Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10,
Oktober 2022
PENGARUH PENDEKATAN STEM (SCIENCE,
TECHNOLOGY, ENGINEERING, MATHEMATICS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA
DIDIK SD KELAS V
Rofiqoh,
Erna Suwangsih, Puji Rahayu
Universitas
pendidikan Indonesia, Indonesia
E-mail: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
pengaruh pembelajaran dengan pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering,
and Mathematics) dengan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa kelas V. Data penelitian dikumpulkan dari dua kelompok siswa yang
masing-masing menerima jenis pembelajaran yang berbeda. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
STEM memiliki hasil yang lebih baik dalam kemampuan berpikir kritis
dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Dengan
demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan STEM
secara positif mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa kelas V. Hasil
penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pendidik dan peneliti untuk
mempertimbangkan penggunaan pendekatan STEM dalam upaya meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa di tingkat pendidikan dasar.
Kata Kunci: Kemampuan berpikir kritis, Pembelajaran STEM, Siswa
kelas V.
Abstract
This study
aims to compare the effect of learning with a STEM (Science, Technology,
Engineering, and Mathematics) approach with conventional learning on the
critical thinking skills of grade V students. The results of this study show
that students who get learning with STEM approaches have better results in
critical thinking skills compared to students who get conventional learning.
Thus, this study concluded that learning with a STEM approach positively
affects the critical thinking skills of grade V students. Hasil penelitian ini
dapat menjadi acuan bagi pendidik dan peneliti untuk mempertimbangkan penggunaan
pendekatan STEM dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di
tingkat pendidikan dasar.
Keywords:
Critical thinking skills, STEM Learning, Grade V students.
Pendahuluan
Kemajuan
teknologi saat ini berpengaruh terhadap pendidikan di Indonesia. Abad 21
merupakan abad dimana teknologi berkembang begitu pesat dan teknologi sudah
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. �Teknologi juga mengalami perkembangan yang
pesat pada bidang Pendidikan. Pembelajaran abad 21 adalah pembelajaran yang
menggabungkan kecakapan literasi, kemampuan pengetahuan, keterampilan,
perilaku, serta penguasaan teknologi. Artinya, di abad ini peserta didik tidak
hanya dituntut untuk mahir dalam ilmu pengetahuan. Lebih dari itu, peserta
didik juga harus dapat menguasai keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan
abad 21 yang harus dimiliki peserta didik disebut 4C, yaitu keterampilan
berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan
masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication),
dan berkolaborasi (collaboration). Kompetensi 4C tersebut dapat
ditanamkan baik dalam proses pembelajaran di kelas dengan berbagai model atau
pendekatan yang mampu membantu guru untuk mencapai keterampilan abad 21.
Menurut
Angelo (1995) berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan
berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis,
mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan dan mengevaluasi�. Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu
rangkaian tahapan untuk mencapai suatu tujuan.
Davies
(2015) merumuskan model berpikir kritis sebagai kemampuan untuk menyampaikan
argumen dengan alasan yang kuat dan membuat keputusan. Seorang pemikir kritis
didefinisikan sebagai seseorang yang ingin tahu, berpikiran terbuka, fleksibel,
dan berpikiran adil, memiliki keinginan untuk berpengetahuan luas, memahami
sudut pandang yang beragam, dan bersedia untuk menangguhkan keduanya penilaian
dan untuk mempertimbangkan perspektif lain.
Hasil
data dari PISA pada tahun 2018 yang dikutip dari Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD, 2019) yang bertujuan untuk mengetahui
kualitas pendidikan dan mengambil kebijakan arah pendidikan suatu negara, di
mana sistem pendidikan di Indonesia tahun 2018 berada di peringkat 72 dari 77
negara. Indonesia mendapatkan skor sains 379, sementara nilai rerata PISA
lainnya yaitu 487. Hal ini membuktikan peserta didik Indonesia mempunyai
potensi berpikir kritis, logis, serta menyelesaikan masalah yang berkategori
rendah. Sehingga pendekatan STEM digunakan dalam suatu proses pengajaran dimana
siswa akan didorong untuk lebih terlibat aktif dan bertanggung jawab dalam
memahami suatu masalah yang diberikan.
Menanamkan
potensi berpikir kritis siswa harus dimulai dari sekolah dasar agar pada
jenjang pendidikan selanjutnya peserta didik sudah terbiasa dalam menyelesaikan
suatu permasalahan. Berpikir kritis dapat dinilai melalui tes uraian. Tes
berpikir kritis sangat penting dan dibutuhkan sehingga peserta didik mempunyai
bekal dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Paul
dan Elder (2007: 8) menyatakan bahwa �Satu-satunya kapasitas yang bisa
digunakan untuk belajar adalah kemampuan berpikir�. Salah satu keterampilan
berpikir yang penting dikembangkan adalah keterampilan berpikir kritis.
Macpherson & Stanovich, 2007 (dalam Eggen & Kauchak, 2012) berpendapat
bahwa manusia tidak memiliki kecenderungan alamiah untuk berpikir secara
kritis. Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi pun sering berpikir
sama tidak kritisnya ketimbang mereka yang memiliki motivasi berprestasi
rendah. Keterampilan berpikir kritis perlu dibiasakan dalam proses pembelajaran
sehingga peserta didik memiliki kemampuan menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. Hal ini senada dengan pendapat Yaumi, (2012: 67) mengemukakan
�berpikir kritis adalah kemampuan kognitif untuk mengatakan sesuatu dengan
penuh keyakinan karena bersandar pada alasan yang logis dan bukti empiris yang
kuat
Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik sangatlah penting karena berpikir
kritis dapat mendorong anak untuk selalu ingin tahu, hal ini dapat meluas ke topik
yang diajarkan di sekolah, atau yang juga dianggap relevan dalam kehidupan
sehari-hari (Muhammad Santoso & Arif, 2021). Anak yang
memiliki pemikiran kritis yang efektif ingin tahu tentang berbagai topik, dan
umumnya memiliki minat yang luas. Berpikir kritis mampu meningkatkan
kreativitas peserta didik, bahwa anak yang memiliki pemikir kritis yang efektif,
sebagian besar adalah pemikir kreatif.
Kurikulum
yang digunakan disalah satu SD Negeri Kec.Klari Kab.Karawang yaitu kurikulum
2013 yang memang memfokuskan untuk peserta didik sebagai generasi penerus yang
dapat membangun inovasi dan kreativitas serta cara berpikir kritis dan kreatif
pada peserta didik. Salah satu pendekatan yang akan cocok jika digunakan untuk
mendukung pembelajaran tersebut yaitu STEM. Hal ini didukung dengan pendapat
(Zulhadi, 2019) STEM adalah��
pendekatan�� yang�� memberikan��
pembelajaran pengetahuan��
kepada�� peserta�� didik (science), kemampuan mendesain
sebuah alat guna memudahkan�� pekerjaan (technology),
kemampuan�� mengoperasikan�� alat��
dan�� mendesain�� tahapan-tahapan� untuk�
menyelesaikan� masalah� (engineering),dan� memahami�
besaran� dan� satuan dalam�
perhitungan� (math).
Berdasarkan
studi pendahulu yang dilakukan oleh (Khoiriyah, dkk. 2018) dengan menggunakan
pendekatan STEM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini
juga sejalan dengan penelitian (Zalsalina et al,2021) mengatakan bahwa
�pendekatan STEM layak, praktis, dan efektif ditinjau dari kemampuan berpikir
kritis peserta didik digunakan untuk menunjang suatu perangkat pembelajaran�.
Penggunaan pendekatan STEM dalam perangkat pembelajaran merupakan langkah yang
tepat dan dapat melatih peserta didik mengerjakan soal-soal berbasis sains.
Perangkat pembelajaran dengan pendekatan STEM akan memberikan dorongan kepada
peserta didik agar terlibat aktif dalam proses menemukan dan mempelajari konten
sains.
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan STEM dapat mempengaruhi tingkat berpikir
kritis peserta didik di SD yang diharapkan pada abad 21. �
Adapun
permasalahan yang telah dirumuskan, makan tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut: (1) Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa
menggunakan pembelajaran pendekatan STEM dan pembelajaran konvesional, (2) Untuk
mendeskripsikan pengaruh pendekatan STEM terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa kelas 5 sekolah dasar.
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan pengetahun dan inspirasi terhadap guru sehingga
guru dapat mengembangkan kembali model pembelajaran STEM dalam kegiatan
pembelajaran di Sekolah Dasar sehingga peserta didik tidak akan mudah bosan
dalam belajar dan bagi peserta didik.dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa yang menjadikan siswa lebih aktif saat pembelajaran berlangsung.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu:
Jenis dan desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, prosedur
penelitian, instrument penelitian, pengembangan instrument penelitian, definisi
operasional, teknik pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data.
Pemilihan jenis desain
penelitian didasari oleh tujuan penelitian yang akan dilakukan (Silaen, 2018). Jenis
penelitian yang akan digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pendekatan
Kuantitatif (Sugiyono, 2019). Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sari
et al., 2017).
Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen atau percobaan (Mulyani
Sumantri dan Johar permana, 2017). Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan zain (2014:
84), mengatakan bahwa metode eksperimen adalah cara penyajian dimana peserta
didik dapat melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajarinya (Setiadi,
2013).
Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental. Menurut Sugiyono (2019:77), Quasi
Eksperimental Design mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. �
Penelitian eksperimen ini
mengunakan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Penelitian ini
dilakukan dengan membandingkan kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan
STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) dan kelas konvesional
dimana sebagai pembanding dilakukan pretest terlebih dahulu, setelah itu
diberikan perlakuan dan diakhiri dengan posttest.
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui antar variabel yang melibatkan kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen, kedua kelompok ini nantinya akan diuji menggunakan instrumen yang
sama dan menganalisis perlakukan mana yang lebih optimal. Apakah pada kelas
eksperimen lebih baik atau kelas konvesional. Adapun desain penelitian yang
digunakan sebagai berikut:
Populasi yang ada dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas V di salah satu sekolah dasar Kabupaten
Karawang tahun ajaran 2022/2023. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu sebanyak 46 peserta didik yang terdiri atas 2 rombel kelas. Kelas Eksperimen
dengan siswa 23 akan diberikan pembelajaran dengan pendekatan STEM (Science,
Technology, Engineering, and Mathematics). Kelas kontrol dengan siswa 23
akan diberikan pembelajaran dengan pendekatan
konvensional.
Penelitian ini
menggunakan jenis Non probability sampling dengan teknik Purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2019:136) Non probability sampling
merupakan teknik pengambilan sampel dengan tidak memberi peluang atau
kesempatan yang sama kepada setiap anggota populasi saat akan dipilih sebagai
sampel. Sedangkan teknik Purposive sampling menurut Sugiyono (2019:138)
adalah pengambilan sampel dengan menggunakan beberapa pertimbangan tertentu
sesuai dengan kriteria yang diinginkan untuk dapat menentukan jumlah sampel
yang akan diteliti.
Menurut Sugiyono (2019:194)
teknik pengumpulan data merupakan bagian paling penting dalam sebuah penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data
dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1.
Tes (pretest dan post-test)
2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2019:145)
instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti
yaitu kemampuan berpikir kritis siswa SD kelas V. Instrumen penelitian ini
digunakan untuk mengukur pengaruh pendekatan STEM terhadap kemampuan berpikir
kritis peserta didik.
Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini akan menguraikan
tentang temuan dan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Hasil dari analisis
yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi instrument tes dan non-tes. Instrumen
test yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengukur kemampuan berpikir
kritis siswa sedangkan instrumen non-test yang digunakan untuk mendukung data
pada penelitian ini yaitu dokumentasi.
Tujuan dari penelitian
ini adalah: 1) Mengetahui dan menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa
menggunakan pembelajaran pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering,
and Mathematics) lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvesional, 2)
Mengetahui dan menganalisis pengaruh pendekatan STEM (Science, Technology,
Engineering, and Mathematics) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
kelas V sekolah dasar.
Hasil Temuan
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Klari 1 yang berlangsung
masing-masing selama 6 kali pertemuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
materi Panas dan Perpindahannya. Dimulai dengan membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Pada pertemuan pertama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
diberikan pretest terlebih dahulu untuk mengetahui hasil kemampuan
berpikir kritis siswa sebelum diberikan treatment. Selanjutnya untuk pertemuan
kedua hingga keempat untuk kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering,
and Mathematics), sedangkan
kelas kontrol eksperimen diberikan�
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional. Pada pertemuan
terakhir dilaksanakan kegiatan posttest untuk mengetahui hasil kemampuan
berpikir kritis siswa setelah diberikan treatment. Hasil pretest dan posttest
tersebut kemudian dilanjutkan dengan olah data
1. Analisis
Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pada
pretest dilakukan analisis yang bertujuan agar dapat mengetahui
keterampilan berpikir krtitis pada siswa sebelum diberikan perlakuan pada kedua
kelas. Pretest dilakukan pada kelas eksperimen dengan menggunakan
pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) dan
kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. �Berikut analisis dan pembahasan dari hasil pretest
siswa secara deskriptif dan inferensial.
a.
Analisis
Deskriptif Pretest Kemampuan Berpikir Kritis
Analisis
deskriptif pada pretest kemampuan berpikir
kritis siswa dapat diketahui dengan melakukan perhitungan mean dan standar
deviasi. Berikut hasil perhitungan pretest kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel
1
Hasil
Stasistika Deskriptif Pretest
Kelas |
Jenis
Tes |
Skor |
|
Standar
Deviasi |
|
Min |
Max |
||||
Eksperimen |
Pretest |
28.57 |
60 |
42.10 |
8.539 |
Kontrol |
Pretest |
25.71 |
74.28 |
40.12 |
11.369 |
�����
Berdasarkan
tabel di atas rata-rata hasil pretest kelas eksperimen sebesar 42.10 dan
kelas kontrol sebesar 40.12. Berdasarkan rata-rata hasil pretest kedua
kelas tersebut bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang tidak begitu jauh sehingga
kesetaraan tingkat kemampuan siswa hampir sama.
b.
Analisis
Inferensial Pretest Kemampuan Berpikir Kritis
Analisis
Inferensial dilakukan setelah hasil analis deskripif menunjukan bahwa terdapat
perbedaan rata-rata skor yang tidak begitu jauh antara kelas eksperimen dan
kelasn kontrol. Agar dara pretest dapat dilanjutkan pengujian lainnya maka
harus melalui persyaratan pertana yaitu uji normalitas yang tujuannya untuk
mengetaahui data skor pada sampel berdistribusi normal atau tidak.
2. Uji
Normalitas Hasil Pretes Kemampuan Berpiki Kritis
Uji
normalitas bertujuan untuk melihat kedua kelompok berdistribusi normal atau
tidak. Apabila data berdistribusi normal, akan dilanjutkan dengan uji
homogenitas varians. Apabila data tidak berdistribusi normal, maka uji
perbedaan dua rata-rata menggunakan statistik no-parametrik dengan Uji
Wilcoxon. Adapun dalam penelitian ini, dihitung dengan menggunakan bantuan
aplikasi SPSS versi 26. Hipotesis dalam uji normalitas ini yaitu:
H0 = Hasil Pretest kemampuan berpikir kritis siswa berdistribusi
normal
H1 = Hasil Pretest
kemampuan berpikir kritis siswa berdistribusi tidak normal
Kriteria Hipotesis yang digunakan:
H0 = Diterima jika p-value (Sig.)
H0 = Ditolak jika p-value (Sig.)
Berikut
ini hasil uji normalitas skor pretest kemampuan berpikir kritis siswa kelas V:
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas Pretest
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Tes
Kemampuan Berpikir Kritis |
Pendekatan |
Shapiro
Wilk |
Keterangan |
||
Statistic |
Df |
p-value (Sig.) |
|||
PreTest |
STEM |
0.921 |
23 |
0.592 |
Normal |
Konvensional |
0.966 |
23 |
0.071 |
Normal |
Berdasarkan
tabel di atas diperoleh skor pretest kemampuan berpikir kritis siswa dengan
nilai p-value (Sig.) lebih besar dari 0.05 sehingga H0
diterima dan hasil kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut berdistribusi
normal.
3. Uji
Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah
melakukan uji normalitas maka selanjurnya silakukan uji homogenitas untuk mengetahui
kelompok sampel data yang diambil memiliki variansi yang sama atau tidak. Hipotesis
pengujian homogenitas sebagai berikut:
H0 = Hasil pretest kemampuan berpikir kritis siswa bervariasi homogen
H1 = Hasil pretest kemampuan berpikir kritis siswa bervariansi tidak
homogen
Kriteria hipotesis yang digunakan:
H0������� = Diterima jika p-value (Sig.)>
α
atau 0.05
H1������� = Ditolak jika p-value (Sig.)
≤ α
atau 0.05
Berdasarkan
hasil uji homogenitas menggunakan SPSS ver.26 maka hasil uji homogenitas pada
skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan nilai signifikan
yaitu 0.371 dan lebih dari nilai p-value (Sig.)> α
atau 0.05 maka kesimpulannya
H0 diterima dan kedua data tersebut memiliki variansi
yang homogen.
4. Analisis
Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Untuk
menguji dan menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dengan
kelas kontrol setelah diberikan perlakukan, ada beberapa tahap yang harus
dilakukan seperti: 1)Uji stastistik deskriptif hasil posttest.Setelah itu uji
normalitas dan uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2) Jika
hasil yang diuji berdistribusi normal dan bersifat homogen maka dilanjutkan uji
perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis dengan melakukan uji-t.
a.
Uji Statistik
Deskriptif Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Analisis
Deskriptif pada posttest kemampuan berpikir kritis siswa dapat diketahui dengan
melakukan perhitungan mean dan standar deviasi. Berikut hasil perhitungan posttest
kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel
3
Statistik
Deskriptif Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas |
Jenis
Tes |
Skor |
|
Standar
Deviasi |
|
Min |
Max |
||||
Eksperimen |
Posttest |
51.42 |
88.57 |
64.96 |
11.88 |
Kontrol |
Posttest |
31.43 |
82.85 |
50.08 |
13.80 |
Berdasarkan
tabel uji statistik deskriptif posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol di
atas bahwa posttest pada kelas eksperimen memiliki rata-rata skor 64.96 dan
kelas kontrol memiliki rata rata skor 50.08. Maka pada hasil data ini
menunjukan bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata skor lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol.
b.
Uji Normalitas
Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Setelah
dilakukan uji statistik deskriptif maka dilanjutkan dengan uji normalitas pada
skor hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas ini
bertujuan untuk mengetahui penyebaran data yang akan diolah. Uji normalitas ini
menggunakan SPSS ver.25 menggunakan Teknik Shapiro Wilk karena jumlah sampel
kurang dari 50.� Hipotesis statistik dalam
uji normalitas ini adalah sebagai berikut:
H0������� = Hasil posttest kemampuan berpikir
kritis siswa berdistribusi normal
H1������� = Hasil posttest kemampuan berpikir
kritis siswa berdistribusi tidak normal
Kritesia
hipotesis yang digunakan yaitu:
H0������ = diterima jika p-value (Sig.)> α
atau 0.05
H0������ = ditolak jika p-value (Sig.)
≤ α
atau 0.05
Berikut
hasil uji normalitas skor posttest kemampuan berpikir kritis siswa kelas 5:
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas Posttest Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa
Tes
Kemampuan Berpikir Kritis |
Kelas |
Shapiro
Wilk |
Keterangan |
||
Statistic |
Df |
p-value(sig) |
|||
Posttest |
STEM |
0.944 |
23 |
0.222 |
Normal |
Kontrol |
0.923 |
23 |
0.078 |
Normal |
Berdasarkan
tabel di atas diperoleh hasil skor posttes kemampuan berpikir kritis siswa
dengan nilai p-value(sig) lebih dari 0.05 yang artinya H0 diterima
sehingga data posttes kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
c.
Uji Homogenitas
Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Uji
homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bahwa sebuah data homogen
atau tidak. Pada penelitian ini uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan
levene test.
Hipotesis
statistik dalam uji homogenitas :
H0������� = Hasil posttest kemampuan berpikir
kritis siswa bervariansi homogen
H1������� = Hasil Posttest kemampuan berpikir
kritis siswa bervariansi tidak homogen
Kriteria
hipotesis yang digunakan :
H0��������� = Diterima jika p-value
(Sig.)> α atau 0.05
H1������� = Ditolak jika p-value (Sig.) ≤
α atau 0.05
Berdasarkan
hasil uji homogenitas menggunakan SPSS Ver 26 didapatkan hasil uji homogenitas
posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan nilai signifikansi
0.435 yang artinya H0 diterima karena p-value (Sig.)> α atau
0.05 maka, kedua data tersebut memiliki variansi yang homogen.
d.
Uji-T Sampel
Berpasangan (Paired Sample T-Test)
Berdasarkan
hasil uji normalitas dan homogenitas kedua data tersebut bersifat normal dan
homogen maka bisa dilanjutkan dengan melakukan uji perbedaan rata-rata
menggunakan Uji-t.
Dibawah
ini Hipotesis dalam Uji-t :
H0
: �1 ≤ �2 �� = Nilai rata-rata
kemampuan berpikir kritis siswa kelas V yang mendapatkan pembelajaran
menggunakan pendekatan STEM tidak lebih baik dibandingkan siswa yang
mendapatkan pembelajaran konvensional.
H1
: �1 > �2 �� = Nilai rata-rata
kemampuan berpikir kritis siswa kelas V yang mendapatkan pembelajaran
menggunakan pendekatan STEM lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan
pembelajaran konvensional.
Kriteria
Uji-T dengan taraf signifikansi 5% (Sig.)0,05:
H0��������� = Diterima jika p-value
(Sig.)> α atau 0.05
H0������� = Ditolak jika p-value (Sig.) ≤
α atau 0.05
Tabel 5
Hasil Uji-T Rata-rata Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa
Pembelajaran |
p-value
(Sig.2 arah) |
Signifikansi |
Keterangan |
STEM |
0.000 |
0.05 |
H0
ditolak, H1 diterima |
Konvensional |
0.000 |
Berdasarkan
hasil uji-t di atas didapatkan hasil uji-t data pretest dan posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan skor 0.000 dan dapat diartikan bahwa jika
p-value (Sig.) ≤ α atau 0.05 maka H0 ditolak dan H1
diterima. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan pendeketan STEM memiliki hasil lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
e.
Hasil Uji N-Gain
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Uji
N-Gain dilakukan dengan cara menghitung selisih antara nilai pretest (Tes
sebelum diterapkannya metode atau perlakuan tertentu) dan nilai posttest (tes
sesudah diterapkannya metode atau perlakuan tertentu). Dengan menghitung
selisih antara pretest dan posttest maka, dapat diketahui apakah pendekatan
pada metode tertentu efektif atau tidak. Di bawah ini tabel kriteria nilai
N-Gain.
Tabel
6
Kriteria
Nilai N-Gain
Nilai
N-Gain |
Kriteria |
N-Gain
≥ 0.70 |
Tinggi |
0.30
< - N-Gain < 0.70 |
Sedang |
N-Gain
≤ 0.30 |
Rendah |
(Sumber:
Lestari dan Yudhanegara, 2022 Hal.235)
Berikut
ini disajikan tabel hasil peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui
rekapitulasi hasil Pretest dan Posttest serta skor N-Gain.
Tabel
7
Rekapitulasi
dan hasil Uji N-Gain
Pembelajaran |
Jenis
Tes |
Skor |
|
SD |
N-Gain |
Keterangan |
|
Min |
Max |
||||||
STEM |
Pretest |
28.57 |
60 |
42.10 |
8.539 |
0.380 |
Sedang |
Posttest |
51.42 |
88.57 |
64.96 |
11.882 |
|||
Konvensional |
Pretest |
25.71 |
74.28 |
40.12 |
11.369 |
0.155 |
Rendah |
Posttest |
31.43 |
82.85 |
50.08 |
13.806 |
Berdasarkan
hasil pada tabel diatas bahwa rata-rata hasil posttest pada kelas dengan
pembelajaran pendekatan STEM memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil rata-rata posttest pada kelas dengan pembelajaran
konvensional. Hasil N-gain pada kelas eksperimen memiliki skor 0.380 dan
termasuk kedalam kategori sedang sedangkan hasil N-gain pada kelas kontrol
memiliki skor 0.155 dan termasuk ke dalam kategori yang rendah.
Dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran
yang menggunakan pendekatan STEM lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
5. Pengaruh
Pembelajaran Pendekatan STEM Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V
Untuk
mengetahui pengaruh pembelajaran pendekatan STEM terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa maka dilakukan uji regresi sederhana. Uji ini bertujuan unutk
mencari tau apakah ada pengaruh atau tidak.
a.
Uji Regresi
Linear Sederhana
Tahap awal yang
harus dilakukan adalah menentukan terlebih dahulu persamaan regresi linear
sederhana. Bentuk Linear sederhana yaitu:
Y=α
+ Βx
Keterangan :
Y = Variabel
terikat
α =� Konstanta
β = Koefisien
regresi
X =� Variabel bebas
Penelitian ini
menggunakan SPSS versi 26 untuk membantu dalam mengolah data persamaa regresi
linear. Bentuk persamaan regresi linear sederhana disajikan pada tabel di bawah
ini.
Tabel
8
Hasil
Konstanta dan Koefisien Bentuk Persamaan Regresi Linear Sederhana
Model |
Coefficients |
|
|
Unstandardized
B |
Coefficients
Std.Error |
||
Constant |
44.442 |
9.185 |
|
Pretest |
0.584 |
0.217 |
|
Berdasarkan hasil
tabel di atas didapatkan hasil konstanta (α) sebesar 44.442 dan nilai
koefisiensi regresi (β) sebesar 0.584. Nilai konstanta (α) pada tabel
di atas menjelaskan bahwa apabila jika tidak diberikan treatment dengan pendekatan
STEM, maka nilai kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 44.442. Sedangkan
nilai koefisiensi regresi (β) sebesar 0.584 menjelaskan bahwa pada setiap
treatment dalam pembelajaran maka nilai kemampuan berpikir kritis siswa
meningkat sebesar 0.584. Berdasarkan hal tersebut diperoleh perhitungan
konstanta dan koefisien regresi yang disajikan pada tabel di atas maka, berikut
adalah bentuk persamaan regresi linear sederhana :
Y=
44.442
+ 0.584
b.
Menentukan
Koefisien Determinasi
Koefisien
Determinasi bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa pengaruhnya pembelajaran
pendekatan STEM terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hal yang harus
dilakukan sebelum menghitung koefisien determinasi yaitu mencari nilai r2 (r
square) menggunakan uji regresi linear sederhana dengan bantuan aplikasi SPSS
ver 26. Berikut ini tabel hasil koefisien dereminasi :
Tabel
9
Hasil
Uji Koefisien Determinasi
r |
r
square |
Std.Error
of the Estimate |
0.509 |
0.224 |
11.599 |
Hasil uji
koefisien determinasi pada tabel di atas memiliki nilai r square yaitu sebesar
0.224. Maka, selanjutnya perhitungan yang dilakukan yaitu mencari koefisien
determinasi (D) sebagai berikut :
D = r2 x 100%
��
= 0.2242 X 100%
��
= 22.4%
�� Berdasarkan hasil perhitungan di atas, hasil
nilai koefisien determinasi (D) sebesar 22.4% yang memiliki arti bahwa
pembelajaran dengan pendekatan STEM memberikan pengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis sebesar 22.4%. Besarnya pengaruh factor lain terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa adalah 100% - 22.4% = 77.6%.
Pembahasan
Pada
bagian pembahasana ini, peneliti akan membahas mengenai temuan temuan
berdasarkan hasil penelitian. Pembahasan dalam penelitian ini meliputi variabel
yang diteliti, yaitu kemampuan berpikir kritis dan pendekatan STEM yang telah
dilaksanakan pada pembelajaran IPA kelas V SD dengan materi Panas dan
Perpindahannya. Hasil olah data menunjukan hasil bahwa kemampuan berpikir
kritis peserta didik dengan pembelajaran pendekatan STEM lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Sehingga ada pengaruh kemampuan
berpikir kritis siswa dengan pembelajaran pendekatan STEM. Berikut adalah
pembahasan dari rumusan masalah berdasarkan hasil olah data temuan peneliti:
1.
Hasil
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan pada nilai pretest didapatkan nilai rata-rata
pada kelas eksperimen yaitu sebesar 42.10 sedangkan nilai rata-rata pada kelas
kontrol yaitu sebesar 40.12.
Setelah
dilakukan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya melakukan
perlakuan (treatment) pada tiap kelas sebanyak 4 kali pertemuan. Pada kelas
eksperimen dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STEM (Science,
Technology, Engineering, and Mathematics) dan pada kelas kontrol dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional. Hasil dari pengolahan
data deskriptif posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol didapatkan
hasil nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu sebesar 64.96 dan nilai kelas
kontrol sebesar 50.08.� Sehingga dapat
dikatakan bahwa hasil nilai rata-rata kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
dengan kelas kontrol. �
Hasil
analisis inferensial pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memperlihatkan
hasil bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran menggunakan
pendekatan STEM pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan
pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional pada kelas Kontrol.
Pada
hasil penelitian ini membuktikan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa setelah
diterapkan pendektan STEM memiliki hasil yang lebih baik. Hal tersebut
dibuktikan dengan rata-rata nilai pretes kelas eksperimen sebesar 42.10 menjadi
64.96 dan didukung oleh skor N-Gain kelas eksperimen sebesar 0.380 lebih tinggi
dibandingkan dengan skor N-Gain pada kelas kontrol dengan skor 0.155.
Hal
ini didukung dengan hasil peneliti terdahulu yaitu (Khoiriyah, dkk. 2018)
dengan menggunakan pendekatan STEM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dan didukung hasil peneliti lain yaitu (Oktavia, dkk.2022) bahwa penerapan
pendekatan STEM berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa terutama jika dipadukan dengan model pembelajaran seperti model
pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri, berdasarkan studi
literatur yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan STEM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan
kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan pendekatan STEM memiliki hasil
lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran pendekatan konvensional.
2.
Pengaruh
Pendekatan STEM
Pengaruh
pendekatan STEM terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA
materi Panas dan Perpindahannya dapat dilihat dari hasil skor N-Gain bahwa skor
pada kelas eksperimen sebesar 0.380 lebih tinggi dibandingkan dengan skor kelas
kontrol sebesar 0.155.� Sesuai dengan
hasil analisis inferensial dengan uji regresi linear sederhana didapatkan hasil
pengaruh pembelajaran dengan pendekatan STEM terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa sebesar 22.4%.
Hasil
dari skor N-Gain dan analisis inferensial membuktikan bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa menggunakan pendekatan STEM memiliki pengaruh. Hal ini juga
didukung dengan penelitian terdahulu (Astuti,dkk.2019) STEM�� merupakan��
pembelajaran�� yang
melibatkan� siswa� dalam�
setiap� langkahnya,� tentunya�
hal� ini� menuntut�
siswa� agar� lebih�
aktif dan� kreatif.� Hal�
ini� karena� pendekatan pembelajaan STEM� merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
mengharuskan siswa untuk berpartisipasi secara aktif baik individul ataupun
secara berkelompok karena melalui kerjasama�
dalam� kelompok� akan melibatkan peserta didik dalam� proses�
investigasi pemecahan� masalah
sehingga� dapat� mengkonstruksi inti pelajaran dari
temuan-temuan�� dalam�� tugas��
atau�� proyek�� yang dilakukan dan mengintegrasikannya� kedalam berbagai� disiplin�
ilmu seperti (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Hal
ini juga membantu siswa untuk memiliki keterampilan abad 21 salah satunya
yaitu, kemampuan berpikir kritis agar siswa mampu menyampaikan argumen dengan
alasan yang kuat dan membuat keputusan. Diharapkan juga siswa memiliki ingin
tahu yang tinggi, berpikiran terbuka, fleksibel, dan berpikiran adil, memiliki
keinginan untuk berpengetahuan luas, memahami sudut pandang yang beragam, dan
bersedia untuk menangguhkan keduanya penilaian dan untuk mempertimbangkan
perspektif lain.
Kesimpulan
Berikut
kesimpulan berdasarkan hasil dari data penelitian dan pembahasan yang telah
dipaparkan dalam temuan dan pembahasan sebelumnya, yaitu: (1) Kemampuan
berpikir kritis siswa kelas V yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
STEM memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan pendekatan konvensional. (2) Terdapat pengaruh pembelajaran
dengan pendekatan STEM terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V.
BIBLIOGRAFI
Abdurrahmat, Fathoni. Metodologi Penelitian dan
Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 104-105.
Adhi,
G. (2020, Desember 18). tripven.com. Retrieved from penelitian tindakan kelas:
https://www.tripven.com/penelitian-tindakan-kelas/
Astuti, N. F. (2020, Desember 17). Merdeka.com.
Retrieved from Komunikatif adalah Mudah Dipahami, Berikut Pengertian dan Contoh
Kalimatnya:
https://www.merdeka.com/jabar/komunikatif-adalah-mudah-dipahami-berikut-pengertian-dan-contoh-kalimatnya-kln.html
Reza, M. (2020, September 26). Retrieved from Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas Menurut Para Ahli PTK:
https://www.mandandi.com/2020/09/pengertian-penelitian-tindakan-kelas.html
Tysara, L. (2020, Januari 6). https://hot.liputan6.com.
Retrieved from 11 Pengertian Kolaborasi Menurut Para Ahli, Simak
Jenis-Jenisnya:
https://hot.liputan6.com/read/4852462/11-pengertian-kolaborasi-menurut-para-ahli-simak-jenis-jenisnya
ANNISA. (2021). Pengaruh Teknik Evaluasi Pre Test Dan
Post Test Terhadap Pencapaian Aspek Kognitif Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas
Xi Sosial Sman 1 Martapura. Osf. https://osf.io/46sxn
Fathoni, A., Muslim, S., Ismayati, E., Rijanto, T., Munoto,
& Nurlaela, L. (2020). STEM : Inovasi Dalam Pembelajaran Vokasi. Jurnal
Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 17(1), 33�42.
Haryanti, Y. D. (2017). Model Problem Based Learning
Membangun Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala
Pendas, 3(2). https://doi.org/10.31949/jcp.v3i2.596
Muhammad Santoso, A., & Arif, S. (2021). Efektivitas
Model Inquiry dengan Pendekatan STEM Education terhadap Kemampuan Berfikir
Kritis Peserta Didik. Jurnal Tadris IPA Indonesia, 1(2), 73�86.
https://doi.org/10.21154/jtii.v1i2.123
Mulyani, T. (2019). Pendekatan Pembelajaran STEM untuk
menghadapi Revolusi. Seminar Nasional Pascasarjana 2019, 7(1),
455.
Prameswari, S. W., Suharno, S., & Sarwanto, S. (2018).
Inculcate Critical Thinking Skills in Primary Schools. Social, Humanities,
and Educational Studies (SHEs): Conference Series, 1(1), 742�750.
https://doi.org/10.20961/shes.v1i1.23648
Sari, K. A., Lusa, H., & Yusuf, S. (2017). Perbedaan
Hasil Belajar Dengan Menggunakan Strategi Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah
Sebagai Sumber Belajar Siswa Sdn Kota Bengkulu. Jurnal PGSD, 10(2),
99�106. https://doi.org/10.33369/pgsd.10.2.99-106
Setiadi, H. (2013). Pengaruh Pendekatan Taktis Terhadap Hasil
Belajar Lay Up Shoot Dalam Permainan Bolabasket (Studi Eksperimen Di Kegiatan
Ekstrakurikuler Bolabasket Smp Negeri 2 Arjawinangun). Pengaruh Pendekatan
Taktis Terhadap Belajar Lay Up Shoot Dalam Permainan Bola BAsket, 33�44.
http://repository.upi.edu/1800/6/S_PJKR_0802956_chapter3.pdf
Copyright
holder: Rofiqoh,
Erna Suwangsih, Puji Rahayu (2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |