Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
10, Oktober 2022
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS
PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS 5 SEKOLAH DASAR BINAAN 2 GUGUS 6 KECAMATAN
CIRACAS
Syifa Nur Aulia Nugrahita, Prima Mutia
Sari
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka,
Indonesia
E-mail: [email protected],
[email protected]
Kemampuan literasi sains diperlukan pada abad 21.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan literasi sains pada
siswa kelas 5 di Sekolah Dasar Binaan 2 Gugus 6 Kecamatan Ciracas. Sampel
penelitian ini adalah siswa kelas 5 sebanyak 117 siswa. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas 5 Sekolah Dasar Binaan 2 Gugus 6 Kecamatan
Ciracas. Teknik pengambilan data menggunakan teknik cluster random sampling.
Instrumen yang digunakan adalah instrumen soal literasi sains berbentuk
essai dan pedoman wawancara dengan guru wali kelas. Teknik analisis data yang
digunakan adalah dekriptif kuantitatif. Hasil
deskripsi data dilakukan dengan memperhatikan nilai rata-rata (mean) dan nilai
yang paling banyak timbul (modus).�Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah
siswa dengan kategori kemampuan literasi sains tinggi sebesar 18%, siswa dengan
kategori kemampuan literasi sedang sebesar 67%, dan siswa dengan kategori
kemampuan literasi sains rendah sebesar 15%. Berdasarkan indikator literasi
sains, indikator konten sains mendapatkan skor rata-rata 3,44
(34%), indikator proses mendapatkan skor rata-rata 2,16 (21%), indikator
konteks aplikasi sains mendapatkan skor rata-rata 2,34 (23%), dan indikoator
sikap sains mendapatkan skor rata-rata 2,30 (22%). Kesimpulan penelitian ini
adalah rata-rata kemampuan literasi sains dalam kategori sedang dan indikator
tertinggi terdapat pada indikator konten sains.
Kata Kunci: Analisis;
Literasi Sains; IPA.
Science literacy skills are needed in the 21st
century. This study aims to determine the level of science literacy ability in
grade 5 students in Assisted Elementary School 2 Cluster 6 Ciracas District.
The sample of this study was 117 grade 5 students. The population in this study
is grade 5 students of Primary School Target 2 Cluster 6 Ciracas District. The
data retrieval technique uses cluster random sampling technique. The instruments
used are science literacy question instruments in the form of essays and
interview guidelines with homeroom teachers. The data analysis technique used
is quantitative descriptive. The results of data description are carried out by
paying attention to the average value (mean) and the most arising value (mode).
The results of the research that have been conducted are students with high
science literacy ability category by 18%, students with medium literacy ability
category by 67%, and students with low science literacy ability category by
15%. Based on science literacy indicators, science content indicators get an
average score of 3.44 (34%), process indicators get an average score of 2.16
(21%), science application context indicators get an average score of 2.34
(23%), and science attitude indichoators get an average score of 2.30 (22%).
The conclusion of this study is the average science literacy ability in the
medium category and the highest indicator is found in the science content
indicator.
Keywords: Analysis; Science Literacy; IPA.
Pendahuluan
Abad
21 ditandai oleh pesatnya perkembangan sains dan teknologi dalam berbagai
bidang kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu, dunia pendidikan dihadapkan
pada tantangan yang semakin berat, salah satunya adalah bahwa dunia pendidikan hendaknya
dapat menghasilkan sumber daya manusia yang mampu mengikuti perkembangan zaman.
Terdapat beberapa kemampuan yang harus dimiliki
seseorang dalam menghadapi perkembangan zaman pada abad 21. Salah satu
kemampuan yang diperlukann untuk dapat menghadapi memasuki era abad 21 ini
adalah kemampuan literasi sains.
Menurut Yulianti (2020), literasi sains merupakan suatu ilmu
pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan proses sains yang akan
memungkinkan seseorang untuk membuat suatu keputusan dengan pengetahuan yang
dimilikinya, serta turut terlibat dalam hal kenegaraan, budaya dan pertumbuhan
ekonomi, termasuk di dalamnya kemampuan spesifik yang dimilikinya. Literasi
sains dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi
kebutuhan masyarakat.
Selanjutnnya, dalam kerangka kerja
PISA (Programme for International Student Assessment) dari OECD (2019),
mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan untuk terlibat masalah yang
berhubungan dengan sains dan dengan gagasan sains sebagai warga negara yang
reflektif. PISA menerangkan bahwa literasi sains peserta didik di Indonesia
masih sangat rendah. Pada tahun 2012 Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari
65 negara. Namun pada tahun 2015, Indonesia mengalami peningkatan menjadi
peringkat ke-62 dari 69 negara. Pada tahun 2018 Indonesia berada pada peringkat
ke-73 dari 79 negara. Hasil ini menunjukan bahwa pembelajaran IPA belum
mendorong siswa untuk menguasai kemampuan literasi sains.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan
secara sistematis, hal tersebut untuk menumbuhkan kemampuan siswa dalam
berpikir, bekerja dan bersikap secara ilmiah. Menurut Usman (2011),
pembelajaran IPA merupakan salah satu muatan materi yang perlu lebih
ditingkatkan mutunya, karena kemampuan dalam muatan materi ini akan sangat dibutuhkan oleh siswa dalam kehidupn
sehari-hari. Pembelajaran IPA di SD sangat bermanfaat bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pembelajaran IPA di SD hendaknya
membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara ilmiah.
Berdasarkan
observasi dan wawancara salah satu sekolah dasar di Binaan 2 Gugus 6 ditemukan
bahwa guru-guru kurang memahami literasi sains, selain itu pembelajaran IPA
yang dirancang oleh guru belum mendorong penguasaan literasi sains. Sebelum
merancang pembelajaran IPA berbasis literasi sains dibutuhkan data yang valid
terkait dengan kemampuan literasi sains siswa. Hasil PISA (2019) hanya mewakili
beberapa sekolah saja yang dijadikan sampel penilaian, oleh karena itu, peneliti
ingin mengetahui kemampuan literasi sains dari beberapa sekolah di satu daerah
tertentu.
Berdasarkan beberapa permasalahan
yang ada, dapat diketahui bahwa analisis keterampilan literasi sains diperlukan
untuk mengetahui kemampuan literasi sains siswa yang dibutuhkan guru untuk
menyiapkan perangkat pembelajaran yang sesuai untuk siswa. Oleh karena itu, peneliti
mencoba untuk menganalisis tidak hanya dari satu sekolah dasar saja, namun
peneliti akan melakukan penelitian dalam lingkup di sekolah dasar Binaan 2
Gugus 6 Kecamatan Ciracas yang terdiri dari 8 sekolah dasar.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kemampuan literasi sains pada siswa kelas 5 di Sekolah Dasar
Binaan 2 Gugus 6 Kecamatan Ciracas. Adapun manfaat
yang diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan
sebagai bekal diri ketika sudah terjun langsung ke dunia pendidikan serta
dijadikan referensi untuk acuan ketika melaksanakan penelitian selanjutnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas 5 di
Sekolah Dasar Binaan 2 Gugus 6 Kecamatan Ciracas dengan jumlah 4 sekolah
sebagai sampel penelitian. Adapun nama sekolah yang akan dijadikan tempat
penelitian antara lain; SDN Susukan 01 Pagi, SDN Susukan 02 Pagi, SDN Susukan
06 Pagi, dan SDN Susukan 09 Pagi.
Penelitian
akan dilakukan pada semester II (Genap) pada tahun
ajaran 2022/2023. Berikut adalah gambaran dari kegiatan pelaksanaan penelitian
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel
1
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tahun Ajaran
2022/2023
Kegiatan |
Bulan |
||||||||
Des |
Jan |
Feb |
Mar |
Apr |
Mei |
Jun |
Jul |
Ags |
|
Pengajuan
Judul Penelitian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyusunan
Proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Seminar
Proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Permohonan
Izin Penelitian pada Pihak Sekolah |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Uji
Instrumen Penelitian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pelaksanaan
Penelitian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Laporan
Penelitian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Publikasi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Metode
penelitian yang digunakan dengan jenis penelitian
deskriptif kuantitatif (Notoatmodjo, 2012). Metode
ini digunakan untuk mengetahui hasil analisis kemampuan literasi sains siswa
kelas 5 sekolah dasar Binaan 2 Gugus 6 Kecamatan Ciracas. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas 5 Sekolah Dasar Binaan 2 Gugus 6 Kecamatan
Ciracas yang terdiri dari 4 sekolah antara lain; SDN Susukan 01 Pagi, SDN
Susukan 02 Pagi, SDN Susukan 06 Pagi, dan SDN Susukan 09 Pagi Tahun Ajaran
2022/2023 (Margono, 2017).
Tabel 2
Populasi Penelitian
No |
Nama Sekolah |
Kelas |
Jumlah Peserta didik |
1 |
SDN
Susukan 01 Pagi |
VA |
30 |
VB |
30 |
||
2. |
SDN
Susukan 02 Pagi |
VA |
30 |
VB |
30 |
||
3. |
SDN
Susukan 06 Pagi |
VA |
30 |
4. |
SDN
Susukan 07 Pagi |
VA |
30 |
VB |
30 |
||
5. |
SDN
Susukan 09 Pagi |
VA |
32 |
VB |
32 |
||
6. |
SDN
Rambutan 01 Pagi |
VA |
30 |
VB |
30 |
||
7. |
SDN
Rambutan 03 Pagi |
VA |
30 |
VB |
30 |
||
VC |
30 |
||
8. |
SDIT
Al-Kahfi |
VA |
30 |
VB |
30 |
||
Jumlah |
484 |
Populasi dalam penelitian ini menghasilkan lebih dari
100 sampel yang akan tersebar ke dalam 16 kelas, dan menggunakan 25% dari
jumlah populasi yang ada (Chandra, 2017). Teknik
pengambilan sampel pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
teknik Cluster Random Sampling. Ukuran sampel yang digunakan yaitu
jumlah peserta didik 122 peserta didik yang terdiri dari 4 Sekolah Dasar Binaan
2 Gugus 6 Kecamatan Ciracas (Fenti Hikmawati, 2020.
Hasil dan Pembahasan
Data Analisis
Kemampuan Literasi Sains Siswa
A. Distribusi
Frekuensi
Data
hasil perhitungan ini adalah data hasil uji kemampuan literasi sains siswa
sekolah dasar kelas 5 pada tema 9 �Benda-Benda di Sekitar Kita�. Berdasarkan
hasil perhitungan diperoleh data penelitian mengenai hasil analisis
keterampilan piterasi sains siswa kelas 5 dengan nilai tertinggi = 100 dan
nilai terendah 9, nilai rata-rata = 61, nilai median (Me) = 59, nilai modus
(Mo) = 53, dan simpangan baku (Sd) = 18.
Tabel
3
Distribusi
Hasil Analisis Kemampuan Literasi Sains pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas 5
Sekolah Dasar Binaan 2 Gugus 6 Kecamatan Ciracas
Kelas |
Interval |
Kelas interval |
Nilai tengah |
Batas nyata |
Frekuensi |
||||||
Absolut |
Kumulatif |
Relatif |
|||||||||
1 |
9 |
20 |
9-20 |
14.3 |
8,5-20,5 |
3 |
3 |
3% |
|||
2 |
21 |
31 |
21-31 |
25.9 |
20,5-31,5 |
4 |
7 |
3% |
|||
3 |
32 |
43 |
32-43 |
37.6 |
31,5-43,5 |
11 |
18 |
9% |
|||
4 |
44 |
55 |
44-55 |
49.2 |
43,5-55,5 |
28 |
46 |
24% |
|||
5 |
56 |
66 |
56-66 |
60.8 |
55,5-66,5 |
24 |
70 |
21% |
|||
6 |
67 |
78 |
67-78 |
72.5 |
66,5-78,5 |
26 |
96 |
22% |
|||
7 |
79 |
89 |
79-89 |
84.1 |
78,5-89,5 |
18 |
114 |
15% |
|||
8 |
90 |
101 |
90-101 |
95.7 |
89,5-101,5 |
3 |
117 |
3% |
|||
117 |
100% |
||||||||||
Data
Kemampuan Literasi Sains pada Pembelajaran IPA Kelas 5 Siswa Sekolah Dasar
Binaan 2 Gugus 6 Kecamatan Ciracas
Nilai
tertinggi |
100 |
Nilai
terendah |
9 |
Jangkauan |
91 |
Banyak
kelas |
8 |
Panjang
kelas |
12 |
Mean |
61 |
Median |
59 |
Modus |
53 |
Simpangan
baku |
18 |
Varians |
326 |
Berdasarkan
tabel 4 dapat menghasilkan grafik histogram dan poligon analisis kemampuan
literasi sains siswa kelas 5 sebagai berikut:
Gambar
1. Grafik Analisis Kemampuan Literasi Sains pada
Pembelajaran IPA Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Binaan 2 Gugus 6 Kecamatan Ciracas
Berdasarkan
tabel dan grafik distribusi frekuensi analisis kemampuan literasi sains di atas,
terlihat bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai 44-55 sebanyak 28 siswa
atau jika dalam persentase sebanyak 24%, nilai tertinggi antara 90-100 sebanyak
3 siswa atau jika dalam persentase sebanyak 3%, dan nilai terendah antara 9-20
sebanyak 3 siswa atau jika dalam persentase sebanyak 3%.
Berdasarkan
perolehan nilai kemampuan literasi sains pada pembelajaran IPA siswa kelas 5
sekolah dasar binaan 2 gugus 6 kecamatan ciracas tema 9, maka distribusi
perolehan nilai kemampuan literasi sains siswa kelas 5 adalah sebagai berikut:
Tabel
5
Distribusi
dan Persentase Analisis Kemampuan Literasi Sains Berdasarkan Kategori Tinggi,
Sedang, dan Rendah secara Keseluruhan
Kategori |
Interval |
Nilai |
Jumlah |
Persentase |
Tinggi |
X>79 |
80-100 |
21 |
18% |
Sedang |
43≤X≤79 |
43-79 |
78 |
67% |
Rendah |
X<43 |
0-42 |
18 |
15% |
|
|
|
117 |
100% |
Dari
tabel distribusi 5 analisis kemampuan literasi sains dalam aspek konten,
proses, aplikasi konteks, dan sikap berdasarkan tiga kategori tinggi, sedang,
dan rendah juga dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 2. Diagram
Persentase Berdasarkan Kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah secara Keseluruhan
Selanjutnya,
kemampuan literasi sains setiap kategori pada masing-masing siswa dapat dilihat
pada gambar 3 berikut ini.
Gambar
3. Diagram Kemampuan Literasi Sains Berdasarkan
Kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah
Dapat
disimpulkan dari tabel 5 bahwa siswa dengan tingkat kemampuan literasi sains
sedang lebih banyak sebesar 67% dibandingkan dengan siswa dengan tingkat
kemampuan literasi sains tinggi sebesar 18% dan siswa dengan tingkar kemampuan
literasi sains rendah sebesar 15%. Secara keseluruhan, kemampuan literasi sains
pada pembelajaran IPA siswa kelas 5 sekolah dasar Binaan 2 Gugus 6 Kecamatan
Ciracas adalah 67% berada pada kategori sedang dengan rentang nilai yang
diperoleh oleh siswa adalah nilai antara 43-79.
C. Indikator
Literasi Sains
Indikator
literasi sains yang diukur adalah indikator konten sains, indikator proses
sains, indikator konteks aplikasi sains, dan indikator sikap sains. Data
kemampuan literasi sains setiap indikator dapat dilihat pada gambar 4 sebagai
berikut:
Gambar
4. Diagram Perbandingan Kemampuan Literasi Sains Siswa
Kelas 5 secara Keseluruhan Berdasarkan Indikator Literasi Sains
Berdasarkan
gambar 4 di atas menunjukkan diagram persentase dari tiap indikator literasi
sains. Indikator konten sains mendapatkan angka tertinggi yang didapatkan oleh
siswa ketikan menjawab soal berdasarkan indikator konten sebesar 34%. Untuk
indikator konteks sains mendapatkan sebesar 23%, indikator sikap sains
mendapatkan sebesar 22%, dan untuk indikator sikap sebesar 21%. Perbedaan dari
angka persentase tiap indikator literasi sains tentunya disesuaikan dengan
kemampuan siswa yang berbeda-beda. Hal tersebut akan
dibahas pada pembahasan hasil penelitian berdasarkan pengamatan oleh peneliti
yang diperkuat dengan mewawancarai tiap wali kelas dari objek sekolah
penelitian.
Selanjutnya,
kemampuan literasi sains setiap indikator pada masing-masing sekolah dapat
dilihat pada gambar 5 dibawah ini.
Gambar
5. Diagram Perbandingan Kemampuan Literasi Sains Siswa
Kelas 5 Setiap Sekolah Berdasarkan Indikator Literasi Sains
Berdasarkan
diagram perbandingan di atas, menunjukkan bahwa setiap sekolah memiliki nilai
yang berbeda. SDN Susukan 02 Pagi mendapatkan nilai rata-rata tertinggi dari
sekolah lainnya dengan setiap nilai rata-rata dari indikator antara lain;
indikator konten sains mendapat skor rata-rata 3,68,
indikator proses sains mendapat skor rata-rata 2,73, indikator konteks sains
mendapat skor rata-rata 2,78, dan untuk indikator sikap sains mendapat skor
rata-rata 2,55. Kemudian, untuk sekolah yang masih rendah dalam mendapatkan
skor rata-rata dari indikator literasi sains yaitu SDN Susukan 01 yang mendapatkan
skor untuk indikator konten sains mendapat skor rata-rata 3,10, indikator
proses sains mendapatkan skor rata-rata 1,84, untuk indikator konteks sains
mendapatkan skor rata-rata 1,90, dan untuk indikator sikap sains mendapatkan
skor rata-rata 2,00.
A. Kategori
Literasi Sains
Analisis hasil
penelitian yang telah didapatkan oleh peneliti berdasarkan teknik pengumpulan
data berupa tes 8 butir soal esai pada peserta didik serta pengamatan secara
langsung diperkuat dengan wawancara oleh wali kelas dari empat sekolah objek
penelitian. Peneliti membagi menjadi 3 kategori tingkatan kemampuan literasi
sains siswa kelas 5 sekolah dasar yang berada di Binaan 2 Gugus 6 Kecamatan
Ciracas antara lain:
1. Siswa
dengan Kemampuan Literasi Sains Tinggi
Siswa dengan
kemampuan literasi sains tinggi berjumlah 21 orang dari keseluruhan sekolah
penelitian. Nilai yang didapatkan siswa saat uji tes yang memiliki kategori
tinggi yaitu 80 � 100, jika dalam persentase menunjukkan sejumlah 18% siswa dalam
kategori literasi sains tinggi.
Berdasarkan hasil
pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh peneliti serta wawancara dengan
wali kelas seluruh sekolah yang menjadi objek penelitian, siswa dalam kategori
tinggi memiliki kemampuan dalam menganalisis soal dengan baik, serta memiliki
kelebihan dalam pemahaman konten materi yang disampaikan oleh guru selain itu,
siswa dalam kategori tinggi telah terbiasa dalam kegiatan literasi tingkat
tinggi, sehingga siswa dalam kategori tinggi mampu menjawab soal berdasarkan
indikator-inikator literasi sains. Literasi sains berhubungan dengan
penyelidikan ilmiah yang membutuhkan perancangan pembelajaran dan alat untuk
evaluasi yang baik.
Pentingnya
merancang sebuah pembelajaran yang baik serta sesuai dengan kebutuhan siswa akan meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Dalam
literasi sains, kompetensi dalam merancang penyelidikan ilmiah mengalami nilai
keefektifan paling tinggi, yang secara berurutan diikuti oleh menjelaskan
fenomena secara ilmiah kemudian menafsirkan data dan bukti secara ilmiah (Adib
Rifqi, 2019).
2. Siswa
dengan Kemampuan Literasi Sains Sedang
Siswa dengan
kemampuan literasi sains sedang berjumlah 78 orang dari keseluruhan sekolah
penelitian. Nilai yang didapatkan siswa saat uji tes yang memiliki kategori
sedang yaitu 43 � 79, jika dalam persentase menunjukkan sejumlah 67% siswa
dalam kategori literasi sains sedang.
Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa rata-rata kemampuan literasi sains siswa berada pada
kategori sedang. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan soal
literasi sains. Seiring dengan pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh
peneliti serta diperkuat oleh wawancara oleh wali kelas secara keseluruhan
bahwa siswa dengan kategori sedang memiliki sedikit kesulitan dalan memahami
materi jika tidak diimbangi dengan praktik. Pembiasaan yang dilakukan oleh
setiap wali kelas saat sebelum pembelajaran dimulai untuk literasi bacaan akan kurang maksimal jika tidak diimbangi proses sains dalam
sebuah praktik. Dibuktikan ketika rata-rata siswa banyak ditemukan kesulitan
saat menjawab soal dengan indikator proses sains.
Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian Nurohmah (2015), yang juga mengungkapkan
bahwa pada kemampuan literasi sains siswa yang diukur rata-rata berada pada
kategori sedang. Hal ini dikarenakan indikator pencapaian kompetensi tidak
sesuai dengan indikator literasi sains yang dirancang dalam pembelajaran.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains dalam
kategori sedang atau rata-rata disebabkan oleh indikator hasil pembelajaran
dengan indikator literasi sains yang kurang optimal dalam pelaksanaannya. Oleh
karena itu, dibutuhkan penyesuaian berupa evaluasi berbasis kemampuan literasi
sains.
3. Siswa
dengan Kemampuan Literasi Sains Rendah
Siswa
dengan kemampuan literasi sains tinggi berjumlah 21 orang dari keseluruhan
sekolah penelitian. Nilai yang didapatkan siswa saat uji tes yang memiliki
kategori rendah yaitu 0 � 42, jika dalam persentase menunjukkan sejumlah 15%
siswa dalam kategori literasi sains rendah.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti secara langsung berupa uji tes
dan disertai dengan wawancara oleh wali kelas objek penelitian bahwa siswa yang
masih memiliki kemampuan literasi sains kategori rendah dari segi kemampuan
dalam menganalisis soal masih kurang dan kurang terbiasa dalam menemukan soal
tangkat tinggi, selain itu, siswa dalam kategori rendah memiliki kesulitan
dalam memahami indikator-indikator literasi sains. Sikap yang ditunjukkan oleh
siswa yang memiliki kategori rendah juga kurang aktif dalam pembelajaran
walaupun hanya ditemukan beberapa siswa saja, tetapi ini dapat menjadi salah
satu faktor siswa tersebut mengalami kesulitan dalam kemampuan literasi sains.
Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam praktik dan
guru tidak selalu memberi kesempatan untuk praktik masih bergantung dengan
materi yang dipelajari. Selain itu, siswa masih mengalami kesulitan dalam
menjawab soal literasi sains karena keuslitan dalam memahami kosa kata sains
dalam kehidupan sehari-hari. Penyebab rendahnya literasi sains siswa Indonesia
disebabkan beberapa hal antara lain yaitu: pembelajaran yang bersifat terpusat
pada guru (teacher centered), rendahnya sikap positif siswa dalam mempelajari sains,
terdapat beberapa kompetensi yang tidak disukai responden (siswa) terkait
konten, proses dan konteks (Sumartati, 2010).
B. Indikator
Literasi Sains
1. Konten
Sains
Berdasarkan
gambar 4 dan gambar 5 dapat dilihat bahwa pada keempat sekolah, indikator
konten sains menjadi indikator dengan skor tertinggi. Secara keseluruhan siswa mendapatkan
skor rata-rata dalam indikator konten sains sebesar 3,44
jika dalam angka persentase sebesar 34%. Konten sains,merujuk
pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami
fenomena� alam� dan�
perubahan� yang dilakukan�� terhadap��
alam�� melalui aktivitas��� manusia���
(Suciati,��� dkk., 2013).�� Hal��
ini�� dapat�� membantu menjelaskan aspek-aspek lingkungan
fisik. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan dari berbagai bidang ilmu baik
konsep-konsep fisika, kimia, biologi, ilmu bumi dan antariksa. Hal tersebut
membuktikan bahwa siswa lebih memahami konten materi ketika guru menjelaskan
materi yang disampaikan. Selain itu, teks bacaan yang dibaca oleh siswa sangat
berpengaruh terhadap kemampuan literasi sains siswa.
Kualitas
pembelajaran, assessmen, dan buku teks yang digunakan berpengaruh terhadap akan mempengaruhi kemampuan literasi sains siswa. Selanjutnya,
dari hasil observasi atau wawancara diketahui bahwa siswa lebih cenderung
memahami isi bacaan jika teks bacaan pada soal sesuai dengan materi konten yang
sedang dipelajari. Pembiasaan yang dilakukan oleh setiap sekolah saat sebelum
melaksanakan proses pembelajaran dengan melakukan pembiasaan membaca buku
bacaan memiliki pengaruh kepada kemampuan literasi sains siswa (Fadilah, 2020).
Berdasarkan
hasil observasi bahwa SD B mendapatkan skor tertinggi dikarenakan SD B terbiasa
dalam memahami teks bacaan literasi sains, sedangkan sekolah yang mendapatkan
skor terendah adalah SD A dikarenakan siswa kurang terbiasa dalam menjawab soal
literasi sains, selain itu dibuktikan bahwa dalam menjawab soal tidak sesuai
dengan indikator konten sains.
2. Proses
Sains
Berdasarkan
gambar 4 dan gambar 5 dapat dilihat pada keempat sekolah, indikator proses
sains menjadi indikator dengan skor terendah. Secara keseluruhan siswa
mendapatkan skor rata-rata dalam indikator konteks aplikasi sains sebesar 2,16 jika dalam angka persentase sebesar 21%. Proses sains merujuk
pada proses mental yang melibatkan suatu jawaban dari pertanyaan atau
memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta
menerangkan kesimpulan. Pada indikator proses sains siswa mengalami kesulitan
dalam menarik sebuah kesimpulan dalam memecahkan masalah selain itu, ketika
dalam praktik tidak sepenuhnya guru memberikan praktik sehingga siswa tidak
terbiasa dalam proses sains. Dari hasil data membuktikan bahwa proses sains
lebih sulit dialami oleh peserta didik dibandingkan dengan ketiga indikator
lainnya. Proses sains yang dilaksanakan oleh wali kelas berupa praktik saat
pembelajaran dilaksanakan. Setelah siswa memahami konten sains, maka diperlukan
sebuah proses praktik. Hal tersebut sangat berpengaruh pada kemampuan literasi
sains.
Menurut
Yulianti (2017), indikator proses sains berkenaan dengan bagaimana cara siswa mempu menyelesaikan sebuah permasalahan yang
diberikan dan mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam dunia nyata. Pendapat
tersebut sesuai dengan analisis pengamatan secara langsung dan wawancara dari
setiap wali kelas bahwa tidak semua wali kelas mengadakan sebuah praktik dari
setiap materi yang sedang dipelajari. Banyak siswa yang masih kesulitan dalam
praktik dan menarik sebuah kesimpulan yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari.
Dari
gambar 5 terlihat perbedaan bahwa SD B memiliki skor rata-rata dalam indikator
proses sains tertinggi dibandingkan dengan ketiga sekolah lainnya. SD B sering
mengadakan praktikum ketika pembelajaran IPA atau sering mengaitkan pada
kehidupan sehari-hari dan sebelum dimulai praktik wali kelas mendemonstrasikan
terlebih dahulu, sehingga memudahkan siswa dalam memahami proses sains walaupun
dalam berbentuk soal pertanyaan sekaligus. Kemudian, untuk sekolah yang
mendapatkan skor terendah yatitu ada pada sekolah SD A. Pada SD A tidak selalu
mengadakan sebuah praktik dan guru menyesuaikan dengan materi yang
bersangkutan, selain itu guru jarang memberikan stimulus di awal pembelajaran
sehingga siswa kurang memahami dalam proses literasi sains.
3. Konteks
Aplikasi Sains
Berdasarkan
gambar 4 dan gambar 5 secara keseluruhan siswa mendapatkan skor rata-rata dalam
indikator konteks aplikasi sains sebesar 2,36 jika
dalam angka persentase sebesar 23%. Konteks aplikasi sains lebih menekankan
pada kehidupan sehari-hari, serta mengaplikasikan sains dalam pemecahan masalah
nyata. Hasil observasi menunjukkan bahwa konteks aplikasi sains dari keempat
sekolah masih kurang baik. Siswa masih kesulitan dalam menjawab soal yang
berkaitan dalam pemecahan masalah sehari-hari dikarenakan siswa belum terbiasa
dalam mengenal kosakata sains pada kehidupan nyata.
Rata-rata
skor yang didapatkan dari uji tes membuktikan bahwa siswa kelas 5 dalam indikator
konteks sains masih cenderung rendah. Berdasarkan hasil pengamatan secara
langsung dan wawancara kepada wali, siswa masih kesulitan dalam pemahaman
konten dan proses sains, sehingga berdampak pada indikator konteks aplikasi
sains yang ikut rendah. Menurut Sujana (2014) berpendapat bahwa dalam literasi
penekanannya hendaknya tidak hanya terletak pada aspek konten melainkan juga
terhadap aspek konteks. Karena secara harfiah aspek konteks erat kaitannya
dengan perubahan mengenai sebuah kemampuan terutama dalam berpikir logis dan rasional.
Peneliti sependapat dengan ahli bahwa ketika pendidik mengharapkan siswa
memiliki kemampuan literasi sains yang baik, maka juga harus diimbangi dengan
konteks aplikasi sains yang baik.
Dari
keempat sekolah menunjukkan bahwa SD B mendapatkan skor tertinggi, hal tersebut
dikarenakan siswa terbiasa dalam mehami soal yang berkaitan dengan konteks
aplikasi sains, selain itu guru melakukan sebuah pembiasaan di awal
pembelajaran dengan memberikan stimulus dengan kejadian yang sedang berlangsung
misalnya seperti keadaan cuaca, keadaan alam sekitar lalu mengaitkan konten
serta praktik yang sebelumnya dilakukan sehingga siswa menjadi terbiasa dalam
konteks aplikasi sains. Selanjutnya berdasarkan observasi bahwa SD A
mendapatkan skor terendah. Bedasarkan hasil pengamatan dan wawancara wali
kelas5 menyatakan bahwa kesulitan yang dihadapi oleh siswa adalah kesulitan
dalam memahami konten materi dikarenakan tidak disertai gambar atau contoh
benda konkret saat pembelajaran IPA, dan guru kelas menyadari bahwa tidak
disertai pembuktian atau praktikum sehingga siswa tidak terbiasa mengaitkan
kondisi sehari-hari dengan konteks sains.
4. Sikap
Sains
Berdasarkan
gambar 4 dan gambar 5 secara keseluruhan siswa mendapatkan skor rata-rata dalam
indikator konteks aplikasi sains sebesar 2,30 jika
dalam angka persentase sebesar 22%. Sikap sains lebih kepada sikap yang
mendukung penyelidikan ilmiah, kepercayaan diri, minat terhadap sains dan rasa
tanggung�� jawab�� terhadap��
sumber daya dan lingkungan. Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa siswa masih kurang dalam sikap sains. Hal tersebut
dikarenakan siswa belum terbiasa untuk mengetahui bagaimana sikap sains dan
seperti apa yang harus dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut
Yuliati (2017) cara paling baik untuk meningkatkan
literasi sains adalah dengan cara menghubungkan materi pembelajaran dengan
kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pendapat ahli, bahwa hasil penelitian ditemukan
beberapa siswa yang masih kesulitan dalam menerapkan sikap literasi sains dalam
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pengamatan secara langsung dan wawancara
dari wali kelas ketika melaksanakan penelitian, guru memiliki keterampilan yang
baik dalam memberikan contoh sikap serta sarana sekolah juga sangat memadai
dalam proses pembelajaran. Jika tidak didukung oleh ketiga indikator lainnya
seperti indikator konteks, proses, dan konteks yang baik, maka indikator sikap
juga akan berpengaruh.
Berdasarkan
data observasi SD B mendapatkan skor tertinggi dalam sikap sains, hal tersebut
terjadi dikarenakan siswa mendapatkan skor tinggi dalam indikator konten,
proses, serta konteks aplikasi sains. Sedangkan untuk SD A mendapatkan skor
terendah dalam sikap sains. Hal tersebut terjadi dikarenakan siswa masih
mendapatkan skor yang rendah juga dalam indikator konten, proses, serta konteks
aplikasi sains.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian analisis kemampuan
literasi sains pada pembelajaran IPA siswa kelas 5 Sekolah Dasar Binaan 2 Gugus
6 Kecamatan Ciracas yang telah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan:
(1) Kemampuan literasi sains pada pembelajaran IPA siswa kelas 5 mendapatkan
nilai rata-rata (Mean) = 61, Median (Me) = 59, nilai modus (Mo) = 53, dan nilai
Sudut Deviasi atau Simpangan Baku = 18. (2) Hasil
perhitungan deskripsi data menunjukkan bahwa siswa kelas 5 yang mendapatkan
nilai 80-100 sebanyak 21 siswa, rentang nilai 43-79 sebanyak 78 siswa, dan
rentang nilai 0-42 sebanyak 18 siswa.
(3) Hasil analisis kemampuan literasi sains pada
pembelajaran IPA siswa kelas 5 Sekolah Dasar Binaan 2 Gugus 6 Kecamatan Ciracas
menunjukkan bahwa terdapat 3 kategori tingkatan kemampuan literasi sains siswa
antara lain: Siswa dengan kategori kemampuan literasi sains tinggi sebesar 18%,
siswa dengan kategori kemampuan literasi sedang sebesar 67%, dan siswa dengan
kategori kemampuan literasi sains rendah sebesar 15%. Hal ini membuktikan bahwa
sebagian besar siswa kelas 5 Sekolah Dasar Binaan 2 Gugus 6 Kecamatan Ciracas
memiliki kemampuan literasi pada pembelajaran IPA dengan kategori sedang. (4) Hasil
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan hasil bahwa berdasarkan
indikator literasi sains, siswa yang memiliki kemampuan literasi sains
berdasarkan indikator konten sains dengan skor rata-rata 3,44 (34%), siswa
dengan kemampuan literasi sains berdasarkan indikator proses dengan skor
rata-rata 2,16 (21%), siswa dengan kemampuan literasi sains berdasarkan
indikator konteks aplikasi sains dengan skor rata-rata 2,34 (23%), dan siswa
dengan kemampuan literasi sains berdasarkan indikoator sikap sains dengan skor
rata-rata 2,30 (22%).
BIBLIOGRAFI
�Al-Jauhari, A. (2021). Kata
Pengantar. Dialog, 44(1), i�Vi. https://doi.org/10.47655/dialog.v44i1.470
Andersen, L. W. (1981).
Assessing affective characteristics in the schools. Boston: Allyn and Bacon.
Anggrawan, A. (2019).
Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pembelajaran Tatap Muka dan Pembelajaran
Online Menurut Gaya Belajar Mahasiswa. MATRIK: Jurnal Manajemen, Teknik
Informatika Dan Rekayasa Komputer, 18(2), 339�346.
https://doi.org/10.30812/matrik.v18i2.411
Anjarsari, P. (2014).
Literasi Sains Dalam Kurikulum Dan Pembelajaran Ipa Smp. Prosiding Semnas Pensa
VI �Peran Literasi Sains�.
Ansori, A& Samsudin,
A. (2013). Transformasi Pembelajaran Di Pendidkan Non Formal(Upaya
mempersiapkan pendidik dan peserta didik dalam menghadapitantangan global untuk
menjadi manusia pembelajar). Empowerment, 2(1), 1-15.
Arif, M. (2015).
Penerapan Aplikasi Anates Bentuk Soal Pilihan Ganda. Edutic - Scientific
Journal of Informatics Education, 1(1), 1�9.
https://doi.org/10.21107/edutic.v1i1.398
Asyhari, A. (2015).
Profil Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Siswa Melalui Pembelajaran
Saintifik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 4(2), 179�191.
https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v4i2.91
Berk, L. E. (2005).
Infants, Children and Adolescence. New York: Pearson Education, Inc.
Daradjat, Z. (1976).
Perawatan Jiwa Untuk Anak. Jakarta: Bulan Bintang.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, (1990), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Desmita. (2009).
Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Djemari Mardapi. (2003).
Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika
Dwisetiarezi, D., &
Fitria, Y. (2021). Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Pembelajaran
IPA Terintegrasi di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(4), 1958�1967.
Fadilah, S. I. T. W. D.
A. C. A. P. (2020). Sma Pada Pembelajaran Biologi. Jurnal Program Studi
Pendidikan Biologi, 10(1), 27�34.
Fatimah, E. (2006).
Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka Setia.
Flesh, J. L. (1975).
Measuring Agreement Between Two Judges on the Presence of Assessment.
Fuadi, H., Robbia, A. Z.,
Jamaluddin, J., & Jufri, A. W. (2020). Analisis Faktor Penyebab Rendahnya
Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5(2),
108�116. https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122
Gable, R. K. (1986).
Instrument development in the affective domain. Boston: Kluwer-Nijhoff
Publishing.
Harvey, J.H & Smith,
W.P., (1991), Social Psychology An attribution Approach, The C.V Mosby Company,
London.
Hayat, B., & Suryadi,
B. (n.d.). Prosiding Konferensi Ilmiah Tahunan Himpunan Evaluasi Pendidikan
Indonesia ( Hepi ) Tahun 2014.
Kemampuan, A., Sains, L.,
Hasil, T., Wajo, T. K., Askah, A., Kaleleng, A., Guru, P., Dasar, S., Keguruan,
F., Ilmu, D. A. N., & Makassar, U. M. (2022). Analisis kemampuan literasi
sains terhadap hasil belajar ipa siswa kelas v sdn 23 assorajang kecamatan
tanasitolo kabupaten wajo
Mathematics, A. (2016). 済無No
Title No Title No Title. 1�23.
Nadhifatuzzahro, D.,
Setiawan, B. S., & Sudibyo, E. (2015). Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas
VII-B SMP Negeri 1 Sumobito Melalui Pembuatan Jamu Tradisional. Seminar
Nasional Fisika Dan Pembelajarannya, 6(5), 21�27.
http://fmipa.um.ac.id/wp-content/uploads/Prosiding2015/Media/Fisika2015_01-Media-Dalin-Navidai.pdf
Naila, I., & Khasna,
F. T. (2021). Pengaruh Pembelajaran Daring Terhadap Kemampuan Literasi Sains
Calon Guru Sekolah Dasar: Sebuah Studi Pendahuluan. Jurnal Review Pendidikan
Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan Dan Hasil Penelitian, 7(1), 42�47. https://doi.org/10.26740/jrpd.v7n1.p42-47
Narut, Y. F., &
Supradi, K. (2019). Literasi Sains Peserta Didik Dalam Pembelajaran IPA di
Indonesia. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, 3(1), 61�69.
Novitasari, N. (2018).
Profil Kemampuan Literasi Sains Mahasiswa Calon Guru Biologi. Biosfer: Jurnal
Tadris Biologi, 9(1), 36. https://doi.org/10.24042/biosf.v9i1.2877
Nugroho, S. A. (2017).
Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Bertema Interaksi di Kabupaten
Purbalingga. Skripsi, FMIPA, Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Puspasari, H., &
Puspita, W. (2022). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa terhadap Pemilihan Suplemen Kesehatan dalam
Menghadapi Covid-19. Jurnal Kesehatan, 13(1), 65. https://doi.org/10.26630/jk.v13i1.2814
Pratiwi, S. N., Cari, C.,
& Aminah, N. S. (2019). Pembelajaran IPA Abad 21 dengan Literasi Sains
Siswa. Jurnal Materi Dan Pembelajaran Fisika, 9, 34�42.
Raharja, N. M. G.,
Kristiantari, M. R., & Manuaba, I. S. (2019). Model Pembelajaran Think Pair
Share Berpengaruh Terhadap Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas V SD. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaan IPA Indonesia, 9(3), 95�103.
Setiawan, A. R. (2019).
Pembelajaran Tematik Berorientasi Literasi Saintifik. Jurnal Basicedu, 4(1),
51�69. https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i1.298
Sutrisna, N. (2021).
Analisis Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik SMA di Kota Sungai Penuh.
Jurnal Inovasi Penelitian, 1(12), 2683.
Sunarwan, D. (2018).
Analisis Kegiatan Literasi Sains pada Pembelajaran Multikeaksaraan. Jurnal
Eduscience, VI, 30�41.
Utami, R. T., &
Desstya, A. (2021). Analisis Cakupan Literasi Sains dalam Buku Siswa Kelas V
Tema 4 Karya Ari Subekti di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(6), 5001�5013.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1556
Utami*, S. H. A.,
Marwoto, P., & Sumarni, W. (2022). Analisis Kemampuan Literasi Sains pada
Siswa Sekolah Dasar Ditinjau dari Aspek Konten, Proses, dan Konteks Sains.
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 10(2), 380�390.
https://doi.org/10.24815/jpsi.v10i2.23802
Wahyuni, I. T., Sari, P.
M., & Kowiyah. (2021). Identifikasi keterampilan berpikir kritis siswa pada
pembelajaran IPA di SDN Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit. JPD: Jurnal Pendidikan
Dasar, 12�22. http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpd/article/view/17461
Wahyuningsih, S. (2021).
Literasi Sains Di Sekolah Dasar Jakarta 2021. Literasi Numerasi Di Sekolah
Dasar.
Widiantono, N. (2017).
Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Ipa Siswa Kelas 5 Sd. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan,
7(3), 199. https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2017.v7.i3.p199-213
Wajo, T. K., Askah, A.,
Kaleleng, A., Guru, P., Dasar, S., Keguruan, F., Ilmu, D. A. N., &
Makassar, U. M. (2022). Analisis kemampuan literasi sains terhadap hasil
belajar ipa siswa kelas v sdn 23 assorajang kecamatan tanasitolo kabupaten
wajo.
Wahyuningsih, S. (2021).
Literasi Sains Di Sekolah Dasar Jakarta 2021. Literasi Numerasi Di Sekolah
Dasar.
Copyright holder: Syifa Nur
Aulia Nugrahita, Prima Mutia Sari (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |