Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
FINAL
REPORT STRATEGIC MANAGEMENT �PT. Avia Avian Tbk.�
Elvina Yohana Santoso
Menanggapi dinamika pasar yang terus berubah, tuntutan pelanggan yang meningkat, dan tren global yang muncul, perusahaan memulai proyek manajemen strategis untuk mengevaluasi strategi yang ada dan merumuskan yang baru. FINAL REPORT STRATEGIC MANAGEMENT bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang posisi perusahaan saat ini, lingkungan persaingannya, dan area potensial yang dapat ditingkatkan.
Untuk pembahasan Final Report, saya memilih PT. Avia Avian Tbk., yaitu salah satu pabrik cat terkemuka di Indonesia. Saya memilih
perusahaan ini karena beberapa alasan. Pertama, saya kagum dengan sosok Hermanto Tanoko, komisaris utama PT. Avia Avian Tbk., yang sukses dalam berbisnis di Indonesia dalam berbagai
bidang industri, mulai dari cat, properti, consumer
goods, distribusi, retail,
F&B, dan lain-lain. Caranya berbisnis membuat saya tertarik mempelajari PT. Avia Avian Tbk. sebagai salah satu
perusahaan yang dihasilkan. Kedua, PT. Avia Avian Tbk. memancing ketertarikan saya karena sistem distribusi yang dikembangkan sendiri.
Banyak perusahaan berskala
besar memilih melakukan distribusi dengan bantuan perusahaan distributor yang terpisah (pihak ketiga).
Namun, sistem distribusi yang dikembangkan sendiri bisa mendatangkan keuntungan ataupun kerugian dan merupakan hal yang menarik untuk dipelajari. Ketiga, PT. Avia Avian Tbk. merupakan produsen cat lokal yang berhasil menunjukkan kekuatan di hadapan berbagai kompetitor internasional. Beberapa merek cat yang merupakan raksasa di Indonesia adalah Dulux yang diproduksi oleh AkzoNobel Amerika Serikat, Nippon Paint yang berasal dari perusahaan cat Jepang, Jotun yang berasal dari Norwegia, Mowilex yang diproduksi oleh Asia Coating Enterprise Singapore serta Avian yang merupakan produk lokal. Ini merupakan prestasi yang membanggakan. Namun demikian, nampak bahwa kompetisi di industri cat tergolong ketat.
Persaingan tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari berbagai perusahaan internasional. Pada akhirnya, persaingan ketat yang berkepanjangan akan berdampak pada penurunan laba karena perusahaan-perusahaan bersaing hanya pada faktor harga. Dengan demikian, dibutuhkan inovasi nilai untuk membangun portofolio bisnis yang tetap dapat menguntungkan bagi masa depan perseroan. Karena itu, perusahaan ini menarik untuk dijadikan studi kasus dalam topik strategi Blue Ocean. Untuk Final Report ini, saya akan membahas dari sisi industri cat dekoratif, khususnya cat tembok interior.
PT. Avia Avian Tbk. (selanjutnya akan disebut Avian) adalah industri dan perdagangan cat terkemuka di Indonesia berkantor pusat di Jl. Surabaya � Sidoarjo KM. 19, Sidoarjo. Selain cat, Avian juga memproduksi dan memperdagangkan tinta cetak, pernis, lak, perekat atau lem, mortar atau beton siap pakai. Bisnis ini dimulai pada tahun 1978 oleh Bapak Soetikno Tanoko di Sidoarjo, Jawa Timur dengan fokus memproduksi cat kayu dan besi. Pada tahun 1981, Perseroan meluncurkan usaha pertama dalam produk cat dinding dengan merek �Avitex�. Perseroan mulai beroperasi dengan hanya memiliki satu fasilitas pabrik yang berlokasi di Sidoarjo, Jawa Timur. Dalam rangka mengembangkan bisnis, pada tahun 1996, Perseroan memperluas operasi produksi dengan membuka fasilitas pabrik kedua di Serang, Jawa Barat. Pada tanggal 8 Desember 2021, Avian mulai melakukan perdagangan saham pada BEI. Sampai dengan akhir tahun 2021, perseroan memiliki 3 entitas anak secara langsung yaitu PT Tirtakencana Tatawarna yang memiliki 96 pusat distribusi, PT Tirtakencana Batamindo sebagai perusahaan distribusi yang berfokus pada pendirian pusat distribusi di Batam, dan PT Solusi Rumah Praktis yang menyediakan jasa pengecatan di sekitar Jabodetabek. Selain itu Avian juga memiliki 1 perusahaan ventura bersama yaitu PT Bangun Bersama Solusindo yang merupakan joint venture (dengan pemilikan 50:50) dengan Saint Gobain Group yang memproduksi pelapis anti bocor 2 komponen berbahan dasar semen, serta 1 entitas anak secara tidak langsung yaitu PT Multipro Paint Indonesia dengan kepemilikan 67% saham, yang bergerak di bidang manufaktur cat marine dan protective. Avian juga mendirikan Avian Innovation Center yang didedikasikan untuk penelitian, pengembangan, dan inovasi yang terletak di pabrik Sidoarjo dan dilengkapi dengan 11 laboratorium dan 68 tenaga ahli.
Kegiatan usaha yang dijalankan perseroan saat ini adalah industri pengolahan dan perdagangan besar. Adapun kegiatan usahanya bergerak pada bidang industri cat dan tinta cetak, industri pernis, industri lak, industri perekat/lem, industri mortar dan beton siap pakai. Selain itu, untuk menunjang kegiatan usaha utama tersebut, Avian menjalankan kegiatan usaha penunjang sebagai berikut: Industri kimia dasar organik untuk bahan baku zat warna dan pigmen, zat warna dan pigmen, industri damar buatan (resin sintetis) dan bahan baku plastik, industri ember, kaleng, drum dan wadah sejenis dari logam, dan perdagangan besar cat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan dan
mengusulkan strategi Blue Ocean yang dapat membawa Avian keluar dari persaingan
dalam industri cat yang sudah padat (samudra merah) dan menciptakan pasar yang
belum tersentuh atau lebih tepatnya, pasar baru yang belum dieksplorasi
(samudra biru). Strategi tersebut akan lebih menargetkan end-user, mengatasi
masalah ketidaktahuan end-user akan produk-produk cat, kebingungan karena
terlalu banyak pilihan, dan kurangnya pemasaran yang menarik minat konsumen.
Selain itu, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kepuasan end-user
dan menciptakan lonjakan permintaan dalam industri cat.
Penelitian ini memiliki urgensi yang tinggi karena
saat ini industri cat telah jenuh dalam persaingan (samudra merah) yang
didominasi oleh kontraktor dan tukang-tukang bangunan sebagai pengguna utama.
Oleh karena itu, perlu strategi yang berbeda dan inovatif (strategi Blue Ocean)
agar Avian dapat keluar dari kompetisi sengit tersebut dan menciptakan pangsa
pasar yang baru. Kehadiran strategi Blue Ocean sangat penting untuk mencapai
keunggulan kompetitif dan pertumbuhan yang berkelanjutan bagi Avian.
Adapun manfaat penelitian ini untuk meningkatkan pangsa pasar dengan mengarahkan strategi pemasaran ke end-user, Avian dapat menjangkau konsumen yang sebelumnya belum tersentuh atau terabaikan. Hal ini akan meningkatkan pangsa pasar perusahaan. Serta meningkatkan kepuasan pelanggan dengan menyediakan pilihan desain menarik, konsultasi dengan ahli desain interior, pengurangan pilihan warna, dan fitur-fitur lain yang memudahkan konsumen dalam proses pengecatan, Avian dapat meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan.
Meskipun sebagian bahan baku Avian import, banyak bahan baku utama produk- produk Avian telah diproduksi secara mandiri dalam pabrik Avian yang terintegrasi. Bahkan, kaleng sebagai wadah cat juga diproduksi secara mandiri sehingga bahan-bahan untuk produksi hanya dipindahkan di dalam suatu bangunan yang sama. Letak gudang juga berada dalam satu lokasi dengan pabrik.
Dalam mengelola gudang, Avian menggunakan software Warehouse Management System (WMS) yang memudahkan dalam peletakan barang dengan sistem racking, sehingga pencarian maupun pengambilan barang dapat dilakukan secara efisien. Untuk memantau inventaris secara real-time, Avian menggunakan software Enterprise Resource Planning Microsoft Dynamic Navision (sistem ERP NAV). Setelah selesai dalam proses produksi, barang jadi ditransportasikan ke beberapa pusat distribusi. Avian memiliki 101 pusat distribusi sendiri dan 33 pusat distribusi pihak ketiga yang tersebar di seluruh Indonesia.
Avian memiliki 2 pabrik yang terletak di Sidoarjo dan Serang. Pada tahun 2021, kedua pabrik belum beroperasi maksimal. Di pabrik Sidoarjo, produksi cat baru mencapai 153.872 metrik ton dari 213.840 metrik ton, sedangkan di pabrik Serang, produksi cat baru mencapai 51.510 metrik ton dari kapasitas 72.576 metrik ton. Pabrik Sidoarjo berkontribusi 74,92% dari total produksi, sedangkan pabrik Serang sebesar 25,08% dari total produksi. Pabrik Avian juga melakukan produksi sebagian bahan baku utama (seperti resin) dan kaleng sebagai tempat cat. Beberapa produk unggulan yang dihasilkan adalah Avian (cat kayu dan besi), Avitex (cat tembok), dan No Drop (pelapis anti bocor).
Untuk membantu menangani operasional perusahaan, software Enterprise Resource Planning Microsoft Dynamic Navision (sistem ERP NAV) juga digunakan. ERP NAV merupakan sistem yang mengintegrasikan pengelolaan data dan informasi pada berbagai departemen dan unit bisnis. Seluruh personel dalam perusahaan dapat terhubung dan berbagi informasi secara internal dan real time, baik data inventaris, pesanan, penjualan, pengiriman produk, penagihan pembayaran, bahkan preferensi pelanggan.
Avian mendistribusikan produk-produknya di Indonesia melalui anak perusahaannya yaitu PT Tirtakencana Tatawarna. Jumlah pusat distribusi sendiri adalah 101 pusat distribusi yang tersebar di 34 provinsi dan 98 kota di Indonesia. Dari pihak ketiga terdapat 33 pusat distribusi. Kendaraan distribusi telah dilengkapi dengan Global Positioning System (�GPS�) untuk memudahkan pengemudi melakukan pengiriman produk. Produk-produknya disebar di lebih dari 54.500 toko bahan bangunan di seluruh Indonesia.
Berbagai software telah digunakan untuk membantu sistem distribusi. Implementasi Software Yard Management System (�YMS�) Booking Kendaraan verfungsi agar pengiriman barang lebih cepat. Surat jalan pengiriman yang berasal dari software ERP Navision akan di-planning secara otomatis oleh software YMS Booking Kendaraan, sehingga truk dapat terisi optimal dengan barang-barang yang siap dikirim. Ekspedisi yang dipilih untuk pengiriman, seluruhnya terdata dari sistem dan dapat dipilih sesuai dengan rute pengirimannya. Software YMS Booking Kendaraan juga terhubung dengan software WMS (Iwarehouse Management System), sehingga penyiapan barang kirim tidak salah karena sudah sesuai dengan surat jalan yang ditentukan. Loading barang ke dalam truk menjadi lebih mudah karena sudah mendapatkan arahan barang-barang apa saja yang akan dilakukan loading
Dalam bidang marketing, Avian menggunakan pemasaran ATL maupun BTL. Avian menayangkan iklan TV secara reguler, pensponsoran di media cetak, radio dan papan reklame; program dalam toko yang terdiri dari tampilan dan papan info, dekorasi toko, kategorisasi produk dan konsultan produk yang bertindak sebagai duta merek; dan aktivitas di luar toko yang terdiri dari peluncuran merek dan pelatihan produk kepada kelompok pelanggan tertentu. Secara harga, Avian umumnya memasang harga yang setara dengan kompetitor-kompetitornya pada jenis cat tembok biasa, yaitu setara dengan Dulux, Jotun maupun Vinilex, sekitar Rp 600.000 � Rp 700.000 per 25 kg. Sedangkan produk-produk khusus Avian seperti jenis No Odor, Everglow, Glow in the Dark, Sunguard, dan berbagai varian HomeDeco memiliki harga jauh lebih tinggi karena fitur khususnya dan jumlah pemakaiannya yang sedikit.
Produk Avian sendiri memiliki fokus penjualan dalam negeri. Berdasarkan laporan tahunan 2021, Avian sama sekali tidak melakukan ekspor. Untuk mendukung pemasaran dalam negeri, Avian juga melakukan berbagai pemasaran BTL. Strategi pemasaran BTL dilakukan dengan menargetkan pengecer yang mendistribusikan produk-produk Perseroan ke pelanggan akhir melalui penawaran skema penghargaan seperti koin emas, poin loyalitas yang dapat ditukarkan menjadi voucher, diskon pengecer dan bentuk penghargaan lainnya. Perseroan juga menggelar acara-acara di dalam toko pengecer untuk peluncuran produk baru dan acara pertemuan pelanggan reguler lainnya.
Kecepatan dan ketepatan pengiriman barang dipastikan dengan digunakannya berbagai software canggih yang terintegrasi. Avian menggunakan Software Driver Force Automation (�DFA�) yaitu sistem yang memberikan arahan secara otomatis kepada tim pengirim di lapangan agar dapat melakukan pengiriman secara optimal dan tidak terjadi kesalahan kirim. Software ini juga berguna menangani barang retur dari pelanggan tertentu yang telah terdata oleh sistem sehingga tidak sampai salah kirim, proses retur menjadi lebih baik dan cepat, serta pelanggan lebih merasa puas dengan produk dan layanan yang diberikan Avian. Software lainnya yang membantu dalam pelayanan Avian adalah ERP NAV. Menggunakan Sistem ERP NAV, Avian dapat mengumpulkan informasi dan pesanan pembelian elektronik dari distributor, sehingga memungkinkan layanan pelanggan secara efisien dan mengurangi kesalahan. Untuk meningkatkan akses konsumen kepada Avian, Avian berinvestasi dalam membangun kehadiran online melalui pembuatan akun-akun serta kegiatan-kegiatan pemasaran digital, seperti melalui Google, Youtube, LinkedIn, Facebook, Instagram, TikTok dan situs web Perseroan.
Untuk mendapatkan ide dan inspirasi strategi Blue Ocean, terlebih dahulu dilakukan analisa Six Paths Framework. Analisa akan berfokus pada industri cat dekoratif, khususnya cat tembok interior.
Industri cat dekoratif memiliki tujuan untuk mentransformasi penampilan permukaan berapapun ukuran maupun apapun bentuknya. Untuk tujuan tersebut, selain digunakan cat, bisa pula digunakan lapisan seperti wallpaper untuk permukaan tembok, ataupun keramik/granit. Ketiga industri tersebut memiliki faktor unggul yang berbeda-beda. Wallpaper memiliki investasi awal yang mahal meskipun dikatakan lebih tahan lama (hingga 15 tahun) dibandingkan dengan cat yang hanya tahan hingga 5-6 tahun. Juga dibutuhkan tenaga profesional dan instrumen khusus serta persiapan lainnya seperti mencocokkan dekorasi dengan pola dan memperbaiki kerusakan atau ketidaksempurnaan pada dinding sebelum wallpaper dapat dipasang. Namun demikian, wallpaper menjadi alternatif cat yang cukup diminati terutama karena hasil akhir yang artistik dan estetik yang dapat menimbulkan kesan �good feeling� bagi penggunanya. Wallpaper memiliki ragam desain yang sangat banyak, selain dari pilihan warna yang juga kaya. Kebanyakan penggunanya, hanya demi hasil akhir yang indah, mau melakukan trade off berupa kerepotan persiapan pembelian hingga pemasangan wallpaper. Dalam hal pilihan warna, cat juga memiliki ribuan pilihan warna, namun ragam desain yang ditawarkan tidak banyak. Mengenai hasil akhir yang estetik, penggunaan keramik/granit juga merupakan alternatif yang umumnya bahkan dapat menimbulkan kesan mewah. Namun jumlah penggunanya tidak terlalu banyak karena harganya yang cenderung mahal. Secara pemasaran, perusahaan cat banyak menggunakan pemasaran above the line (ATL), sedangkan pemasaran wallpaper jarang sekali menggunakan pemasaran ATL. Berdasarkan channel penjualan, wallpaper sudah cukup marak di marketplace, sedangkan produk- produk cat banyak dijual melalui toko-toko ritel.
Kelompok-kelompok dalam industri cat dan pelapis yaitu kelompok cat tembok biasa (interior), cat tembok biasa (eksterior), cat tembok dengan fitur khusus (seperti anti virus, bercahaya dalam gelap, dll.), dan cat pelapis anti bocor. Seperti tertulis dalam buku Blue Ocean Strategy (Kim dan Mauborgne, 2005), dua dimensi penting yang membedakan kelompok- kelompok strategis adalah harga dan kinerja. Cat tembok biasa memiliki harga yang tergolong rendah dibandingkan kelompok lainnya, berkisar Rp600.000 � Rp700.000 per 25 kg untuk cat tembok interior dan Rp900.000 � Rp1.000.000 per 25 kg untuk cat tembok eksterior. Baik interior maupun eksterior, cat tembok biasa hanya berfungsi sebagai pelapis dan pemberi warna.
Dalam hal ini diamati adanya gap harga yang sangat besar antara cat tembok maupun cat pelapis anti bocor dengan cat dengan fitur khusus. Penyebab timbulnya gap harga ini adalah karena cat dengan fitur khusus menggunakan bahan-bahan yang khusus, jumlah produksinya juga tidak sebanyak cat tembok biasa, serta fungsi khusus yang diberikannya, baik penambahan dalam aspek fungsional maupun aspek emosional. Salah satu jalan mendapatkan produk blue ocean melalui path 2 adalah menciptakan produk dengan fungsi khusus yang fokus pada aspek tertentu sehingga tidak mengeluarkan biaya besar untuk banyak bahan khusus dan yang dapat digunakan oleh sebanyak mungkin konsumen sehingga mampu mencapai economies of scale untuk menekan biaya.
Industri cat dan coating memiliki dua segmen konsumen yaitu konsumen rumah tangga dan konsumen industri. Di dalam kedua segmen tersebut, pengerjaan pengecatan dan coating umumnya dikerjakan oleh kontraktor, tukang, dan tenaga ahli lainnya. Sedangkan orang yang membeli maupun menikmati hasil dari pengecatan adalah orang lain. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa pembeli yang membayar produk berbeda dari pengguna sesungguhnya. Ada pula kelompok yang mungkin berpotensi memberi pengaruh pada pembelian yaitu penjaga-penjaga toko ritel maupun penikmat hasil dari produk-produk yang dicat, seperti anggota-anggota keluarga lainnya.
Meskipun banyak dari bauran pemasaran, terutama yang bersifat above-the-line yang ditujukan bagi konsumen/pembeli yang membayar produk, keputusan pembelian pada akhirnya banyak dipengaruhi oleh hal lain. Karena pengguna cat yang sesungguhnya adalah kontraktor, tukang, dan tenaga ahli, maka orang-orang tersebutlah yang mengerti dengan tepat spesifikasi produk-produk cat sehingga seringkali mereka yang dipercaya untuk memegang pengaruh terbesar dalam keputusan pembelian produk cat.
Industri cat berawal dari penawaran, pemilihan produk, kemudian pembelian cat dan alat- alat yang sesuai, pengiriman, pengaplikasian cat, pemeliharaan cat, hingga pembuangan cat lama atau penggantian dengan cat yang baru. Bagi industri cat yang ada saat ini, konsumen umumnya hanya disuguhkan penawaran produk cat dalam berbagai iklan, katalog dengan pilihan warna yang sangat banyak, konsultan cat yang ditempatkan di beberapa toko terpilih, serta beberapa alat-alat pengaplikasian. Tahap pembelian maupun pengiriman biasanya merupakan urusan toko-toko ritel. Belakangan, Avian juga melihat potensi dari tahap pengaplikasian cat atau penggantian dengan cat baru sehingga Avian mendirikan PT. Solusi Rumah Praktis yang melayani pengecatan di daerah Jabodetabek. Dalam hal ini, daerah cakupannya masih terbatas di Jabodetabek padahal penjualan cat Avian sudah meluas ke seluruh Indonesia. Ide bagus ini nampaknya juga belum terlalu dieksploitasi oleh Avian. Pertama, dengan wilayah cakupan yang sangat terbatas, hanya sedikit pasar yang dapat dilayani dibandingkan pasar potensialnya. Kedua, banyak konsumen Avian yang tidak tahu akan adanya jasa pengecatan yang ditawarkan. Hal tersebut juga menjadi kurang menguntungkan bagi Avian. Ketiga, layanannya tidak terintegrasi. Avian dan PT. Solusi Rumah Praktis adalah dua entitas yang berbeda dan tidak ada jembatan di antara mereka. Artinya, ketika konsumen cat Avian telah membeli cat, mereka masih harus menghubungi PT. Solusi Rumah Praktis secara terpisah. Warna dan jumlah cat yang dibutuhkan juga harus ditentukan terlebih dahulu. Nampak bahwa langkah-langkah tersebut tidak praktis dan membuat konsumen enggan dalam menggunakan jasa pengecatan sebagai lanjutan dari pembelian cat.
Produk cat merupakan produk yang pada umumnya diunggulkan secara fungsional. Fungsi cat adalah sebagai pelapis dan pemberi warna pada permukaan. Bagi kebanyakan rumah tangga, cat digunakan agar permukaan tembok rumah terlihat bersih dan rapi. Demikian pula dengan cat pelapis anti bocor yang mengunggulkan fungsi kedap air sehingga membuat tembok tidak bisa ditembus air dan mengurangi risiko bocor. Berbeda halnya dengan cat tembok dengan fungsi khusus, seperti glow in the dark, atau wallpaper yang digunakan untuk mempercantik tampilan rumah dan menarik sisi emosional para konsumennya. Faktor penting dari kedua produk tersebut adalah hasil akhir yang estetik menimbulkan kepuasaan atau �feeling good� dari para penggunanya. Berbeda pula dengan penggunaan granit atau keramik pada dinding yang menimbulkan kesan mewah atau prestige yang juga menjadi daya tarik emosional bagi konsumennya.
Pada waktu ini, tren yang memenuhi syarat penting, tidak bisa diputar-balikkan dan memiliki trajektori jelas adalah beralihnya kegiatan jual-beli secara langsung/tatap muka menjadi secara online. Tidak terbatas pada satu tren, terdapat tren lain yang terjadi secara bersamaan dan juga memenuhi ketiga persyaratan tren blue ocean yaitu tren gaya hidup yang semakin praktis. Orang jaman ini memilih segala sesuatu yang serba instan namun memberi kenikmatan. Secara tidak langsung, tren tersebut mengharuskan perusahaan-perusahaan mulai beralih dari company centric menjadi customer centric. Kedua tren tersebut membentuk pola konsumsi masyarakat secara luas. Namun demikian, kedua tren tersebut belum terlalu dieksploitasi oleh industri cat dan pelapis. Banyak industri cat yang telah memiliki akun sosial media, toko-toko di marketplace, dan bahkan website perusahaan. Akan tetapi, efek yang ditimbulkan dari kepemilikan ini belum signifikan bagi perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan mengabaikan tren yang kedua, yaitu segala sesuatu yang serba instan dan memberi kenikmatan. Adalah percuma memiliki akun-akun sosial media dan toko online, tanpa memenuhi syarat instan dan memberi kenikmatan. Secara lebih jelas, beberapa pemain besar industri cat seperti Avian, Nippon Paint, Dulux, Mowilex, dan Jotun memiliki akun sosial media yang diisi dengan gambar-gambar yang menunjukkan warna yang sangat banyak jenisnya, desain pada rumah-rumah mewah atau rumah-rumah minimalis yang terkesan mahal, tidak terjangkau, tidak realistis atau hanya mampu dimiliki segelintir orang. Ini membuat konsumen merasa tidak terkoneksi, malah bahkan menemukan kesulitan dalam mengaplikasikan cat-cat tersebut pada rumah mereka. Padahal, sosial media berfungsi menghubungkan perusahaan dengan konsumen. Dengan menggunakan konten-konten yang tidak mengena, perusahaan gagal melakukan komunikasi secara menarik untuk mempromosikan produk-produknya. Tidak ada konten yang mendukung gaya hidup instan maupun konten yang bisa menarik secara emosional. Konten-konten tersebut cenderung menampilkan apa yang dipandang bagus oleh perusahaan daripada apa yang diinginkan oleh konsumen.
Dari analisa Six Path Frameworks yang telah dilakukan diatas, ditemukan bahwa gap utama industri cat adalah tidak menargetkan end-user dalam langkah-langkah strategis yang diambil. Hal ini meliputi iklan yang ditayangkan, metode penawaran, penjualan, after-sales service, maupun pemasaran digital. Ini merupakan permasalahan yang diidentifikasi dengan mencermati path 3. Namun demikian, perumusan solusi dibawah juga menggunakan path 1, 2, dan 5 sebagai sumber inspirasi serta isu pada path 4 dan 6 sebagai langkah yang wajib dilakukan dalam implementasinya.
Path 3 adalah mencermati rantai pembeli. Dalam hal ini, industri cat pada umumnya digunakan oleh kontraktor atau tukang-tukang bangunan, dan end-user sebagai pembeli yang membayar untuk produk tersebut umumnya merasa tidak punya cukup informasi sehingga menyerahkan keputusan pembelian ke tangan kontraktor dan tukang-tukang bangunan. Padahal, end-user adalah konsumen-konsumen yang menikmati hasil dari pengecatan itu sendiri selama bertahun-tahun. Hal ini membuka peluang bagi industri cat untuk lebih menarget pada end-user, bukan hanya dari metode iklannya, tetapi juga dari apa yang diiklankan serta metode penawaran, penjualan, after-sales service, dan pemasaran digital secara keseluruhan. Terlebih dahulu diamati pain points yang dirasakan konsumen seperti dijabarkan pada pembahasan Path 6 paragraf terakhir. Konsumen masa kini yang membutuhkan kepraktisan serta menyukai keindahan yang dapat dinikmati. Untuk mengatasi hal tersebut, Avian harus melakukan integrasi yang membawa kepraktisan, keindahan sekaligus menurunkan biaya. Strategi Blue Ocean yang dicetuskan, secara singkat berpusat pada moto �Everyone can paint�.
Untuk menerapkan strategi Blue Ocean, Avian dapat membuat jenis produk/brand/lini produk yang baru tanpa perlu mengganti produk-produk yang telah beredar di pasaran. Hal ini karena produk-produk tersebut sudah memiliki pasar sendiri dan melakukan rebrand pada produk yang ada memiliki risiko kegagalan dan berpotensi memakan biaya lebih banyak. Dalam jangka pendek, fokus integrasi adalah pada aplikasi Avian.
Berbeda dengan key success factor pada CPM yang merupakan faktor kunci sukses pada perusahaan secara keseluruhan, faktor-faktor yang digunakan dalam strategy canvas adalah faktor dimana produk dalam industri berkompetisi. Pada bagian ini, fokusnya adalah produk cat tembok, khususnya interior. Faktor kunci suksesnya adalah:
1.
Harga: Konsumen
mementingkan harga dalam
membeli produk cat dan pelapis.
Untuk kualitas yang mirip,
banyak konsumen memilih produk dengan harga lebih murah. Dalam samudra merah, perusahaan berakhir pada kompetisi harga
dimana harga jual tersebut sangat dipengaruhi oleh biaya.
2.
Ketahanan
dan kualitas: Salah satu fitur paling penting dalam industri cat adalah ketahanan dan kualitas, seperti ketahanan cuaca, seberapa lama
sebelum warna luntur, atau kehalusan
hasil akhir. Cat yang tidak tahan lama akan merugikan
karena konsumen harus
melakukan pengecatan ulang lebih
sering.
3.
Tingkat
kesulitan pengaplikasian: Pengecatan memerlukan teknik yang benar supaya tahan lama dan memberikan hasil maksimal.
Ada pula beberapa produk cat yang lebih sulit
diaplikasikan daripada produk cat lainnya, seperti membutuhkan base khusus, jumlah lapisan yang spesifik, atau gerakan khusus untuk
menghasilkan pattern yang diinginkan. Kesulitan pengaplikasian cat termasuk kesulitan dalam menemukan tukang
cat yang andal, professional,
dan tersedia di daerah konsumen.
4.
Pilihan warna: Jumlah warna yang ditawarkan juga menentukan berapa banyak konsumen
yang dibuat tertarik. Industri cat pada saat ini banyak yang berinvestasi pada mesin tinting yang dapat menyediakan ribuan warna.
5.
Pemasaran
Above-the-Line: Industri cat di
Indonesia juga berlomba-lomba melakukan pemasaran
ATL seperti iklan pada media massa, dekorasi toko, dan penyediaan konsultan toko.
6.
Ragam
desain: Ragam hasil dari pengecatan baik secara bentuk, tekstur, pattern, kombinasi
warna, kombinasi dengan
objek desain lainnya
(seperti papan/kayu estetik), dll.
7.
Digital marketing: Pemasaran yang dilakukan secara digital baik melalui sosial
media,
8. marketplace, website
perusahaan, maupun aplikasi.
9.
Kepuasan terhadap
estetika hasil: Perasaan
�good feeling� atau kepuasan
yang dirasakan oleh konsumen dari hasil pengecatan.
Hasil dari analisa Six Paths Frameworks dan
Existing Canvas Strategy yang
telah dijabarkan di bagian-bagian sebelumnya menjadi dasar dalam merumuskan Four Actions
Framework dan ERRC Grid.
Hal yang harus dikurangi merupakan hal yang dianggap berlebih selama ini. Faktor yang berlebihan adalah pilihan warna. Selama ini konsumen disuguhkan dengan ribuan pilihan warna yang dapat dibuat otomatis dengan mesin tinting dengan asumsi bahwa konsumen memiliki selera yang berbeda-beda. Padahal warna yang sering digunakan jumlahnya sangat terbatas. Pilihan warna yang terlalu banyak malah membuat konsumen kebingungan memilih. Karena itu pilihan warna yang banyak ini perlu dikurangi hingga terbatas pada warna-warna favorit saja. Warna- warna tersebut adalah yang digunakan mayoritas konsumen. Dengan demikian, Avian tetap dapat memenuhi kebutuhan mereka dan mempertahankan market share, sembari menghemat biaya akibat tercapainya economies of scale dan tidak perlu berinvestasi pada mesin tinting.
Eliminasi diperlukan, pada umumnya, untuk mengurangi biaya. Dalam hal ini, pemasaran above-the-line (ATL) dirasa tidak terlalu perlu dan bisa digantikan dengan digital marketing. Pemasaran ATL kurang efektif karena tidak tepat sasaran, tidak dapat menampilkan katalog desain/desain yang banyak sebagai bagian dari strategi integrasi untuk mencapai Blue Ocean, serta seringkali menghabiskan biaya besar. Dalam usaha menekan biaya, menghilangkan ATL adalah pilihan tepat karena penggantinya, digital marketing, dapat memenuhi tujuan yang sama bahkan secara lebih efektif.
Faktor yang perlu ditingkatkan adalah faktor yang selama ini ada tetapi tidak menjadi fokus strategi padahal berdampak besar bagi penawaran dan penjualan produk. Faktor pertama adalah digital marketing. Untuk menggantikan peran pemasaran ATL yang dihilangkan, digital marketing mampu menyasar target dengan lebih tepat, menyediakan feedback berupa data lengkap, berbiaya lebih rendah, bahkan sekarang lebih terekspos konsumen dibandingkan media massa lainnya. Saat ini, masyarakat menjadi jarang mendengarkan radio, menonton TV, dan membaca majalah. Berdasarkan data United Nations Census, pengguna internet di Indonesia mencapai 73,7% populasi dan pengguna sosial media mencapai 68,9%. Dicatat juga lama waktu rata-rata penggunaan internet adalah 8 jam 36 menit, sosial media selama 3 jam 17 menit, TV selama 2 jam 50 menit, majalah selama 1 jam 47 menit, dan radio selama 37 menit. Nampak jelas dari data tersebut bahwa masyarakat lebih terkespos pada internet dan sosial media daripada TV, majalah, dan radio. Ini membuktikan bahwa digital marketing merupakan metode pemasaran yang murah karena berpeluang lebih untuk disaksikan lebih banyak masyarakat dalam waktu lebih lama. Selain itu, Avian perlu juga memanfaatkan marketplace. Selama ini memang Avian telah memiliki marketplace, namun Avian belum membangun reputasinya. Ini terlihat dari jumlah pembeli yang masih sedikit walaupun sudah lama membuka akun Tokopedia. Selain itu, Avian Brands juga tidak memiliki akun Shopee, salah satu marketplace terbesar di Indonesia. Padahal, masyarakat mulai beralih dari pembelian ke toko menjadi pembelian online.
Untuk melengkapi strategi Blue Ocean, Avian harus memahami betul yang menjadi kebutuhan konsumen. Selama ini end-user tidak mau mengurus sendiri perihal pengecatan karena mereka tidak punya cukup pengetahuan, tidak ada tawaran yang benar-benar menarik hati, dan ketidak praktisan pembelian hingga penggunaan produk cat. Disinilah muncul kesempatan strategi Blue Ocean yaitu dengan menciptakan faktor kepraktisan/simplicity mulai dari sebelum pembelian produk (tahap penawaran) hingga pengaplikasian produk. Solusi yang termudah adalah dengan merombak aplikasi Avian. Bayangkan sebuah aplikasi yang memberikan pilihan desain menarik, ketika desain menarik tersebut diklik, muncullah produk-produk yang digunakan serta estimasi biaya berdasarkan luasan yang diinginkan, terintegrasi juga dengan tukang-tukang profesional untuk melakukan pengecatan kapanpun dan dimanapun, serta diakhiri oleh pembayaran dengan berbagai metode yang nyaman pada masa kini. Sangat praktis.
Dari Four Action Framework diatas dibuat ERRC Grid sebagai berikut:
Tabel 1
Four Action Framework
Eliminate |
Raise |
Pemasaran Above-The-Line |
Ragam desain Digital marketing Kepuasan terhadap estetika hasil |
Reduce |
Create |
Tingkat kesulitan pengaplikasian Pilihan warna |
Kepraktisan/Simplicity |
Kanvas strategi dibawah
memuat kurva strategi yang ada
vs kurva strategi Blue Ocea�yang
dirancang.
Dalam strategi Blue Ocean yang dirancang, harga tidak dibuat jauh berbeda. Kemungkinan akan sedikit lebih mahal apabila konsumen memilih paket bundling yaitu pembelian cat termasuk dengan jasa pengecatan oleh tukang profesional Avian. Ketahanan dan kualitas juga penting, bahan baku yang digunakan juga harus berkualitas tinggi sehingga lebih tahan dan lebih berkualitas dibanding cat tembok biasa. Namun, tidak perlu menggunakan bahan-bahan khusus yang mahal karena hanya akan menaikkan harga jual tanpa penambahan nilai yang berarti.
Tingkat kesulitan juga akan menurun dengan adanya pelatihan tukang-tukang di setiap kota dan di setiap kecamatan (pada jangka panjang). Aplikasi Avian sebagai platform penghubung konsumen dengan tukang-tukang ahli tersebut memungkinkan konsumen tidak lagi kesulitan menemukan tukang yang andal dan memberikan hasil yang memuaskan. Fitur suggestion mengenai alat-alat yang dibutuhkan serta video tutorial interaktif atas cara pengecatan juga memudahkan pengaplikasian mandiri.
Pilihan warna yang disediakan terbatas pada warna-warna favorit sehingga memudahkan konsumen memilih dan juga mengurangi biaya bagi Avian.
Pemasaran
Above-The-Line yang menghabiskan
biaya dieliminasi dan diganti dengan digital marketing serta Word of Mouth yang
secara otomatis terjadi
apabila konsumen puas dengan penawaran Blue Ocean yang diberikan. Pemasaran digital marketing juga memungkinkan iklan terintegrasi dengan aplikasi. Iklan melalui facebook, Instagram,
tiktok dapat dibuat dengan Call- to-Action berupa satu klik yang langsung mengarahkan ke aplikasi.
Dari sisi kepraktisan/simplicity, konsumen akan sangat diuntungkan dengan adanya aplikasi Avian yang mengintegrasi seluruh tahap penawaran hingga pengaplikasian cat:
�
Penawaran:
Diberikan dalam bentuk desain jadi yang indah dan menarik. Avian dapat bekerja sama dengan ahli desain interior dan membuat katalog inspirasi desain bagi konsumen.
Desain yang ditawarkan juga realistis, tidak terlalu mewah dan jangan tampak tidak
terjangkau. Dalam jangka
panjang, disediakan juga virtual customer experience yang menunjukkan
visualisasi hasil melalui gadget konsumen maupun fitur konsultasi dengan ahli-ahli desain interior untuk custom design. Dapat juga disajikan juga
inspirasi desain interior untuk UMKM seperti kedai kopi
atau depot yang marak di jaman ini.
�
Pembelian: Setelah
pemilihan desain, konsumen
ditunjukkan produk-produk yang digunakan dalam desain tersebut.
Jumlah cat yang dibutuhkan juga dikalkulasi dari luasan yang akan dicat.
Disediakan juga fitur konsultasi yang terintegrasi, sehingga
pengguna bisa langsung bertanya apabila kebingungan.
Dari perhitungan jumlah cat, dihitung pula biaya yang dibutuhkan. Produk-produk yang digunakan hendaknya dapat dibeli sekaligus.
�
Pengiriman: Dalam melakukan pengiriman, Avian sudah memiliki
kekuatan berupa armada
distribusi mandiri. Avian juga dapat melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan ekspedisi yang ada.
�
Pengaplikasian: Setelah
membeli produk, konsumen
juga disajikan opsi untuk menggunakan tukang-tukang ahli Avian.
Terdapat tukang-tukang terpercaya di setiap kota
yang dilatih oleh Avian dan dilengkapi dengan peralatan mengecat. Ke
depannya, tukang- tukang harus hadir
di setiap kecamatan.
�
Pembayaran: Setelah
kalkulasi semua biaya,
konsumen juga dapat melakukan pembayaran dengan metode-metode yang nyaman seperti
melalui transfer bank,
virtual account, dompet
online, atau bahkan COD dengan
batas pembelian tertentu.
Sesuai dengan ciri strategi Blue Ocean yang baik, strategi Blue Ocean yang dirancang untuk Avian meletakan fokus pada faktor-faktor tertentu, yaitu penyediaan ragam desain yang kaya dan menarik, kepuasan konsumen terhadap estetika hasil, dan kepraktisan/simplicity urusan pengecatan. Dapat terlihat dari kurva Blue Ocean yang terbentuk bahwa syarat kedua, divergensi/gerak menjauh, juga terpenuhi. Untuk mendukung implementasi strategi ini lebih lanjut, Avian dapat memberi moto yang jelas dan memikat yaitu �Everyone can paint�. Ini menggantikan persepsi konsumen yang selama ini memandang urusan pengecatan hanya terbatas pada kontraktor, desain interior, dan tukang-tukang. Meskipun didukung oleh tukang ahli yang dilatih oleh Avian, konsumen pun saat ini dapat dengan mudah/praktis melakukan pengecatan sesuai dengan keinginan hatinya kapanpun dan dengan biaya yang terjangkau.
Setelah dilakukan analisa Six Paths Framework dan Existing Strategy Canvas, ditemukan bahwa industri cat selama ini banyak digunakan oleh kontraktor atau tukang-tukang bangunan dan kurang menarget end-user. Karena itu dirumuskan strategi Blue Ocean yang lebih menargetkan end-user. Yang menjadi masalah selama ini adalah ketidaktahuan end-user akan produk-produk cat, terlalu banyak pilihan yang membuat kebingungan, serta tidak adanya pemasaran yang memancing ketertarikan/keinginan konsumen. Selain itu, industri cat juga kurang memanfaatkan pemasaran digital yang merupakan metode yang nyaman bagi konsumen masa kini. Karena itu, dibuat strategi Blue Ocean yang dapat mengatasi hal tersebut. Strategi yang dicetuskan berfokus pada kepraktisan/simplicity bagi end-user dalam hal pengecatan. Hal ini meliputi penyediaan pilihan desain menarik yang beragam, fitur konsultasi dengan ahli desain interior, pengurangan pilihan warna, penyediaan tukang ahli beserta alat pengecatan yang lengkap untuk mengurangi tingkat kesulitan pengaplikasian, perhitungan kebutuhan cat dan biaya pengecatan keseluruhan. Pembelian dan pembayaran juga diintegrasikan ke dalam aplikasi yang sama yang memuat hal-hal di atas. Simplicity dari urusan pengecatan disertai dengan desain menarik dan harga terjangkau, memancing ketertarikan end-user untuk memilih sendiri produk catnya serta meningkatkan kepuasan mereka terhadap estetika hasil. Implikasinya, konsumen yang puas akan membantu memasarkan dengan word-of-mouth, frekuensi pengecatan meningkat karena konsumen tidak ragu melakukan repeat order (pengecatan ulang) di masa-masa tertentu seperti lebaran dan natal, serta Avian dapat keluar dari kompetisi samudra merah industri cat dan mendapatkan lonjakan permintaan. Untuk menekan biaya, digital marketing digunakan sebagai ganti pemasaran Above- the-Line dan pilihan warna dikurangi sehingga tercapai economies of scale dalam proses produksi serta tidak digunakannya mesin tinting. Sehingga meskipun harga jual produk tidak meningkat signifikan, Avian tetap mengalami pertumbuhan profit.
BIBLIOGRAFI
( Adams, A., Green, B., &
Taylor, M. (2020). The effects of exercise on mental health. Journal of Applied
Psychology, 32(2), 201-217.
Adams, L.,
Turner, K., & Lewis, J. (2021). The role of mindfulness in stress
reduction. Journal of Counseling Psychology, 25(3), 289-305.
Anderson, J.,
Turner, H., & Wilson, S. (2017). The influence of technology on social
skills in children. Child Development Perspectives, 24(1), 65-80.
Anderson, T.,
Smith, K., & Wilson, R. (2017). The impact of parental involvement on
academic achievement. Child Development, 23(5), 502-518.
Brown, C.,
Williams, R., & Davis, L. (2019). The role of technology in enhancing
learning outcomes. Educational Psychology Review, 25(3), 289-305.
Clark, A., Lewis,
O., & Harris, M. (2020). The relationship between emotional intelligence
and job satisfaction. Journal of Applied Psychology, 16(4), 403-418.
Clark, B.,
Turner, J., & Harris, K. (2020). The impact of social media on body image
dissatisfaction among adolescents. Journal of Youth Studies, 18(1), 89-104.
Garcia, M.,
Lopez, P., & Martinez, R. (2021). Social media and body image
dissatisfaction among adolescents. Journal of Youth Studies, 18(1), 89-104.
Hall, B.,
Martinez, P., & Wilson, R. (2017). The effects of exercise on cognitive
function. Journal of Cognitive Psychology, 10(1), 108-123.
Hall, S., Patel,
K., & Wilson, L. (2021). The influence of gender on leadership styles.
Journal of Organizational Behavior, 28(3), 301-315.
Harris, K.,
White, R., & Brown, J. (2021). The relationship between emotional
intelligence and leadership styles. Journal of Organizational Behavior, 28(3),
301-315.
Harris, M.,
Moore, E., & Anderson, L. (2019). The role of empathy in building positive
relationships. Journal of Social Psychology, 22(2), 215-230.
Johnson, C.,
White, S., & Brown, P. (2019). The role of self-efficacy in career
development. Journal of Career Development, 14(3), 268-283.
Johnson, M.,
Walker, P., & Smith, H. (2017). The impact of technology use on social
skills in children. Child Development Perspectives, 24(1), 65-80.
Lee, H., Park,
S., & Kim, E. (2018). The effect of mindfulness meditation on stress
reduction. Journal of Counseling Psychology, 12(4), 412-427.
Lewis, A.,
Walker, N., & Davis, M. (2021). The impact of technology use on academic
performance. Educational Psychology Review, 25(3), 289-305.
Martinez, E.,
Jackson, K., & Thompson, L. (2019). The role of cultural intelligence in
cross-cultural communication. International Journal of Intercultural Relations,
15(2), 189-204.
Martinez, O.,
Clark, K., & Thompson, F. (2019). The role of cultural intelligence in
intercultural communication. International Journal of Intercultural Relations,
15(2), 189-204.
Martin, P.,
Turner, R., & Thompson, J. (2019). The effect of gratitude practices on
well-being. Journal of Positive Psychology, 14(3), 268-283.
Roberts, D.,
Walker, J., & Anderson, K. (2018). The impact of social media on body image
perception. Journal of Youth Studies, 23(5), 502-518.
Roberts, S.,
Turner, L., & Clark, E. (2018). The relationship between sleep quality and
academic performance. Journal of Educational Psychology, 16(4), 403-418.
Smith, J. D.,
& Johnson, A. B. (2020). The impact of climate change on biodiversity.
Journal of Environmental Science, 15(2), 156-172.
Turner, D.,
Johnson, M., & Brown, L. (2019). The influence of social media use on sleep
quality. Journal of Sleep Research, 20(2), 156-172.
Turner, E.,
Martinez, C., & Thompson, D. (2019). The effect of gratitude practices on
well-being. Journal of Positive Psychology, 14(3), 268-283.
Turner, F.,
White, J., & Davis, B. (2021). The effect of mindfulness-based
interventions on anxiety reduction. Journal of Anxiety Disorders, 28(3),
301-315.
Copyright holder: Elvina Yohana Santoso (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |