Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 8, Agustus
2023
PENGARUH
PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA HASIL PENGELASAN PLAT ST� 37 PADA LAMBUNG KN. AE-012 DISTRIK NAVIGASI KELAS III PONTIANAK
Joni Rahmadi1, Fuazen2, Eko Julianto3,
Hasanudin4
1Politeknik Negeri Pontianak,
Indonesia, 2,3,4Universitas Muhammadiyah Pontianak, Indonesia
Email:[email protected],[email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Laju korosi
yang terjadi sangat mempengaruhi
terhadap sifat mekanik pada hasil pengelasan Plat ST 37 pada lambung
KN. AE-012 Distrik Navigasi
kelas III pontianak, terhadap kekuatan tarik, dan kekuatan bending pada benda kerja, daerah
HAZ, dan logam induk. Pengujian kekuatan sambungan pengelasan dengan Las Busur Listrik menggunakan kekuatan arus sebesar 120 Ampere pada bahan baja lunak
(ST 37) terhadap pengaruh perendaman air asin selama 20 hari, 35 hari dan 50 hari didapat nilai sebagai
berikut : [i] Pada lama perendaman 20 hari nilai kekuatan tariknya sebesar 202,08 N/mm2, 35
hari nilai kekuatan tariknya sebesar 215,42 N/mm2 dan 50 hari nilai kekuatan tariknya sebesar 221,46 N/mm2 ,
[ii] Untuk nilai kekuatan tarik pada perendaman 35 hari dan 50 hari memiliki nilai
yang cenderung semakin menaik, hal ini
agak berbeda dengan nilai kekuatan
tarik pada lama perendaman
20 hari yang cenderung semakin menurun nilai dari kekuatan
tarik tanpa perendaman. Pengaruh perendaman air asin terhadap nilai kekuatan bending pada baja lunak (ST 37), didapat bahwa : [i] Pada lama perendaman 20 hari nilai kekuatan bendingnya sebesar 1500 N/mm2 ,
35 hari nilai kekuatan bending sebesar 1845
N/mm2 dan 50 hari nilai kekuatan bendingnya sebesar 1460 N/mm2 , [ii] Untuk nilai kekuatan bending pada perendaman 35 hari memiliki nilai yang cenderung semakin meningkat mendekati nilai kekuatan bending tanpa perendaman, hal ini agak
berbeda dengan nilai kekuatan bending pada lama perendaman 50 hari yang cenderung jauh menurun di bandingkan tanpa perendaman.
Kata Kunci: Pengelasan; Korosi; Kekuatan
Abstract
In the current era of industrialization, welding techniques have been
widely used, covering the work of shipping, bridges, steel frames, pipelines
and so on, although this is not the main objective, it is a means to achieve a
better manufacturing process. so you have to really
pay attention to the suitability between the properties of the welding itself,
namely the strength of the connection and pay attention to the connection to be
welded, so that the results of the welding are as expected. Welding applications
include shipyard construction in the framework of making bodies and other
parts, so it is necessary to pay attention to the relationship to the corrosion
rate that occurs at welding joints. Seawater intrusion on steel construction
corrodes the structure due to the content of chloride and sulfate ions in
seawater which react to the chemical elements of the steel. So that the
corrosion rate that occurs greatly affects the mechanical properties of the ST
37 plate welding results on the KN hull. AE-012 Pontianak Class III Navigation
District, on tensile strength and bending strength in the workpiece, HAZ area,
and base metal. Testing the strength of the welding joints with Electric Arc
Welding using a current strength of 120 Amperes on mild steel material (ST 37)
against the effect of salt water immersion for 20 days, 35 days and 50 days the
following values are obtained: [i] At 20 days of
immersion time the value the tensile strength is 202.08 N/mm2 , 35 days the
tensile strength value is 215.42 N/mm2 and 50 days the tensile strength value
is 221.46 N/mm2 , [ii] For the tensile strength values at immersion of 35 days
and 50 days has a value that tends to increase, this is somewhat different from
the value of the tensile strength at 20 days immersion time which tends to
decrease the value of the tensile strength without immersion. The effect of
salt water immersion on the value of bending strength in mild steel (ST 37), it
was found that: [i] At 20 days of immersion the
bending strength value was 1500 N/mm2, 35 days the bending strength value was
1845 N/mm2 and 50 days the bending strength value was the bending strength is
1460 N/mm2 , [ii] The bending strength value at 35 days immersion has a value
that tends to increase closer to the bending strength value without immersion,
this is somewhat different from the bending strength value at 50 days immersion
which tends to decrease considerably at compare without immersion.
Keywords: Welding; Corrosion; Strength
Pendahuluan
Perkembangan zaman yang disertai oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini
menciptakan era globalisasi dan keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk
ikut serta didalamnya, sehingga sumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta
mampu mengaplikasikannya dalam setiap kehidupan (Elina, 2021);(Tsauri, 2013).
Penggunaan teknologi pengelasan banyak
dipergunakan karena, memiliki beberapa keutamaan yaitu bangunan dan mesin yang
dibuat dengan teknik penyambungan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam
pembuatan (LINGGA, 2018). Ruang lingkup penggunaan las
di antaranya perkapalan, jembatan, rangka baja, pipa saluran, dan lain-lain.
Oleh karena itu dalam perencanan yang menggunakan teknik pengelasan harus
betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari
sambungan sehingga sesuai apa yang diharapkan.
Pengelasan merupakan bagian tak
terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan industri karena memegang peranan utama
dalam rekayasa dan reparasi produksi logam, hampir tidak mungkin pembangunan
suatu pabrik tanpa melibatkan unsur pengelasan. Pada area industrialisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyak
dipergunakan secara luas pada penyambungan batang-batang pada konstruksi
bangunan baja dan konstruksi mesin (Bakhori, 2017). Luasnya penggunaan teknologi
ini disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik penyambungan
menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatanya.
Lingkup penggunaan teknik pengelasan
dalam bidang konstruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka
baja, pipa saluran dan lain sebagainya. Disamping itu proses las dapat juga
dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran,
membuat lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus
dan lain-lain. Pengelasan bukan tujuan utama dari konstruksi, tetapi merupakan
sarana untuk mencapai pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las harus
betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari sambungan dan memperhatikan sambungan yang akan
dilas, sehingga hasil dari pengelasan sesuai dengan yang diharapkan (Sompie & Papia, 2021).
Dalam memilih proses pengelasan harus
dititik beratkan pada proses yang paling sesuai untuk tiap-tiap sambungan las
yang ada pada konstruksi. Dalam hal ini dasarnya adalah efisiensi yang tinggi,
biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh mungkin.
Mutu dari hasil pengelasan di samping
tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri dan juga sangat tergantung dari
persiapan sebelum pelaksanaan pengelasan, karena pengelasan adalah proses
penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi
panas. Pada penelitian ini pengelasan yang digunakan las listrik. Hal ini
sangat erat hubungannya dengan arus listrik, ketangguhan, cacat las, serta
retak yang pada umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari
konstruksi yang dilas.
Maka dari itu untuk mengusahakan
terhadap hasil pengelasan yang baik dan berkualitas maka perlu memperhatikan
sifat-sifat bahan yang akan dilas. Untuk itu penelitian tentang pengelasan
sangat mendukung dalam rangka memperoleh hasil pengelasan yang baik.
Terwujudnya standar-standar yang teknik pengelasannya akan membantu memperluas
lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan konstruksi yang
akan dilas.
Untuk dapat mengetahui pengaruh hasil
pengelasan las listrik Pengaruh perendaman air laut terhadap sifat mekanik pada
hasil pengelasan Plat ST 37 pada lambung KN. AE-012� distrik navigasi kelas III Pontianak� pada pelat baja terhadap uji tarik dan uji
bending dari pengelasan maka perlu dilakukan pengujian terhadap benda uji hasil
dari pengelasan.
KN. AE 012 dibuat pada tahun 1954 di
PT. PAL Surabaya, KN. AE 012 berfungsi sebagai kapal kerja untuk merawat pelsu
dan ramsu yang ada di perrairan kalimantan barat untuk itu KN. AE 012 harus
selalu dalam keadaan baik kondisi kapalnya, untuk menjaga kondisi kapal tetap
keadaan baik harus diadakan perawatan kapal di Dok King Distrik Navigasi Kelas
III Pontianak. Pada setiap tahun. Permasalahan yang sering terjadi di KN. AE
012 adalah pada sambungan pengelasan yang selalu terjadi kebocoran, perawatan
yang sering dilakukan adalah sebagai berikut, perawatan lambung kapal yang
terdiri dari, pengecatan kapal penggantian Plat, perawatan mesin, perawatan as propeler.
Perawatan propeler, dan perawatan
kemudi, dari perawatan kapal diatas ada sesuatu yang sering di abaikan yaitu
seperti pengecatan dan penggantian Plat sampai pengelasan lambung Kapal KN. AE
012, dan dan dapat kita lihat kapal ini sudah cukup tua dan berumur maka saya
sebagai mahasiswa akademisi ingin mengetahui dampak dari pengelasan terhadap
perendaman air laut (Hasanudin, 2013). Karena sesuai dengan
permasahan yang sering di abaikan dalam pengatian Plat dan pengelasan terhadap
Plat Lambung Kapal KN. AE 012.
Intrusi air laut dapat memberikan efek
yang merugikan untuk komponen Struktural Konstruksi baja (Sompie & Papia, 2021). Hal paling membahayakan
adalah timbulnya korosi pada struktur akibat kandungan ion klorida dan sulfat
pada air laut yang bereaksi terhadap unsur kimia baja.
Korosi adalah penurunan mutu logam
akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya (Anwar & Widodo, 2017). Korosi berkaitan dengan
logam, karena hampir semua logam merupakan bahan yang mudah mengalami korosi.
Baja merupakan suatu bahan yang mudah mengalami korosi (Sriwardani, Ranto, Rohman,
& Basori, n.d.). Korosi baja adalah sebuah
proses elektrokimia. Sel korosi terbentuk karena perbedaan konsentrasi ion dan
gas di sekitar logam (Gapsari, 2017). Secara normal, baja akan
mempunyai lapisan film tipis FeO.OH pada permukaannya yang akan membuat baja
pasif terhadap proses korosi.
Pemilihan sambungan yang kurang tepat,
pemilihan diameter kawat las, dan mungkin yang disebabkan faktor manusianya,
dapat menyebabkan hasil pengelasan kurang maksimal. Oleh karena itu penulis
mencoba melakukan pengelasan dan pengujian terhadap plat 8 mm tersebut sebagai
bahan ujinya, yang nantinya dapat memberikan penganalisaan bahan tersebut jika
diaplikasikan kepenyambungan pada pengelasan. Dari hasil pengelasan kemudian
dilakukan pengujian diantaranya uji perendaman air Laut, uji tarik, serta
dilakukan juga uji Bending dari hasil pengelasan tersebut.
Metode Penelitian
1. Diagram
Alir Penelitian
Gambar 1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
2. Bahan
Dan Alat
1)
Bahan Uji Yang Digunakan
Didalam penelitan
ini bahan uji yang digunakan adalah pelat baja St 37. dengan ukuran 200 mm � 40 mm � 8
mm dengan jumlah 6 (enam) specimen dengan nol hari perendaman
air laut, ukuran 200 mm �
40 mm � 8 mm dengan jumlah
9 (sembilan) 20 hari perendaman air laut specimen. dan
ukuran 200 mm � 40 mm � 8 mm dengan
jumlah 9 (sembilan)
specimen dengan 35 hari perendaman air laut. dan ukuran 200 mm � 40 mm � 8 mm dengan
jumlah 9 (sembilan ) specimen dengan 50 hari perendaman air laut.
Gambar 2 Benda Uji setelah dilas
2)
Alat Uji Yang Digunakan
Perlatan-peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah
sebagai berikut:
a)
Gergaji
Gergaji digunakan
untuk memotong plat (benda kerja) sesuai
dengan ukuran yang diinginkan.
Gerinda digunakan untuk menghaluskan sisi pada plat setelah dipotong (agar sisi-sisinya tidak tajam).
c)
Mesin Las
Mesin las yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin
las busur listrik dengan arus 60 � 300 A Type BXI �
300 � 2 PRIM VOLTAGE 380/200 V Made in China.
d)
Alat Uji Tarik
Alat uji yang digunakan adalah alat mesin
uji tarik Universal model Testing Machine Merk
GALDABINI Made in Italia.
Gambar 3 Alat Uji Tarik
3)
Proses Pengelasan Benda
Uji
�
Bahan������������� :
Plat Baja ST 37
�
Ukuran����������������������� : Panjang 200 mm x Lebar 40 mm x Tebal 8 mm
�
Mesin Las������ : Las Busur Listrik BXI-300-2 PRIM
Voltage
: 380/200V SE. CURENTRANCE 60-300 A
� Arus Listrik���� :
120 Ampere
�
Jenis Elektroda: JIZ D4313
�
Logam Pengisi:
Mild Steel (Baja Lunak)
�
Jenis Kampuh: Kampuh V
Tabel 1
Spesifikasi Elektroda Mild
Steel (Baja Lunak)
Tipe Spesifikasi |
Ukuran (mm) |
Ampere |
Komposisi logam las (%) |
Keterangan Pemakaian |
RD-260 AWS A 5.1 E6013 JIS Z 3211 D4313 |
2,0 2,6 3,2 4,0 5,0 |
30-80 60-110 80-140 120-190 160-230 |
C 0,06 P 0,016 Si 0,29 |
Digunakan
untuk las konstroksi umum (kelas 42 Kgf/mm2, baja
ST.41). Jenis salutan: High Titania. YP: 49,5 Kgf/mm2, TS: 52,6 Kgf/mm2;
E 28,6 %; CIV (OC): 8,8 Kgf-m. Posisi las; Semua posisi. Penetrasi sedang, alur las bagus, asap las sedikit, terak mudah lepas.
Keistimewaan: mudah digunakan dan baik sekali untuk pengelasan posisi vertikal turun. Cocok untuk Konstruksi
kapal, otomotif, pipa. Arus: AC, DC � |
Benda uji pelat baja ST 37 ukuran 200 mm x 10 mm
x 8 mm, dengan kampuh V tunggal sudut 60O dilakukan proses pengelasan dengan menggunakan las listrik masing-masing 3 (Tiga) speciment, dirapatkan dengan mendekatkan elektroda kebenda uji sehingga menyebabkan terjadinya busur listrik.
3. Persiapan Benda Uji
a) Benda Uji Pengelasan
Menyiapkan benda uji pelat baja ST 37 yaitu sebagai berikut:
1. Ukuran Material yang akan digunakan untuk pengelasan: 200 mm x 40 mm x 8 ���mm
2. Pada ujung-ujung specimen yang akan disambung dengan las dibuat kampuh V dengan sudut 60O
3.Pelaksanaan pengelasan dilakukan pada plat
ST37 untuk 24 benda uji dan
menggunakan pengelasan yaitu las listrik. dengan menggunakan� arus
normal 120 Volt yang kemudian benda
uji didinginkan melalui udara terbuka.
b)
Benda Uji Tarik
Benda pengujian tarik tahap pembentukan
dibuat dengan mesin sekrap tipe
ZBK 22007-88 buatan Taiwan. Untuk
daerah lasannya digerinda sampai rata dengan logam induk
kemudian dibuat ukuran untuk pengujian
tarik. Ukuran dari benda uji tarik dapat dilihat
dibawah ini.
Gambar 4 Benda Uji Tarik Standar JIZ D4313
4. Pengujian
a)
Pengujian Tarik
Pengujian tarik
bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik dari logam
induk setelah mengalami proses pengelasan. Pengujian tarik dilakukan dengan jalan memberikan beban tarik pada batang uji secara perlahan-lahan sampai benda uji terputus atau patah. Peralatan
yang digunakan untuk pengujian tarik adalah alat uji tarik dan jangka sorong. Mesin yang digunakan dalam pengujian ini adalah
Alat uji yang digunakan adalah
alat mesin uji tarik Universal model Testing Machine Merk GALDABINI Made in
Italia.
Langkah-langkah Pengujian Tarik
1)
Menandai benda
kerja dan las listrik
2)
Menentukan beban yang digunakan yaitu 10000 N, kemudian menentukan panjang total dan lebar benda
3)
Nyalakan saklar
power utama sehingga lampu indikator menyala
4)
Pastikan handle load kontrol pada posisi stop
5)
Letakkan alat
bantu pada permukaan alat uji dan plat penahan
6)
Pastikan jarum
penunjuk pada posisi nol
7)
Pastiakan pencekam
pada lower crosshead dan naikkan lower crosshead dengan menekan tombol up crosshead sehingga dapat mencekam benda uji tarik dengan baik
8)
Atur kecepatan pembebanan
9)
Jarum indikator beban akan bergerak
terus hingga mencapai titik max load dari benda uji yang diuji kemudian mengalami penurunan dan putusnya benda kerja
10)
Catat pembebanan dan pertambahan Panjang
11)
Kemudian lepaskan
benda uji dari tempat pencekam
b)
Pengujian Bending (Bending Test)
Uji Bending (bendingtest) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan lasbaik di weld metal maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa factor yang harus diperhatikan, yaitu :
1)
Kekuatan tarik (Tensile
Strength)
2)
Komposisi kimia dan strukturmikro terutama kandungan Mn dan C
3)
Tegangan luluh (yield)
4)
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan menjadi 2 yaitu transversal bending dan longitudinal
bending.
c)
Alat uji Bending
Alat uji yang digunakan adalah alat mesin uji tarik Universal model Testing Machine Merk GALDABINI Made in
Italia.
Gambar
5 Face Bend pada transversal Bending
d)
Benda Uji
Bending
Benda pengujian Bending tahap pembentukan dibuat dengan mesin
Grinda Tipe Ds D 9201 Merk Metabo
buatan Jerman. Ukuran dari benda uji bending dapat dilihat dibawah
ini.
Gambar 6 Benda Uji bending Standar JIZ D4313
e)
Langkah Langkah Uji Bending
Tahapan pengujian
bending dilakukan sesuai dengan Langkah berikut:
1)
Mengukur dimensi
specimen meliputi panjang, lebar, dan tebal sesuai standard JIZ D4313.
2)
Pemberian label pada setiap spesimen yang telah diukur untuk
menghindari kesalahan pembacaan.
3)
Menghidupkan mesin bending untuk melakukan pengujian bending.
4)
Pemasangan spesimen uji tepat di tengah kedua tumpuan
dan pastikan idekator tepat di tengah kedua tumpuan.
5)
Pemasangan dial indicator dengan melakukan kalibrasi ulang pada posisi 0 mm yang digunakan untuk menghitung besarnya defleksi (1 putaran = 1 mm) pada specimen.
6)
Mencatat besar
defleksi setiap 1mm untuk 1 putaran dengan kecepatan konstan dalam setiap
penambahan beban sampai terjadi kegagalan.
7)
Setelah mendapatkan
data hasil pengujian dilanjutkan dengan perhitungan kekuatan bending.
Hasil dan Pembahasan
Di dalam bab
ini akan dibahas tentang pengaruh perendaman air laut dalam rentang waktu
tertentu terhadap sifat mekanik pada hasil pengelasan pada baja karbon rendah
(ST 37), pengelasan menggunakan Las Busur Listrik, dimana kekuatan arus yang digunakan
120 Ampere, jenis elektroda yang digunakan adalah JIZ D4313, logam pengisi
menggunakan baja lunak (mild steel)
dan jenis kampuh V.
Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Liki Hambali �Skripsi Tahun 2012, Pengaruh
Perendaman Air Laut Terhadap Karakterisktik Bahan ST 40 Hasil Pengelasan
Listrik SMAW�, bahwa pengaruh lamanya perendaman air asin membuat kekuatan
bahan yaitu kekuatan tariknya mengalami penurunan seiring dengan waku
perendaman, dalam artian semakin lama perendaman maka kekuatan tarik suatu
bahan akan semakin menurun.
1. Pengujian Tarik
a) Hasil Pengujian
Tarik
Adapun
hasil pengujian tarik yang telah dilakukan terhadap baja karbon rendah
(ST 37) dengan penyambungan
pengelasan busur listrik ber-arus 120 Ampere dengan lama perendaman air asin 20 hari, 35 hari dan 50 hari itu adalah sebagai
berikut:
Tabel
2
Hasil
Pengujian Yang Telah Dilakukan
Pada Benda Uji
No. |
Lama Perendaman (hari) |
Tegangan Tarik (N/mm2) |
1 |
0 |
233,96 |
2 |
20 |
202,08 |
3 |
35 |
215,42 |
4 |
50 |
221,46 |
Gambar 7 Grafik Pengaruh
Waktu Perendaman Terhadap
Kekuatan Tarik
Dari tabel dan grafik pada kekuatan tarik didapat analisa
bahwa untuk perendaman menggunakan air asin yang lama perendaman 50 hari memiliki nilai
kekuatan tarik yang paling tinggi yaitu sebesar
221,46 N/mm2, sementara kekuatan yang paling rendah adalah pada perendaman air asin dengan lamanya
20 hari yaitu sebesar 202,08 N/mm2.
Dari analisis di atas ternyata terdapat
variasi perubahan kekuatan tarik untuk suatu bahan,
dalam hal ini baja karbon
rendah (ST 37) jika direndam pada air asin. Walaupun dalam proses pengujian ini terdapat
satu titik pengujian, yaitu lamanya perendaman 35 malahan memiliki nilai kekuatan tarik yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan kekuatan tarik tanpa perendamann
(215,42 N/mm2> 233,96 N/mm2).
Sedangkan 50 hari
malahan memiliki nilai kekuatan tarik yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan kekuatan tarik tanpa perendamann
(221,46 N/mm2> 233,96 N/mm2). Namun
secara umum dikarenakan pengaruh korosi yang timbul akibat dari perendaman
air asin nilai kekuatan tarik dari baja karbon
rendah (ST 37) cenderung menurun, hal ini
dapat dilihat pada 3 (tiga) titik pengujian
yaitu lama perendaman 20 hari sebesar 202,08 N/mm2,
lama perendaman 35 hari sebesar 215,42 N/mm2. Sedangkan
perendaman pada 50 hari
221,46 N/mm2.
Pengujian perendaman
dengan air laut dalam pengujian ada satu kesalahan
dengan perendaman yang bersamaan maka dalam tabel grafik
trandine Line dapat dapat kita baca
dan dilihat nilai
rata-rata. Spesimen pengujian
perendaman untuk mendapatkan nilai rata-rata hasil dari pengujian
empat spesimen tersebut.
b) Pembahasan
Dari diagram tegangan tarik bahwa pegujian
yang dilakukan perendaman 0
hari, 20 hari, 35 hari, dan 50 hari bahwa ada terjadi
sesuatu kesalahan dimana pada saat perendaman dilakukan bersamaan dengan 0 hari, 20 hari, 35 hari, dan 50 hari sebaiknya dilakukan perendaman mundur harinya untuk perendaman
yang lebih pendek untuk mengurangi kesalahan pengujian seperti yang terdapat pada grafik di atas ada terjadi kesalahan
perendaman yang 20 hari lebih rendah kekuatan
tariknya di bandingkan yang
50 hari dikarenakan pada saat melakukan pengujian ada salah satu kesalahan pada saat perendaman 20 hari lebih rendah
karena lamannya menunggu proses pengujian selesainya pengujian yang 50 hari, sehingga yang 20 hari tersebut terjadi
oksidasi yang cukup lama sehingga perendaman 20 hari terjadi korosi
yang lebih tinggi, karena lama ber oksidasi dengan udara bebas.
Sedangkan dari
diagram tegangan tarik 35 hari dapat dilihat
nilainya pengujian lebih tinggi dibandingkan
dengan perendaman yang 20 hari dan lebih rendah dari perendaman
yang 50 hari hal ini ini diakibatkan
terjadinya kesalahan pegujian bersamaan yang dilakukan 50 hari sehingga 35 hari lama menunggu pengujian karena menunggu selesainya pengujian yang 50 hari, sehingga pengujian yang 35 hari terjadi oksidasi, sehingga terjadinya korosi yang lebih tinggi, karena lamanya beroksidasi dengan udara bebas
sehingga terjadi korosi, untuk perendaman
yang 50 hari lebih kecil karena tidak
lama beroksidasi dan tidak menunggu pengujian dan langsung diadakan pengujian sehingga spesimen yang 50 hari tidak lama beroksidasi dengan udara bebas
sehingga korosi lebih kecil.
2.
Pengujian Bending
1)
Hasil Pengujian Bending
Adapun
hasil pengujian bending
yang telah dilakukan terhadap baja karbon
rendah (ST 37) dengan penyambungan pengelasan busur listrik ber-arus
120 Ampere dan lama perendaman air asin 20 hari, 35 hari dan 50 hari itu adalah sebagai
berikut:
Tabel
3
Hasil
Pengujian Yang Telah Dilakukan
Pada Benda Uji
No. |
Lama Perendaman (hari) |
Tegangan Bending (N/mm2) |
1 |
0 |
1675 |
2 |
20 |
1500 |
3 |
35 |
1845 |
4 |
50 |
1460 |
Gambar 8 Grafik Pengaruh
Waktu Perendaman Terhadap
Kekuatan Bending
Pengujian perendaman
dengan air laut dalam pengujian ada satu kesalahan
dengan perendaman yang bersamaan maka dalam tabel grafik
trandine Line dapat dapat kita baca
dan dilihat nilai rata-rata
Spesimen pengujian perendaman untuk mendapatkan nilai rata-rata hasil dari pengujian
empat spesimen tersebut.
Dari tabel dan grafik pada kekuatan bending didapat analisa bahwa nilai kekuatan
bending proses perendaman 35 hari
memiliki nilai yang paling tinggi yaitu sebesar
1845 N/mm2, sementara kekuatan
bending yang paling rendah terdapat
pada lama perendaman 50 hari
yaitu sebesar 1460 N/mm2.
Dari analisis di atas ternyata variasi
perubahan kekuatan bending terhadap pengaruh lamanya perendaman air asin memiliki karakteristik
setelah 20 hari perendaman terjadi penurunan kekuatan bending, hal ini dapat
kita lihat nilai kekuatan bending pada titik lamanya perendaman
35 hari terjadi kenaikan yaitu sebesar 1845 N/mm2 dan titik
lamanya perendaman 50 hari yaitu sebesar
1460 N/mm2, sehingga terjadi
penurunan kekuatan bendingnya kembali.
Dari diagram tegangan
bending bahwa pengujian dilakukan pada saat melakukan perendaman 0 hari, 20 hari, 35 hari, dan 50 hari bahwa ada terjadi
kesalahan dimana pada saat perendaman dilakukan bersamaan dengan hari yang lebih lama seperti 0 hari, 20 hari, 35 hari, dan 50, sebaiknya dilakukan perendaman mundur harinya, untuk perendaman yang lebih pendek dilakukan
belakangan untuk mengurangi kesalahan pengujian seperti terdapat pada grafik diatas, ada terjadi
kesalahan 35 hari lebih tinggi kekuatan
bendingnya dari 0 hari karena pada saat pengelasan tidak jauh dari
faktor manusia untuk melakukan pengelasan seperti capek, tinggkat kesetresan, juga tidak jauh dari kebiasaan
orang melakukan pengesalan
dan jam terbang pengelasan, untuk
menghindari kesalahan sebaiknya pengujian seperti ini menggunakan
mesin las permesinan, sehingga kecil kemungkinan kesalahan dalam pegujian.
Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Liki Hambali
�Skripsi Tahun 2012, Pengaruh Perendaman Air Laut Terhadap Karakterisktik Bahan ST
40 Hasil Pengelasan Listrik SMAW tahun
2012�, bahwa pengaruh lamanya perendaman air asin membuat kekuatan
bahan yaitu kekuatan tariknya mengalami penurunan seiring dengan waku perendaman, dalam artian semakin
lama perendaman maka kekuatan tarik suatu bahan akan
semakin menurun. Terdapat perbedaan antara pengelasan 120 A dan 190 A
jika dilihat dari struktur makro
bahan, struktur makro dari perlakuan
pengelasan dengan arus 120 A memiliki banyak pori-pori karena untuk pengelasan
plat dengan tebal 8 mm, elektroda las lebih cepat membeku sehingga
menimbulkan banyak pori-pori.
Lain halnya dengan pengelasan 190 A, terlihat pengisian elektroda benar-benar padat sehingga menghasilkan sedikit rongga pada daerah HAZ nya. Pada arus yang tinggi laju pendinginan
akan lebih lama sehingga struktur AF yang tebentuk akan lebih
banyak sehingga meningkatkan ketangguhan pada daerah HAZ hal ini sesuai dengan
data uji tarik. Dari kedua analisis di atas dapatlah diketahui bahwa arus yang paling baik adalah dilakukan
pengelasan 190 amper dan tanpa dilakukan perendaman. Ternyata air asin sangat mempengaruhi kekuatan tarik dari baja karbon
ST 40. Semakin lama dilakukan
perendaman akan semakin menurun kekuatan tarik dari baja karbon
ST 40, yang disebabkan korosi
yang mempengaruhi struktur dari baja ST 40 tersebut.
Studi Pengaruh Perlakuan Panas Pada Hasil Pengelasan
Baja ST37 Ditinjau Dari Kekuatan Tarik Bahan, Pengarang Imbarko, E6013, SMAW, OLi SAE 40, Pengerasan, Pelunakan, tahun 2009, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas yaitu pengerasan dan pelunakan pada hasil pengelasan baja ST37 ditinjau dari kekuatan
tarik bahan. Proses pengerasan dan pelunakan dilakukan pada suhu 850 0C dan untuk proses pengerasan digunakan media pendingin Oli Mesran SAE 40.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimental dengan menggunakan Baja ST37 produksi
PT. KRAKATAU STEEL sebagai bahan
spesimen uji tarik. Spesimen uji tarik disiapkan sesuai standard ASTM
E8. Baja ST37 yang digunakan adalah
dalam golongan low carbon
steel dengan komposisi kimia C = 0,12 %, Si = 0,10 %, Mn = 0,50 %, S = 0,05 %, P =
0,04 %, Al = 0,02 %, Cu = 0,10, dan yang sisanya Fe.
Logam sesuai
geometri spesimen ASTM E8 dipotong dan dilas dengan arus 80 A menggunakan las SMAW DC elektroda
E6013 diameter 2,6 mm dengan tipe
sambungan yang digunakan adalah butt joint. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa nilai kekuatan
tarik pada metal dasar adalah sebesar 46,05 kg/mm2.
Nilai kekuatan tarik paling
rendah adalah 33,13 kg/mm2 terjadi pada perlakuan pelunakan yang berarti mengalami penurunan sebesar 28,06 % dari kelompok metal dasar.
Sedangkan kekuatan
tarik yang paling tinggi terjadi pada perlakuan pengerasan dengan media pendingin Oli Mesran SAE 40 sebesar 49,53 kg/mm2 yang berarti
mengalami peningkatan kekuatan tarik sebesar 7,56 % dari metal dasar. Untuk nilai
pertambahan panjang paling tinggi adalah 40,10 % terjadi pada metal dasar. Nilai pertambahan panjang paling rendah adalah 15,43 % terjadi pada perlakuan pengerasan yang berarti mengalami penurunan sebesar 61.52 % dari kelompok metal dasar. Bentuk penampang patahan yang terjadi dalam pengujian tarik baja ST37 pada spesimen original, spesimen las
original, dan spesimen las diikuti
dengan perlakuan pelunakan merupakan patahan ulet.
Sedangkan bentuk
penampang yang terjadi pada
spesimen las diikuti dengan perlakuan pengerasan merupakan patahan getas. Pada penelitian ini ada ditemui
perbedaan nilai pengukuran pada setiap kelompok las tanpa perlakuan panas, kelompok las dengan perlakuan panas untuk pengerasan dan kelompok las dengan perlakuan panas untuk pelunakan. Perbedaan tersebut terjadi dipengaruhi akibat beberapa hal antara lain: geometri spesimen, distribusi panas daerah HAZ yang tidak merata, hasil las yang tidak merata, dan tegangan sisa pada hasil las.
Perbandingan Perbandingan Uji Tarik, Uji Kekerasan,
dan Proses Metalografi Pada Material Baja ST37 Dan
S45C Nama Santoso, Baja Karbon; Perbandingan Uji; Metalografi tahun 2008, Untuk memenuhi keinginan dan selera konsumen diperlukan usaha-usaha manusia dengan melakukan pemilihan bahan yang memiliki standar mutu yang baik. Baja karbon dapat menjadi
prioritas yang utama untuk dipertimbangkan karena baja karbon
mudah diperoleh, mudah dibentuk atau sifat permesinannya
baik dan harganya relatif murah. Untuk itu, dalam
penelitian ini digunakan 2 (dua) jenis baja karbon, yaitu
Baja ST37 dan Baja S45C.
Namun untuk memperoleh produk baja karbon yang berkualitas, penulis perlu melakukan pengujian terhadap kedua unsur baja
tersebut dengan tujuan adalah untuk
mengetahui nilai kekerasan, kekuatan tarik, dan struktur mikro. Dari hasil perbandingan uji yang dilaksanakan,
diperoleh data yang menunjukkan
bahwa baja S45C yang diuji kekerasan dan kekuatan tariknya mempunyai nilai rata-rata kekerasan dan kekuatan tarik yang lebih besar dibandingkan dengan baja ST37. Pada uji Metalografi dari baja S45C terlihat bahwa besar butiran
struktur mikronya lebih halus atau
kecil dibanding dengan baja ST37.
Kesimpulan
Dari proses
pengujian kekuatan sambungan pengelasan dengan Las Busur Listrik menggunakan
kekuatan arus sebesar 120 Ampere pada bahan baja lunak (ST 37) terhadap
pengaruh perendaman air asin selama 20 hari, 35 hari dan 50 hari didapat nilai
sebagai berikut :
1.
Pengaruh perendaman
air asin terhadap nilai kekuatan tarik pada baja lunak (ST 37), didapat bahwa:
a)
Pada lama perendaman 20 hari nilai kekuatan
tariknya sebesar 202,08
N/mm2, 35 hari nilai
kekuatan tariknya sebesar 215,42 N/mm2 dan 50 hari
nilai kekuatan tariknya sebesar 221,46 N/mm2.
b)
Untuk nilai
kekuatan tarik pada perendaman 35 hari dan 50 hari memiliki nilai
yang cenderung semakin menaik, hal ini
agak berbeda dengan nilai kekuatan
tarik pada lama perendaman
20 hari yang cenderung semakin menurun nilai dari kekuatan
tarik tanpa perendaman.
2.
Pengaruh perendaman
air asin terhadap nilai kekuatan bending pada baja lunak (ST 37), didapat bahwa:
a)
Pada lama perendaman 20 hari nilai kekuatan
bendingnya sebesar 1500
N/mm2, 35 hari nilai
kekuatan bending sebesar
1845 N/mm2 dan 50 hari nilai
kekuatan bendingnya sebesar 1460 N/mm2.
b)
Untuk nilai
kekuatan bending pada perendaman
35 hari memiliki nilai yang cenderung semakin meningkat mendekati nilai kekuatan bending tanpa perendaman, hal ini agak berbeda
dengan nilai kekuatan bending pada lama perendaman
50 hari yang cenderung jauh menurun di bandingkan tanpa perendaman.
Eko Santoso. 2012, �Pengaruh Variasi Arus
Pengelasan Terhadap Kekerasan Pada Baja ST 60�, Grafika, Bandung.
Liki Hambali �Skripsi Tahun 2012, Pengaruh
Perendaman Air Laut Terhadap Karakterisktik Bahan ST 40 Hasil Pengelasan
Listrik SMAW�,
Malau, V, 2003, Diktat Kuliah Teknologi Pengelasan Logam, Yogyakarta. Smith, D., 1984, Welding Skills and Technology, McGraw-Hill, New York.
Offset,
Sonawan, H., Suratman, R., 2004, Pengantar Untuk Memahami Pengelasan Logam,
Sri Widharto, 2003. Petunjuk Kerja Las,� Cetakan-5, Jakarta, Pradnya Paramita.
Suharsimi, A., 2002, Prosedur Penelitian, Bina Aksara, Jakarta. Suharto, 1991, Teknologi Pengelasan Logam, Rineka Cipta, Jakarta.
Sumanto, 1994, Pengetahuan Bahan Untuk Mesin Dan Listrik, Yogyakarta, Andi
Supardi, E., 1996, Pengujian Logam, Angkasa, Bandung.
Suratman, M., 2001, Teknik Mengelas Asetilen, Brazing dan Busur Listrik, Pustaka
W Kenyon, 1985, di terjemahkan oleh Dines Ginting, Dasar-Dasar Pengelasan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Jakarta, Erlangga.
Widharto, S., 2001, Petunjuk Kerja Las, Pradnya Paramita, Jakarta. Wiryosumarto, H., 2000, Teknologi Pengelasan Logam, Erlangga, Jakarta.
Αlfa Beta, Bandung.
Anwar, Muhammad Jamaluddin, & Widodo, Edi. (2017).
Karakterisasi Laju Korosi Baja ST 40 Berlapis Polyester Putty Dalam Lingkungan
Air Payau. REM (Rekayasa Energi Manufaktur) Jurnal, 2(2), 69�76.
Bakhori,
Ahmad. (2017). Perbaikan Metode Pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) Pada
Industri Kecil di Kota Medan. Buletin Utama Teknik, 13(1), 14�20.
Elina,
Rina. (2021). Evaluasi Implementasi Tata Kelola Teknologi Informasi Berdasarkan
Framework CobIT. Jurnal Syntax Transformation, 2(10), 1488�1504.
Eko
Santoso. 2012, �Pengaruh Variasi Arus Pengelasan Terhadap Kekerasan Pada Baja
ST 60�, Grafika,
Bandung.
Gapsari, Femiana. (2017). Pengantar
Korosi. Universitas Brawijaya Press.
Hasanudin,
Hasanudin. (2013). Pengaruh Perendaman Air Laut Terhadap Sifat Mekanik Pada
Hasil Pengelasan. Fakultas Teknik.
LINGGA, LINGGA. (2018). ANALISA PENGARUH PENGGUNAAN
VARIASI BESARAN ARUS AMPERE DAN TEKANAN GAS ARGON PADA PENGELASAN TUNGSTEN
INERT GAS (TIG) TERHADAP KEKUTAN MEKANIK DAN PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO.
Fakultas Teknik.
Smith, D., 1984, Welding Skills and
Technology, McGraw-Hill, New
York.
Offset,
Sonawan, H., Suratman, R., 2004, Pengantar Untuk Memahami Pengelasan Logam,
Suharto, 1991, Teknologi Pengelasan Logam, Rineka Cipta, Jakarta.
Sumanto, 1994, Pengetahuan Bahan Untuk Mesin Dan Listrik, Yogyakarta, Andi
Sompie,
Nodi Poluan, & Papia, Jeditha. (2021). Analisis Pengaruh Variasi Sambungan
Las Listrik Terhadap Kekuatan Tarik Pelat Stainless Steel. JURNAL MASINA
NIPAKE, 1(2), 78�84.
Sriwardani,
Nyenyep, Ranto, Ranto, Rohman, Ngatou, & Basori, Basori. (n.d.). PENGARUH
INHIBITOR BLIMBING WULUH TERHADAP PENGENDALIAN KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN
NaCl. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Dan Kejuruan, 12(2),
143�148.
Tsauri, Sofyan. (2013). Manajemen
Sumber Daya Manusia. IAIN Jember.
Copyright holder: Joni Rahmadi,
Fuazen, Eko Julianto, Hasanudin (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |