Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 8, Agustus
2023
PELUANG DAN HAMBATAN DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN
DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN (2018-2023)
Andi Baso Achmad Pangerah, Hafied Cangara, Arianto
Universitas Hasanuddin, Indonesia
Email:[email protected],[email protected], [email protected]
Abstrak
Dunia informasi global mengalami perkembangan yang sangat pesat yang ditandai dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang massif dan luas oleh masyarakat dan mempermudah penyelenggara negara dalam melayani masyarakat. Peningkatan kualitas manajemen berbasis teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan transparansi dan tanggung jawab penyelenggaraan. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, oleh karena itu diperlukan capacity building. Program prioritas Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan tersebut dalam upaya mendukung Visi Misi Gubernur Sulawesi Selatan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Selatan adalah�Sulawesi Selatan yang Inovatif, Produktif, Kompetitif, Inklusif dan Berkarakter�. Program Pengembangan dan Implementasi e-Government serta Program Pengembangan Baruga Layanan Publik. Pemerintah daerah harus meningkatkan kualitas komunikasi terkait dengan berbagai program dan kegiatan dan memastikan bahwa mereka diterima, diikuti dan ditaati oleh masyarakat. Selama ini pemanfaatan media masih sangat kurang, khususnya di Pemprov Sulsel, beberapa media lokal dan nasional semakin didominasi oleh pemberitaan pimpinan sedangkan kegiatan OPD yang berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat tidak terkoordinasi dan terdistribusi dengan baik. Terlebih jika menyangkut realisasi dari program prioritas.
Kata Kunci: Perencanaan; Komunikasi; Capacity Building.
Abstract
The
world of global information is experiencing very rapid development, which is
marked by the massive and widespread use of information and communication
technology by the public and makes it easier for state administrators to serve
the community. Enhancement of quality management based on technology,
information, and communication is the wrong effort by the government to create
transparency and not quite enough to answer maintenance. Matter This is
required to increase the ability of the government to provide services to the
public. The priority program of the South Sulawesi Provincial Communication
Informatics and Encoding Office in an effort to support the vision and mission
of the Governor of South Sulawesi in the Regional Medium Term
Development Plan (RPJMD) of the South Sulawesi Province is "South Sulawesi
that is Innovative, Productive, Competitive, Inclusive, and
Characteristic". Program Development and Implementation for e-Government
as well as the �Baruga Layanan
publik� Development Program Local government must
improve the quality of communication related to various programs and activities
and ensure that they are accepted, followed, and obeyed by the community. So
far, the use of the media is still lacking, especially in the South Sulawesi
Provincial Government. Several local and national media outlets are
increasingly dominated by leader news, while OPD activities that are directly
related to people's lives are not well coordinated and distributed. Especially
when it comes to the realization of priority programs.
Keywords: Planning; Communication; Capacity Building.
Pendahuluan
Akses dunia informasi global yang mengutamakan
penggunaan aplikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi, termasuk penyediaan layanan kepada publik, menuntut pemerintah untuk secara aktif menyesuaikan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di
semua sektor dan mempercepatnya. Dengan cara ini meningkatkan
efisiensi dan efektivitas dalam administrasi dan penyampaian layanan kepada publik. Peningkatan kualitas pengelolaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas organisasi.
Hal ini
diperlukan untuk meningkatkan kapasitas negara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, oleh karena itu diperlukan capacity building.
Capacity building merupakan bagian
penting dari berbagai aspek kehidupan, salah satunya di instansi pemerintah. Capacity
building penting dilakukan untuk menambah atau meningkatkan kemampuan aparatur dalam memenuhi kewajibannya sebagai aparatur pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik (Haryono et al., 2012).
Tanggung jawab
organisasi yang seharusnya mengarah pada penerapan tata kelola yang baik, dapat dilaksanakan secara optimal melalui penggunaan tata kelola elektronik. Dengan optimalnya pemanfaatan
e-government tidak hanya terbatas pada kemampuan infrastruktur dan perangkat keras dalam pelayanan
masyarakat, tetapi juga memperbesar kemungkinan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengumpulan informasi publik.
Salah satu
faktor pengembangan kapasitas yaitu pada reformasi kelembagaan, institusi yang disusun harus mendukung
pengembangan kapasitas kelembagaan dan dilaksanakan secara konsisten sehingga peraturan harus sesuai dengan
pengembangan kapasitas kelembagaan serta adanya faktor yang mempengaruhi pengembangan kapasitas salah satunya adalah reformasi peraturan (Soeprapto, 2003). Sedangkan
dalam pengembangan kapasitas menurut Milen (2004) bahwa
salah satu penataan organisasi memfokuskan pada
proses dan struktur organisasi
yang dapat mempengaruhi bagaimana organisasi tersebut menetapkan tujuannya dan menyusun pekerjaannya secara intensif.
Kegagalan pemerintah
dalam kaitannya dengan opini publik
tidak dapat muncul karena pemerintah
gagal mengelola pemerintahan dan pembangunan, tetapi karena pemerintah
gagal mengelola dan mengkomunikasikan informasi (gagasan, program) dengan baik kepada publik.
Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan.
Tidak hanya menyangkut reaksi publik, tetapi juga melibatkan kemauan pemerintah sebagai media untuk mengubah ide, gagasan, dan berbagai program kerja di dunia
maya. Peran ini terus menjadikan pemerintah sebagai sumber informasi terpercaya.
Novel Ali, dalam
bukunya Peradaban Komunikasi Politik (1998), menyebutkan
bahwa konsekuensi logis keterbukaan informasi di Indonesia adalah komunikasi politik yang ditandai oleh kuatnya orientasi kepentingan rakyat.
Sebagian dari orientasi itu didelegasikan kepada suprastruktur politik, sisanya pada infrastruktur politik atau dilaksanakan
sendiri oleh rakyat. �Sekalipun
secara teoritis komunikasi politik di era keterbukaan justru harus menempatkan rakyat sebagai prioritas, tetapi mayoritas masyarakat kita masih tetap menjadikan
pemerintah sebagai sumber terpercaya. Bagi mayoritas bangsa kita, informasi politik yang layak dipercaya (credible) adalah yang bersumber dari pemerintah�(Ali, 1998).
Berdasarkan atas paradigma tersebut, instansi pemerintah daerah harus meningkatkan
kualitas dan kuantitas penyebarluasan informasi terkait berbagai program dan kegiatan agar dapat diterima, diikuti dan ditaati oleh masyarakat. Selama ini penggunaan media massa masih kurang
terutama di Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, beberapa
media massa lokal dan nasional masih lebih didominasi oleh pemberitaan pimpinan. Kegiatan OPD yang terkait langsung dengan kehidupan masyarakat belum terakomodir dan terdistribusi dengan baik. Terlebih jika menyangkut realisasi dari program prioritas seperti yang sudah dipaparkan di atas.
Program prioritas
Dinas Komunikasi Informatika
Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan tersebut
dalam upaya mendukung Visi Misi Gubernur
Sulawesi Selatan mendapatkan berbagai
hambatan dan kendala dalam pelaksanaannya. Pertanyaannya kemudian, bagaimanakah program Dinas Komunikasi
Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi
Selatan dapat diketahui
oleh masyarakat dan menumbuhkan
partisipasi dan bahkan memobilisasi rakyat untuk bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan pemerintah? Atau bisa jadi karena
distribusi informasi yang
minim kepada publik menyebabkan program prioritas
Dinas Komunikasi Informatika
Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan justru diopinikan gagal oleh publik?
Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor
18 Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas Komunikasi Informatika Statistik, Dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan diperlukan
adanya perubahan susunan organisasi yang sebelumnya Biro Humas & Protokol
Provinsi Sulawesi Selatan menjadi
Biro Administrasi Pimpinan,
sedangkan Bagian Humas selanjutnya
bergabung dengan Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Sulawesi
Selatan menjadi sebuah Bidang didalamnya yaitu Bidang Hubungan
Masyarakat, Informasi dan Komunikasi
Publik. Dengan bergabungnya
bidang kehumasan diharapkan dapat menyesuaikan dengan perkembangan penyelenggaraan tugas dan fungsi Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Sulawesi
Selatan.
Visi Gubernur
Sulawesi Selatan yang terpilih Tahun
2018-2023 dalam� Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Selatan adalah �Sulawesi Selatan yang Inovatif,
Produktif, Kompetitif, Inklusif dan Berkarakter�. Pencapaian visi kepala daerah dalam
RPJMD diwujudkan dalam 5
Misi, merujuk pada misi pertama yaitu �Pemerintahan yang berorientasi melayani, inovatif dan berkarakter� sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi Dinas Komunikasi
Informatika Statistik dan Persandian, mewujudkan masyarakat Provinsi Sulawesi
Selatan Inovatif, Produktif,
Kompetitif, Inklusif dan Berkarakter melalui pemanfaatan TIK menjadi unsur vital dalam menjalankan segala proses disegenap sektor penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan Visi dan Misi kepala daerah diatas maka
disusunlah program Dinas Komunikasi
Informatika Statistik dan Persandian yang mempunyai 2
program prioritas yaitu
Program Pengembangan dan Implementasi
e-Government serta Program Pengembangan
Baruga Layanan Publik.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Rakhmat Kriyantono (2006), bertujuan untuk
menjelaskan fenomena-fenomena
yang terjadi dengan melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak memprioritaskan
besarnya populasi atau sampel bahkan
populasi atau samplingnya sangat terbatas.
Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu
mencari sampling lain. Fokusnya
disini adalah persoalan kedalaman (kualitas) bukan banyaknya (kuantitas) data dan dideskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek
tertentu.
Hasil dan Pembahasan
Dunia komunikasi secara
global kini mengalami perkembangan dengan pesat, sehingga memberikan kemudahan terhadap manusia dalam mengakses segala informasi yang dibutuhkan oleh pengguna (Setiawan,
2018). Dalam hasil penelitian ini ditemukan bahwa gambaran kekuatan yang dimiliki oleh Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi
Selatan saat ini telah menyediakan layanan jaringan internet yang dapat dinikmati secara gratis oleh masyarakat sehingga dapat dikatakan telah berupaya untuk melakukan capacity building.
Menurut Katty Sessions (1993) mendefinisikan
capacity building sebagai upaya
membantu pemerintah, masyarakat atau individu-individu dalam mengembangkan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan. Hal tersebut sejalan dengan yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi
Selatan bahwa masyarakat
juga telah mendapat edukasi literasi digital serta telah mendidik
masyarakat agar berperilaku
yang baik ketika mengakses layanan internet.
Menurut Share, Jolls & Thoman dalam Winarno (2015) ada lima konsep inti literasi digital, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
1) Semua pesan media dikonstruksikan. Konsep ini mengakui,
teks media dikonstruksi
oleh kreator media. Produk akhir bukan teks
yang objektif atau alami, tetapi terdiri
dari berbagai unsur yang diciptakan oleh pelaku atau kreator
media (penulis, fotografer,
sutradara, produser, dan sebagainya). Banyak keputusan
yang dibuat ketika proses pembuatan sebuah teks, dan audiens tidak dapat melihat
gagasan-gagasan yang ditolak
selama proses pembuatan teks tersebut. Tetapi dengan bertanya
siapa yang menciptakan pesan, kita dapat
mengonseptualisasikan elemen
manusiawi dibalik teks media. Dalam penelitian ini Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi
Selatan melakukan pelatihan
seperti Workshop dan mendesain
informasi agar masyarakat memahami dengan mudah tentang teknologi
dan cara penggunaan dengan bijak.
2) Pesan�pesan media dikonstruksi dengan menggunakan bahasa yang kreatif dan dengan aturannya sendiri. Banyaknya komunikasi yang menghampiri kita secara visual (seperti pencahayaan, komposisi, sudut pengambilan gambar, penyuntingan, bahasa tubuh, simbol-simbol, dan sebagainya) dan bagaimana penggunaan teknik-teknik ini memengaruhi tata bahasa, sintaktik, dan sistem metafora media, khususnya bahasa visual, tidak hanya membantu
kita menjadi kurang rentan terhadap
manipulasi media tetapi
juga meningkatkan apresiasi
dan penikmatan kita terhadap media sebagai �teks� yang dikonstruksi. Pada bagian ini Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan menghadirkan
praktisi media atau yang ahli dibidangnya.
3) Orang-orang yang berbeda
akan mengalami pesan media yang sama secara berbeda, karena semua audiens
memiliki latar belakang dan pengalaman hidup yang berbeda, maka kita diposisiskan
untuk menafsirkan teks media dengan cara yang berbeda. Dua orang yang
mengonsumsi teks media yang
benar-benar sama dapat benar-benar berbeda dalam memahami
teks tesebut.
4) Media telah menanamkan nilai-nilai dan sudut pandang. Teks-teks media tidak objektif, semuanya berisi nilai-nilai yang mengatakan kepada kita apa dan siapa
yang penting. Berdasarkan apa yang dihilangkan, mereka juga memberitahu kita apa dan siapa
yang tidak penting.
5) Banyak pesan
media yang dikonstruksikan untuk
memperoleh keuntungan dan kekuatan. Semua bentuk media, seperti televisi, surat kabar, internet, dan sebagainya memiliki implikasi komersial. Kita harus menyadari, sebenarnya semua produksi media merupakan bisnis dan harus menghasilkan keuntungan.
Pada penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa Program yang diadakan oleh
Dinas Komunikasi Informatika
Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan dalam rangkaian memberikan literasi digital media sangat bermanfaat
melihat perkembangan teknologi saat ini yang berkembang dengan pesatnya.
Hasil penelitian lainnya
menunjukkan bahwa khusus di Bidang Aptika terdapat kelemahan yaitu ketersediaan SDM baik secara kualitas maupun kuantitas dan perlu ada pengembangan-pengembangan
terutama terkait masalah sifatnya sertifikasi atau pelatihan bagi tenaga SDM, baik yang terkait masalah jaringan maupun aplikasi. Peneliti berpendapat bahwa keterampilan SDM merupakan salah satu alasan agar sebuah perencanaan dalam organisasi dapat terwujud.
Tujuan keterampilan kerja
yaitu untuk dapat memudahkan suatu pekerjaan hingga tuntas serta
pekerjaan lebih efektif dan efisiensi tanpa adanya kesulitan.
Hal tersebut erat kaitannya dengan kinerja SDM. Melihat ilmu pengetahuan semakin luas dan berkembang maka penting agar mengembangkan tenaga pekerja serta menambah jumlah SDM yang berperan dalam jaringan dan aplikasi dengan tujuan mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan (Sinambela,
2016).
Hal yang telah dianalisis
dalam kelemahan yang terjadi dalam organisasi
ini, selain kurangnya SDM seperti yang telah dijelaskan di atas, hal lain adalah kurangnya anggaran dan dukungan dari pemimpin. Untuk menghindari ancaman yang lebih besar maka semestinya
Dinas Komunikasi Informatika
Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan sebagai
evaluasi diri untuk berperan dalam mendukung program pembangunan Gubernur Sulawesi
Selatan periode 2018-2023 melakukan
komunikasi yang lebih efektif agar persoalan anggaran dapat dituntaskan. Tentu hal tersebut sejalan
dengan peran pimpinan untuk memberikan dukungan pada semua bidang.
Pertama, barangkali kita harus memaksimalkan sumber daya yang ada. Sumber Daya Manusia merupakan kemampuan terpadu serta interaksi antara daya pikir
(akal budi) yang ditambah pengetahuan dan pengalamannya serta daya fisik (kecakapan
atau keterampilan) yang dimiliki masing-masing individu manusia (Donny Rommy
et al., 2022). Menurut Hasibuan, (2000) Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan
sebagai semua manusia yang terlibat di dalam suatu organisasi
dalam mengupayakan terwujudnya tujuan organisasi tersebut baik itu sumber
daya aparatur atau perlengkapan yang ada atau dimiliki
oleh Dinas Komunikasi Informatika
Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan.
Kedua, telah diusulkan ke pimpinan bahwa
optimalisasi perangkat kerja yang ada di Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan ini
sangat kurang dan membutuhkan
lagi tambahan. Baik itu tenaga IT, tim ahli ataupun
perlengkapan yang ada.
Cara Dinas Komunikasi Informatika
Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan mengambil
peran yaitu dengan memaksimalkan dan mengoptimalkan seluruh bidang, infrastruktur serta sarana dan prasarana penunjang yang ada di Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi
Selatan di sub kegiatan yang ada
pada masing-masing bidang.
Jadi pada masing-masing bidang itu ada program. Program tersebut bisa mendukung
seluruh program prioritas
yang ada di Pemerintah
Sulawesi Selatan dengan melakukan
pelatihan-pelatihan atau
Forum Group Discussion setiap satu
kali satu bulan terhadap Pranata Humas agar dapat
memecahkan hambatan terkait hal kerjasama
dengan instansi luar. Hal tersebut sejalan dengan bagaimana mereka menyikapi dan menemani mereka beradaptasi menjalin kerjasama media.
Mengatasi hambatan-hambatan
yang ada di bidang Aptika, hal yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan
kerjasama dengan pihak luar untuk
melaksanakan kegiatan pelatihan ataupun penguatan kapasitas SDM yang ada di bidang Aptika.
Nawawi, (2001) membagi pengertian SDM menjadi dua, yaitu pengertian secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah
semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas wilayah tertentu yang
sudah memasuki usia angkatan kerja,
baik yang sudah maupun belum memperoleh
pekerjaan (lapangan kerja) (Zhafira et
al., 2022).
Pengertian SDM dalam arti mikro secara sederhana
adalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota
suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain-lain (Idris, 2016). Maka yang dibutuhkan
oleh Dinas Komunikasi Informatika
Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan adalah penambahan dan penguatan SDM yang
dimaksud adalah SDM mikro.
Hal tersebut telah dijelaskan oleh Handoko, (2001) bahwa ada beberapa alasan
mengapa karyawan harus selalu dibina
dan dilatih agar senantiasa
mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan, diantaranya dan mungkin yang terpenting adalah:
a) Pegawai sering kali kurang memahami secara benar bagaimana melakukan pekerjaan.
b) Perubahan-perubahan
dalam lingkungan kerja dan tenaga kerja. Perubahan-perubahan disini meliputi adanya perubahan teknologi atau munculnya metode kerja baru, dimana
perusahaan secara proaktif harus menyesuaikan keterampilan pegawainya untuk dapat menggunakan teknologi tersebut serta menghindari keusangan pegawai (employee
obsolescence). Perubahan dalam
tenaga kerja seperti semakin beragamnya tenaga kerja yang memiliki latar belakang keahlian, nilai dan sikap yang berbeda yang memerlukan pelatihan untuk menyamakan sikap dan perilaku mereka terhadap pekerjaan.
c) Meningkatkan daya saing perusahaan
dan memperbaiki produktivitas.
Sebagaimana dipahami pada saat ini, daya
saing perusahaan tidak bisa lagi
hanya mengandalkan asset berupa modal yang dimiliki sebab modal bukan lagi kekuatan daya
saing yang langgeng, dan sumber daya manusia
merupakan elemen yang
paling penting untuk meningkatkan daya saing sebab sumber
daya manusia merupakan aspek penentu utama daya
saing yang langgeng. Selanjutnya dengan meningkatnya kemampuan seseorang, dengan asumsi faktor lain seperti gaji dan lingkungan kerja berada dalam kondisi
yang baik, kemampuan akan dapat meningkatkan
produktivitas pegawai.
d) Menyesuaikan dengan peraturan-peraturan yang ada, misalnya standar
pelaksanaan pekerjaan yang dikeluarkan oleh asosiasi industri dan pemerintahan, untuk menjamin kualitas produksi atau keselamatan dan kesehatan kerja. Pembinaan karyawan atau SDM Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi
Selatan sebagai evaluasi diri untuk berperan
dalam mendukung program pembangunan Gubernur Sulawesi
Selatan periode 2018-2023 sangat penting
bagi individu dan organisasi apalagi organisasi yang besar dan juga
sangat dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi. Pembinaan juga dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
Yang terakhir yaitu Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi
Selatan, menghadirkan layanan
aspirasi dan inovasi dalam rangka memanfaatkan
peluang yang ada. Inovasi yang dimaksud ialah aplikasi data yang disebut �Sulsel Satu Data.� Aplikasi tersebut menghimpun segala data yang disusun dan dipergunakan untuk perencanaan Pembangunan.
Kesimpulan
Hambatan mengenai Sumber Daya
Manusia disikapi oleh Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian
Provinsi Sulawesi Selatan dengan peningkatan mutu, baik dengan mengirim pegawai
untuk mengikuti bimbingan teknis maupun mendatangkan tenaga ahli kemudian
mengadakan pelatihan. Hambatan anggaran yang minim dapat dicover dengan
koordinasi yang baik antar bidang dan dengan pimpinan.
Sedangkan Dinas Komunikasi
Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan memanfaatkan
peluang dengan mengoptimalkan seluruh kinerja bidang, pemanfaatan infrastruktur
dan sarana prasarana yang ada di Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan
Persandian Provinsi Sulawesi Selatan yang ada pada masing-masing bidang.
Pentingnya kekuatan yang harus
dimiliki oleh Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi
Sulawesi Selatan agar terus meminimalisir kelemahan yang saat ini dimiliki.
Kekuatan yang dimiliki Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian
provinsi Sulawesi Selatan merupakan bagian terpenting dalam menunjang dinas
untuk menjadi yang terdepan dalam mendukung program gubernur. Komunikasi antar
pimpinan, kepala dinas, kepala bidang, maupun seluruh pegawai dalam lingkup
Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan
perlu dibangun dan diperkuat.
Hal tersebut akan menjadikan Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan menjadi dinas yang unggul dan mendukung dalam memerankan diri sebagai dinas terdepan dalam mengkomunikasikan program pembangunan Gubernur Sulawesi Selatan untuk periode 2018-2023.
BIBLIOGRAFI
Ali, N. (1998). Peradaban komunikasi politik:
potret manusia Indonesia. PT Remaja Rosdakarya.
Donny
Rommy, S. S., Sulistiyana, H. C. S., Dermawan Perangin-angin, S. E., Mubtadi,
A. G., SH, M. M., & Muslim Faisal, S. E. (2022). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Penerbit Lakeisha.
Handoko,
T. H. (2001). Manajemen personalia dan sumber daya manusia, edisi kedua. Yogyakarta:
Bpfe, 200.
Haryono,
B. S., Zauhar, S., & Supriyono, B. (2012). Capacity Building.
Universitas Brawijaya Press.
Hasibuan,
S. (2000). Manajemen sumber daya manusia: pendekatan non sekuler.
Muhammadiyah University Press bekerjasama dengan Magister Manajemen �.
Idris, H. A. (2016). Pengantar ekonomi
sumber daya manusia. Deepublish.
Kriyantono, R. (2006). Riset komunikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Milen,
A. (2004). Pegangan dasar pengembangan kapasitas. Diterjemahkan Secara
Bebas. Yogyakarta: Pondok Pustaka Jogja.
Nawawi, H. (2001). Manajemen Sumber
Daya Manusia untuk bisnis yang kompetitif.
Sessions, K. (1993). Building the capacity
for change. EPA J., 19, 15.
Setiawan,
D. (2018). Dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terhadap
budaya. JURNAL SIMBOLIKA Research and Learning in Communication Study, 4(1),
62�72.
Sinambela,
L. P. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia: Membangun Tim Kerja yang Solid
untuk Meningkatkan Kinerja. Jakarta: Bumi Aksara.
Soeprapto,
H. R. (2003). Riyadi,(2003) Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah Menuju
Good Governance. Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Ilmu Administrasi
Pembangunan PadaFakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
Winarno,
S. (2015). Pemahaman Media Literacy Televisi Berbasis Personal Competences
Framework (Studi Pemahaman Media Literacy Melalui Program Infotainment Pada
Ibu-Ibu Perumahan Tegalgondo Asri Malang). Jurnal Humanity, 9(2).
Zhafira,
N. H., Husen, T. I., Mandaraira, F., Yusnaidi, Y., & Ertika, Y. (2022).
Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Manusia Sebagai Pelaku Usaha Mikro, Kecil,
Dan Menengah. Jurnal Pengabdian Agro and Marine Industry, 2(2),
30�36.
Copyright holder: Andi Baso Achmad Pangerah, Hafied Cangara, Arianto (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |