan, H. (2015). Partial least squares konsep,
teknik dan aplikasi menggunakan program smartpls 3.0 untuk penelitian empiris.
(2nd ed.). UNDIP.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM
SPSS 23. (8th ed.). Universitas Diponegoro.
Hair, J. F., Sarstedt, M., Hopkins, L., & Kuppelwieser, V. G. (2014).
Partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM): An emerging tool
in business research. European Business Review, 26(2), 106�121.
https://doi.org/10.1108/EBR-10-2013-0128
Handayati, P., Wulandari, D., Soetjipto, B. E., Wibowo, A., &
Narmaditya, B. S. (2020). Does entrepreneurship education promote vocational
students� entrepreneurial mindset? Heliyon, 6(11), e05426.
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e05426
Hasanah, S. (2014). Kajian implementasi e-learning berdasarkan tingkat
kesiapan peserta e-learning Universitas Pendidikan Indonesia - Bandung. Universitas
Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/14211/4/S_KOM_0905726_Chapter3.pdf
Hisrich, R. D., Peters, M. P., Shepherd, D. A., Sungkono, C., &
Angelica, D. (2008). Entrepreneurship = Kewirausahaan / Robert D.Hisrich,
Michael P. Peters. Dean A. Shepherd ; penerjemah, Chriswan Sungkono dan
Diana Angelica (S. Empat (ed.); Ke-7). Salemba Empat.
Hutabarat, Z. (2020). Pengaruh theory of planned behaviour terhadap
entrepreneurial intention mahasiswa di tangerang. Ultima Management :
Jurnal Ilmu Manajemen, 12(2), 159�174.
https://doi.org/10.31937/manajemen.v12i2.1629
Indahsari, L., & Puspitowati, I. (2021). Pengaruh Pendidikan
kewirausahaan dan efikasi diri terhadap intensi wirausaha mahasiswa universitas
tarumanagara. Jurnal Manajerial Dan Kewirausahaan, 3(1), 267.
https://doi.org/10.24912/jmk.v3i1.11320
Karnadi, A. (2021). Pengusaha Daring Paling Banyak Lulusan SMA ke Bawah.
DataIndonesia.Id.
https://dataindonesia.id/digital/detail/pengusaha-daring-paling-banyak-lulusan-sma-ke-bawah
Kawulur, A. F., Rumagit, M. C. N., & Tumiwa, R. A. F. (2019). Entrepreneurship
Conceptual Model Based on Local Economic Potentials in Coastal Likupang Beach
North Minahasa District, Indonesia. July.
https://doi.org/10.2991/icebef-18.2019.155
Kemendikbud. (2019). Pedoman Program Kewirausahaan SMA.
Khaerani, S. N., & Handayanti, P. (2022). Pengaruh pendidikan
kewirausahaan, lingkungan sosial dan motivasi terhadap minat berwirausaha. INOVASI:
Jurnal Ekonomi, Keuangan Dan Manajemen, 18(4), 738�749.
Khumaedi, M. (2012). Reliabilitas instrumen penelitian pendidikan. In JPTM:
Jurnal Pendidikan Teknik Mesin (Vol. 12, Issue 1, pp. 25�0).
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Kinta Marini C, & Hamidah S. (2014). Pengaruh self-efficacy,
lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah terhadap minat berwirausaha siswa
smk jasa boga. Jurnal Pendidikan Vokasi, 4(2), 195�207.
Lent, R. W., Brown, S. D., & Larkin, K. C. (1986). Self-efficacy in
the prediction of academic performance and perceived career options. Journal
of Counseling Psychology, 33(3), 265�269.
https://doi.org/10.1037/0022-0167.33.3.265
Li��n, F., & Chen, Y.-W. (2009). Development and cross-cultural
application of a specific instrument to measure entrepreneurial intentions. entrepreneurship
theory and practice, 33, 593�617.
https://doi.org/10.1111/j.1540-6520.2009.00318.x
Loria, A., & Rodhiah, R. (2020). Pengaruh personal attitude,
subjective norm, dan perceived behavioral control terhadap entrepreneurial
intention. Jurnal Manajerial Dan Kewirausahaan, 2(3), 653.
https://doi.org/10.24912/jmk.v2i3.9577
Lundmark, E., Krzeminska, A., & Shepherd, D. A. (2019). Images of
entrepreneurship: exploring root metaphors and expanding upon them. entrepreneurship:
theory and practice, 43(1), 138�170. https://doi.org/10.1177/1042258717734369
MacMillan, R. G. M. and, & C., I. (2000). The entrepreneurial
mindset: Strategies for continuously creating opportunity in an age of
uncertainty. In The entrepreneurial mindset (H. B. S. Press (ed.)). Harvard
Business School Press. https://doi.org/https://doi.org/10.237/259188
Mathisen, J.-E., & Arnulf, J. K. (2013). Competing mindsets in
entrepreneurship: The cost of doubt. The International Journal of Management
Education, 11(3), 132�141.
https://doi.org/10.1016/j.ijme.2013.03.003
McClelland, D. C. (2009). Entrepreneur behavior and characteristics of
entrepreneurs.the achieving society.
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1496181
Moore, C. B., McIntyre, N. H., & Lanivich, S. E. (2021). ADHD-related
neurodiversity and the entrepreneurial mindset. entrepreneurship: theory and
practice, 45(1), 64�91. https://doi.org/10.1177/1042258719890986
Mugiyatun, & Khafid, M. (2020). Pengaruh prakerin, pendidikan
kewirausahaan, dan lingkungan keluarga dengan self efficacy sebagai variabel intervening
terhadap minat berwirausaha. Economic Education Analysis Journal, 9(1),
100�118. https://doi.org/10.15294/eeaj.v9i1.37233
Neneh, N. B. (2012). An exploratory study on entrepreneurial mindset in
the small and medium enterprise (SME) sector: A South African perspective on
fostering small and medium enterprise (SME) success. African Journal of
Business Management, 6(9), 3364�3372.
https://doi.org/10.5897/AJBM10.1631
Pihie, Z. A. L., & Bagheri, A. (2010). Entrepreneurial attitude and
entrepreneurial efficacy of technical secondary school students. Journal of
Vocational Education and Training, 62(3), 351�366.
https://doi.org/10.1080/13636820.2010.509806
Pihie, Z. A. L., & Bagheri, A. (2013). Self-efficacy and
entrepreneurial intention: the mediation effect of self-regulation. Vocations
and Learning, 6(3), 385�401.
https://doi.org/10.1007/s12186-013-9101-9
Prianto, A. (2017). Various variables to trigger entrepreneurial intention
for young entrepreneurs in east java indonesia. In International Journal of Business
and Management Invention ISSN (Vol. 6). Online. www.ijbmi.org
Purnami, I. G. L. A. A. & N. M. (2016). Pengaruh pendidikan
kewirausahaan, self efficacy dan locus of control pada niat berwirausaha. E-Jurnal
Manajemen Unud, 5(2), 1160�1188. https://media.neliti.com/media/publications/253915-pengaruh-pendidikan-kewirausahaan-self-e-18441d7f.pdf
Rahmadani, R., Suwatno, & Machmud, A. (2018). Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship education) di
perguruan tinggi negeri kota bandung. Sosio DIidaktika: Social Science
Education Journal, 5(1), 47�53.
https://doi.org/10.15408/sd.v1i1.9522
Rizaty, M. A., Judul, A. ini telah tayang di D. i. dengan, "Industri
Makanan dan Minuman Tumbuh 3, 68% pada Kuartal II/2022"., Rizaty., A. M.
A., Bayu., E. D., &
Https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/industri-makanan-dan-minuman-tumbuh-368-pada-kuartal-ii2022.,
K. selengkapnya di sini: (2022). No Title. In DataIndonesia.id.
https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/industri-makanan-dan-minuman-tumbuh-368-pada-kuartal-ii2022
Romli, M. E. (2019). Analisis tentang faktor penyebab kewirausahaan belum
dapat mensejahterakan kehidupan penduduk. Jurnal Media Wahana Ekonomika,
15(4), 48�59.
Rosmiati, R., Siregar, N., & Efni, N. (2022). Pola pikir
kewirausahaan. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4),
5668�5673. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3152
Santi, N., Hamzah, A., & Rahmawati, T. (2017). Jurnal norma-subjektif.
Jurnal Inspirasi Bisnis & Manajemen, 1(1), 63�74.
Santika, E. F. (2023). Pemuda bekerja lulusan sma lebih banyak
dibanding tamatan perguruan tinggi. DataIndonesia.Id.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/
2023/01/19/pemuda-bekerja-lulusan-sma-lebih-banyak-dibanding-tamatan-perguruan-tinggi
Saptono, A., Wibowo, A., Widyastuti, U., Narmaditya, B. S., & Yanto,
H. (2021). Entrepreneurial self-efficacy among elementary students: the role of
entrepreneurship education. Heliyon, 7(9), e07995.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/ j.heliyon. 2021.e07995
Scott Shane and Edwin A. Locke, C. J. C. (2003). Entrepreneurial
motivation. human resource management review. ScienceDirect, 13(2),
257-279. https://doi.org/ https://doi.org/10.1016/S1053-4822(03)00017-2
Sheeran, P., Trafimow, D., & Armitage, C. J. (2003). Predicting
behaviour from perceived behavioural control: Tests of the accuracy assumption
of the theory of planned behaviour. British Journal of Social Psychology,
42(3), 393�410. https://- doi.org/10.1348/014466603322438224
Solesvik, M. Z. (2013). Entrepreneurial motivations and intentions: Investigating
the role of education major. Education and Training, 55(3),
253�271. https://doi.org/ 10.1108/00400911311309314
Copyright
holder: Andriana
Ratna Winastiningsih, Maya Malinda (2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |