Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 8, Agustus 2023

 

ANALISIS KEPEMILIKAN JAMBAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN STUNTING

 

Lega Bisa Diantara, Hilda Zulkifli, Hamzah Hasyim

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia

E-mail: [email protected]

 

Abstrak

Stunting menjadi perhatian dunia dan merupakan target dari Sustainable Development Goal (SDGs). Kejadian stunting ini disebabkan oleh faktor langsung seperti asupan gizi dan penyakit infeksi serta faktor tidak langsung seperti sanitasi, hygiene, ketahanan pangan, dan pola asuh. Dimana kepemilikan jamban dan penanganan sampah merupakan bagian dari sanitasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepemilikan jamban dan penanganan sampah dengan kejadian stunting. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak balita usia 0-59 bulan dari wilayah kerja puskesmas 11 Ilir Kota Palembang sebanyak 301 jiwa. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental random sampling dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 102 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner modifikasi EHRA, lembar observasi untuk mengukur kepemilikan jamban dan penanganan sampah serta microtois untuk mengukur stunting. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat. Hubungan kepemilikan jamban dengan kejadian stunting (niilai p = 0,000) dan hubungan penanganan sampah dengan kejadian stunting (nilai p = 0.000). Ada hubungan antara kepemilikan jamban dan pengelolaan sampah dengan kejadian stunting.

 

Kata Kunci: Kejadian Stunting; Kepemilikan Jamban; Penanganan Sampah.

 

Abstract

Stunting is a global concern and is a target of the Sustainable Development Goals (SDGs). Stunting is caused by direct factors such as nutritional intake and infectious diseases as well as indirect factors such as sanitation, hygiene, food security and parenting styles. Where ownership of latrines and waste handling are part of sanitation. This study aims to analyze latrine ownership and waste handling with stunting incidents.� This type of research is a quantitative study with a cross-sectional design. The population of this study were all children under five aged 0-59 months from the working area of the 11 Ilir Public Health Center, Palembang City, with a total of 301 people. Sampling was carried out by accidental random sampling and obtained a total sample of 102 respondents. Data collection was carried out using questionnaires, observation sheets to measure latrine ownership and waste handling and microtois to measure stunting. Data processing was carried out by univariate and bivariate analysis.Relationship between latrine ownership and the incidence of stunting (p value = 0.000) and the relationship between waste handling and stunting (p value = 0.000). There is a relationship between latrine ownership and waste handling with the incidence of stunting.

 

Keywords: Incidence of Stunting; Ownership of Latrines; Waste Handling.

 

Pendahuluan

Permasalah Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goal (SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025. Upaya penurunan stunting baik secara global maupun nasional, bukan tanpa alasan. Hal ini karena persoalan stunting erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia dimasa mendatang (Satriawan, 2018).

Stunting merupakan salah satu masalah gizi pada balita yang menjadi perhatian dunia dalam beberapa tahun terakhir terutama negara-negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah dan menengah termasuk Indonesia (Bukusuba, Kaaya, & Atukwase, 2017). Stunting adalah suatu keadaan tubuh pendek atau sangat pendek yang tidak sesuai dengan usianya, yang terjadi akibat kekurangan gizi dan penyakit berulang dalam waktu yang lama pada masa janin hingga berusia 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Stunting diketahui apabila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, kemudian dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada dibawah normal (RSUD Mangusada, 2023). Perkembangan� sangat� penting bagi kehidupan anak (Rehana, Jawiah, Amin, & Athiutama, 2022).

Diperkirakan 22% atau 149,2 juta dari semua anak di balita di seluruh dunia mengalami stunting, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal� dari Asia 78,7 juta pada tahun 2020 (52,7%) (WHO, 2021). Di Indonesia, data Riskesdas menunjukkan, prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8 persen di mana artinya satu dari tiga balita mengalami stunting (Balitbangkes RI, 2018).

Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia tahun 2021, prevalensi kejadian stunting di Provinsi Sumatera Selatan Sebesar 24,8 % lebih tinggi dari prevalansi nasional sebesar24,4 % (Kemenkes RI, 2021). Data Profil Dinas Kesehatan kota Palembang pada tahun 2021 menunjukkan kejadian stunting di kota Palembang sebesar 16,1 %� salah satu prevalensi stunting tertinggi di Palembang berada di kecamatan Ilir Timur III,� di wilayah kerja Puskesmas 11 Ilir Kota Palembang yaitu sebesar 28,2 % (Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2020).

Penurunan stunting ditargetkan pada Sustainable Development Goals (SDG�s) tahun 2030. Kerangka Intervensi Stunting yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka pertama adalah Intervensi Gizi Spesifik. Ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting.

Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Kerangka Intervensi Stunting yang yang kedua adalah Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% penurunan stunting (Ekaningrum, Fajarwaty, & Humayrah, 2021).

Faktor risiko kejadian stunting terdiri atas 2 faktor yaitu faktor langsung di antaranya asupan makanan dan infeksi serta faktor tidak langsung seperti sanitasi, hygine, ketahanan pangan, dan pola asuh. (Pusdatin, 2019). Kejadian stunting 90% dipengaruhi oleh lingkungan dan 10% oleh keturunan. Sesuai dengan pernyataan WHO yaitu setiap anak sama tumbuh kembangnya namun sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya (Widanti, 2017).

Sanitasi yang buruk juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan stunting terkait dengan kemungkinan munculnya penyakit infeksi, salah satu contohnya adalah jamban. Jamban yang sehat adalah sarana pembuangan feses yang baik untuk menghentikan mata rantai penyebaran penyakit. Jamban yang memenuhi persyaratan kesehatan tidak menyebabkan terjadinya penyebaran langsung akibat kotoran manusia dan dapat mencegah vector pembawa penyakit pada pengguna jamban maupun lingkungan sekitarnya (Kemenkes RI, 2014).

Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada hubungan antara penerapan jamban sehat dengan kejadian diare, mengingat diare merupakan faktor risiko dan berkontribusi dalam kejadian stunting (Rohmah, 2017). Kemudian stunting juga dapat terjadi akibat pengelolaan sampah yang tidak baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengelolaan sampah rumah tangga yang tidak baik dengan kejadian stunting.

Sehingga apabila pengelolaan sampah rumah tangga baik, maka kemungkinan terkena stunting menjadi lebih kecil (Junanda, Yuliawati, Rachman, Pramaningsih, & Putra, 2022a). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis kepemilikan jamban dan penanganan sampah dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas 11 Ilir Kota Palembang.

 

Metode Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif observasional dengan menggunakan desain cross-sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan jamban dan penanganan sampah dan variabel dependen adalah kejadian stunting. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak balita usia 0-59 bulan dari wilayah kerja puskesmas 11 Ilir Kota Palembang sebanyak 301 jiwa.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental random sampling dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 102 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner, lembar observasi untuk mengukur kepemilikan jamban dan penanganan sampah dan microtois untuk mengukur stunting.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari sampai dengan bulan maret 2023. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel, kemudian analisis bivariat untuk menganalisis kepemilikan jamban dan penanganan sampah dengan kejadian stunting. Penelitian ini telah lolos kaji etik di Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Uinversitas Sriwijaya dengan nomor: 380/UN9.FKM/TU.KKE/2022.

 

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Angka Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas 11 Ilir Palembang

No

Variabel

Frekuensi

%

1

Stunting

23

22.5 %

2

Tidak stunting

79

77.5 %

 

Jumlah

102

100%

 

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa proporsi balita stunting lebih sedikit (22,5%) dibandingkan dengan balita yang tidak stunting (77,5%).

 

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Jamban di Wilayah Kerja Puskesmas 11 Ilir Palembang

No

Variabel

Frekuensi

%

1

Memiliki

59

57.8%

2

Tidak memiliki

43

42.2%

 

Jumlah

102

100%

 

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang memiliki jamban lebih banyak (57,8%) dibandingkan responden yang tidak memiliki jamban (42,2%).

 

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengelolaan Sampah di Wilayah Kerja Puskesmas 11 Ilir Palembang

No

Variabel

Frekuensi

%

1

Baik

81

79,4%

2

Buruk

21

20,6%

 

Jumlah

102

100%

 

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden dengan pengelolaan sampah baik lebih banyak (79,4%) dibandingkan responden dengan pengelolaan sampah yang buruk (20,6%).

�

Tabel 4 Hubungan Kepemilikan Jamban dengan Kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas 11 Ilir Palembang

Variabel

Total

Nilai p

PR

(95% CI)

Stunting

Tidak stunting

F

%

F

%

F

%

Kepemilikan Jamban

-                      Memiliki

-                      Tidak Memiliki

 

3

20

 

5,1

46,5

 

56

23

 

94,9

53,5

 

59

43

 

100

100

 

0.000*

16.232

(4.393 � 59.976)

Jumlah

23

22,5

79

77,5

102

100

 

 

 

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi ibu yang memiliki� jamban dengan anak� stunting adalah sebesar 5,1%, sedangkan proporsi ibu yang tidak memiliki jamban dengan anak stunting sebesar 46,5%, Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p value 0,000 < dari nilai α (0,05), Nilai oods ratio (PR) sebesar 16.232 (4.393 � 59.976) sehingga dapat disimpulkan secara statistik bahwa ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian stunting. Keluarga yang tidak memiliki jamban mempunyai resiko sebesar 16,232 kali untuk terkena stunting.

 

Tabel 5 Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas 11 Ilir Palembang

Variabel

Total

Nilai p

PR

(95% CI)

Stunting

Tidak stunting

f

%

F

%

F

%

Pengelolaan Sampah

-                      Baik

-                      Buruk

 

8

15

 

9,9

71,4

 

73

6

 

90,1

28,6

 

81

21

 

100

100

 

0.000*

22.813

(6.902 � 75.398)

Jumlah

23

22,5

79

77,5

102

100

 

 

 

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi ibu dengan pengelolaan sampah baik� dengan anak stunting adalah sebesar 9,9%, sedangkan proporsi ibu dengan pengelolaan sampah yang buruk dengan anak stunting sebesar 71,4%, Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p value 0,000 < dari nilai α (0,05), Nilai oods ratio (PR) sebesar 22.813 (6.902 � 75.398) sehingga dapat disimpulkan secara statistik bahwa ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian stunting. Keluarga dengan pengelolaan sampah yang buruk mempunyai resiko sebesar 22,813 kali untuk terkena stunting.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas 11 ilir Palembang. Tahun 2023, menunjukan bahwa ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian stunting. Menurut Torlesse dalam Hasyim dkk Interaksi yang kuat antara penyediaan fasilitas sanitasi rumah tangga dan pengelolaan air minum rumah tangga merupakan faktor yang menentukan stunting, kemungkinan terjadi stunting yang lebih tinggi terkait dengan kombinasi jamban di bawah standar dan air minum yang tidak diolah (Hasyim et al., 2022).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinatrya dan Muniroh dimana pada variabel kepemilikan jamban, ditemukan bahwa jamban masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kotakulon Kabupaten Bondowoso banyak yang tidak sesuai prasyarat jamban sehat terutama pada konstruksi. Penggunaan fasilitas jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan, praktek open defecation dan pembuangan feces balita tidak pada jamban menyebabkan anak-anak terkontaminasi dengan pencemaran lingkungan, sehingga memudahkan penularan patogen yang berasal dari tinja dan meningkatkan kejadian stunting pada balita (Alfadhila Khairil Sinatrya & Lailatul Muniroh, 2019).

Akses keluarga terhadap fasilitas toilet yang memadai dapat mengurangi kejadian stunting pada anak usia 0-23 bulan mencapai 16-39 % (Olo, Mediani, & Rakhmawati, 2021). Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susianti dan Lestari yang menyatakan terdapat hubungan signifikan antar kepemilikan jamban sehat dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Labuan dengan nilai p = 0,000 dan OR sebesar 6,933 yang artinya keluarga yang tidak memiliki jamban sehat akan 6,933 kali lebih berisiko terjadi stunting pada balitanya daripada keluarga yang memiliki jamban sehat (Susianti & Lestari, 2020).

Jamban yang sehat adalah yang memenuhi persyaratan kesehatan yang dapat mencegah tersebarnya akibat kotoran manusia secara langsung serta mencegah vektor pembawa penyakit pada pengguna jamban dan yang ada di lingkungan sekitarnya. Pembangunan jamban sehat yang membutuhkan biaya yang cukup tinggi menyebabkan masyarakat tidak memiliki tangki septik dengan demikian masyarakat lebih memilih untuk membuang limbah dari jamban ke aliran sungai terdekat serta tidak memperbaiki atau mengubah kontruksi jamban sesuai dengan syarat bangunan jamban yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Berbasis Masyarakat (Prasetyo & Robitah Asfur, 2021). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pagimana, Sulawesi Tengah dimana tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan jamban dengan kejadian stunting (p =1,686) (Kuewa, Sattu, Otoluwa, & et al, 2021).

Penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian stunting pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja puskesmas 11 Ilir Palembang. Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang di lakukan Fibrianti dkk yang mengatakan ada hubungan sarana pengelolaan sampah� dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas loceret, Nganjuk dengan nilai p = 0,028 (Fibrianti, Thohari, & Marlik, 2021). Pengelolaan sampah yang buruk dikarenakan masih banyak yang membuang sampah disekitar rumah maupun disungai, serta konstruksi tempat sampah di sekitar rumah tidak memiliki penutup, sehingga dapat menjadi tempat perkembangbiakan penyakit. Kebiasaan buruk tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang baik.

Selain itu, hasil observasi juga menunjukkan bahwa Sebagian besar di lingkungan sekitar rumah ibu balita terdapat sampah berserakan. Sampah berserakan membuat lingkungan sekitar rumah menjadi kotor dan menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti tikus, kecoa, lalat yang menjadi media penularan penyakit. Pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah penularan penyakit seperti diare dan memperburuk gizi anak. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas wonorejo Samarinda dimana nilai p value = 0.000 (0.000 < 0.05) maka secara statistik menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna antara pengelolaan sampah rumah tangga terhadap kejadian stunting (Junanda, Yuliawati, Rachman, Pramaningsih, & Putra, 2022b).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan Syahroni dkk dimana berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai P value = 0,236 (>0,05) artinya bahwa tidak ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian stunting, nilai Odd Ratio (PR) kepemilikan sarana pengelolaan sampah terhadap balita stunting adalah 0,576 artinya pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat dapat berisiko 0,576 kali lebih besar balita mengalami stunting dibanding yang memiliki sarana pengelolaan sampah yang memenuhi syarat (Syahroni, Bahri, & Sari, 2021).

 

Kesimpulan

Kepemilikan jamban memiliki hubungan dengan kejadian stunting dimana kepemilikan jamban yang sesuai standar dapat berpengaruh pula pada upaya pencegahan kejadian stunting. Pengelolaan sampah juga memiliki hubungan dengan kejadian stunting, pengelolaan sampah yang baik akan menghilangkan tempat vector penyakit berkembang biak sehingga mencegah penularan penyakit.

 

BIBLIOGRAPHY

Alfadhila Khairil Sinatrya, & Lailatul Muniroh. (2019). Hubungan Faktor Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) dengan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kotakulon, Kabupaten Bondowoso. Amerta Nutrition, 3(3), 164�170. https://doi.org/10.2473/amnt.v3i3.2019.164-170

 

Balitbangkes RI. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Nasional.pdf. Lembaga Penerbit Balitbangkes.

 

Bukusuba, J., Kaaya, A. N., & Atukwase, A. (2017). Predictors of Stunting in Children Aged 6 to 59 Months: A Case�Control Study in Southwest Uganda. Food and Nutrition Bulletin, 38(4), 542�553. https://doi.org/10.1177/0379572117731666

 

Dinas Kesehatan Kota Palembang. (2020). Profil Kesehatan Kota Palembang 2019/2020. In Dinas Kesehatan Kota Palembang.

 

Ekaningrum, A. Y., Fajarwaty, T., & Humayrah, W. (2021). Dasar ilmu gizi. Jakarta: Sada Kurnia Pustaka.

 

Fibrianti, E. A., Thohari, I., & Marlik, M. (2021). Hubungan Sarana Sanitasi Dasar dengan Kejadian Stunting di Puseksmas Loceret, Nganjuk. Jurnal Kesehatan, 14(2), 127�132. https://doi.org/10.32763/juke.v14i2.339

 

Hasyim, H., Annashr, N. N., Nopianto, Sainal, A. A., Sukmawati, Murni, N. S., � Prasetyanto. (2022). Pengendalian Penyakit di Indonesia (1st ed.). Padang: Global Eksekutif Teknologi.

 

Junanda, S. D., Yuliawati, R., Rachman, A., Pramaningsih, V., & Putra, R. (2022a). Hubungan Antara Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dengan Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Di Puskesmas Wonorejo Samarinda Tahun 2022. Jurnal Kesehatan, 15(2), 199�205. https://doi.org/10.23917/jk.v15i2.19824

 

Junanda, S. D., Yuliawati, R., Rachman, A., Pramaningsih, V., & Putra, R. (2022b). Hubungan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pilar 4 Dengan Resiko Kejadian Stunting Pada Balita di Puskesmas Wonorejo Samarinda. Jurnal Kesehatan, 15(2), 199�205.

 

Kemenkes RI. (2014). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Kementerian Kesehatan.

 

Kemenkes RI. (2021). Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2021. In Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Alfadhila Khairil Sinatrya, & Lailatul Muniroh. (2019). Hubungan Faktor Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) dengan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kotakulon, Kabupaten Bondowoso. Amerta Nutrition, 3(3), 164�170. https://doi.org/10.2473/amnt.v3i3.2019.164-170

 

 

 

 

 

 

 

Kuewa, Y., Sattu, M., Otoluwa, A., & et al. (2021). The relationship between environmental sanitation and the incidence of stunting in toddlers in Jayabakti village in 2021. Public Health J, 12(2), 117. Retrieved from https://journal.fkm-untika.ac.id/index.php/phj

 

Olo, A., Mediani, H. S., & Rakhmawati, W. (2021). Hubungan Faktor Air dan Sanitasi dengan Kejadian Stunting pada Balita di Indonesia. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1035�1044. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.521

 

Prasetyo, A., & Robitah Asfur. (2021). Gambaran Sanitasi Lingkungan Pada Stunting Di Desa Secanggang Kabupaten Langkan. Jurnal Ilmiah Kohesi, 5(2), 14�23.

 

Pusdatin. (2019). Buletin jendela data dan informasi kesehatan semester I. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan Semester I.

 

Rehana, R., Jawiah, J., Amin, M., & Athiutama, A. (2022). Pelatihan Skrining Perkembangan Anak Pada Guru Dan Wali Murid Dengan Denver Developmental Screening Test Ii (Ddst Ii). Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo, 6(2), 123�128. https://doi.org/10.35334/jpmb.v6i2.2564

 

Rohmah. (2017). Hubungan Antara Penerapan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare. Kesehatan Lingkungan, 1(1).

 

RSUD Mangusada. (2023). Stunting. Retrieved May 20, 2023, from https://rsudmangusada.badungkab.go.id/promosi/read/102/stunting

 

Satriawan, E. (2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024 (National Strategy for Accelerating Stunting Prevention 2018-2024). In Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Retrieved from http://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis 2018/Sesi 1_01_RakorStuntingTNP2K_Stranas_22Nov2018.pdf

 

Susianti, N., & Lestari, W. (2020). Faktor Prediksi Stunting di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2019. Khazanah Intelektual, 4(2), 729�756. https://doi.org/https://doi.org/10.37250/newkiki.v4i2.71

 

Syahroni, A., Bahri, Y. L., & Sari, S. K. (2021). Risk Factors of Stunting in Toddlers in The Village of Gunung Batin Udik, Lampung Tengah 2021 Factor Resiko Kejadian Stunting Pada Anak Balita Didesa Gunung Batin Udik Lampung Tengah 2021. Jurnal Teknologi Sains Kesehatan, 1(1), 74�81.

 

Widanti, Y. A. (2017). Prevalensi, Faktor Risiko, dan Dampak Stunting pada Anak Usia Sekolah. Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan, 1(1), 23�28.

 

 

Copyright holder:

Lega Bisa Diantara, Hilda Zulkifli, Hamzah Hasyim (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: