Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober
2022
STRATEGI
PEMASARAN PELAYANAN CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS (CAPD) DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2023
�
Ni
Nyoman Diah Redyardani, Dumilah Ayuningtyas, Nur Eulis Fatimah
Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan, Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok,
Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis (PGK) meningkat setiap tahunnya, hal
ini juga diikuti dengan meningkatnya permintaan pelayanan Terapi Pengganti
Ginjal (TPG). Modalitas TPG sendiri sebenarnya tidak hanya hemodialisis, ada
pilihan modalitas lain seperti CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal
Dialysis) dan transplantasi ginjal. Menurut data Indonesian Renal
Registry (IRR) tahun 2018, TPG yang dipilih pasien PGK antara lain terbanyak
adalah hemodialisis (98%), sedangkan CAPD hanya sekitar 2%. Padahal dari segi
pembiayaan dan rancangan dari Kemenkes, CAPD lebih disarankan untuk
dikembangkan pelayanannya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
strategi pemasaran CAPD di RSUD Kota Bogor tahun 2023. Penelitian
ini menggunakan desain penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. RSUD Kota
Bogor memiliki segmen, target dan posisi yang baik untuk pengembangan pelayanan
CAPD, namun masih banyak pasien belum mengetahui tentang pelayanan CAPD ini.
Pembiayaan CAPD di RSUD Kota Bogor dapat dijamin oleh pembiayaan oleh BPJS,
namun belum dibuat biaya satuan CAPD. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan
oleh RSUD Kota Bogor dengan pendekatan pemberian informasi mengenai CAPD
melalui seminar awam, serta pelatihan dokter dan perawat dalam memberikan
edukasi kepada pasien.���������
Kata kunci: PGK, TPG,
CAPD, Strategi Pemasaran, RSUD Kota Bogor.
Abstract
Patients with Chronic Kidney Disease (CKD) are
increasing every year, this is also followed by an increasing demand for Renal
Replacement Therapy (RRT) services. The TPG modality itself is actually not
only hemodialysis, there are other modality options such as CAPD (Continuous
Ambulatory Peritoneal Dialysis) and kidney transplant. According to Indonesian
Renal Registry (IRR) data for 2018, the RRT chosen by CKD patients included the
most hemodialysis (98%), while CAPD was only around 2%. In fact, in terms of
funding and design from the Ministry of Health, it is recommended that CAPD be
developed for its services. The purpose of this research is to analyze the CAPD
marketing strategy at RSUD Kota Bogor in 2023. This research uses a descriptive
analytic research design with quantitative and qualitative approaches. RSUD Kota
Bogor has good segments, targets and positions for the development of CAPD
services, but there are still many patients who do not know about this CAPD
service. CAPD financing at RSUD Kota Bogor can be guaranteed by BPJS financing,
but CAPD unit costs have not been made. The marketing strategy that can be
carried out by RSUD Kota Bogor is with the approach of providing information
about CAPD through lay seminars, as well as training doctors and nurses in
providing education to patients.
Keywords: CKD, TPG, CAPD, Marketing Strategy, RSUD Kota Bogor.
Pendahuluan
����������� Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis
(PGK) meningkat setiap tahunnya (Sanjaya et al., 2019). Menurut data dari Indonesian Renal Registry (IRR), tindakan hemodialisa
pun semakin meningkat sejak periode 2007-2018 (Pernefri 2018). Hal ini juga diikuti dengan meningkatnya permintaan pelayanan Terapi
Pengganti Ginjal (TPG) (Darmawati et al., 2015). Modalitas Terapi Pengganti Ginjal (TPG) sebenarnya terdiri dari 2,
yaitu dialisis dan transplantasi ginjal (Rosyanti et al., 2021). Dialisis terbagi lagi menjadi dua jenis : Hemodialisis (HD) dan
Peritoneal Dialisis (PD) (Nurchayati, 2016). Namun menurut data IRR tahun 2018, hanya sekitar 2% pasien aktif yang
memilih TPG CAPD, sisanya 98% pasien memilih TPG Hemodialisis (Pernefri, 2018).
����������� Belum banyak unit renal yang
melayani CAPD di Indonesia, baru sekitar 82 unit renal dari keseluruhan unit
renal sebanyak 967. Pernefri sudah membuat kajian dan Kemenkes pun sudah
mencanangkan Pilot Project peningkatan cakupan CAPD nasional. Beberapa penelitian
dan kebijakan mengenai pelayanan CAPD menunjukkan perbandingan dengan tindakan hemodialysis
(Neti & Dominata, 2021). Dari segi biaya, dalam KMK No. HK.01.07/MENKES/642/2017 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Penyakit Ginjal Tahap Akhir,
dikatakan bahawa kebutuhan tindakan hemodialisis untuk pasien yang menjalani HD
rutin 2 kali seminggu, per tahunnya menghabiskan biaya sekitar Rp.78.240.000,-.
Sedangkan untuk CAPD membutuhkan biaya sekitar Rp.63.000.000,- untuk satu
pasien per tahunnya (KementerianKesehatan, 2017). Dari segi pembiayaan CAPD lebih murah jika dibandingkan dengan HD.
����������� RSUD Kota Bogor sebagai salah satu
rumah sakit rujukan di kota Bogor, selama ini telah melakukan pelayanan
hemodialisis, namun rekomendasi Kemenkes untuk diadakannya pelayanan CAPD baru
akan dilakukan tahun ini. Maka untuk mewujudkan rekomendasi tersebut, RSUD Kota
Bogor perlu melakukan strategi pemasaran untuk pelayanan CAPD. Dalam penelitian
ini, akan dilakukan analisis strategi pemasaran mana yang cocok untuk
dijalankan sebagai titik awal dimulainya pelayanan CAPD. Dengan pendekatan
strategi pemasaran yaitu Segmenting, Targeting, Positioning (STP) serta bauran
pemasaran diharapkan akan dapat dianalisis posisi serta pendekatan apa yang
dipilih untuk pemasaran pelayanan CAPD ini. Selain pendekatan tersebut, perlu
juga dilakukan analisis bauran pemasaran seperti : product, price, place, promotion.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
strategi pemasaran untuk pelayanan CAPD di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif (Sugiyono, 2014). Analisis deskriptif dilakukan
untuk mengetahui gambaran secara jelas tentang bauran pemasaran di Instalasi
Hemodialisa RSUD Kota Bogor. Data untuk pendekatan secara kuantitatif didapat
dengan menyebar kuesioner dan lembaran cek list indikasi dan kontraindikasi
CAPD. Data untuk pendekatan kualitatif didapat melalui wawancara dengan pasien
hemodialisis di RSUD Kota Bogor.
����������� Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembaran kuesioner, check list indikasi
dan kontraindikasi CAPD, dan lembar pertanyaan untuk informan. Dengan
menggunakan strategi Fred R.David sebagai awal pada tahapan analisis,
dilanjutkan dengan Segmenting, Targeting, dan Positioning, dan kemudian menentukan
bauran pemasaran yaitu dengan 4P (Product, Price, Place, Promotion).
����������� Metode
pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis data primer dan sekunder yang
diperoleh secara kuantitatif dan kualitatif. Data primer didapat dari lembar
kuesioner dan ceklist kepada pasien hemodialisis RSUD Kota Bogor. Data sekunder
diperoleh dari data pasien hemodialisis yang tercatat di Instalasi Hemodialisa
RSUD kota Bogor. Data primer kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam
dengan pasien hemodialisis. Data sekunder didapat dari laporan Indonesian Renal
Registry (IRR) Instalasi Hemdoialisa RSUD Kota Bogor.
����������� Peneliti
melakukan analisis data kualitatif dengan cara yaitu : semua hasil wawancara
dikumpulkan, kemudian dilakukan observasi, telaah dokumen dan melakukan diskusi
dengan pemangku kebijakan rumah sakit melalui CDMG.
Hasil dan
Pembahasan
Berdasarkan
hasil analisis segmentasi, target, dan posisi pasar pasien hemodialisis di RSUD
Kota Bogor di dapatkan yaitu :
Segmentasi Demografi
����������� Paisen
hemodialisis sebagian besar merupakan usia produktif yaitu sekitar 94%,
didominasi berjenis kelamin perempuan (54%), jenis pekerjaan didominasi oleh
ibu rumah tangga (33%) dan tingkat Pendidikan terbanyak adalah SMP yaitu
sekitar 35%. Dilihat dari tingkat pendapatan Sebagian besar pasien tidak
berpendapatan (70%).
Tabel 1
Segmentasi Demografi
Pasien Hemodialisis di RSUD Kota Bogor bulan Juni 2023
Frekuensi |
Presentase |
|
Usia |
||
0 - 17
tahun (anak-anak dibawah umur) |
0 |
0% |
18 - 65
tahun (pemuda) |
65 |
94% |
66 - 79
tahun (setengah baya) |
4 |
6% |
80 - 99
tahun (orang tua) |
0 |
0% |
Total |
69 |
100% |
Jenis
Kelamin |
||
Laki-laki |
32 |
46% |
Perempuan |
37 |
54% |
Total |
69 |
100% |
Jenis
Pekerjaan |
|
|
Tidak
bekerja |
15 |
22% |
PNS |
3 |
4% |
Pegawai
swasta |
3 |
4% |
Wiraswasta |
14 |
20% |
Ibu Rumah
Tangga |
33 |
48% |
Pensiunan |
1 |
2% |
Pelajar/Mahasiswa |
0 |
0% |
Lain-lain |
0 |
0% |
Total |
69 |
100% |
Tingkat
Pendidikan |
||
Tidak
Sekolah |
0 |
0% |
SD |
16 |
23% |
SMP |
24 |
35% |
SMA dan
sederajat |
21 |
30% |
Perguruan
Tinggi |
8 |
12% |
Total |
69 |
100% |
Tingkat
Pendapatan |
|
|
<2 juta |
|
|
2-5 juta |
16 |
23% |
>5 juta |
5 |
7% |
Tidak
berpendapatan |
48 |
70% |
Total |
69 |
100% |
Segmentasi Psikografis
Pada
segmentasi psikografis di atas menampilkan bahwa sumber informasi mengenai
hemodialisa RSUD Kota Bogor Sebagian berasal dari dokter rujukan atau puskesmas.
Kebanyakan pasien memilih hemodialisis di RSUD Kota Bogor karena alasan rujukan
RS atau puskesmas, dan penanggung biaya hemodialisis adalah BPJS Kesehatan
(100%).
Tabel 2
Segmentasi
Psikografis Pasien Hemodialisis di RSUD Kota Bogor Bulan Juni 2023
|
Frekuensi |
Persentase |
Sumber Informasi mengenai
Hemodialisis RSUD Kota Bogor |
|
|
Dokter rujukan/ puskesmas |
68 |
99% |
Keluarga/ kerabat |
1 |
1% |
Browsing internet |
0 |
0% |
Brosur/ spanduk |
0 |
0% |
Lain-lain |
0 |
0% |
Total |
69 |
100% |
Alasan Pasien memilih hemodialisis
di RSUD Kota Bogor |
||
Dekat rumah |
21 |
30% |
Rujukan RS/puskesmas |
28 |
41% |
Pelayanan yang bagus |
13 |
19% |
Dokter yang ahli |
1 |
1% |
Lain-lain |
6 |
9% |
Total |
69 |
100% |
Penanggung jawab biaya
hemodialisis |
|
|
BPJS |
69 |
100% |
Non BPJS |
0 |
0% |
Total |
69 |
100% |
Segmentasi Perilaku
Dilihat dari
data segmentasi psikografis dapat difokuskan kepada dokter perujuk atau
puskesmas dalam promosi pelayanan CAPD dan pemberian informasi kepada pasien
mengenai pilihan terapi CAPD ini. Segmentasi perilaku, dokter dan petugas hemodialisis
ternyata memiliki peran dalam sampainya informasi mengenai pelayanan CAPD. Pada
segmen perilaku juga didapat gambaran bahwa masih banyak pasien yang belum
mengetahui mengenai keberadaan pelayanan CAPD ini.
Tabel 3
Segmentasi
Perilaku Pasien Hemodialisis di RSUD Kota Bogor Bulan Juni 2023
|
Frekuensi |
Persentase |
Lama Hemodialisis di RSUD Kota
Bogor |
|
|
0-2 Tahun |
47 |
68% |
3-5 Tahun |
13 |
19% |
6-8 Tahun |
9 |
13% |
Total |
69 |
100% |
Pengetahuan
Pasien Mengenai Pelayanan CAPD |
|
|
Tahu |
24 |
35% |
Tidak
Tahu |
45 |
65% |
Total |
69 |
100% |
Sumber
Informasi Mengenai Pelayanan CAPD |
|
|
Keluarga |
0 |
0% |
Dokter/
Petugas RS |
16 |
23% |
Dokter
Rujukan/ Puskesmas |
6 |
9% |
Internet |
0 |
0% |
Brosur/
Spanduk |
0 |
0% |
Lain-lain |
2 |
3% |
Total |
24 |
34,8% |
Targeting
Target
pemasaran pelayanan CAPD adalah seluruh masyarakat Kota dan Kabupaten Bogor.
Berdasarkan pembiayan hemodialisis, target konsumen dalam pelayanan CAPD ini
adalah pasien BPJS , namun tidak menutup kemungkinan juga akan tetap
menargetkan kepada pasien asurasi atau tunai. Secara lebih khusus, target
pemasaran CAPD adalah sebagai berikut :
1. Pasien
Penyakit Ginjal Kronis Stadium 5 baru yang memerlukan Terapi Pengganti Ginjal.
2. Pasien
Penyakit Ginjal Kronis Stadium 5 yang sudah menjalani Hemodialisis (HD) tanpa
kontraindikasi CAPD dan mau beralih ke CAPD.
3. Pasien
Penyakit Ginjal Kronis Stadium 5 yang berusia golongan pemuda.
4. Pasien
Penyakit Ginjal Kronis Stadium 5 berjenis kelain perempuan.
5. Pasien
Penyakit Ginjal Kronis Stadium 5 dengan jenis pekerjaan Ibu Rumah Tangga.
6. Pasien
Penyakit Ginjal Kronis Stadium 5 yang masih aktif berkegiatan.
Tabel 4
Crosstabulation Pengetahuan Tentang Pelayanan CAPD dengan kesediaan
pasien hemodialisis beralih ke pelayanan CAPD
|
|
Bersedia |
Total |
|
|
|
Bersedia |
Tidak Bersedia |
|
Pengetahuan tentang pelayanan CAPD |
Tahu |
6 |
4 |
10 |
Tidak Tahu |
6 |
7 |
13 |
|
Total |
|
12 |
11 |
23 |
Pada tabel 5
didapatkan bahwa pasien yang sudah mengetahui pelayanan CAPD Sebagian besar
bersedia beralih ke CAPD, dan pasien yang tidak tahu lebih banyak yang tidak
bersedia beralih ke pelayanan CAPD.
Positioning
Saat ini
RSUD Kota Bogor adalah rumah sakit tipe B Pendidikan, artinya akan memposisikan
diri sebagai rumah sakit yang mengikuti perkembangan ilmu dan pengentahuan.
CAPD sebagai salah satu perkembangan dari pelayanan dialisis tentu akan menjadi
pertimbangan untuk dikembangkan di RSUD Kota Bogor saat ini. Saat ini pelayanan
CAPD di Kota Bogor belum sepenuhnya berjalan, sehingga diharapkan pelayanan
CAPD di RSUD kota Bogor dapat menjadi penggerak pelayanan CAPD di Kota Bogor,
Mengacu pada konsep 4P, didapatkan analisis sebagai berikut :
Product
Mengacu pada
hasil wawancara didapatkan bahwa sebagian besar pasien belum mengetahui
pelayanan CAPD dan dari sebagian lagi yang mengetahui pelayanan CAPD berasal
dari dokter atau petugas rumah sakit. Dalam pelayanan CAPD penting dilakukan
beberapa tahap, antara lain : (PERNEFRI, 2011)
1. Pemilihan
pasien oleh DPJP, yaitu oleh dokter spesialis penyakit dalam yang terlatih atau
dokter spesialis Sub Spesialis Ginjal Hipertensi berdasar kriteria pasien.
2. Pemasangan
akses peritoneal dialisis, yaitu pemasangan kateter Tenckhoff.
3. Pelatihan
pertitoneal dialisis kepada pasien, keluarga dan caregiver.
4. Pelatihan
dan evaluasi ulang setiap 6 bulan oleh Tim CAPD.
5. Penatalaksanaan
nutrisi.
6. Program
perawatan untuk mencegah komplikasi peritonitis.
7. Melakukan
monitoring dan evaluasi yang meliputi : Clinical Assessment (klinis,
laboratorium); Nutritional Assesment; Clearance Assesment;
Peritonitis Rate; Technique Survival; evaluasi kualitas hidup; Survival
Rate.
Price
Pembiayaan
untuk layanan CAPD sepenuhnya ditanggung oleh BPJS dan hal ini dimanfaatkan dengan
baik oleh seluruh pasien dialisis di RSUD Kota Bogor. Pembiayaan tersebut
terdiri dari:
1. Barang Habis
Pakai (BHP) seperti : transfer set, ultraclamp, titanium adaptor, tenckhoff,
dan cairan Dianeal.
2. Penggantian
transfer set yang dilakukan per 6 bulan.
3. Jasa
tindakan pemasangan tenckhoff oleh dokter nefrologis.
4. Jasa
konsultasi dalam pelatihan CAPD kepada pasien dan keluarga pasien.
5. Pemeriksaan
laboratorium terkait CAPD.
6. Perawatan
luka.
7. Kunjungan
rumah.
Namun saat
ini RSUD Kota Bogor belum mebuat perhitungan unit cost atau biaya satuan
untuk pelayanan CAPD
Place
Lokasi RSUD
Kota Bogor merupakan lokasi yang strategis karena terletak berbatasan dengan
kabupaten Bogor dimana cakupan konsumen menjadi lebih luas. Lokasi RSUD Kota
Bogor pun memudahkan pasien menjangkau pelayanan dengan menggunakan kendaraan
umum dan pribadi.
Promotion
Upaya promosi yang dilakukan RSUD
Kota. Bogor saat ini adalah :
1. Melakukan
seminar awam dengan membawa tema mengenai pelayanan CAPD dan rencana
dilakukannya pelayanan CAPD di RSUD Kota Bogor. Dengan seminar awam ini
diharapkan pasien memiliki pengetahuan mengenai pelayanan CAPD.
2. Melakukan
edukasi dan promosi pelayanan CAPD melalui sosial media yang dimiliki RSUD Kota
Bogor.
3. Melakukan
promosi kesehatan di ruang tunggu pasien di poli rawat jalan sebagai media
informasi.
4. Menayangkan
video edukasi dan pengetahuan mengenai pelayanan CAPD termasuk di dalamnya
menjelaskan mengenai penyakit ginjal dan pilihan terapinya.
Kesimpulan
Pasien hemodialisis didominasi pada
usia produktif, terhitung sekitar 94% dari total pasien. Mayoritas pasien
adalah perempuan (54%), dan pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga (33%),
dengan tingkat pendidikan tertinggi adalah SMP (35%). Khususnya, sekitar 70%
pasien tidak memiliki penghasilan.
Sumber informasi utama tentang
hemodialisis di RSUD Kota Bogor adalah melalui rujukan dari dokter atau
puskesmas. Sebagian besar pasien memilih hemodialisis di RSUD Kota Bogor karena
rujukan tersebut, dan biaya hemodialisis ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
peran dokter dan tenaga kesehatan sangat penting dalam memberikan informasi
tentang pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Namun,
masih banyak pasien yang tidak mengetahui keberadaan layanan CAPD.
Target pasar untuk mempromosikan
layanan CAPD adalah seluruh penduduk Kota dan Kabupaten Bogor. Target konsumen
utama layanan CAPD adalah pasien yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan, namun
tidak tertutup kemungkinan untuk menyasar pasien dengan jenis asuransi lain
atau yang membayar dengan uang tunai. Secara khusus, sasarannya meliputi pasien
baru Penyakit Ginjal Kronis Tahap 5 yang membutuhkan Terapi Penggantian Ginjal,
pasien Hemodialisis yang sudah ada tanpa kontraindikasi CAPD, pasien Penyakit
Ginjal Kronik Tahap 5 muda, pasien wanita, pasien yang bekerja sebagai ibu
rumah tangga, dan pasien yang terlibat aktif.
Karena RSUD Kota Bogor adalah Rumah
Sakit Pendidikan Tipe B, ia memposisikan dirinya sebagai fasilitas yang
mengikuti kemajuan terkini dalam pengetahuan medis. Memperkenalkan CAPD sebagai
layanan dialisis inovatif sejalan dengan posisi rumah sakit. Dengan layanan
CAPD pada tahap awal implementasi di Kota Bogor, RSUD Kota Bogor bertujuan
untuk memimpin dan mempromosikan layanan CAPD di daerah tersebut. Analisis 4P
menunjukkan bahwa layanan CAPD membutuhkan perencanaan dan implementasi yang
komprehensif, terutama dalam hal pengembangan produk, penetapan harga, dan
kegiatan promosi. Rumah sakit harus fokus mendidik calon pasien, memanfaatkan
media sosial untuk promosi, dan menyediakan video informatif tentang CAPD dan
penyakit ginjal.
BIBLIOGRAFI
Darmawati, D., Agustien, R., & Muflikhatin, S. K. (2015). Hubungan
antara Tingkat Spiritualitas dengan Tekanan Darah pada Pasien Hemodialisis di
Unit Hemodialisis RSUD Taman Husada Bontang 2015.
KementerianKesehatan. (2017). KMK RI No.
HK.01.07/MENKES/642/2017. 87.
Neti, D. F., & Dominata, A. (2021). Implementasi
Permenkes Nomor 812 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Penyelenggaraan Pelayanan
Hemodialisis di Indonesia. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan
Kesehatan, 1�19.
Nurchayati, S. (2016). Hubungan kecemasan dengan kualitas
hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 4(1), 1�6.
PERNEFRI. (2018). 11th report Of Indonesian renal registry
2018. Indonesian Renal Registry (IRR), 14�15.
PERNEFRI, 2011. (2011). konsensus-peritoneal-dialisis-pada-penyakit-ginjal-kronik-2011.
Rosyanti, L., Ibrahim, K., Hadi, I., & Fitria, N. (2021).
Eksplorasi Makna dan Pengalaman Seksualitas Pasien Gagal Ginjal Terminal
Dengan Hemodialisis.
Sanjaya, B., Santhi, D., & Lestari, A. A. W. (2019).
Gambaran Anemia Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP. SANGLAH Pada Tahun
2016. Udayana, E-Jurnal Med [Internet], 8(6).
Sugiyono. (2014). Memahami penelitian kuantitatif.
Copyright
holder: Ni
Nyoman Diah Redyardani, Dumilah Ayuningtyas, Nur Eulis Fatimah (2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |