Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 8, Agustus
2023
PENGARUH
PERUBAHAN IKLIM TERHADAP HUJAN RENCANA PADA DAS CILIWUNG, DKI JAKARTA
Andi Mukti Widayanto,
Endah Kurniyaningrum
Universitas Trisakti,
Jakarta, Indonesia
E-mail: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Perubahan iklim (climate change) merupakan hal yang tidak dapat dihindari akibat pemanasan global (global
warming) dan di yakini akan
berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan sebuah analisis untuk mengetahui bagaimana kajian pengaruh perubahan iklim terhadap curah hujan rencana dan debit banjir rancangan DAS Ciliwung di wilayah provinsi DKI
Jakarta. Berdasarkan hasil analisis data historis hujan dapat diketahui
bahwa terjadi kenaikan dan penurunan curah hujan di beberapa periode tertentu. Berdasarkan hasil analisis ketersediaan air pada seluruh periode, menunjukkan ketersediaan air DAS Ciliwung cenderung fluktuatif dari tahun ke
tahun. Berdasarkan hasil analisis curah hujan rencana,
didapatkan bahwa rata-rata perubahan curah hujan rencana per tahunnya mulai dari tahun 1993 hingga tahun 2042 yaitu sebesar 1.29%. Berdasarkan hasil analisis debit banjir rencana, didapatkan bahwa rata-rata perubahan debit banjir rencana per tahunnya mulai dari tahun 1993 hingga tahun 2042 yaitu sebesar 5.30%. Secara keseluruhan, perubahan iklim memberikan pengaruh yang cukup signifikan di wilayah DAS Ciliwung, khususnya di DKI
Jakarta.
Kata Kunci: Iklim, Hujan Rencana, Debit Banjir Rencana, DAS Ciliwung, DKI Jakarta.
Abstract
Climate change is inevitable due to global warming and is
believed to have a broad impact on various aspects of life. Therefore, it is
necessary to conduct an analysis to find out how the study of the effect of
climate change on rainfall plans and flood discharge designed by the Ciliwung watershed in the DKI Jakarta provincial area.
Based on the results of the analysis of historical rain data, it can be seen
that there is an increase and decrease in rainfall in certain periods. Based on
the results of the analysis of water availability in all periods, it shows that
the availability of water in the Ciliwung watershed
tends to fluctuate from year to year. Based on the results of the planned
rainfall analysis, it was found that the average change in planned rainfall per
year from 1993 to 2042 was 1.29%. Based on the results of the planned flood
discharge analysis, it was found that the average change in planned flood
discharge per year from 1993 to 2042 was 5.30%. Overall, climate change has a
significant influence on the Ciliwung watershed area,
especially in DKI Jakarta.
Keywords: Climate, Rain Plan, Flood Discharge Plan, Ciliwung Watershed, DKI Jakarta.
Pendahuluan
Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia telah memiliki beban yang berat untuk mendukung
kehidupan masyarakat setempat. Jakarta dengan daya tariknya menyebabkan
terjadinya laju urbanisasi sehingga pertumbuhan penduduk di Jakarta semakin padat, bahkan di sekitar Kota Jakarta tidak luput dari
peningkatan penduduk dan terjadinya perubahan lahan yang sebelumnya lahan budidaya menjadi lahan terbangun.
Perubahan iklim
(climate change) merupakan hal
yang tidak dapat dihindari akibat pemanasan global (global warming) dan di yakini akan berdampak
luas terhadap berbagai aspek kehidupan (Maliga
et al., 2022). Perubahan
pola curah hujan, peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim, serta kenaikan suhu udara dan permukaan air laut merupakan dampak serius dari perubahan
iklim yang dihadapi
Indonesia (Adib,
2014).
Variabilitas dan perubahan
iklim sebagai akibat pemanasan global (global
warming) merupakan salah satu
tantangan terpenting pada milenium ketiga. Sejumlah bukti baru hasil berbagai
studi mutakhir memperlihatkan bahwa faktor antropogenik, terutama perkembangan industri yang sangat cepat selama 50 tahun terakhir telah memicu terjadinya pemanasan global secara signifikan. Perubahan iklim berdampak terhadap kenaikan frekuensi maupun intensitas kejadian cuaca ekstrim, perubahan pola hujan, serta peningkatan
suhu dan permukaan air laut (Hartmann
et al., 2013).
Dengan pesatnya
pertumbuhan ekonomi di
Indonesia, jumlah penduduk bertambah dan urbanisasi di
wilayah tersebut DAS Ciliwung
semakin meluas. Populasi DKI Jakarta sekitar dua
kali lipat terakhir 40 tahun, dari tahun
1971 hingga 2010. Rasio luas urbanisasi di DAS Ciliwung naik sekitar 1,7 kali lipat, dari 27,6 % menjadi 47,6 %, dalam 30 tahun terakhir (dari tahun 1980-an hingga 2008) (Abighail
et al., 2022).
Berdasarkan data curah
hujan 10 tahun terakhir (1999-2008) dan 10 tahun
sebelumnya (1989-1998), ditemukan
bahwa rata-rata curah hujan maksimum 24 jam tahunan meningkat sekitar 9 %. Selain itu, muka air laut di Teluk Jakarta naik 7 mm setiap tahunnya (Abighail
et al., 2022). Dikhawatirkan
risiko banjir di DAS Ciliwung akan meningkat
secara signifikan akibat dampak perubahan
iklim. Oleh karena itu, perlu dilakukan
sebuah analisis untuk mengetahui bagaimana kajian pengaruh perubahan iklim terhadap curah hujan rencana
dan debit banjir rancangan
DAS Ciliwung di wilayah provinsi
DKI Jakarta.
Menurut The National Oceanic and
Atmospheric Administration (NOAA, 2007) perubahan iklim adalah pergeseran
jangka panjang dalam statistik dari cuaca (termasuk
rata-rata nya). Sebagai contoh, bisa muncul
sebagai perubahan iklim normal (diharapkan nilai rata-rata suhu dan curah hujan) untuk
tempat dan waktu tertentu tahun, dari satu dekade
ke depan (Emori
& Brown, 2005).
Iklim didefinisikan sebagai sintesis dari kegiatan yang terkait dengan cuaca dalam jangka
waktu yang panjang, yang secara statistik cukup untuk menunjukkan
perbedaan antara satu periode ke
periode yang lain (BMKG) (K.
B. Indah & Satu, n.d.). Iklim sebagai
kesempatan statistik kondisi atmosfer, termasuk suhu, tekanan, angin, kelembaban, yang terjadi di daerah dalam jangka
waktu yang panjang (Hammad
& Gibbs, 1987).
Perubahan iklim sebagai implikasi dari pemanasan global telah mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer dari lapisana bawah
terutama yang dekat dengan permukaan bumi (K.
S. Indah, 2019). Perubahan
iklim baru dapat diketahui setelah periode waktu yang panjang. Hingga saat ini
penelitian-penelitian terkait
perubahan iklim telah banyak dilakukan
sebagian besar mengindikasikan akan adanya kenaikan temperatur global walaupun besarnya belum dapat dipastikan.
Hasil kajian The
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC 2007) menunjukkan
bahwa sejak tahun 1850, tercatat ada 12 tahun terpanas
berdasarkan data suhu permukaan global. Sebelas dari 12 tahun terpanas
tersebut terjadi dalam waktu 12 tahun terakhir. Kenaikan suhu total dari tahun 1850−1899 sampai dengan 2001−2005 mencapai 0,76OC. Permukaan air laut rata-rata global juga meningkat
dengan laju rata-rata 1,80
mm/tahun dalam kurun waktu tahun
1961−2003. Kenaikan total permukaan
air laut yang berhasil dicatat pada abad ke-20 diperkirakan mencapai 0,17 m (Pachauri
et al., 2014).
El Ni�o adalah fenomena alami yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik Tengah
dan Timur menjadi lebih hangat dari biasanya.
Di Indonesia, El Ni�o memberikan dampak
signifikan terhadap cuaca dan iklim, diantaranya yaitu penurunan musim hujan, musim kemarau
panjang, penurunan suhu permukaan laut, dan peningkatan suhu udara (Pachauri
et al., 2014). La Ni�a adalah
fenomena alami yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik tengah dan timur menjadi lebih dingin
dari biasanya. Fenomena ini merupakan
adalah kebalikan dari El Ni�o.
Di Indonesia, fenomena La
Ni�a memberikan dampak berupa peningkatan curah hujan di wilayah barat
Indonesia, seperti Sumatera dan Jawa, potensi banjir dan tanah longsor di daerah yang rentan, pengaruh terhadap musim tanam dan produksi pertanian, dan dampak pada sektor perikanan dan kelautan (Trenberth,
2011). Analisis
ketersediaan air menggunakan
metode F.J. Mock. Metode ini
ditemukan dan dikembangkan
oleh Dr. F.J. Mock. Metode Mock memperhitungkan data curah hujan, evapotranspirasi,
dan karakteristik hidrologi
daerah pengaliran sungai (Asdak,
2023). Hasil dari
permodelan ini dapat dipercaya jika ada debit pengamatan sebagai pembanding (Soemarto,
1995).
Oleh karena keterbatasan data di daerah studi maka proses pembandingan tidak dapat dilakukan. Untuk itu diperlukan
pendekatan parameter hidrologi
yang lebih cermat sehingga hasil simulasi dapat diterima dengan tingkat akurasi sedang tetapi masih
dapat digunakan untuk analisis selanjutnya (Sosrodarsono
& Takeda, 2003). Koefisien
limpasan/pengaliran adalah variabel untuk menentukan besarnya limpasan permukaan tersebut dimana penentuannya didasarkan pada kondisi daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut. Berikut adalah nilai koefisien
limpasan/pengaliran sesuai dengan tata guna lahan (Kodoatie
& Sjarief, 2010):
Tabel
1
Nilai
Koefieisn Limpasan Berdasarkan Tata Guna Lahan
Penutupan Lahan |
Koefisien Limpasan (C) |
Hutan Lahan Kering Sekunder |
0.03 |
Belukar |
0.07 |
Hutan Primer |
0.02 |
Hutan Tanaman Industri |
0.05 |
Hutan Rawa Sekunder |
0.15 |
Perkebunan |
0.40 |
Pertanian Lahan Kering |
0.10 |
Pertanian Lahan Kering Campur Semak |
0.10 |
Pemukiman |
0.60 |
Sawah |
0.15 |
Tambak |
0.05 |
Terbuka |
0.20 |
Perairan |
0.05 |
Debit banjir
rancangan adalah debit banjir maksimum yang mungkin terjadi pada suatu daerah dengan
peluang kejadian tertentu. Untuk menaksir banjir rancangan digunakan cara hidrograf banjir yang didasarkan oleh
parameter dan karakteristik daerah
pengalirannya. Hidrograf adalah grafik yang menunjukan hubungan antara debit dan waktu kejadian banjir (Suripin
& Kurniani, 2016). Pada umumnya
debit banjir rencana
(design flood) di Indonesia ditentukan berdasarkan data curah hujan yang tercatat, karena data debit banjir jarang sekali dapat
diterapkan karena keterbatasan masa pengamatan (Aryani,
2014).
Metode Penelitian
�
Gambar 1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Berdasarkan batas administrasi,
wilayah DAS Ciliwung melingkupi
Kab. Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Provinsi DKI Jakarta. Sungai Ciliwung
merupakan salah satu sungai besar di Indonesia yang mengalir melalui Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), dengan
panjang dan luas cekungan 145 km adalah 553 km2.
Sungai Ciliwung di sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Krukut dan Grogol yang terhubung dengan Banjir Kanal Barat (BKB).
Di sebelah Timur berbatasan
dengan Sungai Cipinang,
Sunter, Buaran-Jatikramat, dan Cakung
yang terhubung dengan Banjir Kanal Timur (BKT).
Sungai Ciliwung menurut toposekuens-nya dibagi ke dalam tiga
bagian, yaitu: hulu, tengah dan hilir, masing-masing dengan stasiun pengamatan arus sungai di Bendung Katulampa Bogor, Ratujaya Depok, dan Pintu Air Manggarai
Jakarta Selatan. Aliran Sungai Ciliwung
di bagian hilir mulai dari Pintu Air Manggarai sampai ke Laut Jawa terhubung dengan Banjir Kanal Barat (BKB).
Kegiatan analisis
historis data hujan dilakukan pada data hujan yang telah diperoleh pada
masing-masing pos curah hujan
di wilayah DAS Ciliwung. Hasil akhir
dari analisis ini yaitu berupa
hasil pengamatan curah hujan ekstrim
pada masing-masing pos curah hujan
yang dikaitkan dengan kejadian banjir serta fenomena El Nino maupun La Nina.
Analisis ketersediaan
air di DAS Ciliwung menggunakan
metode FJ. Mock untuk 3 (tiga) periode, yaitu periode past 1 (1993-2002),
past 2 (2003-2012), dan present (2013-2022). Tujuan dari
analisis ini nantinya untuk mengetahui bagaimana trend ketersediaan air di DAS Ciliwung selama 30 tahun ke belakang.
Analisis trend perubahan
iklim dilakukan dengan menggunakan sebaran data hujan daerah untuk mengetahui
bagaimana prediksi rerata maksimum curah hujan yang terjadi di masa mendatang. Analisis trend perubahan iklim dapat dilakukan
untuk setiap rerata hujan 5 (lima) tahun, 4 (empat) tahun, 3 (tiga) tahun, dan 2 (dua) tahun. Semakin sedikit rerata tahunan yang digunakan, maka trend perubahan iklim yang terjadi akan lebih
akurat. Hasil akhir dari analisis ini
yaitu didapatkan koefisien perubahan iklim yang nantinya digunakan dalam analisis curah hujan rencana dan debit banjir rancangan akibat pengaruh perubahan iklim.
Hasil dan Pembahasan
Analisis Historis Data Curah Hujan
Kegiatan analisis
historis data hujan dilakukan pada data hujan selama 30 tahun (1993-2022) di 7
(tujuh) pos curah hujan wilayah DAS Ciliwung, yaitu PCH Bd. Gintung; PCH Cawang; PCH Cibinong; PCH Cilember;
PCH Gadog; PCH Cilember; dan PCH Sawangan.
Gambar
3 Lokasi Pos Curah Hujan (PCH) di DAS Ciliwung
Berdasarkan hasil analisis historis data hujan yang dilakukan pada 7 (tujuh) pos curah hujan di wilayah DAS Ciliwung, berikut adalah rekapitulasi dari hasil analisis tersebut: 1) Berdasarkan hasil analisis, kenaikan curah hujan pada seluruh pos curah hujan di wilayah DAS Ciliwung rata-rata mengalami kenaikan pada tahun 1996, 2007,
dan 2020. 2) Kenaikan curah
hujan tersebut disebabkan oleh kejadian La Nina
pada tahun tersebut sehingga terjadi kejadian banjir ekstrim di Indonesia, khususnya
di wilayah DKI Jakarta pada tahun-tahun tersebut. 3) Berdasarkan hasil analisis, penurunan curah hujan pada seluruh pos curah hujan di wilayah DAS Ciliwung rata-rata mengalami penurunan pada tahun 1997, 2010,
dan 2015. 4) Penurunan curah
hujan tersebut disebabkan oleh kejadian El Nino
pada tahun tersebut sehingga menyebabkan kemarau ekstrim di Indonesia, khususnya di wilayah DKI Jakarta dan mengakibatkan
bencana kekeringan.
Pengujian Data Curah Hujan
Dikarenakan di wilayah DAS Ciliwung terdapat lebih dari 2 (dua) pos curah hujan, atau
total sebanyak 7 (tujuh)
pos curah hujan maka pengujian data hujan dilakukan dengan menggunakan metode kurva massa
ganda, yaitu dengan membandingkan kumulatif curah hujan stasiun dengan
kumulatif stasiun hujan lainnya sebagai
pembanding. Berikut adalah hasil pengujian
data hujan masing-masing pos curah
hujan.
Tabel
2 Hasil Pengujian Data Curah Hujan
No |
Stasiun Hujan |
Syarat Uji Konsisten |
Nilai R2 |
Keterangan |
1 |
Bd. Gintung |
Nilai trendline linier (R) sebaran
data hujan mendekati angka 1 |
0.9976 |
Data Hujan Konsisten |
2 |
Cawang |
0.9936 |
Data Hujan Konsisten |
|
3 |
Cibinong |
0.9964 |
Data Hujan Konsisten |
|
4 |
Cilember |
0.9980 |
Data Hujan Konsisten |
|
5 |
Gadog |
0.9962 |
Data Hujan Konsisten |
|
6 |
Manggarai |
0.9944 |
Data Hujan Konsisten |
|
7 |
Sawangan |
0.9891 |
Data Hujan Konsisten |
Berdasarkan hasil rekap tersebut, didapatkan bahwa seluruh data di pos curah hujan wilayah DAS Ciliwung konsisten, karena memiliki angka trend sebaran data mendekati angka 1 (satu), sehingga dapat disimpulkan bahwa data seluruh pos curah hujan dapat digunakan
untuk analisis selanjutnya.
Curah Hujan Daerah
Dikarenakan di wilayah DAS Ciliwung terdapat lebih dari 2 (dua) pos curah hujan (7 pos curah hujan), maka
analisis curah hujan daerah menggunakan
metode poligon thiessen. Berikut adalah analisis curah hujan daerah
di wilayah DAS Ciliwung.
Gambar
4 Hasil Analisis Curah Hujan
Daerah DAS Ciliwung
Tabel
3 Perhitungan Koefisien
Thiessen
No |
Pos
Curah hujan |
Luas Pengaruh (km2) |
Koef.Thiessen |
1 |
Bd. Gintung |
9.93 |
0.02 |
2 |
Cawang |
42.53 |
0.10 |
3 |
Manggarai |
89.24 |
0.20 |
4 |
Cibinong |
90.41 |
0.21 |
5 |
Gadog |
54.53 |
0.12 |
6 |
Cilember |
128.54 |
0.29 |
7 |
Sawangan |
23.15 |
0.05 |
Luas DAS
(km2) |
438.33 |
1.00 |
Periode Analisis
Berikut adalah
periode yang digunakan dalam analisis ketersediaan air, analisis curah hujan rencana,
dan analisis debit banjir rencana di wilayah DAS Ciliwung, pembagian periode dilakukan setiap 10 tahun dengan melibatkan
curah hujan daerah waktu lampau,
saat ini, dan masa yang akan datang.
Tabel
4 Periode Analisis
No |
Periode Hujan |
Jumlah tahun |
Nama |
Keterangan |
1 |
1993 - 2002 |
10 |
PAST 1 |
Didapat dari analisis curah hujan daerah |
2 |
2003 - 2012 |
10 |
PAST 2 |
Didapat dari analisis curah hujan daerah |
3 |
2013 - 2022 |
10 |
PRESENT |
Didapat dari analisis curah hujan daerah |
4 |
2023 - 2032 |
10 |
FUTURE 1 |
Didapat dari trend curah
hujan daerah |
5 |
2033 - 2042 |
10 |
FUTURE 2 |
Didapat dari trend curah
hujan daerah |
Untuk selanjutnya,
istilah seperti Past,
Present, dan Future akan digunakan
dalam analisis ketersediaan air, analisis curah hujan rencana,
dan analisis debit banjir rencana di wilayah DAS Ciliwung.
Analisis Ketersediaan Air DAS Ciliwung
Berikut adalah
hasil dari analisis ketersediaan air di DAS Ciliwung untuk masing-masing periode.
Tabel
5 Hasil Analisis Ketersediaan
Air DAS Ciliwung Setiap Periode.
Periode |
Debit Ketersediaan Air
(m3/dt) tahun ke |
|||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
|
Past 1
(1993-2002) |
707.61 |
593.92 |
654.82 |
864.67 |
391.45 |
551.29 |
545.31 |
534.54 |
566.45 |
570.91 |
Past 2
(2003-2012) |
681.91 |
572.78 |
674.84 |
648.48 |
1289.39 |
845.67 |
599.05 |
534.39 |
541.87 |
486.23 |
Present (2013-2022) |
540.98 |
526.64 |
507.17 |
535.88 |
535.67 |
648.83 |
669.09 |
828.91 |
629.57 |
649.87 |
Future 1 (2023-2032) |
872.57 |
825.52 |
410.22 |
759.74 |
490.01 |
854.94 |
927.83 |
452.08 |
392.51 |
642.86 |
Future 2 (2033-2042) |
888.07 |
453.90 |
675.63 |
320.29 |
803.67 |
778.67 |
829.74 |
683.16 |
804.73 |
497.51 |
Gambar 5 Trend Perubahan Iklim Curah Hujan Daerah di DAS Ciliwung
Perubahan iklim memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap DAS Ciliwung, baik dari segi ketersediaan air, curah hujan rencana, maupun dari segi debit banjir rencana. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan dari pemerintah untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam hidrometeorologi yang tidak diinginkan di wilayah DAS Ciliwung seperti erosi, banjir, dan lain-lain. Berdasarkan hasil kajian, ketersediaan data hujan yang digunakan alangkah baiknya bisa lebih banyak lagi mengingat proses perubahan iklim yang sangat panjang. Selain itu, perlu adanya kajian lebih lanjut terkait analisis perubahan iklim terhadap pengaruh perubahan tata guna lahan.
Gambar
7 Hasil Analisis Ketersediaan
Air DAS Ciliwung untuk
Masing-Masing Periode
Berdasarkan grafik
tersebut, menunjukkan bahwa ketersediaan air di DAS Ciliwung pada seluruh periode cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun.
Namun terdapat kenaikan ketersediaan air secara signifikan, tepatnya pada tahun ke-5 periode past 2 (tahun 2007) (lingkaran merah) yang bertepatan dengan kejadian banjir besar di DKI Jakarta.
Selain itu,
juga terdapat penurunan ketersediaan air ekstrim yaitu pada tahun ke 4 periode future 2 (tahun 2036) (lingkaran hijau) sehingga perlu dipersiapakan manajemen pengaturan air Sungai Ciliwung mulai dari sekarang.
Analisis Trend Perubahan Iklim
Analisis trend perubahan
iklim dapat dilakukan untuk setiap rerata hujan
5 (lima) tahun, 4 (empat) tahun, 3 (tiga) tahun, dan 2 (dua) tahun. Semakin sedikit rerata tahunan yang digunakan, maka trend perubahan iklim yang terjadi akan lebih
akurat. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, maka
analisis trend perubahan iklim dilakukan setiap 2 (dua) tahun. Berdasarkan hasil analisis trend, terjadi kenaikan curah hujan daerah. Berikut
adalah trend perubahan iklim per 2 tahun untuk curah hujan
daerah di wilayah DAS Ciliwung
dalam bentuk hujan rerata dan nilai log hujan rerata. Berdasarkan analisis trend perubahan iklim, diperoleh koefisien nilai sebagai berikut:
Nilai rerata
hujan daerah pada:
- Persamaan:
y = 0.1802 x + 119.89
-
Tahun ke 40: 127.10 mm
- Tahun
ke 50: 128.90 mm
- Nilai rerata
hujan daerah (log) pada:
- Persamaan:
y = 0.0016 x + 2.0429
- Tahun
ke 40: 2.107
- Tahun ke 50: 2.123
Gambar
8 Trend Perubahan Iklim per 2 Tahun
Curah Hujan di DAS Ciliwung
Ditambah narasi
berdasarkan grafik melihat kondisi DAS pada saat Analisa. Berdasarkan hasil analisis trend terjadi kenaikan curah hujan daerah,
perubahan iklim per 2 tahun untuk curah
hujan daerah di wilayah DAS
Ciliwung dalam bentuk hujan rerata
dan nilai log hujan rerata.
Gambar
9 Trend Perubahan Iklim per 2 Tahun
(Log) Curah Hujan di DAS Ciliwung
Kesimpulan
Berisi rekapitulasi trand curah hujan dan kondisi perubahan iklim dari curah
hujan. Berdasarkan hasil analisis curah hujan rencana,
didapatkan bahwa rata-rata perubahan curah hujan rencana per periode atau per 10 tahun yaitu sebesar
12.85%, dan per tahunnya mulai
dari tahun 1993 hingga tahun 2042 yaitu sebesar 1.29%.
BIBLIOGRAPHY
Abighail, S. H., Kridasantausa, I., Farid, M., &
Moe, I. R. (2022). Pemodelan banjir akibat perubahan tata guna lahan di daerah
aliran sungai Ciliwung. J. Tek. Sipil, 29(1), 61�68.
https://doi.org/10.5614/jts.2022.29.1.6.
Adib,
M. (2014). Pemanasan Global, Perubahan Iklim, Dampak dan Solusinya di Sektor
Pertanian. BioKultur, 3(2), 420�429.
Aryani,
D. (2014). Ketelitian Estimasi Banjir Berdasarkan Data Curah Hujan Das. Tugas
Akhir Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, 1�121.
Asdak,
C. (2023). Hidrologi dan pengelolaan daerah aliran sungai. UGM PRESS.
Emori,
S., & Brown, S. J. (2005). Dynamic and thermodynamic changes in mean and
extreme precipitation under changed climate. Geophysical Research Letters,
32(17). https://doi.org/10.1029/2005GL023272
Hammad, R. N. S., & Gibbs, B. M. (1987). The
acoustic performance of building fa�ades in hot climates: part III�conventional
screens. Applied Acoustics, 20(3), 183�194.
https://doi.org/10.1016/0003-682X(87)90020-X.
Hartmann, D. L., Tank, A. M. G. K., Rusticucci, M.,
Alexander, L. V, Br�nnimann, S., Charabi, Y. A. R., Dentener, F. J.,
Dlugokencky, E. J., Easterling, D. R., & Kaplan, A. (2013). Observations:
atmosphere and surface. In Climate change 2013 the physical science basis:
Working group I contribution to the fifth assessment report of the
intergovernmental panel on climate change (pp. 159�254). Cambridge
University Press.
Indah,
K. B., & Satu, K. M. (n.d.). Pengaruh Debit Limpasan Banjir Terhadap
Kawasan Matangkuli Pada Subdas Krueng Keureuto.
Indah,
K. S. (2019). Analisis Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan Nelayan Di
Desa Tanjung Kabupaten Lombok Utara. Universitas_Muhammadiyah_Mataram.
Kodoatie, R. J., & Sjarief, R. (2010).
Tata ruang air. Penerbit Andi.
Maliga,
I., Hasifah, H., & Lestari, A. (2022). Penyuluhan Adaptasi dan Mitigasi
Dampak Perubahan Iklim Bagi Perkembangan Penyakit Berbasis Lingkungan. Jurnal
Altifani Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(4), 297�303.
Pachauri,
R. K., Meyer, L. A., Plattner, G. K., & Stocker, T. (2014). Synthesis
report. Contribution of working groups I, II and III to the fifth assessment
report of the intergovernmental panel on climate change. Intergovernmental
Panel on Climate Change: Geneva, Switzerland.
Soemarto, C. D. (1995). Hidrologi Teknik
(Edisi ke-2). Erlangga. Jakarta.
Sosrodarsono,
S., & Takeda, K. (2003). Hidrologi untuk pengairan, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.
Suripin,
S., & Kurniani, D. (2016). Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Hidrograf
Banjir di Kanal Banjir Timur Kota Semarang. Media Komunikasi Teknik Sipil,
22(2), 119�128.
Trenberth,
K. E. (2011). Changes in precipitation with climate change. Climate Research,
47(1�2), 123�138. https://doi.org/10.3354/cr00953
Copyright holder: Andi Mukti Widayanto,
Endah Kurniyaningrum (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |