Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 7, Juli 2023

 

RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK SAID NURSI DI SD MUHAMMADIYAH KREATIF KRAKSAAN

 

Firyal Rafidah Lesmana, Fathor Rohim, Fahrudin Mukhlis

Universitas Muhammadiyah Malang

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini menjelaskan relevansi Pendidikan akhlak Said Nursi di SD Muhammadiyah Kreatif Kraksaan yang memiliki cara tersendiri dalam menanamkan pendidikan akhlak ke peserta didik dengan melakukan pembiasaan baik, pendekatan personal, lingkungan sekolah dan pendekatan terhadap keluarga. Secara khusus, penelitian ini fokus terhadap pendidikan akhlak peserta didik, dengan memiliki tujuan untuk mengetahui dalam mendidik generasi penerus bangsa, agar tercipta akhlak baik. Metode analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, data sekunder yang dilakukan melalui berbagai sumber. Hasil dikumpulkan melalui studi kasus bersifat interpretatif untuk menggambarkan pendidikan dalam SD Muhammadiyah Kreatif Krakaan. Hasil pengkajian disusun secara sistematis. Pendidikan akhlak� menurut Said Nursi ada tiga diantaranya penanaman nilai keindahan dan keagungan, pendidikan batin, dan memadukan nilai agama dan ilmu pengetahuan. Dengan begitu maka pendidikan menjadi aspek yang menentukan bagi kemajuan peradaban manusia. Said Nursi dilahirkan pada tahun 1293 Rumi, di desa Nurs dan Said Nursi memiliki kemampuan di bidang ilmu keagamaan juga ilmu non keagamaan itu. Nursi pun diberi julukan �Badi�uzzaman� (keunggulan zaman). Hasil penelitian menunjukkan bahwa SD Muhammadiyah Kreatif Kraksaan memiliki relevansi dengan Said Nursi dalam membangun generasi muda yang berakhlak baik juga menggunakan konsep pendidikan akhlak Said Nursi serta menggunakan integrasi Pendidikan agama dam Pendidikan umum (sains modern).

 

Kata kunci: Pendidikan Akhlak; Said Nursi; Konsep Pendidikan Akhlak; Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum; Kebangkitan Islam.

 

Abstract

This study explains the relevance of Said Nursi's moral education at SD Muhammadiyah Kreatif Kraksaan which has its own way of instilling moral education to students by doing good habituation, personal approach, school environment and approach to family. In particular, this study focuses on the moral education of students, with the aim of knowing in educating the next generation of the nation, in order to create good morals. The analytical method used in this study is a qualitative approach. In this study, secondary data were conducted through various sources. The results collected through case studies are interpretive to describe education in SD Muhammadiyah Kreatif Krakaan. The results of the study are compiled systematically. According to Said Nursi, there are three moral education, including the cultivation of the value of beauty and majesty, inner education, and combining the values of religion and science. That way, education becomes a decisive aspect for the progress of human civilization. Said Nursi was born in 1293 Rumi, in the village of Nurs and Said Nursi had the ability in the field of religious science as well as non-religious science. Nursi was given the nickname "Badi'uzzaman" (excellence of the times). The results showed that SD Muhammadiyah Kreatif Kraksaan has relevance to Said Nursi in building a young generation with good morals also using the concept of Said Nursi's moral education and using the integration of religious education and general education (modern science).

 

Keywords: Moral Education; Said Nursi; The concept of moral education; Integration of Religious Science and General Knowledge; The rise of Islam.

 

Pendahuluan

Upaya awal untuk membangun akhlak peserta didik yang dilakukan dalam sekolah dasar dengan tujuan untuk membentuk akhlak karimah (Aeni, 2014). Dalam pembentukan akhlak karimah peserta didik ketika usia 10 tahun, ingatan mereka masih bersifat mekanis dalam kesadaran agamanya, juga perlunya sosialisasi orang tua, guru dan lingkungan. Ketika menginjak usia 10 tahun keatas, peserta didik dapat menerima nilai-nilai agama lebih tinggi dari nilai-nilai pengetahuan dan nilai-nilai keterampilan. Sekolah yang kurang menanamkan akhlak kepada peserta didik, dapat memberikan dampak buruk (Fahmi & Susanto, 2018).�

Contoh yang sering terjadi, memiliki sikap acuh tak acuh terhadap guru saat belajar, berbicara kasar dengan teman, banyak melakukan bullying di sekolah dasar, juga sikap tidak jujur, mencontek, mencari atau mempercayai bocoran kunci jawaban ujian dalam ujian (Ramadhani et al., 2021). Pada Al-Quran As-Sunnah dan dalam praktiknya dapat menyampaikan nilai-nilai spiritual melalui akal dan akhlak sehingga diharapkan untuk mengubah masyarakat yang notabenenya adalah anak didik menjadi berakhlak dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah (Setiawan, 2016).

Said Nursi mengajarkan kepada murid-muridnya, pendidikan akhlak itu sikapnya mencerminkan antara keindahan dan jiwa yang mulia begitu mereka tampak bertingkah seperti anak-anak, itu bukanlah suatu bentuk kelemahan dan kerendahan hati mereka, tetapi justru karena kualitas iman yang melingkupi jiwa mereka. Kadang-kadang murid-muridnya terlihat begitu murah hati sehingga bukan karena kerendahan hati, tetapi karena kemuliaan yang mereka miliki, murni dengan harapan akan persetujuan Ilahi (Arifin, 2016).�

Pembagian antara sains modern yang anti Islam dan yang tidak anti Islam menjadi inti pemikiran Said Nursi dalam menghubungkan Islam dan sains. Konsep ketuhanan, di mata Said Nursi, tidak perlu diubah ketika Islam mengambil alih sains, tetapi sains memang harus disesuaikan dengan Islam (Maftukhin, 2017).

Permasalahan yang terjadi dalam penelitian ini merupakan kualitas Pendidikan akhlak bangsa sebagai persyaratan kepemimpinan global di era kompetitif malah tergerus. Dan mengapa memilih Said Nursi karena Said Nursi peduli terhadap pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam yang beretika bagi generasi mendatang. Dan cita-cita Said Nursi adalah melahirkan generasi muda yang mampu menafsirkan Alquran melalui pendekatan yang bermakna untuk menjawab tantangan peradaban dan menghadirkan wajah Islam sebagai rahmatan lil 'ālamῑn. Sistem pendidikan yang digagas oleh Said Nursi menitikberatkan pada pembangunan iman yang kuat, yaitu iman yang dilandasi oleh semangat hidup visioner yang diwujudkan dalam perilaku manusia.

Keimanan yang tinggi memerlukan suatu proses perkembangan yang dilandasi oleh kebesaran sifat Allah SWT dan realitas yang terkandung di alam semesta. Dalam gerakannya, Said Nursi menyatukan akal dan hati nurani dalam proses menilai perilaku baik dan buruk serta akhlak yang tinggi.

Said Nursi menjelaskan pentingnya agama tercermin dalam kesadaran sedangkan sains adalah realisasi akal (Ayathurrahman & Shodiq, 2023). SD Muhammadiyah Kreatif Kraksaan, salah satu sekolah dasar yang berlandaskan kepada nilai-nilai Islam. Sehingga pendidikan akhlak merupakan kurikulum yang harus diterapkan disekolah tersebut. Pada penelitian ini dilakukan observasi untuk mengamati kegiatan belajar mengajar peserta didik di kelas VI, kegiatan yang diamati oleh peneliti adalah tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, respon peserta didik terhadap pembelajaran serta terhadap masyarakat sekolah. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan hal-hal yang diamati oleh observer meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas Pendidikan akhlak di sekolah dan tetap diterapkan di rumah.

Tujuan penelitian ini adalah agar menimalisir adanya kenakalan remaja yang terjadi. Dengan begitu dalam penerapan Pendidikan akhlak penelitian ini merelevansikan dengan tokoh islam said nursi, agar menciptakan generasi selanjutnya memiliki akhlak yang lebih baik lagi yang ditanamkan sejak kecil juga membangkitkan Islam kembali. fokus utama dari penelitian ini dalam rangka menjawab apakah betul telah terjadi relevansi pendidikan akhlak terkait Said Nursi, dengan rumusan masalah pada penelitian tersebut bagaimana konsep pendidikan akhlak Said Nursi pada SD Muhammadiyah.

 

Metode Penelitian

Dalam permasalahan di atas, metode pendekatan yang digunakan metode kualitatif. Rumusan masalah dijawab dengan menggunakan data sekunder. Dalam penelitian ini, data sekunder yang dilakukan melalui berbagai sumber seperti buku, jurnal dan internet yang membahas tentang pendidikan akhlak said nursi. Bahan penelitian ini dikumpulkan melalui studi kasus bersifat interpretatif untuk menggambarkan pendidikan dalam SD Muhammadiyah Kreatif Krakaan. Hasil pengkajian disusun secara sistematis.

Hasil dari studi kepustakaan tersebut diolah dan disajikan untuk kemudian dilakukan analisis. Analisis data dilakukan secara deskriptif-analitis. Berbagai data yang disajikan kemudian dikaji melalui penalaran deduktif (deductive reasoning). Analisis secara tajam terhadap berbagai faktor yang terkait dengan kasus tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh kesimpulan yang akurat.

Pelaksanaan penelitian kualitatif ini difokuskan pada relevansi pendidikan akhlak, pelaksanaan pola penanaman nilai moral religius, dan evaluasi pola penanaman nilai moral religius di SD Muhammadiyah Kraksaan. Hal inilah yang selanjutnya akan diteliti lebih mendalam, terutama dalam kaitannya dengan pola pendidikan akhlak dalam penanaman nilai-nilai religius yang berlangsung di SD Muhammadiyah Kraksaan yang tidak sekedar belajar saja, tetapi peserta didik memiliki akhlak yang baik di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.

Pengumpulan data dilakukan melalui 3 tahap. Pertama, orientasi; kedua, tahap pengumpulan data (lapangan) atau tahap eksplorasi; dan ketiga, tahap analisis dan penafsiran data. Selain itu untuk mendapatkan beberapa data dalam penelitian ini, maka peneliti menentukan sumber data/informan yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki informasi banyak tentang pelaksanaan relevansi pendidikan akhlak, maka peneliti mengumpulkan data yang berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diselidiki.

Lebih lanjut mengemukakan bahwa metode studi kasus sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit. Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber.

Sehubungan dengan pengambilan data-data tentang pendidikan akhlak di SD, maka informan-informan yang berfungsi sebagai sumber data meliputi: kepala sekolah, guru agama, guru umum dan peserta didik.

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan peneliti di SD Muhammadiyah Kreatif Kraksaan adalah;

1. Metode Observasi

Observasi kuantitatif dirancang untuk� menetapkan standardisasi� dan� kontrol,� sedangkan� observasi� kualitatif� bersifat� naturalistik. Observasi kualitatif diterapkan dalam konteks suatu kejadian natu Metode Wawancara ral, mengikuti alur� alami� kehidupan� amatan (H. Hasanah, 2017).

2. Metode wawancara

Wawancara penelitian ditujukan untuk mendapatkan informasi dari satu sisi saja, olehkarena itu hubungan asimetris harus tampak.Peneliti cenderung mengarahkan wawancara pada penemuanperasaan, persepsi, dan pemikiran partisipan (Rachmawati, 2007).

3. Metode dokumentasi

Dokumentasi adalah alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum sekolah, seperti letak geografis dan hal�hal yang berkaitan dengan sekolah dan proses belajar mengajar sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang sekolah yang akan penulis teliti (U. Hasanah, 2017). Definisi dari instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Adapun instrument yang digunakan oleh penulis adalah:

a. Peneliti, Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus sebagai pengumpul data. Dalam hal ini peneliti berusaha untuk mengumpulkan data berkaitan dengan� relevansi pendidikan akhlak di SD Muhammadiyah, hingga kendala yang menjadi penghambat dan pendukung penerapan itu.

b. Lembar observasi, Instrument ini untuk mengadakan pengamatan bagaimana kegiatan dalam pembelajaran serta lembar pertanyaan kepada informa.

c. Dokumentasi, Instrument dokumentasi ini mencakup data-data yang berkaitan dengan berlangsung sebuah kegitan yang terjadi di SD Muhammadiyah seperti, foto, dan dokumentasi kegiatan yang dilaksanakan.

d. Wawancara, Instrument wawancara dilakukan guna mengumpulkan data secara tulis, dimana peneliti memberikan pertanyaan seputar penelitian yang dilakukan baik kepada kepala sekolah, guru agama, guru umum hingga, peserta didik.

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

 

Hasil dan Pembahasan

Gambar 1 Relevansi pendidikan akhalak said nursi di sd muhammadiyah kreatif kraksaan

 

Selanjutnya hasil penelitian dan pembahasan dalam artikel ini menarik dibaca dan mudah dipahami, penulis akan menampilkan kutipan wawancara dengan informan berdasarkan relevansi yang telah didapatkan. Di samping itu setiap tema tersebut akan langsung dibahas berdasarkan teori, pendapat pakar, serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang membahas isu dan permasalahan ini dalam konsteks maupun isu yang berbeda.

Bagaimana Relevansi konsep Pendidikan Akhlak Said Nursi pada SD Muhammadiyah. Menurut Said Nursi, pendidikan itu menguntungkan semangat persaudaraan yang baik (ukhuwah) prinsip identifikasi (Recognition principle) dalam arti mengenali diri sendiri sebagai pribadi Merasa, berpikir dan bertindak berdasarkan parameter disediakan oleh Islam dan prinsip reward and punishment (prinsip reward and punishment) dalam arti dimanfaatkan untuk sesuatu Pelanggaran terkait dengan proses pendidikan. Said Nursi menggangap bahwa pendidikan merupakan titik tolak kebangkitan umat Islam dari kebodohan dan ketertinggalan zaman.

Said Nursi menawarkan 13 poin yang dijadikan cara penegakkan sistem pengajaran, yaitu Pendidikan berdasarkan pada sumber dasar Islam yaitu al-Quran dan Sunnah. 1) Kehidupan dunia dan akhirat dianggap sebagai satu kesatuan (dipandang dalam suatu pandangan). 2) Ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum (sciece) diajarkan bersama-sama. 3) Chauvinisme dan nasionalisme (rasa kebangsaan) tidak harus dikobarkan, tetapi justru nasional Islamlah yang dikedepankan/menjadi dasar. 4) Pendidikan berdasarkan persaudaraan, persatuan dan kesatuan. 5) Pendidikan yang diajarkan harus mencerminkan al-Quran. 6) Para siswanya harus memiliki jiwa semangat, syukur dan harapan. 7) Pendidikan Islam harus dimulai dari individu itu sendiri. 8) Bakat/kemampuan dan keinginan manusia harus diperhatikan. 9) Pendidikan bersifat bebas, terbuka dan bermanfaat bagi masyarakat umum (society).10) Pendidikan melalui pergerakan yang positif. 11) Para sisiwa dan sekolah tidak terlibat dalam gerakan politik. 12) Pendidikan harus memiliki target dan tujuan yang tinngi dan murni (Qodriyah, 2023).

Hal ini juga dijelaskan dalam menanamkan pendidikan akhlak kepada peserta didik di SD Muhammadiyah, dalam hal ini kepala sekolah menyatakan, dalam menanamkan akhlaq karimah di lingkungan SD Muhammadiyah Kraksaan kita mengadakan pembiasaan yang rutin dilakukan di sekolah mulai kegiatan salam sapa, tilawah dan tahfidz Al-Qur`an, dhuha, pembiasaan akhlaqul karimah terhadap teman dan guru, ESQ, parenting dll�.

Serta untuk guru agama menyatakan bahwa �dengan menanamkan akhlak baik dan menjadikan sebuah kebiasaan untuk peserta didik�. Dan untuk guru selain pelajaran umum menyatakan bahwa �cara menanamkan Pendidikan akhlak kepada peserta didik, diantaranya dengan metode ceramah atau klasikal, pendekatan personal, pendekatan terhadap keluarga, agar ada kesamaan dalam hal penanganan akhlak peserta didik�. Jadi secara garis besar dalam menanamkan Pendidikan akhlak di SD Muhammadiyah dengan Kerjasama kepala sekolah dengan para guru agama, dan guru lainnya, dengan cara melakukan kebiasaan-kebiasaan baik, pendekatan personal juga sharing dan kunjungan terhadap orang tua.

Dalam tujuan pendidikan di SD Muhammadiyah yaitu terbentuknya pelajar muslim yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air, berguna bagi masyarakat dan negara. Lalu terciptanya peserta didik yang unggul dalam IPTEK dan IMTAQ, terciptanya peserta didik yang berwawasan lingkungan. Terwujudnya kemandirian peserta didik dalam segala hal, dan terciptanya generasi yang mencintai budaya yang besar berdasar kearifan local. Tujuan pendidikan harus diarahkan kepada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangan yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti (Awaliyah & Nurzaman, 2018).

Penelitian ini dilakukan kepada peserta didik kelas 6, karena di kelas tersebut sudah memulai bisa membedakan mana yang salah dan mana yang bener, juga dalam psikologi kelas 6 tersebut termaksud usia remaja dimana pada usia tersebut mulai mencari jati diri dan banyak mengekspor hal-hal yang dirinya belum mengetahui, maka guru perlu menyesuaikan pendidikan akhlak yang diajarkan pada peserta didik kelas 6.

Dalam perkembangan anak sekolah berbeda dengan perkembangan remaja dan perkembangan dewasa. Ciri-ciri perkembangan anak sekolah adalah perkembangan fisik-motorik, perkembangan intelektual, perkembangan bahasa, perkembangan emosi, perkembangan sosial dan perkembangan kesadaran beragama. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan yang menimbulkan masalah dalam pembangunan. Faktor tersebut meliputi faktor genetik dan faktor lingkungan. Dan ketika masuk masa-masa remaja awal, mereka sudah mulai faham akan pentingnya akhlak, seperti:

A. Akhlak Terhadap Teman.

Teman��� adalah��� orang��� paling��� setia menemani bermain�� dan�� belajar.�� Adapun Akhlak kepada teman sebagai berikut; 1) Saling Menasehati. 2) Saling Menyayangi�� dan Menghargai. 3) Saling Membantu dan Tolong Menolong. 4) Saling Jujur dan Memaafkan.

Seperti mengucapkan salam terhadap teman, peserta didik melakukannya kadang-kadang, menjaga kesantunan dalam berbicara peserta didik pun masih tergolong kadang-kadang dalam melakukannya, membantu teman peserta didik sudah sering melakukannya, hal yang sering terjadi pula ketika menjaga amarah ketika emosi, mereka lebih melakukannya kadang-kadang, dan terakhir kepedulian terhadap teman, peserta didik selalu dan kadang-kadang dalam menjaninya.

Dalam hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dalam Pendidikan akhlak terhadap teman ini bisa dibilang kadang-kadang dilakukan, dengan begitu harus perlu adanya mengontrolan dari para guru dalam meningkatkan akhlak peserta didik tersebut. Berdasarkan jawaban dari 10 peserta didik tersebut bahwa SD Muhammadiyah kreatif telah melakukan pembentukan akhlak terhadap diri peserta didik, sehingga peserta didik akan menjadi lebih baik akhlaknya dapat mempergunakannya dalam kehidupan pergaulan setelah mereka terjun ke masyarakat (Sugiharto, 2017).

B. Akhlak Terhadap Guru.

Seorang guru harusnya menjadi teladan (uswatun hasanah) contoh yang baik untuk muridnya, pembentukan akhlak terhadap guru yang semakin baik dapat terlihat dari sikap peserta didik hormat peserta didik terhadap guru diantaranya seperti mengucapkan salam ketika bertemu, dalam hal ini peserta didik SD Muhammadiyah kadang-kadang dalam melakukannya, menjaga kesantunan dalam berbicara dengan guru hal ini selalu dilakukan oleh peserta didik, di SD Muhammadiyah juga membiasakan jujur terhadap guru, dalam hasil penelitian peserta didik masih sering dan kadang-kadang dalam melakukannya, Adapun peserta didik juga dibiasakan dalam membantu guru dan hasil dari analisis penelitian ini masih sering membantu guru dan menghormati guru saat berada dalam lingkungan sekolah, mereka peserta didik juga kadang-kadang dalam melakukannya.

Berdasarkan jawaban dari 10 peserta didik tersebut bahwa SD Muhammadiyah kreatif telah menanamkan pola akhlak yang baik terhadap guru. Upaya guru pendidikan agama islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memiliki, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur�an dan Al-Hadits (Rosyidah, 2019).

C. Akhlak Terhadap Masyarakat Sekolah

Islam mengimbangi hak-hak pribadi, hak-hak orang lain dan hak masyarakat sehingga tidak timbul pertentangan. Semuanya harus bekerja sama dalam mengembangkan hukum-hukum Allah. Akhlak kepada sesama manusia merupakan sikap seseorang terhadap orang lain (Warasto, 2018). Hasil dari penelitan terkait akhlak terhadap masyarakat sekolah antara lain melakukan salam ketika bertemu.

Pada penelitian ini peserta didik kadang-kadang melakukan hal tersebut, selalu menghormati masyarakat sekolah, peserta didik ada yang melakukanya dengan selalu dan sering, menjaga amanat yang telah disampaikan dengan baik untuk peserta didik dalam menjalani hal tersebut mereka melakukannya dengan kadang-kadang, dan etika berjalan kepada orang yang lebih tua, mereka menjawab sering dalam melakukan hal tersebut, dari hasil analisis akhlak terhadap masyarakat sekolah, masih perlu dikontrol lebih lanjut agar, lebih baik lagi.

Manusia sebagai khalifah Tugas khalifah sering disebut dalam al-Qur'an seperti imaratul ardh (kemakmuran bumi) dan nibadatullah (menyembah Allah). Tuhan menciptakan manusia dari bumi ini dan memberi tugas kepada manusia untuk berbuat baik di bumi dengan mengatur dan melestarikannya (Furqon, 2021).

Adapun konsep pemikiran Said Nursi dalam pendidikan akhlak generasi muda diantaranya; 1) Menguatkan iman. 2) Berpegang teguh pada Al-Quran. 3) Pentingnya Memahami Hakikat Penciptaan Manusia. 4) Pentingnya Memahami Asma� Al-Husna. 5) Pentingnya Meyakini Hari Kiamat. 6) Mencintai Para Nabi dan Orang Saleh. 7) Takwa dan Amal Saleh (Fitriah, 2019).

Dalam menguatkan iman, konsep pemikiran Said Nursi pada prinsipnya secara dasar ialah bertujuan untuk menguatkan iman serta menyampaikan inti dari hakikat keimanan. Hal yang sama menjelaskan mengenai keilmuan dan pendidikan Islam. Dan seorang muslim harus memiliki ilmu yang lebih dan mencapai inti ilmu (Rahmah, 2019).� Penerapan yang terjadi di SD Muhammadiyah dalam menguatkan keimanan selalu mengajarkan ilmu agama kepada peserta didik, membiasakan sholat duha sebelum memulai pembelajaran, lalu ketika pembelajaran di mulai dan berakhir peserta didik melakukan rutin membaca al-qur�an, dan menjalankan perintah allah secara konsisten.

Berpegang Teguh Pada Al-Quran, sebagai asas dan petunjuk menuju bukti-bukti Allah SWT. Prinsip menaati Alquran merupakan komitmen fundamental Said Nurs. Membaca Al-Qur'an berarti manusia harus memperoleh kekebalan dari Allah SWT. Hikmat Al-Quran membuat kita mengenal Tuhan kita (Fitriah, 2019). Said Nursi berprinsip bahawa ajaran Al-Quran perlu ditanam dalam jiwa manusia ke arah kebangkitan umat (Razman & Hamjah, 2015).�

Said Nursi menganggap bahwa Rasalah an-Nμr adalah penjelasan Al-Qur�an dengan kacamata ilmu-ilmu modern dan dikaitkan dengan tantangan-tantangan berat yang memengaruhi dunia Islam modern. Penerapan yang terjadi di SD Muhammadiyah bawasannya al-qur�an adalah pedoman yang secara rutin diajarkan kepada peserta didik, dengan membaca serta menghafalkan al-qur�an, namun tidak hanya diterapkan di sekolah saja dan menjadikan kebiasaan oleh peserta didik dilakukan di rumah.

Pentingnya Memahami Hakikat Penciptaan Manusia, Mengenai proses penciptaan manusia dalam kitab Al-Qur�an sebagaimana yang tertera dalam surat Al-Mu�minun ayat 12-14. Manusia sebagai khalifah di muka bumi dengan kedudukan yang lebih tinggi dari alam semesta. Karena khalifah lebih tinggi sedangkan alam semesta lebih rendah, manusia memiliki pembenaran teologis, boleh dikatakan, untuk mengeksploitasi alam untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa batas. Terdapat prinsip penting dalam memahami hakikat penciptaan manusia senantiasa berkaitan dengan memahami makna hidup dalam konteks ajaran Said Nursi (Maghfiroh, 2021). Penerapan yang terjadi di SD Muhammadiyah penciptaan manusia untuk beribadah kepada allah dan menjauhi larangannya.

Pentingnya Memahami Asma‟ Al-Husna menjadi komitmen mendasar bagi Said Nursi dalam pembentukan akhlak. Said Nursi memandang bahwa segala makna dan nilai kehidupan manusia dapat diteladani dari Asma' Al-Husna (nama-nama terbaik Allah Swt). Said Nursi cenderung melihat bahwa ada 6 (enam) nama Allah yang tergolong asma'ul adzam (nama-nama besar), yaitu Al-Quddus, Al-Adl, Al-Hakim, Al-Fard, Al-Hai, dan Al-Qayyum. Said Nursi berkeyakinan bahwa sifat-sifat Allah adalah bentuk manifestasi dari Asma� Al-Husna. Pewujudan pemahaman Asma� Al-Husna penting untuk pembentukan manusia yang berakhlak.

Keluasan dan keluhuran makna kehidupan muslim harus mengambil inspirasi dan motivasi dari cerminan Asma' Al-Husna tersebut (Ridho, 2014). Penerapan di SD Muhammadiyah dengan cara membaca Asma' Al-Husna ketika selesai sholat duha secara berjama�ah, Perwujudan Asma' Al-Husna berarti dalam pembuatan orang yang bermoral serta Asma' Al-Husna jadi alas diri berkarakter akhlak agung.

Pentingnya Meyakini Hari Kiamat, Serangkaian upaya membentuk manusia yang berakhlak mulia,pemahaman kiamat sering disebut sebagai bagian pembentukan karakter untuk Said Nursi. Para pemikir muslim dan sebelumnya tidak menafsirkannya sama sekali secara rinci tentang ayat-ayat dan hadits pada hari kiamat (Fadhlan, 2017). Said Nursi menjelaskan hikmah menjaga rahasia ketika Hari Kiamat dan hal-hal lain yang belum pernah terjadi sebelumnya terjadi di Risalah Nur. Jika kematian seseorang ditentukan dan waktunya diketahui, manusia akan menjalani separuh hidup mereka dalam kecerobohan dan separuh lainnya dalam ketakutan (Kamal & Taufiq, 2022).�

Penerapan yang terjadi di SD Muhammadiyah dalam meyakini kiamat sudah di pelajari dalam buku pembelajaran, sehingga mereka sudah mengetahui adanya hari kiamat tersebut. Mencintai Para Nabi dan Orang Saleh, Said Nursi mengatakan bahwa Nabi Muhammad memberikan contoh perilaku yang baik untuk semua orang. Teladan kualitas akhlak yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW baik dalam refleksi pribadi maupun dalam kehidupan sosial dan politik patut untuk diulangi oleh umat saat ini. Nilai-nilai kemanusiaan yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan cara, menurut Said Nursi, untuk memperoleh kecintaan dan keridhaan Allah SWT.

Menurut Nursi, mempraktikan sunnah merupakan sebuah upaya untuk meneladani adab-adab yang dilakoni oleh Rasul SAW dengan ketakwaan yang agung dan iman yang kuat lagi kokoh (Zaprulkhan, 2017). Takwa dan Amal Saleh, Said Nursi sangat menekankan kepada murid-muridnya untuk senantiasa ikhlas, takwa, dan sedekah. Said Nursi sangat yakin keikhlasan, ketakwaan, dan sedekah dapat membentuk karakter pribadi manusia. Dimana ketiga hal ini menjadi dasar hidup dalam pembentukan manusia ideal dalam pandangan Said Nursi yang diisyaratkan secara implisit dalam Risalah An-Nur untuk membentuk manusia ideal yang berakhlak mulia (Maghfiroh, 2021). Perbuatan baik tidak berdasarkan jenis kelamin, tetapi di sisi Allah ada tiga yaitu orang yang panjang umur dan mengerjakan amal sholeh, orang yang mengajak amal sholeh dan mencegah hal yang mungkar, dan orang yang mempersatukan silaturahmi dan bertaqwa kepada Allah (Hanif & Syarifah, 2022).

Dalam kebangkitan islam, dilihat dari generasi-generasi penerusnya dan pemahaman diantara keimanan, berpegangan pada al-qur�an, memahami alam semesta, penciptaan manusia, memahami asma� al-husna, mengetahui tanda-tanda akhir zaman,meneladani nabi Muhammad, dan menanamkan rasa ikhlas, takwa serta amal sholeh. Maka SD Muhammadiyah Secara garis besar materi seperti hal itu, sudah dipelajari peserta didik SD Muhammadiyah Kraksaan dalam kurikulum Al-Islam, juga generasi anak jaman sekarang adalah pemimpin yang akan datang.

Jadi sebagai pemimpin zaman milenial selain jiwa kepemimpinan yang baik, skill dan kemampuan memimpin untuk menciptakan kondisi yang efektif, efisien dan produktif, seorang pemimpin milenial juga harus memiliki karakter atau sikap yang baik untuk memimpin dengan keteladanan. Ada hal-hal yang dilakukan pemerintah untuk rakyatnya yang tidak menguntungkan seperti korupsi, penyimpangan sosial dan lain-lain.

Akibatnya, seiring dengan masyarakat yang tidak mendapatkan keteladanan yang baik dari pemimpinnya, muncul pula ketidakpercayaan terhadap pemerintah, yang tentunya sangat merugikan penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, sebagai seorang pemimpin kita harus mengembangkan sikap yang baik sehingga menjadi teladan bagi kita nantinya, sehingga kita dapat membangun masyarakat yang baik dan mendorong pembangunan, karena diharapkan generasi milenial menjadi sangat antusias. pemimpin mereka (Ambarwati & Raharjo, 2018).

Dalam menciptakam akhlak yang baik di SD Muhammadiyah juga memiliki visi dan misi untuk menjadikan peserta didik dalam menanamkan akhlak, dalam visinya menjelaskan �Umikaromah� yaitu unggul dalam imtaq dan iptek, kreatif, mandiri dan berakhlaqul karimah, hal ini dilakukan agar menjadi pemicu SD Muhammadiyah agar menjadikan peserta didiknya tidak hanya memperdalam agama saja namun juga bisa seimbang antara pendidikan agama juga pendidikan umum.

Terdapat misi yang memperkuat pendidikan akhlak di SD Muhammadiyah diantaranya; 1) Menanamkan dan membiasakan perilaku yang islami dalam kehidupan sehari-hari. 2)����� Membentuk peserta didik yang berkualitas dalam bidang akademik dan non akademik. 3) Menumbuhkan kreatifitas dan kemandirian peserta didik melalui interaksi dengan alam sekitar. 4) Menumbuh kembangkan kemandirian peserta didik. 5) Membiasakan peserta didik dengan, senyum, salam, sapa, sayang, dan santun.

Menanamkan dan membiasakan perilaku yang islami dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, jika peserta didik, sudah dibiasakan orang tuanya dan lingkungan sekolahnya untuk mengenal pendidikan karakter sejak dini, maka anak akan terlahir menjadi pribadi yang kuat dan ksatria, berkhlakul karimah, percaya diri dan memiliki sifat empati yang tinggi. Sehingga apabila anak tidak melakukan kebiasaan baiknya maka anak akan merasa ada sesuatu yang janggal dalam dirinya, sehingga dalam tahapan penanaman karakter kepada diri peserta didik sangat diperlukan komunikasi dan perhatian yang ekstra kepada peserta didik sehingga proses pembentukan karakter anak berjalan secara maksimal tentu juga harus memperhatikan kaidah-kaidah tertentu oleh orang tua ataupun para pendidik yang terlibat di dalamnya.

 

Kesimpulan

Said Nursi mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa pendidikan akhlak mencerminkan keindahan dan jiwa yang mulia, jika mereka tampak berperilaku seperti anak kecil, itu bukanlah bentuk kelemahan dan kerendahan hati, tetapi justru karena kualitas keimanan yang melingkupi jiwanya. Pembentukan karakter anak dalam konteks sekolah. Perlu kita ketahui bahwa akibat dari proses dan hasil kerja pedagogik tersebut tidak serta merta terlihat, melainkan melalui proses yang panjang.Perjuangan guru untuk membimbing siswa sangatlah berat. Guru harus menciptakan karakter atau moral yang baik bagi siswa di sekolah.

Dengan mengikuti akhlak yang baik, diharapkan guru dapat meningkatkan akhlak yang baik pada siswa. Nursi mengatakan bahwa cita-citanya adalah membebaskan umat Islam dari peradaban Barat, yang menurutnya akan menghapus budaya dan ajaran Islam yang ditujukan kepada umat Islam, yaitu melalui perpaduan dua sayap keilmuan, ajaran antara agama dan sains. Marilah kita selamatkan pondasi iman dan rukunnya yaitu iman yang tumbuh dan sekaligus memupuknya agar tumbuh subur di hati, kemudian selamatkan diri dari para penjaga yang keji dan hal-hal yang meragukan dengan dalil-dalil yang banyak dan bukti-bukti yang konkrit.

Tujuan pendidikan di SD Muhammadiyah adalah untuk mendidik siswa muslim yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya diri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat dan negara. Kemudian menciptakan siswa yang unggul dalam IPTEK dan IMTAQ, serta menciptakan siswa yang berwawasan lingkungan. Mewujudkan kemandirian peserta didik dalam segala aspek dan mewujudkan generasi bangsa yang cinta budaya berbasis kearifan lokal. Tujuan pendidikan harus bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki seseorang untuk berkembang seutuhnya, yaitu. perkembangan fisik, mental dan moral. Misalnya konsep pemikiran Said Nursi dalam pendidikan akhlak generasi muda antara lain: Memperkuat iman, mengikuti Al-Qur'an, pentingnya memahami hakikat penciptaan manusia, pentingnya memahami Asma' Al-Husna, pentingnya beriman kepada hari kiamat, mencintai para Nabi dan orang-orang saleh, serta taqwa dan kebaikan. perbuatan.

 

BIBLIOGRAPHY

Aeni, A. N. (2014). Pendidikan karakter untuk siswa sd dalam perspektif islam. Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 50�58. https://doi.org/10.53400/mimbar-sd.v1i1.863

 

Ambarwati, A., & Raharjo, S. T. (2018). Prinsip Kepemimpinan Character of A Leader pada Era Generasi Milenial. PHILANTHROPY: Journal of Psychology, 2(2), 114�127.

 

Arifin, M. L. (2016). Konsep Pendidikan Moral Menurut Said Nursi: Array. DIALEKTIKA Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Dasar, 5(1).

 

Awaliyah, T., & Nurzaman, N. (2018). Konsep pendidikan akhlak menurut Sa�id Hawwa. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL], 6(1), 23�38. https://doi.org/10.36667/jppi.v6i1.152

 

Ayathurrahman, H., & Shodiq, S. F. (2023). Integrasi Ilmu Agama-Sains Badiuzzaman Said Nursi dan Relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam Era Digital di Indonesia. Bulletin of Indonesian Islamic Studies, 2(1), 1�18. https://doi.org/10.51214/biis.v2i1.512

 

Fadhlan, H. (2017). Pendidikan akhlak Hasan Al Banna dan Said Nursi dalam pengembangan model pendidikan Agama Islam. UIN Sunan Gunung Djati.

 

Fahmi, M. N., & Susanto, S. (2018). Implementasi Pembiasaan Pendidikan Islam dalam Membentuk Karakter Religius Siswa Sekolah Dasar. Pedagogia: Jurnal Pendidikan, 7(2), 85�89. https://doi.org/10.21070/pedagogia.v7i2.1592

 

Fitriah, H. (2019). Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut Badiuzzaman Said Nursi Dalam Buku Risalah Nur. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

 

Furqon, F. (2021). Peran Manusia di Bumi Sebagai Khalifah Dalam Perubahan Sosial. An Naba, 4(1), 1�13. https://doi.org/10.51614/annaba.v4i1.66

 

Hanif, M., & Syarifah, L. N. (2022). Hermeneutika adil gender menurut ulama kontemporer dalam studi al-Qur�an. Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender Dan Anak, 17(2), 181�200. https://doi.org/10.24090/yinyang.v17i2.6870

 

Hasanah, H. (2017). Teknik-teknik observasi (sebuah alternatif metode pengumpulan data kualitatif ilmu-ilmu sosial). At-Taqaddum, 8(1), 21�46.

 

Hasanah, U. (2017). Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Melalui Penerapan Metode PQRST (Preview, Question, Read, Summarize, Test) Peserta Didik Kelas V Di Mi Ismaria Al-Qur�aniyah Islamiyah Raja Basa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017�. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 1�14. https://doi.org/10.24042/atjpi.v8i1.2093

 

Kamal, N. A., & Taufiq, W. (2022). Telaah Penafsiran Maqasidi Badiuzzaman Said Nursi terhadap Tema Eskatologi dalam al-Qur�an. Jurnal Iman Dan Spiritualitas Volume 2 Nomor 3 (2022), 349.

 

Maftukhin, M. (2017). Reposisi Konsep Ketuhanan: Tanggapan Muhammad Iqbal Dan Said Nursi Atas Perjumpaan Islam Dan Sains. Epistem�: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 12(1), 77�102. https://doi.org/10.21274/epis.2017.12.1.77-102

 

Maghfiroh, N. (2021). Studi Komparasi Pemikiran Ulama Badiuzzaman Said Nursi Dan Kitab Ta�lim Muta�alim Terhadap Pendidikan Akhlak Generasi Muda. Al-Madaris Jurnal Pendidikan Dan Studi Keislaman, 2(2), 23�39. https://doi.org/10.47887/amd.v2i2.29

 

Qodriyah, N. (2023). Pemikiran Bediuzzaman Said Nursi Dan Zakiah Daradjat Tentang Pembentukan Kepribadian Remaja Dalam Pendidikan Islam. IAIN Kediri.

 

Rachmawati, I. N. (2007). Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif: wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia, 11(1), 35�40.

 

Rahmah, I. (2019). Ukhuwah dalam Perspektif Badiuzzaman said Nursi (Analisis Kitab risalah Nur).

 

Ramadhani, S. P., Marini, A., & Sumantri, S. (2021). Bagaimana Pengelolaan Pendidikan Karakter Berbasis Islam Sekolah Dasar? Jurnal Basicedu, 5(3), 1617�1624. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i3.916.

 

Razman, M. R., & Hamjah, S. H. (2015). Dakwah Dalam Dimensi Kerohanian Penjagaan Paliatif Menurut Pendekatan Badi�al-Zaman Sa�id Al-Nursi. Al-Hikmah, 7(1), 33�47.

 

Ridho, M. I. (2014). Pemikiran Humanistik dalam Pendidikan Perspektif Said Nursi dan Paulo Freire. IAIN Sunan Ampel Surabaya.

 

Rosyidah, E. (2019). Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Akhlak Peserta Didik di TPQ Al-Azam Pekanbaru. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 9(2), 180�189. https://doi.org/10.24042/alidarah.v9i2.5017

 

Setiawan, A. (2016). Relevansi Pendidikan Akhlak di Masa Modern Perspektif Bediuzzaman Said Nursi. SYAMIL: Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education), 4(2). https://doi.org/10.21093/sy.v4i2.819

 

Sugiharto, R. (2017). Pembentukan Nilai-Nilai Karakter Islami Siswa Melalui Metode Pembiasaan. Educan: Jurnal Pendidikan Islam, 1(1). https://doi.org/10.21111/educan.v1i1.1299

 

Warasto, H. N. (2018). Pembentukan Akhlak Siswa. Jurnal Mandiri: Ilmu Pengetahuan, Seni, Dan Teknologi, 2(1), 65�86. https://doi.org/10.33753/mandiri.v2i1.32

 

Zaprulkhan, Z. (2017). Signifikansi Sunah dalam Perspektif Said Nursi Bagi Masyarakat Kontemporer. Mawa Izh Jurnal Dakwah Dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan, 8(1), 178�200. https://doi.org/10.32923/maw.v8i1.704

 

Copyright holder:

Firyal Rafidah Lesmana, Fathor Rohim, Fahrudin Mukhlis (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: