Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 10, Oktober 2022

 

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BORAMA (BOX RANTAI MAKANAN) BERBASIS KONTEKSTUAL PADA PELAJARAN IPA KELAS 5 DI SDN DUREN JAYA I

 

Annisa Nurusyahidah, Zulfadewina

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Suksesnya pembelajaran salah satu kuncinya adalah mudahnya peserta didik dalam memahami pelajaran. Untuk mendukung hal ini tentunya memerlukan perangkat pembelajaran yang menarik seperti media pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan media pembelajaran berupa BORAMA (Box Rantai Makanan) yang dapat digunakan sebagai pilihan media pembelajaran yang variatif pada pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Dengan adanya media pembelajaran BORAMA (Box Rantai Makanan) ini membuat peserta didik dapat lebih aktif dan tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas. Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Research & Development (R&D) dengan model 4D (Four-D Model) yang dikembangkan oleh Thiagarajan. Tahapan ini terdiri dari Pendefinisian (Define), Tahap Perencanaan (Design), Tahap Pengembangan (Develop), dan Tahap Uji Coba (Disseminate). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara dan angket dengan skala Likert untuk respon. Hasil validasi ahli materi berdasarkan hasil persentase dari aspek materi, kebahasaan, dan aspek pembelajaran diperoleh rata-rata persentase sebesar 92,5% dengan kriteria �Sangat Valid�. Validasi ahli media berdasarkan persentase aspek karakteristik dan penyajian menunjukkan bahwa rata-rata persentase sebesar 98% dengan kriteria �Sangat Valid�. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai persentase rata-rata validasi ahli media sudah �Sangat Layak�. Respon yang diberikan oleh pendidik mendapatkan rata-rata persentase 100% yang dinyatakan �sangat baik� dan respon dari peserta didik mendapatkan rata-rata persentase sebesar 90,4% yang termasuk �sangat baik�. Dapat disimpulkan bahwa media BORAMA (Box Rantai Makanan) berbasis kontekstual sangat layak digunakan pada proses pembelajaran di sekolah.

 

Kata Kunci: media pembelajaran, borama (box rantai makanan), rantai makanan, ekosistem

 

Abstract

One of the keys to successful learning is the ease of students in understanding the lesson. To support this, of course, requires interesting learning tools such as learning media. The purpose of this study is to develop learning media in the form of BORAMA (Food Chain Box) which can be used as a choice of varied learning media in science lessons in elementary schools. With the BORAMA (Food Chain Box) learning media, students can be more active and interested in following the learning process in the classroom. This research was conducted using the Research & Development (R&D) method with a 4D model (Four-D Model) developed by Thiagarajan. This stage consists of Define, Design, Develop, and Disseminate. Data collection techniques in this study used interviews and questionnaires with a Likert scale for response. The results of material expert validation based on the percentage results of aspects of material, language, and learning aspects were obtained on average a percentage of 92.5% with the criteria "Very Valid". Media expert validation based on the percentage of aspects of characteristics and presentation shows that the average percentage is 98% with the criteria of "Very Valid". So it can be concluded that the average percentage value of media expert validation is "Very Decent". Responses given by educators get an average percentage of 100% which is declared "very good" and responses from students get an average percentage of 90.4% which is included "very good". It can be concluded that contextual-based BORAMA (Food Chain Box) media is very feasible to be used in the learning process in schools.��

 

Keywords: learning media, food chain, ecosystem

 

Pendahuluan

Secara umum pendidikan di Indonesia memberi peranan yang sangat penting untuk men jamin kelangsungan hidup Negara dan bangsa. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin sebuah kemajuan suatu bangsa dan Negara. Pendidikan juga merupakan investasi bagi manusia karena dapat menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakan dan Negara. Pendidikan juga ialah bidang yang memfokuskan kegiatannya pada proses belajar mengajar (transfer ilmu).

Pendidikan seperti yang tercantum dalam UU Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal senada diungkapkan oleh (Daryanto & Rahardjo, 2012) yang berpendapat pendidikan adalah pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan bakat dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu peningkatan sumber daya manusia sejak dini merupakan prioritas utama dalam memajukan bangsa dan Negara.

Salah satu usaha dalam peningkatan mutu pendidikan yaitu dengan meningkatkan mutu pembelajaran, karna belajar merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses komunikasi yang disampaikan dan diterima secara utuh.

Menurut penjelasan diatas yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.

Pendidikan bisa didapatkan secara formal maupun secara non formal. Pendidikan formal bisa didapatkan peserta didik melalui pembelajaran yang ada di sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan jenjang tinggi. Pendidikan dasar yang dimaksud adalah pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan pendidikan Sekolah Menengah Pertama yaitu (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan di Sekolah Dasar memuat beberapa mata pelajaran. Beberapa mata pelajaran antara lain yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, IPA, Seni Budaya, IPS, dan Pendidikan Jasmani.

IPA adalah salah satu mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar yang berkaitan dengan ilmu yang mempelajari tentang alam dan ilmu di sekitarnya. Dalam pembelajaran IPA guru memerlukan sebuah media pembelajaran untuk menunjang kelangsungan dalam pembelajaran dan dapat mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru, serta dapat melibatkan peserta didik untuk turut aktif dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu guru hendaknya berupaya mewujudkan proses pembelajaran pada materi IPA yang kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan sehingga dalam suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif. Hal ini akan tercapai apabila pemilihan media pembelajaran yang tepat karena dengan adanya media tersebut dapat menambah kualitas pembelajaran yang nantinya akan membuat peserta didik dengan cepat menyerap materi yang diberikan guru.

Sumber belajar (Media ajar) bisa dipahami sebagai perangkat, bahan (materi), peralatan, pengaturan, dan orang dimana pembelajar dapat berinteraksi dengannya yang bertujuan untuk menfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja. Menurut (Seels & Richey, 1994) oleh karena itu, yang dimaksud sumber belajar adalah sumber-sumber yang mendukung berlajar termaksuk sistem penunjang, materi dan lingkungan pembelajaran. Berdasarkan definisi sumber belajar Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Media Pembelajaran merupakan sarana pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang menyalurkan pesan berupa materi kepada peserta didik. Maka media pembelajaran dianggap sebagai pengantar komunikasi antara guru dengan peserta didik. Jika dalam proses pembelajaran seorang guru menggunakan media pembelajaran, maka akan membantu mengembangan pengetahuan kognitif, psikomotorik dan afektif peserta didik. Dengan media pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi.

Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep pembelajaran yang membantu guru menghubungkan materi yang diajarkannya dengan situasi nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang diterimanya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Wati, 2019). Sebagaimana dikatakan Sanjaya dalam (Rahman et al., 2020) Pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sedangkan menurut Johnson dalam (Kadir, 2013) pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Berdasarkan pengertian dan pendapat di atas tentang pembelajaran kontekstual dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar yang dirancang dengan cara mengaitkan materi yang dibelajarkan dengan kehidupan nyata peserta didik sehari-hari, dengan harapan peserta didik mampu mengonstruksi pengetahuan yang telah dimilikinya ke kehidupan nyata, serta menemukan makna dari materi tersebut bagi kehidupannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wali kelas 5 Ibu Dwi Nuraini, S.Pd, selaku wali kelas beliau mengatakan bahwa media pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran karna dengan media dapat mempermudah pemahaman peserta didik dalam materi yang diajarkan sehingga dapat memancing antusias peserta didik untuk belajar sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Beliau pun mengatakan bahwa pernah menggunakan media saat proses pembelajaran seperti media gambar, akan tetapi media yang digunakan hanya seadanya, salah satu kendala yaitu keterbatasan waktu dalam menyiapkan dan membuat media pembelajaran sehingga guru hanya mengandalkan buku paket sebagai pegangan untuk memberikan materi pada peserta didik dan lebih sering menggunakan metode ceramah dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan pernyataan yang telah di uraikan fakta bahwa terdapat beberapa permasalahan yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung yaitu bahwa : (1) kurangnya variasi dalam pembelajaran; (2) guru menggunakan media seadanya dalam proses belajar mengajar; (3) suasana belajar di kelas yang membosankan.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut berdampak pada kurangnya antusias dan minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran khususnya pelajaran IPA sehingga peserta didik pun kurang aktif didalam kelas saat proses belajar berlangsung. Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas perlu dikembangkan media pembelajaran yang efektif (tepat guna) dan efisien (tepat waktu) untuk menunjang proses pembelajaran. Salah satu media yang diharapkan dapat menarik peserta didik adalah media BORAMA (Box Rantai Makanan). Media BORAMA ini untuk membuat peserta didik lebih aktif semangat belajarnya dengan media pembelajarannya yang seperti permainan daripada media pembelajaran gambar diam yang masih bersifat monoton dan mudah dan simple membuatnya dengan bahan yang mudah didapatkan oleh guru.

Dengan demikian materi pembelajaran yang disampaikan mudah dipahami oleh peserta didik. Hal ini juga dapat membuat peserta didik tertarik dan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar pun sesuai dengan yang diharapkan.

Box Rantai Makanan yang disebut BORAMA disini bukanlah seperti box biasa, melainkan sebuah media yang digunakan untuk pembelajaran yang bentuknya berupa box berbentuk prisma segilima, box tersebut memiliki beberapa lapisan disetiap sisinya yang dimana saat box tersebut dibuka maka akan terlihat seperti Surprise Box / Explosion Box yang didalamnya terdapat kartu dengan gambar berbagai jenis ekosistem yang berada ditengah box dan komponennya secara acak terletak disetiap sisi box, didalamnya terdapat beberapa pertanyaan mengenai komponen penyusun ekosistem, dan kunci jawaban dari pertanyaan tersebut berada dibalik masing-masing lembar jenis ekosistem, didalam box tersebut juga akan diberikan background yang menarik sesuai dengan ekosistem yang ada. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diterapkan pada box tersebut disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.

Dengan demikian materi pembelajaran yang disampaikan mudah dipahami oleh peserta didik. Hal ini juga dapat membuat peserta didik tertarik dan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar pun sesuai dengan yang diharapkan.

 

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau yang biasa disebut dengan Research and Development (R&D) dengan menggunakan model pengembangan Thiagarajan. Menurut Borg and Gall (1998) dalam (Sugiyono, 2019) penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D) merupakan suatu proses yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk tertentu dan menguji keefektifan produk Pendidikan. Metode penelitian pengembangan atau Research & Development (R&D) termasuk kedalam kategori �need to do� diartikan sebagai penelitian yang hasilnya digunakan untuk membantu pelaksanaan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut menjadi semakin produktif, efektif, dan efisien. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4D (Four-D Model) yang dikembangkan oleh Thiagarajan. Tahapan ini terdiri dari Pendefinisian (Define), Tahap Perencanaan (Design), Tahap Pengembangan (Develop), dan Tahap Uji Coba (Disseminate).

 

Gambar 1. Bagan Prosedur Penelitian

 

Model 4D ini dipilih karena merupakan model yang disarankan dalam pengembangan perangkat pembelajaran terbilang cukup sederhana dan langkah-langkah yang terdapat didalamnya tersusun secara sistematis Produk yang dikembangkan kemudian diuji kelayakannya dengan validitas dan uji coba produk (Trianto, 2012). Penelitian pengembangan ini berfokus pada media pembelajaran BORAMA (Box Rantai Makanan) untuk siswa kelas V di Sekolah Dasar. Pada penggunaannya penelitian survey dipilih sebagai Teknik pada penelitian ini. Penelitian survey merupakan riset pengkajian yang mengumpulkan specimen dari populasi dengan memakai kuisioner instrument sistematis pengumpulan data baku untuk memperoleh keterangan dari beberapa responden yang merupakan bagian mewakili populasi tertentu untuk diolah dan dianalisis �(Gunawan et al., 2019).� Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ialah angket. Angket tersebut akan diuji layakan oleh beberapa responden diantaranya: (1) Ahli Media, (2) Ahli Materi, (3) Peserta didik. Analisis deskriptif kualitatif dipilih menjadi Teknik pengelolaan sampel dalam menghimpun sebuah data angket dan dikonversikan menjadi berbentuk skor (angka).

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Duren Jaya I Bekasi. Subjek dari penelitian tersebut adalah siswa kelas V SDN Duren Jaya I Bekasi.� Teknik pengumpulan data menggunakan isntrumen tes berupa lembar angket kemenarikan media siswa dan menggunakan lembar validasi untuk menguji kevalidan dari media yang telah dikembangkan melalui penilaian oleh ahli media dan ahli materi.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini ada dua. Teknik pertama dengan daata digunakan untuk mengetahui kevalidan dari produk yang telah dikembangkan. Adapun pedoman kualitas kevalidan menggunakan klasifikasi interpretasi penilaian kevalidan seperti ada tabel.

Media BORAMA (Box Rantai Makanan) dikatakan valid jika rata-rata dari validator minimal dalam kategori �baik�. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan rumus

 

�

 

Keterangan:

P = Presentase Validasi

f = Jumlah skor hasil pengumpulan data

n = Skor maksimal

 

Tabel 1

Kualifikasi Tingkat Kelayakan dari Presentase Rata-rata

Tingkat Kelayakan

Kualifikasi

81% - 100%

Sangat Valid

61% - 80%

Valid

41% - 60%

Cukup Valid

21% - 40%

Kurang Valid

0% - 20%

Sangat Kurang Valid

�����������

Teknik analaisis data kedua digunakan untuk mengetahui keefektifan dari suatu produk yang telah dikembangkan dengan menggunakan lembar angket kemenarikan media siswa. Teknik analisis yang digunakan adalah menghitung angket kemenarikan media. Adapun pedoman kriteria kemenarikan media seperti pada tabel berikut:

Rumus menghitung skor angket kemenarikan media

 

 

Tabel 2

Interpretasi Olah Data Respon Tentang Kemenarikan Media

Nilai

Interpretasi

80% - 100%

Sangat Menarik

66% - 79%

Menarik

56% - 65%

Cukup Menarik

46% - 55%

Kurang Menarik

≤ 45%

Sangat Kurang Menarik

(Sudjana, 2005)

 

Hasil dan Pembahasan

Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran berbasis kontekstual dengan menggunakan BORAMA dengan materi Ekosistem pada pelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 Juni 2023.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, peneliti melakukan penelitian ini dengan menggunakan model pengembangan 4D-Thiagarajan, 1974:5 (Azizah et al., 2020) yaitu Pendefinisian (Define), Tahap Perencanaan (Design), Tahap Pengembangan (Develop), dan Tahap Uji Coba (Disseminate).

Pada proses pengembangan untuk menghasilkan produk yang valid dan praktis, maka dilakukan tahapan seperti validasi, revisi, uji coba serta analaisis pada setiap uji coba dengan menggunakan media BORAMA pada materi Ekosistem yang telah disusun dengan aturan dan kriteria yang telah ditetapkan. Analisis data dan hasil penelitian yang diperoleh pada setiap tahapan pengembangan disajikan sebagai berikut : Tahap� pendefenisian (define) terdiri dari beberapa tahap analisis, yaitu: analisis awal (front-end analysis), analisis siswa (learner�� analysis),�� analisis�� konsep�� (concept analysis),�� dan�� analisis�� tujuan�� pembelajaran (specifying�� instructional ��objectives).

Analisis kebutuhan media dilakukan untuk mengetahui permasalahan dasar dalam proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPA materi ekosistem sehingga diperlukannya pengembangan media BORAMA. Dari hasil analisis awal tersebut diperoleh informasi bahwa selama ini penggunaan media masih kurang menggunakan media saat proses pembelajaran IPA, khususnya pada materi Ekosistem. Sehingga guru hanya mengandalkan buku paket sebagai pegangan untuk memberikan materi pada peserta didik dan lebih sering menggunakan metode ceramah dalam proses belajar mengajar. Sehingga responden yaitu guru setuju dengan adanya pembuatan media pembelajaran BORAMA tersebut. Dengan demikian kebutuhan untuk mengembangkan suatu media pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran sangatlah penting, media BORAMA pada materi Ekosistem diharapkan dapat menjawab masalah diatas, sehingga perlu dikembangkan. Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat pembelajaran seperti latar belakang pengetahuan (kemampuan akademik), gaya belajar siswa, perkembangan kognitif siswa, minat belajar siswa, dan pengetahuan siswa sebagai kelompok maupun individu.

Analisis siswa dilakukan untuk melihat kebutuhan siswa dengan berpusat pada kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran. Berdasarkan analisis siswa yang telah dilakukan, didapatkan kurangnya antusias dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, khususnya pada pelajaran IPA. Sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam proses belajar berlangsung dan kurang memahami materi yang diajarkan dikarenakan hanya menggunakan buku cetak dengan gambar yang terlihiat kurang jelas membuat siswa sulit untuk memahami gambar tersebut. Pada analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis konsep-konsep relevan yang akan diajarkan. Analisis konsep berkaitan dengan analisis pembelajaran IPA tentang rantai makanan pada ekosistem dengan BORAMA agar siswa memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Analisis konsep atau analisis materi bertujuan untuk mengidenifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis konsep-konsep utama yang berkaitan dengan materi pelajaran. Konsep materi yang dikembangkan adalah media BORAMA pada materi rantai makanan pada ekosistem. Analisis tujuan pembelajaran ini untuk menentukan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang relevan yang dibutuhkan siswa. Tahap spesifikasi tujuan pembelajaran dilakukan dengan mengkonversi tujuan analisis konsep dan analisis tugas menjadi tujuan-tujuan pembelajaran khusus.

Analisis tujuan pembelajaran yang telah disusun menggunakan media BORAMA pada materi rantai makanan pada ekosistem. Tahap ini dilakukan untuk menjelaskan indicator pencapaian belajar yang disesuaikan berdasarkan analaisis materi yang dilaksanakan sebelumnya. Akan lebih mudah untuk menentukan item yang paling sesuai dengan kebutuhan siswa dengan mengetahui indicator pembelajaran secara utuh dan terperinci. Perumusan tujuan pembelajaran merupakan acuan dalam mengembangkan media BORAMA pada pembelajaran IPA tentang rantai makanan pada ekosistem. Pada materi rantai makanan pada ekosistem ini KD yaitu menyajikan hasil pengamatan untuk membentuk rantai makanan dari makhluk hidup di lingkungan sekitar. Indicator pada materi ini yaitu siswa dapat menjelaskan cara makhluk hidup berinteraksi dalam sebuah ekosistem dan mendeskripsikan urutan rantai makanan makhluk hidup dalam ekosistem. Sehingga tujuan dari pembelajarannya yaitu agar siswa dapat mengidentifikasi urutan dari rantai makanan makhluk hidup dalam ekosistem. Peneliti menyusun produk berupa media BORAMA pada materi rantai makanan pada ekosistem. Kemudian mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membuat produk sehingga selanjutnya dilakukan mendesain produk. Hasil produk media BORAMA pada materi rantai makanan pada ekosistem yang dibuat kemudian dikemas dalam sebuah pembelajaran sebagai desain produk.

Hasil dari tahap define dan design menghasilkan rancangan awal sebuah media pembelajaran. Setelah media pembelajaran BORAMA materi rantai makanan pada ekosistem didesain, maka selanjutnya dilakukan uji validitas yang dilakukan oleh pakar/ahli (expert review) dan uji lapangan. Langkah pertama pada tahap pengembangan adalah melakukan validasi. Validasi para ahli difokuskan pada format, isi, ilustrasi, dan Bahasa pada media pembelajaran yang dikembangkan. Validasi yang dilakukan para ahli ini menghasilkan nilai validasi, koreksi, kritik dan saran yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi dan penyempurnaan media pembelajaran. Revisi tersebut menghasilkan media pembelajaran yang telah memenuhi kriteria valid.

Tampilan media BORAMA yang telah di design

 

�

�

Gambar 2. Media BORAMA

 

Hasil dari tahap design merupakan rancangan awal dari sebuah produk berupa media BORAMA materi rantai makanan pada ekosistem. Dilakukan uji validitas terhadap pakar/ahli setelah media BORAMA materi rantai makanan pada ekosistem didesain. Validasi ahli materi dilakukan oleh salah satu dosen di PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Tujuan dari validasi ini untuk mendapatkan masukan atau saran dari validator terkait materi yang dibuat oleh peneliti. Kriteria penilaian materi dengan memberikan angket kepada validasi ahli materi untuk mengukur kevalidan produk yang dikembangkan. Hasil data validasi materi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3
Hasil Validasi Data

No.

Aspek Penilaian

∑X Per Aspek

Skor Maksimal

Persentase

Kategori

1.                   

Materi

41

45

91,1 %

Sangat Layak

2.                   

Kebahasaan

9

10

90 %

Sangat Layak

3.                   

Pembelajaran

24

25

96 %

Sangat Layak

Rata-rata persentase

92,5 %

Sangat Valid

 

Gambar 3. Hasil Validasi Ahli Materi

 

Pada tabel dan gambar menunjukkan bahwa aspek materi memperoleh nilai 91,1%, aspek kebahasaan memperoleh nilai 90%, dan aspek pembelajaran memperoleh nilai 96%. Berdasarkan hasil persentase dari ketiga aspek tersebut diperoleh rata-rata persentase sebesar 92,5% dengan kriteria Sangat Valid. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata validasi ahli materi sudah Sangat Layak dengan beberapa saran dan masukan. Saran dan masukan tersebut berupa tambahan pejelasan materi dan beberapa sumber. Sedangkan tindak lanjut peneliti meliputi melengkapi materi dan memperluas sumber materi yang digunakan.

Validasi ahli media dilakukan oleh 1 ahli yaitu salah satu dosen di PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Tujuan dari validasi ini untuk mendapatkan masukan atau saran dari validator terkait media yang dikembangkan oleh peneliti. Hasil data validasi media dapat dilihat pada tabel berikut.

 

Table 4

Hasil Validasi Media

No.

Aspek Penilaian

∑X Per Aspek

Skor Maksimal

Persentase

Kategori

1.       

Karakteristik

48

50

96 %

Sangat Layak

2.       

Penyajian

50

50

100 %

Sangat Layak

Rata-rata persentase

98 %

Sangat Layak

 

Gambar 4. Hasil Validasi Ahli Media

 

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel dan gambar menunjukkan bahwa aspek karakteristik memperoleh nilai persentase 98% dan aspek penyajian memperoleh nilai persentase 100%. Berdasarkan persentase dari kedua aspek tersebut menunjukkan bahwa rata-rata persentase sebesar 98% dengan kriteria Sangat Valid. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai persentase rata-rata validasi ahli media sudah Sangat Layak.

Setelah desain produk divalidasi melalui penilaian ahli materi dan ahli media, peneliti melakukan revisi terhadap desain produk yang dikembangkan berdasarkan masukan-masukan dari ahli.

Hasil dari validasi ahli media dan ahli materi, selanjutnya dilakukan penilaian media oleh pendidik yang dilakukan di SDN Duren Jaya I Kota Bekasi oleh wali kelas V yang meliputi 3 aspek diantaranya yaitu aspek materi,/isi, aspek tampilan, dan aspek penggunaan yang berjumlah 19 butir penilaian. Penilaian pendidik ini bertujuan untuk memperbaiki kekurangan serta kelemahan dari media pembelajaran berupa BORAMA (Box Rantai Makanan) materi Ekosistem pada peserta didik SD kelas V sebagai media pembelajaran.

Hasil penilaian pendidik media disajikan pada tabel dan gambar berikut:

 

Tabel 5

Hasil Penilaian Pendidik Oleh Wali Kelas V

No.

Aspek Penilaian

∑X Per Aspek

Skor Maksimal

Persentase

Kategori

1

Materi

50

50

100.0%

Sangat Layak

2

Tampilan

30

30

100.0%

Sangat Layak

3

Penyajian

15

15

100.0%

Sangat Layak

Rata-rata

100.0%

Sangat Layak

 

 

Gambar diagram dari tabel hasil penilaian pendidik disajikan pada gambar

 

Gambar 5. Hasil Penilaian Pendidik

 

Berdasarkan tabel dan gambar dapat diketahui bahwa aspek kelayakan materi memperoleh nilai persentase 100%, aspek tampilan memperoleh nilai persentase 100% dan aspek penyajian memperoleh nilai persentase 100%. �Berdasarkan persentase dari kedua aspek tersebut menunjukkan bahwa rata-rata persentase sebesar 100% dengan kriteria Sangat Layak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai persentase rata-rata penilaian pendidik sudah Sangat Layak. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Proses pelaksanaan uji lapangan dilakukan pada kelas V di SD Negeri Duren Jaya I Kota Bekasi sebanyak 22 siswa. Tujuan dari uji lapangan pada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan media BORAMA materi rantai makanan pada ekosistem yang dikembangkan. Hasil skor rata-rata diperoleh dari angket yang berjumlah 15 butir penilaian dengan rentang skor perbutir 1 ̶ 5. Hasil skor rata-rata respon siswa pada skala sesuai dengan yang termuat pada tabel.

 

Tabel 6

Skor Rata-Rata Respon Siswa

No.

Aspek Penilaian

∑X Per Aspek

Skor Maksimal

Persentase

Kategori

1.       

Penyajian

774

880

88 %

Sangat Baik

2.       

Tampilan

715

770

92,9 %

Sangat Baik

Rata-rata persentase

90,4 %

Sangat Baik

 

 

Gambar 6. Hasil Perolehan Uji Lapangan

 

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel dan gambar diatas dapat diketahui bahwa aspek penyajian yang terdiri dari 8 butir pertanyaan memperoleh jumlah skor 774 dari jumlah skor maksimal 880 dengan nilai persentase 88%, aspek tampilan yang terdiri dari 7 butir pertanyaan memperoleh jumlah skor 715 dari skor maksimal 770 dengan nilai persentase 92,9%. Dari hasil persentase kedua aspek tersebut dapat diperoleh rata-rata persentase sebesar 90,4% dengan kategori respon siswa �Sangat Baik�

 

Kesimpulan

Pengembangan media pembelajaran BORAMA (Box Rantai Makanan) berbasis kontekstual pada pelajaran IPA kelas V di SDN Duren Jaya I ini dilakukan berdasarkan prosedur pengembangan yang dikemukakan oleh Thiagarajan yang disebut 4D (four-D) yaitu terdiri dari Pendefinisian (Define), Perancangan (Design), Pengembangan (Development), dan Penyebaran (Dissemination). Uji coba dilakukan kepada 22 peserta didik kelas V di SD Negeri Duren Jaya I Bekasi.

Kelayakan media pembelajaran BORAMA berbasis kontekstual pada pelajaran IPA kelas V ini didapatkan hasil penilaian ahli media dan ahli materi. Hasil penilaian dari ahli media, memperoleh persentase akhir 98% termasuk kedalam kategori �sangat layak�. Hasil penilaian dari ahli materi, memperoleh hasil akhir 92,5% yang termasuk kedalam kategori �sangat layak�.

Respon peserta didik terkait media pembelajaran BORAMA berbasis kontekstual pada pelajaran IPA kelas V ini dapat dilihat dari hasil penyebaran angket yang dilakukan oleh peneliti. Hasil yang diperoleh yaitu dengan persentasi 90% yang termasuk kedalam kategori �sangat layak�. Rata-rata persentase tersebut dilihat dari aspek isi atau materi sebesar 87% dan aspek penyajian 93%. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan media BORAMA termasuk dalam kriteria sangat valid. Hal ini selaras dengan Purboningsih pada jurnal (Umam & Laily, 2022) yang menjelaskan bahwa pengembangan media pembelajaran dapat dikatakan valid apabila bobot skor yang diperoleh lebih besa dari 70%.

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Ardila, T., Dewi, N. K., & Oktaviyanti, I. (2023). Pengembangan Media Scrapbook Pada Materi Struktur Tumbuhan Untuk Siswa Kelas IV SDN 1 Kesik. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8(1), 260�271. https://doi.org/10.29303/jipp.v8i1.1174

 

Azizah, N., Putri, D. P., & Setiyani, S. (2020). Pengembangan media scrapbook pada materi bentuk dan fungsi tubuh pada hewan dan tumbuhan. Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan, 7(2), 99�110. https://doi.org/10.25134/pedagogi.v7i2.3564.Diajukan

 

Daryanto, & Rahardjo, M. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Gava Media.

 

Gunawan, I., Benty, D. D. N., Kusumaningrum, D. E., Sumarsono, R. B., Sari, D. N., Pratiwi, F. D., Ningsih, S. O., Putri, A. F., & Hui, L. K. (2019). Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kemampuan Manajerial, Efikasi Diri, Dan Prestasi Belajar Terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa. Jurnal Manajemen Dan Supervisi Pendidikan, 4(1), 126�150. https://doi.org/10.17977/um025v4i22020p126

 

Kadir, A. (2013). Konsep Pembelajaran Kontekstual Di Sekolah. Dinamika Ilmu, 13(1), 17�38. https://doi.org/https://doi.org/10.21093/di.v13i1.20

 

Nugroho, A. W., & Ma�arif, S. (2022). Pengembangan Media Game Edukasi �Marbel Fauna� pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(4), 6686�6694. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3326

 

Rahman, Nur, I., & Nulhakim, S. H. L. (2020). Pengembangan LKPD Berbasis Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran 7, 2, 99�110.

 

Seels, B. B., & Richey, R. C. (1994). Instructional technology The definition and domains of the field. AECT.

 

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Tarsito.

 

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Cet. 6). Alfabeta.

 

Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, strategi, dan implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ed.1, Cet.). Bumi Aksara.

 

Umam, N. K., & Laily, F. A. (2022). Pengembangan Media Pembelajaran Scrapbook Materi Menulis Kalimat Sederhana Untuk Kelas I Sekolah. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(1), 1�15. http://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/mida/article/view/2673/1756

 

Wati, S. (2019). Keefektifan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Dalam Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Smp. Bindo Sastra 3, 1. https://doi.org/55�62 3 (1): 55�62

 

Copyright holder:

Annisa Nurusyahidah, Zulfadewina (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: