Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 10, Oktober 2022

 

REVIEW DESIGN PEMBUATAN SALURAN SISTEM DRAINASE PADA PROYEK DDT (DOUBLE-DOUBLE TRACK) LINTAS KRANJI � BEKASI KM 25+500 SD KM 26+600

 

Puspita Dewi, Yuwono Wiarco, Boriana Boradjieva

Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun, Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Pada Proyek DDT (Double-Double Track) daerah Bekasi mengalami permasalahan yaitu terdapat genangan air pada lapisan subbalas eksisting yang akan digunakan sebagai jalur track baru. Bila terjadi hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi, maka air akan kembali menggenang pada lapisan subbalas. Penyebab utama dari masalah tersebut adalah tidak berfungsinya saluran sistem drainase, karena posisi drainase lebih tinggi daripada lapisan subbalas. Akibatnya aliran air tidak bisa bermuara ke saluran drainase. Sehingga perlu perencanaan ulang pembuatan sistem saluran drainase supaya aliran air 2 mengalir dan tidak menggenang pada lapisan subbalas. Dalam penelitian ini membahas mengenai perencanaan ulang pembuatan saluran drainase yang berlokasi di km 25+500 sd 26+600 pada lintas Kranji-Bekasi. Dengan mencari debit banjir rencana kurun waktu 5-10 tahun yang didapatkan dari 3 stasiun hujan terdekat dari lokasi penelitian dengan periode hujan tahun 2012-2021. Data tersebut diperoleh dari Kantor BMKG Pusat dan Perum Jasa Tirta II Wilayah Bekasi. Setelah debit banjir rencana diketahui, kemudian mencari penampang yg efisien dengan kondisi dan situasi dilapangan. Selanjutnya menghitung rencana anggaran biaya untuk membangun saluran drainase tersebut. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa debit banjir rencana adalah 0,906075 m3/det atau 906,0750 liter/det dalam kurun waktu 5 tahun, sedangkan untuk kurun waktu 10 tahun adalah 1,029242 m3/det atau 1027,242 liter/det. Dengan rencana penampang berbentuk trapesium yang berukuran 0,60 m untuk lebar penampang basah, dan 0,70 m untuk tinggi saluran. Rencana anggaran biaya yang dibutuhkan sebanyak Rp 936.888.080 untuk membangun saluran drainase.

 

Kata Kunci: Perencanaan Ulang, Drainase, Debit Banjir Rencana, Dimensi Drainase, Rencana Anggaran Biaya

 

Abstract

If it rains with high rainfall, the water will again pool in the subballast layer. The main cause of the problem is that the drainage channel does not work, because the drainage channel is higher than the ballast channel. As a consequence, the water flow cannot lead to the drains. So it is necessary to design a drainage system so that air flow flows and does not stagnate in the subballast layer. This research discusses the redesigning of the drainage channel manufacture located at km 25+500 to 26+600 on the Kranji-Bekasi route. By looking for flood discharge plans for a period of 5-10 years obtained from the 3 closest rain stations from the research location with a rainy period from 2012 to 2021. The data was obtained from the BMKG office and Perum Jasa Tirta II. After the planned flood discharge is known, then look for an efficient cross section with the conditions and situation in the field. Then calculate the budget plan for building the drainage channel. The results of this research can be concluded that the planned flood discharge is 0.926492 m3/det in 5 years, while for a period of 10 years it is 1.054532 m3/s or 1054.532 liters/sec. With a trapezoidal cross-section plan measuring 0.55 m for the wet cross-section width, and 0.65 m for the channel height. The budget plan required is Rp 1,016,490,516 to build a drainage channel.

 

Keywords: Redesign, Drainage, Plan Flood Discharge, Drainage Dimensions, Budget Plan

 

Pendahuluan

Sistem saluran drainase adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai jalannya aliran air dari hulu menuju hilir. Saluran drainase salah satu unsur dari prasarana perkeretaapian yang sangat penting karena dapat menjaga tubuh jalan rel supaya tetap stabil. Air yang mengalir dari bagian atas konstruksi jalan rel akan turun melalui lapisan balas dan subbalas sehingga air berhenti di saluran drainase. Menurut Peraturan Dinas No.10 tentang perencanaan konstruksi jalan rel, tujuan pembuatan drainase adalah untuk mencegah atau menghindari pumping effect (proses lendutan yang diakibatkan oleh beban kereta sehingga tercampurnya butiran-butiran halus dari subgrade dengan air dan menjadi lumpur dibawah bantalan), memperkecil dampak air terhadap stabilitas tanah sehingga tubuh jalan rel tetap stabil dan operasi perjalanan kereta api tidak terganggu.

Pada Proyek DDT (Double-Double Track) daerah Bekasi mengalami permasalahan yaitu terdapat genangan air pada lapisan subbalas eksisting yang akan digunakan sebagai jalur track baru dapat dilihat pada Gambar 1.2. Akibat dari genangan air tersebut, para pekerja dan kontraktor melakukan pemadatan subbalas menggunakan Vibroroller. Pemadatan yang dilakukan tidak berdampak besar pada subbalas dikarenakan kondisi cuaca. Bila terjadi hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi, maka air akan kembali menggenang pada lapisan subbalas. Penyebab utama dari masalah tersebut adalah tidak berfungsinya saluran sistem drainase, karena posisi drainase lebih tinggi daripada lapisan subbalas seperti yang tertera pada Gambar 1.1. Sebagai akibatnya aliran air tidak bisa bermuara ke saluran drainase. Sehingga perlu perencanaan ulang pembuatan sistem saluran drainase supaya aliran air mengalir dan tidak menggenang pada lapisan subbalas. �

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan sistem drainase, memiliki beberapa tahapan dalam perencanaan drainase. Tahapan perencanaan drainase dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (a) Penyusunan rencana induk, (b) Studi kelayakan, (c) Perencanaan teknik terinci/detail desain.

Pada perencanaan teknik terinci meliputi data dimensi saluran yaitu panjang, lebar, kedalaman, bahan, tahun dibangun, kemiringan, dasar saluran, dan kapasitas daya tampung.

Berdasarkan dari permasalahan tersebut maka penelitian ini akan menganalisis dan membuat perencanaan ulang sistem saluran drainase menggunakan data-data geometri drainase eksisting untuk mengetahui geometri drainase yang cocok digunakan pada Proyek DDT (Double-Double Track) Bekasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Mengidentifikasi kondisi ruang bebas konstruksi jalan rel pada Proyek DDT (Double-Double Track) Lintas Kranji � Bekasi Km 25+500 Sd Km 26+600. (b) Melakukan perhitungan debit banjir kala ulang 5 � 10 tahun pada daerah Proyek DDT (Double-Double Track) Lintas Kranji � Bekasi Km 25+500 Sd Km 26+600. (c) Merencanakan dimensi untuk desain penampang drainase Proyek DDT (Double-Double Track) Lintas Kranji � Bekasi Km 25+500 Sd Km 26+600 yang mampu menampung debit banjir rencana kala ulang 5 � 10 tahun. (d) Melakukan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) pembangunan drainase pada Proyek DDT (Double-Double Track) Lintas Kranji � Bekasi Km 25+500 Sd Km 26+600?

Berikut adalah manfaat dari penelitian ini: (a) Bagi Instansi, diharapkan hasil penelitian ini menjadi referensi untuk pembangunan saluran sistem drainase kereta api sesuai dengan yang dibutuhkan. (b) Bagi Taruna/i, diharapkan penelitian ini menjadi pedoman atau referensi dalam pembelajaran mekanika hidrologi dan perhitungan drainase perkeretaapian

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu: (Salim, 2014), (Aurdin, 2019), (Permana, 2020), (Syakhril, 2015), (Mahariyani, 2017), (Melinda, 2021), (BC, 2018), (BC, 2018), (Suputra, 2016), (Sugiri, 2019), (Silitonga, 2019).

 

Metode Penelitian

Data yang dikumpulkan oleh penulis meliputi data primer dan data sekunder. Berikut adalah data-data yang dikumpulkan penulis sebaagai bahan penelitian ini.

1.      Data primer

Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung di lokasi penelitian, data tersebut meliputi:

a.       Survei situasi dan kondisi di lokasi

Penulis melakukan survei, yaitu mengukur rumaja, rumija, dan ruwasja untuk menentukan letak drainase. Dan juga melakukan wawancara dan berdiskusi secara langsung dengan pembimbing lapangan, kontraktor, dan konsultan mengenai konstruksi jalan rel yang bermasalah di lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran penyelesaaian dari masalah tersebut.

b.      Dokumentasi

Penulis melakukan dokumentasi berupa foto keadaan dan kondisi di lapangan.

2.      Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan melalui sumber-sumber yang tepercaya maupun instansi atau lembaga yang berkaitan, meliputi:

a.       Data curah hujan tahunan

Penulis mendapatkan data curah hujan tahunan melalui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) https://www.bmkg.go.id/ dan Perusahaan Umum Daerah Jasa Tirta II https://jasatirta2.co.id/.

b.      Data Shop Drawing Proyek DDT (Double-Double Track)

Penulis meminta data shop drawing kepada pembimbing lapangan, kontraktor, dan konsultan untuk memproyeksikan drainase.

Pengolahan data yang dilakukan oleh penulis menggunakan software Microsoft Excel. Software ini digunakan untuk mengelompokkan data angka dan simbol. Selain itu, software ini juga mendukung dalam perhitungan analisis data curah hujan tahunan.

Berikut adalah metode untuk menganalisis data-data yang telah dikumpulkan, yaitu meliputi sebagai berikut:

a.       Menentukan daerah aliran sungai dari peta topografi

b.      Melakukan perhitungan curah hujan rata-rata dengan metode Polygon Thiessen

c.       Melakukan perhitungan standar deviasi

d.      Melakukan perhitungan rencana tinggi hujan

e.       Melakukan perhitungan intensitas hujan dengan metode Mononobe

f.       Melakukan perhitungan luas daerah aliran

g.      Melakukan perhitungan debit banjir rencana dengan metode Rasional

h.      Melakukan perhitungan dimensi drainase

i.        Menentukan bentuk penampang drainase

j.        Melakukan perhitungan RAB untuk pembuatan drainase

 

Hasil dan Pembahasan

A.   Data Curah Hujan Di Daerah Stasiun Bekasi

Pada penelitian ini data curah hujan yang digunakan meliputi 3 stasiun hujan yaitu Stasiun Bendung Bekasi, Cikeas, dan Kranji dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2012 � 2021).

 

Tabel 1

Data Curah Hujan Bulanan

No.

Nama Stasiun

Tahun

Bulan

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

1

Bendung Bekasi

2012

209

298

269

100

98

85,5

0

0

60

125

196

303

2013

447

256

124

137

219

87

240

26

50

80

109

420

2014

827

408

218

131

91

108

55

0

0

99

139

120

2015

197

332

139

101

47

8

5

0

12

0

50

111

2016

136

285

119

64

193

567

116

127

152

243

106

166

2017

240

339

300

213

47

115

27

0

31

81,5

141

58

2018

72,5

258

202

158

50

12

0

0

15

102

117

68,5

2019

237

95,5

156

178

82

10

0

0

0

15

43

153

2020

378

469

99

184

70,5

63

0

47

26,5

98

104

116

2021

210

495

161

137

120

79,5

25

86,5

98,5

98,5

143

175

2

Cikeas

2012

324

133

161

120

100

95

90

0

80

75

381

368

2013

432

253

251

182

226

50

235

65

0

119

202

358

2014

919

420

408

187

265

145

257

657

26

0

147

305

2015

402

554

304

176

108

61,5

0

4,5

0

0

121

235

2016

180

525

240

230

174

118

173

140

259

320

172

124

2017

290

785

311

532

100

45

42,5

0

24,5

255

252

268

2018

73

334

265

257

26

101

0

0

101

75

213

215

2019

262

217

278

471

123

0

0

0

0

250

241

352

2020

413

746

336

190

225

75,5

6

42,5

71,5

324

201

170

2021

252

726

378

295

359

309

90

89,5

131

215

401

333

3

Kranji

2012

350

103

108

50

40

45

90

250

0

0

97

96

2013

160

150

126

120

95

91

87

35

52

63

230

60

2014

299

83

127

114

164

31

90,5

0

9

48

81

253

2015

130

496

237

135

125

0

0

0

0

0

176

510

2016

139

400

181

139

188

148

104

207

102

424

101

111

Kranji

2017

366

592

246

267

0

96

5

0

20

50

263

180

2018

171

476

247

237

18

52

0

12

120

86

167

94

2019

315

129

240

261

135

86

75

0

0

0

81

270

2020

410

683

244

308

137

52

0

24

119

152

164

221

2021

391

709

262

154

102

73

23

131

55

169

166

251

(Sumber: BMKG dan Perum Jasa Tirta II)

 

B.   Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata

Untuk mendapatkan curah hujan maksimum suatu daerah aliran sungai maka perlu dilakukan perhitungan curah hujan rata � rata. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan metode Thiessen Polygon. Metode ini menghitung curah hujan rata � rata dengan cara mengalikan rata � rata hujan bulanan dengan luas daerah pada setiap pos hujan. Bobot stasiun hujan adalah hasil perhitungan luas daerah stasiun hujan dibagi dengan luas total wilayah Kota Bekasi.

C.   Perhitungan Standar Deviasi

Setelah melakukan perhitungan curah hujan rata � rata, langkah selanjutnya adalah memadankan data terhadap sifat � sifat khas dari masing � masing distribusi dengan pameter statistik.

Tabel 2

Hasil Perhitungan Parameter Statistik

Tahun

Xi

(Xi � X)2

(Xi � X)3

(Xi � X)4

2012

136,419

1211,653

-42176,193

1468102,918

2013

162,179

81,884

-740,972

6705,050

2014

205,474

1172,841

40166,037

1375557,152

2015

136,271

1221,949

-42714,899

1493158,270

2016

200,479

855,619

25027,685

732084,001

2017

187,464

263,607

4279,916

69488,608

2018

124,336

2198,778

-103103,173

4834624,039

2019

136,444

1209,869

-42083,067

1463782,381

2020

197,823

707,337

18812,192

500325,398

2021

225,386

2933,193

158858,669

8603620,079

Jumlah

1712,275

11856,730

16326,195

20547447,895

(Sumber: Data yang diolah)

 

Setelah menghitung parameter statistik, kemudian mencari nilai rata � rata, standar deviasi, koefisien variasi, koefisien skewness, koefisien kurtosis. Berikut adalah penguraian perhitungannya.

D.   Perhitungan Rencana Tinggi Hujan

Selanjutnya yaitu menghitung rencana tinggi hujan, hasil dari perhitungan ini akan digunakan untuk mencari debit banjir rencana. Nilai koefisien kemiringan (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck) memenuhi parameter distribusi metode Gumbel, sehingga metode yang digunakan untuk menghitung rencana tinggi hujan adalah metode Gumbel dengan rumus sebagai berikut:

Xt =

Dimana:

Xt : Curah hujan dengan periode T (tahun)

� �: Nilai rata � rata

�S : Standar deviasi

K : Hasil perhitungan Yt � Yn dibagi dengan nilai Sn

Xt =

��� = 174,408571 + 37,732130 x 1,095977

��� = 215,762126

 

Tabel 3

Hasil Perhitungan Rencana Tinggi Hujan

No.

T

S

K

XT

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

1

5

171,227541

36,296204

1,095977

211,007354

2

10

171,227541

36,296204

1,886233

239,690656

(Sumber: Data yang diolah)

E.   Perhitungan Intensitas Hujan

Untuk perhitungan intensitas hujan ini menggunakan metode Mononobe, dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

I = �

Keterangan:

R24����������� : Nilai curah hujan maksimum selama 24jam

t��� : Waktu Konsentrasi

Untuk nilai t didapatkan dari hasil persamaan berikut ini:

t = to + td

td =

Keterangan:

t��� = Waktu Konsentrasi

to� = Waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air mengalir melalui ����permukaan ke saluran terdekat

td� = Waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air disepanjang saluran

L�� = Panjang saluran

V� = Kecepatan rata � rata

Sehingga dapat diperoleh hasil:

to� = 10 menit

td� =

���������������� = 12 menit

t��� = 10 menit + 12 menit = 22 menit

Jika nilai t sudah diketahui, selanjutnya menghitung intensitas curah hujan dengan persamaan sebagai berikut:

I = �

I = �

�� = 37,726919 mm/jam

 

Tabel 4

Hasil Perhitungan Intensitas Hujan

No

Periode Ulang (T)

I (mm/jam)

(1)

(2)

(3)

1

5

37,726919

2

10

42,855330

�(Sumber: Data yang diolah)

F.    Perhitungan Luas Daerah Aliran

Hasil perhitungan luas daerah aliran digunakan untuk mencari nilai debit banjir rencana pada saluran yang akan dibuat. Berikut adalah persamaan untuk menghitung luas daerah aliran:

L = L1 + L2 + L3

Keterangan:

L = Batas daerah pengaliran yang diperhitungkan

L1 = Hasil pengukuran dari as jalan rel sampai bagian tepi perkerasan

L2 = Hasil pengukuran dari tepi perkerasan yang ada sampai tepi� bahu jalan

L3 = Tergantung dari keadaan daerah setempat & panjang maksimum 100m

Dimana:

100 m

1,5 m

3,3 m

L1 = 3,3 m x 1100 = 3630 m2

L2 = 1,5 m x 1100 = 1650 m2

L3 = 100 m x 1100 = 110000 m2

L = 3630 + 1650 + 110000 = 115280 m2 = 0,11528 km2

G.  Perhitungan Debit Banjir Rencana

Untuk memperkirakan debit banjir terbesar yang mungkin akan terjadi dalam kurun waktu tertentu, dihitung menggunakan metode rasional. Berikut adalah persamaan untuk menghitung debit banjir rencana:

Qn = �

Keterangan:

C : Koefisien pengaliran

I : Intensitas curah hujan

A : Luas daerah

Sehingga:

Qn =

����� = 0,906075 m3/det

����� = 906,0748 liter/det

 

Tabel 5

Hasil Perhitungan Debit Banjir Rencana

No

Periode Ulang (T)

Q (m3/det)

Q (liter/det)

(1)

(2)

(3)

(4)

1

5

0,906075

906,0748293

2

10

1,029242

1029,242186

�(Sumber: Data yang diolah)

H.   Perencanaan Penampang Drainase

Penampang drainase memiliki beberapa bentuk, diantaranya bentuk persegi, trapesium, dan lingkaran. Berikut adalah perhitungan untuk perencanaan penampang saluran drainase.

a.       Penampang saluran berbentuk persegi

Karena nilai yang didapat adalah nilai debit banjir rencana maka untuk perhitungannya menggunakan persamaan sebagai berikut.

Q = A x V

Dimana:

V =

R =

S =

Keterangan:

Q = Debit banjir rencana (m3/det)

A = Luas Penampang (m2)

R = Jari � jari hidrolik (m)

P = Keliling basah saluran (m)

S = Kemiringan muka aliran air dalam saluran (m)

n = Koefisien kekasaran

t1 = Elevasi tertinggi (m)

t2 = Elevasi terendah (m)

L = Panjang saluran (m)

Sehingga:

Q = A x �x �x

Q =

Dan diketahui dari data hasil perhitungan sebagai berikut:

Q = 0,906075 m3/det

n� = 0,013

t1� = 19,093

t2� = 16,219

L� = 1100 m

Q =

�=

=

=

=

x 3,4225 =

� x 3,4225

Sehingga:

B =

�� �=

� ���= �3,4225

�� ��=

��� �=� 0,672594132 m �� 672,5941 mm

Untuk tinggi saluran menggunakan asumsi 85% dari lebar penampang basah. Sehingga menjadi:

�h = 85% x B

��� = 85% x 0,672594132 m� = 0,57170512 m� � 571,7050 mm

Penampang saluran berbentuk trapesium

Langkah awal yaitu menghitung luas penampang saluran dengan rumus:

A = �

Keterangan:

A�������� : luas penampang

Q�������� : debit banjir rencana

V�������� : kecepatan yang diijinkan

b��������� : lebar penampang saluran trapesium

h��������� : tinggi saluran trapesium

m�������� : kemiringan saluran

Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

A = �

��� = 0,755062 m2

Jika nilai luas diketahui maka selanjutnya mencari lebar saluran (b) dan tinggi saluran (h) dengan rumus sebagai berikut:

�= h

b + 2h = 2 x h

b + 2h = 2h

b + 2h = 2h x 1,414214

b + 2h = 2,828427h

b = 2,828427h � 2h

b = 0,828427h

I.      Kecepatan Aliran

Dari hasil perhitungan perencanaan penampang drainase, dilanjutkan dengan mencari kecepatan aliran. Dimana kecepatan aliran ini sangat berpengaruh untuk perencanaan bentuk drainase. Berikut adalah persamaan untuk menghitung kecepatan aliran.

V =

R =

S =

Keterangan:

V = Kecepatan aliran air

Q = Debit banjir rencana (m3/det)

A = Luas Penampang (m2)

R = Jari � jari hidrolik (m)

P = Keliling basah saluran (m)

S = Kemiringan muka aliran air dalam saluran (m)

n = Koefisien kekasaran

t1 = Elevasi tertinggi (m)

t2 = Elevasi terendah (m)

L = Panjang saluran (m)

Perencanaan Desain Drainase

Perencanaan desain drainase pada km 25+500 sd km 26+600 menggunakan aplikasi software AutoCad, dengan memakai rencana bentuk persegi dan trapesium. Dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. 1 Desain Drainase

Bentuk Trapesium

 

�

 

 

 

 

��������

��������

 

Gambar 3. 2 Desain Drainase

Bentuk Persegi

 

 

 

 


Gambar 4. 1 Potongan Melintang Rencana KM 25 + 500 Untuk Rencana Drainase Berbentuk Trapesium

Perhitungan RAB Pembangunan Drainase

 

RAB (Rencana Anggaran Biaya) adalah perhitungan berapa banyak jumlah biaya yang dibutuhkan untuk membangun suatu bangunan. Untuk mendapatkan nilai RAB dibutuhkan volume pekerjaan dan analisis harga satuan pekerjaan. Berikut ini adalah volume pekerjaan dan analisis harga satuan pekerjaan yang diperlukan untuk membangun saluran drainase dengan bentuk penampang trapesium dan persegi, pada proyek DDT (Double-Double Track) Bekasi.

 

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan pada perencanaan ulang pembuatan saluran drainase, dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) Kondisi ruang bebas pada lintas Kranji-Bekasi km 25+500 sd 26+600 memenuhi standar yaitu 2,44 � 10,87 m dimana standar yang digunakan yaitu 2,35 � 2,53 m, sehingga dapat dibuat drainase. (2) Hasil dari perhitungan analisis hidrologi didapatkan debit banjir rencana dalam waktu 5-10 tahun. Untuk 5 tahun yaitu 0,906075 m3/det, sedangkan dalam waktu 10 tahun yaitu 1,029242 m3/det. (3) Desain yang diguanakan untuk saluran drainase baru adalah berbentuk trapesium dan persegi. Untuk desain trapesium menggunakan dimensi ukuran penampang basah 0,60 m dan tinggi saluran 0,70 m, sedangkan untuk desain persegi menggunakan dimensi ukuran penampang basah 0,70 m dan tinggi saluran 0,60 m. (4) RAB yang dibuat untuk pembangunan saluran drainase menggunakan 3 metode pengerjaan yaitu pengecoran dengan penampang trapesium, pengecoran dengan penampang persegi, dan pemasangan U-Ditch. Dari ketiga metode pengerjaan dapat dilihat yang lebih efisien, yaitu menggunakan metode pengecoran dengan penampang berbentuk trapesium. Dimana rencana anggaran biaya sebesar Rp 936.888.080.


DAFTAR PUSTAKA

 

Adiwijaya. (2016). Modul Perencanaan Drainase Permukaan Jalan. Bandung.

 

Anwar, S. H. (2016). Analisis Pengembangan Jalan Tidak Sebidang Antara Jalan Rel Kereta Api Dengan Jalan Tentara Pelajar Kota Cirebon. Jurnal Konstruksi Unswagati Cirebon, 199-210.

 

Aurdin, Y. (2019). Analisis Hujan Rancangan Pada Daerah Rawan Genangan Sepanjang Sistem Drainase Eksisting Kota Palembang (Studi Kasus Pembangunan Lrt Kota Palembang). Jurnal Tekno Global, 35-39.

 

Bc, A. Y. (2018). Analisis Jarak Pematah Arus Untuk Memperkecil Kecepatan Aliran Pada Sistem Drainase Jalan. Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, 941-952.

 

Bekasi, K. W. (2021). Standar Biaya Masukan Pemerintah Kota Bekasi Tahun Anggaran 2021. Indonesia.

 

Diana, R. (2021). Analisa Rencana Anggaran Biaya Terhadap Pelaksanaan Perumahan Dengan Melakukan Perbandingan Perhitungan Harga Satuan Bahan Berdasarkan Survey Lapangan (Studi Kasus: Perumahan Green Ratu Kota Mehuli Di Kota Tanjung Balai). Medan.

 

Hartini, E. (2017). Hidrologi Dan Hidrolika Terapan. Semarang.

 

Indonesia, K. P. (2017). Modul Analisis Harga Satuan Pekerjaan Dan Rencana Anggaran Biaya. Indonesia.

 

Indonesia, P. (N.D.). Peraturan Dinas No 10 PJKA. Indonesia.

 

Kurniawan, V. D. (2020). Analisis Kapasitas Jaringan Drainase Di Pasar Kemis Cikupa. Jurnal Mitra Teknik Sipil, 443-454.

 

Mahariyani, D. A. (2017). Perencanaan Ulang Desain Saluran Sistem Drainase Light Rapid Transit (Lrt) Pelayanan 1 Lintasan At Grade Ruas Cawang-Cibubur.

 

Melinda, M. (2021). Rencana Anggaran Biaya Dan Waktu Pelaksanaan Pada Reaktivasi Bangunan Stasiun Kereta Api Ponorogo (Lintas Madiun�Slahung). Madiun.

 

Permana, A. J. (2020). Analisis Sistem Drainase Perkotaan (Studi Kasus Jalan Stasiun Kota Bandung).

 

Pratiwi, R. D. (2016). Perencanaan Sabo Dam Tipe Terbuka (Tipe Lubang) Sebagai Bangunan Pengendali Sedimen Gunung Semeru Di Sungai Mujur Kabupaten Lumajang. Surabaya.

 

Rochmahadi. (1992). Alat Alat Berat Dan Penggunaannya. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

 

Salim, N. (2014). Evaluasi Drainase Kawasan Pada Areal Stasiun Kereta. 63-76.

 

Silitonga, B. (2019). Identifikasi Sistem Drainase Untuk Penanganan Banjir. Jurnal Rekayasa Konstruksi Mekanika Sipil, 35-42.

 

Sugiri, J. T. (2019). Kajian Kerusakan Drainase Kereta Api Akibat Pengaruh Infiltrasi Dan Limpasan Air Curah Hujan Pada Jalur St. Rancaekek Menuju St. Cimekar Daerah Operasional 2 Bandung. Jurnal Teknik Sipil, 77-80.

 

Suputra, I. G. (2016). Analisis Harga Satuan Pekerjaan Saluran Drainase Menggunakan Beton Precast U Ditch Dan Buis Beton U. Bali: Universitas Udayana.

 

Syakhril. (2015). Studi Kapasitas Drainase Pada Jalan Tanjung Limau Muara Badak. Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, 1-21.

 

Copyright holder:

Puspita Dewi, Yuwono Wiarco, Boriana Boradjieva (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: