Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober
2022
PENERAPAN KONSEP GREEN CITY (KOTA
HIJAU) UNTUK PENANGGULANGAN MASALAH BANJIR DI KOTA BANDUNG
Kevin Aqsya Fuad, Nur
Syaidah Zendrato, Adila Nabilah
Program Magister ITB, SAPPK - Perencanaan Wilayah
dan Kota, Indonesia
Email: Aqsyakevin@gmail.com,
[email protected], [email protected]
Abstrak
Banjir merupakan permasalahan yang biasa terjadi
pada suatu wilayah. Bencana banjir dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan
manusia seperti curah hujang yang tinggi, luapan aliran sungai, sistem drainase
yang buruk, kurangnya daerah resapan air, timbulan sampah yang tinggi, dan
lain-lain. Kota Bandung memilki permasalahan banjir yang belum terselesaikan
hingga saat ini, jika permasalahan banjir tidak dapat diatasi hingga pada masa
mendatang hal tersebut akan menimbulkan kerugian yang besar. Dalam
penanggulangan bencana banjir di Kota Bandung dapat dengan mengimplementasikan
konsep Green City, konsep tersebut adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan
yang dicapai dengan strategi
pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial dan perlindungan lingkungan sehingga kota menjadi tempat yang
layak huni tidak hanya bagi generasi sekarang, hingga generasi berikutnya di masa mendatang. Output dari konsep Green
City bertujuan untuk menghasilkan sebuah pembangunan kota yang
berkelanjutan dengan mengurangi dampak negatif dari pembangunan infrastruktur
terhadap lingkungan dengan kombinasi strategi tata ruang, strategi
infrastruktur dan strategi pembangunan sosial. Secara prinsip konsep Green
City merupakan salah satu konsep pembangunan yang ideal untuk menanggulangi
permasalahan banjir di Kota Bandung, hal tersebut dikarenakan pada konsep ini
menitikberatkan aspek lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan. Terdapat delapan elemen dalam konsep Greeen City, dari
kedelapan elemen tersebut terdapat beberapa konsep yang ideal untuk
diimplementasikan untuk menanggulangi permasalahan banjir di Kota Bandung.
Kata
Kunci: Banjir, Green City, dan
Pembangunan Berkelanjutan.
Abstract
Flood is a problem that often occurs
in an area. Flood disasters are caused by environmental and human factors such
as high rainfall, overflowing rivers, poor drainage systems, lack of water
catchment areas, high waste generation, and others. The city of Bandung has a
flood problem that has not been resolved until now, if the flood problem cannot
be overcome in the future it will cause huge losses. In flood disaster
management in Bandung City, it is possible to implement the Green City concept,
the concept is a sustainable and environmentally friendly city development
concept that is achieved by a balanced development strategy
between economic growth, social life and environmental protection so that the
city becomes a livable place not only for generations. now, to the next
generation in the future. The output of the Green City concept aims to produce
a sustainable city development by reducing the negative impact of
infrastructure development on the environment with a combination of spatial
strategy, infrastructure strategy and social development strategy. In
principle, the Green City concept is one of the ideal development concepts to
overcome the problem of flooding in the city of Bandung, this is because this
concept focuses on environmental aspects and sustainable development. There are
eight elements in the Green City concept, from these eight elements there are
several ideal concepts to be implemented to overcome flood problems in Bandung
City.
Keywords: Floods, Green City, and Sustainable Development.
Pendahuluan
Kota merupakan sebuah ruang yang memiliki peran sebagai pusat permukiman, kegiatan ekonomi, sosial, budaya
dan kegiatan
masyarakat apapun itu dengan batas wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan undang-undangan yang
berlaku. Sebuah kota harus menyediakan ketersediaan ruang yang dapat
menunjang kegiatan masyarakat seperti ketersediaan sarana dan prasarana yang
baik, keamanan, kenyamanan, ketersediaan transportasi umum yang baik, dan
lain-lain. Pada kenyataannya sebuah kota tidak dapat dihindari dari
permasalahan-permasalahan yang terjadi, seperti kriminalitas, tingkat
urbanisasi yang tinggi, kawasan kumuh, bencana alam, dan lain-lain. Maka dari
itu Pemerintah Kota perlu berupaya dalam menanggulangi permasalahan-permasalahan
tersebut agar menciptakan ketersediaan ruang yang baik guna menunjang kegiatan
masyarakat.
Bencana banjir merupakan salah satu bencana alam yang biasa terjadi
di daerah perkotaan. bencana banjir disebabkan oleh beberapa faktor seperti sistem
drainase kota yang buruk, pengelolaan sampah yang buruk, ketersediaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) yang tidak ideal, dan lain-lain. Kota Bandung merupakan
salah satu kota metropolitan serta memilki fungsi administrasi sebagai Ibu Kota
Provinsi Jawa Barat yang memiliki permasalahan bencana banjir yang belum
terselesaikan. Jika bencana banjir tidak terselesaikan hingga masa mendatang
maka kerugian yang akan dialami oleh pemerintah akan semakin besar. Maka dari
itu diperlukan sebuah konsep pembangunan dan perencanaan yang tepat untuk
menanggulangi permasalahan banjir di Kota Bandung
Kota Bandung merupakan salah satu kota metropolitan di
Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 2.510.103 jiwa,
serta� berfungsi sebagai Ibu Kota
Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan dan secara
geografis kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada
pada ketinggian �768 meter di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di
berada di sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut
dan sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di
atas permukaan laut.
Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai
Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke
arah selatan dan bertemu di Sungai
Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan
terhadap masalah banjir terutama pada musim hujan.� Iklim di kota Bandung dipengaruhi oleh iklim
pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 �C, curah
hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per
bulan.
Metode Penelitian
Secara eksiting permasalahan banjjir di Kota Bandung kerap
terjadi, maka dari itu fokus pada penelitian ini berpacu pada penerapan konsep green
city untuk menanggulangi permasalaha banjir di Kota Bandung. Dalam
penulisan jurnal ini metode
penelitian yang digunakan menggunakan metode
kualitatif dengan
pendekatan case Studies. �Metode kualitatif case Studies yaitu merupakan jenis pendekatan kualitatif yang dikemukakan oleh John
W. Creswell,
pendekatan ini digunakan untuk menelaah, menyelidiki dan memahami
sebuah kejadian dari
permasalahan
yang terjadi dengan
mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan kejadian, fenomena
yang terjadi, waktu, tempat, dan lain-lain,
kemudian diolah untuk mendapatkan sebuah solusi dan justifikasi agar masalah yang diungkap
dapat
terselesaikan
dengan argumentasi.
Data yang digunakan pada penelitian jurnal ini merupakan data kualitatif yang
memiliki implikasi dengan konsep green city, undang-unndang dan regulasi
terkait, serta faktor-faktor permasalahan banjir di kota bandung.
Hasil dan Pembahasan
A.
Permasalahan
Banjir di Kota Bandung
Kota Bandung menjadi wilayah yang selalu menjadi langganan bencana banjir di musim penghujan. Permasalahan banjir di Kota Bandung belum teratasi hingga saat ini, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti curah hujan yang tinggi, buruknya sistem drainase, kurang nya ruang terbuka hijau, dan lain-lain. Selain itu menurut ahli hidrolog sekaligus Guru Besar bidang ilmu pengelolaan daerah aliran sungai Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjajaran Chay Asdak, meyoroti mengenai tata Kota di Bandung yang memang tidak tertata dengan baik, Alhasil sejumlah wilayah yang seharusnya menjadi daerah resapan air dijadikan pemukiman, seperti alih fungsi lahan di Kawasan Bandung Utara (KBU) yang pada dasarnya diperuntukkan untuk Kawasan Lindung, berdirinya permukiman di garis sempadan sungai ciliwung, kurangnya luasan RTH, dan lain-lain.
Gambar
1. Banjir di ruas jalan Leuwipanjang
Sumber:
Banjir Rendam Jalan Leuwi Panjang Kota Bandung, Pasjabar.com
Menurut Pemerintah Kota Bandung terdapat 68 Titik lokasi yang berpotensi terjadi bencana Banjir, serta menurut Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung mendata sedikitnya terdapat 21 titik lokasi yang menjadi langganan banjir ketika hujan deras melanda Kota Bandung. Lokasi yang menjadi langganan banjir tersebut meliputi:
1. Jalan
Cikutra.
2. Jalan
Cibaduyut (Terowongan Tol).
3. Jalan
Ir.H Juanda (Bank BJB).
4. Jalan
Dr.Djundjunan (Pasteur).
5. Jalan
Rumah Sakit (Simpang Gedebage).
6. Jalan
Rumah Sakit (Crosing Saluran).
7. Jalan
Karang Tinggal.
8. Jalan
Setiabudi (Terminal Ledeng).
9. Jalan
Sukagalih.
10. Jalan
Punclut (Depan Wisma Arimbi).
11. Jalan
Geger Kalong Girang.
12. Jalan
Sukamulya Indah.
13. Jalan
Pagarsih.
14. Jalan
Terusan Pasirkoja (persimpangan gerbang tol pasir koja).
15. Jalan
Lemah Nendeut.
16. Jalan
Geger Kalong Tengah.
17. Jalan
Budi.
18. Jalan
Setiabudi (Depan Polsek Cidadap).
19. Jalan
Sarimanah Raya.
20. RW.07
Kelurahan Cibadak, Astana Anyar.
21. Kelurahan
Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon.
Permasalahan banjir di Kota Bandung harus segera diatasi, dari bencana tersebut banyak kerugian yang dialami seperti rusaknya Sarana dan prasarana (rumah, mobil, gedung, harta benda, dll), lumpuhnya jalur transportasi dan komunikasi, mengganggu aktivitas masyarakat sekitar, Mencemari lingkungan, dan lain-lain.
B.
Penyebab
banjir di Kota Bandung
Penyebab terjadinya bencana banjir di kawasan Bandung disebabkan oleh penurunan air di dalam tanah (Irwan Iskandar, 2022). Penyusutan air tanah saat ini banyak terjadi karena eksploitasi dan kegiatan ekonomi, sehingga kontur tanah yang tadinya padat menjadi kosong. Hal itu menyebabkan turunnya permukaan tanah yang berpotensi menjadi tempat genangan air. Selain itu penyebab turunnya topografi tanah karena pendirian bangunan dan kegiatan ekonomi dengan penggunaan air yang tak terkontrol (Irwan Iskandar, 2022).
Selain itu Pemerintah Kota Bandung mengidentifikasi salah satu penyebab banjir di beberapa wilayah Kota Bandung adalah intensitas hujan yang tinggi, kurangnya penyerapan air, kurangnya kolam retensi, serta saluran drainase yang dipenuhi sampah berkontribusi terhadap meluapnya air ke jalan.
C.
Aspek Green
City untuk menanggulangi permasalahan banjir di Kota Bandung
Secara
prinsip konsep Green City merupakan salah satu konsep penataan ruang yang
ideal untuk menanggulangi permasalahan banjir di Kota Bandung, hal tersebut
dikarenakan pada konsep ini berorientasi terhadap aspek lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan. Secara keseluruhan mendapat delapan elemen dalam konsep Green City, namun
dari kedelapan elemen tersebut terdapat beberapa konsep yang memiliki relevansi
yang cukup tinggi untuk diimplementasikan dalam menanggulangi permasalahan
banjir di Kota Bandung.
1. Konsep Green planning and design di Kota Bandung.
Perencanaaan dan pembangunan kota yang tidak sesuai dengan kaidahnya dan aturan yang berlaku akan menimbulkan permasalahan, seperti timbulnya kawasan kumuh, pola ruang dan struktur ruang perkotaan yang buruk, beridirnya bangunan yang merusak aspek lingkungan, dan lain-lain. Seperti yang disampaikan oleh ahli hidrolog Universitas Padjdjaran, Chay Asdak, mengemukakan bahwa secara aspek tata ruang Kota Bandung tidak tertata dengan baik. Dari kondisi eksisiting tersebut menjadi faktor terjadinya permasalahan bencana banjir di Kota Bandung.
Konsep
Green planning and design adalah konsep perencanaan tata ruang yang
berprinsip pada konsep pembangunan kota berkelanjutan. Green city
menuntut perencanaan tata guna lahan dan tata bangunan yang ramah lingkungan
serta penciptaan tata ruang yang atraktif dan estetik. Pada dasarnya
prinsip setiap peraturan pembangunan kota yang
berlaku di Indonesia telah berorientasi terhadap prinsip konsep Green
planning and design, seperti Peraturan Presiden (Perpres)
SDGs Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan, Undang-Undang nomor 24 tahun 2007
yang menyerukan penanggulangan bencana alam (Kota
hijau harus menjadi kota waspada bencana), Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan lain-lain. Jika
pemerintah Kota Bandung mengupayakan penataan ruang yang sesuai dengan
undang-undang dan regulasi yang sesuai maka permasalahan bencana banjir akan
teratasi.
2. Konsep Green open space untuk menanggulangi permasalahan banjir.
Salah satu penyebab terjadinya bencana banjir adalah
kurangnya daerah resapan air sehingga timbulnya genangan air yang menjadi
banjir di titik lokasi tertentu. Selain itu Kota Bandung hanya memiliki sekitar
12,15 % dari luasan wilayah administrasinya,
sedangkan Ruang Terbuka Hijau pada suatu
wilayah perkotaan seharusnya tersedia seluas 30% dari luas kota (RTH Publik
20%,RTH Privat 10%).
Tidak dapat di pungkiri dari persentase ruang terbuka hijau
tersebut bahwa salah satu permasalahan banjir di kota bandung disebabkan oleh
kurang nya RTH. Konsep Green open space merupakan konsep yang
mengupayakan ketersediaan ruang terbuka hijau yang ideal. Dengan tersedianya
ruang terbuka hijau yang ideal maka akan mengurangi timbulan genangan di musim
penghujan. Selain mereduksi genangan air yang menyebabkan banjir konsep Green
open space bertujuan untuk mengurangi polusi, menambah estetika kota, serta
menciptakan iklim mikro yang nyaman. Hal ini dapat diciptakan dengan perluasan
lahan Taman, koridor hijau dan lain-lain.
Gambar 2. Kiara Park Kota Bandung
Sumber: Review, Lokasi, Dan Harga Tiket Masuk
Kiara Artha Park, pariwisataku.com
Kiara
Artha Park merupakan salah satu objek tempat wisata di Bandung yang menarik
untuk dikunjungi. Objek tempat wisata ini dibangun diatas lahan seluas 12
hektar lebih dengan konsep RTH (Ruang Terbuka Hijau) dengan objek rekreasi
keluarga. Tempat ini dibuka untuk umum sejak tanggal 17 Agustus 2019. Dengan
memperluas persentase RTH di Kota Bandung, niscaya akan mengurangi permasalahan
banjir yang kerap terjadi di musim penghujan.
3.
Konsep Green
Waste untuk mengantisipasi masalah persampahan.
Sampah menjadi salah satu faktor terjadinya bencana banjir,
hal tersebut dikarenakan timbulan sampah dapat menyumbat saluran drainase dan mencemari
hilir sungai di Kota Bandung. Dengan mengimplementasikan prinsip konsep Green
Waste niscaya permasalahan banjir di Kota Bandung dapat terminimalisir,
dikarenakan timbulan sampah di Kota Bandung akan ter olah dengan baik.
Dalam implementasi sistem Green Waste diperlukan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang seperti tersedianya TPA yang memadai, tersedianya TPU dengan jumlah yang ideal, tersedianya jaringan angkutan persampahan yang maksimal, dan lain-lain. Selain itu dalam Konsep Green Waste diperlukan system pengelolaan sampah yang didukung oleh teknologi yang memumpuni, dikarenakan dalam pengelolaan nya berprinsip pada proses reduce (pengurangan), reuse (penggunaan ulang) dan recycle (daur ulang).
Salah satu komponen dari konsep green waste yang dapat diimplementasikan adalah Integrated Sustainable Waste Management (ISWM) atau dapat disebut pengelolaan sampah berkelanjutan yang terintegrasi. Menurut Van de Klundert dan Anschutz (2001) dalam Wilson et al (2013) ISWM merupakan sebuah konsep pengelolaan persampahan yang diolah secara berkelanjutan dengan mengintegrasikan tiga aspek utama, yaitu stakeholder, elemen sistem limbah dan persampahan, serta aspek strategis. Selain tiga aspek tersebut, kebijakan pengelolaan sampah yang diimplementasikan pada suatu negara juga menjadi landasan dalam pendekatan pengelolaan sampah berkelanjutan.
Gambar 3 Kerangka
ISWM
Sumber: Wilson, DC, Velis, CA and Rodic, L
(2013) Integrated sustainable waste
management in developing countries, Universities of Leeds, Sheffield and
York.
Pada skema diatas dapat dilihat bahwasanya rincian dari masing-masing aspek tersebut saling terintegrasi untuk menciptakan suatu sistem yang keberlanjutan. Setiap stakeholder�s memiliki peran dan kepentingan yang berbeda-beda dalam pengelolaan sampah. Hal ini menjadi tantangan untuk Pemerintah Kota Bandung dalam membuat suatu kesepakatan antar stakeholder�s untuk bersinergi dalam mencapai tujuan bersama diluar kepentingannya dan yurisdiksinya masing-masing. Stakeholder�s yang terlibat bisa berupa LSM, sektor privat formal dan informal, penduduk lokal, dan lainnya.
4. Konsep Green building untuk menciptakan bangunan yang ramah lingkungan.
Salah satu penyebab terjadinya bencana banjir adalah beralih fungsi nya ruang terbuka yang berfungsi sebagai daerah resapan air menjadi Kawasan terbangun. Selain itu bangunan yang tidak menyediakan RTH lokal akan berpotensi semakin berkurangnya daerah resapan air pada suatu wilayah sehingga menimbulkan genangan air. Pertumbuhan penduduk di Kota Bandung semakin tumbuh setiap tahunnya, dari fenomena tersebut maka akan semakin meluasnya kawasan terbangun seperti bangunan apartment, permukiman warga, bangunan perkantoran, perdagangan, jasa, dan lain-lain.
Untuk mengantisipasi dampak buruk dari Kawasan terbangun yang mengurangi resapan air adalah dengan pengaplikasian konsep Green Building pada seluruh bangunan yang hendak berdiri di Kota Bandung. Pada dasarnya konsep Green Building adalah konsep yang mengharuskan setiap bangunan tidak memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan serta berkawasan dalam pembangunan berkelanjutan.
Gambar 4. Penerapan konsep green Building pada
kantor Unilever, Jakarta
Sumber:
unilever
headquarters in Indonesia is designed to combine community diversity and
nature, archinesia.com.
Dalam upaya implementasi konsep green building, pemerintah Kota Bandung dapat berkolaborasi dengan lembaga Green Building Council Indonesia. Lembaga tersebut merupakan nirlaba independen yang memiliki program utama yaitu meningkatkan aspek bangunan hijau untuk diimplementasikan, Pelatihan dan Pendidikan untuk implementasi bangunan hijau, Sertifikasi Bangunan Hijau dan mendorong Keterlibatan Pemangku Kepentingan untuk mengimplementasikan bangunan. Dengan demikian pemerintah Kota Bandung dapat merealisasi pembangunan bangunan yang memenuhi aspek green building secara saksama.
5. Konsep Green Community untuk menciptakan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan
Sikap apatis masyarakat terhadap pentingnya kebersihan lingkungan menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana banjir, seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, membangun rumah yang tidak menyediakan RTH lokal, mencemari sungai dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri yang mencemari sungai, dan lain-lain. Green Community adalah strategi pelibatan berbagai stakeholder dari kalangan pemerintah, kalangan bisnis dan kalangan masyarakat dalam pembangunan kota hijau. Green Community bertujuan untuk menciptakan partisipasi nyata seluruh stakeholder dalam pembangunan kota hijau dan membangun masyarakat yang memiliki karakter dan kebiasaan yang ramah lingkungan, termasuk dalam kebiasaan membuang sampah dan partisipasi aktif masyarakat dalam program-program kota hijau pemerintah.
Salah satu contoh untuk mengimplementasikan konsep Green Community di Kota Bandung adalah seperti kegiatan penanaman seribu pohon oleh elemen masyarakat, kampanye pemerintah untuk mendorong masyarakat dalam pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, seminar mengenai pentingnya aspek lingkungan kepada seluruh masyarakat, pembentukan komunitas-komunitas masyarakat yang berorientasi terhadap aspek lingkungan. Jika seluruh masyarakat memiliki kesadaran dalam pentingnya menjaga aspek lingkungan dan dapat berpartisipasi dalam mengelolanya niscaya permasalahan banjir di Kota Bandung akan dapat teratasi.
6. Konsep green water untuk memanajemen sumber daya air secara berkelanjutan
Air merupakan unsur utama yang menjadi permasalahan banjir, khususnya di Kota Bandung. Genangan air yang berlebih pasca hujan menjadi penyebab timbulnya bencana banjir, hal tersebut disebabkan oleh buruknya resapan air dan jaringan utilitasnya. Konsep green water niscaya dapat membantu dalam penanggulangan permasalahan banjir dengan manajemen yang berwawasan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya air secara berkelanjutan seperti konsep biopori, sumur resapan, dan pengelolaan air hujan sebagai cadangan sumber air.
Gambar 5. Pemanfaatan
biopori untuk resapan air
Sumber: �Cara
Membuat Biopori untuk Resapan Air dan Mengatasi Banjir�, Balai Wilayah Sungai -
PU.GO.id
Dengan membuat lubang resapan biopori dapat membantu dalam penanggulangan masalah banjir dikarenakan memiliki kinerja untuk membantu aliran air masuk ke dalam tanah secara langsung. Selain itu, sampah organik yang ada di dalam lubang merupakan makanan dari cacing tanah. Cacing yang masuk ke dalam lubang akan membuat terowongan-terowongan kecil di dalam tanah ketika menuju ke lubang yang berisi sampah organik. Hal ini tentu akan membuat air lebih cepat meresap ke dalam tanah.
D.
Performa
Kota Bandung dalam Menerapkan Konsep Green City berdasarkan Asian
Green City Index
Berdasarkan
hasil pembobotan AGCI (Asian Green City
Index) terhadap performa Kota Bandung dalam
menerapkan kota hijau di adalah sebesar
54,19%, atau berarti berada di kelas average/rata-rata. Kategori kota hijau di Kota Bandung pun masih berada di rentang below
average sampai dengan above average (Sekar Sri Anjani dan Verry Damayanti,
2021). Kategori aspek green city di Kota Bandung yang masih tergolong
kurang baik yaitu kategori transport, dengan bobot
sebesar 31,10%, hal tersebut dikarenakan jalur angkutan umum di Kota Bandung
masih terbatas jangkauan antar daerahnya,
serta terintegrasi jaringan angkutan umum yang kurang baik.
Selain itu, masih banyak pula rencana terkait transportasi yang belum trealisasikan. Sementara itu, kategori yang berada di kelas rata-rata adalah kategori energy & CO2 dengan bobot sebesar 45,68%, land use & building dengan bobot sebesar 46,80%, water dengan bobot sebesar 47,20%, dan sanitation dengan bobot sebesar 46,75%. Kategori yang sudah mencapai tingkat di atas rata-rata (above average) adalah waste dengan bobot sebesar 73,68%, air quality dengan bobot sebesar 64,45%, dan environmental government dengan bobot sebesar 77,92% (Sekar Sri Anjani dan Verry Damayanti, 2021). Dengan demikian diperlukan upaya yang lebih seksama untuk menjadikan Kota Bandung mejadi kota yang lebih hijau.
E.
Upaya optimalisasi realisasi konsep green
city di Kota Bandung
1. Implementasi Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
Dalam
penerapan konsep green city dibutuhkan upaya yang kolaboratif dan
berkelanjutan oleh setiap stakeholder yang terkait pada daerah tersebut,
dengan demikian konsep green city dapat terwujud secara komprehensif
dan optimal. Selain itu untuk menjalankan program tersebut, terdapat salah satu
program kementerian yang memiliki implikasi dengan konsep green city, yaitu
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH). Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) adalah kegiatan yang
telah dirintis oleh Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Penataan Ruang, merupakan salah satu langkah nyata pemerintah pusat bersama-sama dengan
pemerintah provinsi dan pemerintah
kota/kabupaten dalam memenuhi ketetapan UUPR, terutama terkait pemenuhan luasan RTH perkotaan, sekaligus menjawab
tantangan perubahan iklim di Indonesia. P2KH
merupakan inovasi program perwujudan RTH perkotaan yang berbasis komunitas. Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dapat
menjadi acuan dan pilot ptojecct pemerintah Kota Bandung untuk
mengimplementasikan konsep green city dalam penanggulangan masalah
banjir. Secara prinsip P2KH merupakan program kolaboratif antara
pemerintah Kota dan/atau Kabupaten dengan komunitas hijaunya, yang dikoordinasikan
oleh pemerintah provinsi dan difasilitasi oleh pemerintah pusat. Berikut
prinsip �pelaksanaan P2KH, meliputi� :
a. Prinsip
1: Performance - based untuk roll-over dana stimulan.
b. Prinsip
2: Local-Led Development dalam rangka pemberdayaan atau peningkatan kapasitas
lokal dan membangun ownership atas proses dan produk.
c. Prinsip
3:Lowest Hanging Fruits dengan Quick Wins pada 3 atribut utama (Green
Planning And Design, Green Open Space, Dan Green Community), sekaligus
membangun Confidence.
d. Prinsip
4: Optimized Project-Cycle (siklus perencanaan, pemrograman,
pembangunan, pemeliharaan, dan evaluasi yang singkat), berorientasi pada aksi
nyata.
e. Prinsip
5: Urban Labs , media pembelajaran bersama yang dapat didiseminasikan
dan direplikasikan secara luas.
Selain itu pada tahap inisiasi, P2KH difokuskan pada
perwujudan 3 (tiga) atribut, yaitu perencanaan
dan perancangan kota yang ramah lingkungan; perwujudan ruang terbuka hijau 30%; dan peningkatan peran masyarakat melalui
komunitas hijau. Pada tahap berikutnya
diharapkan akan dapat lebih diperluas lagi. Dengan adanya upaya pemerintah Kota
Bandung untuk menjalankan� Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dengan seksama, niscaya konsep green city
dapat terwujud secara seksama dengan berkelanjutan.
2.
Pendekatan Kolaboratif
dengan lembaga-lembaga terkait
Dalam implementasi suatu program penataan ruang, salah satu
permasalahan yang umum terjadi pada pemerintah daerah adalah keterbatasan sumber
daya dan dana. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut diperlukan pula
kolaborasi dengan berbagai lembaga-lembaga terkait yang memiliki implikasi
dalam perwujudan green city. Untuk itu dalam pencapaian aspek green
city pemerintah Kota Bandung hendaknya melakukan kolaborasi dengan lembaga-lembaga tersebut.
Seperti halnya DKI Jakarta, pada tahun 2022 pemerintah DKI Jakarta melaksanakan pertemuan Mitra Organisasi Internasional, antara lain, UCLG ASPAC, ICLEI Indonesia, GIZ, C40, UNICEF, Smart Change Project, UNDP Indonesia, The World Bank, FAO, ITDP, WRI, RDI, ICCT, UNRC, Vital Strategic. Beberapa program kolaborasi yang dibahas adalah perbaikan kualitas udara, pengendalian banjir dan ruang terbuka hijau, pengembangan Smart City, Green Building, elektrifikasi kendaraan umum, dan penataan pedestrian dan jalur sepeda di Jakarta. Selain itu pemerintah Kota Bandung dapat berkolaborasi dengan lembaga Green Building Council Indonesia untuk realisasi bangunan yang berwawasan konsep green city. Dengan demikian peluang terciptanya mitra kerja sama dengan lembaga tersebut dapat tercapai jika pemerintah daerah Kota Bandung mendorong implementasi Konsep green City dengan seksama.
Kesimpulan
Kota
Bandung menjadi wilayah yang selalu menjadi langganan bencana banjir di musim
penghujan. Permasalahan banjir di Kota Bandung belum teratasi hingga saat ini,
hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti curah hujan yang tinggi,
buruknya sistem drainase, kurang nya ruang terbuka hijau, dan lain lain.
Permasalahan banjir di Kota Bandung harus segera diatasi, dari fenomena
tersebut banyak kerugian yang dialami seperti rusaknya sarana dan prasarana
(rumah, mobil, gedung, harta benda, dll), lumpuhnya jalur transportasi dan
komunikasi, mengganggu aktivitas masyarakat sekitar, Mencemari lingkungan, dan
lain-lain. konsep Green City merupakan konsep pembangunan
kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai
dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial
dan perlindungan lingkungan sehingga kota
menjadi tempat yang layak huni tidak hanya bagi generasi sekarang,
hingga generasi berikutnya di masa mendatang. �merupakan salah satu konsep pembangunan
yang ideal untuk menanggulangi permasalahan banjir di Kota Bandung, hal
tersebut dikarenakan pada konsep ini menitikberatkan aspek lingkungan dan
pembangunan yang berkelanjutan.
BIBLIOGRAFI
Copyright
holder: Kevin
Aqsya Fuad, Nur Syaidah Zendrato, Adila Nabilah (2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |