Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober
2022
ANALISIS
PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL INDEKS SAHAM LQ45 DENGAN PENDEKATAN MODEL INDEKS
TUNGGAL DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2018 � 2021
Hardiyanti,
Dudi Rudianto
Magister Manajemen, Universitas Bakrie,
Indonesia
E-mail: [email protected], [email protected]
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui saham-saham portofolio optimal, proporsi dana pada masing-masing saham tersebut, dan menghitung risk and return portofolio dari Indeks
LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018 � 2021.
Penelitian ini menggunakan Model Indeks Tunggal dan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukan dari 28
saham yang dijadikan sampel penelitian, terdapat 7 saham yang termasuk kategori
portofolio optimal. Proporsi dari 7 saham tersebut adalah BBCA sebesar 46%,
ANTM sebesar 12%, PTBA sebesar 14%, ADRO sebesar 12%, INCO sebesar 11%, BBRI
sebesar 4%, dan TLKM sebesar 1%. Ketujuh saham tersebut menghasilkan expected return sebesar 1.67% dan risiko
sebesar 0.564%. Portofolio
saham ini merupakan yang paling optimal sebab jika persentase proporsi diubah hasilnya
akan tetap sejalan yaitu return lebih besar dibandingkan risiko yang ditanggung oleh
investor. Hal ini membuktikan bahwa investasi yang paling optimal proporsinya
terdiri dari beragam sektor dengan kondisi yang harus diperhatikan yaitu
mengutamakan nilai ERB (Expected Return
to Beta) saham paling besar diantara saham yang lainnya, tentunya ERB yang
besar menujukan Actual Return saham
yang besar pula yang menjadi pilihan saham terbaik.
Kata
Kunci: Portofolio Saham Optimal, Model Indeks Tunggal, Indeks
LQ45
This study aimed to determine the optimal
portfolio of stocks, the proportion of funds in each of these stocks, and calculate
risk and return portfolio from LQ45 Index listed in Indonesia Stock Exchange
(IDX) period 2018 � 2021. This research uses a Single Index Model and the method
used in this research is a quantitative descriptive method. Sample in this study
using purposive sampling. The results showed that of the 28 stocks that were
used as research samples, there were only 7 stocks that included in the optimal
portfolio. The proportions of the 7 shares are BBCA 46%, ANTM 12%, PTBA 14%,
ADRO 12%, INCO 11%, BBRI 4%, and TLKM 1%. The seven stocks generate an expected
return of 1.67% and a possible risk of 0.564%. This stock portfolio is the most
optimal because if the percentage proportion is changed the results will remain
in line, namely the return is greater than the risk borne by the investor. This
proves that the most optimal investment proportion consists of various sectors
with conditions that must be considered, namely prioritizing the largest share
ERB (Expected Return to Beta) value among other stocks, of course a large ERB
leads to a large actual stock return which is also the best stock.
Keywords: Stock Optimal Portfolio, Single Index
Model, LQ 45
Pasar modal Indonesia
yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia
Stock Exchange (IDX) memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari
masyarakat pemodal (investor). Dana
yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha,
ekspansi, dan penambahan modal kerja. Kedua pasar modal menjadi sarana bagi
masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,
reksadana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan
dan risiko masing-masing instrumen (Darmawan, 2018).
Menurut Halim (2018),
investasi yaitu menempatkan sebuah dana pada masa
sekarang dengan berharap mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang, pihak
yang melakukan investasi biasa disebut sebagai investor. Meningkatnya jumlah
investor setiap tahunnya tidak terlepas dari instrumen investasi dalam pasar
modal yang tersedia salah satunya adalah investasi pada saham, yaitu sertifikat
yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang saham memiliki
hak klaim atas keuntungan dan aktiva perusahaan. Saham merupakan instrumen
investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan
tingkat keuntungan yang menarik salah satunya pada saham yang terdaftar indeks
LQ45 (Indriana, 2020).
Bursa Efek Indonesia
(BEI) menjelaskan bahwa indeks LQ45 merupakan suatu indeks yang mengukur
kinerja dari 45 harga saham yang memiliki likuiditas yang tinggi dan
kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.
Perusahaan yang termasuk dalam perhitungan Indeks LQ45 terdiri dari saham-saham
dengan tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar yang pergerakan nya tinggi
serta memiliki prospek pertumbuhan dan keuangan yang baik. Indeks saham LQ45
ini dibentuk untuk melengkapi IHSG, selain itu tujuannya memberikan sarana yang
obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, investor, manajer investasi,
serta pengamat pasar modal. Dengan adanya indeks ini tentu sangat membantu para
investor untuk memilih mana saham yang tepat, namun bukan berarti tidak perlu
melakukan analisis lagi, karena saham-saham perusahaan yang masuk dalam LQ45
tidak lepas dari naik turunnya return
dan risiko (Suroto, 2015).
Hubungan tingkat risiko
dan return yang diharapkan merupakan
hubungan yang bersifat searah dan linier, artinya semakin besar risiko suatu
aset, semakin besar pula return yang
diharapkan atas aset tersebut, demikian sebaliknya. Untuk itulah sebagai
pemodal yang rasional hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah
bagaimana investasi dapat menghasilkan return
optimal pada tingkat risiko tertentu, maka dari itu investor harus memahami
risiko yang mereka tanggung dalam pengambilan keputusan berinvestasi
(Jogiyanto, 2017).
Menurut Jogiyanto (2017),
penggunaan metode analisis kelayakan investasi melalui pembentukan portofolio
optimal akan membantu investor dalam mengambil keputusan untuk memilih
portofolio mana yang layak diambil, sehingga memberi tingkat return yang diharapkan terbesar dengan
risiko tertentu, atau yang mempunyai risiko terkecil dengan tingkat keuntungan
yang diharapkan tertentu dari portofolio yang dibentuk. Oleh karena itu
penelitian ini penting dilakukan untuk memberikan pengetahuan mengenai teknik
analisis dalam mengestimasi besaran return
dan risiko investasi saham yang akan diperoleh
investor.
Disisi lain, dengan
asumsi menurut Jayati et al (2017) menyatakan bahwa return antara dua saham atau lebih akan
berkorelasi yang artinya akan bergerak dan memiliki reaksi yang sama terhadap
satu faktor atau indeks tunggal yang dimasukan dalam model. Faktor atau indeks
tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menurut Pratama (2019)
Model Indeks Tunggal (Single Index Model)
adalah sebuah model analisis
dalam pembentukan portofolio yang menjelaskan bagaimana cara
pembentukan portofolio saham yang optimal dari beberapa pilihan portofolio yang
efisien. Metode Single Index Model
merupakan metode yang relatif sederhana karena dapat mengurangi variabel yang
dihitung, namun tetap dengan perhitungan periode yang lebih lama dan sampel
yang lebih banyak, sehingga akan diperoleh hasil yang
lebih akurat dan dapat menjawab masalah atas ketidakpastian investasi saham di
pasar modal. Asumsi yang dipakai dalam Single
Index Model adalah bahwa sekuritas akan
berkorelasi hanya jika sekuritas-sekuritas tersebut mempunyai respon yang sama
terhadap return pasar (Oktaviani dan
Wijayanto, 2016).
Penelitian ini diambil
berdasarkan data yang tersedia di Bursa Efek Indonesia (BEI) khususnya terhadap
saham-saham yang terdaftar di indeks pasar LQ45. Alasan peneliti memilih indeks
LQ45, karena saham-saham LQ45 merupakan saham-saham yang paling diminati oleh
investor di pasar modal Indonesia, memiliki tingkat liquiditas tinggi, dan
nilai kapitalisasi pasar besar, serta dijadikan sebagai patokan naik turunnya
harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pertimbangan lainnya yang mendasari
pemilihan pengambilan sampel per-semester yaitu karena indeks LQ45 diperbarui
tiap enam bulan sekali (per-semester), yaitu pada awal bulan Februari dan
Agustus. Periode yang akan diambil dalam penelitian
ini adalah periode 2018 � 2021 karena merupakan data terbaru, sehingga akan
bermanfaat untuk investor dalam mengambil keputusan ketika berinvestasi pada
periode berikutnya.
Alasan pemilihan
portofolio optimal dibandingkan dengan portoflio efisien yaitu karena menurut
Nila Firdausi Nuzula, PhD dalam bahan ajar materinya menuliskan bahwa
portofolio efisien merupakan portofolio dengan return tertinggi pada risiko tertentu, ataupun sebaliknya.
Portofolio efisien merupakan portofolio yang baik, tetapi bukan yang terbaik,
sebab portofolio yang terbaik adalah portofolio yang optimal. Portofolio
efisien hanya mempunyai satu dari faktor terbaik, yaitu faktor expected return atau faktor risikonya.
Sementara, portofolio yang optimal adalah portofolio yang memiliki kombinasi expected return dan risiko yang terbaik.
Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi saham-saham yang membentuk portofolio optimal dengan
menggunakan metode Single Index Model pada perusahaan yang terdaftar dalam
indeks LQ45 selama periode 2018-2021. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan
untuk menganalisis proporsi masing-masing saham dalam portofolio optimal, serta
mengevaluasi potensi pengembalian dan risiko dari kombinasi saham-saham
tersebut dalam konteks perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45 selama
periode yang sama.
Penelitian ini memiliki
manfaat praktis yang luas. Bagi investor, hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan panduan yang berharga dalam pengambilan keputusan investasi.
Informasi yang dihasilkan juga berguna bagi masyarakat yang berminat
berinvestasi di pasar modal. Bagi perusahaan yang terlibat, penelitian ini
diharapkan memberikan wawasan yang mendalam untuk memperbaiki kinerja
perusahaan dan dapat menjadi landasan bagi perusahaan yang termasuk dalam
Indeks LQ45. Selain itu, penelitian ini juga memberikan kontribusi pada aspek
regulasi pasar modal, di mana diharapkan hasilnya dapat mendorong pembentukan
industri pasar modal yang lebih transparan dan akuntabel, meningkatkan
perlindungan bagi investor, dan membangun ekosistem yang kuat guna
mempertahankan kepercayaan masyarakat.
Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif
(Sugiyono, 2017). Horizon waktu
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi cross sectional. Adapun unit analisis yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini yaitu perusahaan yang mengungkapkan laporan keuangan
dan annual report pada saham-saham yang terdaftar pada saham
indeks LQ45 di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2018 � 2021.
Adapun subjek penelitiannya adalah saham-saham yang terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2018 �
2021. Pada penelitian ini yang
menjadi populasi yaitu saham-saham terdiri dari 45 saham emiten
yang masuk tiap tahunnya dalam Indeks saham LQ45 dengan periode yang di ambil
dalam penelitian ini yaitu periode 2018 � 2021.
Teknik penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
didasarkan pada metode non probability
sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel, dengan menggunakan pendekatan purposive
sampling. Pemilihan
sampel dengan menggunakan purposive
sampling (Sugiyono,
2017).
Berdasarkan pertimbangan
kriteria tersebut diperoleh 28 (dua puluh delapan) daftar nama
emiten yang menjadi sampel dalam penelitian ini, sebab merupakan saham
perusahaan yang terdaftar secara tetap di indeks LQ45 selama periode 2018 �
2021. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu
metode dokumentasi.
Data harga saham yang diteliti adalah harga saham penutupan
(closing price) pada setiap akhir
bulan selama periode 2018 � 2021. Nilai return
dan risiko saham diambil dari perubahan harga saham bulanan. Data harga saham
penutupan (closing price) bulanan
dari 28 (sua puluh delapan) saham tersebut diperoleh dari situs https://finance.yahoo.com/
terlampir pada Lampiran 2.
Data kedua yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode 2018 � 2021 yang
diperoleh dari situs https://finance.yahoo.com/.
Data IHSG mewakili data pasar yang diperlukan untuk menghitung tingkat return pasar (Rm) dan risiko pasar
(σm). Data IHSG yang digunakan adalah Closing Price bulanan tahun 2018 �
2021. Berikut daftar Closing Price bulanan
IHSG tahun 2018 � 2021, yaitu:
Tabel
1
Daftar
Closing Price bulanan
Bulan |
Closing
Price IHSG |
|||
2018 |
2019 |
2020 |
2021 |
|
January |
6,597.22 |
6,443.35 |
5,452.70 |
6,241.80 |
February |
6,188.99 |
6,468.75 |
4,538.93 |
5,985.52 |
March |
5,994.60 |
6,455.35 |
4,716.40 |
5,995.62 |
April |
5,983.59 |
6,209.12 |
4,753.61 |
5,947.46 |
May |
5,799.24 |
6,358.63 |
4,905.39 |
5,985.49 |
June |
5,936.44 |
6,390.50 |
5,149.63 |
6,070.04 |
July |
6,018.46 |
6,328.47 |
5,238.49 |
6,150.30 |
August |
5,976.55 |
6,169.10 |
4,870.04 |
6,286.94 |
September |
5,831.65 |
6,228.32 |
5,128.23 |
6,591.35 |
October |
6,056.12 |
6,011.83 |
5,612.42 |
6,533.93 |
November |
6,194.50 |
6,299.54 |
5,979.07 |
6,581.48 |
December |
6,532.97 |
5,940.05 |
5,862.35 |
6,631.15 |
IHSG
tahun 2018 � 2021
Sumber:
www.finance.yahoo.com
Sertifikat Bank Indonesia digunakan untuk mendapatkan
suku bunga bebas risiko atau risk free
rate. Data SBI diakses dari situs resmi Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id.
SBI periode 2018 � 2021 dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel
2
Data
Tingkat Bunga SBI Periode 2018 � 2021
No |
Tanggal |
SBI
(Bulanan) |
No |
Tanggal |
SBI
(Bulanan) |
1 |
15 Februari 2018 |
4.25 % |
25 |
23 Januari 2020 |
5.00 % |
2 |
22 Maret 2018 |
4.25 % |
26 |
20 Februari 2020 |
4.75 % |
3 |
19 April 2018 |
4.25 % |
27 |
19 Maret 2020 |
4.50 % |
4 |
17 Mei 2018 |
4.50 % |
28 |
14 April 2020 |
4.50 % |
5 |
30 Mei 2018 |
4.75 % |
29 |
19 Mei 2020 |
4.50 % |
6 |
29 Juni 2018 |
5.25 % |
30 |
18 Juni 2020 |
4.25 % |
7 |
19 Juli 2018 |
5.25 % |
31 |
16 Juli 2020 |
4.00 % |
8 |
15 Agustus 2018 |
5.50 % |
32 |
19 Agustus 2020 |
4.00 % |
9 |
27 September 2018 |
5.75 % |
33 |
17 September 2020 |
4.00 % |
10 |
23 Oktober 2018 |
5.75 % |
34 |
13 Oktober 2020 |
4.00 % |
11 |
15 November 2018 |
6.00 % |
35 |
19 November 2020 |
3.75 % |
12 |
20 Desember 2018 |
6.00 % |
36 |
17 Desember 2020 |
3.75 % |
13 |
17 Januari 2019 |
6.00 % |
37 |
21 Januari 2021 |
3.75 % |
14 |
21 Februari 2019 |
6.00 % |
38 |
18 Februari 2021 |
3.50 % |
15 |
21 Maret 2019 |
6.00 % |
39 |
18 Maret 2021 |
3.50 % |
16 |
25 April 2019 |
6.00 % |
40 |
20 April 2021 |
3.50 % |
17 |
16 Mei 2019 |
6.00 % |
41 |
25 Mei 2021 |
3.50 % |
18 |
20 Juni 2019 |
6.00 % |
42 |
17 Juni 2021 |
3.50 % |
19 |
18 Juli 2019 |
5.75 % |
43 |
22 Juli 2021 |
3.50 % |
20 |
22 Agustus 2019 |
5.50 % |
44 |
19 Agustus 2021 |
3.50 % |
21 |
19 September 2019 |
5.25 % |
45 |
21 September 2021 |
3.50 % |
22 |
24 Oktober 2019 |
5.00 % |
46 |
19 Oktober 2021 |
3.50 % |
23 |
21 November 2019 |
5.00 % |
47 |
18 November 2021 |
3.50 % |
24 |
19 Desember 2019 |
5.00 % |
48 |
16 Desember 2021 |
3.50 % |
Sumber: www.bi.go.id
Pembentukan portofolio optimal ini menggunakan proses
analisis matematis. Metode yang digunakan dalam pembentukan portofolio optimal
adalah Model Indeks Tunggal. Penentuan portofolio model Indeks Tunggal yaitu
berdasarkan besarnya nilai ERB dan cut-off
rate, apabila nilai ERB lebih besar atau sama
dengan cut-off rate, maka saham
tersebut dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal. Begitupun sebaliknya,
apabila nilai ERB lebih kecil dari nilai cut-off
rate, maka saham tidak dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal
saham. Penggunaan nilai ERB dan cut-off
rate mempunyai kelebihan yaitu mempertimbangkan risiko sistematis (beta).
Risiko sistematis memang tidak dapat dihindari akan
tetapi investor dapat memilih saham dengan nilai ERB yang tinggi. Beta dan
nilai ERB dapat digunakan untuk mempertimbangkan alternatif investasi dan
mengoptimalkan portofolio. Langkah pembentukan portofolio optimal menggunakan single index model adalah sebagai
berikut:
Tahap Pertama. Menghitung
Expected Return, Alpha, Beta, dan Variance Error dari masing-masing saham
individual
Expected return
dihitung dengan menjumlahkan realized
return kemudian dibagi dengan jumlah periode penelitan atau dengan fungsi Average pada microsoft
excel. Realized return itu sendiri
dihitung dengan mengurangkan harga saham pada periode sekarang dengan harga
saham pada periode sebelumnya dan dibagi dengan harga saham periode sebelumnya.
Beta diperoleh dari total return
saham individual dikali dengan return
market yang dirata-rata dan kemudian dibagi dengan variance market. Variance
error residual merupakan risiko unik atau unsystematic risk suatu saham. Berikut merupakan hasil perhitungan expected return, beta dan variance error dari masing-masing saham
individual terlihat dalam Tabel berikut ini:
Tabel
3
Expected Return, Alpha, Beta dan Variance Error Individual
Emiten |
E(Ri) |
αi |
Βi |
α�i |
ADRO |
0.01504 |
0.01290 |
1.11820 |
0.01597 |
AKRA |
-0.00025 |
-0.00397 |
1.94022 |
0.01221 |
ANTM |
0.03297 |
0.02783 |
2.68194 |
0.03284 |
ASII |
-0.00024 |
-0.00274 |
1.30204 |
0.00814 |
BBCA |
0.01440 |
0.01268 |
0.89767 |
0.00309 |
BBNI |
0.00560 |
0.00152 |
2.13221 |
0.01409 |
BBRI |
0.00981 |
0.00705 |
1.43812 |
0.00691 |
BBTN |
0.00014 |
-0.00482 |
2.58502 |
0.02960 |
BMRI |
0.00537 |
0.00287 |
1.30329 |
0.00645 |
BSDE |
-0.01000 |
-0.01312 |
1.62995 |
0.01069 |
EXCL |
0.00628 |
0.00402 |
1.17807 |
0.01273 |
GGRM |
-0.01186 |
-0.01368 |
0.94681 |
0.00888 |
HMSP |
-0.02588 |
-0.02795 |
1.08131 |
0.00645 |
ICBP |
0.00294 |
0.00257 |
0.19389 |
0.00368 |
INCO |
0.01826 |
0.01482 |
1.79327 |
0.01623 |
INDF |
0.00155 |
0.00059 |
0.50014 |
0.00505 |
INTP |
-0.00439 |
-0.00675 |
1.23588 |
0.01317 |
JSMR |
-0.00190 |
-0.00518 |
1.71098 |
0.01259 |
KLBF |
0.00445 |
0.00319 |
0.65797 |
0.00462 |
MNCN |
-0.00150 |
-0.00488 |
1.76273 |
0.01913 |
PGAS |
0.00217 |
-0.00302 |
2.70698 |
0.02395 |
PTBA |
0.01295 |
0.01125 |
0.88977 |
0.01152 |
PTPP |
-0.00481 |
-0.01136 |
3.42176 |
0.03411 |
SMGR |
-0.00040 |
-0.00350 |
1.62007 |
0.01527 |
TLKM |
0.00651 |
0.00492 |
0.83182 |
0.00466 |
UNTR |
0.00087 |
-0.00043 |
0.67614 |
0.01025 |
UNVR |
-0.01787 |
-0.01841 |
0.28200 |
0.00422 |
WIKA |
0.00194 |
-0.00314 |
2.65088 |
0.02465 |
Sumber: data diolah
Dari 28 sampel penelitian
tersebut, saham yang memberikan tingkat expected
return paling besar adalah saham ANTM yaitu sebesar 0.03297, sedangkan
saham yang memberikan expected return
terendah adalah saham HMSP yaitu sebesar -0.02588. Dari perhitungan variance error saham individual, saham
yang mempunyai variance error paling besar adalah saham PTPP
sebesar 0.03411.
Tahap
Kedua. Menghitung Market
Return
Market return
dihitung dengan cara mengurangkan IHSG periode
sekarang dengan IHSG periode
sebelumnya kemudian dibagi dengan IHSG periode sebelumnya. Expected return dihitung dari jumlah return realisasian dibagi dengan jumlah data, sedangkan varian
dihitung dengan rumus Var, Hasil penghitungan expected return dan varian dari masing-masing saham individual
terlihat dalam Tabel berikut ini:
Tabel
4
Expected Return dan Variance IHSG
E(Rm) |
0.00192 |
Varians |
0.00196 |
Sumber: data diolah
Berdasarkan perhitungan tersebut, data IHSG yang
digunakan untuk memperoleh expected
return market sebesar 0.00192
perbulan.
Sedangkan risiko pasar yang ditanggung sebesar 0.00196. Expected
return market yang bernilai positif ini
membuktikan bahwa investasi pada pasar modal memberikan return bagi investor.
Tahap Ketiga.
Menghitung Risk Free Rate
Menggunakan data BI rate, Suku bunga Bank Indonesia digunakan untuk mendapatkan suku
bunga bebas risiko. Berdasarkan tabel 4. Jumlah Tingkat BI rate periode 2018 sampai 2021 adalah sama
yaitu sebesar 222.25%. Data ini diambil dari website Bank Indonesia yang bisa
diakses melalui www.bi.go.id.
Rata-rata BI rate per annual adalah
4.63% (per tahun) diperoleh dari jumlah tingkat BI rate selama 4 tahun dibagi dengan jumlah seluruh data. Sedangkan
rata-rata Bi rate per bulan diperoleh
dari rata-rata BI rate per tahun yaitu 4.63% dibagi dengan 12 bulan, maka
diperoleh rata-rata return bebas risiko per bulan sebesar 0.0039 atau 0.39%. Risk free rate yang digunakan dalam
menghitung portofolio optimal saham dengan Metode Indeks Tunggal yaitu Risk free rate bulanan sebesar 0.0039. Risk free rate Bulanan ini dipilih
karena harga saham yang dipergunakan adalah data saham bulanan.
Tabel
5
Risk
Free Rate
Jumlah
SBI 4thn |
222.25% |
Rata-rata SBI /tahun |
4.63% |
Rata-rata SBI /bulan |
0.39% |
Sumber: data diolah
Tahap
Keempat. Menghitung Excess
Return to Beta (ERB)
ERB merupakan kelebihan pengembalian atas return bebas risiko terhadap aset lain.
Hasil perhitungan Excess Return to Beta
(ERB) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel
5
Hasil
Perhitungan Excess Return to Beta
(ERB)
Emiten |
E(Ri) |
E(Rf) |
βi |
ERB [(E(Ri)
� E(Rf))/ βi] |
ADRO |
0.01504 |
0.00386 |
1.11820 |
0.01000 |
AKRA |
-0.00025 |
0.00386 |
1.94022 |
-0.00212 |
ANTM |
0.03297 |
0.00386 |
2.68194 |
0.01085 |
ASII |
-0.00024 |
0.00386 |
1.30204 |
-0.00315 |
BBCA |
0.01440 |
0.00386 |
0.89767 |
0.01174 |
BBNI |
0.00560 |
0.00386 |
2.13221 |
0.00082 |
BBRI |
0.00981 |
0.00386 |
1.43812 |
0.00414 |
BBTN |
0.00014 |
0.00386 |
2.58502 |
-0.00144 |
BMRI |
0.00537 |
0.00386 |
1.30329 |
0.00116 |
BSDE |
-0.01000 |
0.00386 |
1.62995 |
-0.00850 |
EXCL |
0.00628 |
0.00386 |
1.17807 |
0.00206 |
GGRM |
-0.01186 |
0.00386 |
0.94681 |
-0.01661 |
HMSP |
-0.02588 |
0.00386 |
1.08131 |
-0.02750 |
ICBP |
0.00294 |
0.00386 |
0.19389 |
-0.00473 |
INCO |
0.01826 |
0.00386 |
1.79327 |
0.00803 |
INDF |
0.00155 |
0.00386 |
0.50014 |
-0.00461 |
INTP |
-0.00439 |
0.00386 |
1.23588 |
-0.00667 |
JSMR |
-0.00190 |
0.00386 |
1.71098 |
-0.00336 |
KLBF |
0.00445 |
0.00386 |
0.65797 |
0.00090 |
MNCN |
-0.00150 |
0.00386 |
1.76273 |
-0.00304 |
PGAS |
0.00217 |
0.00386 |
2.70698 |
-0.00062 |
PTBA |
0.01295 |
0.00386 |
0.88977 |
0.01022 |
PTPP |
-0.00481 |
0.00386 |
3.42176 |
-0.00253 |
SMGR |
-0.00040 |
0.00386 |
1.62007 |
-0.00263 |
TLKM |
0.00651 |
0.00386 |
0.83182 |
0.00319 |
UNTR |
0.00087 |
0.00386 |
0.67614 |
-0.00442 |
UNVR |
-0.01787 |
0.00386 |
0.28200 |
-0.07704 |
WIKA |
0.00194 |
0.00386 |
2.65088 |
-0.00072 |
Sumber: data diolah
Untuk memperoleh kandidat portofolio dari Saham yang
termasuk dalam penelitian ini maka diperlukan perhitungan excess return to beta (ERB). Rasio ERB mencerminkan hubungan antara
return dan risiko dalam berinvestasi.
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas menunjukan perhitungan excess return to beta dari 28 saham individu yang diteliti,
diperoleh saham dengan ERB tertinggi yaitu BBCA sebesar 0.01174, sedangkan
saham perusahaan dengan ERB terendah yaitu UNVR sebesar -0.07704. Portofolio
optimal berisikan kumpulan saham-saham yang mempunyai rasio ERB yang tinggi.
Tahap Kelima. Menghitung
Cut-Off Rate (Ci) & Menentukan Cut-Off Point (C*)
Menghitung Cut-Off
Rate (Nilai Ci) merupakan hasil bagi variance
market dan return premium terhadap variance
error saham dengan variance market
pada sensitivitas saham individual terhadap variance
error residual saham. Hasil perhitungan Ci digunakan untuk menentukan Unique Cut-Off Point. Nilai unique cut-off point (C*) adalah nilai
Ci maksimum dari sederetan nilai Ci saham. Pada model indeks tunggal
langkah-langkah yang dilakukan yaitu mengurutkan saham-saham yang mempunyai ERB
tertinggi ke ERB terendah yang ditunjukkan pada Tabel berikut ini:
Tabel
6
Perbandingan
Nilai ERB dengan Cut-Off Rate (Ci)
Emiten |
ERB |
Ci |
C* |
Keputusan |
BBCA |
0.01174 |
0.00297 |
0.00297 |
Kandidat |
ANTM |
0.01085 |
0.00251 |
0.00297 |
Kandidat |
PTBA |
0.01022 |
0.00109 |
0.00297 |
Kandidat |
ADRO |
0.01000 |
0.00118 |
0.00297 |
Kandidat |
INCO |
0.00803 |
0.00176 |
0.00297 |
Kandidat |
BBRI |
0.00414 |
0.00112 |
0.00297 |
Kandidat |
TLKM |
0.00319 |
0.00059 |
0.00297 |
Kandidat |
EXCL |
0.00206 |
0.00031 |
0.00297 |
Kandidat |
BMRI |
0.00116 |
0.00030 |
0.00297 |
Kandidat |
KLBF |
0.00090 |
0.00012 |
0.00297 |
Kandidat |
BBNI |
0.00082 |
0.00023 |
0.00297 |
Kandidat |
PGAS |
(0.00062) |
(0.00017) |
0.00297 |
- |
WIKA |
(0.00072) |
(0.00019) |
0.00297 |
- |
BBTN |
(0.00144) |
(0.00034) |
0.00297 |
- |
AKRA |
(0.00212) |
(0.00058) |
0.00297 |
- |
PTPP |
(0.00253) |
(0.00073) |
0.00297 |
- |
SMGR |
(0.00263) |
(0.00053) |
0.00297 |
- |
MNCN |
(0.00304) |
(0.00059) |
0.00297 |
- |
ASII |
(0.00315) |
(0.00071) |
0.00297 |
- |
JSMR |
(0.00336) |
(0.00080) |
0.00297 |
- |
UNTR |
(0.00442) |
(0.00033) |
0.00297 |
- |
INDF |
(0.00461) |
(0.00038) |
0.00297 |
- |
ICBP |
(0.00473) |
(0.00009) |
0.00297 |
- |
INTP |
(0.00667) |
(0.00104) |
0.00297 |
- |
BSDE |
(0.00850) |
(0.00210) |
0.00297 |
- |
GGRM |
(0.01661) |
(0.00236) |
0.00297 |
- |
HMSP |
(0.02750) |
(0.00572) |
0.00297 |
- |
UNVR |
(0.07704) |
(0.00265) |
0.00297 |
- |
Sumber: data diolah
Dari tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa hanya ada 11
saham yang termasuk kandidat saham portofolio optimal. Saham yang termasuk
kedalam kandidat saham portofolio optimal
yaitu saham yang mempunyai ERB lebih besar atau sama
dengan nilai cut-off rate (Ci).
Sedangkan saham-saham yang mempunyai ERB lebih kecil dari cut-off rate (Ci) tidak dimasukkan ke dalam kandidat portofolio
optimal. Namun karena ada saham kandidat yang memiliki nilai ERB lebih rendah
dari pada nilai Cut-off Point (C*)
yaitu diantaranya EXCL, BMRI, KLBF, dan BBNI tidak saya masukan kedalam daftar
saham portofolio optimal sebab hasil proporsi dana
menjadi bias. Sehingga disimpulkan ada 7 saham portofolio optimal yang terpilih
yaitu diantaranya BBCA, ANTM, PTBA, ADRO, INCO, BBRI, dan TLKM.
Tahap Keenam. Perhitungan
Skala Tertimbang dan Proporsi Dana
Setelah mengetahui ada 7 saham yang terpilih untuk
masuk ke dalam pembentukan portofolio
optimal, maka dapat dihitung besarnya proporsi (Wi)
yang layak diinvestasikan pada saham-saham yang terpilih tersebut. Terlebih
dahulu menentukan skala tertimbang dari masing masing saham (Zi). Tabel 7merupakan
perhitungan dari skala tertimbang dan proporsi dana.
Tabel
7
Perhitungan
skala tertimbang (Zi) dan proporsi dana (Wi)
Emiten |
Ci |
Zi |
Wi |
BBCA |
0.297% |
168.606% |
46.293% |
ANTM |
0.251% |
45.021% |
12.361% |
PTBA |
0.109% |
49.320% |
13.541% |
ADRO |
0.118% |
42.674% |
11.717% |
INCO |
0.176% |
40.247% |
11.050% |
BBRI |
0.112% |
15.292% |
4.199% |
TLKM |
0.059% |
3.054% |
0.838% |
Total |
364.213% |
100.0% |
Sumber: data diolah
Tabel di atas menunjukkan komposisi proporsi dana (Wi)
untuk membentuk portofolio yang optimal: BBCA sebesar 46.293% , ANTM sebesar
12.361%, PTBA sebesar 13.541%, ADRO sebesar 11.717%, INCO sebesar 11.050%, BBRI
sebesar 4.199%, dan TLKM sebesar 0.838%. Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat
dilihat bahwa persentase dana terbesar ada pada PT Bank
Central Asia (BBCA) sebesar 46.293%, Sedangkan persentase dana terkecil ada
pada perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) yaitu sebesar 0.838%.
Persentase dana terbesar merupakan alternative
investasi yang baik karena menurut perhitungan saham-saham tersebut mempunyai
ERB lebih besar atau sama dengan Cut-off
Rate (Ci) dan Cut-off Point (C*).
Tahap
Ketujuh. Perhitungan Return
Portofolio
Setelah mengetahui saham-saham yang terpilih dalam
pembentukan portofolio beserta proporsi dananya, maka dapat dihitung expected return portofolio. Untuk
menghitung return portofolio,
terlebih dahulu menghitung alpha dan beta dari portofolio. Alpha portofolio
diperoleh dari rata-rata tertimbang dari alpha tiap saham individual. Berikut
ini adalah tabel yang menunjukkan perhitungan alpha portofolio dan beta
portofolio:
Tabel
8
Perhitungan
Return Portofolio
Emiten |
αp |
βp |
BBCA |
0.59% |
41.56% |
ANTM |
0.34% |
33.15% |
PTBA |
0.15% |
12.05% |
ADRO |
0.15% |
13.10% |
INCO |
0.16% |
19.82% |
BBRI |
0.03% |
6.04% |
TLKM |
0.00% |
0.70% |
Total |
1.43% |
126.41% |
E(Rm) |
0.192% |
|
E(Rp)=αp+(βp*E(Rm)) |
1.67% |
Sumber: data diolah
Dapat dilihat dari hasil perhitungan pada Tabel 4.10
menunjukkan bahwa return portofolio
sebesar 1.67% per bulan. Untuk menentukan keputusan dalam berinvestasi tidak
terlepas dari berbagai asumsi. Investor akan memilih risk averse, yaitu menghindari risiko
dan mengharapkan tingkat return yang
tinggi. Return portofolio yang
dihitung dari 7 saham yang menjadi kandidat portofolio optimal adalah 1.67%. Return portofolio tersebut cukup
menjanjikan karena return portofolio tersebut di atas tingkat pengembalian
pasar E(Rm) sebesar 0.192% dan di atas tingkat return bebas risiko sebesar 0.196% per
bulan.
Tahap
Kedelapan. Hasil Perhitungan Risiko Portofolio
Untuk menentukan risiko dari portofolio, terlebih
dahulu harus diketahui beta dari portofolio (systematic risk) yang dikuadratkan, variance market, serta unsystematic
dari portofolio. Tabel 9 adalah hasil perhitungan risiko portofolio sebagai
berikut:
Tabel
9
Perhitungan
Risiko Portofolio
Emiten |
Wi |
Zi |
Wi
(Wi x α�ei) |
BBCA |
46.29% |
0.47% |
0.100% |
ANTM |
12.36% |
4.70% |
0.072% |
PTBA |
13.54% |
1.31% |
0.024% |
ADRO |
11.72% |
1.84% |
0.025% |
INCO |
11.05% |
2.25% |
0.028% |
BBRI |
4.20% |
1.10% |
0.002% |
TLKM |
0.84% |
0.60% |
0.000% |
Total |
0.251% |
||
βp� |
159.80% |
||
α�m |
0.196% |
||
αp�=
βp� x α�m + α�ep |
0.564% |
Sumber: data diolah
Dari perhitungan tabel di atas menunjukkan bahwa variance portofolio atau risiko
portofolio sebesar 0.564%.
Dapat dilihat bahwa return antara
berinvestasi pada saham secara individual dengan berinvestasi dengan membentuk
portofolio yaitu, terdapat saham yang secara individual menghasilkan return yang lebih besar dari pada return portofolio tetapi risiko yang
ditanggung lebih besar daripada risiko portofolio. Selain itu juga tidak ada
saham yang return-nya lebih besar
dari pada portofolio optimal, namun risiko yang ditanggung lebih kecil dari
pada risiko portofolio.
Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah
untuk memperoleh keuntungan di masa depan. Untuk mengurangi risiko yang mungkin
terjadi dalam berinvestasi dapat dilakukan dengan cara
diversifikasi, yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternatif
investasi yang berkorelasi negatif. Salah satu cara
diversifikasi yaitu dengan pembentukan portofolio optimal. Diperlukan sejumlah
prosedur perhitungan melalui sejumlah data sebagai input tentang struktur
portofolio. Metode yang digunakan dalam pembentukan portofolio optimal ini
adalah Model Indeks Tunggal. Penggunaan Model Indeks Tunggal untuk menentukan
portofolio optimal yaitu berdasarkan besarnya nilai cut-off rate dan ERB. Apabila rasio ERB lebih besar atau sama dengan cut-off
rate maka saham-saham masuk kandidat portofolio optimal. Sedangkan apabila
rasio ERB lebih kecil dari cut-off rate
maka saham-saham tersebut tidak masuk kandidat portofolio optimal. Kelebihan
menggunakan cut off-rate dan ERB
dalam menentukan portofolio optimal karena mempertimbangkan risiko sistematis
saham yang diukur dengan beta. Investasi pada saham selalu mengandung risiko,
baik risiko sistematis maupun risiko tidak sistematis. Risiko sistematis memang
tidak dapat dihindari akan tetapi investor bisa memilih
saham-saham yang mempunyai nilai excess
return to beta (ERB) yang besar. Informasi beta dan nilai excess return to beta (ERB) dapat
dimanfaatkan untuk mempertimbangkan alternatif investasi dan mengoptimalkan
penyusunan portofolio optimal. Sedangkan risiko tidak sistematis dapat dihindari
investor dengan cara diversifikasi yaitu dengan
pembentukan portofolio optimal. Investor yang rasional akan
memilih return saham yang tinggi.
Berdasarkan hasil perhitungan dari 28 sampel penelitian didapatkan 7 saham yang
termasuk saham portofolio optimal sebab nilai ERB lebih besar daripada Cut-off Rate dan Cut-off Point, oleh karena itu investor dapat menanamkan modalnya
pada 7 saham ini.
Hakikat pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi
risiko dengan cara diversifikasi, yaitu mengalokasikan
sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi. Pada penelitian ini
didapatkan 7 saham yang termasuk kedalam saham portofolio optimal. Berikut
adalah proporsi dana saham yang dapat membentuk
portofolio optimal dapat dilihat pada Gambar 1:
Gambar
1. Proporsi Dana Saham Pembentuk Portofolio Optimal
������ Gambar di
atas menunjukan besarnya proporsi dana yang disumbangkan oleh masing-masing
saham untuk dapat membentuk portofolio optimal, antara lain: BBCA sebesar 46%,
ANTM sebesar 12%, PTBA sebesar 14%, ADRO sebesar 12%, INCO sebesar 11%, BBRI sebesar
4%, dan TLKM sebesar 1%. Dari 7 saham ini pembagian proporsi masing-masing
saham bertujuan untuk mendapatkan return
terbaik dan juga risiko terbaik. Hal istimewa yang menjadi sorotan pada hasil
penelitian ini menunujukan proporsi saham BBCA yang sangat dominan, jika di
analisis hal ini terjadi karena nilai ERB saham ini tertinggi dibandingkan
saham lainnya dalam penelitian ini, meski memiliki tingkat return paling tinggi searah dengan nilai resikonya paling tinggi
pula diantara saham lainnya. Sebagai contoh simulasi dapat dibuktikan dengan
memisalkan nilai persentase proporsi untuk saham BBCA sebesar 1%, ANTM sebesar 8%,
PTBA sebesar 40%, ADRO sebesar 12%, INCO sebesar 20%, BBRI
sebesar 9%, dan TLKM sebesar 10% menghasilkan return sebesar 1.495% dan risiko sebesar 0.695%. Sebagai komparasi
yang menguatkan analisis ini, jika peneliti merubah persentase dan komposisi
saham selain ketujuh portofolio optimal menunjukan hasil yang tidak sesuai atau
mungkin dapat merugikan investor. Sebagai contoh simulasi dapat dibuktikan
dengan memisalkan nilai persentase proporsi untuk saham EXCL sebesar 5%, ANTM
sebesar 16%, PTBA sebesar 16%, ADRO sebesar 13%, INCO sebesar 17%, BBRI sebesar
17%, dan TLKM sebesar 17% menghasilkan return
yang sangat kecil sebesar 0.338% namun risiko yang lebih tinggi yaitu 0.695%. Hal
ini membuktikan bahwa komposisi ketujuh saham ini sudah paling optimal dan
penentuan proporsi saham hasil penelitian ini dapat dikembalikan lagi pada
preferensi masing-masing investor. Jika di amati, ketujuh saham ini terdiri
dari beberapa sektor perusahaan yang berbeda yaitu BBCA & BBRI merupakan
sektor perbankan & jasa keuangan; ANTM, PTBA, ADRO, & INCO merupakan
sektor pertambangan; serta TLKM merupakan sektor telekomunikasi. Hal ini
membuktikan bahwa kondisi investasi yang paling optimal proporsinya terdiri
dari beragam sektor perusahaan dengan kondisi harus tetap memperhatian daftar saham
dari berbagai sektor yang memiliki nilai ERB (Expected Return to Beta) paling besar diantara saham lainnya,
tentunya ERB yang besar menujukan Actual
Return saham yang besar pula. Hal ini dapat digunakan oleh investor dalam
menentukan pilihan saham terbaik untuk berinvestasi.
Saham-saham yang menjadi kandidat portofolio optimal
terdiri dari 7 saham yang menghasilkan expected
return dan risiko terbaik. Portofolio optimal dari saham-saham yang termasuk
dalam sampel penelitian saham indeks LQ45 tersebut memiliki tingkat
pengembalian sebesar 1.67% per bulan. Sedangkan risiko yang harus dihadapi dari
hasil berinvestasi pada portofolio tersebut sesuai dengan hasil perhitungan
adalah sebesar 0.564%.
Untuk mengetahui penilaian kinerja (performance)
portofolio dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh dan risiko yang
ditanggung dengan menghasilkan kombinasi efisen sehingga bisa memenuhi tujuan
investor untuk memperoleh return yang
tinggi dan memperkecil risiko yang akan diterima
dikemudian hari.
Hasil analisis
pembentukan portofolio menggunakan model indeks tunggal dengan membandingkan excess return to beta (ERB) dengan cut-off point (C*) pada masing-masing
sampel saham LQ45, didapatkan kombinasi tujuh saham yang menjadi unggulan dan
membentuk portofolio. Ketujuh saham tersebut adalah sebagai berikut: Bank
Central Asia Tbk. (BBCA), Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM), Tambang Batubara
Bukit Asam Tbk. (PTBA), Adaro Energy Tbk. (ADRO), Vale Indonesia Tbk. (INCO), Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan Telekomunikasi Indonesia (Persero)
Tbk. (TLKM). Hal ini membuktikan bahwa investasi yang paling optimal
proporsinya terdiri dari beragam sektor perusahaan dengan kondisi harus tetap
memperhatian nilai ERB (Expected Return
to Beta) yang paling besar diantara saham yang lainnya.
Berdasarkan hasil
penelitian, diketahui proporsi masing masing saham yang menjadi kombinasi
portofolio optimal saham LQ45 periode Februari 2018 � Januari 2022 adalah
sebagai berikut: Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar 46%, Aneka Tambang
(Persero) Tbk. (ANTM) sebesar 12%, Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA)
sebesar 14%, Adaro Energy Tbk. (ADRO) sebesar 12%, Vale Indonesia Tbk. (INCO)
sebesar 11%, Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) sebesar 4%, dan
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) sebesar 1%. Pada hasil
penelitian ini menunujukan proporsi saham BBCA yang sangat dominan, jika di analisis
hal ini terjadi karena nilai ERB saham ini tertinggi dibandingkan saham lainnya
dalam penelitian ini, meski memiliki tingkat return paling tinggi searah dengan nilai resikonya paling tinggi
pula diantara saham lainnya. Oleh karena itu, maka persentase proporsi sahamnya
menjadi yang paling dominan. Persentase proporsi optimal dari ketujuh saham
yang telah terpilih di atas tidak baku, artiya
investor dapat mengalokasikan dana pada persentase yang sesuai dengan
preferensinya, sebab hasilnya tetap sejalan meski persentase proporsi diubah
yaitu nilai Expected Return Portofolio tetap
lebih besar dibandingkan dengan risiko yang ditanggung oleh investor.
Hasil return portofolio yang dihasilkan oleh
kombinasi portofolio ketujuh saham adalah sebesar 0,0167 atau 1.67% dan varian
portofolio yang merupakan risiko portofolio adalah sebesar 0,00564 atau 0.564%. Risiko yang
terdapat pada portofolio optimal ini lebih kecil dibandingkan dengan resiko
apabila berinvestasi pada saham individual. Dengan demikian portofolio yang
dihasilkan adalah portofolio optimal dengan kriteria return maksimal dengan risiko tertentu sebab dengan komposisi saham
yang dihasilkan ini menunjukan nilai return
lebih besar dibandingkan dengan risiko.
a.
Ardila, I. (2019). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Perusahaan Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.
Bursa Efek Indonesia. (n.d.). PT Bursa Efek Indonesia
(BEI). Retrieved from Indeks Saham: https://www.idx.co.id/id/produk/indeks
Darmawan, M. (2022). Manajemen Keuangan Internasional, Ed
2. Yogyakarta: UNY Press.
Fitriana, S. F. (2018). Analisis Komparatif Model Indeks
Tunggal dan Portofolio Random Dalam Penentuan Return Portofolio Optimal Studi
Pada Saham LQ45 Di Bursa Efek Indonesia Periode Februari 214 - Januari 2017. Jurnal
Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
Grinold, R., & Kahn, R. (2020). Advance in Active
Portfolio Management. United States: McGraw-Hill Education.
Halim, A. (2018). Analisis Investasi dan Aplikasinya,
Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Handini, S., & Astawinetu, E. (2020). Teori
Portofolio dan Pasar Modal Indonesia. Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Hartono, J. (2017). Teori portofolio dan analisis
investasi Ed. 11. Yogyakarta: BPFE.
Hidayat, W. (2019). Konsep Dasar Investasi Dan Pasar
Modal. Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Husnan, S. (2019). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan
Anlisis Sekuritas. Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Ichsan, A. S., Sasongko, H., & Azhar, Z. (2020).
Analisis Portofolio Optimal Saham Indeks Kompas100 Dengan Pendekatan Model
Indeks Tunggal Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Online Mahasiswa
Bidang Manajemen, 44.
Indriana, A. (2020). Analisis Kinerja Keuangan dan Valuasi
Saham Perbankan dengan Pendekatan Dividend Discount Model (DDM) Studi Empiris
Pada Perusahaan Subsektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Iryani, I. (2019). Analisis Portofolio Optimal Pada Saham
LQ45 Periode 2017 - 2018. AkMen Jurnal Ilmiah, 493-503.
Jayanti, N., Handayani, S., & Zahro, Z. (2017). Analisis
Metode Single Index Model Dalam Pembentukan Portofolio Optimal Untuk
Menurunkan Risiko Investasi (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks
Idx30 Periode Agustus 2013 - Juli 2016). Jurnal Administrasi Bisnis,
Vol. 49 No. 1.
Luthfi, A. P. (2019). Analisis Pembentukan Portofolio Saham
Optimal Menggunakan Metode Single Index Model Studi Empiris pada Saham Indeks
LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Doctoral Dissertation, Unniversitas
Negeri Yogyakarta.
Melicher, R., & Norton, E. (2017). Introduction
Finance. Sixteenth Edition . United States of America: John Wiley &
Sons, Inc.
Nuzula, N., & Nuraily, F. (2020). Dasar-Dasar Manajemen
Investasi. Cetakan Pertama. Malang : UB Press.
Oktaviani, B., & Wijayanto, A. (2016). Aplikasi Single
Index Model Dalam Pembentukan Portofolio Optimal Saham LQ45 Dan Jakarta
Islamic Index. Management Analysis Journal, 189 - 202, Vol. 4 No. 1.
Pachamanova, D., & Fabozzi, F. (2016). Portfolio
Construction and Analytics. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons,
Inc.
Pratama, L. A. (2019). Analisis Pembentukan Portofolio Saham
Optimal Menggunakan Metode Single Index Model (Studi Empiris Pada Saham Indeks
LQ45 di Bursa Efek Indonesia).
Rahmat, M. (2019). Hukum Pasar Modal Edisi Pertama.
Jakarta: Kencana.
Reilly, F., Brown, K., & Leeds, S. (2019). Investment
Analysis and Portfolio Management 11th Edition. Boston, USA: Nelson
Education, Ltd.
Rudianto, D., Pramono, E. S., Siboro, F., Baqi, M. P., &
Julianingsih, D. (2022). Analysis Investor Index Indonesia with Capital Asset Pricing
Model (CAPM). Aptisi Transactions on Technopreneurship (ATT), 35-46,
Vol. 4 No. 1.
Sekaran, U., & Bougie , R. (2013). Metode Penelitian
Untuk Bisnis, Terjemahan oleh Kwan Men Yon, Edisi 6 Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suroto. (2015). Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan, dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada
Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Februari 2010 -
Januari 2015). Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang, 2302-2752, Vol. 4 No. 3.
Tandelilin, E. (2017). Analisis Investasi dan Manajemen
Portofolio. Yogyakarta: PT Kanisius.
Tania, A. L. (2019). Aplikasi Single Index Model Dalam
Pembentukan Portofolio Optimal Saham LQ45 Pada Bursa Efek Indonesia. FINANSIA:
Jurnal Akuntansi dan Perbankan Syariah, 201, 47-68.
Wahyuningsih, I., Herdiyana, & Azhar, Z. (2019).
Analisis Return And Risk Portofolio Optimal Berdasarkan Single Index Model
Pada Jakarta Islamic Index Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017. Jurnal
Online Mahasiswa: Bidang Manajemen, 44.
Zacharias, A. (2020). Teori Portofolio Investasi Cetakan
Pertama. Klaten: Lakeisha.
Zulfikar. (2016). Pengantar Pasar Modal dengan Pendekatan
Statistik Edisi Satu. Klaten: Lakeisha.
Copyright
holder: Hardiyanti,
Dudi Rudianto (2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |